TINJAUAN YURIDIS TERHADAP LIBERTY CLAUSE DALAM PERJANJIAN CARTER MENURUT PERJALANAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENJUSTIFIKASI DEVIASI PADA PENGANGKUTAN LAUT DITINJAU DARI THE HAGUE-VISBY RULES DAN KUHD.
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP LIBERTY CLAUSE DALAM
PERJANJIAN CARTER MENURUT PERJALANAN YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENJUSTIFIKASI DEVIASI PADA PENGANGKUTAN LAUT
DITINJAU DARI THE HAGUE-VISBY RULES DAN KUHD
Nidya Karina Harliani
110110100159
ABSTRAK
Pada pengangkutan barang melalui laut, pengangkut mempunyai
tanggung jawab terhadap barang yang diangkut dari mulai diangkut
sampai dengan diturunkannya barang tersebut di pelabuhan yang telah
diperjanjikan. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab tersebut,
pengangkut memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan
tanpa melakukan deviasi. Pengangkut dapat bergantung pada
penggunaan liberty clause yang tertera di dalam perjanjian carter menurut
perjalanan untuk menjustifikasi deviasi. Namun, rumusan liberty clause
yang terlalu umum, menyebabkan pengangkut melakukan deviasi secara
bebas karena beranggapan bahwa liberty clause akan menjustifikasi
setiap deviasi yang dilakukan pengangkut. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui bagaimana penggunaan liberty clause untuk menjustifikasi
deviasi dan dampak terhadap tanggung jawab pengangkut atas kerugian
yang timbul.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan yang menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan tahap pengolahan dan analisis data
dilakukan secara yuridis kualitatif yang menelaah bahan pustaka primer,
sekunder, dan tersier, antara lain The Hague-Visby Rules dan KUHD,
konsep-konsep pengangkutan barang melalui laut, dan teori-teori
mengenai deviasi dan liberty clause.
Berdasarkan hasil penelitian ini, The Hague-Visby Rules dan KUHD
tidak memberikan ketentuan memadai mengenai penggunaan liberty
clause untuk menjustifikasi deviasi. Penggunaan liberty clause untuk
menjustifikasi deviasi dapat ditentukan dari keadaan-keadaan yang
merupakan limitasi tehadap tanggung jawab pengangkut. The HagueVisby Rules mengatur limitasi tanggung jawab pengangkut terlalu luas,
sedangkan KUHD mengatur secara sempit. Selain itu, penggunaan liberty
clause untuk menjustifikasi deviasi tidak boleh bertentangan dengan
tujuan dalam perjanjian. Selanjutnya, terkait dampak liberty clause
terhadap tanggung jawab pengangkut atas kerugian yang timbul atas
deviasi, The Hague-Visby Rules dan KUHD mengatur bahwa terlepas dari
dapat dijustifikasi atau tidak deviasi yang dilakukan, pengangkut memiliki
kewajiban untuk membuktikan bahwa kerugian yang timbul bukanlah
tanggung jawab pengangkut. Hal tersebut menempatkan pengangkut
sebagai pihak dengan beban pembuktian sesuai dengan prinsip tanggung
jawab praduga.
iv
JUDICIAL REVIEW TOWARDS THE USAGE OF LIBERTY CLAUSE IN
VOYAGE CHARTERPARTY TO JUSTIFY DEVIATION ON CARRIAGE
GOODS BY SEA PURSUANT TO THE HAGUE-VISBY RULES AND
KUHD
Nidya Karina Harliani
110110100159
ABSTRACT
In carriage goods by sea, a carrier has the responsibility towards
the goods, from the beginning of the voyage until the time the carrier
discharged the goods carried on the agreed port. In order to accomplish
that responsibility, the carrier has a obligation to perform a course without
committed deviation. In case of deviation, the carrier could rely on the
usage of liberty clause in voyage charterparty to justify the act of deviation.
However, the wide construction of liberty clause results to a wide
interpretation that the carrier could freely commited an act of deviation
because the carrier could always rely on liberty clause to justify any kind of
deviation. The purpose of this study is to find out how to properly use
liberty clause in order to justify deviation dan the effect of liberty clause
towards the carrier’s liability to losses and damages.
The research method of this final project is analytical description,
using juridical normative and phase of data analysis in a manner of
juridical qualitative that analyzed based on facts of primary, secondary,
and also tertiary law, which are The Hague-Visby Rules and KUHD,
carriage of goods by sea concepts, and theories regarding deviation and
liberty clause.
According to the result of this study, The Hague-Visby Rules and
KUHD do not properly provide regulation in regards with the usage of
liberty clause to justify deviation. The usage of liberty clause to justify
deviation could be determined from limitation of carrier’s liability. The
Hague-Visby Rules provides too wide limitation of liability. On the other
hand, KUHD provides too narrow limitation of liability. Moreover, the usage
of liberty clause to justify deviation shall not contradict the purpose of the
contract of carriage. Subsequently, in regards with the effect of liberty
clause towards the carrier’s liability on deviation, both The Hague-Visby
Rules and KUHD regulates, aside from whether the act of deviation could
be justified or not, the carrier has the obligation to proof that any loss and
damage are not attributable to the carrier. Those provisions put the carrier
as a party with the burden of proof, in accordance to presumption liability
principle.
v
PERJANJIAN CARTER MENURUT PERJALANAN YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENJUSTIFIKASI DEVIASI PADA PENGANGKUTAN LAUT
DITINJAU DARI THE HAGUE-VISBY RULES DAN KUHD
Nidya Karina Harliani
110110100159
ABSTRAK
Pada pengangkutan barang melalui laut, pengangkut mempunyai
tanggung jawab terhadap barang yang diangkut dari mulai diangkut
sampai dengan diturunkannya barang tersebut di pelabuhan yang telah
diperjanjikan. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab tersebut,
pengangkut memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan
tanpa melakukan deviasi. Pengangkut dapat bergantung pada
penggunaan liberty clause yang tertera di dalam perjanjian carter menurut
perjalanan untuk menjustifikasi deviasi. Namun, rumusan liberty clause
yang terlalu umum, menyebabkan pengangkut melakukan deviasi secara
bebas karena beranggapan bahwa liberty clause akan menjustifikasi
setiap deviasi yang dilakukan pengangkut. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui bagaimana penggunaan liberty clause untuk menjustifikasi
deviasi dan dampak terhadap tanggung jawab pengangkut atas kerugian
yang timbul.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan yang menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan tahap pengolahan dan analisis data
dilakukan secara yuridis kualitatif yang menelaah bahan pustaka primer,
sekunder, dan tersier, antara lain The Hague-Visby Rules dan KUHD,
konsep-konsep pengangkutan barang melalui laut, dan teori-teori
mengenai deviasi dan liberty clause.
Berdasarkan hasil penelitian ini, The Hague-Visby Rules dan KUHD
tidak memberikan ketentuan memadai mengenai penggunaan liberty
clause untuk menjustifikasi deviasi. Penggunaan liberty clause untuk
menjustifikasi deviasi dapat ditentukan dari keadaan-keadaan yang
merupakan limitasi tehadap tanggung jawab pengangkut. The HagueVisby Rules mengatur limitasi tanggung jawab pengangkut terlalu luas,
sedangkan KUHD mengatur secara sempit. Selain itu, penggunaan liberty
clause untuk menjustifikasi deviasi tidak boleh bertentangan dengan
tujuan dalam perjanjian. Selanjutnya, terkait dampak liberty clause
terhadap tanggung jawab pengangkut atas kerugian yang timbul atas
deviasi, The Hague-Visby Rules dan KUHD mengatur bahwa terlepas dari
dapat dijustifikasi atau tidak deviasi yang dilakukan, pengangkut memiliki
kewajiban untuk membuktikan bahwa kerugian yang timbul bukanlah
tanggung jawab pengangkut. Hal tersebut menempatkan pengangkut
sebagai pihak dengan beban pembuktian sesuai dengan prinsip tanggung
jawab praduga.
iv
JUDICIAL REVIEW TOWARDS THE USAGE OF LIBERTY CLAUSE IN
VOYAGE CHARTERPARTY TO JUSTIFY DEVIATION ON CARRIAGE
GOODS BY SEA PURSUANT TO THE HAGUE-VISBY RULES AND
KUHD
Nidya Karina Harliani
110110100159
ABSTRACT
In carriage goods by sea, a carrier has the responsibility towards
the goods, from the beginning of the voyage until the time the carrier
discharged the goods carried on the agreed port. In order to accomplish
that responsibility, the carrier has a obligation to perform a course without
committed deviation. In case of deviation, the carrier could rely on the
usage of liberty clause in voyage charterparty to justify the act of deviation.
However, the wide construction of liberty clause results to a wide
interpretation that the carrier could freely commited an act of deviation
because the carrier could always rely on liberty clause to justify any kind of
deviation. The purpose of this study is to find out how to properly use
liberty clause in order to justify deviation dan the effect of liberty clause
towards the carrier’s liability to losses and damages.
The research method of this final project is analytical description,
using juridical normative and phase of data analysis in a manner of
juridical qualitative that analyzed based on facts of primary, secondary,
and also tertiary law, which are The Hague-Visby Rules and KUHD,
carriage of goods by sea concepts, and theories regarding deviation and
liberty clause.
According to the result of this study, The Hague-Visby Rules and
KUHD do not properly provide regulation in regards with the usage of
liberty clause to justify deviation. The usage of liberty clause to justify
deviation could be determined from limitation of carrier’s liability. The
Hague-Visby Rules provides too wide limitation of liability. On the other
hand, KUHD provides too narrow limitation of liability. Moreover, the usage
of liberty clause to justify deviation shall not contradict the purpose of the
contract of carriage. Subsequently, in regards with the effect of liberty
clause towards the carrier’s liability on deviation, both The Hague-Visby
Rules and KUHD regulates, aside from whether the act of deviation could
be justified or not, the carrier has the obligation to proof that any loss and
damage are not attributable to the carrier. Those provisions put the carrier
as a party with the burden of proof, in accordance to presumption liability
principle.
v