PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL: Studi Kasus terhadap Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Bandung Barat.

(1)

(Studi Kasus terhadap Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Bandung Barat)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh Ineu Maryani NIM 1303135

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

(Studi Kasus terhadap Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Bandung Barat)

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Dr.Ilfiandra, M.Pd NIP 197211241999031003

Mengetahui:

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Prof.Dr.Uman Suherman AS, M.Pd NIP 19620623 198610 1 001


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Hasil karya ilmiah ini merupakan sumbangsih dan pemikiran dari berbagai pihak, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ilfiandra, M.Pd., sebagai pembimbing, seorang yang begitu luar biasa, muda, cerdas dan tanpa jemu setiap kali bertemu memberi arahan, pandangan dan masukan-masukan yang membuat pertemuan memberi pencerahan dan inspirasi bagi penulis, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

2. Prof.Dr. Uman Suherman, AS,. M.Pd., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, terima kasih untuk perhatian dan kemudahan serta pengertian kepada penulis dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan dan selama penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. 3. Prof.Dr.H.Sunaryo Kartadinata, M.Pd., guru besar yang penulis kagumi karena

ilmunya yang luas dan memberikan makna bagi penulis untuk selalu berupaya meraih ilmu dan wawasan yang bapak miliki.

4. Dr.H.Solehuddin, M.Pd.,selaku pembimbing akademik yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan semangat serta bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proses perkuliahan sehingga selesai tepat waktu. Jazakumullohu Khoiron Katsiron.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang bermakna bagi penulis dan juga seluruh staf program studi bimbingan dan konseling yang selalu ramah dan siap membantu segala administrasi perkuliahan yang dibutuhkan yang tidak


(4)

Cikalongwetan yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan kuliah serta memberi kepercayaan dan pengertian kepada penulis.

7. Agus, S.Pd., MM., dan Endang Supriatna, S.Pd, M.Pd., Kepala SMPN 2 Cipeundeuy dan Kepala SMPN 2 Padalarang yang telah memberi izin dan kepercayaan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Emi Maesaroh, M.Pd.,Kons., dan Neneng Nurjanah, M.Pd.,Kons., yang telah ikhlas serta rela membantu dengan sepenuh hati dengan segala kebaikan dan keterbukaan untuk menerima penulis mengadakan penelitian dan memberi berbagai kebutuhan dan informasi bagi penulis selama penelitian.Terima kasih untuk menjadi sahabat seperjuangan, semoga Allah membalas dengan balasan yang lebih baik.

Bandung, Agustus 2015 Penulis


(5)

Ineu Maryani, 2015

dan Konseling di Kabupaten Bandung Barat). Pembimbing: Dr.Ilfiandra, M.Pd.

Penelitian ini didorong oleh harapan akan eksistensi layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang menjadi faktor penentu utamanya adalah profesionalitas guru bimbingan dan konseling yang memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis kompetensi need asesmen, kompetensi konseling individual dan konseling kelompok, serta evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling yang selanjutnya didesain program peningkatan kinerja profesional yang dibutuhkan. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.Subjek pada penelitian ini terdiri dari dua orang guru bimbingan dan konseling bersertifikat pendidik yang masing-masing bertugas di SMPN 2 Padalarang dan di SMPN 2 Cipeundeuy. Simpulan menunjukkan penguasaan need asesmen sudah memenuhi sebagian sub kompetensinya, pada aspek konseling individual dan konseling kelompok kemampuan keterampilan konseling konselor membutuhkan program peningkatan kinerja profesional, sedangkan pada aspek evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling mengetahui konsep teoritis evaluasi dan perlu peningkatan dalam implementasinya. Program peningkatan kinerja bagi kedua subjek penelitian pada kompetensi konseling individual menunjukkan adanya penggunaan keterampilan konseling individual yaitu pertanyaan berorientasi target, merubah keyakinan yang merugikan dan empati yang mendalam. Sementara pada konseling kelompok memberi dampak peningkatan adanya tahap kerja (performance stage) dengan penggunaan teknik konseling yang lebih banyak.

Kata Kunci : Kinerja Profesional, Need Asesmen, Konseling individual, Konseling kelompok, Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling, Program Peningkatan Kinerja.


(6)

Ineu Maryani, 2015

Ineu Maryani (2015). Aleviating Program of Guidance and Counselling Teachers’ Performance Based on The Results of Professional Performance Analysis (A case study on Guidance and Counselling Teachers at The Regency of Western Bandung).Supervisor : Dr.Ilfiandra, M.Pd.

This research is conducted by way of an expectation of having guidance and counselling services exist at schools. Being the key factor with major issue here

is guidance and counselling teachers’ professionalism meeting competency

standards as required. The present study is aimed at describing and analysing competencies of need assessments, individual and group counselling, and an evaluation of program implementation of the next guidance and counselling services for design professional performance aleviation needed. This study used a qualitative approach with a case study method.The subject of this research consist of two teachers of guidance and counseling who certified as educator and each of them are from SMPN 2 Padalarang and SMPN 2 Cipeundeuy. Conclusions drawn include the followings: mastery of some need assessments meets some sub-competencies; aspect pertaining to individual and group counselling still needs the aleviation of professional performance program on the part of counselor’s skill; aspect of evaluating the program implementation of guidance and counselling services indicates some knowledge on theoretical concepts of evaluation, and it needs some efforts of intensifying actions in its implementation. The aleviating program of performance through at individual competency indicates that the use is more on target-oriented questions, less than beneficial change of beliefs, and deeper empathy, while, temporarily, group counselling results in the impact on aleviated performance stage with more techniques used.

Key words: professional performance, need assessment, individual counselling, group counselling, guidance and counselling program evaluation, aleviating program of performance.


(7)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ... 11

2.1.1 Pengertian Kinerja Profesional ... 11

2.1.2 Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ... 13

2.2 Standar Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ... 14

2.2.1 Standar Kompetensi Konselor Menurut ASCA ... 15

2.2.2 Standar Kompetensi guru bimbingan dan konseling Berdasarkan Permendiknas Republik Indonesia ... 21

2.2 3 Standar Kompetensi Penilaian Kinerja Guru BK ... 29

2.3 Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ... 30

2.3.1 Kompetensi Asesmen ... 30

2.3.2 Kompetensi Konseling ... 34

2.3.2.1 Konseling Individual ... 34


(8)

xi

2.4 Kompetensi Evaluasi Pelaksanaan Program BK ... 49

2.5 Program Peningkatan Kinerja Guru BK ... 62

BAB III METODE PENELITIAN ... 69

3.1 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian ... 69

3.2 Alur Prosedur Penelitian ... 70

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 74

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 74

3.3.2 Subjek Penelitian ... 77

3.4 Instrumen Penelitian ... 81

3.5 Mekanisme Pengumpulan Data ... 83

3.6 Keabsahan Data dan Hasil Penelitian ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

4.1Deskripsi Kemampuan Need Asesmen Guru BK ... 87

4.1.1 Kemampuan Need Asesmen Guru BK (EM) ... 87

4.1.2 Kemampuan Need Asesmen Guru BK (NN) ... 89

4.2 Deskripsi Kemampuan Konseling individu dan Konseling Kelompok ... 91

4.2.1 Kemampuan Konseling Individual EM ... 92

4.2.2Kemampuan Konseling Kelompok NN ... 99

4.3 Deskripsi Kemampuan Evaluasi Pelaksanaan Program BK ... 112

4.3.1 Deskripsi Kemampuan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling (EM) ... 112

4.3.2 Deskripsi Kemampuan Evaluasi Pelaksanaa Program Bimbingan dan Konseling (NN) ... 117

4.4 Program Peningkatan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ...120

4.4.1 Rasional...124

4.4.2 Tujuan Program ...125

4.4.3 Sasaran ...125

4.4.4 Materi Program ...125


(9)

xi

4.4.6 Metode ...151

4.4.7 Evaluasi ...151

4.4.8 Penutup ...151

4.5 Pelaksanaan Mentoring ...151

4.5.1 Mentoring terhadap EM ...151

4.5.2 Mentoring terhadap NN ...157

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...165

4.6.1 Kemampuan Need Asesmen ...165

4.6.2 Kemampuan Konseling Individual dan Konseling kelompok ...168

4.6.3 Kemampuan Evaluasi Pelaksanaan Layanan bimbingan dan konseling ...174

4.6.4 Program Peningkatan Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ....177

4.7 Keterbatasan penelitian ...178

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...179

5.1Simpulan ...179

5.1.1 Kompetensi need asesmen ...179

5.1.2 Kompetensi Konseling individual dan konseling kelompok ...180

5.1.3 Kompetensi Evaluasi Pelaksanaan Program bimbingan dan konseling ...181

5.1.4 Program Peningkatan kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ....182

5.2Rekomendasi ...183

5.2.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling ...183

5.2.2 Bagi Sekolah ...184

5.2.3 Bagi Dinas Pendidikan ...184

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ...185

DAFTAR PUSTAKA ...186


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.SK Direktur Pasca Sarjana tentang Pengangkatan Pembimbing Lampiran 2. Ijin Penelitian

Lampiran 3.Jurnal Penelitian di SMPN 2 Padalarang Lampiran 4.Jurnal Penelitian di SMPN 2 cipeundeuy

Lampiran 5. Program Bimbingan dan Konseling SMPN 2 Padalarang Lampiran 6. Program Bimbingan dan Konseling SMPN 2 Cipeundeuy Lampiran 7. Field Note Hasil Wawancara dengan EM

Lampiran 8. Field Note Hasil Wawancara dengan NN

Lampiran 9.Transkip Konseling individual EM sebelum mentoring Lampiran 10.Transkip Konseling individual EM sesudah mentoring Lampiran 11.Transkip Konseling kelompok NN sebelum mentoring Lampiran 12.Transkip Konseling kelompok NN sesudah mentoring Lampiran 13.Hasil Pengolahan DCM NN

Lampiran 14.Contoh buku pribadi di SMPN 2 Padalarang Lampiran 15.Form DCM di SMPN 2 Padalarang

Lampiran 16.Foto-Foto Kegiatan Konselor dan Peserta Didik di SMPN 2 Padalarang Lampiran 17.Foto-Foto Kegiatan Konselor dan Peserta Didik di SMPN 2 Cipeundeuy Lampiran 18.Foto Wawancara dengan EM

Lampiran 19.Foto wawancara dengan NN

Lampiran 20.Foto Ruangan BK SMPN 2 Padalarang Lampiran 21.Foto Rungan BK SMPN 2 Cipeundeuy Lampiran 22.Contoh SKLBK Bimbingan Kelompok

Lampiran 23.Interpretasi Hasil Tes Kecerdasan, Bakat, Minat oleh EM Lampiran 24.Rekomendasi Hasil Tes Kecerdasan, Bakat, Minat oleh NN Lampiran 25.Cacatan Kancah Pengumpulan Data Lapangan


(11)

xi

Lampiran 27.Surat Keterangan telah melaksanakan Riset dari SMPN 2 Padalarang Lampiran 28.Surat Keterangan telah melaksanakan Riset dari SMPN 2 Cipeundeuy Lampiran 29.Riwayat Hidup Penulis


(12)

pijakan peneliti melakukan penelitian, kemudian tujuan penelitian yang menjadi arah pada penelitian ini, selanjutnya berisi pertanyaan penelitian sebagai acuan peneliti untuk menemukan hasil penelitian dan terakhir memuat manfaat penelitian bagi pihak-pihak yang terkait terhadap hasil penelitian.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Hasil penelitian United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 2007 sebagaimana dikemukakan Ratih (2014) tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti. Indonesia memperoleh indeks 0,728 dan jika Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia berada pada peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan bangsa atau pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah. Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan PBB itu, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Education


(13)

Development Index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum 2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,3%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %.

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan meningkat pula. Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan seperti yang terjadi belakangan ini.

Fenomena yang terkait dengan sertifikasi guru menurut Muslich (2007) guru sebagai tenaga pendidik yang sering disebut sebagai agent of learning (agen pembelajaran) menjadi sosok yang cenderung certificate-oriented bukan program-oriented, padahal hakikatnya sertifikasi yang merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan meningkatkan kualitas guru serta kesejahteraannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dengan karakteristik yang dinilai kompeten. Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan


(14)

mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru yang baik kemudian diikuti dengan kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya juga bagus maka KBM-nya juga bagus. KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu . Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.

Menurut Naskah Dirjen P4TK Penjas dan BK (2007) dinyatakan manfaat uji sertifikasi antara lain sebagai berikut:

1) Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri;

2) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini;

3) Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan;

4) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Menurut Muslich (2007) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara keseluruhan membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup:

a. Penguasaan materi, yang meliputi pemahaman karakteristik dan substansi ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu yang bersangkutan untuk memperifikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, serta pemahaman manajemen pembelajaran; b. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik,

tahap-tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapanya (kognitif, afektif, dan psikomotor) dalam mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran;


(15)

c. Pembelajaran yang mendidik, yang terdiri atas pemahaman konsep dasar proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta penerapanya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran;

d. Pengembangan kepribadian profesionalisme, yang mencakup pengembangan intuisi keagamaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme kependidikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagaimana yang dikemukakan Setya (2011) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Setelah mengolah data 16 dari 28 provinsi yang diteliti hasilnya menunjukan bahwa peningkatan kinerja yang diharapkan dari guru yang sudah bersertifikat, seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri, dinilai masih tetap sama. Begitupun sejauh ini eksistensi bimbingan dan konseling di sekolah terus diuji untuk menunjukan kinerja terbaiknya. Guru bimbingan dan Konseling adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, artinya faktor penentu keberhasilan eksistensi layanan bimbingan dan konseling akan sangat bergantung pada kinerja professional yang ditunjukkan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.

Program sertifikasi yang sudah digulirkan diharapkan juga dapat meningkatkan kinerja professional guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling digambarkan sebagai suatu profesi yang memiliki standar kerja yang dapat menggambarkan kualitas yang harus dihasilkan berdasarkan struktur dan kualitas kerja yang sesuai dengan kode etik profesi sehingga guru bimbingan dan konseling tersebut dikatakan professional atau berkualitas dalam menjalankan pelayanannya.

Sejauh ini penelitian yang menunjukkan bahwa program sertifikasi ternyata tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kinerja guru, khususnya dalam hal ini kinerja professional guru bimbingan dan konseling di sekolah. Beberapa penelitian yang ada dapat dijadikan indikator kualitas kepemilikan dan/atau penguasaan kemampuan guru bimbingan dan konseling di


(16)

lapangan. Hasil penelitian Murad (2005) tentang kompetensi konselor yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling di sekolah yang penyelenggaraan bimbingan dan konselingnya baik mencapai 72,89% (tinggi), tingkat performansi aktual kompetensi konselor yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling di sekolah yang kurang baik mencapai 67,23% (cukup), tingkat performansi aktual kompetensi konselor yang berlatar belakang pendidikan non bimbingan dan konseling di sekolah yang bimbingan dan konselingnya kurang memadai hanya mencapai 59,46% (cukup cenderung rendah). Penurunan yang terjadi pada pencapaian persentase tingkat performansi aktualnya, 72,89% (tinggi) turun menjadi 67,23% (cukup), 66,48% (cukup) dan kemudian 59,46% (cukup cenderung rendah) memperkuat dukungan bahwa latar belakang pendidikan dan keadaaan penyelenggaraan bimbingan dan konseling memberikan urunan bagi pencapaian tingkat performance aktual kompetensi konselor professional.

Penelitian Furqon dkk,. (2000, hlm. 97) menunjukkan secara keseluruhan skor kinerja professional guru pembimbing (guru BK) pada kelompok yang mendapat pelatihan penelitian tindakan masih tergolong rendah, terutama pada aspek dorongan dan upaya pengembangan diri, manajemen bimbingan dan konseling, disamping etika dan moral dalam berperilaku. Pernyataan temuan ini diperkuat oleh hasil penelitian Ilfiandra (2006, hlm. 22) menunjukkan bahwa umumnya kinerja konselor di sekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Bandung berada pada kategori tidak memuaskan sebesar 64,28%.

Penelitian Ihsan (2013, hlm. 122) menunjukkan gambaran umum kinerja guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut pengawas, dari enam orang responden yang diteliti, satu orang responden diantaranya berada pada kategori amat baik, tiga responden pada kategori baik, satu responden pada kategori cukup, dan satu responden berada pada kategori sedang. Sedangkan gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di kota Cimahi menurut koordinator bimbingan dan konseling masing-masing sekolahnya,semua responden berada pada kategori amat baik.


(17)

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kinerja sebagian guru bimbingan dan konseling masih menunjukkan kinerja professional yang kurang baik. Menurut Huda (2013) fenomena yang terjadi di sekolah sehubungan dengan kinerja profesional konselor adalah masih dijumpai konselor pada saat tahap perencanaan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling tanpa didahului kegiatan asesmen atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek kebutuhan peserta didik yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program bimbingan dan konseling.Selain itu, banyak juga dijumpai di lapangan bahwa kinerja konselor sekolah hanya memenuhi tuntutan formal daripada memenuhi kebutuhan peserta didik. Konselor merasa sudah bekerja bila sudah memenuhi tuntutan formal yang berupa tugas-tugas administrasi seperti pengumpulan data dalam berbagai format. Dengan demikian tugas administrasi yang sebenarnya merupakan kegiatan pendukung untuk dapat melakukan layanan dengan baik, dianggap sebagai tugas utama.

Keadaan di atas sesuai dengan penelitian Sugiharto (dalam Liya Husna: 2014, hlm. 4) mengenai permasalahan kinerja konselor sekolah menunjukkan bahwa konselor dalam mengelola layanan bimbingan dan konseling di sekolah masih bersandar pada paradigma bimbingan dan konseling sebagai layanan pendidikan yang lebih didasarkan pada tuntutan formal, sehingga konselor lebih dihayati sebagai pekerjaan administrasi. Fenomena lain yang terjadi adalah masih banyak guru bimbingan dan konseling tidak melakukan evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling. Pada kenyataannya tidak banyak dijumpai guru bimbingan dan konseling yang memiliki instrumen yang valid atau alat evaluasi lainnya. Dengan demikian tingkat keberhasilan program bimbingan dan konseling tidak terukur, sehingga dampaknya adalah tidak terlaksana tindak lanjut maupun pengembangan program.

Munculnya fenomena kinerja guru bimbingan dan konseling yang belum profesional dapat disebabkan oleh kondisi internal maupun kondisi eksternal guru bimbingan dan konseling. Kondisi internal guru bimbingan dan konseling antara lain kurangnya penguasaan tentang manajemen bimbingan dan konseling, rendahnya unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam merealisasikan


(18)

program bimbingan dan konseling, hilangnya motivasi berprestasi atau kurangnya dorongan dari diri dan lingkungannya untuk mengadakan inovasi-inovasi. Sementara kondisi eksternal yang mempengaruhi kinerja guru bimbingan dan konseling salah satunya adalah pengalaman pendidikan. Pendidikan menjadi dasar seseorang dalam bertindak dan berperilaku yang disesuaikan dengan potensi kemampuan yang terbentuk pada saat mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah ataupun pendidikan non formal. Hal tersebut juga sejalan dengan Amstrong dan Baron (1986) sebagaimana dikutip oleh Suswati (2004) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah faktor personal individual yang berdasarkan kemampuan/kecakapan. Kemampuan individu dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Sementara Mulyasa (2004) menyebutkan bahwa faktor yang erat hubungannya dengan produktifitas kerja salah satu diantaranya adalah pendidikan. Melalui pendidikan, kemampuan atau ability guru bimbingan dan konseling dapat terbentuk. Kemampuan guru bimbingan dan konseling terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill), artinya guru bimbingan dan konseling memiliki kemampuan yang dibawa sejak lahir jika ditambah dengan pendidikan yang memadai dan relevan maka akan dapat dengan terampil melaksanakan tugas sehari-hari sebagaimana tugas pokok dan fungsi yang diberikan kepadanya. Untuk meningkatkan kompetensi dalam rangka mewujudkan profesionalisme guru bimbingan dan konseling, selain dibutuhkan pendidikan formal terlebih dahulu yaitu sarjana Bimbingan dan Konseling, maupun melalui Pendidikan Profesi Guru bimbingan dan konseling (PPK), juga sangat membutuhkan pendidikan non formal. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Pasal 26 dijelaskan bahwa, pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Guru bimbingan dan konseling perlu mengikuti pendidikan non formal untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya diantaranya melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat), workshop, seminar dan semacamnya serta aktif mengikuti kegiatan Musyawarah


(19)

Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK). Kegiatan-kegiatan pendidikan non formal tersebut merupakan pendidikan yang mampu meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap untuk memenuhi persyaratan dalam melaksanakan pekerjaan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat dan memiliki pendidikan formal yang relatif tinggi, disertai oleh pengalaman pendidikan non formal yang relatif banyak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berdasarkan kompetensi profesional yang dituntut sebagai bahan penilaian guru bimbingan dan konseling di sekolah secara utuh saat ini yang dikeluarkan Kemdikbud RI tahun 2015 adalah: 1) menguasai konsep dan praksis penilaian (asesmen) untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, 2) menguasai kerangka teoritik dan praktik BK, 3) merancang program BK, 4) mengimplementasikan program BK yang komprehensif, 5) menilai proses dan hasil kegiatan BK, 6) memiliki Kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, dan 7) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK.

Mengingat luasnya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling maka penelitian ini difokuskan kepada guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat, menyangkut tiga komponen profesionalnya yaitu kemampuan need asesmen, kemampuan konseling individual dan konseling kelompok, serta evaluasi program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Ketiga komponen di atas diteliti, karena peneliti memandang bahwa kemampuan need asesmen merupakan kompetensi yang paling penting sebelum guru bimbingan dan konseling membuat program, sehingga program layanan bimbingan dan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik. Kompetensi konseling individual maupun konseling kelompok yang dimiliki guru bimbingan dan konseling merupakan ciri khas profesionalitasnya, sehingga eksistensi implementasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah semakin diakui masyarakat penggunanya terutama peserta didik di sekolah. Kompetensi evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling menunjukkan tingkat akuntabilitas yang memiliki efek besar pada perbaikan dan tindak lanjut terhadap


(20)

program yang telah dilaksanakan sehingga menunjukkan kekuatan besar bagi keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Peneliti memandang ketiga aspek pada penelitian ini merupakan ‘jantungnya’ pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang harus dilaksanakan secara profesional.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan pada penelitian ini adalah bagaimana guru bimbingan dan konseling bersertifikat melaksanakan kinerja profesionalnya pada kompetensi need asesmen, kompetensi konseling individual dan konseling kelompok serta pada kompetensi evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Analisis terhadap setiap kompetensi didasarkan teori dan standar kompetensi profesional yang direfleksikan oleh peneliti sehingga secara signifikan memberi implikasi bagi kebutuhan program peningkatan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling yang menjadi subjek pada penelitian ini.

1.2 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kinerja guru bimbingan dan konseling yang bersertifikat khususnya pada kompetensi profesionalnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan kemampuan guru bimbingan dan konseling melaksanakan need asesmen di sekolah.

b. Mendeskripsikan kemampuan guru bimbingan dan konseling melaksanakan konseling individual dan konseling kelompok di sekolah. c. Mendeskripsikan kemampuan guru bimbingan dan konseling

melaksanakan evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

d. Mendesain program pelatihan bagi guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kinerja profesional bimbingan dan konseling di sekolah.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :


(21)

a. Seperti apakah kinerja guru bimbingan dan konseling bersertifikat melaksanakan need asesmen

b. Bagaimanakah keterampilan guru bimbingan dan konseling bersertifikat melaksanakan konseling individual dan konseling kelompok di sekolah

c. Bagaimanakah kinerja guru bimbingan dan konseling melaksanakan evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah

d. Program pelatihan profesional seperti apakah yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru bimbingan dan konseling

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Memperoleh gambaran/potret unjuk kinerja profesional guru bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya kemampuan need asesmen, konseling individual dan konseling kelompok serta kemampuan evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Gambaran di atas melahirkan desain program peningkatan kinerja profesional yang dibutuhkan oleh guru bimbingan dan konseling sehingga secara langsung menunjukkan eksistensi layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

b. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan data empiris unjuk kerja professional guru bimbingan dan konseling di sekolah, yang dapat ditindaklanjuti dengan berbagai program peningkatan kinerja profesional bagi peningkatan unjuk kinerjanya.

c. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan (alternatif pemecahan masalah) bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga sebagai pengambil kebijakan dalam upaya mengembangkan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling di sekolah.


(22)

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendekatan dan metode penelitian, langkah-langkah penelitian terdiri dari studi pendahuluan, identifikasi kasus yang dijadikan objek penelitian, studi literatur dan pemotretan kondisi lapangan. Kegiatan selanjutnya yang secara simultan dilakukan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi untuk mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan. Analisis data utama dijadikan dasar bagi pelaksanaan program peningkatan kinerja profesional yang dibutuhkan oleh guru bimbingan dan konseling yang dijadikan subjek pada penelitian ini. Kegiatan penelitian diakhiri dengan analisis data pasca mentoring dan kesimpulan.

3.1 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individual atau kelompok. Pendekatan kualitatif ditandai dengan kegiatan mengamati orang pada situasi nyata dalam lingkungan mereka, berinteraksi dan memahami perilaku orang yang diamati dari sudut pandang orang tersebut. Metode kualitatif ini dilaksanakan untuk memperoleh data secara empiris dan nyata yang terjadi dilapangan sehingga dalam hal ini peneliti merupakan instrumen utama, sedangkan instrumen lainnya sebagai alat bantu dan pelengkap data.

Alasan menggunakan studi kasus sebagaimana diungkapkan oleh Lincoln dan Guba (dalam Neneng, 2010, hlm.102) menyebutkan keuntungan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif, yaitu:

a) Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subyek yang diteliti ;

b) Studi kasus meyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari ;

c) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden;


(24)

d) Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas;

3.2 Alur Prosedur Penelitian

Walaupun secara umum desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi lapangan serta memperhatikan temuan-temuan kejadian yang muncul dilapangan, akan tetapi sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian digambarkan alur prosedur yang akan digunakan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Uji Coba Program Peningkatan Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling

Analisis Data Hasil Mentoring

Gambar 3.1.Alur Prosedur Penelitian Studi Pendahuluan

Identifikasi Subjek Penelitian

Studi Literatur dan Pemotretan Kondisi Objektif Lapangan

Kegiatan Wawancara terhadap Guru BK Studi Dokumenter

dan Audio Visual

Kegiatan Observasi Unjuk Kerja Guru BK

Analisis Data Kinerja Profesional


(25)

Penjelasan Alur Prosedur Penelitian pada bagan di atas adalah sebagai berikut: a.Studi pendahuluan

Tahap ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan dengan bulan Pebruari 2015. Studi pendahuluan merupakan rangkaian untuk menetapkan subjek pada penelitian ini dengan mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai kinerja profesional guru bimbingan dan konseling serta menetapkan subjek pada penelitian yang mengacu pada metode studi kasus. Hasilnya belum ada yang melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif tentang kinerja profesional guru bimbingan dan konseling di Kabupaten Bandung Barat. Untuk menetapkan subjek penelitian, peneliti juga berkomunikasi langsung dengan ketua Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Kabupaten Bandung Barat, menurut data base yang dimilikinya bahwa saat ini jumlah seluruh guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat di Kabupaten Bandung Barat berjumlah 60 orang, dan hanya dua orang yang memiliki gelar M.Pd,.Kons.

Berdasarkan data dari program pendampingan implementasi Kurikulum 2013 terkait dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada kurikulum 2013, subjek penelitian dari SMPN 2 Padalarang merupakan salah satu instruktur nasional yang mendampingi guru-guru bimbingan dan konseling di gugus 3 dan gugus 4 Kabupaten Bandung Barat mengimplementasikan program bimbingan dan konseling berdasarkan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah. SMPN 2 Padalarang juga merupakan salah satu sekolah yang dijadikan pilot project pelaksanaan kurikulum 2013, yang awalnya sebagai sekolah RSBI. Sedangkan subjek dari SMPN 2 Cipeundeuy, merupakan satu-satunya guru bimbingan dan konseling tingkat SMP di Kabupaten Bandung Barat yang sedang melanjutkan studi S-3 pada jurusan bimbingan dan konseling. Hasil studi pendahuluan di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk menjadikan keduanya sebagai subjek pada penelitian ini, karena keduanya layak sebagai kasus positif yang menonjol. Pada studi pendahuluan ini juga peneliti melakukan kegiatan administrasi yang berkaitan dengan perijinan kepada pihak yang berwenang sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.


(26)

b. Identifikasi Pemilihan Subjek

Tahap ini dilaksanakan dari mulai bulan Januari-Pebruari 2015, yang meliputi serangkaian proses pendekatan terhadap subjek penelitian, hal ini dilakukan karena penelitian ini melihat unjuk kerja guru bimbingan dan konseling di sekolah yang sifatnya evaluatif, sehingga dibutuhkan pendekatan khusus untuk meyakinkan kepada subjek penelitian tidak merasa terganggu dan tidak merasa riskan dengan kehadiran peneliti. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan metode purposive, yaitu bertalian dengan purpose dan tujuan tertentu (Nasution, 1992). Hal yang penting pada tahap ini adalah guru bimbingan dan konseling bersedia menjadi subjek penelitian ini dengan memberikan data informasi yang dibutuhkan. Penetapan hanya dua subjek dalam penelitian ini juga adalah untuk efisiensi dan efektivitas penelitian karena terkait aspek-aspek kompetensi kinerja profesional yang diteliti cukup banyak.

c.Studi literatur dan pemotretan kondisi objektif lapangan

Proses studi literatur dan pemotretan kondisi objektif lapangan dilapangan dilakukan secara simultan karena proses pemotretan kondisi objektif lapangan membutuhkan waktu 3-4 bulan, maka data terus-menerus di ambil dengan berbagai metode baik melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Begitu pula proses studi literatur, dilakukan selama penelitian berlangsung, untuk mendukung analisis data hasil penelitian.

d.Kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi

Penelitian ini diawali dengan observasi pada tempat/fokus penelitian yaitu di SMPN 2 Cipeundeuy dan SMPN 2 Padalarang, menurut Bungin (2003, hlm. 65) kegiatan dan penggunaan metode observasi menjadi sangat penting dalam tradisi penelitian kualitatif. Melalui metode observasi dikenal berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, yang mempola dari hari ke hari ditengah-tengah masyarakat. Kegiatan observasi ini dilengkapi dengan kegiatan wawancara secara mendalam. Menurut Bungin (2003, hlm. 66) apa yang terlihat, terdengar, atau terasakan itu, kesemuanya itu dipandang suatu hamparan kenyataan yang mungkin saja bisa diangkat sebagai “tabel hidup”. Oleh sebab itu wawancara mendalam dan kegiatan observasi dimaksudkan untuk memburu “tabel hidup”


(27)

yang terhampar dalam kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Studi dokumentasi dan audio visual terhadap subjek penelitian dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan.

e) Analisis Data

Proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data merupakan pengertian dari analisis data. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif, deskriftif, dan kualitatif. Prosesnya dilakukan baik sebelum dilapangan, selama dilapangan, ataupun setelah dilapangan. Sebelum terjun ke lapangan secara langsung, peneliti melakukan analisis terhadap data hasil studi pendahuluan yang penulis dapatkan melalui wawancara awal terhadap beberapa teman guru bimbingan dan konseling yang memungkinkan untuk dapat bekerjasama dalam penelitian ini. Data dari hasil studi pendahuluan ini dan ditambah dengan data sekunder yang penulis dapatkan dari penelitian sejenis, kemudian digunakan untuk menentukan fokus penelitian sementara. Awalnya berdasarkan analisis sebelum di lapangan, penulis bermaksud memfokuskan penelitian ini pada persoalan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling secara keseluruhan, tetapi mengingat keterbatasan berbagai hal, kemudian fokus menjadi lebih di persempit menjadi tiga komponen penelitian, yaitu kemampuan need assesmen, kemampuan konseling individual dan konseling kelompok, serta kemampuan evaluasi program bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.

Selama di lapangan, penulis melakukan model analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2008, hlm. 337) yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data dilakukan mengingat bahwa jumlah data yang diperoleh dilapangan ternyata cukup berlimpah, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Melakukan reduksi data berarti merangkum, memilih dan memfokuskan hal-hal yang pokok dan penting, mencari tema dan polanya, serta membuang hal-hal yang tidak diperlukan. Setelah dilakukan reduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk tabel, peta pikiran atau peta konsep. Langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.


(28)

f) Pelaksanaan program peningkatan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling

Berdasarkan hasil analisis data kompetensi need asesmen, kompetensi konseling individual dan konseling kelompok serta kompetensi evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling, juga berdasarkan wawancara dengan subjek penelitian, didesain pelatihan yang dibutuhkan oleh kedua subjek penelitian berupa program peningkatan kinerja profesional pada aspek konseling individual dan konseling kelompok menggunakan metode mentoring dan peneliti bertindak sebagai mentornya.

g) Analisis hasil program peningkatan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling

Hasil konseling individual dan konseling kelompok pasca mentoring selanjutnya dianalisis kembali oleh peneliti untuk melihat sejauh mana penggunaan teknik-teknik konseling yang digunakan oleh konselor dan tahapan yang digunakan oleh masing-masing konselor. Hasil analisis konseling individual dan konseling kelompok pasca mentoring selanjutnya dikonfirmasikan kepada subjek penelitian untuk melihat sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai pada prosesnya.

h) Kesimpulan dan Pelaporan hasil penelitian

Kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian menjadi bagian terakhir pada penelitian ini dan merupakan penutup pelaporan hasil penelitian.

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 2 Padalarang dan SMP Negeri 2 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. Adapun yang menjadi alasan pemilihan kedua lokasi tersebut sebagai berikut:

a) Adanya guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat pendidik dan bersedia untuk dijadikan subjek penelitian.


(29)

c) Belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang analisis kinerja guru bimbingan dan konseling di SMP negeri 2 Padalarang dan di SMP negeri 2 Cipeundeuy.

Secara rinci kondisi kedua sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dipaparkan sebagai berikut:

a. SMP Negeri 2 Padalarang

SMP negeri 2 Padalarang adalah sekolah yang terletak di lingkungan Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD, berjarak sekitar 5 km di sebelah selatan dari ibu kota Kabupaten Bandung Barat atau sekitar 20 km di sebelah utara dari ibu kota Provinsi Jawa Barat, tepatnya terletak di Jl.Letkol GA Manulang Desa Jaya Mekar Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Kondisi demografis masyarakat di lingkungan SMP Negeri 2 Padalarang mayoritas adalah sebagai buruh, yaitu sebesar 49, 52%. Masyarakat yang lainnya 17, 06% bekerja sebagai karyawan swasta, 4,73% PNS, 1,89% TNI, Petani 3,55 %, Perangkat desa 0,47%, Pedagang 22,74%. Kemampuan sosial ekonomi masyarakat di lingkungan SMP Negeri 2 Padalarang mayoritas tidak mampu, 53, 07% berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000,-00 hal ini selaras dengan mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh.

SMP Negeri 2 Padalarang memiliki Visi yang terangkum dalam kata SATRIA, yang berarti S= Santun, A= Agamis, T=Terampil, R= Rindang, I=Inovatif, A= Aktif. Sedangkan Misi SMP Negeri 2 Padalarang adalah 1) Berperilaku dan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan tata krama dan tata tertib sekolah; 2) Membiasakan senyum, sapa dan salam; 3) Meningkatkan wawasan keagamaan yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME; 4) Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing; 5) Meningkatkan pengalaman ajaran agama yang dianutnya; 6) Mampu menciptakan karya yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain; 7) Memelihara kebersihan lingkungan sekitar sekolah dengan melaksanakan Gerakan Pungut Sampah (GPS); 8) Memelihara dan melestarikan tanaman di lingkungan sekolah; 9) Menumbuhkan semangat peduli lingkungan; 10) Menumbuhkan minat membaca dan menulis; 11) Menggali potensi siswa


(30)

dalam bidang akademik dan non akademik; 12) Membina dan mengembangkan minat dan bakat siswa secara maksimal untuk meraih prestasi; 13) Mengikuti berbagai kegiatan perlombaan di berbagai tingkat.

Keseluruhan jumlah peserta didik yang terdaftar saat ini berjumlah 1038 yang terdiri dari kelas VII sebanyak 9 rombongan belajar, kelas VIII sebanyak 9 rombongan belajar, dan kelas IX terdiri dari 9 rombongan belajar. Rata-rata pencapaian KKM untuk semua mata pelajaran adalah 75. Rata-rata pencapaian NUN 6, 73. Sejumlah prestasi telah ditorehkan oleh SMP Negeri 2 Padalarang, diantaranya: memperoleh juara ke-2 tingkat Nasional bidang karate, memperoleh juara ke 1 tingkat Provinsi bidang PMR, memperoleh juara ke-1 tingkat kabupaten/kota bidang renang, memperoleh juara ke-2 tingkat kabupaten/kota bidang guru berprestasi. Persentasi kelulusan Ujian Nasional tahun 2013-2014 sebesar 100%, sedangkan jumlah lulusan yang melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi berkisar 80%.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMPN 2 Padalarang cukup lengkap dan berfungsi dengan baik seperti ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang kelas standar sebanyak 30 kelas untuk 30 rombongan belajar, ruang perpustakaan memadai, ruang Lab IPA 2 ruang, satu tidak terstandar, ruang guru standar dengan luas 128 m2, ruang UKS standar, ruang lab komputer sesuai standar. Jumlah guru di SMPN 2 Padalarang sebanyak 52 orang, 50 orang diantaranya berpendidikan S-1 atau sekitar 96, 15% dan mengajar sesuai dengan kualifikasi bidang studinya, dan sebesar 90% guru sudah mendapat pelatihan/workshop sesuai bidangnya. Guru dan TU yang dapat mengoperasikan komputer sekitar 96,60%. Sekitar 80% guru menggunakan media pembelajaran dalam PBM. Guru dan TU sekitar 90% sudah mendapatkan monev dari Kepala Sekolah. Kuantitas tenaga kependidikan baru mencapai 96,15% dan baru 60% guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi hambatan dalam proses belajar mengajar.


(31)

b. SMP Negeri 2 Cipeundeuy

SMPN 2 Cipeundeuy terletak di jalan Cinangsi Desa Nanggeleng Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. SMPN 2 Cipeundeuy berdiri sejak tahun 1995 merupakan kelas jauh dari SMPN 1 Cipeundeuy dan mulai beroperasi secara mandiri sejak tahun 1997, dengan jumlah rombongan belajar hanya 3 kelas.Tenaga pendidik/guru berjumlah 35 orang dengan 2 orang guru BK, pustakawan 1 orang dan staf tata usaha 3 orang. Saat ini SMPN 2 Cipeundeuy memiliki 24 rombongan belajar, terdiri dari 9 rombongan belajar kelas VII dengan jumlah peserta didik 355 orang, 8 rombongan belajar kelas VIII dengan jumlah peserta didik 320 orang dan 7 rombongan belajar kelas IX dengan jumlah peserta didik 286 orang. Keseluruhan peserta didik berjumlah 961 orang.

SMPN 2 Cipeundeuy memiliki Visi “Mewujudkan sekolah unggul dalam prestasi, berakhlak mulia dalam nuansa religius”, untuk merealisasikan visi tersebut, SMPN 2 Cipeundeuy memiliki misi sebagai berikut: 1) Menumbuhkan komitmen semangat keunggulan kepada semua warga sekolah; 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimbingan secara efektif; 3) Mengembangkan kegiatan ekstrakulikuler sesuai penelusuran bakat dan minat secara intensif; 4) Meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan; 5) Mengembangkan terciptanya suasana sekolah yang kondusif; 6) Mengembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan; 7) Mengembangkan kebiasaan berakhlak mulia dalam perilaku sehari-hari; 8) Meningkatkan kerjasama secara sinergis dengan masyarakat, lembaga/instansi dan kelompok kepentingan yang terkait (stakeholders). Kondisi sosial ekonomi peserta didik tergolong menengah ke bawah berdasarkan data pekerjaan orang tua peserta didik yang sebagian besar terdiri dari buruh (buruh tani, buruh bangunan, buruh nelayan, buruh perkebunan, tukang ojeg, sopir dan karyawan pabrik) dan rata-rata pendidikan akhir orang tua siswa adalah SMP/sederajat dan SMA/sederajat.

3.3.2 Subjek Penelitian


(32)

a. Satu orang guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat pendidik di SMP Negeri 2 Padalarang.

Subjek pertama pada penelitian ini berinisial EM, M.Pd.Kons., berusia 40 tahun. Semua pendidikan S-1 dan S-2 serta pendidikan profesinya diselesaikan di Universitas Pendidikan Indonesia. EM sudah berkeluarga, mempunyai suami yang bertugas sebagai Widiaiswara LPMP Jawa Barat dan dikarunia satu orang anak laki-laki berumur 5 tahun dan satu orang anak perempuan berumur 3 tahun. Saat ini EM tinggal di daerah Batujajar Kabupaten Bandung Barat. Hubungan Peneliti dan EM sering terlibat bersama-sama dalam berbagai pelatihan dan diklat, diantaranya diklat Instruktur Nasional Kurikulum 2013. EM sangat kooperatif dan bersedia untuk di potret unjuk kerjanya selama melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolahnya yang dilaksanakan selama lima bulan dan memberikan berbagai data serta dokumen-dokumen yang dimilikinya dan bersedia untuk diwawancarai. Peneliti merasa hangat ketika bersamanya berdiskusi membicarakan masalah-masalah terkait layanan bimbingan dan konseling.

EM mulai diangkat menjadi guru bimbingan dan konseling pada tahun 2002 dan sudah 13 tahun bertugas sebagai guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling yang ada di SMPN 2 Padalarang berjumlah 3 orang, dua tenaga honorer dan tidak berlatar pendidikan bimbingan dan konseling. Jumlah 1038 peserta didik yang saat ini terdaftar di SMPN 2 Padalarang, tentu secara rasio keberadaan guru BK yang ada sangatlah kurang, tapi hal itu tidak berarti pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling menjadi surut. EM tetap melaksanakan tugasnya semaksimal dan seoptimal mungkin.Adapun beban tugas layanan bimbingan dan konseling di SMPN 2 Padalarang untuk EM memegang 13 kelas.

Adapun Pelatihan yang pernah diikuti EM adalah: Diklat Peningkatan Kompetensi Guru bimbingan dan Konseling SMP tingkat Nasional di Bogor jawa Barat pada tahun 2013; Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 tahun 2014 di Parung Bagor; lalu Pelatihan Pendampingan implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013 di Bogor masih pada


(33)

tahun 2014; selanjutnya menjadi Instruktur Nasional Implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013 di beberapa SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Bandung Barat. EM juga pernah menjadi pemateri kegiatan PAMS bersama LPMP Jawa Barat di Cianjur bersama guru-guru BK lainnya pada tahun 2014. Selain itu EM juga aktif pada kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) baik tingkat gugus maupun tingkat Kabupaten Bandung Barat dan menjabat sebagai sekretaris. Ruangan bimbingan dan konseling yang dimiliki SMPN 2 Padalarang cukup memadai dan cukup nyaman dengan luas 64 m2. Keberadaan ruangan bimbingan dan konseling merupakan upaya dan usaha sungguh-sungguh EM menunjukkan kinerjanya sehingga diberi ruangan yang cukup memadai. Ruangan disekat-sekat menjadi beberapa ruangan, diantaranya ada ruang konseling individual/kelompok, ruang bimbingan kelompok, ruang komputer, ruang kursi tamu dan ruang kerja bagi tiga orang guru bimbingan dan konseling. b. Satu orang guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat

pendidik di SMP Negeri 2 Cipeundeuy .

Subjek penelitian yang kedua pada penelitian ini berinisial NN (37 tahun). NN menyelesaikan pendidikan sarjananya pada jurusan bimbingan dan konseling di Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta dan lulus pada tahun 2002, selanjutnya NN melanjutkan pendidikan S-2 nya pada jurusan bimbingan dan konseling dan pendidikan profesinya di Universitas Pendidikan Indonesia dan S-2 lulus pada tahun 2010. Saat ini NN sedang melanjutnya sekolahnya mengambil S-3 pada Program Studi Jurusan Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia dan sedang mempersiapkan untuk menyusun disertasinya. NN dan peneliti sering bersama dalam kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) karena sekolahnya satu gugus dengan tempat peneliti bertugas. NN mulai diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2008, berarti sudah 7 tahun bertugas menjadi guru Bimbingan dan Konseling. Di SMPN 2 Cipeundeuy terdapat dua guru bimbingan dan konseling, dan keduanya berlatar pendidikan bimbingan dan konseling. NN memegang kelas bina yang terdiri dari kelas 8A-8H, artinya melebihi kapasitas


(34)

tanggung-jawab yang seharusnya diemban seorang guru bimbingan dan konseling sebanyak 150 siswa.

Adapun pelatihan yang sudah diikuti oleh NN adalah Seminar Internasional dan Workshop Inovasi Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan UPI Bandung sebagai nara sumber pada tahun 2009, Seminar Nasional Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia sebagai nara sumber yang dilaksanakan di Surabaya Jawa Timur pada tahun 2009, Pelatihan Kolosal Magic Memory yang dilaksanakan di UPI Bandung sebagai peserta pada tahun 2010, Workshop Pengembangan Profesi dan Praktik Latihan Profesi Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan di UPI Bandung sebagai peserta pada tahun 2011, Impact Counseling Workshop yang diselenggarakan UPI Bandung pada tahun 2011 sebagai peserta, 30 Hours of Five Days International Workshop for Trauma Counseling & Disaster Mental Health Relief yang diselenggarakan UPI Bandung pada tahun 2012 sebagai peserta, Workshop Pengembangan Profesi Konselor dalam Pelayanan Nuansa Konseling di Sekolah yang diselenggarakan UPI Bandung pada tahun 2012 sebagai peserta, Workshop Terapi Anak Autistik dengan Pendekatan Applied Behavior Analysis (ABA) yang diselenggarakan UPI Bandung pada tahun 2013 sebagai peserta, International Workshop Play Therapy yang diselenggarakan UPI Bandung pada tahun 2013 sebagai peserta.

Kongres XII dan Konvensi Internasional Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang diselenggarakan di Denpasar Bali pada tahun 2013 sebagai peserta, International Seminar of Teaching Exellence and Innovation yang diselenggarakan di Kuala Lumpur Malaysia pada tahun 2014 sebagai pemakalah, Pelatihan Peningkatan Teknologi Informasi untuk Guru BK yang diselenggarakan MGBK Provinsi pada tahun 2014 sebagai peserta, Workshop & Seminar yang diselenggarakan MGBK Nasional pada tahun 2014 sebagai peserta, Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 yang diselenggarakan Kemdikbud RI tahun 2014 sebagai peserta, Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 yang diselenggarakan Kemdikbud tahun 2014 sebagai peserta. Pelatihan implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013 pada tahun 2014.


(35)

Peneliti merasa nyaman ketika berdiskusi dengan NN, untuk meminta berbagai data dokumentasi dan melakukan audio visual pada proses konseling kelompoknya. NN dikenal peneliti sebagai orang cerdas dengan semangat mencari dan menambah wawasan keilmuannya, walau kesibukan mendera dalam menyelesaikan S-3, NN masih tetap konsisten melayani peserta didik baik dalam bentuk bimbingan klasikal, bimbingan kelompok juga layanan bimbingan dan konseling lainnya. Ruangan bimbingan dan konseling yang dimiliki SMPN 2 Cipeundeuy kurang memadai sebagai ruangan layanan bimbingan dan konseling yang ideal, dengan luas hanya sekitar 18m2, hanya satu ruangan memanjang, tidak ada ruang konseling hanya ada satu set kursi tamu dan meja kerja guru bimbingan dan konseling, ada lemari kontainer yang dipakai untuk menyimpan data bimbingan dan konseling. Keterbatasan ini tentu saja tidak membuat NN surut untuk melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan kelompok dan konseling tetap dilaksanakan walau dengan segala keterbatasan.

3. 4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen utama. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti berperan sebagai observer as participant. Peneliti sebagai instrumen penelitian ini sangat menentukan kelancaran, keberhasilan, hambatan atau kegagalan dalam upaya pengumpulan data.Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid dengan peneliti sebagai intrumen utama. Menurut Creswell (2008, hlm. 220) teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi dan audio visual.

Observasi merupakan teknik penelitian yang secara konstekstual langsung atau tidak langsung melibatkan peneliti berada pada situasi penelitian. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kinerja guru bimbingan dan konseling bersertifikat pendidik melakukan need asesmen, konseling individual


(36)

dan konseling kelompok serta evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Data selanjutnya dianalisis baik dengan bantuan perekam suara atau dicatat temuan dilapangan dalam catatan kancah lapangan khusus (form a)

Menurut Nasution (dalam ineu, 1996, hlm. 37) teknik observasi langsung terhadap situasi penelitian akan langsung memperoleh data yang faktual, cermat dan terinci. Teknik ini sangat mendukung untuk memperoleh data yang bersifat natural kualitatif, yaitu data yang asli dan apa adanya berupa deskripsi kinerja guru bimbingan dan konseling melakukan need asesmen, konseling individual dan konseling kelompok, serta evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling secara utuh yang sangat diperlukan dalam penelitian ini.

Teknik wawancara digunakan untuk menunjang dan melengkapi data hasil observasi. Kegiatan wawancara ini dilakukan baik terhadap guru bimbingan dan konseling yang menjadi subjek penelitian ataupun dengan personel sekolah lainnya, juga dengan peserta didik yang pernah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling apabila diperlukan. Pedoman wawancara yang digunakan sifatnya tentatif (tidak permanen). Secara utuh pengumpulan data dipetakan dalam tabel di bawah ini:

Teknik pengumpulan data

Jenis data Sumber data

Observasi Profil lembaga Kepala Sekolah

Kinerja guru BK dalam need asesmen

Guru BK

Kinerja guru BK dalam konseling individual

Situasi konseling individual

Kinerja guru BK dalam konseling kelompok

Situasi konseling kelompok

Kinerja guru BK dalam evaluasi pelaksanaan program BK


(37)

Wawancara Profil Lembaga Kepala Sekolah dan Guru BK Profil Subjek Penelitian Guru BK Kinerja guru BK dalam need

asesmen

Guru BK

Kinerja guru BK dalam konseling Individual

Guru BK

Kinerja guru BK dalam konseling kelompok

Guru BK

Kinerja guru BK dalam evaluasi pelaksanaan program BK

Guru BK

Studi dokumentasi Program bimbingan dan konseling Guru BK

Profil lembaga Foto-foto

Kinerja guru BK dalam konseling individual

Foto-foto dan hasil rekaman

Kinerja guru BK dalam konseling kelompok

Foto-foto dan hasil audio visual

Kinerja guru BK dalam evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling

Guru BK

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data

3. 5 Mekanisme Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dalam rangka pengumpulan data sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Studi Pendahuluan dilakukan sebelum penelitian, kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan guru bimbingan dan konseling


(38)

bersertifikat pendidik yang dapat dijadikan subjek penelitian, langkah selanjutnya adalah mengurus perizinan kepada pihak yang berwenang. b. Identifikasi masalah dan identifikasi subjek penelitian

c. Studi literatur dan pemotretan kondisi objektif lapangan, dalam hal ini gambaran guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikat pendidik profesional.

d. Analisis data lapangan dan pengambilan kesimpulan. b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan Penelitian dimulai dengan kegiatan orientasi (penciptaan rapport), membaca kemungkinan adanya pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Observasi pertama ke lapangan secara formal dimulai pada tanggal 10 Pebruari 2015, mengunjungi SMPN 2 Padalarang, berkenalan dengan kepala sekolah meminta ijin untuk melaksanakan penelitian. Kunjungan pertama ke SMPN 2 Cipeundeuy pada tanggal 11 Pebruari 2015 dengan agenda kegiatan yang sama. Selanjutnya observasi dilaksanakan untuk melihat aktivitas keseharian konselor melaksanakan tugasnya di sekolah sambil berkeliling sekolah untuk melihat sarana dan prasarana yang ada di SMPN 2 Padalarang dan SMPN 2 Cipeundeuy tapi pada hari yang berbeda, sekaligus juga berkenalan dengan staf bimbingan dan konseling yang ada di SMPN 2 Padalarang dan guru-guru yang ada di SMPN 2 Cipeundeuy. Observasi selanjutnya berkaitan dengan pelaksanaan konseling individual di SMPN 2 Padalarang dan konseling kelompok di SMPN 2 Cipeundeuy masing-masing sebanyak 2 kali.Sehingga observasi dilapangan dilakukan sebanyak sepuluh kali kunjungan. Wawancara dilaksanakan untuk mengungkap pemahaman konselor terhadap need asesmen, konseling individual dan konseling kelompok, serta evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling.

Wawancara dilakukan sebanyak lima kali berkaitan dengan rekonstruksi konseling individual dan konseling kelompok yang telah dilaksanakan konselor untuk menyamakan persepsi terhadap teknik dan


(39)

tahapan yang digunakan pada saat konseling individual dan konseling kelompok untuk mendapatkan analisis data yang valid. Studi dokumentasi dilakukan untuk melihat data program layanan bimbingan dan konseling yang dimiliki oleh konselor, hasil kegiatan need asesmen, kegiatan evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling. Pengumpulan data utama sangat fleksibel, tidak memaksa, tetapi mengikuti alur natural kinerja yang sedang dilaksanakan subjek penelitian dan dibuat sedemikian rupa tidak merasa terganggu oleh kehadiran peneliti. Analisis data dilakukan secermat mungkin untuk mengetahui program peningkatan kinerja yang dibutuhkan dengan diskusi dan persetujuan subjek penelitian. Pelaksanaan program peningkatan kinerja profesional menggunakan metode mentoring dilaksanakan selama satu hari masing-masing pada tanggal 20 Mei 2015 dengan EM dan pada tanggal 26 Mei 2015 dengan NN. Selanjutnya konselor kembali melakukan konseling individual oleh EM dan konseling kelompok oleh NN pasca mentoring yang hasilnya dianalisis kembali oleh peneliti dan diambil kesimpulan.

c. Tahap akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian pada dasarnya berupa kegiatan untuk menyempurnakan serta melaporkan hasil penelitian. Pada tahap ini data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman, kerangka pikir dan persepsi peneliti. Berdasarkan langkah-langkah tersebut selanjutnya dibuat keputusan analisis data dan akhirnya dituangkan dalam bentuk laporan hasil penelitian.

3.6 Keabsahan Data dan Hasil Penelitian

Secara internal, pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi, perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, member cek, analisis kasus negatif, menggunakan data pendukung, dan ditambah dengan hasil diskusi dengan


(40)

teman sejawat (Sugiyono, 2008, hlm. 368). Dengan triangulasi, penulis berusaha selalu membandingkan dan melakukan pengecekan antara data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan kajian terhadap dokumen program yang telah ada dan dokumen laporan program bimbingan dan konseling yang telah dibuat oleh subjek penelitian.

Selanjutnya peneliti berupaya meningkatkan ketekunan dan ketelitian dengan cara melakukan pengamatan secara lebih cermat, terus-menerus, dan bersinambungan. Dengan cara ini, peneliti dapat memperoleh data yang relatif pasti dan dapat merekam berbagai peristiwa dilapangan secara sistematis. Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dalam rangka memperoleh data yang valid dan absah adalah melakukan member cek, yaitu pengecekan data yang diperoleh dari sumber data yaitu subjek penelitian. Dengan langkah ini, peneliti dapat mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang telah diberikan atau disepakati bersama subjek penelitian.

Selain langkah-langkah di atas, dalam rangka mendapatkan data penelitian yang valid, peneliti selalu memperhatikan kasus (temuan data) yang tidak sesuai, bertentangan atau berbeda dengan data yang telah ditemukan sebelumnya. Di samping itu peneliti juga selalu melengkapi data-data penelitian dengan bukti rekaman, trankrip, catatan lapangan, dan foto-foto yang diperoleh di lapangan. Sebagai upaya terakhir, peneliti kemudian melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan subjek penelitian untuk mendiskusikan berbagai temuan, analisis, dan kesimpulan yang ada dalam penelitian ini sebagai langkah untuk mendapatkan keabsahan data hasil penelitian secara eksternal.


(41)

Ineu Maryani, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan penelitian, membahas simpulan dan rekomendasi penelitian agar hasil penelitian dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang dan berkepentingan sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan eksistensinya dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

5.1 Simpulan

Simpulan terhadap kinerja profesional guru bimbingan dan konseling pada kompetensi Need Asesmen, kompetensi Konseling Individual dan Konseling Kelompok serta kompetensi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, dapat dipaparkan sebagai berikut:

5.1.1 Kompetensi Need Asesmen

Pada dasarnya Konselor sudah memahami hakekat asesmen sebagai alat atau cara untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli atau peserta didik yang dijadikan dasar pembuatan programnya. Konselor mampu memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling, menelaah setiap option jawaban ITP untuk dianalisis serta kemampuannya untuk menggunakan perangkat IT merupakan kemampuan menampilkan tanggung-jawab profesional dalam praktik asesmen dan kemampuan menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling, penyusunan angket sebagai instrumen asesmen merupakan kemampuan dalam aspek menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling. Penyusunan program bimbingan dan konseling berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan dan kemampuan menggunakan Sosiometri, Daftar Cek Masalah merupakan kemampuan konselor untuk mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli. Konselor mampu memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli, mampu menginterpretasikan hasil tes kecerdasan,


(42)

Ineu Maryani, 2015

bakat, dan minat peserta didik dan menginformasikannya. Konselor mampu memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan. Pengisian buku pribadi dan data nilai raport merupakan upaya untuk mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

Defisiensi kemampuan need asesmen terjadi pada implementasi instrumen hanya menggunakan inventori tugas perkembangan dan nilai raport saja. Hal itu terjadi karena banyaknya kelas bina, sehingga waktu tidak mencukupi untuk menggunakan semua instrumen need asesmen yang ada guna melengkapi data base need asesmen peserta didik di sekolah.

5.1.2 Kompetensi Konseling Individual dan Konseling Kelompok.

Kompetensi konseling individual menunjukkan penggunaan keterampilan konseling individual yang cukup baik, ditandai dengan keterampilan Attending, konselor menyadari sepenuhnya penerimaan terhadap konselinya dalam proses konseling. Tahapan yang digunakan sudah melalui tiga tahapan, namun tujuan konseling tidak disampaikan kepada konseli. Teknik yang sudah digunakan adalah Eksplorasi, Refleksi isi, Refleksi perasaan, pertanyaan terbuka, Summarizing, Supporting dan Planning. Defisiensi kemampuan konseling individual yang dilaksanakan oleh konselor adalah kurangnya kemampuan menggunakan ungkapan-ungkapan untuk mengeksplor, merupakan hambatan yang membuat konseling lebih didominasi konselor dan berujung pada ketidakmampuan konseli untuk memutuskan pemecahan masalah.

Kemampuan konseling kelompok sebelum mentoring, masih konvensional, tidak menunjukan performance stage , penggunaan keterampilan sangat terbatas. Kemampuan Attending cukup baik dan konselor memulai konseling kelompok dengan sebuah kontrak konseling, namun tujuan diadakannya konseling kelompok tidak disampaikan. Tahapan konseling masih beginning Stage, keterampilan eksplorasi digunakan tapi dangkal dan tidak ditindaklanjuti, keterampilan refleksi isi secara terbatas dan didominasi pertanyaan tertutup, sehingga konseling kelompok tidak berkembang. Defisiensi kemampuan


(43)

Ineu Maryani, 2015

konseling kelompok tidak berkembang menuju tahap kerja (performance stage), padahal tahap ini sangat penting pada proses konseling kelompok.Ungkapan-ungkapan yang dilontarkan konselor seperti ‘wawancara biasa’. Konseling kelompok seharusnya merupakan media bagi anggota kelompok untuk saling membantu permasalahan yang dialami anggota kelompok, dengan latar belakang masalah yang sama, tetapi efek masalah yang dihadapi dapat berbeda.

5.1.3 Kompetensi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Kompetensi konselor pada evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling secara konsep teoritis dipahami dengan baik, memahami fungsi dan pentingnya evaluasi bagi akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling. Pada aspek penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kondisi pada saat kegiatan dilaksanakan.Layanan lebih diutamakan apabila terdapat situasi kritis dan harus segera dilayani, dan kegiatan layanan fleksibel dilaksanakan.Pada aspek menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi layanan bimbingan dan konseling, dilaporkan kepada kepala sekolah dalam bentuk laporan kegiatan kinerja setiap akhir semester dan kepada pengawas apabila dibutuhkan, namun tidak ada feed back baik dari kepala sekolah maupun pengawas. Pada aspek penggunaan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling, program yang terlaksana pada tahun sebelumnya dan mendapatkan apresiasi positif akan kembali dilaksanakan sedangkan untuk kegiatan yang kurang terlaksana seperti konseling individual dan konseling kelompok waktunya lebih dipersiapkan.

Defisiensi terjadi pada implementasi evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling tidak dilakukan dengan alasan banyaknya jumlah kelas yang harus diisi sehingga program yang direncanakan tidak terealisasi seluruhnya dan tidak adanya instrumen yang dimiliki oleh konselor sehingga evaluasi cenderung diabaikan. Evaluasi proses dan hasil jangka pendek dilakukan pada saat aktivitas dilakukan pada bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual dan konseling kelompok, namun tidak didokumentasikan.


(1)

185

bimbingan dan konseling harus memberi masukan terhadap kemampuan need asesmen, konseling individual dan konseling kelompok serta evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling, sehingga eksistensi dan akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling diakui sebagai layanan profesional.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya direkomendasikan:

a) Meneliti kinerja profesional pada satu aspek kompetensi professional dengan pengungkapan data yang lebih mendalam sehingga berimbas pada kebutuhan program peningkatan kinerja profesional yang relevan dan tepat sasaran.

b) Meneliti kinerja profesional pada aspek –aspek yang lainnya. Kompetensi pedagogik, kepribadian dan sosial merupakan aspek yang menarik untuk diteliti, guna melengkapi data kinerja profesional guru bimbingan dan konseling sehingga mempermudah jenis program peningkatan kinerja profesional sesuai dengan kebutuhan.

c) Merancang dan mengimplementasikan program peningkatan kinerja profesional pada aspek need asesmen dan evaluasi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling yang saat ini dibutuhkan bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

American School Counselor Association. (2012). The ASCA nasional model: a framework for school counseling programs edition.USA:Alexandria.

Anderson, C.G. (2006). Managing performance appraisal system. USA: Publisher, Oxfort. UK Massachusetts.

Azam. (2015). Fokus, problem dan solusinya. Diakses dari https://www.academia edu/7055733/fokus_problem_dan solusinya/.

Badrujaman, Aip. (2011). Teori dan aplikasi evaluasi program bimbingan dan konseling. Jakarta: PT. Indeks.

Bungin, B.(2003). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Bradley, T.Erford.et.al. (2009). 35 Techniques every counselor should know. USA: Merril Columbus Ohio.

Comprehensive School Counseling (2008). A guide to comprehensive school counseling. United State: State of Connecticut State Board Education. Corey, Gerald. (2008). Theory and practise of group counseling. United States of

Amerika: The Thomson Corporation.

Creswell, John. (2008). Educatioanal research.third edition.New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Culley, S. (1991). Integrative counseling skills in action. London: Sage Publication.

Depdiknas .(2008). Penataan pendidikan profesional guru bimbingan dan konseling dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur formal.Bandung : ABKIN.

Depdiknas.(2007). Pengembangan kompetensi dan sertifikasi pendidik: guru pembimbing.Dirjen P4TK Penjas-BK.

Diniaty, Amirah.(2012). Evaluasi bimbingan dan konseling. Riau: Zanafa Publishing.


(3)

Ditjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. (2008). Penataan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Ditjen PMPTK. (2010). Pembinaan dan pengembangan profesi guru, buku 2:

pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru (PK guru).Jakarta: kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Efendi, dkk. (2013). Kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling sekolah (studi deskriptif di SMA negeri kota Padang). Jurnal Ilmiah Diakses dari http//ejournal.unp.ac.id/index.php/guru bimbingan dan konseling.

Fahmi, Irman. (2011). Manajemen kinerja: Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfa Beta.

Furqon, dkk. (2001). Peningkatan kinerja profesional guru pembimbing melalui tindakan kolaboratif guru-dosen (pengembangan model penelitian tindakan sebagai alternatif peningkatan kinerja profesional guru pembimbing di SMU kota dan kabupaten Bandung). Laporan Penelitian FIP UPI, Tidak diterbitkan.

Geldard, K and Geldard D. (2011). Practical counseling skills.British: Palgrave Macmillan.

Gysbers, N .C.and Henderson, P. (2006). Developing & managing your school guidance and counseling program.Fourth Edition.United States. American Counseling Association.

Hafina, Anne. (2010). Teknik latihan keterampilan dasar konseling individual (studi eksperimen untuk menguji efektivitas teknik microcounseling, interpersonal process recall (IPR) dan didactic experiential (DE) dalam melatihkan keterampilan dasar konseling individual terhadap mahasiswa jurusan PPB angkatan 2007).Disertasi.Sekolah Pascasarjana,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Huda, RM. (2013, edisi 1). Kajian dari pengalaman pendidikan, iklim organisasi dan gaya kepemimpinan. Majalah Keguruan, hal.25.

Ilfiandra, dkk. (2006). Peningkatan mutu tata kelola layanan bimbingan dan konseling pada sekolah menengah atas di provinsi Jawa Barat.Bandung.Penelitian PPB FIP UPI.

Jahari, Jaja. (2012). Kinerja kepala sekolah pada sekolah berbasis islami (analsis pengaruh perilaku kepemimpinan, motivasi, kemampuan, manajerial, dan sistem kompensasi terhadap kinerja kepala SMA pada SMA berbasis islami di Jawa Barat.Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(4)

Keputusan PB ABKIN Nomor : 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etik bimbingan dan konseling.

Kozlowski dan Huss (2013). Training school counselor. Konferensi Asosiasi

Konseling Amerika (ACA).Diakses dari

Vistas.http://www.bgsu.edu/../kelly kozlowski.html.

Marliani, Sri. (2013). Rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Maryani, Ineu. (1996). Analisis terhadap keterampilan konseling dan perilaku

nonverbal pembimbing dalam proses konseling di sekolah.(studi kasus terhadap pembimbing SMU di Jawa Barat). Skripsi.Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,Institut Keguruan Ilmu Pendidikan, Bandung.

Mulyasa. (2006). Menjadi guru profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Murad, Abdul. (2005). Standar kualitas kompetensi guru bimbingan dan

konseling profesional (studi pengembangan standar kompetensi di lingkungan pakar konseling perguruan tinggi negeri dan guru bimbingan dan konseling SMA negeri). Tesis. Jurusan Bimbingan dan Konseling ,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mursalin, Ihsan. (2013). Profil kinerja guru bimbingan dan konseling sekolah menengah atas negeri (studi deskrtiptif terhadap guru bimbingan dan konseling sekolah menengah atas negeri di kota cimahi tahun ajaran 2012-2013) : Skripsi.Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Muslich, Masnur. (2007). Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Bandung: Bumi Aksara

Nasution, S.(1992). Penelitian Kualitatif.Bandung: CV.Angkasa

Nurhudaya. (2012). Model penguatan kompetensi konselor dalam bidang asesmen di sekolah.Disertasi.Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurjanah, Neneng. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional untuk meningkatkan self esteem siswa (studi kasus terhadap siswa SMAN 1 Cikalongwetan kabupaten Bandung Barat).Tesis.Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2008). Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru bimbingan dan konseling.Jakarta: Depdiknas.


(5)

Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 Tentang standar kompetensi Lulusan, Jakarta: Badan Nasional Standar Pendidikan.

_______.2010.Nomor 35 : Petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya.Jakarta: Badan Nasional Standar Pendidikan.

Rahman, Fathur. (2012). Modul ajar pengembangan dan evaluasi program BK.PPGBK: Prodi Bimbingan dan Konseling.Universitas Negeri Yogyakarta.

Ratna, Riezka. (2014). Evaluasi dalam management program BK. Diakses dari

Riezkaratna73.blogspot.com/2014/10/evaluasi-dalam-management-program-bk-html.

Rizqiyain, LH. (2014). Hubungan kompetensi guru bimbingan dan konseling dengan profesionalitas layanan BK di SMPN se-Kabupaten Brebes. .Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah (metode, teknik dan aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Saeful, Asep.(2012). Faktor-faktor yang berpengaruh pada kinerja guru SD serta dampaknya terhadap hasil belajar siswa.Disertasi. Jurusan Administrasi Pendidikan,Sekolah Pascasarjana,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Setiawati, Ratih. (2014). Pengaruh sertifikasi terhadap kinerja guru.Diakses dari

http://ratihgirls51.wordpress.com/2014/04/30/makalah-pengaruh-sertifikasi terhadap kinerja guru /.

Setya.(2011). Pengaruh sertifikasi terhadap kinerja guru.Diakses dari http://Setya066.wordpress.com/2011/02/23/pengaruh-sertifikasi-terhadap-kinerja-guru/.

Sisrianti, Nurfarhanah, Yusri. (2013). Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru Bk/guru bimbingan dan konseling di SMPN 5 Pariaman. Jurnal-Ilmiah-Konseling.Diakses- http//ejournal.unp.ac.id/index.php/guru bimbingan dan konseling.

Sobahiya, Mahasri.(2008). Profil mentoring Al-Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta: Mentoring Al-Islam LSI-UMS.

Sugiyono.(2008a).Metode penelitian kuantitatif, kualitatif .Bandung: Alfabeta. --- (2008b).Memahami penelitian kualitatif.Bandung : Alfabeta.


(6)

Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Diakses dari.repository,uinjkt.ac.id/disspace/bitstream/123456789/18878/1/EKOE NDAHSULISTIYOWATI.FDK.pdf.

Suswati, Endah. (2004). Pengaruh tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan motivasi terhadap kinerja kepala SMKN se-Jawa Tengah.Tesis, STIEPARI, Jawa Tengah.

T.Erfort, Bradley.(2004). Profesional school counseling a handbook of theories, programs and practices.Texas: An International Publisher 8700 Shoal Creek Boulevard.

Taufik, dkk. (2008). Pengembangan model pengawasan bimbingan konseling untuk meningkatkan mutu kompetensi profesional konselor, Bandung : Penelitian PPB FIP UPI.

Triyono, dkk. (2013). Faktor penghambat pelaksanaan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling oleh guru bimbingan dan konseling di SMA kota Padang.STKIP PGRI Sumatera Barat. Diakses dari 131.232.SM.pdf

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional, (2003).Bandung: Fokusmedia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang guru dan dosen .(2005).Jakarta.BP.Cipta Jaya

UPI. (2014). Pedoman penulisan karya tulis ilmiah: Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Willis, Sofyan S. (2007). Konseling individual teori dan praktek.Bandung: Alfa Beta.

Winkel, W.S. & Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta: MediaAbadi