PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK

MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR

PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Prodi Bimbingan Konseling

TESIS

Oleh: Agus Sunarya

1101588

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK

MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR

PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Oleh Agus Sunarya S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI

© Agus Sunarya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

AGUS SUNARYA

Judul Tesis

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK

MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR

PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Disetujui dan Disahkan oleh:

PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd NIP 196606011991031005

PEMBIMBING II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd NIP. 197710142001122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 196005011986031004


(4)

ABSTRAK

AGUS SUNARYA. (2014). Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta Didik (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap

Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya adaptabilitas karir peserta didik pada masa transisi karir. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas program bimbingan karir di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode quasi ekperimen dan bentuk Pretest–Posttest Design. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di lingkungan pendidikan Kabupaten Bandung khususnya pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas dengan sampel 7 sekolah pelaksana Kurikulum 2013. Pengumpulan data menggunakan inventori adaptasi karir. Temuan penelitian menunjukkan secara umum peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di wilayah Kabupaten Bandung memiliki klasifikasi adaptabilitas karir ͞Sedang͟ dalam tingkat respon adaptasi dan ͞Tinggi͟ dalam batas kemampuan melakukan adaptasi karir. Output penelitian menghasilkan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik. Rekomendasi berupa pentingnya aplikasi program bimbingan karir yang feasible kepada guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah dan peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: Bimbingan dan Konseling, Program Bimbingan Karir, Adaptabilitas, Karir.


(5)

ABSTRACT

AGUS SUNARYA. (2014). Career Guidance Program to Improve Students

Career Adaptability (Quasi Experiment Research to High School Students in Bandung Regency )

The research is motivated by the lack of career adaptability of students in career transition . The purpose of the research is to find the effectivity of career guidance program to improve the adaptability of high school students. The approach used in the study is a quantitative research to the method of quasi-experimental and pretest -posttest design . The study population is a tenth grade students in the 2013-2014 school year at educational environment Bandung regency, especially at the level of high school education unit with 7 samples of schools implementing Curriculum 2013. Data collection using a inventory of careers adaptation. In general class X students in the 2013-2014 school year at district of Bandung show a "Medium" classification career adaptability in a response rate of adaptation and "High" classification within the limits of adaptation. The research produce outputs career guidance programs and it effectiveness in improving career adaptability of the student. Recommendations presented the applications of importance career guidance program that is feasible to the guidance teacher/school counselor and also further research.

Keywords : Guidance and Counseling, Career Guidance Program, Adaptability, Career .


(6)

DAFTAR ISI

Hal

Abstrak ... i

Ucapan Terima Kasih ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Grafik ... xii

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Perumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KONSEP ADAPTABILITAS KARIR DAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR ... 15

A. Konsep Adaptabilitas Karir ... 15

B. Program Bimbingan Karir di Tingkat Sekolah Menengah Atas ... 28

C. Hasil Penelitian Terdahulu/Relevan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional Variabel ... 47

D. Prosedur Penelitian ... 52

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 53


(7)

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 63

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Studi Penelitian ... 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V PENUTUP ... ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan .. 4

2.1 Dimensi Adaptabilitas Karir ... 27

3.1 Pretest–Posttest Design ... 43

3.2 Jumlah SMA di Kab Bandung ... 45

3.3 Data SMA Sasaran Pelaksana Kurikulum 2013 di Kab Bandung ... 46

3.4 Data Jumlah Data Sampel ... 47

3.5 Kisi dan Konstruk Instrumen ... 54

3.6 Penyusunan Kategori Adaptabilitas Karir ... 57

3.7 Kategori Koefisien Reliabilitas ... 61

4.1 Skor Klasifikasi ... 69

4.2 Tabel Profil Adaptasi Karir Peserta didik SMA Kab Bandung ... 70

4.3 Tabel Indikator Adaptasi Karir Peserta didik SMA Kab Bandung ... 72

4.4 Matrik Tahap Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Karir dalam Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta didik Kelas X SMA di Kabupaten Bandung ... 81

4.5 Item Pernyataan Responden Terendah ... 83

4.6 Uji Normalitas Distribusi Shapiro-Wilk ... 87

4.7 Paired Samples Statistics ... 88

4.8 Paired Samples Test ... 89

4.9 Rata-rata Efektivitas Adaptabilitas Karir ... 90


(9)

4.11 Efektivitas Tingkat Perubahan Adaptabilitas Karir ... 91

4.12 Efektivitas Dimensi Kepedulian ... 91

4.13 Efektivitas Dimensi Pengendalian ... 92

4.14 Efektivitas Dimensi Keingintahuan ... 93

4.15 Efektivitas Dimensi Kepercayaan diri ... 93


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan Guru dan Konselor ...30

2.2 Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Sistem Pendidikan ...31

2.3 Pola Bimbingan dan Konseling Perkembangan ...32


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan hidupnya di masa yang akan datang. Pernyataan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan disususnnya Kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP. Walaupun peserta didik diberikan kebebasan dalam minat pendidikan, Iwan Pranoto (Oebaidillah; 2013) menyatakan dewasa ini telah terjadi pendewaan pada salah satu kelompok lingkungan rekayasa pendidikan yaitu kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kondisi tersebut bertolak belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat memilih jurusan perkuliahan. Sebuah fakta dilapangan menunjukan banyaknya peserta didik dari kelompok IPA yang berpindah dan memilih jurusan IPS pada saat kuliah, dengan harapan persaingan yang lebih mudah. Sikap tersebut jelas memperlihatkan rasa percaya diri (confidence) yang kurang peserta didik terhadap keputusan pada saat memilih kelompok IPA atau IPS.

Sebuah artikel dalam blogs yang ditulis oleh Wahidyan K. F.(2012) mendapatkan respon sebanyak 603 komentar menanyakan berbagai hal berkaitan dengan pemilihan jurusan di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Komentar yang sangat banyak dari peserta didik menunjukan rasa ingin tahu (curiosity) peserta didik terhadap informasi dan keputusan karir. Jumlah komentar yang


(13)

sangat banyak dari sebuah artikel juga menjadi indikator kemungkinan banyaknya peserta didik yang tidak terlayani dalam mendapatkan informasi pendidikan lanjutan. Fenomena ini dapat menyebabkan peserta didik tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan kelas/sekolah yang baru dikarenakan peserta didik tidak memahami kondisi transisi karir.

Dalam lingkungan sekolah, tugas untuk memberikan informasi mengenai pendidikan lanjutan dan pengenalan karir selayaknya diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. Syamsu Yusuf (Supriatna, 2013: 70) menyebutkan tugas tersebut merupakan implementasi materi program bimbingan dan konseling agar peserta didik memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap dirinya.

Beban tugas pendidik tersebut dipertegas dalam buku Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (2007) yang menyebutkan :

Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.

Berdasarkan pernyataan di atas sangat jelas seorang pendidik, khususnya guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas untuk mengembangkan kompetensi


(14)

peserta didik agar dapat menjalankan peran dalam hidupnya. Dengan kesempatan yang sama, seseorang dapat memilih dan membuat keputusan yang dibutuhkan untuk menjalani hidupnya dengan penuh percaya diri dan bertanggungjawab.

Proses memilih dan membuat keputusan dalam menjalankan peran hidup (life-roles) diperlukan pemahaman yang sangat jelas (Cossette dan Allison, 2007).

Peran yang dimaksud dapat berupa pekerjaan, fungsi, jabatan, atau status individu dalam kehidupan yang merupakan imbas dari keputusan atau pilihan yang diambil. Hasil keputusan tersebut dapat berupa : Berstatus sebagai peserta didik sekolah menengah kejuruan setelah lulus SMP; menjadi mahasiswa pada suatu jurusan tertentu di sebuah perguruan tinggi; atau meninggalkan perkuliahan untuk membuka usaha.

Keputusan dalam memilih life-role pada usia remaja atau setelah dewasa dapat dipengaruhi dan memengaruhi kepuasan individu sebelum atau sesudah membuat keputusan. Setiap individu melalui pemilihan karir sebagai suatu proses perkembangan yang harus dilalui. Sementara jika dilihat berdasarkan tahap-tahap perkembangan karir (Hurlock, 1991), usia remaja berada pada tahap eksplorasi, dimana remaja diharapkan telah mengetahui dan menyadari kebutuhan untuk membuat keputusan karir, menyadari minat dan kemampuan diri, mengidentifikasi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat tersebut, dan mengikuti pendidikan ataupun pelatihan untuk mempersiapkan pekerjaan. Sementara jika mengkaji tuntutan kemampuan perkembangan, saat ini remaja banyak sekali yang belum mencapai pada tahapan-tahapan tersebut.


(15)

yang menunjukan ketidaksiapan pada akhir masa studi, ketika dihadapkan dengan salah satu proses pemilihan karir yaitu memilih pekerjaan. Pinasti (2011) menyatakan, suatu pekerjaan dapat membawa kebahagiaan, rasa tertantang, prestasi, dan ketenangan. Tetapi pekerjaan juga dapat mendatangkan frustrasi dan rasa keterpaksaan. Selain itu pekerjaan berkontribusi terhadap konsep diri dan mempengaruhi kepuasan hidup, sehingga ketika seseorang remaja memilih suatu pekerjaan, banyak sekali alasan untuk dapat bertahan dalam pekerjaan tersebut atau justru keluar dari pekerjaanya. Sementara pada awal usia remaja, banyak diantara remaja tersebut yang tidak menyadari minat dan kemampuannya atau tidak mampu mengidentifikasi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya sendiri.

Tabel 1.1

Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

No.

Pendidikan Tertinggi

Yang Ditamatkan

2010 2011 2012

Feb Agu Feb Agu Feb Agu

1 Tidak/belum

pernah sekolah 59 157 92

190

, 123 82 2 Belum/tidak

tamat SD 547 600 552 686 590 503 3 SD 1,522 1,402 1,275 1,120 1,415 1,449 4 SLTP 1,657 1,661 1,803 1,890 1,716 1,701 5 SLTA Umum 2,111 2,149 2,264 2,042 1,983 1,832 6 SLTA

Kejuruan 1,336 1,195 1,082 1,032 990 1,041 7

Diploma I,II,III/Akade mi

538 443 434 244 252 196 8 Universitas 820 710 612 492 541 438

Total 8,592 8,319 8,117 7,700 7,614 7,245


(16)

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2010, 2011 dan 2012

Tabel 1.1 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang paling tinggi menurut pendidikan yang ditamatkan berada pada tingkat SLTA Umum dan Kejuruan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat angka pengangguran tertinggi berada pada usia SLTA yaitu 1,983,000 pada bulan Februari dan 1,832,000 pada bulan Agustus tahun 2012 dengan kecenderungan bergerak menurun.

Salah satu contoh lain pemilihan karir pada usia remaja adalah hasil studi pendahuluan mengenai situasi peserta didik pada saat memilih jurusan perguruan tinggi. Banyak sekali kasus remaja memilih jurusan perguruan tinggi yang didasarkan pada pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari jurusan tersebut, atau bahkan pilihan orang tua. Membuat keputusan dengan dasar pertimbangan yang tidak sesuai berakibat remaja tidak betah dalam perkuliahan, nilai mata kuliah yang rendah atau tidak menyelesaikan perkuliahan.

Berdasarkan hasil dialog dengan beberapa peserta didik menyatakan bahwa selain memutuskan melanjutkan ke perguruan tinggi, terdapat remaja yang lebih merasa lebih memiliki karir dengan cara langsung bekerja. Seorang remaja yang memilih untuk langsung bekerja walaupun memiliki potensi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sama sekali tidak dapat di persalahkan, selama keputusan untuk langsung bekerja merupakan pilihan yang dapat memaknai hidupnya. Namun, kesalahan dapat terjadi apabila remaja tidak bertanggungjawab atas keputusannya, sehingga mereka bekerja tanpa ada kebermaknaan dan tidak mendapatkan kepuasan karir.


(17)

keputusan karir mengakibatkan perasaan gagal dalam belajar, kerugian finansial, kerugian waktu, dan juga efek psikis bagi remaja, seperti penurunan rasa percaya diri.

Permasalahan lain muncul dari remaja yang lebih memilih melanjutkan bekerja. Hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan usaha membuat mereka yang memilih untuk bekerja benar-benar tahan “banting” terhadap usahanya. Terdapat yang berhasil diantara mereka tapi tidak sedikit pula yang gagal. Fenomena ini karena kurang siap dalam menghadapi perubahan lingkungan, baik dalam mendidik maupun bekerja, sehingga tidak ada penyesuaian antara individu dengan keputusan yang telah diambil dalam karir.

Sejalan dengan kondisi tersebut, pengembangan kurikulum saat ini khususnya untuk pendidikan formal tingkat pendidikan menengah atas lebih diarahkan dengan peningkatan adaptasi sikap dan perilaku peserta didik dalam keputusan pilihan hidup. Dalam draf pengawalan penyusunan kurikulum 2013, Kartadinata (2013) menyebutkan posisi bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013 sebagai :

1. integrator: memfasilitasi pengembangan perilaku jangka panjang dalam kerangka pencapaian tujuan utuh pendidikan nasional (TUPN);

2. pelaksana proses: mendukung perwujudan pembelajaran yang mendidik melalui penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran; 3. diferensiasi (peminatan): advokasi aksesibilitas pilihan program dan layanan

serta rekayasa lingkungan perkembangan; dan


(18)

belajar serta bantuan penanganannya.

Mengingat posisi bimbingan konseling di atas maka kurikulum yang berkembang juga mengharapkan agar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mengarah kepada pembentukan pribadi individu yang memiliki tanggung jawab serta berorientasi pada masa depan dari individu tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya ialah dengan program Peminatan yang khususnya diselenggarakan pada saat peserta didik dari Sekolah Menengah Pertama ke Sekolah Menengah Atas

Peminatan yang dimaksud seyogyanya merupakan suatu upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum, sebagaimana disampaikan Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling (Kartadinata: 2013) dalam pemikirannya mengenai peran bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Hasil studi lapangan mengenai perkembangan karir remaja ditemukan sejumlah fakta-fakta yang menyimpulkan remaja dalam hal ini peserta didik masih belum yakin terhadap pilihan program jurusan pada saat SMA. Alasan yang diberikan mengenai kurang ajeg atas pilihan program tersebut dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai, banyaknya pesaing dan kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik secara modal maupun kemampuan.

Perkembangan optimal bukan sebatas prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi


(19)

perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat serta memiliki adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bimbingan konseling dalam pendidikan Indonesia memiliki posisi sebagai penyelenggara layanan advokasi peserta didik untuk mencapai perkembangan optimum yang ditunjukan dengan kemampuan mengambil pilihan dan keputusan serta adaptasi yang tinggi.

Studi mengenai kemampuan beradaptasi yang tinggi dalam pemilihan karir telah terjadi semenjak lama. Kondisi tersebut terus berkembang hingga saat ini dalam bentuk pengembangan alat ukur psikologis berupa skala kemampuan adaptabitas karir yang dilaksanakan 13 negara. Salah satu pencetus konsep tersebut adalah Mark L Savickas yang mengembangkan konsep adaptasi karir berdasarkan revisinya mengenai konsep kematangan karir yang disampaikan oleh Donald Super.

Dalam pernyataannya Savickas (1997) mendefinisikan adaptasi karir sebagai : “…readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by changes in work and working conditions’’ Berdasarkan pernyataan di atas adaptabilitas karir dikaitkan dengan perkembangan kesiapan dalam menghadapi perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi kerja dan kondisi kerja.

Proses kesiapan yang dimaksud adalah adanya informasi yang membantu remaja dalam menghadapi situasi dan lingkungan karir yang baru. Sebagai


(20)

contoh : perubahan lingkungan pendidikan (jenjang, tugas, dan pilihan jurusan), atau penyesuaian dalam perubahan cita-cita dan harapan remaja. Savickas menjelaskan terdapat empat dimensi global dari adaptasi karir yakni concern (perhatian), control (pengendalian), curiosity (rasa ingin tahu), confidence (rasa percaya diri)

Penelitian mengenai adaptasi karir telah banyak dilaksanakan, khususnya di luar negeri, berkaitan dengan banyaknya bukti penelitian dan jurnal yang diterbitkan berkaitan dengan adaptasi karir. Beberapa hasil penelitian menyebutkan beberapa manfaat dari meningkatnya adaptabilitas karir seperti yang disampaikan oleh UK Commission for Employment and Skills (2011) yang bersumber dari berbagai laporan penelitian mengenai adaptasi karir yang dilaksanakan oleh lembaga riset di Inggris adaptasi karir memiliki keuntungan sebagai berikut : (1) meningkatkan kepuasan hidup (Hirschi, 2009); (2) komitmen pada organisasi/perusahaan (Ito and Brotheridge, 2005); (3) membantu individu menemukan kualitas kerja (Koen, dan rekan, 2010; Zikic and Klehe, 2006); (4) mencapai kesuksesan karir (Grote and Raeder, 2009; Heslin, 2005; O’Connell dan rekan, 2007; Pearse, 2000); (5) membantu individu kembali memiliki minat kerja dengan kepuasan kerja yang lebih baik (Ebberwein, dan rekan, 2004; Zikic and Klehe, 2006); (6) membantu individu mempertimbangkan kehilangan pekerjaan (Fugate dan rekan, 2004).

Bergerak dari bukti penelitian tersebut dapat disimpulkan peran adaptabilitas karir adalah meningkatkan pemahaman dari keahlian dan kompetensi diri, mendukung perkembangan jabatan dan kompetensi dengan memotivasi


(21)

individu untuk mengembangkan intelektualitas dan pribadi, mendorong keinginan untuk melakukan eksplorasi karir dan strategi untuk mendapatkan karir tersebut, membantu mengembangkan keahlian kerja serta membantu ketegasan karir dan keahlian dalam merencanakan karir.

Berdasarkan simpulan fenomena penelitian tersebut, maka seyogyanya adaptasi karir dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan karir remaja sebagai mana telah dipaparkan pada bagian awal latarbelakang penelitian. Sehingga perlu dilakukan suatu studi pada peserta didik berkaitan dengan kesiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru pendidikan dan dunia kerja. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat memunculkan sebuah hasil data dan fakta yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan konseling karir khususnya dalam Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada awal bab pendahuluan, didapatkan sejumlah identifikasi permasalahan sebagai berikut : (1) kondisi keputusan pemilihan jurusan pada saat pemilihan jurusan bertolak belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat memilih jurusan perkuliahan; (2) remaja seyogyanya memilih dan membuat keputusan sendiri, berkaitan dengan kompetensi yang akan dibutuhkan untuk menjalani hidup; (3) remaja pada akhir masanya akan memilih pekerjaan, dan kondisi tersebut berpotensi membawa kebahagiaan, rasa tertantang, prestasi, dan ketenangan tetapi juga berpotensi mendatangkan frustrasi dan rasa keterpaksaan; (4) sebanyak 1,983,000 peserta


(22)

didik pada bulan Februari dan 1,832,000 pada bulan Agustus 2012 masih menjadi pengangguran; (5) SLTA yang diharapkan dapat diserap juga oleh lapangan pekerjaan, menunjukkan pergerakan yang tidak signifikan, diindikasikan karena kurangnya kemampuan lulusan untuk mengidentifikasi lapangan pekerjaan; (6) banyak kasus remaja yang memilih jurusan perguruan tinggi didasarkan pada pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari jurusan tersebut, atau bahkan pilihan orang tua; (7) banyak lulusan SMA yang tidak mampu menghadapi hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan usaha; (8) kurikulum 2013 memposisikan bimbingan dan konseling sebagai pelaksana diferensiasi (peminatan) potensi peserta didik atau advokasi aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan sekolah; (9) minimnya alat asesmen evaluasi proses dan hasil pelaksanaan diferensiasi (peminatan); (10) peserta didik masih kurang percaya diri terhadap pilihan program jurusan pada saat SMA; (11) peserta didik SMA yang kurang ajeg dengan program pilihan dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai, banyaknya pesaing dan kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik secara modal maupun kemampuan; (12) urgensi model program bimbingan dan konseling yang dapat membantu peserta didik mempersiapkan diri terhadap masa transisi karir, baik masa transisi pendidikan maupun transisi pekerjaan.

Hasil survei lapangan menunjukkan peserta didik pada saat ini, tidak dapat memperlihatkan kepedulian (concern) terhadap masa depan karir yang diinginkan. Kendali diri (control) yang ditunjukan oleh peserta didik, terlihat sangat kurang. Peserta didik pada usia remaja dan banyak dipengaruhi oleh teman sebaya


(23)

sehingga tidak dapat membatasi keinginan atau harapan bebas selayaknya seorang remaja untuk bermain, akan tetapi lebih terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kesenangannya. Keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap kegiatan atau pekerjaan yang dapat membantu mengeksplorasi kemampuan, bakat, dan minat peserta didik dalam menghadapi segala jenis kemungkinan skenario hidup tidak menjadi prioritas. Peserta didik lebih banyak ingin tahu dampak sosial suatu keputusan tanpa memikirkan resiko yang harus diambil, seperti mengambil pilihan jurusan tanpa mempertimbangkan bakat dan kemampuan diri sendiri serta persaingan yang akan dihadapi. Peserta didik juga lebih percaya diri (confidence) jika mendapatkan dukungan sosial, terlebih jika dukungan tersebut berasal dari teman sebaya. Keempat dimensi permasalahan yaitu kepedulian (concern), kendali diri (control), keingintahuan (curiosity) dan rasa percaya diri (confidence), berkaitan dengan rendahnya adaptabilitas karir.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah diuraikan di atas dirumuskan permasalahan penelitian menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. bagaimana gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung?

2. bagaimana rumusan program bimbingan karir yang ada di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik ?

3. bagaimana efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik?


(24)

Mengacu pada hasil identifikasi serta perumusan masalah yang dipaparkan di atas maka disusun tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan bentuk model program bimbingan dan konseling karir yang mampu membantu meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA.

Selain tujuan umum di atas penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yang antara lain.

1. Mengumpulkan data dan memperoleh gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung.

2. Menemukan model instrumen beserta rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik.

3. Mengukur efektivitas instrumen dan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan wawasan bimbingan dan konseling, baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan konsep mengenai adaptasi karir, merumuskan bentuk program layanan bimbingan dan konseling berbasis adaptasi karir, serta menghasilkan rumusan program bimbingan karir di sekolah yang ada khususnya di Kab Bandung


(25)

a. Guru BK/Konselor.

1) Membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam mengidentifikasi peserta didik yang memiliki adaptasi karir yang rendah.

2) Membantu guru BK/Konselor dalam memahami peserta didik yang membutuhkan advokasi hasil peminatan.

3) Memberikan pemahaman dalam penyusunan program bimbingan konseling berbasis adaptabilitas karir.

b. Peneliti selanjutnya.

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menelaah konsep adaptabilitas karir

2) Sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan penelitian adaptabilitas karir berikutnya.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif sebagai suatu pendekatan yang banyak diterapkan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial (Suharsaputra, 2012:47). Muijs (Suharsaputra, 2012:47) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif diartikan sebagai metode yang digunakan untuk menjelaskan fenomena dengan data numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada upaya untuk melakukan verifikasi teori melalui pengujian hipotesis, sehingga operasionalisasi dari konsep teori menjadi konsep empiris. Langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif antara lain mengumpulkan data penelitian yang disajikan dalam bentuk laporan genalisasi analisis. Hasil generalisasi digunakan dalam menentukan kecenderungan-kecenderungan aspek variabel yang dianalisis dan disusun dalam bentuk program layanan bimbingan dan konseling.

2. Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan bentuk metode quasi experiment. Jenis desain ini juga seringkali disebut sebagai post-hoc research yang artinya

peneliti dapat melihat efek yang terjadi dari sebuah variabel setelah mengalami kejadian tertentu.


(27)

Tabel 3.1 Pretest–Posttest Design

Group Pretest Independent Variable Posttest

E Y1 X Y2

Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest, yaitu berupa adanya

pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan. Perlakuan diberikan pada kelompok yang sama untuk melihat terdapat atau tidaknya perubahan yang signifikan pada kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik, setelah diberikan treatment.

Pretest dilakukan dengan menggunakan inventori adaptabilitas karir.

Istilah Y2 adalah posttest yang dilakukan dengan menggunakan skala adaptabilitas

karir, dan X adalah treatment yang dilakukan dengan menggunakan dalam bentuk program layanan bimbingan karir. Dengan desain Pretest–Posttest diharapkan diperoleh suatu hasil penelitian yang sesuai dengan model program bimbingan karir yang mampu meningkatkan adaptabilitas karir sebagai output dari penelitan ini.

Penelitian ini menguji program terhadap peningkatan variabel adaptabilitas karir pada peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 melalui pendekatan kuantitatif. Studi ini memiliki tujuan salah satunya untuk mengembangkan alat ukur yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan kompetensi peserta didik dalam menghadapi transisi masa pendidikan dan jenjang karir. Output alat ukur adaptabilitas karir digunakan dalam penelitian untuk mengidentifikasi kemampuan peserta didik dalam meningkatkan adaptabilitas karir. Program yang disusun merupakan hasil dari pengolahan data penyebaran intrumen adaptabilitas


(28)

karir.

B.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bandung. Pemilihan wilayah Kabupaten Bandung dilakukan dengan pertimbangan banyaknya sekolah yang menjadi sekolah piloting pelaksanaan kurikulum 2013 dan melaksanakan program peminatan pada peserta didik baru Tahun Ajaran 2013-2014, dengan variasi wilayah yang terdapat di kabupaten Bandung, dari wilayah pedesaan hingga pemukiman padat penduduk, daerah perlintasan antar kota/kabupaten, lingkungan pertanian dan kawasan industri, diharapkan mendapatkan gambaran yang utuh mengenai kesiapan peserta didik dalam menghadapi kondisi perubahan lingkungan sosial dan berada dalam masa transisi karir semenjak awal masuk ke sekolah menengah atas.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil adalah peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014. Pemilihan subjek dilakukan dengan pertimbangan peserta didik kelas X memiliki karateristik serta persyaratan penelitian yaitu dalam masa proses transisi karir, yang dalam hal ini proses peminatan. Berdasarkan data pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, diperoleh data jumlah satuan pendidikan setingkat Sekolah Menengan Atas di wilayah Kabupaten Bandung adalah sebanyak 194 sekolah, yang terbagi atas 21 SMA.


(29)

Tabel 3.2

Jumlah SMA di Kab Bandung

DATA SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI SWASTA JUMLAH

21 173 194

Sumber : http://dapodik.kemdikbud.go.id

Atas pertimbangan jumlah populasi yang akan diteliti sangat banyak, daerah penelitian yang terlalu luas dan sulit dijangkau, waktu penelitian yang tidak terlalu lama, dana yang tersedia terbatas, serta tenaga peneliti yang terbatas, maka dilakukan penentuan sampel penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian menggunakan cluster sampling. Sugiyono (124: 2013) menjelaskan bahwa sampel ini digunakan untuk objek penelitian yang sangat luas. Pemilihan sampel ini terbagi dua tahap, yaitu pemilihan sampel daerah/wilayah dan sampel individu. Pembagian sampel pada tahap pertama akan mengikuti pola pembagian sekolah sasaran pelaksana kurikulum baru tahun 2013 di wilayah Kabupaten Bandung yang diperoleh dari website Pemantau Pelaksanaan Kurikulum. Berdasarkan data website tersebut, terdapat 19 sekolah yang menjadi sekolah sasaran yang mewakili seluruh populasi. Selanjutnya, sampel individu diperoleh dari kelompok peminatan yang diselenggarakan di setiap sekolah kelompok Matematika dan Ilmu Alam atau IPA dan Ilmu-Ilmu Sosial atau IPS. Pada masing-masing sekolah dipilih 2 pengelompokan


(30)

peminatan.

Tabel 3.3

Data SMA Sasaran Pelaksana Kurikulum 2013 di Kab Bandung

No Kode Sekolah Nama Sekolah

1. 20206151 SMAN 1 Baleendah 2. 20228442 SMAS KP Baleendah 3. 20227905 SMAN 1 Katapang 4. 20206209 SMAN 1 Margahayu 5. 20227900 SMAN 1 Nagreg 6. 20254054 SMAN 1 Rancaekek

7. 20227822 SMAS Angkasa Margahayu 8. 20256636 SMAS Pasundan Majalaya 9. 20251793 SMAN 1 Cileunyi

10. 20206169 SMAS Bina Muda Cicalengka 11. 20206205 SMAN 1 Soreang

12. 20227858 SMAS Mekar Arum Cileunyi 13. 20251792 SMAN 1 Cicalengka

14. 20206145 SMAN 1 Ciparay 15. 20251791 SMAN 1 Banjaran

16. 20251783 SMAS Pasundan Banjaran 17. 20206210 SMAN 1 Majalaya

18. 20206207 SMAN 1 Pangalengan 19. 20206213 SMAN 1 Ciwidey

Sumber : website SEPIK atau http://kurikulum.kemdikbud.go.id


(31)

kesamaan karakteristik subjek penelitian. Jumlah sampel kelas yang diambil dari masing-masing sekolah adalah 2 kelas untuk setiap sekolah, mewakili program peminatan yang cenderung diselenggarakan oleh masing-masing sekolah.

Tabel 3.4

Data Jumlah Data Sampel

No Nama Sekolah Jumlah peserta didik

1. SMAN 1 Baleendah 76 peserta didik 2. SMAN 1 Katapang 70 peserta didik 3. SMAN 1 Margahayu 77 peserta didik 4. SMAN 1 Nagreg 81 peserta didik 5. SMAN 1 Soreang 85 peserta didik 6. SMAN 1 Banjaran 77 peserta didik 7. SMAN 1 Ciwidey 80 peserta didik Jumlah 546 peserta didik

Sampel diperoleh dari sekolah sasaran. Sekolah sasaran adalah sekolah yang ditunjuk pemerintah menjadi pilot project pelaksana kurikulum 2013. Jumlah peserta didik yang menjadi sampel penelitian sebanya 546 peserta didik yang terbagi dalam 7 sekolah dengan dk = 5% sesuai rumus penentuan sampel Issac dan Michael (Sugiono,2013:128). Pada masing-masing sekolah dilakukan penyebaran instrumen pada 2 rombongan belajar dengan program peminatan yang berbeda, yaitu program Matematika-Sains dan Ilmu Sosial. Dalam proses penyebaran dari salah satu sekolah didapatkan satu kelas program Bahasa.


(32)

1. Adaptabilitas Karir

Pengertian adaptabilitas karir yang digunakan dalam studi ini mengadopsi pendapat dari Mark L Savickas dalam sebuah jurnal berjudul “Career

adaptability: An Integrative Construct for Life-span, Lifespace Theory” pada

tahun 1997. Dalam jurnal tersebut, adaptabilitas karir didefinisikan sebagai

…readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating

in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by changes in

work and working conditions . Dalam pernyataannya, Savickas menjelaskan

bahwa adaptabilitas karir berkaitan dengan kesiapan individu dalam menghadapi perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi kerja dan kondisi kerja.

Selanjutnya Savickas (2008) mendefinisikan adaptabilitas karir sebagai

…individual s readiness and resources for coping with current and anticipated

tasks, transitions, traumas in their occupational roles that, to some degree large

or small, alter their social integration . Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

adaptabilitas karir merupakan kesiapan dan sumber daya individu untuk mengatasi dan mengantisipasi tugas-tugas saat ini, masa transisi, trauma dalam peran pekerjaan dengan derajat yang besar atau kecil serta mengubah integrasi sosial mereka.

Selanjutnya pernyataan Savickas dipertegas oleh Duffy (2010) dengan menyebutkan bahwa:

career adaptability is defined as the readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by changes


(33)

in work and working condition

Dalam pengertian di atas disebutkan bahwa adaptasi karir adalah kesiapan untuk menghadapi tugas-tugas dan berpartisipasi dalam penyesuaian peran kerja yang diminta dalam perubahan pekerjaan dan kondisi kerja.

Selain itu Porfeli & Savickas (2011:357) menyatakan bahwa …career

adaptability enables individuals to effectively implement their self-concepts in

occupational roles . Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa adaptasi karir

mampu menjadikan individu secara efektif mengimplementasikan konsep diri dalam aturan kerja. Hirschi, A. (2009) menyebutkan bahwa “career adaptability is a sign of thriving in adolescence which directly relates to positive youth

development.” Adaptasi karir merupakan tanda berkembang pada remaja yang

secara langsung berkaitan dengan perkembangan positif pada remaja.

Pada tahun 2011, Bimrose dkk menjelaskan konsep adaptabilitas karir dalam

“The term career adaptability describes the conscious and continuous exploration of both the self and the environment, where the eventual aim is to achieve synergy between the individual, their identity and an occupational environment. Developing career adaptability has a focus on supporting and encouraging individuals to be autonomous, by taking responsibility for their own career development.”

Adaptasi karir menggambarkan eksplorasi sadar dan berkelanjutan dari diri dan lingkungan, yang tujuan akhirnya adalah untuk mencapai sinergi antara individu, identitas mereka dan lingkungan kerjanya. Mengembangkan kemampuan beradaptasi karir memiliki fokus pada dukungan dan dorongan individu untuk mandiri, dengan bertanggungjawab pada pengembangan karir mereka sendiri.


(34)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya adaptabilitas karir memiliki kaitan dengan:

a. kesiapan dalam menghadapi perubahan peran dan masa transisi kerja; b. kesiapan ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan tugas-tugas,

mampu berpatrisipasi, dan menghadapi serta menyelesaikan kondisi trauma pekerjaan;

c. upaya individu secara efektif mengimplementasikan konsep diri dalam aturan kerja;

d. bentuk upaya dilakukan dengan cara mengeksplorasi secara sadar dan berkelanjutan dari diri sendiri dan lingkungan;

e. salah satu ciri perkembangan positif pada remaja;

f. perasaan memiliki tujuan akhir mencapai sinergi antara individu, identitas mereka dan lingkungan kerjanya;

g. tindakan fokus pada dukungan dan dorongan individu untuk mandiri, dengan bertanggungjawab pada pengembangan karir mereka sendiri.

Savickas (Bimrose:2011) memberikan batasan masalah dalam bentuk sub-variabel adaptasi karir yang antara lain:

1) concern, mengacu pada rangsangan atau mengembangkan sikap positif

dan optimis ke masa depan;

2) control, menekankan pada perilaku tegas pada pilihan yang pengaruhi

situasi dan keputusan;

3) curiosity, menekankan pada nilai dalam memperluas cakrawala dengan


(35)

4) confidence, berhubungan dengan rasa percaya diri dan kemampuan untuk mencapai hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan karir.

Berdasarkan penjelasan dan sejumlah definisi di atas, maka secara operasional adaptabilitas karir diartikan sebagai kompetensi karir peserta didik SMA dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan peran dan masa transisi yang ditunjukan dengan kemampuan mengerjakan tugas-tugas, mampu berpatrisipasi, dan menghadapi/ menyelesaikan kondisi trauma melalui eksplorasi diri yang berkelanjutan dan mengimplementasikan konsep diri dalam aturan lingkungan kerja dengan tujuan untuk mencapai sinergi antara individu, identitas dan lingkungan sebagai perwujudan perkembangan perilaku yang positif

Adaptabilitas karir terdiri dari 4 dimensi dan 4 aspek. Keempat dimensi/aspek tersebut adalah :

a. kepedulian ditunjukan dengan kesadaran dalam melakukan tindakan/ keputusan.

b. pengendalian ditunjukan dengan perilaku tegas pada pilihan;

c. keingintahuan ditunjukan dengan kemampuan bereksperimen dalam mengembangkan pemikiran; dan

d. kepercayaan diri yang ditunjukan dengan kegigihan dalam mendapatkan sesuatu;

2. Program Bimbingan Karir

Program bimbingan karir adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti kepada peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di Kabupaten Bandung untuk meningkatkan adaptabilitas karir, yang terdiri dari :


(36)

a. Rasional

b. Analisis Kebutuhan c. Tujuan

d. Komponen e. Strategi

f. Rencana operasional

g. Pengembangan Satuan Layanan h. Evaluasi

Program layanan bimbingan karir disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan berisi layanan dasar, layanan responsif , perencanaan individual dan dukungan sistem. Program bimbingan karir diberikan dalam bentuk strategi penyampaian berupa bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konsultasi, penilaian individual/ kelompok dan small-group advisment. Strategi program selanjutnya disusun

dalam suatu rencana operasional dan dikembangkan dalan bentuk satuan layanan. Agar program yang disusun dapat berjalan dengan lancar, dan efektif dilakukan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil program bimbingan karir.

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut.

Tahap 1. Proses identifikasi masalah untuk mendapatkan gambaran tentang gejala dan fenomena dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai hubungan antar variabel


(37)

pertanyaan penelitian dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyusun tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian.

Tahap 3. Perumusan alat pengumpulan data sehingga data dapat diukur dan diobservasi pada semua variabel. Penelaahan dan judgement

instrumen oleh pakar dan praktisi ahli.

Tahap 4. Proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen, judgement

setiap pertanyaan dan jawaban instrumen. Pengolahan data yang terkumpul dalam bentuk angka. menghimpun informasi.

Tahap 5. Analisis dan interpretasi data. Menggunakan metode statistik dalam mengolah dan menentukan kecenderungan. Dilanjutkan hasil deskripsi pengaruh dan membandingkan perbedaan antar kelompok serta hubungan antarvariabel. Interpretasi kecenderungan hasil penelitian dengan awal dan penelitian terdahulu

Tahap 6. Menyusun program berdasarkan interpretasi kecenderungan hasil penelitian melakukan treatment (perlakuan) sesuai program yang telah disusun. Dilanjutkan dengan telaah dan judgement pertimbangan program.

Tahap 7. Melakukan uji efektivitas program dengan menggunakan instrument yang sama. Dilanjutkan dengan analisis perbandingan antara hasil uji awal dan akhir setelah diberikan perlakuan

Tahap 8. Menyusun laporan dan evaluasi hasil penelitian dengan menggunakan struktur sesuai dengan ketentuan yang sudah ada dan menggunakan


(38)

pendekatan yang obyektif dan tidak bias.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Alat ukur yang disusun untuk mengukur adaptabilitas karir diberi nama Inventori Kemampuan Adaptasi Karir diadopsi dari Career Adapt-Abilities Scale

(CAAS) yang disusun oleh Savickas (2012) untuk penelitian di 13 negara. Instrumen selanjutnya ditambah dan dimodifikasi sehingga memiliki kesesuaian dengan budaya dan kemampuan peserta didik. Alat ukur ini dikembangkan berdasarkan konsep Savickas (2011), Porfeli (2012), Duffy (2010) dan Bimrose (2011). Setiap item dalam instrumen menggambarkan dimensi adaptabilitas peserta didik dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan peran karir dan pola belajar/bekerja. Inventori Kemampuan Adaptasi Karir disajikan dalam bentuk dua alternatif jawaban Ya dan Tidak. Jawaban memiliki bobot jawaban 0 (nol) dan 1 (satu), yang selanjutnya akan dijumlahkan berdasarkan masing-masing dimensi dan untuk memperoleh skor adaptabilitas yang akan menjadi penentu dalam pengkategorian individu atau kelompok sampel penelitian.

Variabel Dimensi Aspek Indikator No Item

ADAPTABILITAS KARIR

Kepedulian Kesadaran

dalam melakukan tindakan/ keputusan

Terlibat dalam

membuat pilihan 5,6,7,9,19,26,31, 32,37,45

Penuh kesiapan dalam menghadapi masa depan

4,8,12,15,18, 20, 29,35,51, 66,89


(39)

Tabel 3.5

Kisi dan Konstruk Instrumen

1. Skor dan Penafsiran

Inventori ini memberikan bobot skor 1 untuk setiap pernyataan yang menunjukkan indikator perilaku adaptabilitas karir. Proses pemberian skor pada instrumen akan dihitung berdasarkan setiap jumlah jawaban pernyataan yang menunjukkan salah satu indikator perilaku. Setiap jumlah skor indikator perilaku kemudian akan digolongkan pada masing-masing dimensi/aspek. Masing-masing indikator pada setiap dimensi tersebut akan dipisahkan berdasarkan laju dan tingkat perubahannya, agar didapatkan kategori untuk kompetensi individu atau

Pengendalian Ketegasan

pada pilihan Disiplin menentukan yang utama

2,30,47,54,62 ,69,71, 83

Willful pada pilihan 10, 11,17, 23,

33, 44, 56, 70 , 72, 84, 85 Keingintahuan Bereksperimen

mengembangk an pemikiran

Mengambil resiko

keputusan karir 24,38,39,40,42,43,48,60,79 ,82, 86 Inquirin pada

pilihan/keputusan karir 3,14,16,22,25 ,27,28,50,52, 53,59,67,73, 74,75,76,77, 78,80 Kepercayaan

diri Gigih dalam mendapatkan sesuatu Berusaha memaksimalkan potensi 1,13,36,41,46 ,49,57,61,63, 68,87, 88,90 Mengerjakan tugas


(40)

kecenderungan kelompok. Penjelasan proses pengkategorian dijelaskan pada penjelasan pengkategorian.

2. Pengkategorian

Pembagian kategori adaptabilitas karir dalam penelitian ini akan merujuk pada penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Härtung, Porfeli dan Vondracek (2008:63). Dalam jurnal yang ditulisnya disebutkan bahwa adaptasi didefinisikan dari segi laju dan tingkat perubahan. Tingkat perubahan menunjukkan batas kemampuan beradaptasi, sedangkan laju perubahan mencerminkan respon adaptasi.

Gambar 3.2

Pembagian Kategori Adaptabilitas Karir

Crites dan Savickas (Härtung, 2008) membuat pembedaan konseptual antara

derajat dan laju perkembangan karir untuk menunjukkan masing-masing jumlah tugas perkembangan yang telah selesai dan sejauh mana tugas-tugas karir seseorang telah terpuaskan atau teratasi. Tingkat dan laju perubahan menghasilkan

Advancing (Maju) Constricting (Sempit) Delaying (Tunda) Thwarting (Gagal) Laju Perubahan Ti ngk at P er ub ah an Ce p at L am b at


(41)

empat kategori adaptasi: Advancing (maju), Constricting (sempit), Delaying

(tunda), dan Thwarting (gagal)

Tabel 3.6

Penyusunan Kategori Adaptabilitas Karir

Laju Tingkat Kategori

Tinggi Tinggi Advancing (maju) Tinggi Rendah Delaying (tunda) Rendah Tinggi Constricting (sempit) Rendah Rendah Thwarting (gagal)

Advancing (maju) menunjukkan berbagai tugas perkembangan yang

selesai dan pada tingkat yang lebih tinggi dari kelompok. Constricting (sempit) menunjukkan jumlah kecil tugas perkembangan yang selesai akan tetapi merupakan tugas yang berada pada tingkat yang lebih tinggi. Delaying (tunda) menunjukkan penyelesaian sejumlah banyak tugas perkembangan akan tetapi lebih lambat pengerjaannya dari kelompok. Thwarting (gagal) menunjukkan sejumlah kecil tugas yang selesai dan pengerjaan yang lebih lambat dari kelompok.

3. Penimbangan (judgement) Instrumen Penelitian

Sebuah alat ukur yang baik adalah alat yang mampu memberikan ukuran yang tepat terhadap objek yang menjadi ukurannya atau dengan kata lain dapat diandalkan. Dan untuk mendapatkan keterandalan sebuah alat ukur perlu


(42)

dilaksanakan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh para ahli. Dalam penimbangan instrument penelitian dilakukan oleh 3 orang pakar dan praktisi ahli dalam membahas intrumen atau alat ukur serta variabel penelitian yaitu bimbingan dan konseling karir.

Pakar dan praktisi ahli yang dilibatkan dalam penimbangan instrumen penelitian dan berperan sebagai pakar dalam keilmuan bimbingan dan konseling karir. Berdasarkan hasil proses judgement diperoleh 4 dimensi, 4 ruang lingkup dan 4 indikator yang dikembangkan dari aspek variabel adaptabilitas karir. Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi 8 sub-indikator atau 2 untuk masing-masing indikator. Dari 8 sub-indikator tersebut diperoleh 91 item pernyataan dalam bentuk pilihan ganda atau force choice.

4. Uji Keterbatasan Instrumen Penelitian

Setelah dilakukan penimbangan serta pengujian instrumen yang dilaksanakan oleh pakar dan praktisi ahli, diperoleh beberapa keterbatasan yang terdapat dalam instrumen penelitian, sebagai berikut :

a. Definisi konsep dan operasional dalam menjabarkan adaptabilitas karir diperlukan kajian yang lebih mendalam.

b. Masih terdapat beberapa tata bahasa dalam item pertanyaan yang perlu diperbaiki terkait dengan penyesuaian budaya dan kemampuan penalaran berfikir peserta didik dalam memahami instrumen

c. Instrumen masih belum disesuaikan dengan dengan tingkat dan jenjang yang lain selain SMA.


(43)

e. Pertimbangan ulang mengenai bentuk jawaban seperti force choice atau skala likert untuk menghasilkan jawaban yang mengerucut

f. Pertimbangan ditambahkan item dan pemisahan instrument untuk setiap dimensi

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Validitas

Proses pengujian instrumen, dilaksanakan dengan penyebaran angket dan melaksanakan pengujian statistik dalam menggungkap tingkat validitas serta reliabilitas instrument. Pengujian validitas digunakan untuk mengukur hal yang seharusnya diukur atau mengukur ketepatan. Validitas penelitian menggunakan korelasi Point Biserial. Korelasi Point Biserial digunakan dalam analisis per item instrumen dengan pertimbangan: data bersifat dikotomis, yaitu berbentuk jawaban Ya dan Tidak, jika jawaban Ya diberi skor 1 dan jika jawaban Tidak diberi skor 0 dan peubah berskala interval maka teknik korelasi digunakan dengan rumus Korelasi Point Biserial

Keterangan :

rpbis = Koefisien korelasi point biserial

Yp = Mean skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar


(44)

Yt = Mean skor total

St = Standar deviasi skor total

p = Proposi peserta tes yang jawabannya benar pada soal

q = 1-p (Furqon, 2011: 108)

Uji validitas instrumen diambil dari 157 sampel peserta didik kelas X. Nunnally (Surapranata, 2006: 64) menjelaskan setiap perhitungan validitas item akan dinyatakan sebagai butir item yang baik atau valid jika memiliki korelasi di atas 0,30.

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian validitas pada setiap item, dihasilkan 66 item dari 91 item dinyatakan valid dan 25 item tidak valid (data terlampir). Setiap item penyataan instrumen cukup mewakili 4 dimensi variabel adaptabilitas karir, yang terdiri dari 17 item dimensi kepedulian, 14 item dimensi pengendalian, 18 item keingintahuan dan 17 item kepercayaan diri.

b. Reliabilitas

Pengujian reliabitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur yang seharusnya di ukur. Reliabilitas ditentukan dengan persamaan produk moment, yang selanjutnya menyesuaikan dengan koefisien reliabilitas. Berikut rumus persamaan produk moment dan hasil uji reliabilitas instrumen

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan :


(45)

n =jumlah sampel

xy =merujuk pada skor simpangan

X dan Y=merujuk pada skor asli (skor mentah) (Furqon, 2011:103)

} ) 4083 ( ) 108541 )( 157 }{( ) 3938 ( ) 100846 )( 157 {( ) 4083 )( 3938 ( ) 103985 )( 157 ( 2 2     xy r

9

0,71166122

xy

r

Formula Spearman-Brown digunakan untuk menghitung reliabilitas keseluruhan tes dengan persamaan sebagai berikut:

� =

+�

(Surapranata, 2006:107) Sehingga diperoleh koefisien sebagai berikut:

� = + ,, � = .

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh kategori instrumen dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, jika nilai r hitung < rtabel

maka instrumen tidak reliabel, jika nilai r hitung ≥ rtabel maka instrumen reliabel.

Perhitungan realibilitas di atas menunjukkan bahwa rtabel =0.156 (n=157),

sehingga rhitung (0,83) lebih besar dari r tabel dan menunjukkan bahwa instrumen

reliabel. Adapun kategori koefisien reliabilitas (r) menyesuaikan dengan pendapat Guilford, sebagai berikut:


(46)

Kategori Koefisien Reliabilitas

Koefisien reliabilitas Kategori

0,80 < r < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r < 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < r < 0,40 Reliabilitas rendah

1,00 < r < 0,20 Reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Nilai r =0,83 menunjukkan bahwa intrumen memiliki kategori koefisien reliabilitas sangat tinggi.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner (Angket)

Proses pengumpulan data dengan menggunakan angket atau kuesioner digunakan untuk mendapatkan data kecenderungan tingkat adaptabilitas pada peserta didik. Dalam teknisnya angket disebarkan dalam kelas yang dipilih secara acak, dengan anggapan bahwa tidak ada perbedaan antar masing masing kelas tersebut. Namun, sebagai bahan pertimbangan dilakukan pembanding antara kelas Ilmu Alam dan Ilmu Sosial, serta perbandingan hasil pengumpulan data antar masing masing sekolah. Pertimbangan ini dilakukan atas dugaan bahwa tingkat persiapan dan pengetahuan yang berbeda pada dua kelompok mata pelajaran tersebut dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam mempersiapkan diri menghadapi masa transisi karir.

2. Wawancara


(47)

kepada guru bimbingan dan konseling. Pertanyaan wawancara lebih mengarah pada materi bimbingan dan konseling karir serta gambaran umum kesiapan peserta didik dalam mempersiapkan masa transisi kerja dan pendidikan. Selain itu beberapa pertanyaan terbuka juga ditujukan pada peserta didik setelah melaksanakan pengisian instrumen yang disebarkan di ruang kelas.

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan dibantu oleh guru bimbingan dan konseling di setiap sekolah sasaran. Penyebaran angket dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu. Waktu tersebut dikalkulasikan berdasarkan banyaknya jumlah sekolah kemudian dikalikan dengan proses perizinan dan pelaksanaan. Proses pengisian instrumen membutuhkan waktu untuk mengisi sekitar 1 jam pelajaran. Dengan dengan ditambahkan 1 jam pelajaran, diisi dengan observasi dan memberikan pertanyaan terbuka mengenai kesiapan peserta didik dalam menghadapi transisi karir.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Tahap awal pengolahan data dilakukan dengan melakukan input data dalam software pengolah data dengan kode jawaban 1 untuk jawaban “YA” dan 0 untuk jawaban “TIDAK”. Dilanjutkan dengan mengelompokan ulang setiap item dalam 4 dimensi adaptabilitas karir yaitu kepedulian, pengendalian, keingintahuan dan kepercayaan diri. Setiap dimensi terdiri dari 2 kategori yaitu laju dan tingkat perubahan. Sehingga total seluruhnya menjadi 8 kelompok item pernyataan.


(48)

Skor masing-masing kelompok selanjutnya di akumulasikan sehingga menjadi skor awal. Perubahan skor awal menjadi skor matang dilakukan dengan penggunaan rumus t-skor, dengan tujuan mendapatkan standar skor untuk masing -masing kelompok item dimensi.

Keterangan : t =skor t

x =skor responden/kelompok pernyataan xbar =rata-rata skor

Std =standar deviasi (Rachmat, 1988) Skor–t digunakan untuk memperoleh besaran skor baku dengan rata-rata skor sebesar 50 dari skor mentah, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu. Skor klasifikasi juga digunakan untuk memisahkan tingkat dan laju perubahan dalam empat kategori adaptasi: Advancing (maju), Constricting

(sempit), Delaying (tunda), dan Thwarting (gagal) 2. Analisis Data

Hasil data yang terkumpul selama penelitian dilakukan analisis sehingga menjadi deskripsi yang bermakna. Proses analisis data berlangsung sejak data terkumpul sampai dengan akhir penelitian dengan arahan dari pertayaan penelitian.

Analisis data dijabarkan berdasarkan hasil proses penelitian yang meliputi :

a. analisis statistik deskriptif yaitu analisis yang pergunakan untuk

�= ���−�


(49)

Agus Sunarya, 2014

Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggambarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk kesimpulan umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013:199), sehingga dapat memberi profil adaptabilitas karir peserta didik kelas X SMA di wilayah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013-2014. Dilanjutkan dengan display data, dimaksudkan untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian -bagian tertentu dari penelitian. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat berbagai macam grafik, matriks atau chart.

b. penyusunan model rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan atau hipotesis aspek–aspek yang dominan. Aspek tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rasionalisasi program, tujuan, komponen, target dan sasaran, rencana operasional hingga pengembangan satuan layanan

c. pengujian signifikasi hipotesis dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan karir diuraikan dalam bentuk uji perbedaan 2 rata-rata. Furqon (2011: 189) menyebutkan bahwa evektivitas perlakuan yang tengah dikaji ditandai oleh perubahan (perbedaan) antara rata-rata Pre-tes

(μ1) dengan rata-rata Post-tes (μ2). Dengan hipotetis statistik sebagai

berikut:

Galat baku perbedaan dua buah rata-rata yang berkorelasi dapat ditulis H0: μ1 = μ2

H1: μ1 < μ2


(50)

seperti tampak pada rumus berikut Keterangan:

SY = galat baku rata-rata

R12 = koefisien korelasi antara perangkat skor pada kelompok 1 dengan

perangkat skor pada Kelompok 2

(Furqon, 2011:191) Rumus uji –t dengan menggunakan galat baku yang melibatkan korelasi antara kedua perangkat skor dapat ditulis kembali dengan mengikuti distribusi normal t dengan dk = n-1 dimana n adalah jumlah subjek.

Adapun rumus uji-t adalah Keterangan:

D = skor kelompok 1 dikurangi skor kelompok 2

SD = galat baku rata-rata D (Furqon, 2013:192-193) 3. Validasi Rasional Program

Proses validasi rasional program diberikan kepada 2 orang guru bimbingan dan konseling yang menjadi sasaran penelitian. Pengujian program meliputi uji empiris dan uji isi program. Pada pengujian empiris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji keterbacaan dan kepraktisan program bimbingan dan konseling karir. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan peserta didik dan guru BK SMAN di Kabupaten Bandung. Uji kepraktisan (usebility) program melibatkan guru BK SMA Negeri Kabupaten Bandung. Uji validasi program

=� �


(51)

memberikan tinjauan dan pertimbangan mengenai rumusan rasional yang diberikan dalam bentuk kuesioner terbuka yang dapat dilihat pada bagian lampiran.

Lembar validasi kelayakan terdiri atas dua bagian yaitu bagian satu landasan teoritik berupa program umum dan pedoman operasional berupa satuan layanan bimbingan dan konseling. Komponen yang dinilai dalam landasan teoritik program adalah Rumusan Rasional, Rumusan Tujuan, Deskripsi Kebutuhan, Komponen Program, Target dan Sasaran Program, Rencana Operasional, Pengembangan Tema

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling, Lembar Kerja Layanan Bimbingan, Evaluasi. Hasil validasi kelayakan menunjukan tingkat kelayakan komponen program memadai menjadi program bimbingan dan konseling adaptabilitas karir. Hasil validasi landasan operasional menunjukan guru BK/konselor dapat dilaksanakan program, jika dilatih terlebih dahulu tahapan dan jenis kemampuan yang harus dimiliki untuk melaksanakan program bimbingan


(52)

(53)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan menghasilkan sejumlah kesimpulan berikut.

1. Adaptabilitas karir peserta didik SMA kelas X di Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 memiliki batas kemampuan yang cukup tinggi dalam menghadapi perubahan atau masa transisi karir, namun kemampuan tersebut tidak diikuti dengan respon peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa transisi karir. Sikap kurang peduli dan tidak tidak tegas terindikasi menjadi kendala peserta didik tidak memiliki adatabilitas tinggi. 2. Inventori Adaptabilitas Karir sebagai alat ukur adaptabilitas karir membantu

memperkaya model-model alat ukur yang dipergunakan dalam keilmuan bimbingan dan konseling khususnya dalam melaksanakan evaluasi proses peminatan. Inventori dimanfaatkan sebagai alat ukur dan pengumpul data dari penyususnan program bimbingan dan konseling karir

3. Program bimbingan dan konseling karir yang disusun dapat meningkatkan adaptabilitas karir. Dimensi karir yang komplek dan menyentuh segala aspek sangat penting menjadi pertimbangan dalam penyusunan program, sehingga dapat meningkatkan adaptabilitas karir secara optimal. Beberapa faktor kemampuan guru BK seperti wawasan/pengetahuan karir yang bermaanfaat bagi peserta didik, pemahaman dan penguasaan materi bimbingan, media dan


(54)

kreatifitas yang membantu dalam penyampaian program serta kondisi psikologis perkembangan remaja seyogyanya menjadi hal yang pertimbangkan agar kompleksitas permasalahan karir dapat disentuh oleh program.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, diberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan konsep, instrumen dan program, bagi penyelesaian masalah, dan para praktisi sekolah. 1. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan instrumen adaptabilitas karir peserta didik sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan peserta didik beradaptasi dengan lingkungan SMA. Hasil analisis juga dapat digunakan untuk menambah referensi data dalam menentukan peserta didik yang memiliki batas kemampuan dan respon yang cukup untuk menjalani pembelajaran sesuai dengan pilihan peminatan pada saat penerimaan peserta didik dan masa pengenalan lingkungan sekolah. Guru BK/konselor dapat memanfaatkan dan mengembangkan program layanan bimbingan karir sebagai media evaluasi proses peminatan jika terdapat peserta didik yang menghendaki untuk merubah pilihan peminatan terdahulu, sebelum akhir semester pertama berakhir. Dengan demikian program bimbingan karir mewujudkan peran guru BK/konselor sebagai advokasi aksesibilitas pilihan program, layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan peserta didik. 2. Peneliti Selanjutnya


(55)

Hasil pembahasan penelitian memberikan rekomendasi agar dilaksanakan kajian lanjutan dari konsep adaptabilitas karir sehingga konsep lebih kaya. Kajian lanjutan dapat diarahkan pada penambahan variabel penelitian dan/atau dimensi adaptabilitas karir, seperti pengaruh kedekatan dengan orang tua, latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga atau penambahan dimensi lain dari adaptabilitas karir.

Rekomendasi selanjutnya, agar instrumen dikembangkan secara terpisah dan lebih spesifik berdasarkan masing-masing dimensi adaptabilitas karir. Program bimbingan dan konseling karir seyogyanya dikembangkan berdasarkan analisis latar belakang atau karakter peserta didik. Profil adaptabilitas seyogyanya dikaji berdasarkan ketercapaian peserta didik pada masing-masing dimensi. Penyampaian program diharapkan menggunakan media yang lebih banyak, Pemberian konseling individual dan observasi terhadap latar belakang keluarga untuk membantu pemahaman dan penanganan permasalahan peserta didik yang tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi masa transisi karir.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Bimrose, Jenny. 2011. The Role of Career Adaptability in Skills Supply, UK Commission for Employment and Skills.

Brown, Duane and Associates. 2002. Career Choice and Development 4th

Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Brown, Steven D. dan Lent, Robert W. 2005. Career Development and

Counseling : Putting Theory and Research To Work. John Wiley & Sons,

Inc.

Cossette dan Allison. 2007.Three Theories of Career Development and Choice.

Edmonds Community College.

Creswell, W. John. 2003. Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Qualitative and Quantitative Research. (Third

Edition).Pearson: Merrill Prentice Hall.

Creed, Peter A dkk. The relationship between career adaptability, person and

situation variables, and career concerns in young adults. Career

adaptability and career concerns. Griffith University Queensland, Australia.

Dahir, Carol A dan Stone, Carolyn Bishop. 2012. The Transformed School

Counselor Brooks/Cole, Cengage Learning.

Daud, Abu. 2010. Teori Konstruktivisme Karier.

http://abudaud2010.blogspot.com/2010/12/teori-konstruktivisme-karier.html

Depdiknas, 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Duffy, Ryan D. published online 13 September 2010. Sense of Control and

Career Adaptability Among Undergraduate Students. Journal of Career

Assessment.

Furqon. 2011. Statistika Terapan untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Hirschi, A. 2009. Career adaptability development in adolescence: Multiple

predictors and effect on sense of power and life satisfaction. Journal of


(57)

Härtung, Paul J. dkk. September 2008. Career Adaptability in Childhood. The Career Development Quarterly Vol 57. National Career Development Association.

Hurlock, Elizabeth.B. 1991. Psikologi Perkembangan.. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kartadinata, Sunaryo. 2013. Draf Pengawalan Penyusunan Kurikulum 2013, Seminar. UPI.

Kemendikbud. 2013. Jumlah Data Satuan Pendidikan Per Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat. http://refsp.data.kemdikbud.go.id/.

Leong, Frederick T.L. 2008. International Career Adaptability Project: An

Overview and Future Directions. Michigan State University

http://psychology.msu.edu/cmpr/.

Oebaidillah, Syarief. Senin, 22 Juli 2013. http://www.metrotvnews.com/metronews/ read/2013/07/22/3/169873/ Terjadi-Pendewaan-Peminatan-Bidang-IPA-di-Masyarakat.

PERMENDIKNAS NO 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidikan.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2011. Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung.

Purnama,Yaktiva Dwi, 2010. http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/ sejarah-bimbingan-konseling.html .

PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Prelovský, Ivan diunduh Maret 2013. Concept, Definition And Activities Of

Career Guidance And Counselling. www.ies.stuba.sk.

Pinasti , W 2011. Pengaruh Self-Efficacy, Locus Of Control Dan Faktor

Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1364/1/WORO %20PINASTI-FPS.pdf. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Rachmat, Cece dan Solehudin. 1988. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Publikasi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP. Bandung. Rottinghaus, Patrick J. dkk 2011. The Career Futures Inventory-Revised :

Measuring Dimensions of Career Adaptability. The Journal of Career

Assessment. published online 10 October 2011. 102


(58)

Savickas, Mark L. and Porfeli , Erik J. Hak Cipta 2011. Career Adapt-Abilities

Scale. Instrumen.

Savickas, Mark L. and Porfeli , Erik J. Received 2 January 2012. Career

Adapt-Abilities Scale: Construction, reliability, and measurement equivalence across 13 countries. Journal of Vocational Behavior.

Savickas, Mark L. and Porfeli , Erik J. published online 26 May 2011. Revision of

the Career Maturity Inventory : The Adaptability Form. Journal of

Career Assessment.

Savickas, Mark. L. 1997. Career adaptability: An Integrative Construct for

Life-span, Lifespace Theory, dalam Journal Career Development Quarterly,

Vol. 45.

Savickas, Mark L. 2012. Life Design: A Paradigm for Career Intervention in the

21st Century Dalam Journal of Counseling & Development, January

2012, Volume 90.

Suherman, Uman. 2009. Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan, Prodi Bimbingan dan Konseling, SPS UPI. Bandung .

Super, Donald. E. 1957. The psychology of careers: an introduction to vocational

development. Harper. New York.

Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi

Hasil Tes. Rosdakarya. Bandung.

Supriatna, Mamat. 2013. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Raja Grafindo Persada. Jakarta .

Surya, Mohamad, 2009. Dimensi Minat Dalam Bimbingan Karir dalam Minat Dalam Pemilihan Karir, Prodi Bimbingan dan Konseling, SPS UPI. Bandung .

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Wingkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta Grasindo.

Wicaksono, Soetam Rizky. dkk. 2011. Desain Penelitian Menggunakan Quasi

Experiment. http://www.slideshare.net/soetam/kuasi-eksperimen.

Yousefi, Zahra dkk. 2011. Personal and Situational Variables, and Career

Concerns: Predicting Career Adaptability in Young Adults. University of


(59)

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zunker, Vernon G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life

Planning. Second Edition. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing


(1)

kreatifitas yang membantu dalam penyampaian program serta kondisi psikologis perkembangan remaja seyogyanya menjadi hal yang pertimbangkan agar kompleksitas permasalahan karir dapat disentuh oleh program.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, diberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan konsep, instrumen dan program, bagi penyelesaian masalah, dan para praktisi sekolah.

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan instrumen adaptabilitas karir peserta didik sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan peserta didik beradaptasi dengan lingkungan SMA. Hasil analisis juga dapat digunakan untuk menambah referensi data dalam menentukan peserta didik yang memiliki batas kemampuan dan respon yang cukup untuk menjalani pembelajaran sesuai dengan pilihan peminatan pada saat penerimaan peserta didik dan masa pengenalan lingkungan sekolah. Guru BK/konselor dapat memanfaatkan dan mengembangkan program layanan bimbingan karir sebagai media evaluasi proses peminatan jika terdapat peserta didik yang menghendaki untuk merubah pilihan peminatan terdahulu, sebelum akhir semester pertama berakhir. Dengan demikian program bimbingan karir mewujudkan peran guru BK/konselor sebagai advokasi aksesibilitas pilihan program, layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan peserta didik. Peneliti Selanjutnya


(2)

Hasil pembahasan penelitian memberikan rekomendasi agar dilaksanakan kajian lanjutan dari konsep adaptabilitas karir sehingga konsep lebih kaya. Kajian lanjutan dapat diarahkan pada penambahan variabel penelitian dan/atau dimensi adaptabilitas karir, seperti pengaruh kedekatan dengan orang tua, latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga atau penambahan dimensi lain dari adaptabilitas karir.

Rekomendasi selanjutnya, agar instrumen dikembangkan secara terpisah dan lebih spesifik berdasarkan masing-masing dimensi adaptabilitas karir.

Program bimbingan dan konseling karir seyogyanya dikembangkan berdasarkan analisis latar belakang atau karakter peserta didik. Profil adaptabilitas seyogyanya dikaji berdasarkan ketercapaian peserta didik pada masing-masing dimensi. Penyampaian program diharapkan menggunakan

media yang lebih banyak, Pemberian konseling individual dan observasi terhadap latar belakang keluarga untuk membantu pemahaman dan penanganan permasalahan peserta didik yang tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi masa transisi karir.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bimrose, Jenny. 2011. The Role of Career Adaptability in Skills Supply, UK Commission for Employment and Skills.

Brown, Duane and Associates. 2002. Career Choice and Development 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Brown, Steven D. dan Lent, Robert W. 2005. Career Development and Counseling : Putting Theory and Research To Work. John Wiley & Sons, Inc.

Cossette dan Allison. 2007.Three Theories of Career Development and Choice.

Edmonds Community College.

Creswell, W. John. 2003. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. (Third Edition).Pearson: Merrill Prentice Hall.

Creed, Peter A dkk. The relationship between career adaptability, person and situation variables, and career concerns in young adults. Career adaptability and career concerns. Griffith University Queensland, Australia.

Dahir, Carol A dan Stone, Carolyn Bishop. 2012. The Transformed School Counselor Brooks/Cole, Cengage Learning.

Daud, Abu. 2010. Teori Konstruktivisme Karier.

http://abudaud2010.blogspot.com/2010/12/teori-konstruktivisme-karier.html

Depdiknas, 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Duffy, Ryan D. published online 13 September 2010. Sense of Control and Career Adaptability Among Undergraduate Students. Journal of Career Assessment.

Furqon. 2011. Statistika Terapan untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Hirschi, A. 2009. Career adaptability development in adolescence: Multiple predictors and effect on sense of power and life satisfaction. Journal of Vocational Behavior, 74(2), 145-155. doi:10.1016/j.jvb.2009.01.002


(4)

Härtung, Paul J. dkk. September 2008. Career Adaptability in Childhood. The Career Development Quarterly Vol 57. National Career Development Association.

Hurlock, Elizabeth.B. 1991. Psikologi Perkembangan.. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kartadinata, Sunaryo. 2013. Draf Pengawalan Penyusunan Kurikulum 2013, Seminar. UPI.

Kemendikbud. 2013. Jumlah Data Satuan Pendidikan Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat. http://refsp.data.kemdikbud.go.id/.

Leong, Frederick T.L. 2008. International Career Adaptability Project: An Overview and Future Directions. Michigan State University http://psychology.msu.edu/cmpr/.

Oebaidillah, Syarief. Senin, 22 Juli 2013. http://www.metrotvnews.com/metronews/ read/2013/07/22/3/169873/ Terjadi-Pendewaan-Peminatan-Bidang-IPA-di-Masyarakat.

PERMENDIKNAS NO 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidikan.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2011. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Purnama,Yaktiva Dwi, 2010. http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/ sejarah-bimbingan-konseling.html .

PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Prelovský, Ivan diunduh Maret 2013. Concept, Definition And Activities Of Career Guidance And Counselling. www.ies.stuba.sk.

Pinasti , W 2011. Pengaruh Self-Efficacy, Locus Of Control Dan Faktor

Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1364/1/WORO %20PINASTI-FPS.pdf. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Rachmat, Cece dan Solehudin. 1988. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Publikasi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP. Bandung. Rottinghaus, Patrick J. dkk 2011. The Career Futures Inventory-Revised :

Measuring Dimensions of Career Adaptability. The Journal of Career Assessment. published online 10 October 2011.


(5)

Savickas, Mark L. and Porfeli , Erik J. Hak Cipta 2011. Career Adapt-Abilities Scale. Instrumen.

Savickas, Mark L. and Porfeli , Erik J. Received 2 January 2012. Career Adapt-Abilities Scale: Construction, reliability, and measurement equivalence across 13 countries. Journal of Vocational Behavior.

Savickas, Mark L. and Porfeli , Erik J. published online 26 May 2011. Revision of the Career Maturity Inventory : The Adaptability Form. Journal of Career Assessment.

Savickas, Mark. L. 1997. Career adaptability: An Integrative Construct for Life-span, Lifespace Theory, dalam Journal Career Development Quarterly, Vol. 45.

Savickas, Mark L. 2012. Life Design: A Paradigm for Career Intervention in the 21st Century Dalam Journal of Counseling & Development, January 2012, Volume 90.

Suherman, Uman. 2009. Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan, Prodi Bimbingan dan Konseling, SPS UPI. Bandung .

Super, Donald. E. 1957. The psychology of careers: an introduction to vocational development. Harper. New York.

Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Rosdakarya. Bandung.

Supriatna, Mamat. 2013. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Raja Grafindo Persada. Jakarta .

Surya, Mohamad, 2009. Dimensi Minat Dalam Bimbingan Karir dalam Minat Dalam Pemilihan Karir, Prodi Bimbingan dan Konseling, SPS UPI. Bandung .

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Wingkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta Grasindo.

Wicaksono, Soetam Rizky. dkk. 2011. Desain Penelitian Menggunakan Quasi

Experiment. http://www.slideshare.net/soetam/kuasi-eksperimen.

Yousefi, Zahra dkk. 2011. Personal and Situational Variables, and Career Concerns: Predicting Career Adaptability in Young Adults. University of Isfahan (Iran), The Spanish Journal of Psychology 2011, Vol. 14.


(6)

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zunker, Vernon G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning. Second Edition. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.


Dokumen yang terkait

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIKPROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK: Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung T

0 4 52

PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL KOMPETENSI KARIR PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 4 37

PROGRAM BIMBINGAN BERBANTUAN WEB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK: Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas XI SMK Pasundan 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 45

PROGRAM BIMBINGAN KARIR MELALUI PEMANFAATAN MEDIA WEBLOG UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR SISWA : Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas X di SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 46

EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Eksperimen Kuasi di Kelas XI SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

1 6 78

PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK: Penelitian Eksperimen Semu terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

5 15 51

PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK SMK : Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 46

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA: Penelitian Eksperimen Semu Terhadap Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 55

PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERBASIS PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KARIR PESERTA DIDIK: Penelitian Eksperimen Murni Terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Subang Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 58

LAYANAN INFORMASI KARIR MEMBANTU PESERTA DIDIK DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KARIR

0 0 10