PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SUB MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

(1)

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Sani Sakibah Alimah 1003324

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

Oleh

Sani Sakibah Alimah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Sani Sakibah Alimah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy atau cara lain nya tanpa ijin dari penulis


(3)

ii Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Sani Sakibah Alimah 1003324

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS”. Dilaksanakan di kelas V A SD Negeri 7 Cibogo Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Latar belakang dilakukan penelitian ini adalah kenyataan di lapangan yang menunjukkan rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS karena pembelajaran yang selalu klasikal dengan berceramah. Hal ini mengakibatkan kurangnya aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Melihat kondisi tersebut peneliti menerapkan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa serta catatan lapangan. Penerapan model role playing memberikan dampak yang cukup baik bagi aktivitas belajar siswa kelas V A SD Negeri 7 Cibogo. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa dari 70.32% pada siklus I meningkat menjadi 86.80% pada siklus II. Peningkatan siswa tersebut terlihat pada meningkatnya aktivitas menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan terhadap guru, meyimak penampilan teman, memberi tanggapan terhadap penampilan teman, dan bekerjasama dalam kelompok. Rekomendasi dari penelitian ini terhadapa guru yaitu agar mengkaji materi terlebih dahulu, berhati-hati dalam pemilihan kelompok, dan guru di tuntut kreatif dalam menyajikan naskah drama. Adapun rekomendasi bagi guru agar mengkaji materi terlebih dahulu, berhati-hati dalam membentuk kelompok, dan dituntut kreatif dalam meyajikan naskah drama. Rekomendasi bagi kepala sekolah yaitu agar dapat memberikan wawasan mengenai penerapan model role playing, dan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya agar memperhatikan latihan bermain peran sebelum tampil.


(4)

ii Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

APPLICATION OF PLAYING ROLE MODEL TO IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES IN THE SUBJECT IPS

(Classroom Action Research Affairs VA Primary School 7 Cibogo Cikole Village West Bandung District Lembang Academic Year 2013/2014)

By

Sani Sakibah Alimah 1003324

This study, entitled "Application of Model Role Playing To Enhance Student Learning Activity In Subjects IPS". Implemented in the classroom VA 7 Cibogo Village Elementary School District Lembang Cibogo West Bandung regency. The background of this research is the fact on the ground that indicate a low ability students in social studies learning because learning is always classically with preaching. This resulted in a lack of student learning activities in the classroom. Seeing these conditions applied the model of role-playing to improve student learning activities. The research method used was Classroom Action Research (CAR), which consists of two cycles, each cycle consisting of planning, implementation, observation and reflection. The instrument used is the observation sheet activities as well as teacher and student activities field notes. Application of a model role playing pretty good impact for student learning activities grade 7 Cibogo VA Elementary School. It can be seen from the increased activity of the students from 70.32% in the first cycle increased to 86.80% in the second cycle. The increase in students is evident in the increased activity of listening to the teacher's explanations, ask questions to the teacher, friend meyimak appearance, giving a response to the appearance of friends, and work together in groups. Recommendations of this study is to assess the teacher terhadapa material beforehand, be careful in the selection of the group, and teachers in demand creative in presenting a play. The recommendation for the teacher to review the material in advance, be careful in forming a group, and are required to deliver compelling creative within a play. Recommendations for principals is to provide insight regarding the application of the model of role playing, and recommendations for further research to consider before performing role-playing exercise.


(5)

v Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Hipotesis Tindakan ... 4

F. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 8

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 8

2. Ruang Ligkup Pembelajaran IPS ... 9

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 9

B. Model Role Playing ... 11

1. Model Pembelajaran ... 11

2. Pengertian Role Playing ... 12

3. Tujuan Role Playing ... 13

4. Struktur Pengajaran Role Playing ... 14

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Role Playing ... 15


(6)

vi Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Metode Penelitian ... 21

B. Model Penelitian ... 21

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 22

D. Prosedur Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Pengolahan Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Rekomendasi ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 60


(7)

1 Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosia (IPS) adalah suatu kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan (civic competence) menurut National Council for the Social Studies (NCSS) (Susanto, 2013: 144). Menurut Kosasih (dalam Sapriya et. al., 2006: 7) menyatakan bahwa ”IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.”

Dari definisi tersebut di atas tercermin bahwa begitu pentingnya mempelajari IPS sehingga IPS dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan. IPS dipelajari sejak dari pendidikan dasar, karena pendidikan dasar adalah tiang penyanggah bagi pendidikan selanjutnya. Maka dari itu pendidikan IPS di sekolah dasar haruslah dipelajari dengan sungguh-sungguh.

Tak selamanya pembelajaran IPS berjalan sesuai rencana pembelajaran, adakalanya menemukan kendala dan masalah yang harus dihadapi. Terbukti dari hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo didapat bahwa siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran IPS dan siswa tidak terlalu menyukai pelajaran IPS terlihat dari sulitnya siswa untuk membaca buku pelajaran IPS, mengingat tanggal, tahun, tempat dan para tokoh sejarah. Hal tersebut menjadi suatu kendala dalam proses pembelajaran IPS, sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.

Data hasil ulangan harian siswa menunjukkan bahwa kurangnya minat aktivitas belajar, yang terlihat dari banyaknya nilai rata-rata di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai KKM yang ditentukan di SDN 7 Cikole untuk pelajaran IPS adalah 60. Dari 26 siswa kelas V A SDN 7 Cikole hanya


(8)

terdapat 6 orang siswa yang memenuhi KKM dan 21 siswa lainnya belum mencapai KKM yang telah ditentukan (sumber: nilai hasil ulangan IPS kelas V A SDN 7 Cibogo).

Dari gejala-gejala yang timbul dari hasil studi pengajar peneliti mendapati penyebab dari kondisi tersebut sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran klasikal dengan berceramah. Guru memberikan pembelajaran hanya dengan metode berceramah, tanpa menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa bersemangat dalam belajar.

2. Siswa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. Terlihat ketika siswa bingung terhadap pertanyaan yang diberikan guru mengenai materi yang baru saja disampaikan.

3. Siswa kurang antusias dalam bertanya terhadap guru. Ketika guru selesai menyampaikan materi pembelajaran, guru menanyakan kepada siswa siapa yang ingin bertanya dan siswa hanya diam.

4. Kurangnya siswa dalam menyampaikan suatu pendapat. Siswa hanya berani menyampaikan pendapat jika semua siswa berbicara, sehingga membuat suasana kelas menjadi gaduh. Ketika guru menginginkan satu orang yang berpendapat, hanya siswa itu-itu saja yang mengeluarkan pendapatnya.

5. Siswa kurang berani tampil ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan guru. Siswa saling menunjuk temannya untuk maju ke depan kelas. Guru harus sedikit memaksa siswa untuk berani tampil ke depan kelas.

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka peneliti menerapkan model role playing demi mengatasi gejala-gejala yang timbul.

Model role playing Menurut Sugihartono (Obito, 2013) yaitu model role playing adalah model pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup maupun tokoh mati, sehingga siswa berlatih untuk penghayatan dan terampil memaknai materi yang dipelajari. Role playing menuntut siswa untuk menghayati naskah dalam setiap bermain peran, sehingga siswa dapat lebih antusias dalam


(9)

3

bermain peran. Keantusiasan siswa dalam bermain peran akan sebanding lurus dengan aktivitas belajar di kelas yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan model role playing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa, maka peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014).

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran IPS di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran IPS di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana aktivitas belajar siswa setelah menerapkan model role playing di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal berikut.

1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran IPS di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014.


(10)

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran IPS di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Aktivitas belajar siswa setelah menerapkan model role playing di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan banyak memberikan masukan dan manfaat berupa :

1. Manfaat Teoritik

Melalui hasil penelitian tindakan ini dapat memberi bahan pertimbangan dalam meningkatkan aktivitas belajar khususnya penerapan model role playing di sekolah dasar. Selain itu memberikan referensi dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS kelas 5 SD semester 2 yaitu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dengan dilaksanakan penelitian tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan proses aktivitas belajar siswa pada pelajaran IPS.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan masukan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran IPS, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam tindakan penelitian ini adalah : “Model role playing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran IPS di Kelas V A Sekolah Dasar Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014”.


(11)

5

F. Definisi Operasional 1. Aktivitas Guru dan Siswa

Aktivitas guru dan siswa dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Data aktivitas guru dan aktivitas siswa diperoleh melalui instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa yang diisi oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Kriteria untuk mengetahui aktivitas dapat dilihat dari :

a. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model role playing.

b. Aktivitas siswa dalam kelas sesuai dengan aktivitas belajar yang meliputi . 1) Kegiatan-kegiatan visual: mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengajukan pertanyaan dan

mengemukakan pendapat.

3) Kegiatan-kegiatan menulis: mengerjakan tes. 4) Kegiatan-kegiatan emosional: berani.

2. Role Playing

Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model ini, siswa diberi kesempatan untuk menghayati secara mendalam makna dari materi yang disampaikan oleh guru dan diperankan oleh siswa. Selanjutnya setiap siswa berinteraksi dengan teman kelompoknya ataupun dengan guru untuk menemukan makna dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Struktur pengajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada struktur pengajaran menurut Shaftel (dalam Joyce, 2009: 33), yang terdapat sembilan langkah, yaitu:

a. Memanaskan suasana kelompok

1) Mengidentifikasi atau memperkenalkan masalah. 2) Menjelaskan masalah.

3) Menafsirkan masalah dalam cerita, dan menelusuri isu. 4) Menjelaskan role playing.


(12)

b. Memilih partisipan 1) Menganalisis peran.

2) Memilih pemain yang akan melakukan peran. c. Mengatur setting

1) Mengatur rangkaian tindakan. 2) Merekapitulasi peran.

3) Mendalami situasi-situasi problematik. d. Mempersiapkan penelitian

1) Mempersiapkan apa yang akan dicari. 2) Menugaskan observasi.

e. Pemeranan

1) Memulai permainan peran. 2) Mengukuhkan permainan peran. 3) Menghentikan permainan peran. f. Berdiskusi dan mengevaluasi

1) Mereview tindakan dalam role playing (peristiwa, posisi, dan realisme).

2) Mendiskusikan fokus utama.

3) Mengembangkan pemeranan selanjutnya. g. Memerankan kembali

1) Memainkan peran yang telah diubah.

2) Menyarankan langkah-langkah selanjutnya atau alternatif-alternatif perilaku.

h. Diskusi dan evaluasi

1) Mereview tindakan dalam role playing (peristiwa, posisi, dan realisme).

2) Mendiskusikan fokus utama.

3) Mengembangkan pemeranan selanjutnya. i. Berbagi dan menggeneralisasi pengalaman

1) Menghubungkan situasi permasalahan dengan pengalaman yang sebenarnya terjadi dan masalah-masalah mutakhir.


(13)

7

2) Menelusuri prinsip perilaku secara umum.

3. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar menurut Hamalik. Berdasarkan pembagian jenis-jenis aktivitas belajar menurut Hamalik, maka dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa ditekankan pada:

a. Kegiatan-kegiatan visual: mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengajukan pertanyaan dan

mengemukakan pendapat.

c. Kegiatan-kegiatan menulis: mengerjakan tes. d. Kegiatan-kegiatan emosional: berani.


(14)

(15)

21 Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri (Wiriaatmadja, 2008: 13).

B. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Bagan Metode PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

Plan

Act & Observe

Revised Plan

Reflect Reflect


(16)

Dalam penelitian ini terdapat empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini guru merencanakan dan menyusun persiapan untuk melaksanakan pembelajran IPS dan membuat instrumen untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran IPS tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sesuai dengan persiapan yang telah dibuat. 3. Observasi

Pada tahap ini peneliti dibantu observer (guru kelas dan teman sejawat) mengamati aktivitas peneliti dan aktivitas siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan model role playing selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti menentukan keberhasilan dan kekurangan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model role playing yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus selanjutnya.

C. Lokasi, Waktu Dan Subjek Penelitian

Lokasi : SD Negeri 7 Cibogo Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Waktu : Tahun ajaran 2013/2014.

Subjek : Siswa kelas V A SD Negeri Cibogo 7 yang berjumlah 26 orang , terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam hal ini terbagi ke dalam dua tahap kegiatan, yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini dimulai dengan meminta izin terhadap pihak sekolah dengan melampirkan


(17)

23

surat izin penelitian dan dilanjutkan dengan observasi awal terhadap subjek penelitian. Pada tahap pelaksanaan, penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan pengamatan. Berikut penjelasan setiap siklus yang akan dilewati.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan siklus I tersusun atas dasar refleksi awal terhadap subjek yang akan diteliti melalui observasi awal. Observasi awal dilakukan peneliti untuk mengetahui keadaan kondisi subjek penelitian agar peneliti bisa melakukan perencanaan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Tahap perencanaan peneliti mempersiapka RPP dan skenario pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan. Lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa disiapkan peneliti agar pada saat penelitian berlangsung observer dapat langsung melakukan observasi. Persiapan selanjutnya adalah menyiapkan lembar soal yang akan digunakan pada saat pelaksanaan siklus. Terakhir adalah menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan model role playing sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3x35 menit satu kali pertemuan. Pada pelaksanaan pertama guru akan menjelaskan tentang “Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945” dengan materi “Pertemuan di Dalat” dan “Menanggapi Berita Kekalahan

Jepang”. Langkah-langkah pelaksanaan diawali dengan apersepsi dan

memotivasi siswa.

Kegiatan inti guru menjelaskan tentang “Pertemuan di Dalat” dan “Menanggapi Berita Kekalahan Jepang”. Kemudian guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Langkah berikutnya guru membagi seluruh siswa kedalam tiga kelompok dimana setiap kelompok


(18)

terdapat dua kelompok sembilan siswa dan satu kelompok delapan siswa. Setelah kelompok terbentuk, setiap ketua kelompok maju untuk menentukan kelompok mana yang mendapat giliran tampil. Setelah itu setiap kelompok menentukan peran apa yang akan diperankan oleh temannya. Guru membimbing siswa yang telah menentukan peran untuk memahami alur cerita yang terdapat dalam naskah.

Setelah siswa siap, pembelajaran dilanjutkan dengan pembelajaran dengan model role playing. Setelah pelaksanaan role playing, siswa berdiskusi mengenai role playing yang telah dilaksanakan dan memberi pendapat terhadap kelompok yang tampil. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan selanjutnya dari kelompok dua dan kelompok tiga. Setelahnya siswa lain mengomentari penampilan kelompok yang tampil. Setelah penampilan setiap kelompok selesai siswa diberikan evaluasi dengan diberikannya lembar soal mengenai materi yang sedang diajarkan.

Kegiatan akhir adalah evaluasi pembelajaran sebagai umpan balik dalam pembelajaran IPS model role playing. Setelah tanya jawab mengenai materi yang telah dilaksanakan, guru mengingatkan siswa untuk belajar pada materi yang akan datang.

c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan oleh guru kelas yang sudah mempunyai NIP dan teman sejawat yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Sasaran utama observasi adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi akan membantu peneliti dalam menentukan perencanaan selanjutnya pada saat siklus II dilaksanakan.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi adalah kegiatan untuk menemukan hal-hal penting selama penelitian, baik kelebihan atau kekurangan selama siklus I berlangsung. Dalam refleksi diungkapkan hal-hal yang perlu dipertahankan


(19)

25

atau diperbaiki agar proses pembelajaran berikutnya bisa lebih baik. Data yang didapat dari hasil lembar soal tes, hasil observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa, juga catatan lapangan dapat menjadi acuan untuk merancang kegiatan perbaikan yang perlu dilaksanakan pada siklus II.

2. Siklus II

Siklus II memilliki tahapan yang serupa dengan siklus I yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan ferleksi.

a. Perencanaan

Peneliti membuat perencanaan sesuai dengan hasil refleksi siklus I dengan menggunakan tahapan yang sama. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3x35 menit satu kali pertemuan.

b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan model role playing berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. Perbedaannya terdapat pada materi yang disampaikan yaitu “Peristiwa

Rengasdengklok”, “Perumusan Teks Proklamasi”, dan “Detik-Detik

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945”. c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan oleh guru kelas yang sudah mempunyai NIP dan teman sejawat yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Sasaran utama observasi adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa yang telah disiapkan oleh peneliti. d. Refleksi

Peneliti melakukan analisis terhadap semua data, yaitu hasil lembar soal siswa, lembar aktivitas guru, serta lembar aktivitas siswa dari penelitian pada siklus II. Dari hasil analisis semua data, menunjukkan pelaksanaan siklus II sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan maka penelitian diakhiri pada siklus II.


(20)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, soal tes evaluasi, dan catatan lapangan.

1. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kejadian yang dapat diamati (Sudjana, 2009: 84).

Observasi dilaksanakan pada setiap siklus dan dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berupa lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk mengetahui setiap aktivitas guru dan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.

2. Soal Tes Evaluasi

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Sudjana, 2009: 35). Siswa diberikan tes dalam bentuk tulisan untuk mengetahui ketercapaian indikator dalam setiap pembelajarannya. Soal tes evaluasi diberikan kepada siswa setelah materi tersampaikan pada setiap siklus.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat berbagai macam peristiwa yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Johannes, 2001: 153) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan ferleksi terhadap data dalam penelitian kualitaif.

Peneliti membuat catatan terhadap semua peristiwa yang terjadi di lapangan dengan menggunakan kata kunci pada setiap berlangsungnya kegiatan pembelajran. Setelah pembelajran selesai, peneliti menyalin data secara deskriptif pada catatan lapangan yang telah disediakan peneliti.


(21)

27

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan penelitian. Pengeolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif.

Menurut Boddan dan Taylor (dalam Johannes, 2001: 3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Prosedur pengolahan data dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Mengolah data yang terkumpul, seperti: a. Data aktivitas guru

b. Data aktivitas siswa c. Data tes evaluasi d. Catatan lapangan

2. Menyeleksi data untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dapat diolah atau tidak.


(22)

(23)

56 Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di SDN 7 Cibogo yang berlokasi di Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan penerapan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran IPS harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin dengan membuat RPP yang mengkaji materi peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 untuk membuat naskah drama. Penggunaan naskah drama merupakan kunci dalam perencanaan pembelajaran menggunakan role playing. Naskah drama berisi tokoh-tokoh yang terlibat, alur cerita, serta percakapan antar tokoh.

2. Pelaksanaan model role playing harus memperhatikan kesiapan siswa dalam memainkan peran, seperti pembentukkan kelompok, pemilihan peran, latihan sebelum tampil, juga alokasi waktu yang tersedia sebagai batasan terhadap proses pembelajaran dalam penerapan model role playing.

3. Penerapan model role playing terbukti telah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang peristiwa sekitar proklamasi pada mata pelajaran IPS di kelas V A SD Negeri 7 Cibogo Kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat dalam hal menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan terhadap guru, menyimak penampilan teman, memberi tanggapan terhadap penampilan teman, dan bekerja sama dalam kelompok.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka direkomendasikan beberapa hal berikut:


(24)

1. Bagi Guru

a. Dalam menerapkan model role playing sebaiknya guru mengkaji materi terlebih dahulu untuk mengukur layak tidaknya materi tersebut menggunakan model role playing.

b. Guru harus lebih berhati-hati dalam pemilihan kelompok agar siswa merasa nyaman dengan kelompoknya sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib.

c. Guru di tuntut kreatif dalam menyajikan naskah drama sehingga mampu menarik aktivitas belajar siswa.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah dapat memberikan wawasan mengenai penerapan model role playing, karena dengan role playing siswa dapat mengeluarkan bakatnya pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Latihan bermain peran sebelum tampil di depan kelas adalah hal wajib yang harus diperhatikan, agar terciptanya situasi pembelajaran yang kondusif. Demikian bila akan meneliti hal yang sama, peneliti harus memperhatikan agar siswa berlatih bermain peran terlebih dahulu sebelum tampil.


(25)

(26)

58 Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, R. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Azis, A. (2012). Metode Dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

Eko. (2011). Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing). [online]. Tersedia di: http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-bermain-peran-role.html [Diakses 15 Januari 2014].

Fahrudin. (2011). Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V SDN Kapringan III. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hakim, Z. (2013). Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://www.zainalhakim.web.id/keaktifan-siswa-dalam-proses-pembelajaran.html [Diakses 20 April 2014].

Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni. (2007). Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan Dasar. Bandung: Falah Production.

Johannes, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E.(2009). Models Of Teaching (Eighth Edition) Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Krunch, O. (2012). Model Role Playing. [Online]. Tersedia di: http://www.slideshare.net/obitokrunch/model-role-playing# [Diakses 15 Januari 2014].

Nurmansah, I. (2012). Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perjuangan Para Tokoh Masa Penjajahan Jepang. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.


(27)

59

Sapriya. et. al. (2009). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.

Sapriya. et. al. (2006). Pembelajaran Dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sapriya. et. al. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press. Solihatin, E. Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriatna, Nana. et. al. (2010). Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press. Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Taniredja, T. et. al. (2012). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis, Dan Mudah. Bandung: Alfabeta.

Widyatun, D. (2012). Model Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-role-playing.html [Diakses 20 April 2014].

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yunita, E. (2012). Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Jual Beli. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusup, U. (2002). Evektifitas Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran PIPS Kaitannya Dengan Menutup Pelajaran Di Sekolah Dasar (Studi Penelitian Tindakan Di Kelas V Pada SDN Mandala Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Propinsi jawa Barat). Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.


(28)

(1)

56

Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di SDN 7 Cibogo yang berlokasi di Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan penerapan model role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran IPS harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin dengan membuat RPP yang mengkaji materi peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 untuk membuat naskah drama. Penggunaan naskah drama merupakan kunci dalam perencanaan pembelajaran menggunakan role playing. Naskah drama berisi tokoh-tokoh yang terlibat, alur cerita, serta percakapan antar tokoh.

2. Pelaksanaan model role playing harus memperhatikan kesiapan siswa dalam memainkan peran, seperti pembentukkan kelompok, pemilihan peran, latihan sebelum tampil, juga alokasi waktu yang tersedia sebagai batasan terhadap proses pembelajaran dalam penerapan model role playing.

3. Penerapan model role playing terbukti telah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang peristiwa sekitar proklamasi pada mata pelajaran IPS di kelas V A SD Negeri 7 Cibogo Kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat dalam hal menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan terhadap guru, menyimak penampilan teman, memberi tanggapan terhadap penampilan teman, dan bekerja sama dalam kelompok.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka direkomendasikan beberapa hal berikut:


(2)

1. Bagi Guru

a. Dalam menerapkan model role playing sebaiknya guru mengkaji materi terlebih dahulu untuk mengukur layak tidaknya materi tersebut menggunakan model role playing.

b. Guru harus lebih berhati-hati dalam pemilihan kelompok agar siswa merasa nyaman dengan kelompoknya sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib.

c. Guru di tuntut kreatif dalam menyajikan naskah drama sehingga mampu menarik aktivitas belajar siswa.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah dapat memberikan wawasan mengenai penerapan model role playing, karena dengan role playing siswa dapat mengeluarkan bakatnya pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Latihan bermain peran sebelum tampil di depan kelas adalah hal wajib yang harus diperhatikan, agar terciptanya situasi pembelajaran yang kondusif. Demikian bila akan meneliti hal yang sama, peneliti harus memperhatikan agar siswa berlatih bermain peran terlebih dahulu sebelum tampil.


(3)

(4)

58

Sani Sakibah Alimah, 2014

Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, R. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Azis, A. (2012). Metode Dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

Eko. (2011). Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing). [online]. Tersedia di: http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-bermain-peran-role.html [Diakses 15 Januari 2014].

Fahrudin. (2011). Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V SDN Kapringan III. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hakim, Z. (2013). Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://www.zainalhakim.web.id/keaktifan-siswa-dalam-proses-pembelajaran.html [Diakses 20 April 2014].

Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni. (2007). Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan Dasar. Bandung: Falah Production.

Johannes, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E.(2009). Models Of Teaching (Eighth Edition) Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Krunch, O. (2012). Model Role Playing. [Online]. Tersedia di: http://www.slideshare.net/obitokrunch/model-role-playing# [Diakses 15 Januari 2014].

Nurmansah, I. (2012). Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perjuangan Para Tokoh Masa Penjajahan Jepang. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

59

Sapriya. et. al. (2009). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.

Sapriya. et. al. (2006). Pembelajaran Dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sapriya. et. al. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press. Solihatin, E. Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriatna, Nana. et. al. (2010). Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press. Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Taniredja, T. et. al. (2012). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis, Dan Mudah. Bandung: Alfabeta.

Widyatun, D. (2012). Model Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-role-playing.html [Diakses 20 April 2014].

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yunita, E. (2012). Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Jual Beli. Skripsi. Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusup, U. (2002). Evektifitas Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran PIPS Kaitannya Dengan Menutup Pelajaran Di Sekolah Dasar (Studi Penelitian Tindakan Di Kelas V Pada SDN Mandala Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Propinsi jawa Barat). Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MODEL TEAM ASSISTIED INDIVIDUALIZATION Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Me

0 1 14

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MODEL TEAM ASSISTIED INDIVIDUALIZATION Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Me

0 3 14

PENDAHULUAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN ALAT PERAGA KELERENG BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN ANTUSIASME BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 0 8

PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 5 33

PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 3 31

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TENTANG MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL).

0 0 23

Penerapan Alat Peraga Keping Berwarna untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

0 0 7

Penerapan Model Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan

0 0 6

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII MTS NEGERI MODEL PALU

0 0 14