KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN.
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN
TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA
BOLA TANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelattihan Olahraga
Oleh :
SUSIYANTI 1001622
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK
FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN
Oleh Susiyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Susiyanti 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Mei 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
SUSIYANTI 1001622
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN
PENGUASAAN TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN
Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I,
Dr. Mulyana, M.Pd 197108041998021001
Pembimbing II,
Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd 196510171992031002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan,
Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001
(4)
“
Jangan berputus asa jika menghadapi kesulitan,
karena setiap tetes air hujan yang jernih berasa
dari pada awan yang gelap.
“
Sahabat adalah mereka yang mampu
mengeluarkan kemampuan terbaik yang ada
dalam diri kita dan mereka yang selalu
memberikan kita semangat.
Terimah kasih sahabat ku….!!!
“
Untuk kedua orang tua ku yang selama ini mendukungku
dengan segenap jiwa dan raga, ku persembahkan kepadamu
gelar yang ku dapat ini, aku tau ini hanyalah selebaran
penghargaan atas kerja keras ku, dan tidak bias membayar
semua yang telah engkau berikan selama ini, tetapi ku berharap
semoga dengan gelar ini aku dapat meringankan beban hidup mu
. I
(5)
ABSTRAK
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK
FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN
Pembimbing I : Dr. Mulyana, M.Pd
Pembimbing II : Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd Susiyanti
1001622
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesulitan siswa atau atlet dalam menuasai keterampilan gerak. permasalahan dalam penelitian ini mengenai korelasi motor eduucability dengan penguasaan teknik flying shoot pada cabang olahraha bola tangan. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 24 Bandung yang mengikuti ekstrakurikuler boola tangan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada siswa ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 21 siswa ekstrakurikuler bola tangan SMA Negeri 24 Bandung, teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, sampel diambil sebanyak 21 orang sebagai suatu kebutuhan tim. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif. Dengan demikian hasil pengolahan dan analisis data dapat menunjukkan bahwa korelasi motor educability memberikan hubungan yang signifikan terhadap peguasaan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI Angkatan 2010
(6)
ABSTRACT
CORELLATION OF MOTOR EDUCABILITY WITH FLYING SHOOT TECHNIQUE SKILL ON BRANCH OF HAND BALL SPORT
1st Adviser : Dr. Mulyana, M.Pd
2nd Adviser : Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd Susiyanti
1001622
The background of this research is difficulties of students or athlete in motion skill. The problem of this research is about corellation motor educabilityy with flying shoot technique in branch of heand sports. The subject of this research is students of SMAN 24 Bandung which follow in extrakurikuler hand ball. The purpose of this research is to know the connection between motor educability with flying shoot technique skill. The method of this research used descriptive method. The population of this research is 21 studends. The technique sampling of this research is sum of sampling. The sample of this research, the writer used quantitative and finally the result of analyzing the data can know that corellation motor educability give signficance effect in technique og flying shoot skill on branch of hand ball sport.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
ABSTRAK... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Batas Penelitian... 5
F. Definisi Operasional... 5
G. Struktur Organisasi... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Sejarah Perkembangan Bola Tangan Di Indonesia... 8
B. Teknik Dasar Pada Permainan Bola Tangan... 9
C. Keterampilan Flying Shoot Dalam Permainan Bola Tangan... 13
D. Analisis Gerak... 16
(8)
F. Hubungan Antara Motor Educability Dengan Flying
Shoot... 20
G. Jenis-jenis Skill (Keterampilan)... 21
H. Korelasi Antara Motor Educability Dengan Skill... 22
I. Karakteristik Orang Yang Mempunyai Motor Educability Rendah dan Tinggi... 23
J. Anggapan Dasar... 24
K. Hipotesis Penelitian... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 27
B. Populasi dan Sampel... 28
C. Definisi Operasional... 30
D. Desain Penelitian... 31
E. Instrumen Penelitian... 33
F. Prosedur Pengumpulan Data... 49
G. Lokasi Penelitian... 50
H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Hasil Penelitian... 56
1. Nilai Rata-rata... 56
2. Simpangan Baku... 56
B. Analisis Data... 57
1. Uji Tes Homogenitas... 57
2. Hasil Pengujian Normalitas Data Menggunakan Uji Liliefors... 57
3. Perhitungan Koefisien Korelasi... 58
4. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi... 58
(9)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 63
B. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA... 65
LAMPIRAN ... 67
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Iowa Brace Test Batteries... 20
3.1 Hasil Tes Motor Educability... 35
3.2 10 Jenis Tes Motor Educability Untuk Putra... 35
3.3 10 Jenis Tes Motor Educability Untuk Putri ... 35
3.4 Hasil Tes Flying Shoot... 48
3.5 Interpretasi Nilai Korelasi... 53
4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku... 56
4.2 Hasil Perhitungan Uji Tes Homogenitas... 57
4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Menggunakan Uji Liliefors... 58
4.4 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi... 58
4.5 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi... 59
(11)
DAFTAR GAMBAR Gambar
2.1 Gerakan Flying Shoot……… 15
3.1 Desain Penelitian... 31
3.2 Langkah-langkah Penelitian... 32
3.3 One Foot-Touch Head ... 36
3.4 Forward Hand Kick... 36
3.5 Knee Jump to Fell ... 37
3.6 Strok Stand ... 37
3.7 Single Squat Balance ... 38
3.8 Grapevine ... 38
3.9 Three Dips ... 39
3.10 Side Kick ... 40
3.11 Rusian Dance ... 40
3.12 Jump Foot ... 41
3.13 Grapevine……… 41
3.14 Forward Hand Kick……… 42
3.15 Cross-Leg Squat……… 42
3.16 Rusian Dance………... 43
3.17 The Top……… 43
3.18 Side Learning Tes……… 44
3.19 Full Right Turn………. 45 3.20 Knee Jump to Feet……… 45 3.21 One Knee-Head to Floor……….. 46 3.22 Single Squat Balance……… 46
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Pengesahan... 68
2. Surat Izin Penelitian... 72
3. Surat Balasan Penelitian... 73
4. Data Hasil Tes Motor Educability... 74
5. Data Hasil Flying Shoot... 75
6. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata... 76
7. Hasil Perhitungan Simpangan Baku... 76
8. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas... 80
9. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Menggunakan Uji Liliefors... 81
10. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi... 84
11. Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi... 86
12. Hasil Perhitungan Koefisien Determinan... 88
13. Uji Validitas Instrumen Keterampilan Flying Shoot………... 89
14. Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Flying Shoot……….. 91
15. Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors... 93
16. Nilai Z………...……. 94
17. Nilai Distribusi t………. 95
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motor educability merupakan kemampuan seorang individu dalam mempelajari suatu keterampilan gerak yang baru. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nurhasan (2008, hlm 108) bahwa, “Motor educability adalah kemampuan seseorang untuk mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).” Kemampuan ini merupakan kemampuan potensial yang menunjukkan cepat tidaknya atau mudah tidaknya seseorang menguasai suatu keterampilan gerak yang baru. Dengan kata lain dapat dinyatakan, kian tinggi tingkat motor educability seseorang maka kian mudah dan cepat orang tersebut menguasai suatu keterampilan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka motor educability dapat dijadikan acuan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mempelajari keterampilan gerak yang baru, sehingga kedudukannya dalam suatu kerangka pembelajaran keterampilan cabang olahraga menjadi penting, terutama dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi kemampuan gerak seorang individu.
Setiap siswa/atlet mempunyai potensi dan kemampuan gerak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut merupakan permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya dalam proses dan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa/atlet dapat menguasai seluruh keterampilan gerak yang diajarkan dengan baik. Salah satu caranya dengan melakukan pengelompokan kemampuan siswa/atlet melalui tes motor educability.
Bola tangan merupakan olahraga yang memiliki kemampuan gerak yang kompleks. Dalam permainan bola tangan terdapat aspek-aspek pendukung latihan untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya. Salah satu aspek penting yang harus dikuasi oleh seorang siswa/atlet selain aspek fisik, mental dan taktik adalah aspek teknik. Dengan menguasai teknik atlet akan mampu melakukan gerakan yang dibutuhkan ketika bertanding dengan efektif dan
(14)
2
efisien secara otomatis. Untuk bisa menguasai teknik yang baik, maka dibutuhkan latihan yang memadai agar atlet bisa menguasai teknik secara sempurna. Salah satu aspek teknik yang akan dibahas oleh penulis adalah teknik shooting yaitu flying shoot.
Flying shoot merupakan “senjata ampuh” dalam permainan bola tangan dan teknik menembak ini adalah cara yang paling efektif untuk memasukkan bola ke gawang lawan, bila dibandingkan dengan cara menembak yang lain (dan juga paling baik untuk dipandang). Aspek penting yang perlu diperhatikan ialah irama langkah. Pemain harus dapat menangkap dan menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan 3 langkah (5 langkah bila bola ditangkap pada saat penembak sedang di udara) yang diijinkan sebelum melompat pada langkah yang terakhir.
Pada waktu melakukan lompatan, pemain harus dapat mengkonsentrasikan diri untuk melompat cukup jauh ke depan dan juga cukup tinggi, dan kemudian mempertahankan sikap melayang selama mungkin, sebelum menembakkan/melepaskan bola. Menembak dengan cara ini, memberikan keuntungan bagi penembak yaitu memperpendek jarak lemparan dan juga daya tembaknya akan lebih bertenaga/lebih keras. Pada saat mengajarkan flying shoot, seorang pelatih haruslah memperhatikan 3 unsur pokok yaitu :
1. Awalan (irama langkah)
2. Ketinggian yang cukup pada saat lompatan 3. Jarak
(Sumber: Haris R, 1987)
Penguasaan terhadap keterampilan teknik bola tangan khususnya flying shoot bukanlah hal yang mudah, karena permainan bola tangan menuntut keterampilan gerak yang komplek. Hal lain yang mmpengaruhi penguasaan terhadap keterampilan teknik bola tangan adalah kemampuan gerak siswa/atlet itu sendiri yang pada umumnya mempunyai kemampuan gerak yang berbeda-beda.
Penguasaan terhadap keterampilan gerak flying shoot berhubungan erat dengan tingkat motor educability siswa. Kualitas motor educability ini memberikan gambaran tentang kemudahan seseorang dalam mempelajari suatu
(15)
keterampilan gerak cabang olahraga. Seperti apa yang dikatakan oleh Donald (1993, hlm 150) sebagai berikut: “The easy with which a person learn new skill is referred to as motor educability.” Dengan kata lain, semakin siswa/atlet menunjukkan kemudahan ketika dia mempelajari suatu gerakan, maka hal tersebut menunjukkan semakin tinggi derajat motor educability yang dimilikinya. Maka dalam hal ini motor educability mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama ketika siswa/atlet diperkenalkan pada suatu keterampilan gerak cabang olahraga, khususnya olahraga bola tangan. Disamping itu juga motor educability dapat memberikan gambaran tentang tingkat kemampuan siswa/atlet dalam merespon, menerima dan melakukan suatu keterampilan yang diperolehnya.
Atas dasar uraian di atas, perlu kiranya dapat perhatian dan perbaikan untuk menuju pada latihan bola tangan yang baik dan benar. Dalam penelitian ini akan mencoba untuk mengkaji hubungan antara motor educability dengan keterampilan flying shoot dalam bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung, karena yang peneliti lihat dalam berbagai latihan atau pertandingan pada tingkat SMA jarang sekali memakai teknik flying shoot, mungkin mereka berpendapat teknik flying shoot ini terlalu bahaya dan susah untuk mempelajari atau melatihnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan dan untuk mempermudah proses penelitian serta menjaga tidak adanya penyimpangan pembahasan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan ekstrakurikuler SMA Negeri 24 Bandung?
2. Bagaimana tingkat motor educability siswa/atlet yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung?
3. Bagaimana penguasaan teknik flying shoot siswa/atlet yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung?
(16)
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pegangan peneliti dalam melakukan proses penelitian, sehingga dapat berjalan dengan jalur dalam masalah yang sudah ditentukan. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm 9), menyatakan bahwa: “Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis”. Berdasarkan uraian latar belakang peneliti dan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan umum dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara tingkat motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan ekstrakulikuler SMA Negeri 24 Bandung.
2. Untuk mengetahui seberapa besar korelasi tingkat motor educability siswa/atlet yang mengikuti ektrakulikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung.
3. Untuk mengetahui seberapa besar korelasi penguasaan teknik flying shoot siswa/atlet yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat dipergunakan untuk :
1. Bahan masukan bagi para pembina dan pelatih bola tangan sehubungan dengan proses pemilihan atlet yang potensial salah satunya dengan memperhatikan tingkat motor educability. (jika ditemukan hubungan yang signifikan)
2. Bahan masukan bagi para pembina dan pelatih bola tangan agar membina atlet yang mempunyai bakat dan kemampuan motor educability yang baik agar dibina secara serius dan berkelanjutan.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi para peneliti khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan faktor-faktor tentang motor
(17)
educability dan keteramilan flying shoot dalam cabang olahraga bola tangan.
E. Batasan Penelitian
Untuk menghindari luasnya lingkup permasalahan yang memungkinkan akan memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka peneliti akan dibatasi sesuai dengan tujuan penelitian agar dapat diperoleh hasil sesuai yang diharapkan.
Adapun pembatasan ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah motor educability. Sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah penguasaan teknik flying shoot.
2. Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi istilah motor educability, penguasaan teknik flying shoot dalam permainan bola tangan, korelasi antara dua variabel penelitian.
3. Penelitian ini terbatas pada lingkup siswa/atlet ekstrakulikuler SMA Negeri 24 Bandung.
4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
F. Definisi Operasional
Istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini harus dijelaskan supaya tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah-istilah tersebut, sehingga pembaca dapat mengikuti apa yang penulis ingin sampaikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Korelasi adalah salah satu teknik statistika yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif.
Misalkan kita mempunyai dua variabel x dan y kita ingin menguji apakah hubungannya berbanding lurus atau terbalik atau bahkan tidak mempunyai hubungan sama sekali.
(18)
6
a. Korelasi bivariat : mempunyai uji korelasi antara dua variabel.
b. Korelasi partial : tujuan untuk menghitung koefisien korelasi antara dua variabel, akan tetapi dengan mengeluarkan variabel lainnya yang mungkin dianggap berpengaruh dengan kata lain disebut kontrol. 2. Motor educability dapat diartikan sebagai kemampuan seeorang untuk
mempelajari gerakan yang baru (new motor skill). Kualitas potensial motor educability akan memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru makin mudah agar mereka tidak selalu menganggap semua keterampilan gerak yang mereka pikirkan susah dan sulit untuk dipelajari dan dilatihkan. Makin tinggi tingkat potesial educabilitynya, berarti derajat penguasaan terhadap gerakan-gerakan yang baru makin mudah untuk dipelajari dan dilatihkan dengan baik dan benar.
3. Flying shoot adalah tembakan melayang yan dilakukan dalam permainan bola tangan. Dengan melepaskan bola saat di udara kearah gawang. Dan dengan memperhatikan unsur pokok dalam teknik flying shoot yaitu : a. Tahap awalan (irama langkah)
b. Posisi berlari c. Posisi menolak d. Posisi melayang e. Posisi menembak f. Posisi mendarat
g. Dan harus diperhatikan pula ketinggian yang cukup pada saat lompatan dan jarak
G. Struktur Organisasi Penelitian
Struktur organisasi memuat tentang urutan penelitian dari setiap bab seperti Bab I ini memuat tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batas penelitian, definisi operasaional, dan struktur organisasi penelitian.
(19)
Bab II menerangkan tentang konsep, teori dan pendapat para ahi terkait dengan masalah yang diteliti, dan anggapan dasar.
Bab III berisi tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen yang lainnya seperti populasi dan sampel, definisi operasional, desain penelitian, prosedur pelaksanaan tes, dan analisis data.
Bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi pengolahan data untuk menghasilkan temuan terkait dengan masalah penelitian.
(20)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu cara untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian melalui suatu cara yang sesuai dengan prosedur yang digunakan. Dalam hal ini Arikunto (2010, hlm. 136)
menjelaskan bahwa : “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Penggunaan metode dalam penelitian disesuaiakan dengan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun mampu mencapai hasil maksimal.
Pada penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu apakah terdapat korelasi motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada atlet ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung. Sedangan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui korelasi motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada atlet ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung.
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dikaji dan dicapai untuk memperoleh data dan menganalisis data diperlukan suatu metode penelitian yang tepat untuk menarik sebuah kesimpulan. Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pola korelasional. Metode deskriptif ini merupakan metode penelitian yang mengarah pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang ini dan menggambarkan keadaan-keadaan pada saat ini dengan informasi-informasi yang telah didapatkan dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada dimana penguji yang digunakan dalam
(21)
penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistika. Mengenai metode deskriptif, Nazir (1988, hlm.63) menjelaskan sebagai berikut :
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran-gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual atau akurat mengenai fakta-fakta, sifat secara hubungan antara fenomenal yang diselidiki.
Sedangkan mengenai pola korelasional dijelaskan oleh Hadi (1997, hlm.
285) bahwa, “Salah satu teknik statistik yang kerap kali digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel adalah teknik korelasi”. Pendapat menenai pola
korelasional tersebut selanjutnya diperkuat oleh Nurhasan (2008, hlm. 17) yang
menjelaskan bahwa, “Korelasi adalah hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, yang besar kecilnya ditentukann oleh koefisien korelasi”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif korelasional adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi dengan mencari hubungan atara variabel. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian ini meneliti sejauh mana hubangan antara motor educability dengan penguasaan tenik flying shoot pada atlet ekstrakurikuler bola tangan di SMA Negeri 24 Bandung.
B. Populasi dan Sampel
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti melakukan subjek yang akan diteliti, subjek tersebut berupa populasi dan sampel.
1. Populasi
Populasi merupakan subjek yang memiliki karakteristik tertentu sebagai sumber dalam penelitian. Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 108) mengemukakan
bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Apabila seseorang ingin meneliti semua kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek
(22)
29
penelitian tempat diperolehnya informasi yang dapat berupa individu maupun kelompok.
Pendapat tersebut di atas menjadi acuan penulis dalam menentukan populasi penelitian, dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler bola tangan SMA Negeri 24 Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan representasi dari populasi, sehingga penentuannya harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga benar-benar mampu mewakili populasi. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 81) menjelaskan, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berjumlah 21 siswa. Dalam hal ini berdasarkan kriteria yang penulis butuhkan, yaitu :
1. Sampel berusia 14-17 tahun, karena pada usia tersebut koordinasi gerak siswa masih cukup baik dibandingkan orang dewasa dalam mempelajari suatu keterampilan gerak baru.
2. Sampel sudah menguasai keterampilan dasar dan teknik dasar permainan bola tangan yang benar.
3. Pada usia tersebut siswa dianggap mampu melakukan keterampilan teknik flying shoot karena telat menerima pelatihan bola tangan.
Berdasarkan penjelasan di atas, sampel pada penelitian ini berjumlah 21 siswa SMA Negeri 24 Bandung dengan tujuan dapat mewakili populasi dalam penelitian ini. Oleh karena itu, teknik pengambilan sampel dilakukan melalui total sampling.
Berdasarkan pedoman tersebut, penulis mengambil sampel penelitian sebanyak 21 siswa. Ciri-ciri spesifikasi dari sampel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Siswa SMA Negeri 24 Bandung yang masih aktif mengikuti latihan. 2. Siswa berusia 14-17 tahun.
(23)
Karakteristik siswa SMA Negeri 24 Bandung tersebut sebagai berikut : 1. Mempelajari atau menguasai keterampilan dasar bermain bola tangan.
2. Mempelajari atau menguasai teknik dasar berrmain bola tangan khususnya flying shoot.
3. Mempelajari atau menguasai koordinasi gerak yang baik.
C. Definisi Operasional
Istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini harus dijelaskan supaya tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah-istilah tersebut, sehingga pembaca dapat mengikuti apa yang penulis ingin sampaikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Korelasi adalah salah satu teknk statistika yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Misalkan kita mempunyai dua variabel x dan y kita ingin menguji apakah hubungannya berbanding lurus atau terbalik atau bahkan tidak mempunyai hubungan sama sekali.
Korelasi dibagi menjadi dua :
a. Korelasi bivariat : mempunyai uji korelasi antara dua variabel.
b. Korelasi partial : tujuan untuk menghitung koefisien korelasi antara dua variabel, akan tetapi dengan mengeluarkan variabel lainnya yang mungkin dianggap berpengaruh dengan kata lain disebut kontrol.
2. Motor educability dapat diartikan sebagai kemampuan seeorang untuk mempelajari gerakan yang baru (new motor skill). Kualitas potensial motor educability akan memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru makin mudah agar meraka tidak selalu menganggap semua keterampilan gerak yang mereka pikirkan susah dan sulit untuk dipelajari dan dilatihkan. Makin tinggi tingkat potesial educabilitynya, berarti derajat penguasaan terhadap gerakan-gerakan yang baru makin mudah untuk dipelajari dan dilatihkan dengan baik dan benar.
(24)
31
3. Flying shoot adalah tembakan melayang yang dilakukan dalam permainan bola tangan. Dengan melepaskan bola saat di udara kearah gawang. Dan dengan memperhatikan unsur pokok dalam teknik flying shoot yaitu :
a. Tahap awalan (irama langkah) b. Posisi berlari
c. Posisi menolak d. Posisi melayang e. Posisi menembak f. Posisi mendarat
g. Dan harus diperhatikan pula ketinggian yang cukup pada saat lompatan dan jarak
D. Desain Penelitian
Dalam penelitian deskriptif pola korelasional, desain yang tepat merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan variable-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis yang diajukan. Desain penelitian yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
X Y
Keterangan :
X : Motor educability
Y : Penguasaan teknik flying shoot
: Hubungan Variabel X (motor educability) dengan Variabel Y (penguasaan teknik flying shoot)
Desain di atas menggambarkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara motor educability dengan kemampuan penguasaan teknik flying shoot. Atas dasar desain penelitian di atas, maka
(25)
langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan menurut Sutresna (2002, hlm. 125) yang diadaptasi dari Gay (1996, hlm. 91-98) bahwa :
“Umumnya langkah penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interpretasi data, penarikan kesimpulan,
implikasi dan saran”.
Dapat digambarkan langkah-langkah penelitian yang akan penulis lakukan sebagai berikut :
Gambar 3.2
Langkah-langkah Penelitian
A. B.
Populasi
Sampel
Pengukuran Tes Motor
Educability Pengukuran teknik flying shoot
Data
Pengolahan dan analisis data
(26)
33
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian terutama berkaitan dengan proses pengumpulan data. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2010, hlm. 203) bahwa :
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Berkaitan dengan hal tersebut Arikunto (2010, hlm. 193) mengungkapkan pendapatnya bahwa: “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
Selanjutnya Nurhasan (2008, hlm. 1) menjelaskan mengenai tes dan pengukuran merupakan : “Suatu alat yang digunakan dalam memperoleh data dari suatu objek yang diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk
memperoleh data”. Berkaitan dengan penelitian ini, maka instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengukur kemampuan dalam mempelajari gerak baru (motor educability) digunakan tes Iowa-Brace yang dikutip dari Nurhasan (2008, hlm. 109).
2. Untuk mengukur penguasaan dari salah satu hasil belajar keterampilan bola tangan bagi atlet, maka dilakukan tes keterampilan bola tangan yaitu dengan tes shooting, khususnya flying shoot.
Secara rinci uraian tes tersebut diatas sesuai pendapat Mathews (1963, hlm. 153-154) adalah sebagai berikut :
1. Tes Motor educability (Iowa-Brace Test)
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur tinggi rendahnya kemampuan atlet dalam mempelajari keterampilan gerak baru.
Johnson pada tahun 1932 menguji tingkat validitas tes motor educability tersebut dan terdapat nilai validitas sebesar 0,69 dan reabilitas sebesar 0,88. (Nurhasan, 2008)
(27)
Alat tes yang digunakan 1. Lapangan 2. Matras 3. Alat Tulis 4. Peluit Pelaksanaan
1. Testee dibariskan menjadi 2 barisan dan mendengarkan pengarahan dari tester. Barisan pertama bertugas sebagai testee dan barisan kedua bertugas sebagai pengawas.
2. Tester memberikan penjelasan untuk 5 item tes pertama dari 10 tes yang ada dari masing-masing tes putra dan putri. Tester menjelaskan dan mendemonstrasikan gerakan satu persatu. Tester juga harus memberitahu kepada testee tentang gerakan yang salah, tidak sah atau gagal. Selanjutnya testee melakukan tes sesuai aba-aba dari tester dengan diawasi oleh pengawas. Setelah selesai 5 tes pertama, pengawas memberitahukan hasil tes kepada tester untuk dicatat. Selanjutnya grup kedua atau pengawas bertukar menjadi testee dan melakukan gerakan pertama lalu dilanjutkan 10 item tes selesai dari masing-masing tes putra dan putri. Grup pertama berdiri dan melakukan 5 tes yang tersisa sampai 10 item tes selesai dari masing-masing tes putra dan putri.
3. Setiap testee diberikan kesempatan dua kali untuk setiap tes, dengan criteria penilaian pada kesempatan pertama testee berhasil melakukan tes, maka diberi poin 2, namun jika gagal testee diberikan kesempatan kedua, jika kesempatan kedua berhasil, testee diberi poin 1. Sedangkan bila gagal dalam kedua, maka testee tidak mendapatkan nilai. Jadi nilai maksimal untuk 10 item tes yang dilakukan adalah 20 poin untuk masing-masing tes putra dan putri.
4. Tidak seorangpun diantara testee diberikan izin untuk mencoba tes yang diberikan, sekali mencoba langsung dinilai.
(28)
35
Setiap tes yang dilakukan oleh testee akan dimasukan ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Hasil Tes Motor Educability
Tabel 3.2
10 Jenis Tes Motor Educability Untuk Putra
Bagian I Bagian II One Foot-Touch Head Graspevine Forward Hand Kick Three Dips Knee Jump to Feet Side Kick Strok Stand Rusian Dance Single Squat Balance Jump Foot
Tabel 3.3
10 Jenis Tes Motor Educability Untuk Putri
Bagian I Bagian II
Grapevine Side Learning Rest Forward Hand Kick Full Right Turn Cross-Leg Squat Knee Jump to Feet Rusian Dance One Knee-Head to Floor The Top Single Squat Balance No Nama Siswa Usia
Tes Motor Educability
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 Dst.
(29)
Rincian proses pelaksanaan 10 jenis tes motor educability yang digunakan pada atlet di ekstrakurikuler SMA Negeri 24 Bandung putra dan putri adalah sebagai berikut :
a. Putra
1. One Foot-Touch Head
Gambar 3.3 One Foot-Touch Head
Berdiri pada kaki kiri. Membungkuk ke dean dan letakan kedua tangan pada lantai. Angkatllah kaki kanan lurus ke belakang. Sentuhkan kepala pada lantai dan akhirnya kembali bersikap berdiri dengann tanpa kehilangan keseimbangan. Gagal bila : a. Tidak menyentuh kepala pada lantai
b.Kehilangan keseimbangan c. Kaki kanan menyentuh lantai 2. Forward Hand Kick
Gambar 3.4 Forward Hand Kick
(30)
37
Melompat tinggi-tinggi, ayunkan kedua kaki kedepan (lutut lurus), bengkokkan badan kedepan dan sentuhkan kedua ujung jari kaki dengan kedua tangan sebelum lompatan berakhir.
Gagal bila : a. Tidak menyentuk kedua ujung jari kaki sewaktu diudara b. Membengkokkan lutut lebih dari 45 derajat
3. Knee Jump to Feet
Gambar 3.5 Knee Jump to Feet
Berlutut dengan kedua kaki sikap kura-kuradan ujung kaki yang berkuku mengenai lantai. Ayunkan kedua lengan dan melompat ke atas dengan tanpa mengubah sikap ujung kaki terlebih dahulu, sampai berdiri tegak.
Gagal bila :a. Mengubah sikap ujung-ujung jari kaki b. Tidak melompat
c. Berdiri tidak stabil 4. Strok Stand
Gambar 3.6 Strok Stand
(31)
Berdiri pada kaki. Letakkan telapak kaki kanan pada lutut kaki sebelah dalam. Kedua tangan bertolak pinggang. Pejamkan mata dan pertahankan sikap ini selama 10 detik dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempatnya semula. Gagal bila : a. Kehilangan keseimbangan
b. melepaskan telapak kaki kanan dari lutut kaki kiri c. membuka dan melepaskan tangan dari pinggang 5. Single Squat Balance.
Gambar 3.7 Single Squat Balance
Jongkok dengan kaki sebelah. Kaki yang lain diluruskan ke depan dengan tanpa menyentuh lantai. Kuasai sikap ini sampai hitungan kelima
Gagal bila : a. Tangan tidak dipinggang lagi
b. Kaki yang lurus ke muka mengenai lantai c. Kehilangan keseimbangan
6. Grapevine
(32)
39
Grapevine
Berdiri dengan kedua tumit rapat. Membongkok ke depan, surukkan kedua belah tangan diantara kedua lutut, sehingga kedua tangan berada dibelakang pergelangan-pergelangan kaki, akhirnya jari-jari tangan saling berkaitan di muka pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai 5 detik.
Gagal bila :a. Kehilangan keseimbangan
b.Kedua tangan tidak melingkari kedua pergelangan kaki dan jari-jari tidak saling berkaitan di depan pergelangan kaki (tidak sampai)
c.Tidak dilakukan dalam jangka waktu 5 detik 7. Three Dips
Gambar 3.9 Three Dips
Ambil sikap tidur ke depan (posisi push-up) tekukan kedua tangan, sentuhkan dada ke lantai dan push-up lagi sampai tangan benar-benar lurus, lakukan tiga kali jangan sentuh lantai dengan tungkai atau perut.
Gagal bila : a. Dada tidak mengenai lantai
b. Perut dan tungkai mengenai lantai
(33)
8. Side Kick
Gambar 3.10 Side Kick
Ayunkan kaki kaki sebelah kiri dan bersamaan dengan itu melompat-lompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan, sentuhkan kedua kaki di udara, kedua kaki sewaktu sentuhan harus segaris dan sejajar serta sebelah pundak kiri. Jatuh dengan kaki kangkang.
Gagal bila : a. Kaki kiri tidak cukup diayun
b. tidak menyentuhkan kedua kaki sewaktu di udara c. Jatuh tidak dengan kaki kangkang
9. Rusian dance
Gambar 3.11 Rusian Dance
Jongkok, luruskan kaki sebelah. Lakukan tarian Rusia dengan jalan sedikit melompat dan sekaligus bertukar kaki. Luruskan sampai 4 kali sehingga tiap-tiap kaki mendapat giliran 2 kali. Tumit kaki yang diluruskan kedepan boleh tersentuh lantai sedangkan tumit kaki yang dilipat harus mengenai pantat
(34)
41
Gagal bila : a. Kehilangan keseimbangan
b.Masing-masing kaki tidak melakukan 2 kali latihan 10. Jump Foot
Gambar 3.12 Jump Foot
Berdiri sebelah kaki. Ibu jari dipegang oleh tangan yang berlawanan, dimuka tubuh. Lompat keatas dan usahakan kaki yang bebas melompat kaki yang dipegang dengan tanpa melepaskan pegangannya.
Gagal bila : a. Pegangannya terlepas
b. Tidak melompati kaki yang dipegang
b. Putri
1. Grapevine
Gambar 3.13 Grapevine
Berdiri dengan kedua tumit rapat. Membongkok ke depan, surukkan kedua belah tangan diantara kedua lutut, sehingga kedua tangan berada dibelakang
(35)
pergelangan-pergelangan kaki, akhirnya jari-jari tangan saling berkaitan di muka pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai 5 detik.
Gagal bila : a. Kehilangan keseimbangan
b.Kedua tangan tidak melingkari kedua pergelangan kaki dan jari-jari tidak saling
c.berkaitan di depan pergelangan kaki (tidak sampai) Tidak dilakukan dalam jangka waktu 5 detik
2. Forward Hand Kick
Gambar 3.14 Forward Hand Kick
Melompat tinggi-tinggi, ayunkan kedua kaki kedepan (lutut lurus), bengkokkan badan kedepan dan sentuhkan kedua ujung jari kaki dengan kedua tangan sebelum lompatan berakhir.
Gagal bila :a. Tidak menyentuk kedua ujung jari kaki sewaktu diudara b.Membengkokkan lutut lebih dari 45 derajat
3. Cross-Leg Squat
(36)
43
Cross-Leg Squat
Lipat Kedua tangan di dada. Silangkan kedua kaki, kemudian duduk dengan sikap bersila. Akhirnya berdiri dengan tidak melepaskan lipatan tangan dan silangan kaki.
Gagal bila : a. Kehilangan keseimbangan
b.Tangan tidah tepat berlipat pada dada c.Tidak mampu berdiri
4. Rusian dance
Gambar 3.16 Rusian Dance
Jongkok, luruskan kaki sebelah. Lakukan tarian Rusia dengan jalan sedikit melompat dan sekaligus bertukar kaki. Luruskan sampai 4 kali sehingga tiap-tiap kaki mendapat giliran 2 kali. Tumit kaki yang diluruskan kedepan boleh tersentuh lantai sedangkan tumit kaki yang dilipat harus mengenai pantat.
Gagal bila : a. Kehilangan keseimbangan
b. Masing-masing kaki tidak melakukan 2 kali latihan 5. The Top
(37)
The Top
Duduk bersila. Kedua tangan melingkar kedua lutut, tangan kanan memegang pergelangan kaki kiri dan sebaliknya tangan kiri memegang pergelangan kaki kanan, dengan cepat berguling ke kanan, dengan berjalan pertama menempatkan berat badan pada lutut kaki kanan, kemudian bahu kanan, lalu punggung , terus ke bahu sebelah kiri, barulah ke lutut kaki kiri, yang akhirnya duduk menghadap berlawanan dengan arah semula. Ulangi latihan ini sekali lagi, sehingga duduk menghadap searah dengan sikap semula.
Gagal bila : a. Pegangan pada pergelangan kaki terlepas
b. Putaran tidak dilakukan dengan lengan sempurna 6. Side Learning Test
Gambar 3.18 Side Learning Test
Duduk berlunjur, kedua kaki rapat. Letakkan tangan kanan pada lantai di belakang tubuh. Kemudian miringlah ke kanan sehingga tubuh terangkat dan bertumpu pada tangan dan kaki kanan. Angkatlah kaki dan tangan kiri, serta usahakan tetap dalam sikap demikian sampai hitungan kelima.
Gagal bila : a. Tidak bersikap sebagaimana seharusnya
(38)
45
7. Full Right Turn
Gambar 3.19 Full Right Turn
Berdiri dengan kaki rapat. Lompat keatas dan berputar ke kanan 360 derajat, usahakan terjatuh pada tempat semula. Jagalah keseimbangan dan sesudah
menyentuh lantai jangan sampai kaki kanan berpindah tempat. Gagal bila : a. Tidak berputar 360 derajat
b. Setelah jatuh kaki berpindah tempat c. Kehilangan keseimbangan
8. Knee Jump to Feet
Gambar 3.20 Knee Jump to Feet
Berlutut dengan kedua kaki sikap kura-kuradan ujung kaki yang berkuku mengenai lantai. Ayunkan kedua lengan dan melompat ke atas dengan tanpa mengubah sikap ujung kaki terlebih dahulu, sampai berdiri tegak.
Gagal bila :a. Mengubah sikap ujung-ujung jari kaki b. Tidak melompat
(39)
c. Berdiri tidak stabil 9. One Knee-Head to Floor
Gambar 3.21 One Knee-Head to Floor
Berlutut dengan kaki sebelah, sedangkan kaki yang lain diangkat lurus-lurus ke belakang dengan tanpa menyentuh lantai. Kedua tangan rentakan ke samping setinggi bahu. Bongkokkan tubuh ke depan, sehingga kepala mengenai lantai. Kembali ke sikap semula dengan tanpa kehilangan keseimbangan.
Gagal bila : a. Menyentuh lantai dengan bagian tubuh selain kepala dan lutut dari kaki tumpu
b. Kehilangan keseimbangan
c. Tidak menyentuh kepala pada lantai 10. Single Squat Balance
Gambar 3.22 Single Squat Balance
Jongkok dengan kaki sebelah. Kaki yang lain diluruskan ke depan dengan tanpa menyentuh lantai. Kuasai sikap ini sampai hitungan kelima.
(40)
47
Gagal bila : a. Tangan tidak dipinggang lagi
b. Kaki yang lurus ke muka mengenai lantai c. Kehilangan keseimbangan
2. Keterampilan tekik flying shoot
a. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur tinggi rendahnya kemampuan atlet dalam mempelajari keterampilan gerak baru dalam teknik flying shoot bola tangan.
b. Orang yang melakukan pengetesan keterampilan flying shoot harus orang yang lebih profesional atau yang lebih memahami tentang bola tangan. c. Pada tes ini tingkat validitas flying shoot tersebut terdapat nilai validitas
sebesar 0,4 dan reabilitas sebesar 0,4. d. Alat tes yang digunakan
Lapangan Gawang Bola Peluit e. Pelaksanaan
1. Testee dibariskan menjadi 2 barisan dan mendengarkan pengarahan dari tester. Barisan pertama bertugas sebagai testee dan barisan kedua bertugas sebagai pengawas.
2. Tester memberikan penjelasan untuk 6 item tes yang ada. Tester menjelaskan dan mendemonstrasikan gerakan satu persatu. Tester juga harus memberitahu kepada testee tentang gerakan yang salah, tidak sah atau gagal. Selanjutnya testee melakukan tes sesuai aba-aba dari tester dengan diawasi oleh pengawas. Setelah selesai 6 tes, pengawas memberitahukan hasil tes kepada tester untuk dicatat.
3. Setiap testee diberikan kesempatan dua kali untuk setiap tes, dengan kriteria penilaian pada kesempatan pertama testee berhasil melakukan tes, maka diberi poin 4, namun jika gagal testee diberikan kesempatan kedua, jika kesempatan kedua berhasil, testee diberi poin 2. Sedangkan
(41)
bila gagal dalam kedua, maka testee tidak mendapatkan nilai. Jadi nilai maksimal untuk 6 item tes yang dilakukan adalah 24 poin.
4. Tidak seorangpun diantara testee diberikan izin untuk mencoba tes yang diberikan, sekali mencoba langsung dinilai.
Setiap tes yang dilakukan oleh testee akan dimasukan ke dalam tabel 3.3 di bawah ini :
Tabel 3.4
Hasil Tes Teknik Flying Shoot
Posisi Awal Posisi Berlari Posisi Menolak Posisi Melayang Posisi Menembak Posisi Mendarat 1 2 3 4 5 6 Dst
Tes Teknik Flying Shoot
Jumlah
No Nama Usia
Indikator atau tahapan-tahapan tes teknik flying shoot : a. Posisi Awal
Berdiri tegak mengarah sasaran Bola dipegang di tangan
Konsentrasi lari b. Posisi Berlari
Membawa bola setinggi bahu
Irama langkah 1,2,3 c. Posisi Menolak/meloncat
Menolak pada langkah ketiga
Gunakanlah tumpuan kaki yang kuat
Badan menghadap sasaran sambil menolak ke atas badan d. Posisi Melayang
Saat melayang pinggang di tarik ke belakang
Bola berada di sampan belakang kepala
Melayang setinggi mungkin e. Posisi Menembak
(42)
49
Gerakan lengan mengikuti gerakan ke depan dengan kuat Bola di tembakan sekeras mungkin ke gawang
f. Posisi Mendarat
Saat melakukan pendaratan dalam flying shoot kedua kaki mendarat bersamaan
Berusaha menjaga keseimbangan Pandangan tetap ke depan
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai Akhir (NA) = = Hasil tes 6 item tes flying shoot
Keterangan nilai :
Mendapat nilai sangat baik : 4 Mendapat nilai baik : 3 Mendapat nilai cukup : 2 Mendapat nilai kurang : 1
F. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam prosedur pengumpulan data terdapat dua hal yang harus di perhatikan yaitu persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data.
1. Persiapan Pengumpulan Data
Persiapan pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun jadwal penelitian
b. Mempersiapkan instrumen penelitin
c. Mengajukan surat izin penelitian dari PD I FPOK UPI kepada sekolah SMA Negeri 24 Bandung.
2. Pelaksanan Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan sampel untuk melaksanakan tes b. Menghimpun data dari tes motor educability
(43)
c. Menghimpun data dari tes flying shoot
d. Mentabulasikan data ke dalam bentuk tabel penelitian
G. Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian
Pelaksanaan kegiatan pelitian dilakukan di SMA Negeri 24 Bandung yang berlokasi di Jln. A. H. Nasution No.27 Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data 1. Menghitung rata-rata dan simpangan baku
a. Menghitung rata-rata
Cara ini digunakan karena kelompok tersebut jumlah anggotanya relatif kecil (dibawah 30). Cara perhitugan nilai rata-rata menggunakan rumus berikut :
__ ∑ X
X =
N
Keterangan : __
X = Nilai rata-rata yang dicapai X = Skor yang diperoleh
N = Jumlah orang atau sampel
∑ = “Sigma” yang berarti jumlah
b. Mencari simpangan baku (standar deviasi)
Untuk mencari simpangan baku dari skor yang tidak dikelompokkan, digunakan pendekatan statistika dengan rumus dibawah ini :
Keterangan : __
X = Nilai rata-rata S = Simpangan baku
(44)
51
Xi = Skor yang dicapai seseorang N = Banyaknya jumlah sampel
2. Uji Tes Homogenitas dengan Menggunakan rumus sebagai berikut :
Variansi Terbesar F =
Variansi Terkecil Kriteria pengujian :
Tolak H0 hanya jika F > F1/2 α(v1, v2) didapat dari distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = n1-1 dan penyebut V2 = n2-1. Kedua kelompok homogen jika Fhitung < Ftabel.
3. Menguji normalitas data menggunakan uji Liliefors
Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji asumsi normalitas. Uji normalitas menggunakan pendekatan uji Liliefors, dengan kriteria suatu distribusi dikatakan normal jika L hitung lebih kecil dari L tabel atau (Lo < Lα). Uji Liliefors ini digunakan karena kelompok sampel dalam penelitian ini diasumsikan sebagai kelompok kecil. Adapun langkah-langkah pengujian menggunakan pendekatan uji Liliefors adalah sebagai berikut :
a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan paling kecil sampai pengamatan paling besar.
b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor, dengan rumus sebagai berikut :
__
X
–
X
Z =
Sx
Keterangan : __
X = Nilai rata-rata
Z = Nilai Z-skor yang dicari X = Skor yang diperoleh sampel S = Simpangan baku
c. Menghitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi), dengan menggunakan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Jika Z negatif, maka
(45)
dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5-luas daerah distribusi Z pada tabel dan jika Fzi-nya positif maka dalam menentukan Fzi-nya 0,5 + luas daerah distribusi Z pada tabel.
d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyak sampel.
e. Hitung selisih antara F (zi) dengan S (zi) dan tentukan harga mutlaknya ([Fzi-Szi]).
f. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.
g. Mentabulasikan data ke dalam tabel penghitungan distribusi normal. h. Membandingkan nilai dari L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui
diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria : 1) Terima Ho jika Lo<Lα, maka data berdistribusi normal. 2) Tolak Ho jika Lo>Lα, maka data berdistribusi tidak normal.
4. Penghitungan Koefisien Korelasi
Penghitungan koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes dan pengukuran memiliki hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Dalam penghitungan korelasi menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
r = Nilai korelasi yang akan dicari
X1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel motor Educability (X)
Y1 = Perbedaan antara tap skor dengan nilai rata-rata dari variabel flying Shoot (Y)
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menghitung koefisien korelasi (r) dari kedua variabel tersebut di atas adalah sebagai berikut :
(46)
53
a. Membuat matrik sebaga sarana untuk mencari nilai-nilai dari setiap unsur yang terdapat dalam rumus koefisien korelasi.
b. Perhitungan nilai X1, dengan cara skor dari setiap atlet dikurangi nilai rata-rata dari variabel tes motor educability (X).
c. Perhitungan nilai Y1 dengan cara skor dari setiap atlet dikurangi dengan rata-rata dari variabel tes fying shoot (Y).
d. Mencari nilai X12 (pada kolom X12), dengan cara menguadratkan niilai yang terdapat pada kolom X1 dari setiap individu.
e. Mencari nilai Y12 (pada kolm Y12), dengan cara menguadratkan nlai yang terdapat pada kolom Y1 dari setiap individu.
f. Mencari nilai X1Y1 (X1Y1) dengan cara mengalikan angka-angka yang terdapat pada kolom X1 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom Y1. g. Mensubsitusikan nilai-ilai tersebut ke dalam rumus koefisien korelasi.
Dari hasil analisis korelasi akan didapatkan koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan dukungan. Untuk mengetahui keeratan dukungan maka dapat diihat ppada besarnya koefisien korelasi dengan pedoman sebagai berikut :
Tabel 3.5
Interpretasi Nilai Korelasi
Besarnya Nilai r Interpretasi
Antara 0,00-0,199 Antara 0,20-0,399 Antara 0,40-0,599 Antara 0,60-0,799 Antara 0,80-1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Cukup Tinggi (Sumber : Arikunto, 2010, hlm. 319)
Langkah selanjutnya setelah ini koefisien korelasi diperoleh, yaitu melakuan uji signifikansi koefisien korelasi.
(47)
5. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Uji signifikansi koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keberartian dari korelasi tersebut. Adapun langkah-langkah uji signifikansi korelasi tunggal (r) sebagai berikut :
1. Kriteria hipotesis
H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motor educability dengan variabel penguasaan teknik flying shoot.
H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motor educability dengan variabel penguasaan teknik flying shoot.
2. H1 dan H0 dalam bentuk statistik H0 : r = 0
H1 : r = 0
3. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan rumus dibawah ini :
Keterangan :
t = Harga signifikansi yang akan dicari r = Nilai korelasi
n = Banyaknya sampel
4. Dengan menetapkan taraf sigifikansi α = 0,05, untuk menentukan kriteria
signifikansi korelasi yaitu :
1. Jika – ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima atau korelasiya tidak signifikan. 2. Jika – ttabel > thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau korelasinya signifikan. 3. Untuk menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus dk = n -2. 4. Perbandingan thitung dengan ttabel.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan motor educability dengan peguasaan teknik flying shoot dapat menggunaka rums koefisien determinan (KD), sebagai berikut : KD = r2 x 100%
(48)
55
6. Hipotesis Statistika penelitian
H0 : r = 0 Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot. H1 : r > 0 Terdapat korelasi yang signifikan antara motor
(49)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan. Dengan hasil perhitungan koefisien determinan menunjukkan bahwa motor educability memberi dukungan sebesar 16% terhadap penguasaan teknik flying shoot pada siswa SMA Negeri 24 Bandung.
B. Saran
Dari hasil data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa motor educability memiliki hubungan yang signifikan terhadap penguasan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan di Ekstrakurikuler bola tangan SMA Negeri 24 Bandung.
Untuk menunjang penguasaan gerak secara maksimal penulis menyarankan kepada :
1. Khususnya guru-guru penjas atau pelatih bola tangan untuk menggunakan tes motor educability sejak dini pada saat adaptasi nervous sistem siswa lebih baik dari pada orang dewasa agar dapat mengindentifikasikan dan mengklasifikasikan kemampuan keterampilan gerak siswa atau siswa tersebut.
2. Bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut agar menggunakan metode eksperimen. Dimaksud disini untuk melihat lebih detail hasil penguasaan teknik flying shoot sebagai dampak pelatihan kemudian dikorelasikan dengan motor educabilitynya.
(50)
64
Disini penulis sangat berharap agar hasil penelitan ini dapat dijadikan masukan pemikiran dalam meningkatkan penguasaan teknik bermain bola tangan khususnya teknik flying shoot yang perlu dikuasai sebagai serangan pertama dalam permainan bola tangan,
(1)
dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5-luas daerah distribusi Z pada tabel dan jika Fzi-nya positif maka dalam menentukan Fzi-nya 0,5 + luas daerah distribusi Z pada tabel.
d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyak sampel.
e. Hitung selisih antara F (zi) dengan S (zi) dan tentukan harga mutlaknya ([Fzi-Szi]).
f. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.
g. Mentabulasikan data ke dalam tabel penghitungan distribusi normal. h. Membandingkan nilai dari L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui
diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria : 1) Terima Ho jika Lo<Lα, maka data berdistribusi normal. 2) Tolak Ho jika Lo>Lα, maka data berdistribusi tidak normal. 4. Penghitungan Koefisien Korelasi
Penghitungan koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes dan pengukuran memiliki hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Dalam penghitungan korelasi menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
r = Nilai korelasi yang akan dicari
X1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel motor
Educability (X)
Y1 = Perbedaan antara tap skor dengan nilai rata-rata dari variabel flying
(2)
Susiyanti, 2015
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN
a. Membuat matrik sebaga sarana untuk mencari nilai-nilai dari setiap unsur yang terdapat dalam rumus koefisien korelasi.
b. Perhitungan nilai X1, dengan cara skor dari setiap atlet dikurangi nilai
rata-rata dari variabel tes motor educability (X).
c. Perhitungan nilai Y1 dengan cara skor dari setiap atlet dikurangi dengan
rata-rata dari variabel tes fying shoot (Y).
d. Mencari nilai X12 (pada kolom X12), dengan cara menguadratkan niilai yang
terdapat pada kolom X1 dari setiap individu.
e. Mencari nilai Y12 (pada kolm Y12), dengan cara menguadratkan nlai yang
terdapat pada kolom Y1 dari setiap individu.
f. Mencari nilai X1Y1 (X1Y1) dengan cara mengalikan angka-angka yang
terdapat pada kolom X1 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom Y1.
g. Mensubsitusikan nilai-ilai tersebut ke dalam rumus koefisien korelasi.
Dari hasil analisis korelasi akan didapatkan koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan dukungan. Untuk mengetahui keeratan dukungan maka dapat diihat ppada besarnya koefisien korelasi dengan pedoman sebagai berikut :
Tabel 3.5
Interpretasi Nilai Korelasi
Besarnya Nilai r Interpretasi
Antara 0,00-0,199 Antara 0,20-0,399 Antara 0,40-0,599 Antara 0,60-0,799 Antara 0,80-1,000 Sangat rendah Rendah Sedang Cukup Tinggi (Sumber : Arikunto, 2010, hlm. 319)
Langkah selanjutnya setelah ini koefisien korelasi diperoleh, yaitu melakuan uji signifikansi koefisien korelasi.
(3)
5. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Uji signifikansi koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keberartian dari korelasi tersebut. Adapun langkah-langkah uji signifikansi korelasi tunggal (r) sebagai berikut :
1. Kriteria hipotesis
H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motor
educability dengan variabel penguasaan teknik flying shoot.
H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motor educability
dengan variabel penguasaan teknik flying shoot. 2. H1 dan H0 dalam bentuk statistik
H0 : r = 0
H1 : r = 0
3. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan rumus dibawah ini :
Keterangan :
t = Harga signifikansi yang akan dicari
r = Nilai korelasi
n = Banyaknya sampel
4. Dengan menetapkan taraf sigifikansi α = 0,05, untuk menentukan kriteria
signifikansi korelasi yaitu :
1. Jika – ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima atau korelasiya tidak signifikan.
2. Jika – ttabel > thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau korelasinya signifikan.
3. Untuk menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus dk = n -2. 4. Perbandingan thitung dengan ttabel.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan motor educability dengan peguasaan teknik flying shoot dapat menggunaka rums koefisien determinan (KD), sebagai berikut : KD = r2 x 100%
(4)
Susiyanti, 2015
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN
6. Hipotesis Statistika penelitian
H0 : r = 0 Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara motor
educability dengan penguasaan teknik flying shoot. H1 : r > 0 Terdapat korelasi yang signifikan antara motor
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara motor educability dengan penguasaan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan. Dengan hasil perhitungan koefisien determinan menunjukkan bahwa motor educability memberi dukungan sebesar 16% terhadap penguasaan teknik flying shoot pada siswa SMA Negeri 24 Bandung.
B. Saran
Dari hasil data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa motor educability memiliki hubungan yang signifikan terhadap penguasan teknik flying shoot pada cabang olahraga bola tangan di Ekstrakurikuler bola tangan SMA Negeri 24 Bandung.
Untuk menunjang penguasaan gerak secara maksimal penulis menyarankan kepada :
1. Khususnya guru-guru penjas atau pelatih bola tangan untuk menggunakan tes motor educability sejak dini pada saat adaptasi nervous sistem siswa lebih baik dari pada orang dewasa agar dapat mengindentifikasikan dan mengklasifikasikan kemampuan keterampilan gerak siswa atau siswa tersebut.
2. Bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut agar menggunakan metode eksperimen. Dimaksud disini untuk melihat lebih detail hasil penguasaan teknik flying shoot sebagai dampak pelatihan kemudian dikorelasikan dengan motor educabilitynya.
(6)
Susiyanti, 2015
KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Disini penulis sangat berharap agar hasil penelitan ini dapat dijadikan masukan pemikiran dalam meningkatkan penguasaan teknik bermain bola tangan khususnya teknik flying shoot yang perlu dikuasai sebagai serangan pertama dalam permainan bola tangan,