ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN ALASAN YANG TERDAPAT DALAM BUKU AJAR BAHASA JEPANG DI JPBJ FPBS UPI.

(1)

ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN ALASAN YANG TERDAPAT DALAM

BUKU AJAR BAHASA JEPANG JPBJ FPBS UPI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh:

RIFQOH ZAHROTUL FAIZAH 0800133

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012


(2)

ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG

MENYATAKAN ALASAN YANG

TERDAPAT DALAM BUKU AJAR

BAHASA JEPANG DI JPBJ FPBS UPI

Oleh

Rifqoh Zahrotul Faizah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Rifqoh Zahrotul Faizah 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN

ALASAN YANG TERDAPAT DALAM BUKU AJAR BAHASA JEPANG DI JPBJ FPBS UPI

Nama : RIFQOH ZAHROTUL FAIZAH

NIM : 0800133

SK Dekan No : 3546/UN40.3/DT/2012

Disetujui dan disahkan oleh:

Mengetahui, Pembimbing I

Dr. Dedi Sutedi, M.A., M.Ed. NIP. 196605071996011001

Pembimbing II

Juju Juangsih, S.Pd., M.Pd. NIP.197308302008122002

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI

Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum NIP. 196011081986012001


(4)

ABSTRAK

ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN ALASAN YANG TERDAPAT DALAM BUKU AJAR BAHASA JEPANG DI JPBJ

FPBS UPI

Rifqoh Zahrotul Faizah 0800133

Untuk menghubungkan antara kata yang satu dengan kata yang lain dan untuk memperjelas arti kata tersebut, maka dibutuhkan partikel (joshi) untuk menyambungkannya. Joshi ada beberapa jenis, salah satunya adalah

setsuzokujoshi.

Penelitian ini adalah mengenai analisis setsuzokujoshi kara, node, tame, dan te pada buku ajar bahasa Jepang, yaitu bunpou, dokkai, dan kaiwa. Partikel tersebut merupakan partikel pengungkap alasan yang paling sering ditemui. Meskipun memiliki arti yang sama, namun fungsi dan penggunaannya berbeda. Karena itu, untuk menghindari kesalahan berbahasa, perlu diketahui bagaimana penggunaan yang benar dari setsuzokujoshi tersebut. Kemudian apakah

setsuzokujoshi yang ada dalam buku ajar tersebut sudah sesuai atau belum dengan

tingkatan pada nouryokushiken.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data diperoleh dari kalimat-kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi

kara, node, tame, dan te dalam buku ajar tersebut. Dalam buku ajar tersebut

terdapat 213 kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi kara, node, tame, dan

te. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa setsuzokujoshi tersebut memiliki makna dan fungsi yang beragam. Kara bersifat

subjektif, oleh karena itu dapat disambungkan dengan kalimat yang mengungkapkan pemikiran pribadi. Sedangkan karena node, tame dan te bersifat objektif, tidak bisa digunakan bersamaan dengan kalimat yang berupa keputusan atau kemauan pribadi. Setelah dibandingkan dengan nouryokushiken, terdapat materi dibuku ajar yang seharusnya diberikan dilevel menengah, tapi diberikan dilevel dasar.


(5)

ABSTRACT

UTTERANCE ANALYSIS OF REASON THAT CONTAINED IN JAPAN LESSON BOOK OF JPBJ FPBS UPI

Rifqoh Zahrotul Faizah 0800133

To connect one word with another word, and to clarify the meaning of the word, it takes the particle (joshi). There are several types of particle or joshi, one of which is setsuzokujoshi.

This research is the analysis of kara, node, tame, and te in Japanese textbooks, namely bunpou, dokkai, and kaiwa. Those particles are the most commonly encountered in expressing the reasons. Despite having the same meaning, but functions and uses are different. Therefore, to avoid language of mistakes, it is necessary to know how to use the particle correctly. Then, to know whether the particles that contained in the textbook are appropriate or not to the level of the nouryokushiken (Japan language proficiency test).

The method used in this research is descriptive method. Sources of data obtained from the sentences that use setsuzokujoshi kara, node, tame, and te in the Japanese textbooks. In these textbooks contained 213 sentences using

setsuzokujoshi kara, node, tame, and te. Based on the analysis of data, it can be

concluded that setsuzokujoshi kara, node, tame, and te has diverse meanings and functions. Kara is subjective and therefore can be used together with a sentence that expresses personal thoughts. Meanwhile, because of node, tame and te is objective, can not be used in conjunction with a sentence that express decision or a personal whim. After compared with nouryokushiken (Japan language proficiency test), there are material in the textbooks that should be given at the mid-level, but given to the basic level.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK SINOPSIS

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Definisi Operasional ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Pengantar ... 9

B. Penggunaan Kara dalam Bahasa Jepang ... 12

C. Penggunaan Node dalam Bahasa Jepang ... 21

D. Penggunaan Tame dalam Bahasa Jepang ... 25

E. Penggunaan Te dalam Bahasa Jepang ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Metode Penelitian ... 35

B. Objek Penelitian ... 36

C. Sumber Data Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data... 38

1. Teknik Pengumpulan Data ... 38


(7)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Persamaan dan Perbedaan Kara, Node, Tame dan Te... 41

1. Persamaan Kara, Node, Tame dan Te ... 41

2. Perbedaan Kara, Node, Tame dan Te... 46

B. Analisis Kara dalam Bahasa Jepang ... 54

C. Analisis Node dalam Bahasa Jepang ... 89

D. Analisis Tame dalam Bahasa Jepang ... 102

E. Analisis Te dalam Bahasa Jepang... 105

F. Pembahasan ... 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. KESIMPULAN ... 122

B. SARAN ... 134

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan, gramatika, dan ragam bahasanya. Banyak aturan bahasa atau gramatika bahasa Jepang yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Sistem penulisan hurufnya pun sangat kompleks. Selain itu, banyak kosakata bahasa Jepang yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi sebuah kosakata yang sama. Hal tersebut sering menjadi kesulitan bagi pembelajar asing untuk dapat mempelajari bahasa Jepang dengan baik.

Berdasarkan gramatikalnya, bahasa Jepang memiliki sepuluh kelas kata yaitu doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i), keiyoodooshi (adjektiva-na), meishi (nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi),

setsuzokushi (konjungsi), jodooshi (verba bantu), dan joshi (partikel).

Untuk menghubungkan antara kata yang satu dengan kata yang lain dan untuk memperjelas arti kata tersebut, maka dibutuhkan partikel (joshi) untuk menyambungkannya. Joshi merupakan kata yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Partikel dalam bahasa Jepang ada beberapa jenis, seperti

kaku-joshi, setsuzoku-kaku-joshi, fuku-kaku-joshi, dan shuu-joshi (Sutedi, 2007: 167).

Dalam bahasa Indonesia, untuk mengungkapkan alasan biasanya


(9)

banyak partikel yang menyatakan alasan seperti kara, node, tame, te, okage de, sei

de, dan sebagainya. Partikel tersebut merupakan setsuzokujoshi. Meskipun

partikel tersebut memiliki arti yang sama, namun fungsi dan penggunaannya berbeda satu dengan yang lainnya. Partikel di atas adalah yang paling sering ditemui, dan itu hanya sebagian kecil dari contoh bentuk yang menyatakan alasan. Apabila kita lihat buku tata bahasa, terdapat banyak sekali bentuk yang menyatakan alasan yang berbeda cara pemakaiannya dan situasi penggunaannya. Oleh karena itu, dibutuhkan tingkat pemahaman yang cukup untuk bisa memahami penggunaan bentuk yang menyatakan alasan, supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

Karena banyaknya bentuk yang menyatakan alasan yang dapat digunakan dalam bahasa Jepang, namun hanya beberapa saja yang umum digunakan oleh pembelajar, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian. Dari sekian banyak setsuzokujoshi yang ada penulis tertarik untuk meneliti kara, node, tame, dan te. Alasan penulis meneliti keempat partikel tersebut adalah keempatnya sering ditemukan dalam buku ajar bahasa Jepang. Meskipun memiliki arti yang sama namun fungsi dari keempatnya berbeda-beda. Maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai penggunaan, serta persamaan dan perbedaan dari keempat partikel pengungkap alasan tersebut dalam buku ajar bahasa Jepang tingkat perguruan tinggi. Dan penulis ingin mengetahui apakah kara, node, tame, dan te yang ada dalam buku ajar tersebut sudah sesuai atau belum dengan tingkatan pada nihongo nouryokushiken.


(10)

Dengan didasari oleh alasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai setsuzokujoshi kara, node, tame, dan

te dengan judul Analisis Bentuk Ungkapan Yang Menyatakan Alasan Yang

Terdapat Dalam Buku Ajar Bahasa Jepang Di JPBJ-FPBS-UPI.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa persamaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna dan fungsi? 2. Apa perbedaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna dan fungsi? 3. Makna dan fungsi kara, node, tame dan te apa saja yang terdapat dalam

buku ajar bahasa Jepang?

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya meneliti bentuk ungkapan alasan yang terdapat dalam buku ajar bahasa Jepang UPI yaitu buku ajar bunpou, dokkai, dan kaiwa. 2. Penelitian ini hanya meneliti setsuzokujoshi kara, node, tame, dan te

dengan menggunakan buku referensi yaitu Nihongo Bunpou Handobukku,

Hitori De Manaberu Nihongo Bunpou dan Bunpou No Kiso Chishiki To Sono Oshiekata.


(11)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apa saja persamaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna dan fungsi.

2. Mengetahui apa saja perbedaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna dan fungsi.

3. Mengetahui makna dan fungsi kara, node, tame dan te apa saja yang terdapat dalam buku ajar bahasa Jepang.

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan mengenai bentuk ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar bahasa Jepang dari segi makna dan fungsi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembelajar bahasa Jepang, dapat digunakan sebagai bahan referensi mengenai bentuk ungkapan yang menyatakan alasan.

b. Dapat dijadikan masukan untuk bahan pengajaran bahasa Jepang di JPBJ FPBS UPI.

c. Diharapkan dapat membantu para pengajar bahasa Jepang terutama dalam mata kuliah bunpou, dokkai, kaiwa, sakubun, honyaku, dan sebagainya.


(12)

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dan ketidakjelasan makna dari kata-kata atau istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis akan mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

1. Analisis

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 58), pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb). Tujuan analisis bahasa ialah menemukan dan menentukan kaidah-kaidah. Dengan kaidah-kaidah itu, orang dapat meramalkan dan mengendalikan hubungan antara satu satuan bahasa dengan satuan bahasa yang lain (Parera, 2009:8). Analisis dalam penelitian ini adalah bentuk ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar bunpou, dokkai, dan kaiwa.

2. Setsuzokujoshi

Menurut Hirai dalam Sudjianto dan Dahidi (2009: 181), setsuzokujoshi dipakai setelah yougen (doushi, i-keiyoushi, na-keiyoushi) atau setelah

jodoushi untuk melanjutkan kata yang ada sebelumnya terhadap

kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Setsuzokujoshi yang diteliti dalam penelitian adalah kara, node, tame, dan te.

E. Metodologi Penelitian


(13)

Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan, metode dan teknik tertentu untuk menjawab suatu permasalahan. (Arifin, 2011: 2). Metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian (Sutedi, 2009: 53). Metode penelitian bahasa bertujuan mengumpulkan dan mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena bahasa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi, 2009: 58).

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diambil dari contoh-contoh kalimat yang terdapat dalam buku ajar bahasa Jepang JPBJ-FPBS-UPI yaitu dari buku ajar bunpou,

dokkai, dan kaiwa.

3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dan teknik. Istilah metode dan teknik sebenarnya sama-sama berarti “cara”. Bedanya, kalau metode adalah cara yang harus digunakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakannya (Chaer, 2007: 95). Untuk memperoleh data yang


(14)

memadai, dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode simak dan teknik lanjutannya adalah teknik catat.

Setelah data-data mengenai ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar tersebut terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode distribusional (metode agih). Sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelasan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu bentuk ungkapan yang menyatakan alasan. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat penjabaran lebih rinci mengenai metode penelitian, sumber data yang relevan, objek penelitian, serta teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian.


(15)

Pada bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian dan analisis tentang variabel yang diteliti, yaitu analisis bentuk ungkapan yang menyatakan alasan yang terdapat dalam buku ajar bahasa Jepang JPBJ-FPBS-UPI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan juga saran untuk penelitian selanjutnya.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Arifin (2011: 2), penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan, metode dan teknik tertentu untuk menjawab suatu permasalahan. Sedangkan metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian (Sutedi, 2009: 53). Penelitian dilakukan karena ada masalah yang harus ditangani. Oleh karena itu, dalam kegiatan penelitian diperlukan suatu metode yang tepat dan sesuai untuk menjawab masalah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi, 2009: 58). Sedangkan menurut Sukardi (2003: 14), pada penelitian deskriptif, para peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian deskriptif ini berarti menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena yang ada secara apa adanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut penelitian kualitatif, teori lahir dari data, bukan teori melahirkan data (Muhammad, 2011:


(17)

34). Penyimpulan/generalisasinya dilakukan secara induktif berdasarkan pada data

jitsurei. Jitsurei adalah contoh penggunaan yang berupa kalimat dalam teks

konkret seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, novel dan sebagainya (Sutedi, 2011: 144).

B. Objek Penelitian

Setiap penelitian mempunyai objek yang akan diteliti. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar yang digunakan di JPBJ FPBS UPI. Penelitian ini dibatasi hanya meneliti bentuk ungkapan yang menyatakan alasan yang terdapat pada buku ajar bunpou, dokkai dan kaiwa yaitu mengenai

kara, node, tame dan te yang mencakup makna dan fungsi.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah sumber dari mana data diperoleh. Ada berbagai macam sumber data yang dapat digunakan oleh para peneliti baik data yang bersumber dari manusia maupun berupa jurnal penelitian, literatur buku, surat kabar, internet, dan lain-lain. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah berupa kalimat yang mengandung bentuk ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar bunpou, dokkai, dan kaiwa.

Beberapa sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari buku ajar bahasa Jepang yang digunakan di


(18)

lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Shokyuu Bunpou 1 (SB 1) b. Shokyuu Bunpou 2 (SB 2) c. Chukyuu Bunpou 1 (CB 1) d. Chukyuu Bunpou 2 (CB 2) e. Shokyuu Dokkai 1 (SD 1) f. Shokyuu Dokkai 2 (SD 2) g. Chukyuu Dokkai 1 (CD 1) h. Chukyuu Dokkai 2 (CD 2) i. Jyoukyuu Dokkai 1 (JD 1) j. Jyoukyuu Dokkai 2 (JD 2) k. Shokyuu Kaiwa 1 (SK 1) l. Shokyuu Kaiwa 2 (SK 2)

m. Nihongo Shuuchuu Toreeningu (NST)

n.Nihongo Nama-Chuukei, Shochuu Kyuuhen 1 (NNC 1) o.Nihongo Nama-Chuukei, Chuu~Jyou Kyuuhen 2 (NNC 2)

Buku ajar tersebut adalah buku ajar bahasa Jepang di JPBJ FPBS UPI tahun ajaran 2011-2012. Dari contoh kalimat yang terdapat dalam buku ajar

bunpou, dokkai dan kaiwa di atas, penulis menemukan 213 kalimat yang

menggunakan kara, node, tame, dan te. Terdapat 127 kalimat yang menggunakan

kara, 39 kalimat menggunakan node, 11 kalimat menggunakan tame, dan 36


(19)

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti harus menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan, supaya data yang diambil sesuai dengan permasalahan yang sedang teliti. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode simak dan teknik lanjutannya adalah teknik catat.

Metode simak merupakan metode yang digunakan untuk menyediakan data dengan menyimak penggunaan bahasa. Sudaryanto (dalam Muhammad (2011, 207)) menyatakan bahwa untuk menyimak objek penelitian dilakukan dengan menyadap. Kemudian, teknik yang dilakukan untuk melakukan kegiatan penyadapan tersebut adalah dengan menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Sudaryanto, 1993: 92).

Tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1) Menentukan sumber data. Sumber data pada penelitian ini adalah buku ajar JPBJ FPBS UPI yaitu bunpou, dokkai, dan kaiwa. 2) Menggunakan metode simak. Yaitu dengan cara peneliti

menyimak penggunaan bahasa tulisan yang terdapat pada sumber data, kemudian menentukan kalimat yang mengandung ungkapan alasan yang terdapat pada sumber data.


(20)

3) Menggunakan teknik catat. Data-data tersebut dicatat, lalu mengklasifikasikan kalimat yang mengungkapkan alasan tersebut berdasarkan makna dan fungsinya.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data mengenai ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar tersebut terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode distribusional (agih). Metode distribusional ini alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang diteliti atau yang bersangkutan.

Alat penentu dalam rangka metode distribusional itu, selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek saran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbial), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabel kata, titi nada, dan sebagainya (Sudaryanto, 1993:15).

Untuk menjalankan metode ini, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti. Teknik ganti ini penggunaanya yaitu dengan cara menggantikan satuan lingual dengan satuan lingual lain. Teknik ini digunakan untuk melihat apakah suatu kata dalam kalimat dapat diganti dengan kata lain atau tidak. Contohnya adalah sebagai berikut:

(1) びょう です 大学 休 す (SB 1: 66)

Byouki desu kara, daigaku o yasumimasu.

‘Karena sakit, tidak masuk kuliah.’

(2) 金 足 な ったので ほしいもの 買え せ でした (CB

1: 37)

Okane ga tarinakatta node, hoshiimono ga kaemasen deshita.

‘Karena uangnya tidak cukup, tidak bisa membeli barang yang diinginkan.’


(21)

Pada kalimat nomor (1) di atas menggunakan partikel pengungkap alasan, yaitu kara yang artinya karena. Dengan menggunakan teknik ganti, kata yang bergaris bawah di atas dapat diganti dengan bentuk lainnya, seperti node yaitu menjadi び ょ う で す の で 大 学 休 す. Node juga memiliki arti karena,

namun pada kalimat node tersebut nuansanya lebih halus dibandingkan menggunakan partikel kara. Seperti yang telah diuraikan pada bab II bahwa bentuk ungkapan yang menyatakan alasan yang menjadi objek penelitian ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk menentukan apakah kata dalam suatu kalimat dapat digantikan atau tidak, maka harus dilihat terlebih dahulu fungsinya. Apabila partikel yang satu dan partikel yang lain memiliki fungsi yang sama, maka keduanya dapat saling menggantikan. Seperti contoh nomor (2), bentuk node yang menyatakan alasan tersebut dapat diganti dengan bentuk lainnya yaitu bentuk te. Karena penggunaan bentuk node dan te dapat digunakan bersamaan dengan kata kerja potensial, maka te dapat menggantikan posisi node.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menganalisis data yang telah penulis kumpulkan dari buku ajar

bunpou, dokkai dan kaiwa, penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai

sertsetsuzokujoshi kara, node, tame dan te yang merupakan jawaban dari rumusan masalah pada bab I.

1. Persamaan Kara, Node, Tame dan Te a. Persamaan Kara dan Node

1) Kara dan node digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab

suatu perkara.

2) Kara dan node dapat digunakan baik dalam bentuk biasa maupun bentuk

sopan.

3) Kara dan node dapat digunakan bersamaan dengan kalimat yang

menyatakan kemauan dan keputusan pembicara.

b. Persamaan Kara dan Tame

1) Kara dan tame digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab

suatu perkara.


(23)

c. Persamaan Kara dan Te

1) Kara dan te digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab

suatu perkara.

2) Kara dan te digunakan untuk menyatakan alasan yang berupa fakta.

d. Persamaan Node dan Tame

1) Node dan tame tidak bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang

menyebutkan ungkapan perintah, larangan maupun ajakan.

e. Persamaan Node dan Te

1) Node dan te digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab

suatu perkara secara objektif.

2) Pernyataan setelah node dan te tidak bisa digunakan bersamaan dengan ungkapan perintah, larangan maupun ajakan.

f. Persamaan Tame dan Te

1) Tame dan te digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab

suatu perkara secara objektif.

2) Tame dan te tidak bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang

mengungkapkan keputusan dan kemauan si pembicara, tidak bisa digunakan bersamaan dengan ungkapan yang berupa perintah, larangan maupun ajakan.


(24)

2. Perbedaan Kara, Node, Tame dan Te a. Perbedaan Kara dan Node

1) Kara digunakan untuk mengungkapkan alasan secara subjektif.

Sedangkan node mengungkapkan alasan secara objektif.

2) Setelah kara bisa digunakan pernyataan yang mengungkapkan perintah, larangan dan ajakan. Sedangkan setelah node tidak bisa menggunakan pernyataan yang berupa perintah, larangan ataupun ajakan.

3) Kara bisa disambungkan dengan darou yang menunjukkan adanya suatu

dugaan atau kesimpulan dari pembicara. Sedangkan node tidak bisa disambungkan dengan darou.

4) Kara bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang berupa maksud,

kemauan dan keputusan si pembicara. Node juga dapat digunakan bersamaan dengan ungkapan yang berupa maksud ataupun kemauan, namun pada kalimat bentuk sopan. Node penggunaannya lebih halus dibanding kara.

5) Kara lebih alami digunakan untuk menjawab pertanyaan yang

menanyakan suatu alasan seperti doushite atau naze. Sedangkan node tidak lazim digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

6) Kara bisa diletakkan di tengah dan di akhir kalimat. Sedangkan node

hanya bisa diletakkan ditengah saja.

7) Apabila meishi atau keiyoudoshi disambungkan dengan kara, maka bentuknya akan menjadi dakara. Sedangkan apabila meishi atau


(25)

b. Perbedaan Kara dan Tame

1) Kara digunakan untuk mengungkapkan alasan secara subjektif atau

sesuai keputusan pribadi. Sedangkan tame mengungkapkan alasan secara objektif.

2) Kara bisa disambungkan dengan darou yang menunjukkan keputusan/kesimpulan dari pembicara. Karena tame tidak bisa digunakan untuk mengungkapkan sebuah keputusan atau kesimpulan, maka darou tidak bisa digunakan sebelum tame.

3) Kara biasa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang berupa

maksud, kemauan dan keputusan si pembicara. Sedangkan tame tidak bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan seperti itu.

4) Setelah kara digunakan pernyataan yang mengungkapkan perintah, larangan dan ajakan. Sedangkan setelah tame tidak ada pernyataan yang berupa keputusan pembicara dan ungkapan perintah, larangan maupun kemauan.

5) Apabila meishi atau keiyoudoshi disambungkan dengan kara, maka bentuknya akan menjadi dakara. Sedangkan apabila meishi

disambungkan dengan tame, maka bentuknya akan menjadi no tame. c. Perbedaan Kara dan Te

1) Kara digunakan untuk mengungkapkan alasan secara subjektif atau

sesuai keputusan pribadi. Sedangkan te mengungkapkan alasan secara objektif.


(26)

2) Kara bisa disambungkan dengan darou yang menunjukkan keputusan/kesimpulan dari pembicara. Sedangkan te tidak bisa disambungkan dengan darou.

3) Kara biasa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang berupa

maksud, kemauan dan keputusan si pembicara. Sedangkan karena bersifat objektif, pernyataan yang berupa kemauan atau apa yang dipikirkan si pembicara tidak bisa digunakan bersamaan dengan bentuk

te.

4) Apabila meishi atau keiyoudoshi disambungkan dengan kara, maka bentuknya akan menjadi dakara. Sedangkan apabila sebelum te adalah

meishi atau keiyoudoshi maka akan berubah menjadi de. Kemudian,

apabila sebelumnya merupakan doushi, maka akan berubah sesuai dengan perubahan bentuk kata kerja, dan apabila sebelum te adalah

keiyoushi, maka akan berubah menjadi kute.

d. Perbedaan Node dan Tame

1) Apabila keiyoudoshi atau meishi diikuti dengan node , maka node berubah menjadi nanode. Sedangkan apabila meishi disambungkan dengan tame, maka bentuknya akan menjadi no tame.

e. Perbedaan Node dan Te

1) Bentuk te bisa digantikan dengan bentuk node, sedangkan kara tidak bisa (karena cara penggunaannya berbeda, maka tidak bisa digantikan oleh


(27)

kara). Tapi pada kalimat bentuk node, ada saat dimana bisa digantikan

dengan bentuk te, ada juga yang tidak bisa digantikan.

2) Apabila keiyoudoshi atau meishi diikuti dengan node , maka node berubah menjadi nanode. Sedangkan apabila sebelum te adalah meishi atau keiyoudoshi maka akan berubah menjadi de. Kemudian, apabila sebelumnya merupakan doushi, maka akan berubah sesuai dengan perubahan bentuk kata kerja, dan apabila sebelum te adalah keiyoushi, maka akan berubah menjadi kute.

f. Perbedaan Tame dan Te

1) Apabila meishi disambungkan dengan tame, maka bentuknya akan menjadi no tame. Sedangkan apabila sebelum te adalah meishi atau

keiyoudoshi maka akan berubah menjadi de. Kemudian, apabila

sebelumnya merupakan doushi, maka akan berubah sesuai dengan perubahan bentuk kata kerja, dan apabila sebelum te adalah keiyoushi, maka akan berubah menjadi kute.

3. Makna dan Fungsi Kara, Node, Tame dan Te

Berikut ini adalah makna dan fungsi yang penulis simpulkan secara keseluruhan.

a) Kara dapat digunakan bersamaan dengan:

1. Kalimat perintah. 2. Kalimat larangan.


(28)

3. Kalimat permohonan. 4. Kalimat ajakan.

5. Kalimat yang menyatakan suatu hal yang wajar. 6. Kalimat yang menggunakan bentuk potensial. 7. Kalimat yang menyatakan suatu keharusan. 8. Kalimat yang menyatakan maksud.

9. Kalimat yang menyatakan keinginan atau ketidakinginan. 10.Kalimat yang menyatakan dugaan.

11.Kalimat deklaratif .

12.Kalimat yang menyatakan keputusan. 13.Kalimatyang mengungkapkan pendapat. 14.Kalimat yang menyatakan saran.

15.Digunakan untuk menjawab pertanyaan yang menanyakan alasan. b) Node dapat digunakan bersamaan dengan:

1. Kalimat permohonan.

2. Kalimat yang menyatakan maksud. 3. Kalimat yang menyatakan keinginan.

4. Kalimat yang menggunakan bentuk potensial. 5. Kalimat yang menyatakan suatu hal yang wajar. 6. Kalimat keputusan.

7. Kalimat yang menyatakan dugaan. 8. Kalimat yang menyatakan pendapat. 9. Kalimat deklaratif.


(29)

10.Kalimat yang menunjukkan suasana hati. c) Tame dapat digunakan bersamaan dengan:

1. Kalimat yang menyatakan dugaan. 2. Kalimat yang menyatakan hal yang wajar. 3. Kalimat deklaratif.

d) Te dapat digunakan bersamaan dengan:

1. Kalimat yang menyatakan pendapat. 2. Kalimat yang menyatakan hal yang wajar. 3. Kalimat yang menyatakan keharusan. 4. Kalimat yang menyatakan dugaan. 5. Kalimat deklaratif.

6. Kalimat yang mengungkapkan suasana hati.

Tabel hasil analisis makna dan fungsi, berdasarkan teori para ahli, buku ajar, dan soal nouryokushiken.

Tabel 1

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken

Tahun 2005

Kara dapat digunakan baik dalam bentuk biasa maupun bentuk sopan. (Iori dkk, 2000)

Kara yang setara dengan level 4, dapat digunakan bersamaan dengan:

a.Kalimat keadaan b.Kalimat larangan c.Kalimat

permohonan d.Kalimat ajakan e.Kalimat keputusan f. Kalimat pendapat g.Digunakan untuk

Level 4

Kara dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang

menyatakan perintah, larangan, maupun ajakan.

b. Kalimat yang

menyatakan

keputusan atau

pilihan.

c. Kalimat deklaratif. Pernyataan yang

digunakan setelah bentuk kara, bisa berupa pernyataan yang mengandung


(30)

K

A

R

A

maksud atau tujuan dan keputusan si pembicara. (Iori dkk, 2000)

pertanyaan yang menanyakan alasan.

menyatakan pendapat pribadi.

e. Kalimat yang

menyatakan aktifitas.

f. Kalimat yang

menyatakan keadaan

yang tidak

diharapkan.

Kara dapat disambungkan dengan kalimat yang menyatakan dugaan. (Iori dkk, 2000)

Kara yang setara dengan level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat keadaan b. Kalimat aktifitas c. Kalimat perintah. d. Kalimat larangan. e. Kalimat

permohonan.

f. Kalimat yang menyatakan

maksud.

g. Kalimat yang menyatakan

keinginan atau ketidakinginan. h. Kalimat yang

menyatakan dugaan.

i. Kalimat deklaratif j. Kalimat keputusan. k. Kalimat yang

mengungkapkan pendapat. l. Kalimat saran. m.Digunakan untuk

menjawab

pertanyaan yang menanyakan alasan.

Kara biasa digunakan ketika menjawab

pertanyaan yang menanyakan suatu alasan. (Iori dkk, 2000)

Kara digunakan ketika

mengutarakan alasan, dan kalimat setelahnya

merupakan

pernyataan yang berupa pemikiran dan kemauan si pembicara, baik berupa larangan, perintah, ajakan, keinginan, maupun saran. (Tomita, 1991)

Level 3

Kara dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang

menyatakan keinginan.

b. Kalimat yang

menyatakan aktifitas.

c. Kalimat yang

menyatakan keadaan

yang tidak

diharapkan

d. Kalimat deklaratif. e. Kalimat keputusan. f. Kalimat ajakan.

g. Kalimat yang

menyatakan rencana atau maksud.

Kara yang setara dengan level 2, dapat digunakan bersamaan dengan:

a.Kalimat dugaan. b.Digunakan untuk

menjawab

pertanyaan yang

Level 2

Kara dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang

menyatakan aktifitas.

b.Kalimat yang

menyatakan keadaan yang tidak diharapkan.


(31)

menanyakan alasan c. Kalimat yang menyatakan keputusan.

d.Kalimat yang

menyatakan saran.

e. Kalimat yang

menyatakan rencana atau maksud.

f. Kalimat pendapat.

g.Kalimat yang

menyatakan keinginan atau ketidakinginan. h.Kalimat dugaan.

i. Kalimat yang

menyatakan ketidakmampuan. j. Kalimat permohonan. k.Kalimat deklaratif. l. Digunakan untuk

menjawab pertanyaan yang menyatakan alasan (doushite).

Tabel 2

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken

Tahun 2005

N

O

D

Sama seperti kara, node juga dapat digunakan baik dalam bentuk biasa maupun bentuk sopan. (Iori dkk, 2000)

Node yang setara dengan

level 4, dapat digunakan

bersamaan dengan

kalimat yang menyatakan aktifitas.

Level 3

Node dapat digunakan

bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan keadaan yang tidak

diharapkan. b.Kalimat yang

menyatakan ekspresi emosi atau suasana hati.

c. Kalimat yang menyatakan maksud. d.Kalimat Pernyataan setelah node

bisa berupa pernyataan

yang mengandung

maksud atau tujuan dan keputusan si pembicara. (Iori dkk, 2000)

Node yang setara dengan

level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat menyatakan keadaan.

b. Kalimat yang

menyatakan aktifitas. c. Kalimat permohonan.

d. Kalimat yang

menyatakan maksud.

e. Kalimat yang

menyatakan keinginan. f. Kalimat dugaan. Penggunaan kara alami

digunakan bersamaan dengan ungkapan yang menyatakan perintah, ajakan, dan kemauan. Tetapi, pada saat kalimat setelah alasan


(32)

E

sopan, node lebih alami digunakan. (Iori dkk, 2000)

g. Kalimat deklaratif.

h. Kalimat yang

menunjukkan suasana hati. dugaan. e. Kalimat deklaratif. f. Kalimat permohonan.

Node mengungkapkan

suatu alasan secara objektif.

(Higashinakagawa dkk, 2003)

Node yang setara dengan

level 2, dapat digunakan bersamaan dengan:

a.Kalimat dugaan b.Kalimat deklaratif

c.Kalimat yang

menunjukkan suasana hati

Level 2

Node dapat digunakan

bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan saran.

b. Kalimat yang menyatakan ajakan.

c. Kalimat yang menyatakan ekspresi emosi. d. Kalimat yang

keinginan. e. Kalimatyang

menyatakan pendapat. Setelah node bisa

digunakan ungkapan permohonan maaf atau permintaan secara halus. Selain itu, node biasa digunakan pada saat berbicara dengan orang yang lebih tua. (Higashinakagawa dkk, 2003)

Node digunakan untuk

mengutarakan

penyebab atau alasan mengenai suatu fakta pada masa sekarang atau mungkin masa lampau. (Tomita, 1991)

Tabel 3

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken

Tahun 2005

T

A

Tame digunakan untuk

menyatakan alasan secara objektif. (Iori dkk, 2000)

Tame yang setara dengan

level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang

menyatakan keadaan b. Kalimat dugaan c. Kalimat deklaratif

-

Tame digunakan untuk

menyatakan penyebab suatu perkara. Tetapi

tame ini tidak bisa

digunakan bersamaan dengan pernyataan yang mengungkapkan sebuah


(33)

M

E

kesimpulan. Oleh karena itu, setelah tame tidak ada pernyataan yang berupa keputusan

pembicara dan

ungkapan kemauan seperti ungkapan perintah, larangan maupun ajakan. (Iori dkk, 2000)

Tabel 4

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken

Tahun 2005

T

E

Te biasa digunakan

bersamaan dengan

bentuk potensial

(Tomita, 1991)

- Level 4

Te dapat digunakan

bersamaan dengan: a. Kalimat yang

menyatakan

keadaan yang tidak diharapkan.

b. Kalimat deklaratif. Karena bersifat objektif.

Pernyataan yang berupa kemauan atau apa yang dipikirkan si pembicara tidak bisa disambungkan dengan bentuk te.

(Tomita, 1991)

Te yang setara dengan level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan keadaan.

b. Kalimat yang menyatakan pendapat.

c. Kalimat yang menyatakan keharusan.

d. Kalimat yang menyatakan dugaan.

e. Kalimat deklaratif. f. Kalimat yang

mengungkapkan suasana hati.

Level 3

Te dapat digunakan

bersamaan dengan: a. Digunakan

bersamaan dengan

kalimat yang

menyatakan

keadaan (baik keadaan yang tidak diharapkan, maupun keadaan yang wajar terjadi).

b. Digunakan

bersamaan dengan

kalimat yang

menyatakan dugaan. c. Digunakan

bersamaan dengan kalimat deklaratif.


(34)

Te yang setara dengan level 2, dapat digunakan bersamaan dengan kalimat yang menyatakan keadaan.

Level 2

Te dapat digunakan

bersamaan dengan: a. Digunakan

bersamaan dengan

kalimat yang

menyatakan keadaan. b. Digunakan

bersamaan dengan

kalimat yang

menyatakan keinginan.

B. Saran

Penelitian ini merupakan analisis mengenai setsuzokujoshi kara, node,

tame, dan te dilihat dari segi makna dan fungsi. Penelitian ini telah

mengungkapkan persamaan, perbedaan serta makna dan fungsi dari keempat

setsuzokujoshi tersebut. Dari penelitian ini, penulis berharap agar para

pembelajar bahasa Jepang memperoleh pemahaman yang lebih dan lebih teliti dalam menggunakan setsuzokujoshi, khususnya kara, node, tame dan te.

Meskipun demikian, penelitian ini dirasa masih kurang sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini, penulis menyarankan bagi para peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah masih terdapat kesalahan dan kesulitan saat menggunakan keempat setsuzokujoshi tersebut. Selain itu, karena banyaknya

setsuzokujoshi seperti keredo, keredomo, ga, dan sebagainya, penulis

menyarankan agar peneliti selanjutnya berminat untuk meneliti setsuzokujoshi pada media-media untuk belajar bahasa Jepang, seperti komik, anime, lagu, drama, dan lain-lain yang dapat menunjang kemampuan berbahasa Jepang.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Chaer, Abdul. (2007). Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma. (2010). Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Fusako, Beuckmann. dkk. (2009). Nihongo Nama-Chuukei. Japan: Kuroshi Oshuppan.

Fusako, Sugimoto dan Atsumi, Miyatani. (2006). Nihongo Nama-Chuukei. Japan: Kuroshi Oshuppan.

Hoshino, Keiko dan Endo, Ranko. (2003). Nihongo Shuuchuu Toreeningu. Japan: Aruku.

Isao, Iori. dkk. (2000). Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: 3A Network. Kahoru, Higashinakagawa dan Yuuko, Shinonome. (2003). Hitori De Manaberu

Nihongo Bunpou. Japan: Bonjinsha.

Muhammad. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Parera. (2009). Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.

Staf Pengajar Program Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. (2011). Chuukyuu

Bunpou 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.

______________. (2011). Chuukyuu Bunpou 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Bunpou 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Bunpou 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Chuukyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.


(36)

______________. (2011). Chuukyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Jyoukyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Jyoukyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Kaiwa 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Kaiwa 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjianto dan Dahidi, A. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora.

____________. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Takayuki, Tomita. (1991). Bunpou No Kiso Chishiki To Sono Oshiekata. Tokyo: Bonjinsha.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa


(1)

menanyakan alasan c. Kalimat yang menyatakan keputusan. d.Kalimat yang

menyatakan saran. e. Kalimat yang

menyatakan rencana atau maksud.

f. Kalimat pendapat. g.Kalimat yang

menyatakan keinginan atau ketidakinginan. h.Kalimat dugaan.

i. Kalimat yang menyatakan

ketidakmampuan. j. Kalimat permohonan. k.Kalimat deklaratif. l. Digunakan untuk

menjawab pertanyaan yang menyatakan alasan (doushite).

Tabel 2

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken Tahun 2005

N

O

D

Sama seperti kara, node juga dapat digunakan baik dalam bentuk biasa maupun bentuk sopan. (Iori dkk, 2000)

Node yang setara dengan level 4, dapat digunakan bersamaan dengan kalimat yang menyatakan aktifitas.

Level 3

Node dapat

digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan keadaan yang tidak

diharapkan. b.Kalimat yang

menyatakan ekspresi emosi atau suasana hati.

c. Kalimat yang menyatakan maksud. d.Kalimat Pernyataan setelah node

bisa berupa pernyataan yang mengandung maksud atau tujuan dan keputusan si pembicara. (Iori dkk, 2000)

Node yang setara dengan level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat menyatakan keadaan.

b. Kalimat yang menyatakan aktifitas. c. Kalimat permohonan. d. Kalimat yang

menyatakan maksud. e. Kalimat yang

menyatakan keinginan. f. Kalimat dugaan. Penggunaan kara alami

digunakan bersamaan dengan ungkapan yang menyatakan perintah, ajakan, dan kemauan. Tetapi, pada saat kalimat setelah alasan menggunakan bentuk


(2)

E

sopan, node lebih alami digunakan. (Iori dkk, 2000)

g. Kalimat deklaratif. h. Kalimat yang

menunjukkan suasana hati. dugaan. e. Kalimat deklaratif. f. Kalimat permohonan. Node mengungkapkan

suatu alasan secara objektif.

(Higashinakagawa dkk, 2003)

Node yang setara dengan level 2, dapat digunakan bersamaan dengan:

a.Kalimat dugaan b.Kalimat deklaratif c.Kalimat yang

menunjukkan suasana hati

Level 2

Node dapat

digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan saran.

b. Kalimat yang menyatakan ajakan.

c. Kalimat yang menyatakan ekspresi emosi. d. Kalimat yang

keinginan. e. Kalimatyang

menyatakan pendapat. Setelah node bisa

digunakan ungkapan permohonan maaf atau permintaan secara halus. Selain itu, node biasa digunakan pada saat berbicara dengan orang yang lebih tua. (Higashinakagawa dkk, 2003)

Node digunakan untuk mengutarakan

penyebab atau alasan mengenai suatu fakta pada masa sekarang atau mungkin masa lampau. (Tomita, 1991)

Tabel 3

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken Tahun 2005

T

A

Tame digunakan untuk menyatakan alasan secara objektif. (Iori dkk, 2000)

Tame yang setara dengan level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan keadaan b. Kalimat dugaan c. Kalimat deklaratif

-

Tame digunakan untuk menyatakan penyebab suatu perkara. Tetapi tame ini tidak bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang mengungkapkan sebuah keputusan atau


(3)

M

E

kesimpulan. Oleh karena itu, setelah tame tidak ada pernyataan yang berupa keputusan pembicara dan ungkapan kemauan seperti ungkapan perintah, larangan maupun ajakan. (Iori dkk, 2000)

Tabel 4

No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken Tahun 2005

T

E

Te biasa digunakan bersamaan dengan bentuk potensial (Tomita, 1991)

- Level 4

Te dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan

keadaan yang tidak diharapkan.

b. Kalimat deklaratif. Karena bersifat objektif.

Pernyataan yang berupa kemauan atau apa yang dipikirkan si pembicara tidak bisa disambungkan dengan bentuk te. (Tomita, 1991)

Te yang setara dengan level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Kalimat yang menyatakan keadaan.

b. Kalimat yang menyatakan pendapat.

c. Kalimat yang menyatakan keharusan.

d. Kalimat yang menyatakan dugaan.

e. Kalimat deklaratif. f. Kalimat yang

mengungkapkan suasana hati.

Level 3

Te dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Digunakan

bersamaan dengan kalimat yang menyatakan

keadaan (baik keadaan yang tidak diharapkan, maupun keadaan yang wajar terjadi).

b. Digunakan

bersamaan dengan kalimat yang menyatakan dugaan. c. Digunakan

bersamaan dengan kalimat deklaratif.


(4)

Te yang setara dengan level 2, dapat digunakan bersamaan dengan kalimat yang menyatakan keadaan.

Level 2

Te dapat digunakan bersamaan dengan:

a. Digunakan

bersamaan dengan kalimat yang menyatakan

keadaan. b. Digunakan

bersamaan dengan kalimat yang menyatakan

keinginan.

B. Saran

Penelitian ini merupakan analisis mengenai setsuzokujoshi kara, node, tame, dan te dilihat dari segi makna dan fungsi. Penelitian ini telah mengungkapkan persamaan, perbedaan serta makna dan fungsi dari keempat setsuzokujoshi tersebut. Dari penelitian ini, penulis berharap agar para pembelajar bahasa Jepang memperoleh pemahaman yang lebih dan lebih teliti dalam menggunakan setsuzokujoshi, khususnya kara, node, tame dan te.

Meskipun demikian, penelitian ini dirasa masih kurang sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini, penulis menyarankan bagi para peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah masih terdapat kesalahan dan kesulitan saat menggunakan keempat setsuzokujoshi tersebut. Selain itu, karena banyaknya setsuzokujoshi seperti keredo, keredomo, ga, dan sebagainya, penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya berminat untuk meneliti setsuzokujoshi pada media-media untuk belajar bahasa Jepang, seperti komik, anime, lagu, drama, dan lain-lain yang dapat menunjang kemampuan berbahasa Jepang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Chaer, Abdul. (2007). Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma. (2010). Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Fusako, Beuckmann. dkk. (2009). Nihongo Nama-Chuukei. Japan: Kuroshi Oshuppan.

Fusako, Sugimoto dan Atsumi, Miyatani. (2006). Nihongo Nama-Chuukei. Japan: Kuroshi Oshuppan.

Hoshino, Keiko dan Endo, Ranko. (2003). Nihongo Shuuchuu Toreeningu. Japan: Aruku.

Isao, Iori. dkk. (2000). Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: 3A Network. Kahoru, Higashinakagawa dan Yuuko, Shinonome. (2003). Hitori De Manaberu

Nihongo Bunpou. Japan: Bonjinsha.

Muhammad. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Parera. (2009). Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.

Staf Pengajar Program Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. (2011). Chuukyuu Bunpou 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.

______________. (2011). Chuukyuu Bunpou 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Bunpou 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Bunpou 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Chuukyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.


(6)

______________. (2011). Chuukyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Jyoukyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Jyoukyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Kaiwa 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI. ______________. (2011). Shokyuu Kaiwa 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjianto dan Dahidi, A. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora.

____________. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Takayuki, Tomita. (1991). Bunpou No Kiso Chishiki To Sono Oshiekata. Tokyo: Bonjinsha.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.