Upaya memajukan hidup doa bagi para suster Jesus, Maria, Joseph demi meningkatkan karya kerasulan melalui katekese - USD Repository

UPAYA MEMAJUKAN HIDUP DOA
BAGI PARA SUSTER JESUS, MARIA, JOSEPH
DEMI MENINGKATKAN KARYA KERASULAN
MELALUI KATEKESE

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Nyoman Srihartati
NIM: 051124006

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2009

ii

iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Jesus, Maria, Joseph Pelindung Societas JMJ
Yang telah membimbing dan memberikan kekuatan serta semangat kepadaku
Para Suster Jesus, Maria, Joseph, pembimbing rohaniku
Orang tua, kakak, adik, teman-teman, sahabat kenalan
Serta semua orang yang mendukung dalam hidup panggilanku.

iv

MOTTO

Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,

melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
(Gal 2:20)

v

vi

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul” UPAYA MEMAJUKAN HIDUP DOA BAGI
PARA SUSTER JESUS, MARIA, JOSEPH DEMI MENINGKATKAN
KARYA KERASULAN MELALUI KATEKESE” dipilih berdasarkan
pengalaman penulis dan fakta yang menunjukkan bahwa religius yang dipanggil
dan diutus untuk mengambil bagian dalam tugas Gereja untuk melaksanakan
kerasulan di tengah dunia. Dengan berbagai macam tuntutan kebutuhan karya,
religius cenderung menjadi seorang aktivis dalam berkarya, sehingga kurang
memperhatikan kehidupan rohani. Dalam hal ini doa kurang mendapat tempat
karena perhatian religius sepenuhnya tercurah untuk karya. Akibatnya, waktu

untuk berjumpa dengan Tuhan semakin terbatas, bahkan doa terkadang dipandang
sebagai suatu hambatan atau beban. Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka
skripsi ini akan membahas secara kritis dan sistematis pentingnya integrasi doa
dan karya. Ini dimaksudkan untuk membantu para Suster JMJ menemukan makna
doa dalam kehidupan sebagai seorang religius yang aktif-kontemplatif, dengan
menyumbangkan gagasan dan pemikiran tentang pentingnya hidup doa dan karya,
sehingga doa sungguh-sungguh berperan dalam kehidupan sebagai religius.
Yang menjadi persoalan pokok dalam skripsi ini adalah apakah makna doa
didalami oleh para Suster JMJ demi meningkatkan karya kerasulan, pergulatan
apa yang dialami oleh para Suster dalam hidup doa, serta upaya apa yang bisa
ditempuh untuk memajukan hidup doa sehingga sungguh-sungguh menjadi
religius yang seimbang. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan adanya
kesatuan yang erat dengan Kristus yang mengutus mereka. Dalam Kristuslah
orang akan menimba kekuatan untuk melaksanakan kegiatan kerasulan, sehingga
kerasulan yang dijalankan sesuai dengan kehendak Tuhan. Kecenderungan aktif
dalam berkarya serta kurang mengembangkan kedisiplinan dalam doa
mengakibatkan hidup rohani menjadi mundur. Maka perlu meningkatkan
kedisiplinan dan
kesetiaan dalam doa, sehingga hidup rohani menjadi
berkembang. Untuk memajukan hidup doa dapat melalui doa pribadi, doa

bersama, perayaan Ekaristi, rekoleksi, dan ret-ret.
Untuk mendalami pentingnya hidup doa dan karya, maka ditawarkan satu
program katekese model Shared Christian Praxis. Model Shared Christian Praxis
ini mau mengajak para Suster lebih mendalami tentang makna hidup doa.
Sehingga dengan model ini, pada akhirnya para Suster mampu mengintegrasikan
antara hidup doa dan karya. Dengan demikian doa diharapkan senantiasa
mewarnai kehidupan karya, sehingga doa berkembang menjadi karya kerasulan
dan karya kerasulan menjadi doa. Dalam hal ini doa tidak menduduki tempat yang
terpisah dari tugas sehari-hari.

viii

ABSTRACT

This study has as title “AN ATTEMPT TO PROMOTE THE PRAYER LIFE
OF THE JESUS, MARIA, JOSEPH (JMJ) SISTERS, IN ENHANCING
THE APOSTOLATE THROUGH CATECHESIS”. This title was chosen on
the bases of the author’s experience as well as the facts indicating that a religious
is called and sent to participate in the task of the Church to carry out the
apostolate in the world. In face with all kinds of demand of work, a religious tends

to be an activist at the expense of his or her spiritual life. In this case prayer would
hardly get a due portion in her daily life, and the attention of the religious would
be predominantly absorbed by works. As a result, there is less time for
encountering with God; moreover, prayer is often viewed as a burden or even an
obstacle. Based on this facts, this study attempts to discuss in a critical and
systematic way the importance of bringing prayer and work into a harmonious
integration. This is to help the JMJ sisters in finding out the meaning of prayer in
religious life which is active and contemplative at the same time. This study
intends to contribute ideas and thoughts on the importance of prayer and works, in
such a way that prayer plays a real role in religious life.
The main questions of this study are whether the JMJ sisters really
understand the meaning of prayer in enhancing the apostolate, what kind of
struggle the sisters have to go through in prayer and what are the efforts a to be
taken to promote prayer life in towards a harmonious balance. In order to achiene
this goal it is important to live out the intimate union with Christ who sends them.
In Him people will draw strength to carry out apostolic activities in a way that
accords with the will of God. The drawback of spiritual life is due to the lack of
discipline in prayer and the tendency to be absorbed in work. It is therefore
necessary to enhance discipline and fidelity in prayer to promote spiritual life.
This can be done through personal prayers, common prayers, the Eucharist,

recollection and retreat.
For this purpose it is proposed in this study a catechetical model called
Shared Christian Praxis . This model is expected to help the sisters bring prayer
and work into integration. Thus prayer is expected to suffuse the life of apostolate,
so that it can grow towards true apostolate and vice versa, the apostolic activities
will increasingly become prayer. Hence the integral union between prayer and
daily activities.

ix

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menghaturkan limpah syukur dan terima kasih
kepada Tuhan atas berkat dan bimbingan-Nya, teristimewa lewat Societas Jesus,
Maria, Joseph yang telah mempercayakan kepada penulis untuk melaksanakan
tugas perutusan studi di IPPAK-USD. Banyak pengalaman yang penulis alami
baik suka maupun duka, jatuh bangun semua itu semakin membantu penulis
dalam melaksanakan tugas perutusan selanjutnya di manapun di tempatkan.
Skripsi ini berjudul” UPAYA MEMAJUKAN HIDUP DOA BAGI PARA
SUSTER JESUS, MARIA, JOSEPH DEMI MENINGKATKAN KARYA

KERASULAN MELALUI KATEKESE”.
Skripsi

ini

ditulis

berdasarkan

keprihatinan

penulis

terhadap

perkembangan hidup rohani para Suster Jesus, Maria, Joseph. Oleh karena itu
penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para Suster JMJ dalam
memperkembangkan

hidup


doa

mereka

dalam

kehidupan

karya

yang

dilaksanakan. Serta memberikan sumbangan pemikiran bagi para Suster JMJ
untuk lebih menyadari pentingnya memajukan hidup doa di tengah-tengah
kehidupan karya. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh

gelar Sarjana Strata I Pendidikan Kekhususan Agama Katolik


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini melibatkan banyak pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh

x

karena itu, pada kesempatan ini patutlah penulis mengucapkan limpah terima
kasih kepada :
1. Dr.J.Darminta, S.J selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan setia, sabar,
serta penuh perhatian mau membimbing penulis selama penyelesaian skripsi
ini, dan atas masukan-masukan yang berguna dalam penyelesaian skripsi,
sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Drs.L.Bambang Hendarto,Y.M.Hum selaku dosen penguji kedua sekaligus
pembimbing akademik yang dengan penuh perhatian selalu mendukung dan
memberi semangat untuk terus berjuang, sehingga penulis semakin
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi.
3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen penguji ketiga, yang dengan penuh
keibuan telah membantu penulis, dengan memberikan dukungan dan masukmasukan yang berguna bagi penulis, serta semangat sehingga skripsi ini dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
4. Dr. C.B. Putranto, S.J selaku pembimbing rohani, yang dengan penuh cinta,

doa, perhatian, dan dukungan serta semangat telah membantu penulis selama
studi di IPPAK-USD, sehingga penulis semakin berkembang baik dalam
panggilan maupun dalam studi.
5. Rm. Made Markusuma, Pr yang telah membantu penulis dengan memberi
dukungan dan masukan yang berguna bagi penulis dalam penyelesaian skripsi
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
6. Seluruh Staf dosen prodi IPPAK-USD, dan seluruh karyawan-karyawati
yang telah memberikan semangat dukungan dan doa, sehingga penulis dapat

xi

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tanpa bantuan dan kerja sama semua
pihak semuanya ini tidak dapat berjalan dengan baik.
7. Societas Jesus, Maria, Joseph yang telah mendukung penulis baik lewat doa,
maupun dukungan materil dengan menyediakan sarana-sarana yang dapat
membantu memperlancar penulis dalam studi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini dengan lancar.
8. Sr. Ivonne Pusung, JMJ selaku pimpinan Komunitas Trimargo dan para Suster
JMJ, para Suster OSA yang telah membantu, mendukung dan memberi
perhatian dan doa, serta semangat sehingga penulis tidak merasa sendirian,

namun didukung dan dicintai.
9. Teman-teman angkatan 2005, atas persahabatan, persaudaraan yang terjalin
selama studi bersama di IPPAK-USD, atas dukungan, doa dan perhatian,
sehingga penulis tetap bersemangat dan dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh semangat.
10. Bapak, ibu, kakak adik, sahabat kenalan yang turut serta terlibat dalam
penyelesaian skripsi ini, lewat doa maupun dukungan yang sungguh sangat
berarti bagi penulis.
11. Terima kasih kepada siapa saja yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dalam bentuk apapun.
Sebagai manusia yang lemah, penulis menyadari akan segala keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman, sehingga penyusunan skripsi ini tidak jauh dari
sempurna. Memiliki banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun
penulisan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati, penulis mengharapkan

xii

kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga
skripsi ini sungguh-sungguh dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Sekian Dan Limpah Terima Kasih.

Yogyakarta, 8 Juni 2009
Penulis

Nyoman Srihartati

xiii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv
MOTTO....................................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..............................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi............................................................1
B. Rumusan Permasalahan...........................................................................5
C. Tujuan Penulisan......................................................................................5
D. Manfaat Penulisan....................................................................................6
E. Metode Penulisan.....................................................................................6
F. Sistematika Penulisan...............................................................................7
BAB II. HIDUP DOA DAN KARYA KERASULAN............................................8
A. Pengertian ................................................................................................8
1. Hidup doa..............................................................................................9
a. Doa dalam Kitab suci..................................................................... 9
b. Doa menurut dokumen Gereja tentang hidup bakti......................12
c. Doa menurut konstitusi JMJ..........................................................13
2. Fungsi doa...........................................................................................15
3. Sifat doa..............................................................................................16
xiv

a. Doa adalah perjumpaan..................................................................16
b. Doa adalah suatu misteri................................................................17
c. Doa bersifat eksklusif.....................................................................18
d. Doa adalah suatu rahmat................................................................20
4. Bentuk doa..........................................................................................21
a. Dari segi rencana keselamatan sebagai prinsip hidup....................22
b. Dari segi perkembangan rencana keselamatan...............................22
c. Dari segi keselamatan yang berlangsung.......................................25
B. Hidup Kerasulan : Pelayanan, Pengabdian............................................25
1. Jiwa dan semangat kerasulan..............................................................25
2. Karya sebagai sarana kerasulan..........................................................30
C. Hubungan Antara Doa Dan Kerasulan...................................................31
1. Kontemplatif.......................................................................................31
2. Kontemplatif-Aktif..............................................................................32
D. Hubungan Antara Doa Dan Kerasulan JMJ...........................................36
BAB III PENTINGNYA MEMAJUKAN HIDUP DOA BAGI
PARA SUSTER JMJ DEMI MENINGKATKAN
KARYA KERASULAN.........................................................................40
A. Peranan Hidup Doa bagi Suster JMJ.......................................................40
1.Hidup doa merupakan integrasi...........................................................40
2.Meningkatkan Hubungan dengan Allah dengan segala peristiwa.......44
3.Doa sebagai pengolahan hidup............................................................47
B. Kesukaran-Kesukaran Dalam Hidup Doa..............................................49
1.Kesukaran dari segi hakekat doa..........................................................49
.

a. Dari segi pribadi Allah.....................................................................49
b. Dari Segi Pribadi Manusia...............................................................50
c. Hambatan Rohani Doa.....................................................................51
2.Kesukaran-kesukaran dari segi praktek doa.........................................52
a. Doa Dengan Seluruh Pribadi............................................................52
b. Tuntutan Khas Berdoa......................................................................53
c. Bentuk Aktual Doa...........................................................................54
xv

C. Hambatan Dalam Hidup Doa Bagi Para Suster JMJ................................54
1.Kecenderungan Aktif Dalam Karya (terlena oleh pekerjaan ).............54
2.Kurang Mengembangkan Kedisiplinan Dalam Doa............................56
D. Disiplin Doa............................................................................................57
1. Keheningan.........................................................................................58
2. Kesunyian............................................................................................62
3. Laku Tapa Batin...................................................................................63
4. Tabah Dan Setia...................................................................................64
5. Waktu Persiapan....................................................................................64
E. Praktek Doa..............................................................................................65
1. Doa Pribadi...........................................................................................65
2. Doa Offisi.............................................................................................67
F. Keseimbangan Doa Dan Kerasulan Berdasarkan Contoh Doa Dan
PelayananYesus.....................................................................................68
1. Yesus Berdoa Di Tengah Kesibukan Dalam Tugas Pelayanan..........68
2. Doa Dan Pelayanan Yesus Menjadi Contoh Bagi Kehidupan
Para Suster JMJ Yang Aktif-Kontemplatif........................................69
BAB IV KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU SARANA
UNTUK MEMAJUKAN HIDUP DOA BAGI SUSTER JMJ
DEMI MENINGKATKAN KARYA KERASULAN..........................73
A. Gambaran Umum Katekese Umat..........................................................73
Pengertian katekese.................................................................................74
2. Tujuan Katekese..................................................................................75
3. Isi katekese..........................................................................................77
4. Tugas Dan peranan katekese...............................................................78
5. Kedudukan katekese............................................................................79
6. Unsur-unsur katekese..........................................................................80
a. Pengalaman hidup peserta................................................................80
b. Komunikasi Iman.............................................................................80
c. Komunikasi dengan Tradisi Kristiani...............................................81
xvi

7. Pemilihan model yang cocok untuk meningkatkan hidup doa............81
a. Model Shared Christian Praxis ( SCP )...........................................83
b. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ( SCP )……………….86
B. Katekese Hidup Doa Dan Kerasulan......................................................90
C. Usulan Program Katekese.......................................................................91
1. Pengertian program............................................................................91
2. Latar Belakang Penyusunan Program.................................................91
3. Tujuan Program.................................................................................. 92
4. Isi Program..........................................................................................92
5. Usulan Tema-Tema Katekese.............................................................93
6. Matriks Program..................................................................................96
7. Contoh Persiapan Katekese.................................................................99
BAB V PENUTUP.............................................................................................113
A. Kesimpulan ...........................................................................................113
B. Saran Dan Usul.......................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................119
LAMPIRAN ........................................................................................................122
Kumpulan lagu-lagu..............................................................................................(1)
A. Mars JMJ .................................................................................................(1)
B. Kristus Perintis jalan.................................................................................(1)
C. Tingkatkan Karya Serta Karsa..................................................................(1)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen
Agama Katolik Republik Indonesia rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja.
CT:

Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
Kepada Para Uskup, Klerus Dan Segenap Umat Beriman Tentang
Katekese Masa Kini 16 Oktober 1979.

DCG: Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik Umum
yang dikeluarkan oleh Konggregasi suci para Klerus, 11 april 1971
KHK: Kitab Hukum Kanonik ( Codex Iuris Canonici ) Diundangkan Oleh
Paus Yohanes Paulus II 25 Januari 2006.
PC:

Perfectae Caritatis (Dekrit tentang pembaharuan dan penyesuaian
hidup Religius).

VC: Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Palus II Tentang
Hidup Bakti Bagi Para Religius Dikeluarkan Pada Hari Raya Santa
Perawan Maria Menerima Kabar Gembira, 25 Maret 2002.

xviii

C. Singkatan Lain.
Art

: Artikel

DPDk

: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

IPPAK

: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

JMJ

: Jesus, Maria, Joseph

Kan

: Kanon

Kapt. Um : Kapitel Umum
KBBI

: Kamus Besar Bahasa Indonesia

KBP

: Karya Bakti Paroki

Konst

: Konstitusi

KWI

: Konfrensi Wali Gereja Indonesia

Prodi

: Program Studi

SCP

: Shared Christian Praxis

SI

: Strata Satu

SJ

: Serikat Jesus

SU

: Statut Umum

xix

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika manusia menyadari diri sebagai mahluk ciptaan, tentu ia menyadari
pula dari mana ia berasal. Dalam dirinya ada dorongan untuk mengarahkan diri
pada sumber hidup yakni pada Allah. Doa adalah salah satu cara yang dapat
ditempuhnya dalam usaha mengarahkan diri pada Allah. Dalam kehidupan seharihari, doa itu merupakan unsur terpenting bagi orang beriman termasuk, secara
khusus, bagi kaum religius. Kaum religius itu adalah orang-orang yang menjalani
hidup religius. Hidup religius adalah hidup yang dibaktikan kepada Allah dengan
pengikraran ketiga nasehat injili, yang atas dorongan Roh kudus mengikuti Yesus
Kristus secara lebih dekat dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah
yang dicintai (Kan.573 art.1). Bagi orang beriman, termasuk kaum religius, doa
dapat menjadi sarana perjumpaan dengan Allah sebagai pribadi yang sempurna.
Sesungguhnya, Yesus sendiri telah memberi contoh yang amat baik
sehubungan dengan doa ini. Dalam injil banyak ditemukan kisah-kisah tentang
Yesus yang berdoa. Sebagai contoh, Injil Matius 14:23 berkisah tentang Yesus
yang pergi ke atas bukit untuk berdoa. Injil Markus 1:35 pun bercerita tentang
Yesus yang pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Dalam kisah pemilihan
kedua belas rasul (Luk 6:12-16), dikisahkan bagaimana sebelum memilih rasulrasul-Nya Yesus berdoa kepada Allah. Dari kisah-kisah itu tampak bahwa doa

1

2

menjadi hal yang penting bagi Yesus. Doa mendasari seluruh kegiatan-Nya dan
menjadi saat perjumpaan-Nya dengan Bapa. Setiap saat, sebelum dan sesudah
berkarya, Ia selalu berdoa. Ia membicarakan segala sesuatu sehubungan dengan
karya perutusan-Nya dengan Bapa. Berdasarkan contoh yang telah ditunjukkan
oleh Yesus itu, seharusnya doa mendapat tempat yang utama bagi orang beriman
sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Berdoa sebagaimana diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya (Mat
6:5-13) tetap dipelihara dan diteruskan kepada generasi berikutnya. Hal ini dapat
dilihat dari cara hidup jemaat pertama di mana mereka berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:41-47). Tampaknya doa juga menjadi hal
yang penting bagi para murid Yesus sehingga kebiasaan itu tetap mereka pelihara
dan lanjutkan.
Doa dialami oleh orang beriman dalam kehidupan sehari-hari sampai saat
ini. Sebagaimana telah disinggung di atas, doa adalah salah satu cara yang dapat
ditempuh manusia untuk mengarahkan dirinya kepada Allah. Kemampuan untuk
mengarahkan diri kepada Allah itu tentu karena rahmat Allah. Bahkan, pada
dasarnya manusia diciptakan oleh Allah sebagai manusia pendoa. Dalam doa,
Allah sendiri bersedia menjawab kerinduan-kerinduan manusia. Dalam doa dan
jawaban Allah itulah orang beriman dapat mengalami gerak rohani hidupnya.
Dengan demikian doa dapat dilihat sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
manusia, yang menunjukkan bahwa dalam dirinya ada kemampuan dan
kemungkinan untuk mengarahkan diri pada Allah karena rahmat Allah pula.
Lagipula, berdoa bukanlah suatu kegiatan yang asing dari realita hidup manusia.

3

Dalam tata hidup kegiatan ini biasa disebut kegiatan menyapa orang lain, bergaul
dan bertemu dengan orang lain, berdialog dan membangun hubungan dengan
orang lain.
Sebagai bagian dari orang beriman kristiani, kaum religius pun
mengalami doa dalam kehidupan sehari-hari. Kaum religius mengalami
pergulatannya sendiri sehubungan dengan kehidupan doanya. Kadang, kehidupan
doa yang baik yang diharapkan sejak awal sebagai orang yang terpanggil tidak
selalu berhasil. Setelah melewati masa pembinaan Postulat dan Novisiat hingga
masuk pada masa Yuniorat dan akhirnya mulai terjun dalam dunia karya,
kehidupan rohani melalui doa biasanya mulai kurang diperhatikan lagi.
Tenggelam dalam kesibukan karya biasanya menjadi penyebab utama. Ketika
kehidupan rohani seorang religius mengalami kekeringan, maka sikap-sikap
seperti mudah marah, tertutup, terbebani oleh tugas-tugas, mudah tersinggung
akan mudah muncul dari dirinya. Penghayatan hidup bakti menjadi kurang
bermutu. Tanpa disadari persoalan ini sangat menggangu baik dalam kehidupan
bersama di komunitas maupun di tempat karya.
Pergulatan dalam menghayati kehidupan doa seperti terungkap di atas
juga dialami oleh Suster-suster JMJ. Beberapa orang merasa sibuk dengan karya
sehingga merasa sulit untuk berdoa. Duduk di Kapel hanya sebagai
kewajiban/rutinitas saja, merasa tidak tenang, pikiran sepenuhnya terarah pada
pekerjaan sehingga kurang peduli pada Allah yang hadir dan berbicara padanya.
Tak jarang, tanpa disadari, doa dihayati sebagai rutinitas belaka sehingga dapat
menimbulkan kejenuhan dalam diri. Sikap seperti itu kemudian tampak dalam

4

penghayatan hidup sehari-hari. Hidup menjadi kering, tugas yang dikerjakan
tidak selesai dengan baik, menjadi malas dan selalu mencari-cari alasan.
Kiranya, kekeringan rohani yang terjadi di atas disebabkan oleh kekurangsadaran orang-orang yang bersangkutan akan makna dan tujuan hidupnya sebagai
seorang religius. Hidup doa yang mestinya menjadi kekuatan dalam panggilan
malah sering diabaikan. Oleh karena itu, para Suster JMJ perlu memperhatikan hal
itu dengan upaya memajukan hidup doa terus-menerus agar semakin hari semakin
bertumbuh menjadi pribadi yang sungguh-sungguh dekat dengan Allah, bahkan
menjadi pribadi yang seimbang antara doa dan karya, karena keduanya tidak dapat
dipisahkan.
Konstitusi JMJ juga menekankan betapa pentingnya memajukan hidup doa
bagi setiap suster dalam hubungan dengan tugas pelayanan sehingga hidup rohani
menjadi seimbang. Memajukan hidup doa dapat melalui doa pribadi, doa bersama,
penerimaan sakramen-sakramen, perayaan Ekaristi, doa batin, renungan, mawas
diri, rekoleksi, dan ret-ret. Semua ini untuk menunjukkan kesadaran bahwa kita
milik Tuhan dan bekerja dalam dunia-Nya dan tetap hidup. Bila kita secara teratur
mengadakan pertemuan dengan-Nya dan berbicara dengan-Nya maka hidup
rohani kita menjadi berkembang. Janganlah doa menduduki tempat yang terpisah
dari tugas sehari-hari. Hendaknya seluruh hidup kita senantiasa diwarnai oleh doa
yang memberikan kegairahan dalam hidup lewat karya kerasulan.
Oleh karena itu berdasarkan persoalan yang ada dalam kehidupan para
Suster JMJ yang terjun dalam karya, maka penulis dalam penulisan skripsi ini

5

mengambil judul ”UPAYA MEMAJUKAN HIDUP DOA BAGI PARA
SUSTER JESUS, MARIA, JOSEPH DEMI MENINGKATKAN KARYA
KERASULAN MELALUI KATEKESE.”

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
1. Apakah makna doa didalami para Suster JMJ dalam hidup sehari-hari demi
meningkatkan karya kerasulan/pelayanan ?
2. Pergulatan apa yang dialami para Suster JMJ dalam hidup doa?
3. Upaya apa yang sudah ditempuh oleh Societas JMJ untuk memajukan
hidup doa demi meningkatkan karya kerasulan/pelayanan para Suster JMJ?

C. TUJUAN PENULISAN.
1. Membantu para Suster JMJ semakin mengerti dan memahami pentingnya
hidup doa demi meningkatkan karya kerasulan.
2. Membantu para Suster JMJ mengenali sejauh mana penghayatan hidup
doa bagi perkembangan karya kerasulan sebagai Suster JMJ
3. Untuk membantu para Suster

JMJ menemukan upaya yang perlu

ditempuh untuk memajukan hidup doa demi meningkatkan karya
kerasulan sehingga menjadi religius yang seimbang.
4. Bagi penulis sendiri, sebagai bahan refleksi bahwa pentingnya memajukan
hidup doa demi perkembangan karya kerasulan/pelayanan sehari-hari.

6

5. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Fakultas Ilmu Pendidikan Dan
Keguruan Universitas Sanata Dharma.

D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini diharapkan dapat:
1. Memberi masukan kepada para Suster JMJ tentang perlunya memajukan
hidup doa demi perkembangan hidup bakti yang seimbang.
2. Menambah

inspirasi

baik

berupa

pengetahuan

maupun

dalam

pengembangan hidup doa
3. Membantu

mahasiswa

sebagai

calon

katekis

untuk

senantiasa

mengembangkan hidup doa sebagai sumber kekuatan di dalam pewartaan.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma sebagai sumber bacaan di perpustakaan.

E. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah metode
deskriftif analitis yakni berusaha untuk memaparkan hidup doa dalam semangat
Societas Jesus, Maria, Joseph, sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan.
Pengumpulan data diperoleh dengan studi pustaka.

7

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I.

Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang penulisan, rumusan masalah,
tujuan penulisan dan manfaat penulisan.

BAB II. Bab ini menguraikan tentang hidup doa di dalam dokumen Gereja
maupun dalam konstitusi JMJ. Dalam bab ini penulis menjelaskan
bagaimana pengertian hidup doa dan karya kerasulan
BAB III. Bab ini menguraikan tentang pentingnya memajukan hidup doa bagi
Suster JMJ demi meningkatkan karya kerasulan. Dalam bab ini
pertama-tama

diuraikan

mengenai

peranan

hidup

doa

bagi

perkembangan hidup bakti Suster JMJ, kesukaran-kesukaran yang
dihadapi, hambatan dalam hidup doa, disiplin doa dan praktek doa.
Meningkatkan keseimbangan doa dan kerasulan berdasarkan contoh
doa dan pelayanan Yesus
BAB IV. Bab ini berbicara tentang katekese sebagai salah satu sarana untuk
memajukan hidup doa bagi para Suster JMJ, yang tidak melulu pada
teori saja, tetapi dilihat dari pendekatan katekese model apa yang
cocok. Dari model tersebut kemudian disusun rencana program
pengembangan dan pembinaan iman bagi para Suster sehingga
menjadi seimbang antara doa dan karya.
BAB V.

Bab ini menguraikan dua pokok dari bagian penutup, yakni kesimpulan
dan saran. Diambil berdasarkan konsep yang dirumuskan oleh penulis.
Kiranya saran/usul tersebut perlu diperhatikan bagi Suster JMJ dalam
memajukan hidup doa sehingga menjadi pribadi yang seimbang antara
doa dan karya yang dilaksanakan.

BAB II
HIDUP DOA DAN KARYA KERASULAN

A. Pengertian Hidup Doa
Pada bab II ini penulis mau memaparkan tentang hidup doa dan kerasulan.
Berdasarkan kenyataan yang dihadapi dalam dunia zaman sekarang ini, kehidupan
doa kurang mendapat tempat baik dalam kehidupan sebagai religius maupun
sebagai awam. Doa yang dihayati selama ini pelan-pelan menjadi kabur akibat
perkembangan dunia yang semakin moderen dengan berbagai macam tuntutannya.
Orang dengan mudah mengikuti arus dunia. Orang tidak lagi memperhatikan
kehidupan rohaninya sendiri, melainkan lebih mementingkan keinginan diri
sendiri yang tidak berkaitan dengan hidup rohani. Di samping itu, bila berhadapan
dengan berbagai macam karya, keinginan untuk berjumpa dengan Tuhan menjadi
kurang. Karena karya yang dilaksanakan sudah menyatu dengan diri sendiri, maka
doa menjadi nomor dua. Doa yang sebenarnya adalah kekuatan dalam hidup
dengan sendirinya hilang.
Di sini mau dikatakan bahwa orang tidak lagi memperhatikan kehidupan
rohaninya karena kurang memahami apa itu doa dan bagaimana doa itu berperan
dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan tersebut, penulis
mencoba memaparkan pengertian hidup doa baik dalam kitab suci, dokumen
Gereja maupun dalam konstitusi, sehingga doa sungguh-sungguh dihayati sebagai
kebutuhan hidup. Dengan demikian, kiranya pemaparan ini nantinya dapat

8

9

mengajak orang untuk semakin memahami ”apa itu doa” dan orang mulai tergerak
hati untuk berjumpa dengan Tuhan.
1. Hidup doa
a. Doa di dalam Kitab Suci
Ada berbagai macam defenisi tentang doa. Beberapa di antaranya
diperoleh berdasarkan pendasaran pada kitab suci. Defenisi-defenisi tersebut akan
dipaparkan

di bawah ini. Sebagai catatan, kiranya defenisi-defenisi tersebut

mampu membuat orang semakin memahami apa itu doa dan mengajak orang
mulai mengarahkan hati untuk berdoa. Harus diingat pula bahwa doa itu tetap
berkembang sesuai dengan pengalaman seseorang karena doa adalah perjumpaan
yang dinamis dan bersifat eksklusif antara Allah dan manusia.
Doa adalah napas hidup. Napas merupakan kebutuhan dan tanda bahwa
seseorang memiliki hidup. Bila orang berdoa berarti orang memiliki napas hidup.
Dalam napas terdapat kehidupan yang mengalir dari pihak Allah kepada manusia
dan dari pihak manusia kepada Allah. Napas dan doa adalah sama-sama
kebutuhan. Hal itu diungkapkan oleh Haring (2004:17) sbb:
”Saya berdoa karena saya hidup……manusia dipanggil untuk berdoa agar
mendapat kepenuhan hidupnya. Barang siapa tidak berdoa, ia belum hidup
dalam kedalaman dan keindahan, karena hidup kita yang diciptakan
menurut gambar Allah, dibangun di atas hubungan secara sadar”.

Doa juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk ungkapan iman
kepercayaan manusia terhadap pewahyuan diri Allah yang selalu hadir, mengasihi
dan menyelamatkan umat manusia dalam diri Yesus Kristus. Doa sebagai suatu

10

misteri menuntut adanya iman dari pihak manusia. Dalam doa, inisiatif pertamatama tidak datang dari manusia, melainkan dari Allah. ”Sebab kita tidak tahu
bagaimana harus berdoa: tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan” (Rm 8:26).
Allah berkarya merasuki manusia, dan dalam Roh Ia bersabda. Namun
tindakan dan sabda-Nya tak mungkin menyentuh jika pihak manusia tidak
menanggapi. Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang (Yak 5:15).
Doa adalah ungkapan kehidupan iman dan tidak dapat dilepaskan dari ungkapan
perwujudan iman yang lain. “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam
kesesakan dan bertekunlah dalam doa”(Rm 12:12). Karena doa merupakan salah
satu unsur kehidupan orang beriman, maka doa mempunyai tempat yang sentral
yang mengungkapkan apa yang hidup dalam hati orang beriman (KWI, 1996:194195).
Doa adalah suatu perjumpaan. Perjumpaan hanya mungkin terjadi jika ada
inisiatif dari dua pribadi yang mau berkomunikasi. Doa sebagai komunikasi
pribadi dimungkinkan hanya bila manusia yang berdoa mengalami Allah sebagai
pribadi dan ia juga bersikap sebagai pribadi. Dalam doa manusia berjumpa dengan
Tuhan yang memberi diri sehabis-habisnya. Dalam iman, harapan dan cinta
manusia menyerahkan diri pada penebusan-Nya, dan menjadi sadar bagaimana ia
dapat membangun Kerajaan Allah dalam semangatnya. Dengan demikian manusia
sampai pada pengalaman damai, sebab Tuhan bersamanya dan ada dalam dirinya.

11

Dalam Kitab Suci, doa juga dialami oleh Musa dan bahkan diajarkan oleh
Yesus. Hal itu membuka sebuah kenyataan bahwa doa sesungguhnya pengalaman
alkitabiah.

Doa

bukan

untuk

mencari

kenyamanan,

melainkan

untuk

memenangkan perjuangan bahkan peperangan Allah untuk memenangkan masa
depan manusia melawan berbagai hambatan. Doa Musa berkaitan erat dengan
perjalanan ke tanah terjanji. Doa Musa ini merupakan perjuangan untuk
menaklukkan kelelahan-kelelahan diri (Kel 17:8-13), merupakan pergulatan untuk
keluar sebagai pemenang (Kej 32:22-32).
Manusia diundang untuk menghayati doa sebagaimana diwujudkan dalam
kitab suci, yaitu doa untuk memenangkan kualitas hidup kekal dan hidup ilahi.
Menghadapi zaman baru, manusia bergulat dalam dunia materi dan insani. Maka,
kualitas doa akan ditentukan bukan pertama-tama oleh pengalaman hiburan atau
ketenangan, tetapi oleh segelas air yang diberikan kepada yang haus dan sesuap
nasi yang dibagikan kepada yang kelaparan (Mat 25:35-36). Bila tujuan hidup
yang diperjuangkan melalui doa adalah bersatu dengan Tuhan maka orang
dihadapkan pada ungkapan mistik ”Itu kau lakukan untuk Aku”. Doa seperti
itulah yang ditegaskan oleh Yesus dalam Injil (Darminta, 2006:27-28).
Bagi Yesus doa adalah suatu komunikasi yang sangat personal antara
manusia sebagai pribadi dengan Allah. Komunikasi berjalan dengan baik dalam
suasana kesunyian tanpa ada orang lain. Yesus mengatakan, ”Jikalau engkau
berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdolah kepada Bapa
yang ada di tempat yang tersembunyi (Mat 6:6). Di samping itu, doa juga
merupakan komunikasi pribadi dengan Allah sebagai Bapa. Allah sebagai Bapa

12

memperlihatkan kedekatan relasi antara orang beriman dengan Allah. Relasi
personal dengan Allah sebagai Bapa memungkinkan pengenalan akan pribadi
Allah sebagai Bapa sekaligus mendorong manusia untuk berkomunikasi denganNya. Pengenalan bermula dari membuka diri, menerima dan mencintai (Djono
Moi, O.Carm, 2008 : 43).
b. Doa menurut dokumen Konsili Vatikan II.
Salah satu tugas pokok seorang biarawati adalah memberi kesaksian
tentang Allah yang tampak dalam Kristus. Karena kekhasannya dalam mengikuti
Kristus, maka cita-citanya ialah semakin bersatu dengan Kristus secara sempurna.
”Memelihara dengan tekun semangat doa dan doa itu sendiri, sambil menimba
dari sumber-sumber spiritualitas kristen yang sejati...”(PC. art. 6).
Di sini mau dikatakan bahwa dalam doa seorang religius membawa
situasi yang utuh kepada Tuhan yakni membuka diri pada cinta-Nya. Dengan doa
yang tekun orang tidak mengalami kekosongan ataupun bosan sebab semangat
dan kekuatan Kristus yang diperoleh dalam doa memberi kekuatan tersendiri. Doa
sebagai kontak dengan Tuhan meneguhkan panggilan. Doa mutlak perlu dan tak
dapat diabaikan oleh seorang religius. Doa sendiri membuat hidup menjadi berarti
dan berisi, karena Kristus sendiri yang memberi arti dan isi dalam setiap gerak
hidup.
Sebagai religius, setiap biarawati dipanggil untuk menjadi saksi cinta
kasih Allah. Memberikan cita rasa pengetahuan yang benar dan mesra pada
Tuhan. Karena itu, orang tidak akan berhasil baik dalam memahami nilai kristiani

13

maupun nilai hidup membiara jika tidak menghidupi doa. Dengan demikian,
setiap biarawati hendaknya semakin sadar akan pentingnya doa yang memberikan
napas hidup dalam kehidupan sehari-hari.
c. Doa Dalam Konstitusi JMJ.
Hidup religius merupakan hidup yang secara khusus dibaktikan kepada
Allah. Dimensi kontemplatif dari hidup itu secara konkret dihayati dalam hidup
doa. Doa merupakan gerak hati yang mencari Allah. Di dalam doa manusia
berjumpa dengan Tuhan yang memberikan diri-Nya sehabis-habisnya demi
Kerajaan Allah, serta mengalami Allah secara pribadi (Konst. art.34). Dalam doa
manusia menyerahkan diri dan mempercayakan diri secara penuh kepada Allah.
Berdoa berarti membiarkan diri digerakkan dan dibawa masuk ke dalam daya
kekuatan Allah. Daya kekuatan itulah yang mampu menumbuhkan dan mengubah
hidup serta memurnikan diri dari segala cinta diri dan membebaskan diri dari rasa
lekat yang tidak teratur.
Dalam doa orang dapat menimba kekuatan agar dapat melaksanakan tugas
kerasulan yang penuh cinta kasih. ”Orang hanya dapat bekerja untuk dunia bila
secara teratur mengadakan pertemuan dengan Allah dan berbicara tentang duniaNya” (Konst. art.35). Rohlah yang menggerakkan manusia untuk selalu siap sedia
sekaligus tanggap menanggapi kebutuhan zaman sesuai dengan visi dan misi
tarekat. Semangat doa membantu kita menemukan wajah Tuhan dalam diri setiap
pribadi dan menemukan bentuk ungkapan cinta kasih dalam setiap peristiwa hidup
yang dialami setiap hari. Pengalaman akan Allah dalam hidup doa semakin

14

memurnikan motivasi serta memperkokoh hubungan dengan sesama terlebih
mengembangkan jiwa dalam karya kerasulan.
Kesadaran diri bahwa kita adalah milik Tuhan dan bekerja untuk duniaNya dapat tetap hidup bila orang terus menerus berkomunikasi dengan Dia
tentang dunia-Nya. ”Kesatuan dengan Tuhan dalam doa memberi kekuatan untuk
mencari dan menemukan kehendak-Nya dalam hidup dan karya yang
dilaksanakan” (Konst.art.35). Doa tidak dapat dipisahkan dari kenyataan seharihari. Doa harus mewarnai seluruh sikap, tutur kata, dan tindakan dalam karya
kerasulan. Doa juga harus diwarnai oleh kerasulan cinta kasih. Dengan demikian,
doa dan kerasulan saling meresapi satu sama lain; di satu pihak, doa semakin
meresapi kerasulan dan di lain pihak kerasulan semakin menjadi doa (Konst.
art.35).
Dalam doa dituntut sikap keterbukaan hati yang sungguh-sungguh yakni
mengakui diri sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang tak berdaya di hadapan-Nya,
agar daya kekuatan ilahi yang dicurahkan oleh Roh kudus dapat mengembangkan
kehidupan pribadi maupun bersama dalam satu komunitas (Konst.art.38). Sikap
cinta akan kebenaran dapat memberikan kesaksian tentang kebenaran, apapun
resikonya. Dalam doa terjalin relasi timbal balik yang akrab dan mendalam yang
pada akhirnya membentuk kesatuan. Kesatuan dengan Allah mendorong setiap
orang yang setia kepada-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup dan
karya setiap hari.

15

Doa membantu orang menyadari status hidupnya, menepati panggilan dan
menghayati nasehat injili. Penghayatan injili dimungkinkan jika orang bersatu
dengan Kristus. Doa juga dapat mempersatukan anggota komunitas. Tiap pribadi
dalam komunitas memiliki iman dan cinta kasih. Doa dapat membantu
mengembangkan iman dan cinta kasih akan Kristus. Hubungan dengan Kristus
mendasari hubungan dengan anggota komunitas. ”Hendaknya kamu saling
mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu......”(Yoh 13:34). Semua yang
telah menjadi milik Kristus, memiliki Roh Kristus dan dipersatukan satu sama
lain. Ikatan kesatuan dengan Kristus diwujudkan dalam doa pribadi maupun
bersama.
2. Fungsi doa
Doa dalam tata keselamatan dapat diarahkan kepada Allah sebagai prinsip
keselamatan dan dapat diarahkan kepada Allah yang sedang mengaktualisasikan
keselamatan. Selain itu, doa adalah juga ungkapan penghayatan kehadiran
keselamatan. Secara obyektif doa merupakan sarana untuk ikut ambil bagian
dalam Tritunggal dengan pengantaraan Yesus dalam Gereja. Bentuk, kegiatan dan
metode doa ada bermacam-macam. Semua itu menuju kepada realisasi rencana
keselamatan Allah. Realisasi keselamatan Allah disebut Kerajaan Allah yang
memberikan dasar kesatuan obyektif doa kristen. Doa kristen merupakan
ungkapan cinta lekat kepada rencana keselamatan Allah. Doa mempunyai fungsi
pengubahan rohani (transformasi) hidup dan diri manusia beriman. Doa berfungsi
untuk menumbuhkan dan mengembangkan rohani. Dengan demikian doa juga
berfungsi untuk membentuk kesadaran yang mendalam akan inti dan makna hidup

16

terdalam, yaitu manusia dalam hubungan dengan Allah. Dalam hal ini doa
berhubungan erat dengan gerak dan dinamika hubungan manusia dengan Allah
yang biasa disebut fungsi subyektif (Darminta,1983:61-62).
Doa juga berfungsi obyektif yakni mengaktualisasikan hubungan manusia
dengan Allah. Doa mengarahkan hidup manusia kepada Allah, membantu untuk
semakin mengenal Allah, semakin berpaut pada Allah dan semakin merindukan
kesatuan dengan Allah. Kesatuan dengan Allah mengandaikan terjadinya
perubahan dan perkembangan rohani. Di sini doa berfungsi untuk mencari Allah
dan memupuk kesatuan dengan Allah. Karena pengalaman akan Allah
menyangkut seluruh hidup manusia, maka doa berperanan bagi pembentukan
pribadi manusia yang utuh, dinamis menuju kepada yang lain. Ini berfungsi untuk
pengaturan dan penataan pribadi dan hidup manusia baik internal maupun
eksternal, baik sikap maupun tindakan. Di samping itu doa juga mengatur tata
hidup manusia dalam hubungan dengan Allah dan sesama. Dengan demikian doa
berfungsi ganda yakni fungsi personal: pembentukan pribadi rohani dan fungsi
sosial: manusia hidup dalam komunio (Darminta, 1983:62-63).
3. Sifat doa
a. Doa merupakan perjumpaan
Doa merupakan perjumpaan dengan Allah yang dinamis. Dalam hal ini
Allah sendiri yang berinisiatif dan manusia menanggapi tawaran Allah. Manusia
membiarkan Allah bertindak atas kehendak-Nya dan menyerahkan diri seutuhnya
kepada-Nya yang telah lebih dulu mencintainya.

17

Dalam perjumpaan, orang mengungkapkan segala pengalaman yang
dialami dalam hidup. Pengalaman hidup itu bermacam-macam: kegembiraaan,
kegelisahan, ketenangan, pengalaman menjadi orang yang lemah, gagal, kuat,
sehat maupun sakit dan lain sebagainya. Semua pengalaman tersebut membuat
orang makin mampu untuk berdoa. Pemahaman dan penghayatan doa berkembang
sejalan dengan situasi yang dialami dalam hidup sehari-hari. Sebagaimana
pengalaman itu menempa kepribadian demikian juga pengalaman hidup rohani.
Dengan demikian doa bergerak secara dinamis (Darminta, 1983: 39).
Relasi perjumpaan dengan Tuhan memberikan kekuatan, kemampuan serta
pandangan yang selalu baru di dalam memaknai hidup setiap waktu. Relasi
dengan Tuhan hanya terjadi jika orang memiliki di dalam dirinya sendiri suatu
semangat untuk berdoa atau berjumpa dengan Tuhan secara terus-menerus.
Dengan demikian kita percaya bahwa doa seperti obat yang mampu memberikan
tubuh suatu kesegaran dan kesembuhan, kegembiraan, kedamaian, kekuatan dan
kemampuan yang baru. Kebutuhan jiwa kita tidak lain adalah relasi atau
hubungan dengan Tuhan setiap waktu (Djono Moi, 2008:83).
b. Doa sebagai suatu misteri
Doa dikatakan sebagai suatu misteri karena di dalamnya kita berjumpa
dengan Tuhan yang sulit dipahami dan dimengerti secara penuh rencana dan
tindakan-Nya. Sulit untuk diungkapkan arti yang paling tepat. Ia memperkenalkan
diri-Nya dengan kebesaran. Setiap kali manusia berusaha untuk mengenal-Nya,
setiap kali pula pengenalan akan Diri-Nya menjadi sesuatu yang selalu baru tak

18

pernah habis. Allah terlalu ajaib, tak tergapai oleh manusia yang hanya ciptaan
saja (Mzm 139:1-6). Pengenalan akan Allah tak pernah habis, sebab Allah itu
sendiri misteri. Dan setiap kali manusia sadar akan perjumpaan dengan Allah, ia
selalu berhadapan dengan misteri yang tak kunjung habis untuk dipahami
(Jacobs,2004:59).
Jacobs, (2004:59-61) menekankan bahwa ”misteri di sini berarti rencana
dan tindakan Tuhan, rahasia Allah (1Kor 4:1). Pada dasarnya rahasia adalah
misteri Kristus (Ef 3:4).” Dengan demikian, misteri merupakan karya keselamatan
Allah yang dilaksanakan dalam Kristus dan diwartakan dalam injil. Doa adalah
karya keselamatan Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus yang ditanggapi
manusia. Dengan doa manusia menempatkan diri dalam arus rahmat yang
menghubungkan dirinya dengan Allah. Dengan doa manusia menggabungkan diri
dengan sejarah keselamatan yang meliputi umat manusia. Dalam hal ini doa
berarti ambil bagian dalam gerakan yang menghubungkan dunia dengan surga.
c. Doa bersifat eksklusif
Doa disebut eksklusif karena dalam doa terjadi perjumpaan manusia secara
pribadi dan mesra dengan Allah. Perjumpaan pribadi itu selalu berarti Allah yang
lebih dahulu menjumpai manusia. Dalam perjumpaan tersebut ada saling
menyapa. Dalam perjumpaan yang pribadi itu orang memiliki cara yang berbeda
dalam menanggapi tawaran pengenalan akan Allah. Hubungan ini terjadi hanya
antara Allah dengan pribadi orang yang bersangkutan, sehingga dalam pejumpaan

19

tersebut orang bisa mengungkapkan pengalaman hidupnya dengan hati yang bebas
dan terbuka (Martini,1987:12).
Lebih ditegaskan lagi oleh Djono Moi, O.Carm (2008 : 43-44) bahwa doa
bermula dari relasi yang personal antara manusia dengan Allah sebagai Bapa.
Relasi ini yang memungkinkan pengenalan akan pribadi Allah sebagai Bapa,
sehingga mendorong manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya. Tanpa
pengenalan akan Allah manusia tidak mungkin mampu mengadakan doa kepada
Allah. Ini diawali dengan membuka diri, menerima dan mencintai. Dengan
demikian doa merupakan komunikasi yang sangat pribadi dengan Allah.
Komunikasi ini bisa berjalan dengan baik bila didukung oleh suasana hati yang
tenang dan berada dalam kesunyian. Manusia berkomunikasi secara pribadi
dengan Tuhan baik melalui kata-kata maupun tanpa kata-kata. Dengan kata-kata
ia mengungkapkan isi hati dan keinginannya kepada Tuhan. Dengan tanpa katakata ia membiarkan diri di hadapan Tuhan dalam keheningan.
Hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari Tuhan. Tuhan yang
menciptakan manusia dan berusaha untuk berkomunikasi dengannya. Setiap orang
diminta untuk terus-menerus berelasi dengan Dia melalui doa. Dalam doa,
manusia dan Tuhan saling b