Pengaruh Pendidikan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

(1)

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“ PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT“

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan

DisusunOleh :

Neng Rubi Adawiyah 13221001

SekolahTinggiKeguruandanIlmuPendidikanGarut

Jl. Pahlawan No. 32 Telp.(0262) 233556 Fax. (0262) 540469 Tarogong - Garut 2014-2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas rahmat dan hidayahnya-lah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui pengaruh pendidikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih kepada dosen pembimbing yang sudah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun semaksimal mungkin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam teknik penulisan maupun pemaparan materi. Oleh karena itu, di harapkan pembaca memberikan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan manfaat dan dapat memperluas wawasan pembaca sesuai dengan harapan.

Garut, 20 Januari 2014


(3)

DAFTAR ISI

BAB I... 1

PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG...1

B. RUMUSAN MASALAH...1

C. TUJUAN... 1

BAB II... 3

PEMBAHASAN... 3

A. Definisi Pendidikan...3

B. Fungsi Pendidikan...3

C. Pendidikan dan Kesejahteraan Subjektif...3

D. Pendidikan dan Kemiskinan...8

E. Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Status Sosial seseorang...11

BAB III... 15

PENUTUP... 15

A. Kesimpulan... 15


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan sebagai sarana penanaman nilai dan karakter masih dipercaya masyarakat sebagai media untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, sebagai jaminan masa depan untuk mencapai kesejahteraan dan masa depan yang gemilang. Dengan harapan yang besar terhadap pendidikan, masyarakat rela berkorban apapun untuk mendapatkan pendidikan bagi anak-anaknya. Sebuah impian masyarakat dengan sebuah cita-cita meningkatkan status sosial dan kehidupan yang layak dimasa depan.

Pendidikan yang lebih tinggi adalah suatu syarat mutlak bagi mereka yang mencari kesempatan menjadi lapisan atas yang muncul dalam masyarakat ini. Pendidikan bagi sebagian besar orang tua, pendidikan dianggap sebagai alat untuk meraih masa depan yang lebih baik bagi anak – anak mereka. Pendidikan dianggap sebagai sarana paling tepat untuk status sosial ekonomi yang lebih baik bagi anak – anak mereka. Dengan pendidikan yang diperoleh seseorang, orang dapat mempertahankan sekaligus meningkatkan status sosial. Inilah salah satu fungsi laten dari pendidikan. Fungsi laten ialah fungsi dari konsekuensi yang tidak dikehendaki dan tidak diramalkan. Adapun fungsi manifest dari pendidikan yaitu mulai dari membekali anak didik dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan, mencerdaskan bangsa sampai meningkatkan derajat sebuah generasi. Fungsi manifest ialah fungsi yang dinyatakan, dikumandangkan, dan diakui oleh banyak orang.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk lebih membatasi pembahasan dalam makalah ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat? 2. Bagaimana Upaya Menanggulangi Kemiskinan Agar Meningkatkan Mutu

Pendidikan ?

3. Bagaimana peran pendidikan dalam meningkatkan status sosial seseorang?


(5)

(6)

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat. 2. Untuk mengetaui upaya menanggulangi kemiskinan agar meningkatkan mutu

pendidikan.


(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

B. Fungsi Pendidikan

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:

 Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

 Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.

 Melestarikan kebudayaan.

 Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:

 Transmisi (pemindahan) kebudayaan.

 Memilih dan mengajarkan peranan sosial.

 Menjamin integrasi sosial.

 Sekolah mengajarkan corak kepribadian.


(8)

C. Pendidikan dan Kesejahteraan Subjektif

Pendidikan dapat memberikan suatu tingkat kesejahteraan tertentu kepada seseorang. Tingkat kesejahteraan ini disebut dengan kesejahteraan subjektif (Subjective well being)


(9)

1. Definisi Kesejahteraan Subjektif

Subjective well being merupakan evaluasi subjektif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfillment, kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan, pekerjaan, tingkat emosi negatif yang rendah (Diener, 2009). Vanhooven (dalam Diener, 2009) menjelaskan bahwa Subjective well being merupakan tingkat dimana seseorang menilai kualitas kehidupannya sebagai sesuatu yang diharapkan dan merasakan emosi-emosi yang menyenangkan. Subjective well being menunjukkan kepuasan hidup dan evaluasi terhadap domain-domain kehidupan yang penting seperti pekerjaan, kesehatan, dan hubungan. Juga termasuk emosi mereka, seperti keceriaan dan keterlibatan, serta pengalaman emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, dan ketakutan yang sedikit. Dengan kata lain, kebahagiaan adalah nama yang diberikan untuk pikiran dan perasaan yang positif terhadap hidup seseorang (Diener, 2009).

2. Komponen Kesejahteraan Subjektif

Setiap penelitian menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi

kebahagiaan suatu individu secara berbeda-beda. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan.

a. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang (Powdthavee, 2007). Pendapatan perkapita mempunyai hubungan positif dengan kebahagiaan dan secara statistik signifikan (Diener et al., 1999). Sedangkan Clark dan Oswald tidak menemukan dampak dari pendapatan yang signifikan secara statistik untuk sampel Britain.

b. Status Kesehatan (Health Status)

Eddington & Shuman (2005) menemukan bahwa status kesehatan berpengaruh positif terhadap tingkat kebahagiaan seseorang (Migheli, 2009; Landiyanto, Ling, Puspitasari, & Irianti, 2010; Cuñado & Gracia, 2011; Diener, Suh, Lucas, & Smith, 1999). Status kesehatan ini dilihat dari persepsi subjektif orang tersebut bukan berdasarkan ahli kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengatakan dirinya merasa sehat maka orang tersebut


(10)

cenderung memiliki kebahagiaan yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Namun, hal ini juga berhubungan dengan tingkat kemampuan adaptasi individu tersebut. Jika individu tersebut mempunyai kemampuan adaptasi yang baik maka tingkat kebahagiaannya menjadi lebih tinggi. (Menhert dalam Eddington & Shuman, 2005).

c. Jenis Kelamin

Hasil yang ditemukan oleh Migheli (2009) dalam penelitiannya untuk variabel jenis kelamin adalah laki-laki cenderung memiliki rasa kebahagiaan yang lebih rendah daripada perempuan (Chen, 2011;Cuñado & Gracia, 2011;Landiyanto et al., 2010). Hal ini dikarenakan perempuan mempunyai keterbukaan dalam menceritakan pengalaman emosinya baik yang negatif maupun positif. Selain itu, perempuan lebih sering merasakan pengalaman emosi dibanding laki-laki. Sehingga ketika mengalami kejadian yang buruk perempuan lebih mudah depresi, tetapi juga bisa melihat kesempatan yang bagus ketika mengalami kejadian yang baik, yang menyebabkan tingkat kebahagiaannya meningkat (Eddington & Shuman, 2005).

d. Agama

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Migheli (2009), agama mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Agama berhubungan dengan kesehatan mental. Khususnya ketika ingin melihat perilaku seseorang dalam beragama yang sebenarnya. Selain itu agama juga dapat memberikan keuntungan baik secara sosial maupun psikologi. Agama juga dapat mengurangi kejadian negatif atau meningkatkan kejadian positif dalam kehidupan seseorang yang dapat mempengaruhi emosinya. Sehingga aspek kognitifnya meningkat sebagai pertanda dari kebahagiaan yang meningkat (Diener et al., 1999; Eddington & Shuman, 2005; Moghaddam, 2008).

e. Umur

Tingkat kebahagiaan cenderung stabil sepanjang rentang kehidupan (Butt dan Beiser, Inglehart, dan Veenhoven dalam Eddington & Shuman, 2005). Artinya, tingkat umur seseorang mempunyai hubungan positif terhadap tingkat kebahagiaannya. Apabila terjadi penurunan tingkat kebahagiaan dalam rentang usia, mungkin disebabkan oleh menurunnya kemampuan adaptasi terhadap kondisi hidup, seperti menurunnya tingkat penghasilan dan pernikahan. Namun para peneliti (Diener, Lucas, & Oishi, 2005;Powdthavee, 2007;Howell,


(11)

Chong, Howell, & Schwabe, 2012) telah membuktikan bahwa seseorang dengan tingkat umur yang semakin meningkat dapat menyesuaikan tujuan hidupnya sehingga baik tingkat kepuasan hidup atau kebahagiaan pun cenderung meningkat.

f. Status Pernikahan

Eddington & Shuman, (2005) mengatakan bahwa pernikahan mempunyai hubungan yang positif terhadap kebahagiaan (Migheli, 2009; Diener, 2009; Cuñado & Gracia, 2011). Seseorang yang menikah ternyata lebih bahagia daripada yang belum menikah atau cerai, berpisah, dan janda. Hal ini juga ditentukan oleh kualitas pernikahannya seperti interaksi (Gottman dan Levenson dalam Eddington & Shuman, 2005), ekspresi emosional (King dalam Eddington & Shuman, 2005), dan peran dalam bertukar pikiran sebagai faktor penentu kepuasan hidup orang tersebut.

g. Status Pekerjaan

Status pekerjaan seseorang berhubungan dengan kebahagiaan. Individu yang bekerja umumnya lebih bahagia dibandingkan mereka yang tidak bekerja (Diener, 2009; Campbell et al, 1976 dalam Diener). Karena tidak bekerja adalah salah satu sumber dari stress (Oswald, 1997). Dan ketika seseorang merasa stress maka orang tersebut akan merasa bahwa kehidupannya tidak bahagia. Menurut Catalano dan Dooley (dalam Diener, 2009) tingkat pengangguran berhubungan kuat dengan mood baik laki-laki maupun perempuan. Ketika seseorang menganggur maka tidak ada pendapatan yang masuk, yang dapat menyebabkan mood negatif meningkat dan kebahagiaan pun menurun.

h. Kemampuan Membaca

Menurut Powdthavee (2007) kemampuan membaca seseorang mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kebahagiaan. Hal ini dikarenakan proses membaca sangat penting dalam mendukung kegiatan sehari-hari.

i. Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis mempunyai pengaruh terhadap tingkat kebahagiaan (Powdthavee, 2007). Apabila individu tersebut tidak dapat menulis maka individu tersebut akan


(12)

mendapatkan kendala dalam menjalani kegiatannya. Lebih lanjutnya kendala ini akan menimbulkan rasa stress sehingga berpengaruh pada tingkat kebahagiaannya.

j. Jumlah Anak

Jumlah anak mempunyai pengaruh negatif terhadap kebahagiaan (Clark & Oswald, 2002). Semakin banyak anak dalam rumah tangga tersebut maka tingkat kebahagiaan semakin menurun. Namun, hal ini bergantung pada tingkat umur dari orang tuanya.

k. Geografi

Faktor geografi seperti urban dan provinsi mempunyai pengaruh terhadap kebahagiaan (Chen, 2011). Letak geografis seperti tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan juga dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang.

l. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Dalam penelitian Powdthavee (2007) jumlah anggota rumah tangga mempunyai hubungan positif dengan tingkat kebahagiaan. Artinya semakin banyak jumlah anggota keluarganya yang berada dalam usia produktif (bukan anak-anak, anak remaja, pension) maka tingkat kebahagiaannya semakin meningkat juga.

m. Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang kecil namun signifikan dengan tingkat kebahagiaan (Eddington & Shuman,2005;Diener et al., 1999;Landiyanto et al., 2010;Powdthavee, 2007;Yakovlev & Leguizamon, 2012). Pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap ekspektasi pendapatan di masa depan. Sebab jika seseorang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan income yang lebih besar pun akan lebih tinggi. Uniknya, tingkat pendidikan memiliki hubungan yang lebih besar pada individu dengan pendapatan yang lebih rendah di Negara miskin (Campbell, Diener, dan Veenhoven dalam Eddington & Shuman, 2005). Seperti dalam penelitian Clark & Oswald (2002) bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi menunjukkan tingkat stress yang tinggi juga ketika individu tersebut dalam status pengangguran.


(13)

D. Pendidikan dan Kemiskinan

Sejak awal kemerdekaan, Bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya penaggulangan kemiskinan karena pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan (Khairil, 2009).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (dalam Ahmad, 2009), persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 2009 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 persen atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak ekonom yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi penduduk miskin.

4. Faktor Penyebabab Kemiskinan

Menurut (Dwi, 2010), kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan keadaan di mana tidak adanya materi yang dapat di gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya kebutuhan akan sandang,pangan.dan papan.

Beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan antara lain:

a. Semakin meningkatnya jumlah penduduk sementara lapangan kerja yang tersedia sangat minim.


(14)

Meledaknya jumlah penduduk yang tidak di imbangi dengan lapangan kerja yang memadai sehingga menciptakan pengagguran, dan dari pengangguran tersebut terciptalah kemiskinan.

b. Tidak meratanya pendidikan.

Pendidikan yang tidak merata terutama di daerah terpencil memberikan peran yang cukup besar dalam menambah angka kemiskinan, pendidikan selama ini lebih mengutamakan di kota-kota besar, sehingga hanya masyarakat kota saja yang memiliki pendidikan yang cukup. Sedangkan masyarakat di pelosok tetap di bayang-bayangi oleh kemiskinan.

c. Banyaknya pejabat yang melakukan tindakan korupsi

Tindakan korupsi yang di lakukan oleh para pejabat yang tidak bertanggung jawab yang hanya memikirkan pribadi tanpa memikirkan orang-oarang yang di rugikan. Jumlah uang yang di korupsi oleh para koruptor sudah tidak terhitung lagi dan telah merugikan Negara. Seharusnya uang tersebut di gunakan untuk biaya megurangi kemiskinan.

5. Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan

Menurut (Ahmad, 2009), bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.

Hampir semua jenjang sekolah Negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena tidak lagi berbicara pada persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk sekolah.

Pada kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah.

Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang memperihatinkan. Sebab, pada Negara yang


(15)

usianya lebih dari 60 tahun, banyak anak bangsanya yang akan menjadi buta huruf dan tertinggal karena kemiskinan dan Negeri ini akan tertinggal karena kualitas sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan Negara-Negara lain.

Dampak kemiskinan terhadap pendidikan sangat besar. jika kemiskinan tidak segera di atasi maka untuk mencapai pendidikan yang bermutu sangat sulit, karena di zaman yang modern seperti sekarang ini persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan sumberdaya yang berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sangat sulit. Bagi masyarakat yang mampu mungkin tidak masalah, karena mereka memiliki cukup materi untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan berbagai jalan salah satunya dengan kursus.

Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk menuntut ilmu. Tetapi karena kemiskinan hak tersebut kemudian terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anak-anak yang rela bekerja untuk membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di gunakan untuk bekerja.

6. Upaya Menanggulangi Kemiskinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan

Sangat sulit untuk untuk memberantas kemiskinan secara utuh,tetapi setidaknya mengurangi angka kemiskinan. Berbagai cara yang di lakukan oleh pemerintah namun pada kenyataanya kemiskinan masih sangat memperihatinkan. Pengembangan dan perbaikan daerah terpencil Pemberian Bantuan Langsung tunai (BLT) yang di tujukan kepada masyarakat yang kurang mampu, dan pendidikan gratis sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun pada kenyataanya berjalan berjalan dengan maksimal.

Perbaikan dan pengembangan kampung misalnya, dana yang seharusnya di gunakan, tetapi justru di selewengkan oleh oknum dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi kepentingan pribadi. Begitupun dengan program BLT dan pengobatan gratis masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan misalnya masyarakat yang seharusnya berhak menerima justru tidak mendapatkan haknya, begitu pun sebaliknya. serta program pendidikan gratis sampai jenjang SMP, pada kenyataannya tetap ada bebagai macam pungutan-pungutan yang memberatkan para orang tua.


(16)

Upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kemiskinan agar mutu pendidikan meningkat antara lain:

a. Menciptakan banyak lapangan pekerjaan

Menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan sumberdaya yang ada di daerah tersebut, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

b. Menyamaratakan pendidikan terutama di daerah-daerah yang terpencil.

Menyamaratakan pendidikan termasuk di derah terpencil yang sulit untuk di jangkau agar mereka juga dapat merasakan pendidikan sehinnga meskipun bermukim di daerah terpencil tetapi tetap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.

c. Memberikan modal usaha bagi masyarakat yang kurang mampu

Salah satu faktor kemiskinan adalah karena tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang di miliki. untuk mengatasinya perlu adanya peminjaman modal bagi masyarakat yang tidak mampu agar mereka memiliki penghasilan, sehinnga sebagian dari penghasilanya dapat disisihkan untuk membiayai pendidikan. Bahkan juga dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan.

d. Memberantas korupsi

Masalah korupsi di Indonesia memang sangat memperihatinkan, bahkan menurut pemberitaan diberbagai media, Indonesia adalah salah satu Negara yang terkorup. Tidak terhitung uang yang di ambil oleh para koruptor demi kebutuhan dan kepentingan pribadi, yang seharusnya uang tersebut di gunakan untuk menanggulangi kemiskinan dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

E. Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Status Sosial seseorang

Pendidikan sebagai sarana penanaman nilai dan karakter masih dipercaya masyarakat sebagai media untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, sebagai jaminan masa depan untuk mencapai kesejahteraan dan masa depan yang gemilang. Dengan harapan yang besar terhadap pendidikan, masyarakat rela berkorban apapun untuk mendapatkan pendidikan bagi anak-anaknya. Sebuah impian masyarakat dengan sebuah cita-cita meningkatkan status sosial dan kehidupan yang layak dimasa depan.


(17)

Pendidikan yang lebih tinggi adalah suatu syarat mutlak bagi mereka yang mencari kesempatan menjadi lapisan atas yang muncul dalam masyarakat ini. Pendidikan bagi sebagian besar orang tua, pendidikan dianggap sebagai alat untuk meraih masa depan yang lebih baik bagi anak – anak mereka. Pendidikan dianggap sebagai sarana paling tepat untuk status sosial ekonomi yang lebih baik bagi anak – anak mereka. Dengan pendidikan yang diperoleh seseorang, orang dapat mempertahankan sekaligus meningkatkan status sosial. Inilah salah satu fungsi laten dari pendidikan. Fungsi laten ialah fungsi dari konsekuensi yang tidak dikehendaki dan tidak diramalkan. Adapun fungsi manifest dari pendidikan yaitu mulai dari membekali anak didik dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan, mencerdaskan bangsa sampai meningkatkan derajat sebuah generasi. Fungsi manifest ialah fungsi yang dinyatakan, dikumandangkan, dan diakui oleh banyak orang.

Pendidikan, secara sosiologis, akan melahirkan suatu lapisan masyarakat terpelajar, yang menjadi fundamen bagi pembentukan formasi sosial baru, yaitu kelas menengah. Dengan pendidikan yang baik, kelas menengah terpelajar ini akan lebih mudah menyuarakan aspirasi publik, bersikap kritis, dan artikulatif. Dimensi sosial pendidikan menegaskan bahwa pendidikan akan meningkatkan mutu kehidupan masyarakat, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

a) Pendidikan akan meningkatkan status sosial individu atau kelompok masyarakat, yang kemudian menjadi instrumen dan kekuatan pendorong proses mobilitas vertikal.

b) Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan individu atau kelompok masyarakat untuk mendapatkan atau memilih jenis-jenis pekerjaan yang lebih baik. Yang akan berimplikasi pada perbaikan dan peningkatan penghasilan sehingga berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan derajat kesejahteraan dan kesehatan.

c) Pendidikan akan membawa dampak langsung terhadap pengurangan kemiskinan apabila derajat kesejahteraan masyarakat kian membaik dan populasi penduduk miskin semakin berkurang.

d) Pendidikan akan membekali individu dengan sejumlah keterampilan sosial seperti kemampuan berkomunikasi, menjalin interaksi sosial, dan membangun relasi harmonis di dalam kehidupan bermasyarakat. Bekal keterampilan sosial akan membuka akses ke dalam


(18)

pergaulan hidup di masyarakat sehingga memungkinkan bagi individu untuk mengembangkan segenap potensi diri.

e) Pendidikan akan membuka berbagai peluang untuk melakukan inovasi dan menyediakan sejumlah pilihan alternatif untuk mengembangkan kreativitas sosial di berbagai bidang kehidupan.

Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Dalam dunia pekerjaan dengan persaingan yang semakin tinggi mendesak permintaan akan spesialis – spesialis berpendidikan tinggi. Disinilah muncul masalah baru sebagai fungsi laten pendidikan. Fungsi laten (negative) pendidikan dalam meningkakan status yaitu adanya praktik ijazah dan gelar akademik aspal. Terdapat beberapa konsekuensi tertentu dari suatu gelar akademik bagi pemakainya.

a) Pertama, gelar akademik seharusnya terkait dengan berbagai persyaratan, proses dan prosedur belajar-mengajar yang sudah dijalaninya selama yang bersangkutan mengikuti pendidikannya.

b) Kedua, penyandang gelar akademik dipandang telah memiliki kompetensi dan wawasan sesuai bidang ilmunya.

c) Ketiga, penyandang gelar akademik mempunyai hak dan kewajiban yang melekat untuk peningkatan kualitas hidupnya maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdiannya yang terkait dengan kompetensinya.

d) Keempat, penyandang gelar akademik ( untuk sarjana, misalnya) akan mengandung nilai-nilai moral dan komitmen yang berhubungan langsung dengan Tuhan, terutama saat yang bersangkutan mengucapkan janji atau ikrar prasetya sarjana.

e) Kelima, gelar akademik seharusnya terkait dengan komitmen pengabdian dan sekaligus menjunjung tinggi dan kehormatan almamater pemberi gelar. Dengan demikian akan terbentuk komunitas almamater yang saling menjaga dan mengusahakan kebanggaan sesama anggota komunitas tersebut.


(19)

Pendidikan rupa – rupanya tidak saja membuat seseorang menjadi atau memperoleh kedudukan dalam lapisan yang lebih tinggi, akan tetapi juga akan memberikan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Kesejahteraan, dalam hal ini dapat memberikan paling sedikit kemungkinan memperoleh kedudukan yang lebih baik, juga mungkin akan memperoleh fasilitas berkawan atau bergaul dengan mereka yang tergolong anggota lapisan yang tinggi.

Clark (1944) dalam bukunya yang berjudul, An Investment in People, menyatakan bahwa, “experiments in law-income communities show cleary that education can be used to help people obtain a higher standard of living through their own efforts”. Hal ini menunjukkanbahwa pendidikan dapat dipergunakan untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri. Signifikansi antara tingkat pendidikan dengan tingkat keadaan ekonomi atau hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi seseorang oleh Clark (1944) tersebut bisa diutarakan sebagai berikut.

a) Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat penghasilannya (tamatan sekolah dasar maksimal antara empat dan lima ribu dolar setahun; tingkat sekolah menengah atas maksimal antara lima dan enam ribu dolar setahun dan tingkat perguruan tinggi maksimal antara delapan dan sembilan ribu dolar setahun).

b) Tamatan sekolah dasar (atau sekolah menengah pertama) akan mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-34 tahun; tamatan sekolah menengah atas akan mendapatkan penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-44 tahun dan tamatan perguruan tinggi akan mendapat hasil maksimal pada usia sekitar 45-54 tahun.

c) Tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada usia tua mendapat hasil yang lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan sekolah menengah atas pada usia tua mendapat hasil yang seimbang dengan hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan perguruan tinggi pada usia tua mendapat hasil yang lebih besar ketika mereka mulai bekerja. Walau demikian tentulah dimaklumi bahwa tidak semua orang mengalami atau memiliki korelasi antara tingkat pendidikan dan penghasilan seperti diatas, penyimpangan tentu ada sebagaimana dalam masalah sosial lainnya.


(20)

(21)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah sebuah hak yang harus dimiliki oleh semua orang. Karena dengan pendidikan, seseorang dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. Pendidikan itu adalah proses dimana seseorang yang tidak tahu mengetahui tentang sesuatu, sehingga ia menjadi tahu dengan pendidikan.

B. Saran

1. Peran pemerintah dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sangat penting. Sehingga, peran pemerintah ini merupakan awal dari terciptanya kesejahteraan masyarakat.

2. Peran orang tua yang memberikan motivasi kepada anak tentang pentingnya pendidikan. Dan bersikap bijaksana kepada anak serta mengarahkan anak agar dapat mensejahterakan orang tua serta dirinya sendiri.


(22)

(23)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

 Wahyudin, Dinn dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Cet 21. Jakarta: Universitas Terbuka

INTERNET

http://wahyunidoang.blogspot.com/2012/09/pengaruh-kemiskinan-terhadap-mutu.html

http://melanieckapoetri.wordpress.com/2012/04/12/pendidikan-kunci-mengubah-status-sosial/

 http://share.pdfonline.com/7bfdce2c0c674b51874fbef6d7af51e5/draft_fix.

htm


(1)

pergaulan hidup di masyarakat sehingga memungkinkan bagi individu untuk mengembangkan segenap potensi diri.

e) Pendidikan akan membuka berbagai peluang untuk melakukan inovasi dan menyediakan sejumlah pilihan alternatif untuk mengembangkan kreativitas sosial di berbagai bidang kehidupan.

Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Dalam dunia pekerjaan dengan persaingan yang semakin tinggi mendesak permintaan akan spesialis – spesialis berpendidikan tinggi. Disinilah muncul masalah baru sebagai fungsi laten pendidikan. Fungsi laten (negative) pendidikan dalam meningkakan status yaitu adanya praktik ijazah dan gelar akademik aspal. Terdapat beberapa konsekuensi tertentu dari suatu gelar akademik bagi pemakainya.

a) Pertama, gelar akademik seharusnya terkait dengan berbagai persyaratan, proses dan prosedur belajar-mengajar yang sudah dijalaninya selama yang bersangkutan mengikuti pendidikannya.

b) Kedua, penyandang gelar akademik dipandang telah memiliki kompetensi dan wawasan sesuai bidang ilmunya.

c) Ketiga, penyandang gelar akademik mempunyai hak dan kewajiban yang melekat untuk peningkatan kualitas hidupnya maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdiannya yang terkait dengan kompetensinya.

d) Keempat, penyandang gelar akademik ( untuk sarjana, misalnya) akan mengandung nilai-nilai moral dan komitmen yang berhubungan langsung dengan Tuhan, terutama saat yang bersangkutan mengucapkan janji atau ikrar prasetya sarjana.

e) Kelima, gelar akademik seharusnya terkait dengan komitmen pengabdian dan sekaligus menjunjung tinggi dan kehormatan almamater pemberi gelar. Dengan demikian akan terbentuk komunitas almamater yang saling menjaga dan mengusahakan kebanggaan sesama anggota komunitas tersebut.


(2)

Pendidikan rupa – rupanya tidak saja membuat seseorang menjadi atau memperoleh kedudukan dalam lapisan yang lebih tinggi, akan tetapi juga akan memberikan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Kesejahteraan, dalam hal ini dapat memberikan paling sedikit kemungkinan memperoleh kedudukan yang lebih baik, juga mungkin akan memperoleh fasilitas berkawan atau bergaul dengan mereka yang tergolong anggota lapisan yang tinggi.

Clark (1944) dalam bukunya yang berjudul, An Investment in People, menyatakan bahwa, “experiments in law-income communities show cleary that education can be used to help people obtain a higher standard of living through their own efforts”. Hal ini menunjukkanbahwa pendidikan dapat dipergunakan untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri. Signifikansi antara tingkat pendidikan dengan tingkat keadaan ekonomi atau hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi seseorang oleh Clark (1944) tersebut bisa diutarakan sebagai berikut.

a) Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat penghasilannya (tamatan sekolah dasar maksimal antara empat dan lima ribu dolar setahun; tingkat sekolah menengah atas maksimal antara lima dan enam ribu dolar setahun dan tingkat perguruan tinggi maksimal antara delapan dan sembilan ribu dolar setahun).

b) Tamatan sekolah dasar (atau sekolah menengah pertama) akan mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-34 tahun; tamatan sekolah menengah atas akan mendapatkan penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-44 tahun dan tamatan perguruan tinggi akan mendapat hasil maksimal pada usia sekitar 45-54 tahun.

c) Tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada usia tua mendapat hasil yang lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan sekolah menengah atas pada usia tua mendapat hasil yang seimbang dengan hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan perguruan tinggi pada usia tua mendapat hasil yang lebih besar ketika mereka mulai bekerja. Walau demikian tentulah dimaklumi bahwa tidak semua orang mengalami atau memiliki korelasi antara tingkat pendidikan dan penghasilan seperti diatas, penyimpangan tentu ada sebagaimana dalam masalah sosial lainnya.


(3)

(4)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah sebuah hak yang harus dimiliki oleh semua orang. Karena dengan pendidikan, seseorang dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. Pendidikan itu adalah proses dimana seseorang yang tidak tahu mengetahui tentang sesuatu, sehingga ia menjadi tahu dengan pendidikan.

B. Saran

1. Peran pemerintah dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sangat penting. Sehingga, peran pemerintah ini merupakan awal dari terciptanya kesejahteraan masyarakat.

2. Peran orang tua yang memberikan motivasi kepada anak tentang pentingnya pendidikan. Dan bersikap bijaksana kepada anak serta mengarahkan anak agar dapat mensejahterakan orang tua serta dirinya sendiri.


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

 Wahyudin, Dinn dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Cet 21. Jakarta: Universitas Terbuka

INTERNET

 http://wahyunidoang.blogspot.com/2012/09/pengaruh-kemiskinan-terhadap-mutu.html

http://melanieckapoetri.wordpress.com/2012/04/12/pendidikan-kunci-mengubah-status-sosial/

 http://share.pdfonline.com/7bfdce2c0c674b51874fbef6d7af51e5/draft_fix. htm

 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan