KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG (Canna edulis Ker )

(1)

commit to user

i

KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN

PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG

(Canna edulis Ker.)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

MELINDA ROSA PUSPITASARI H 0106017

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN

PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG

(Canna edulis Ker.)

yang dipersiapkan dan disusun oleh Melinda Rosa Puspitasari

H 0106017

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti. MP. NIP. 19591205 198503 2 001

Anggota I

Ir. Sri Nyoto, MS. NIP. 19570803 198503 1 001

Anggota II

Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi. NIP. 19700609 199402 2 001

Surakarta, Juli 2011 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS. NIP. 19560225 198601 1 001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Kajian Populasi Tanaman dan Penggunaan Pupuk

Kandang pada Pertumbuhan dan Hasil Ganyong (Canna edulis Ker.) ini dengan

baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Ketua Jurusan Agronomi.

3. Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku Sekretaris Jurusan sekaligus Ketua Komisi

Sarjana Agronomi

4. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan arahan, bimbingan serta masukan kepada penulis baik selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

5. Ir. Sri Nyoto, MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi selaku Dosen Pembahas yang telah

memberikan evaluasi, masukan serta saran dalam skripsi ini.

7. Ir. Amalia Tetrani Sakya, MS, MPhil selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan nasihat, bimbingan dan motivasi yang tinggi baik saat kuliah hingga penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf dosen dan karyawan Jurusan Agronomi dan Fakultas Pertanian yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian dalam skripsi ini.


(4)

commit to user

iv

9. Keluarga yang tersayang : bapak, ibu, kakak yang selalu mendukung dan mendoakan penulis hingga dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

10.Orang yang tersayang mas Leo yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

11.Keluarga Mbah Mul yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di lahan.

12.Teman-teman penulis: Desi, Bayu, Fandi, Nasrudin, yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima Kasih teman.

13.Teman-teman Hellowen yang telah memberikan dukungan dan motivasi

dalam penyusunan skripsi ini.

14.Teman-teman seperjuangan Agronomi angkatan 2006 fakultas pertanian.

Terima kasih untuk semuanya.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.) ... 4

B. Pupuk... 7

C. Jarak Tanam... 8

D. Hipotesis... 9

III. METODE PENELITIAN... 10

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 10

B. Bahan dan Alat Penelitian... 10

C. Cara Kerja Penelitian ... 10

1. Rancangan Penelitian... 10

2. Pelaksanaan Penelitian... 11

3. Variabel Pengamatan ... 14

4. Analisis Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16


(6)

commit to user

vi

B. Pembahasan ... 18

1. Tinggi Tanaman ... 19

2. Jumlah Daun ... 21

3. Jumlah Anakan... 22

4. Jumlah Daun Anakan ... 24

5. Saat Muncul Bunga ... 25

6. Berat Kering Brangkasan ... 26

7. Berat Segar Umbi... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 30

A. Kesimpulan ... 30

B. Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(7)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Histogram Tinggi Tanaman Ganyong... 19

2. Histogram Jumlah Daun Tanaman Ganyong... 21

3. Histogram Jumlah Anakan Tanaman Ganyong... 23

4. Histogram Jumlah Daun Anakan Tanaman Ganyong... 24

5. Histogram Saat Muncul Bunga Tanaman Ganyong... 25

6. Histogram Berat Kering Brangkasan Tanaman Ganyong... 26


(8)

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Analisis Tinggi Tanaman ... 34

2. Analisis Jumlah Daun per Rumpun ... 35

3. Analisis Jumlah Daun Anakan... 36

4. Analisis Jumlah Anakan per Rumpun... 37

5. Analisis Saat Muncul Bunga (HST)... 38

6. Analisis Berat Kering Brangkasan per Rumpun Sampel ... 39

7. Analisis Berat Segar Umbi per Rumpun Sampel... 40

8. Denah Penelitian ... 41

9. Dokumentasi Penelitian ... 42


(9)

commit to user

ix

KAJIAN POPULASI TANAMAN DAN PENGGUNAAN

PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL GANYONG

(Canna edulis Ker.)

Melinda Rosa Puspitasari H0106017

RINGKASAN

Ganyong merupakan salah satu bahan pangan bukan beras yang bergizi cukup tinggi, terutama karena kandungan karbohidrat. Dalam kadar karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sebesar 32-35 % umbi ganyong merupakan sumber tepung pati, dengan kadar pati sebesar 83, 8% sehingga dapat berfungsi sebagai bahan baku etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi tanaman yang paling efektif dalam meningkatkan hasil ganyong, mengetahui macam pupuk kandang yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil ganyong, serta mengetahui respon tanaman ganyong terhadap kombinasi populasi tanaman dan penggunaan pupuk kandang.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011 yang bertempat di Desa Papahan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 140 meter di atas permukaan laut, curah hujan 2500 mm/th,

suhu 270C, dan kelembaban udara 75 %. Penelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang disusun secara faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah populasi tanaman, yang terdiri dari 3 taraf : jarak tanam 60 x 60 cm, 75 x 75 cm, dan 90 x 90 cm, masing-masing petak

luasnya 16 m2. Faktor kedua adalah jenis pupuk kandang, yang terdiri dari 3 taraf

: pupuk kandang ayam, kambing, dan sapi. Dosis masing-masing pupuk kandang yang diberikan sebesar 25 ton/ha setara dengan 40 kg/petak. Sehingga dari rancangan tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang masing-masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun anakan, jumlah anakan per rumpun, saat muncul bunga, berat brangkasan kering, dan berat rimpang. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji keragaman (Uji F) dengan taraf 5%. Jika perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diukur maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah populasi 36 tanaman/petak memberikan hasil yang tinggi terhadap beberapa variabel yang diamati bila dibandingkan dengan jumlah populasi yang lain, meliputi tinggi tanaman (74,41 cm); jumlah daun (7,93); jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (5,78); dan berat segar umbi (160,10 g). Penggunaan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang baik terhadap beberapa variabel yang diamati, meliputi jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (6,37); berat kering brangkasan (44,88); dan berat segar umbi (170,00). Tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan macam pupuk kandang terhadap semua variabel penelitian.


(10)

commit to user

x

STUDY OF PLANT POPULATIONS AND USE OF DUNG ON GROWTH AND RESULTS OF GANYONG

(Canna edulis Ker.)

Melinda Rosa Puspitasari H0106017

SUMMARY

Ganyong is one of the nutritious non-rice meals, mainly due to carbohydrate content. Containing high carbohydrate level that is equal to 32-35%, ganyong tuber are a source of starch flour. The starch content is about 83.8 %,

thus ganyongcan serve as feedstock for ethanol. This study aims to determine the

most effective plant population in ways of improving ganyong outcomes, to know the best kind of dung for the growth and yield of ganyong, and to know the response of the plants to a combination of plant populations and the use of manure.

The research had been conducted since October 2010 to February 2011 in the Papahan Village, Tasikmadu District, Karanganyar Regency, which has 140

meters above sea level of height, 2500 mm / yr of rainfall, 270 C temperature, and

75% of humidity. This study use Randomized Completely Block Design (RAKL), arranged in factorial which consist of two factors. The first factor is the population of plants, consisting of three standards: spacing of 60 x 60 cm, 75 x 75 cm and 90

x 90 cm, each plot size 16 m2. The second factor is the type of dung, which

consists of three standards: chicken, goat, and cattle dung. Each dose of used dung is 25 ton/ha equivalent to 40 kg/ plot. So it obtains nine treatment combinations, and each combination was be repeated 3 times. Research variables include plant height, leaves number, number of leaf tillers, number of tillers per hill, time of

flower appearing, weight of dried plants, and weight of rhizomes. Observation

data were analyzed with variousity test which level is 5% F test. If the treatment influence significantly to the measured variables, the analysis will be followed by

Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) at level of 5%.

Results showed that the population of 36 plants/ plot give better yields on several observed variables than other population, including plant height (74.41), leaf number (7.93), number of tillers (1.89), leaf number of tillers (5.78), and weight of fresh tuber(160.10 g). Meanwhile, the use of chicken dung give good results against some of the observed variables, including number of tillers (1.89), leaf number of tillers (6.37), weight of dried plants (44.88), and weight of fresh gingers (170.00). There is no interaction between plant spacing and range of manure on all variables of the study.


(11)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia ada banyak jenis tanaman umbi-umbian. Beberapa diantaranya telah dibudidayakan dengan baik, seperti singkong dan ubi jalar. Meskipun demikian, masih banyak spesies yang belum dibudidayakan secara

intensif, seperti ganyong (Canna edulis Ker.). Ganyong merupakan salah satu

bahan pangan bukan beras yang bergizi cukup tinggi, terutama karena kandungan karbohidrat yaitu sebesar 32-35 %. Dengan kadar karbohidrat yang cukup tinggi tersebut, umbi ganyong mempunyai kadar pati sebesar 83,8%. Hal ini menjadikan ganyong sebagai sumber tepung pati yang cukup tinggi, sehingga selain sebagai salah satu bahan pangan, ganyong juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol.

Bioetanol adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme dan dilanjutkan dengan proses distilasi. Oleh karena itu, upaya meningkatkan produksi ganyong dilakukan sebagai usaha untuk menambah sumber karbohidrat sebagai bahan baku bioetanol selain jarak pagar, singkong, ubi jalar, sorgum dll. Sehingga, perhatian terhadap teknik budidaya ganyong yang baik, dilakukan sebagai usaha peningkatan bahan baku bioetanol.

Beberapa aspek budidaya ganyong yang harus diperhatikan adalah tempat tumbuh (suhu, kelambaban, curah hujan, dan tanah), pemilihan bibit,

pengolahan tanah, jarak tanam dan pemeliharaan (penyiangan,

pembumbunan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit) dan yang terakhir adalah pemanenan. Umur panen yang tepat adalah pada umur 6-8 bulan setelah tanam. Pengaturan jarak tanam dilakukan untuk mengatasi persaingan antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Pengaturan jarak tanaman biasanya tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam.


(12)

commit to user

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek populasi tanaman yang berkaitan dengan seberapa jauh kemampuan tanaman ganyong dalam mengendalikan kompetisi perebutan hara, air, dan cahaya. Selain itu, penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang juga turut menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman ini, karena pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik. Kandungan unsur makro pada pupuk kandang sangat bervariasi, misalnya unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Oleh karena itu, pupuk kandang berfungsi untuk memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan pH tanah, dan menambah unsur hara makro dan mikro.

Berdasar uraian tersebut, pengaturan jarak tanam dan penggunaan pupuk kandang merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan hasil umbi ganyong, sehingga perlu diketahui secara pasti peranan masing-masing faktor dalam mempengaruhi pertumbuhan. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui macam pupuk kandang dan jarak tanam yang tepat yang pada akhirnya akan diperoleh hasil rimpang ganyong yang lebih maksimal.

B. Perumusan Masalah

1. Belum diketahui tingkat populasi tanaman yang memberikan hasil terbaik

pada pertumbuhan dan hasil ganyong.

2. Belum diketahui macam pupuk kandang yang dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil ganyong.

3. Belum diketahui ada atau tidak interaksi antara kombinasi perlakuan

tingkat populasi dan macam pupuk kandang pada pertumbuhan dan hasil ganyong.


(13)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui populasi tanaman yang paling efektif dalam meningkatkan

hasil ganyong.

2. Mengetahui macam pupuk kandang yang terbaik untuk pertumbuhan dan

hasil ganyong.

3. Mengetahui respon tanaman ganyong terhadap kombinasi populasi


(14)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.)

- Taksonomi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingeberales

Famili : Cannaceae

Genus : Canna

Spesies : Canna edulis Ker.

- Nama Daerah

C. edulis umum dikenal dengan nama ganyong. Selain disebut ganyong, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah yaitu ubi pikul (Sumatra Utara), ganyong (Sunda), senitra (Jawa), banyur (Madura) (Balai Kliring Keanekaragaman Hayati, 2009).

- Habitat Ganyong

Ganyong dapat tumbuh baik di berbagai iklim, dengan penyebaran curah hujan tahunan 1000-1200 mm. Namun ganyong cenderung tumbuh pada daerah yang kering, tetapi bertoleransi pada tempat-tempat basah (bukan tempat yang tergenang air), juga sangat bertoleransi terhadap naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10°C, tetapi juga dapat hidup pada suhu tinggi (30-32°C) dan bertoleransi pada kondisi sedikit beku. Ganyong tumbuh mulai dari pantai sampai pada ketinggian 1000-2900 m dpl, dan tumbuh dengan subur pada banyak tipe tanah, termasuk daerah-daerah marginal (misal tanah latosol asam); tetapi lebih menyukai tanah liat berpasir


(15)

commit to user

dalam, kaya akan humus serta bertoleransi pada kisaran pH 4.5-8.0 (Flach dan Rumawas, 1996). Imai dkk., (1993) menambahkan ganyong merupakan tanaman yang efisien dalam penggunaan medium fotosintesis dan toleran terhadap penaungan.

- Daerah Asal dan Persebaran

Ganyong merupakan tanaman asli yang berasal dari Amerika tropis, tepatnya berasal dari Amerika Selatan. Pada perkembangannya, tanaman ini telah dibudidayakan tidak hanya di Amerika, tetapi juga di beberapa daerah tropis termasuk Asia Tenggara (Flach dan Rumawas, 1996). Di Indonesia, ganyong dibudidayakan di berbagai daerah yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Jambi, Lampung dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku, tanaman ini belum dibudidayakan dan masih merupakan tumbuhan liar di pekarangan dan di pinggir-pinggir hutan (Nuryadin, 2008).

- Morfologi dan Ekologi

1. Umbi Ganyong

Umbi bercabang horizontal, panjang dapat mencapai 60 cm, dengan buku-buku yang berdaging menyerupai umbi, tertutup dengan sisik daun, dan serabut akar yang tebal (Flach dan Rumawas, 1996).

2. Daun

Tanaman ganyong berdaun lebar dengan bentuk elips memanjang dan bagian pangkal dan ujung runcing. Panjang daun 40 - 70 cm, sedangkan lebar 20 - 40 cm. Warna daun beragam dari hijau muda sampai hijau tua. Kadang-kadang bergaris ungu atau secara keseluruhan berwarna ungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu dan hijau (Flach dan Rumawas, 1996).

3. Bunga

Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanya sederhana tetapi kadang-kadang bercabang, muncul tunggal atau berpasangan, tidak


(16)

commit to user

teratur, bunga biseksual. Kelopak bulat telur, mahkota berbentuk pita, berwarna merah pucat sampai kuning, bibir bunga lonjong - bulat telur sempit, berbintik kuning dengan merah (Flach dan Rumawas, 1996). 4. Buah dan Biji

Buah kotak kerapkali tidak tumbuh sempurna, bulat memanjang lebar, panjang kurang lebih 3 cm, tertutup papila. Biji 5 atau kurang per ruang (Steenis, 2008).

Morfologi ganyong tampak pada gambar di bawah ini.

(b) (c)

(a)

(a) habitus; (b) buah; (c) umbi ganyong (Gepts, 2010; Gonzales, 2007; Amstrong, 2000)

- Jenis (Spesies) Ganyong

Di alam terdapat dua jenis (spesies) ganyong yaitu Ganyong Putih dan ganyong Merah. Perbedaan yang dapat diamati secara visual adalah sebagai berikut :

1. Ganyong Putih

Tumbuhan ganyong putih mempunyai ciri-ciri batang dan daun bewarna hijau, serta kulit rimpang bewarna keputih-putihan.

2. Ganyong Merah

Tumbuhan ganyong merah mempunyai ciri-ciri daun berwarna hijau kemerah-merahan, urat-urat daun merah keungu-unguan, batang berwarna merah gelap dan kulit rimpang putih kemerah-merahan.


(17)

commit to user

B. Pupuk

Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku organik ini dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti : kotoran ternak, sampah rumah tangga non sintetis, limbah-limbah makanan/minuman, dan lain-lain. Biasanya untuk membuat pupuk organik ini, ditambahkan larutan mikroorganisme yang membantu mempercepat proses pendegradasian (Prihandarini, 2004). Pupuk organik bersifat pemisah dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman.

Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah terdekomposisi seperti kompos (Ariyanto, 2007).

Keunggulan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk buatan (anorganik) adalah diantaranya: memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan pH tanah, menambah unsur hara makro maupun mikro, meningkatkan keberadaan jasad-jasad renik dalam tanah, dan tidak menimbulkan polusi lingkungan. Sedangkan kelemahannya adalah : jumlah pupuk yang diberikan lebih banyak dari pada pupuk anorganik, serta direspon lambat oleh tanaman.

Salah satu jenis pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang yang menggunakan sumber bahan organik dari kotoran ternak seperti sapi, kambing, dan ayam. Pupuk kandang sapi merupakan bahan organik yang secara spesifik berperan meningkatkan ketersedian fosfor dan unsur-unsur mikro, mengurangi pengaruh buruk dari alumunium,


(18)

commit to user

menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman dengan kanopi lebat dimana sirkulasi udara terbatas. Kotoran sapi banyak mengandung hara yang dibutuhkan tanaman seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, Belerang dan Boron (Sudarkoco, 1992).

Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsetrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah

unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati et al., 2005).

Sedangkan menurut Sustika (2005), kadar hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya. Namun kondisi ini dapat tercapai apabila pupuk kandang kambing dikomposkan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya masih di atas 30 sementara pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N < 20.

C. Jarak Tanam

Jarak tanam yang digunakan untuk bertanam ganyong sangat tergantung pada jenis dan keadaan tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian. Jenis tanah sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman dan umbi. Pada tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya. Jika yang tersedia adalah lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau alang-alang, maka sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar lagi yaitu 135 cm x 180 cm, sedang untuk tanah liat berat di gunakan jarak tanam 120 cm x 120 cm.


(19)

commit to user

Di tanah-tanah pegunungan yang biasanya tanah miring dan sudah dikerjakan menjadi teras-teras, ini sangat menguntungkan, karena selain hasil lahan akan bertambah juga dapat memperkuat teras-teras tersebut. Jarak tanam yang digunakan dalam hal ini adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras. Lain lagi halnya di Peru, di daerah ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 – 100 cm antara tanaman dan 100 - 150 cm antara barisan. (Nuryadin,2008)

Selain itu, menurut Sarief (1989) penentuan jarak tanam juga tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya agak rendah perlu ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan. Pada tanah yang tandus atau varietas yang batangnya tidak bercabang, lebih sesuai digunakan dengan jarak tanam yang agak rapat. Pertanaman pada musim kemarau yang diperkirakan akan kekurangan air, perlu ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat.

D. Hipotesis

1. Penggunaan jarak tanam 75 x 75 cm diduga memberikan hasil terbaik

terhadap pertumbuhan dan hasil ganyong.

2. Penggunaan pupuk kandang sapi diduga memberikan pengaruh terbaik

terhadap pertumbuhan dan hasil ganyong.

3. Kombinasi perlakuan antara jarak tanam 75 x 75 cm dan penggunaan

pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil ganyong.


(20)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 sampai selesai yang bertempat di Desa Papahan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 140 m diatas permukaan laut, curah hujan

rata-rata yaitu 2500 mm/th, suhu 270C, dan kelembaban udara 75 %.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umbi ganyong (Canna edulis Ker) serta macam pupuk kandang (ayam, kambing dan sapi).

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, patok sampel, tali rafia, meteran, alat tulis, timbangan analitik, oven dan lain-lain.

C. Cara Kerja Penelitian Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL), yang disusun secara faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah populasi tanaman, yang terdiri dari 3 taraf : jarak tanam 60 x 60 cm, jarak tanam 75 x 75 cm, dan jarak tanam 90 x 90 cm,

masing-masing petak luasnya 16 m2. Faktor kedua adalah jenis pupuk kandang,

yang terdiri dari 3 taraf : pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang sapi. Dosis masing-masing pupuk kandang yang diberikan sebesar 25 ton/ha setara dengan 40 kg/petak. Sehingga dari rancangan tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang masing-masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali.


(21)

commit to user

a. Faktor pertama adalah populasi tanaman, yang terdiri dari 3 taraf :

- J1 = Jarak tanam 60 x 60 cm (36 tanaman/petak)

- J2 = Jarak tanam 75 x 75 cm (25 tanaman/petak)

- J3 = Jarak tanam 90 x 90 cm (16 tanaman/petak)

b. Faktor kedua adalah jenis pupuk kandang, yang terdiri dari 3 taraf :

- P1 = Pupuk kandang ayam (25 ton/ha)

- P2 = Pupuk kandang kambing (25 ton/ha)

- P3 = Pupuk kandang sapi (25 ton/ha)

Adapun 9 kombinasi perlakuan tersebut adalah :

1) J1 P1 = Jarak tanam 60 x 60 cm + Pupuk kandang ayam

2) J1 P2 = Jarak tanam 60 x 60 cm + Pupuk kandang kambing

3) J1 P3 = Jarak tanam 60 x 60 cm + Pupuk kandang sapi

4) J2 P1 = Jarak tanam 75 x 75 cm + Pupuk kandang ayam

5) J2 P2 = Jarak tanam 75 x 75 cm + Pupuk kandang kambing

6) J2 P3 = Jarak tanam 75 x 75 cm + Pupuk kandang sapi

7) J3 P1 = Jarak tanam 90 x 90 cm + Pupuk kandang ayam

8) J3 P2 = Jarak tanam 90 x 90 cm + Pupuk kandang kambing

9) J3 P3 = Jarak tanam 90 x 90 cm + Pupuk kandang sapi

Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan Bahan Tanaman (Bibit)

Tanaman ganyong dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti, dimana jumlah biji relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara vegetatif dengan rimpang dan anakan. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk rimpang,

sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4

10 %. Kebutuhan bibit per petak tergantung pada jarak tanam. Cara penyiapan bibit ganyong adalah sebagai berikut :


(22)

commit to user

1. Bibit berasal dari rimpang

- Tanaman atau rumpun induk berumur cukup tua ± 10 – 15

bulan.

- Tumbuh sehat, subur, dan normal.

- Telah membentuk akar tongkat (bonggol) dan tunas rimpang.

2. Bibit berasal dari anakan

- Berumur cukup tua ± 10 – 15 bulan.

- Beranak cukup banyak.

- Pertumbuhan tanaman sehat dan normal.

Persiapan Lahan

Lahan untuk kebun ganyong sebaiknya terlebih dahulu diolah dengan baik agar pertumbuhan tanaman dan produksi rimpang optimal. Mula-mula tanah dicangkul sedalam 30 cm, agar tanah terbalik sehingga dapat menciptakan kondisi tanah yang memiliki aerase dan draenase yang baik. Selanjutnya tanah dicangkul lagi kemudian dibuat guludan-guludan atau bedengan untuk penanaman ganyong. Setelah itu dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang sapi, kambing dan ayam sesuai dengan kombinasi perlaakuan. Cara pemupukan adalah dengan menaburkan pupuk yang akan ditanami tanaman ganyong, kemudian dicampur dengan tanah dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan disirami dan didiamkan agar pupuk kandang bisa tercampur baik dengan tanah. Penanaman

Setelah lahan siap, dibuat lubang tanam pada

bedengan yang tersedia dengan cangkul sedalam 12,5

– 15 cm dibuat secara lajur atau berbaris, sedangkan

jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan jarak

tanam pada kombinasi perlakuan. Bibit yang ditanam

secara langsung pada lahan berupa rimpang ganyong.

Rimpang ganyong yang digunakan adalah berupa

rimpang yang sudah terlihat mata tunasnya.


(23)

commit to user

rimpang yang sudah tumbuh tunas diletakkan dibagian

atas permukaan tanah. Cara menanam bibit ganyong

yang baik meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pilih bibit yang baik, yaitu bibit asal rimpang atau anakan.

2. Tanam bibit satu persatu ke dalam lubang tanam dengan letak

tunas menghadap ke atas.

3. Tutup (timbun) bibit dengan tanah setebal 12,5 cm – 15 cm sambil

merapikan guludan. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman ganyong meliputi beberapa kegiatan pokok, diantaranya adalah :

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari pada awal penanaman, karena pada saat awal penanaman tanaman membutuhkan cakupan air untuk pertumbuhan. Setelah tanaman berumur sekitar 4 bulan, penyiraman atau pemberian air dilakukan seperlunya, karena jika jumlah air terlalu banyak rimpang akan menjadi busuk.

2. Penyiangan

Kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma perlu sekali diperhatikan, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Karena pada masa ini bibit yang mulai bertunas banyak memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama untuk memperbanyak akar. Apabila banyak gulma yang tumbuh, tentu saja sejumlah unsur-unsur hara tersebut digunakan oleh gulma, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda akan terhambat.

Cara penyiangan adalah dengan membersihkan rumput liar. Alat bantu menyiang dapat berupa cangkul. Bersama-sama penyiangan dilakukan penggemburan tanah dan pengguludan.


(24)

commit to user

3. Penggemburan tanah dan Pembumbunan

Penggemburan dan pembumbunan tanah bertujuan untuk memudahkan pembentukan tunas-tunas baru dan rimpang secara produktif, sehingga hasil panen maksimum. Tanah di sekeliling rumpun ganyong di gemburkan dengan cangkul, kemudian ditimbunkan pada bidang pangkal batang tanaman ganyong, sehingga membentuk guludan.

Panen

Tanaman dipanen pada saat biji telah mencapai masak fisiologis, yaitu ditandai dengan hilangnya cairan dan berganti tepung saat biji dihancurkan dengan jari. Selain itu, tanaman ganyong yang siap di panen ditandai dengan mengeringnya batang dan daun-daun tanaman. Cara pemanenan bisa dilakukan dengan cara pencabutan apabila batang tanaman ganyong belum rapuh, bila telah rapuh dapat dengan cara mencongkelnya dengan tongkat besi, kayu atau sejenisnya.

Variabel Pengamatan

a. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada interval 1 minggu sekali pada tanaman sampel, dimulai dari saat tanaman barumur 1 bulan setelah tanam sampai akhir pertumbuhan fase vegetatif. Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai dengan bagian tertinggi tanaman, dengan cara menguncupkan daun.

b. Jumlah Daun per Rumpun

Pengamatan jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan pengamatan setiap interval 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun yang sudah membuka penuh dari setiap tanaman sampel.


(25)

commit to user

Pengamatan jumlah anakan per rumpun dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan pengamatan setiap interval 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung banyaknya jumlah anakan yang muncul pada setiap tanaman sampel.

d. Jumlah Daun Anakan

Pengamatan jumlah daun anakan dilakukan setelah tanaman ganyong berumur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan pengamatan setiap interval 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung banyaknya daun yang tumbuh pada setiap anakan tanaman sampel.

e. Saat Muncul Bunga (HST)

Pengamatan saat muncul bunga dilakukan dengan mencatat umur tanaman pada saat memunculkan bunga pertama sejak dari awal tanam.

f. Beran Kering Brangkasan per Rumpun Sampel (g)

Berat kering brangkasan diukur setelah panen dengan menimbang tajuk dan batang tanaman, setelah tanaman dikeringkan

dengan cara menjemur atau dioven pada suhu 80oC. pengukuran berat

brangkasan kering diukur setelah berat brangkasan mencapai keadaan konstan.

g. Berat Segar Umbi per Rumpun (g)

Berat umbi di lakukan pada saat setelah panen dengan menimbang berat semua rimpang.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau penelitian ini dianalisis dengan uji keragaman (Uji F) dengan taraf 5%. Jika perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diukur maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.


(26)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat, maka sudah sepatutnya untuk dikembangkan. Pada budidaya ganyong yang harus diperhatikan adalah tempat tumbuh (suhu, kelembaban, curah hujan, dan tanah), penyiapan bahan tanaman (bibit), persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman (penyiraman, penyiangan, penggemburan tanah dan pembumbunan), dan panen. Penelitian ini menggunakan perlakuan jarak tanam (60x60 cm, 75x75 cm, 90x90 cm) dan macam pupuk kandang (ayam, kambing, sapi). Adapun pengamatan yang di lakukan pada penelitian meliputi variabel tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah daun anakan, jumlah anakan per rumpun, saat muncul bunga, berat kering brangkasan, dan berat segar umbi.

Pertumbuhan tanaman merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran menjadi semakin besar serta menentukan hasil tanaman. Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan yang mudah diamati (Sitompul dan Guritno, 1995), dan pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Pertambahan ukuran (volume) dan sel pada batang yang merupakan hasil perbesaran ke satu arah yaitu ke arah memanjangnya, sehingga tanaman bertambah tinggi dan besar (Salisbury dan Ross, 1995).

Begitu juga pada pertumbuhan daun, salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai

penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Gardner (1991)

menambahkan, organ tanaman yang utama dan yang menyerap radiasi matahari ialah daun. Untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman budidaya yang maksimum harus terdapat cukup banyak daun dalam tajuk untuk menyerap sebagian besar radiasi matahari yang jatuh ke atas tajuk tanaman. Sehingga semakin banyak jumlah tangkai daun maka jumlah daun yang


(27)

commit to user

melakukan proses fotosintesis akan semakin bertambah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Daun dianggap sebagai organ fotosintat utama, sehingga pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

Tanaman ganyong memiliki bunga yang hampir mirip dengan tanaman ganyong hias yang sering disebut dengan bunga kana. Bunga ganyong tumbuh dari ujung batang, tersusun dalam tangkai yang panjang, dan berbentuk seperti terompet. Rukmana (2004) menyatakan bunga ganyong termasuk bunga

sempurna (hermaphrodite), tetapi kadang-kadang benang sari tidak

mempunyai kepala sari (anthera), sehingga benang sari mandul, dan bila terjadi penyerbukan bunga akan dihasilkan buah. Penelitian ini juga mengamati saat muncul bunga pada tanaman ganyong, yang pada dasarnya muncul bunga merupakan saat dimulainya fase generatif pada suatu tanaman.

Variabel pengamatan yang lain pada penelitian yaitu berat kering brangkasan dan berat segar rimpang. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik, sehingga variabel berat kering tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif dibandingkan yang lain. Sitompul dan Guritno (1995) menyebutkan bahwa untuk menghilangkan semua kandungan air bahan, pengeringan dilakukan pada suhu yang relatif tinggi dan dalam jangka waktu tertentu sampai berat kering konstan. Sedangkan rimpang merupakan batang beserta daunya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru, atau rimpang juga dapat diartikan sebagai alat perkembangbiakan dan merupakan tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

Berdasarkan analisis ragam yang telah dilakukan (Lampiran 1.c, 2.c, 3.c, 4.c, 5.c, 6.c, 7.c), perlakuan jarak tanam dan macam pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel pengamatan pada tanaman ganyong, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah


(28)

commit to user

anakan, jumlah daun anakan per rumpun, saat muncul bunga, berat kering brangkasan, dan berat segar umbi. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan perlakuan macam pupuk kandang. Hal ini berarti perlakuan jarak tanam dengan menggunakan jarak tanam berapapun dan penggunaan macam pupuk kandang apapun, tidak memberikan pengaruh. Baik pada lahan yang diberi pupuk kandang ayam, kambing, maupun sapi, serta ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, 75 x 75 cm, maupun 90 x 90 cm, tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap semua variabel pengamatan pada tanaman ganyong. Diduga ini terjadi karena pupuk kandang yang diberikan belum dapat terserap sepenuhnya oleh tanaman ganyong karena pupuk kandang sebagai salah satu jenis pupuk organik, mempunyai kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak.

Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah pemberian dosis pupuk kandang yang masih kurang sehingga ketersediaan unsur N, P dan K masih kurang untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen yang terdapat pada pupuk diubah dalam bentuk protein, persenyawaan amonium dan amoniak, sebagian lagi langsung tersedia untuk diserap oleh tanaman dan sisanya tersedia secara berangsur-angsur sebagai akibat proses penguraian mikrobiologis dari protein (Rinsema, 1983). Salah satu unsur mikro yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah natrium (Na). Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat curah hujan yang tinggi sehingga kandungan unsur hara yang ada dalam tanah akan mudah larut oleh air. Hal ini menyebabkan kandungan unsur hara yang diserap oleh tanaman relatif rendah sehingga pertumbuhan tanaman ganyong tidak dapat optimal. Selain itu, pupuk kandang juga mempunyai kelemahan lebih lambat direspon oleh tanaman dibanding pupuk anorganik.

B. Pembahasan

Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, kombinasi perlakuan yang diberikan pada obyek penelitian, dalam hal ini tanaman ganyong, tidak memberikan pengaruh yang nyata. Namun, dari data-data pengamatan yang


(29)

commit to user

telah dikumpulkan dapat diketahui kecenderungan-kecenderungan

penggunaan pupuk kandang tertentu, serta penggunaan jarak tanam tertentu, yang memberi paling bagus terhadap masing-masing variabel pengamatan, meskipun hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan tidak memperhatikan kombinasi perlakuan, jarak tanam dan macam pupuk kandang, dan menganggap data tersebut bisa mewakili masing-masing perlakuan, akan diperoleh data pengamatan untuk masing-masing-masing-masing perlakuan yang meliputi setiap jarak tanam serta setiap macam pupuk kandang yang digunakan. Dari data tersebut dapat dihitung nilai rerata untuk masing-masing perlakuan pada setiap variabel pengamatan, sehingga akan diketahui bahwa macam pupuk kandang tertentu dan jarak tanam tertentu mempunyai kecenderungan pengaruh terbaik terhadap setiap variabel pengamatan, meskipun pengaruhnya tidak nyata sebagaimana yang nampak dalam hasil analisis ragam.

1. Tinggi Tanaman

Di bawah ini adalah histogram tinggi tanaman yang menunjukkan nilai rerata tinggi tanaman ganyong hasil pengamatan untuk setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.

Gambar 1. Histogram Tinggi Tanaman Ganyong

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(30)

commit to user

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan nilai rerata tinggi tanaman hasil pengamatan sebesar 74,41 cm (Lampiran 1b). Kecenderungan ini terjadi diduga karena jarak tanam yang rapat akan memperkecil jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman, sehingga aktifitas auksin meningkat dan terjadilah pemanjangan sel-sel (Taiz dan Zieger, 1991). Hal ini juga dapat disebabkan karena makin rapat jarak tanam makin banyak daun-daun saling menaungi. Kasperbauer (1971) mengatakan bahwa daun yang ternaungi oleh daun yang lain menerima radiasi merah jauh lebih banyak, sehingga tanaman merespon dengan

memperpanjang batang. Selain itu, waktu penelitian yang dilakukan pada

musim kemarau juga memungkinkan unsur nitrogen (N) akan lebih mudah menguap. Seperti yang diketahui bahwa unsur N bersifat folatil atau mudah menguap. Sehingga pada tanaman ganyong yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, akan semakin banyak lahan yang tertutupi, unsur N yang menguap pun akan semakin sedikit, yang berarti semakin banyak pula yang tertinggal dan berpengaruh terhadap pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman.

Dari Gambar 1 juga terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang kambing, dengan nilai rerata tinggi tanaman hasil pengamatan sebesar 74,93 cm (Lampiran 1b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk kandang kambing diduga terjadi karena pupuk kandang kambing mengandung lebih banyak unsur kalium (K) dibanding yang terkandung dalam pupuk kandang sapi dan ayam. Unsur kalium pada suatu tanaman bermanfaat membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.


(31)

commit to user

2. Jumlah Daun per Rumpun

Hasil yang sedikit berbeda nampak dalam variabel jumlah daun per rumpun. Pada variabel ini, tanaman ganyong cenderung tumbuh baik pada lahan yang diolah dengan pupuk kandang sapi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Histogram Jumlah Daun per Rumpun Ganyong

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa rerata jumlah daun terbanyak terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, yaitu sebanyak 7,93 per rumpun (Lampiran 2b). Kecenderungan ini terjadi diduga karena jarak tanam yang rapat akan menekan pertumbuhan gulma, sehingga akan menekan kompetisi antara tanaman ganyong dengan gulma. Pada umumnya semakin tinggi tingkat kerapatan jarak tanam maka individu tanaman makin bersaing untuk memperebutkan cahaya, sehingga individu tanaman makin memperlihatkan gejala etiolasi, dan tanaman ganyong dapat beradaptasi terhadap kepadatan populasi yang tinggi, sehingga pertumbuhan individu tanaman tidak tertekan pada kerapatan jarak tanam, dan ini justru akan merangsang tanaman ganyong untuk

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(32)

commit to user

memunculkan daun baru untuk memenangkan kompetisi mendapatkan cahaya.

Sementara itu, pupuk kandang sapi cenderung mempunyai pengaruh lebih baik pada pertumbuhan daun. Dari Gambar 2 terlihat bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang sapi, dengan nilai rerata jumlah daun tanaman hasil pengamatan sebesar 7,85 daun per rumpun (Lampiran 2b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk kandang sapi diduga terjadi karena pupuk kandang sapi banyak mengandung hara yang dibutuhkan tanaman seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, Belerang dan Boron (Sudarkoco, 1992). Unsur N berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukan daun-daun dan ranting. Jika suatu tanaman kekurangan unsur hara N maka tanaman tersebut akan tumbuh kurus kerempeng, daun tua berwarna hijau muda, lalu berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringan tanaman mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok. Hal ini juga dijelaskan oleh Dwidjoseputro (1986) yang menyatakan bahwa unsur hara yang tersedia selama pertumbuhan tanaman akan berperan dalam pembentukan daun. Sementara itu, Suryanto (1999) menambahkan bahwa unsur nitrogen yang diserap tanaman dalam jumlah yang cukup akan memacu jaringan meristematik pada titik tumbuh batang makin aktif, hal ini mengakibatkan ruas batang makin banyak terbentuk dan makin banyak pula jumlah daun yang dihasilkan.

3. Jumlah Anakan per Rumpun

Untuk variabel jumlah anakan, pengaruh terbaik juga cenderung terjadi pada tanaman yang ditanam pada jarak tanam 60 x 60 cm. Sementara untuk penggunaan pupuk kandang, pupuk kandang ayam memberi hasil yang paling baik. Hal ini terlihat pada Gambar 3 berikut ini.


(33)

commit to user

Gambar 3. Histogram Jumlah Anakan Ganyong

Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan rerata jumlah anakan hasil sebanyak 1,89 per rumpun (Lampiran 3b). Pertumbuhan anakan dalam rumpun tanaman ganyong juga sangat dipengaruhi unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Seperti pada variabel tinggi tanaman, pada jarak tanam 60 x 60 cm menyebabkan semakin luas lahan yang ternaungi, sehingga unsur hara dapat termanfaatkan optimal karena penguapan kecil.

Pada penggunaan pupuk kandang, nilai rerata tertinggi untuk jumlah anakan per rumpun terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang ayam dan kambing, dengan nilai rerata yang sama yaitu sebesar 1,89 anakan per rumpun (Lampiran 3b). Hal ini diperkirakan terjadi karena kadar hara pupuk kandang ayam dan kambing mengandung nitrogen dan kalium yang relatif tinggi. Dalam pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dan kalium sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(34)

commit to user

pada fase vegetatif, dan membantu pembentukan protein, karbohidrat dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Komarudin, 2008).

4. Jumlah Daun Anakan

Di bawah ini adalah histogram jumlah daun anakan yang menunjukkan nilai rerata jumlah daun anakan ganyong hasil pengamatan untuk setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.

Gambar 3. Histogram Jumlah Daun Anakan per Rumpun Ganyong

Pada variabel jumlah daun anakan, kecenderungan hasil terbaik juga terjadi pada jarak tanam 60 x 60 cm, seperti halnya pada variabel jumlah anakan per rumpun, karena jumlah daun anakan pada dasarnya tergantung pada jumlah anakan per rumpun. Dari histogram di atas terlihat jelas bahwa nilai rerata jumlah daun anakan per rumpun pada jarak tanam 60 x 60 cm, yaitu sebesar 5,78 (Lampiran 4b), adalah yang terbesar dibanding jarak tanam yang lain. Faktor penguapan yang berkaitan dengan ketersediaan unsur hara pun diperkirakan menjadi penyebab kondisi ini.

Demikian halnya pada penggunaan pupuk kandang. Seperti pada variabel jumlah anakan per rumpun, penggunaan pupuk kandang ayam cenderung memberi pengaruh terbaik pada jumlah daun anakan per rumpun, dengan nilai rerata hasil pengamatan sebesar 6,37 (Lampiran 4b).

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(35)

commit to user

Yang berbeda adalah bahwa pada variabel ini, penggunaan pupuk kandang kambing tidak memberi pengaruh yang sama baik seperti pada variabel jumlah anakan per rumpun. Hal ini diduga karena pada pertumbuhan daun, unsur nitrogen lebih berpengaruh dibanding unsur kalium yang terkandung banyak dalam pupuk kandang kambing.

5. Saat Muncul Bunga (HST)

Dari histogram saat muncul bunga di bawah ini, akan terlihat bahwa penggunaan pupuk kandang sapi cenderung memberi pengaruh yang lebih baik dibanding dengan penggunaan pupuk kandang kambing dan ayam.

Gambar 5. Histogram Saat Muncul Bunga (HST) Ganyong

Dengan jelas terlihat bahwa saat muncul bunga tercepat terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang sapi, yaitu rata-rata 31,47 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5b). Yunus dan Triharyanto (1986) menyebutkan bahwa saat muncul bunga berkaitan erat dengan pemenuhan unsur hara makro terutama unsur phospor yang dibutuhkan tanaman saat memasuki fase generatif yang ditandai dengan terbentuknya primordia bunga dan berkembang menjadi bunga dan

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(36)

commit to user

siap mengadakan penyerbukan. Kandungan phospor yang dibutuhkan tanaman dalam fase generatif ini terkandung dalam pupuk kandang sapi.

Jarak tanam 75 x 75 cm menunjukkan hasil tercepat yaitu rata-rata 35,20 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5b). Unsur phospor yang diduga mengambil peran dalam variabel ini tidak begitu terpengaruh oleh

penguapan, sehingga faktor kompetisi lah yang diperkirakan

mempengaruhi. Pada jarak tanam 60 x 60 cm, kompetisi untuk mendapatkan unsur phospor terjadi antara tanaman ganyong sendiri, sedangkan pada jarak tanam 90 x 90 cm kompetisi terjadi dengan gulma yang mempunyai kesempatan tumbuh lebih besar pada jarak tanam yang semakin renggang.

6. Berat Kering Brangkasan per Rumpun Sampel (gram)

Di bawah ini adalah histogram berat kering brangkasan yang menunjukkan nilai rerata berat barangkasan kering pada pengamatan untuk setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.

Gambar 6. Histogram Berat Kering Brangkasan Ganyong

Gambar 6 menunjukkan bahwa berat kering brangkasan tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(37)

commit to user

menggunakan pupuk kandang ayam, dengan nilai rerata sebesar 44,88 gram (Lampiran 6b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk kandang ayam diduga terjadi karena unsur nitrogen yang tersedia dalam pupuk kandang ayam lebih tinggi dari pupuk kandang lain, sementara unsur nitrogen di dalam tanaman berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, terutama dalam pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti akar, batang, dan daun. Unsur N pada pupuk kandang ayam juga merupakan komponen utama dalam pembentukan klorofil sebagai aktor utama yang berperan dalam proses fotosintesis atau

metabolisme tanaman. Mathers et al., (2007) menambahkan tanaman yang

tumbuh memerlukan N untuk membentuk sel-sel baru dan proses fotosintesis. Salah satu fungsi kandungan N pada pupuk adalah untuk menyehatkan pertumbuhan daun sehingga daun tanaman dapat tumbuh lebar dan dengan warna yang lebih hijau. Sedangkan unsur hara mikro yang paling berperan dalam pembentukan zat hijau daun antara lain : magnesium (Mg). Dibenarkan oleh Hendriyani dan Setiari (2009) bahwa faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain

klorosis pada daun.

Hasil metabolisme yang tinggi selain digunakan untuk pertumbuhan tanaman, juga disimpan tanaman. Dengan kata lain fotosintat sebagai hasil fotosintesis dapat disimpan oleh tanaman didalam jaringan dan meningkatkan berat kering. Berat kering yang terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat dari hasil fotosintesis, karena bahan kering sangat tergantung pada laju fotosintesis (Dwijoseputro, 1986). Harjadi (1993) menambahkan bahwa berat kering merupakan bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang terjadi pada pertumbuhan. Biomassa merupakan cermin dari penangkapan energi oleh tanaman dari proses fotosintesis. Dengan


(38)

commit to user

semakin tinggi berat kering brangkasan menunjukkan bahwa proses fotosintesis berlangsung dengan baik. Dengan demikian, jika pemberian unsur hara dapat dilakukan dengan optimal maka proses fotosintesis yang ada dalam tanaman juga akan berlangsung dengan optimal, sehingga dapat menghasilkan berat tanaman yang lebih tinggi.

Selain itu, gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rerata berat brangkasan kering hasil pengamatan tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm, yaitu sebesar 39,80 gram (Lampiran 6b). Kecenderungan ini diduga terjadi karena jarak tanam yang renggang memberi kesempatan pada tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan sinar matahari yang diperlukan dalam proses fotosintesis yang pada akhirnya berpengaruh besar pada biomassa dan berat brangkasan kering.

7. Berat Segar Umbi per Rumpun (gram)

Di bawah ini adalah histogram berat segar umbi yang menunjukkan nilai rerata berat barangkasan kering pada pengamatan untuk setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.

Gambar 7. Histogram Berat Segar Umbi Ganyong

Gambar 7 menunjukkan bahwa berat segar umbi tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan nilai rerata

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing J3 : Jarak Tanam 90x90 cm P3 : Pupuk Kandang Sapi


(39)

commit to user

berat rimpang segar sebesar 160,10 gram (Lampiran 7b). Terlihat juga bahwa berat rimpang segar tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang ayam, dengan nilai rerata sebesar 170,00 gram (Lampiran 7b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk kandang ayam dan atau pada jarak tanam 60 x 60 cm diperkirakan terkait dengan ketersediaan unsur nitrogen yang berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan variabel yang lain seperti variabel jumlah anakan per rumpun dan jumlah daun anakan per rumpun.


(40)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari jumlah populasi 36 tanaman/petak memberikan hasil yang tinggi

terhadap beberapa variabel yang diamati bila dibandingkan dengan jumlah populasi yang lain, meliputi tinggi tanaman (74,41 cm); jumlah daun (7,93); jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (5,78); dan berat rimpang segar (160,10 gr).

2. Penggunaan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang baik terhadap

beberapa variabel yang diamati, meliputi jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (6,37); berat brangkasan kering (44,88); dan berat rimpang segar (170,00).

3. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan macam pupuk

kandang terhadap semua variabel pengamatan.

B. Saran

1. Perlu adanya analisis pupuk kandang terlebih dahulu sebelum pupuk

kandang diterapkan dalam suatu penelitian.

2. Untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi, maka harus memperhatikan


(1)

commit to user

Yang berbeda adalah bahwa pada variabel ini, penggunaan pupuk kandang kambing tidak memberi pengaruh yang sama baik seperti pada variabel jumlah anakan per rumpun. Hal ini diduga karena pada pertumbuhan daun, unsur nitrogen lebih berpengaruh dibanding unsur kalium yang terkandung banyak dalam pupuk kandang kambing.

5. Saat Muncul Bunga (HST)

Dari histogram saat muncul bunga di bawah ini, akan terlihat bahwa penggunaan pupuk kandang sapi cenderung memberi pengaruh yang lebih baik dibanding dengan penggunaan pupuk kandang kambing dan ayam.

Gambar 5. Histogram Saat Muncul Bunga (HST) Ganyong

Dengan jelas terlihat bahwa saat muncul bunga tercepat terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang sapi, yaitu rata-rata 31,47 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5b). Yunus dan Triharyanto (1986) menyebutkan bahwa saat muncul bunga berkaitan erat dengan pemenuhan unsur hara makro terutama unsur phospor yang dibutuhkan tanaman saat memasuki fase generatif yang ditandai dengan terbentuknya primordia bunga dan berkembang menjadi bunga dan

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam

J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing


(2)

commit to user

siap mengadakan penyerbukan. Kandungan phospor yang dibutuhkan tanaman dalam fase generatif ini terkandung dalam pupuk kandang sapi.

Jarak tanam 75 x 75 cm menunjukkan hasil tercepat yaitu rata-rata 35,20 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5b). Unsur phospor yang diduga mengambil peran dalam variabel ini tidak begitu terpengaruh oleh

penguapan, sehingga faktor kompetisi lah yang diperkirakan

mempengaruhi. Pada jarak tanam 60 x 60 cm, kompetisi untuk mendapatkan unsur phospor terjadi antara tanaman ganyong sendiri, sedangkan pada jarak tanam 90 x 90 cm kompetisi terjadi dengan gulma yang mempunyai kesempatan tumbuh lebih besar pada jarak tanam yang semakin renggang.

6. Berat Kering Brangkasan per Rumpun Sampel (gram)

Di bawah ini adalah histogram berat kering brangkasan yang menunjukkan nilai rerata berat barangkasan kering pada pengamatan untuk setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.

Gambar 6. Histogram Berat Kering Brangkasan Ganyong

Gambar 6 menunjukkan bahwa berat kering brangkasan tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam

J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing


(3)

commit to user

menggunakan pupuk kandang ayam, dengan nilai rerata sebesar 44,88 gram (Lampiran 6b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk kandang ayam diduga terjadi karena unsur nitrogen yang tersedia dalam pupuk kandang ayam lebih tinggi dari pupuk kandang lain, sementara unsur nitrogen di dalam tanaman berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, terutama dalam pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti akar, batang, dan daun. Unsur N pada pupuk kandang ayam juga merupakan komponen utama dalam pembentukan klorofil sebagai aktor utama yang berperan dalam proses fotosintesis atau metabolisme tanaman. Mathers et al., (2007) menambahkan tanaman yang tumbuh memerlukan N untuk membentuk sel-sel baru dan proses fotosintesis. Salah satu fungsi kandungan N pada pupuk adalah untuk menyehatkan pertumbuhan daun sehingga daun tanaman dapat tumbuh lebar dan dengan warna yang lebih hijau. Sedangkan unsur hara mikro yang paling berperan dalam pembentukan zat hijau daun antara lain : magnesium (Mg). Dibenarkan oleh Hendriyani dan Setiari (2009) bahwa faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun.

Hasil metabolisme yang tinggi selain digunakan untuk pertumbuhan tanaman, juga disimpan tanaman. Dengan kata lain fotosintat sebagai hasil fotosintesis dapat disimpan oleh tanaman didalam jaringan dan meningkatkan berat kering. Berat kering yang terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat dari hasil fotosintesis, karena bahan kering sangat tergantung pada laju fotosintesis (Dwijoseputro, 1986). Harjadi (1993) menambahkan bahwa berat kering merupakan bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang terjadi pada pertumbuhan. Biomassa merupakan cermin dari penangkapan energi oleh tanaman dari proses fotosintesis. Dengan


(4)

commit to user

semakin tinggi berat kering brangkasan menunjukkan bahwa proses fotosintesis berlangsung dengan baik. Dengan demikian, jika pemberian unsur hara dapat dilakukan dengan optimal maka proses fotosintesis yang ada dalam tanaman juga akan berlangsung dengan optimal, sehingga dapat menghasilkan berat tanaman yang lebih tinggi.

Selain itu, gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rerata berat brangkasan kering hasil pengamatan tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm, yaitu sebesar 39,80 gram (Lampiran 6b). Kecenderungan ini diduga terjadi karena jarak tanam yang renggang memberi kesempatan pada tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan sinar matahari yang diperlukan dalam proses fotosintesis yang pada akhirnya berpengaruh besar pada biomassa dan berat brangkasan kering.

7. Berat Segar Umbi per Rumpun (gram)

Di bawah ini adalah histogram berat segar umbi yang menunjukkan nilai rerata berat barangkasan kering pada pengamatan untuk setiap jarak tanam dan macam pupuk kandang yang dipergunakan.

Gambar 7. Histogram Berat Segar Umbi Ganyong

Gambar 7 menunjukkan bahwa berat segar umbi tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dengan nilai rerata

Keterangan :

J1 : Jarak Tanam 60x60 cm P1 : Pupuk Kandang Ayam

J2 : Jarak Tanam 75x75 cm P2 : Pupuk Kandang Kambing


(5)

commit to user

berat rimpang segar sebesar 160,10 gram (Lampiran 7b). Terlihat juga bahwa berat rimpang segar tertinggi terdapat pada tanaman yang ditanam pada lahan yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang ayam, dengan nilai rerata sebesar 170,00 gram (Lampiran 7b). Kecenderungan tanaman ganyong tumbuh baik pada lahan yang diolah menggunakan pupuk kandang ayam dan atau pada jarak tanam 60 x 60 cm diperkirakan terkait dengan ketersediaan unsur nitrogen yang berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan variabel yang lain seperti variabel jumlah anakan per rumpun dan jumlah daun anakan per rumpun.


(6)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari jumlah populasi 36 tanaman/petak memberikan hasil yang tinggi terhadap beberapa variabel yang diamati bila dibandingkan dengan jumlah populasi yang lain, meliputi tinggi tanaman (74,41 cm); jumlah daun (7,93); jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (5,78); dan berat rimpang segar (160,10 gr).

2. Penggunaan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang baik terhadap beberapa variabel yang diamati, meliputi jumlah anakan (1,89); jumlah daun anakan (6,37); berat brangkasan kering (44,88); dan berat rimpang segar (170,00).

3. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan macam pupuk kandang terhadap semua variabel pengamatan.

B. Saran

1. Perlu adanya analisis pupuk kandang terlebih dahulu sebelum pupuk kandang diterapkan dalam suatu penelitian.

2. Untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi, maka harus memperhatikan pengolahan tanah dan musim tanam yang tepat untuk budidaya ganyong.