Dinamika penderita nomophobia berat - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
Ni Nyoman Indah Triwahyuni
149114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI
DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Disusun oleh:
Ni Nyoman Indah Triwahyuni
NIM: 149114010

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. A. Supratiknya

Tanggal,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


HALAMAN PENGESAHAN
DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Ni Nyoman Indah Triwahyuni
NIM: 149114010

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 22 Januari 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji
Nama Penguji

Tanda Tangan

1.

Penguji 1


: Prof. A. Supratiknya, Ph.D.

2.

Penguji 2

: Dr. Tjipto Susana, M.Si.

3.

Penguji 3

: R. Landung Eko Prihatmoko, M.Psi., Psi.

Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma

(Dr. Titik Kristiyani, M.Psi)


iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“Bekerjalah terus tanpa henti dan berikan yang terbaik atas

semua energi yang kamu miliki, serta persembahkan apa yang
kamu kerjakan untuk Tuhan dan orang-orang terdekatmu.
Maka, yakinlah apa yang kamu kerjakan akan memberikan
hasil yang terbaik bagi dirimu”
(Mank Indah)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


Karya ini saya persembahkan untuk
Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para Leluhur

Untuk Bapak, Mama, Kakak, dan Adik,
serta sahabat dan teman-teman,
Atas semangat, kasih, canda, dan penyertaannya selama ini

Untuk para kaum muda dan partisipan,
yang telah memberikan sudut pandang dan ceritanya terkait
kecemasan saat tidak bisa menggunakan smartphone.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar acuan, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2019
Penulis

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT
Ni Nyoman Indah Triwahyuni
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita
nomophobia berat. Data dikumpulkan dengan pendekatan mixed-method, diawali dengan
penggunaan metode kuantitatif untuk mendapatkan responden dengan kategori nomophobia berat
dan dilanjutkan dengan metode kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner nomophobia yang dimiliki Yildirim dan Correia (2015), sedangkan data kualitatif
dikumpulkan melalui proses wawancara. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan metode

analisis statistik deskriptif. Sementara data kualitatif dianalisis menggunakan analisis isi kualitatif
(AIK) dengan pendekatan deduktif, yakni analisis terarah. Partisipan penelitian ini merupakan
mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Pada Studi 1 berjumlah 221 orang
dan pada Studi 2 berjumlah empat orang. Hasil yang ditemukan adalah dari 221 orang responden,
semuanya mengalami nomophobia dan kaum perempuan lebih rentan mengalami nomophobia
berat. Secara umum, kecemasan saat tidak bisa menggunakan smartphone muncul sejak kuliah dan
SMA yang diduga disebabkan oleh pengalaman negatif yang diberikan dari orang terdekat. Gejala
yang dominan muncul adalah cemas jika ada seseorang yang menghubungi, sehingga partisipan
menganggap koneksi adalah hal yang penting untuk dapat uptodate dengan informasi di sosial
medianya. Strategi coping yang dominan digunakan untuk mengalihkan kecemasan adalah
berinteraksi sosial dan melakukan hobi.
Kata kunci :Dinamika, nomophobia, mixed-method

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DYNAMICS OF SEVERE NOMOPHOBIA PATIENTS
Ni Nyoman Indah Triwahyuni
ABSTRACT

This study aims to explore how the dynamics of patients with severe nomophobia. Data
were collected with a mixed-method approach, starting with the use of quantitative methods to get
respondents with severe nomophobia category and followed by qualitative methods. The
quantitative data were collected using questionnaires nomophobia owned Yildirim and Correia
(2015), while the qualitative data collected through the interview process. Quantitative data
analysis was conducted using descriptive statistical analysis. While the qualitative data were
analyzed using qualitative content analysis with a deductive approach, the analysis focused.
Participants of this study arestudents one of private Colleges in Yogyakarta. There were 221
people in study onewhile in Study two there were four people. Results are from 221 respondents.
All of them experienced nomophobia where women were more susceptible to suffer from severe
nomophobia. In general, anxiety when unable to use smartphones emerged since college and high
school which is suspected to be caused by the negative experience came from significant others.
The dominant symptoms appear is feeling anxious if someone contacted them, so that participants
assume that connection is important in order to be up to date with information on social media.
The most used coping strategy used to distract their anxiety was by interacting socially and doing
hobbies.
Keywords: Dynamics, nomophobia, mixed-method

viii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Ni Nyoman Indah Triwahyuni

Nomor Mahasiswa

: 149114010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :
Dinamika Penderita Nomophobia Berat
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 30 Januari 2019
Yang menyatakan,

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Perjalanan yang tidak mudah untuk menyelesaikan pembuatan skripsi
hingga harus menambah satu semester untuk dapat menyelesaikannya. Tidak
hanya untuk mendapatkan tanda kelulusan atau ijazah, namun untuk menemukan
sebuah pembelajaran dalam berproses membuat suatu karya yang baik dan benar.
Proses ini tidak akan mudah untuk saya jalani sendiri. Begitu banyak orang-orang
hebat dan luar biasa yang mendukung perjalanan saya. Setulus hati saya ingin

mengucapkan terima kasih pada semua orang yang telah berperan serta membantu
saya secara langsung ataupun tidak langsung.
1.

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang Maha Segalanya! Saya beryukur atas
pengalaman dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat
berproses sedemikian rupa dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
sudah menjadi tempat saya berkeluh kesah saat saya merasakan
ketidaknyamanan dalam hati saya. Terima kasih atas energi yang Engkau
berikan kepada saya hingga saya bisa sampai pada titik ini.

2.

Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
sabar dan memiliki dedikasi yang tinggi memberikan waktu serta segala hal
yang dimilikinya untuk membantu kami menyelesaikan skripsi dengan baik.
Terima kasih telah mengajari banyak hal untuk bisa membuat hasil karya
yang baik dan benar. Terima kasih telah mengembangkan kami Bapak.

3.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh jajaran Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, atas segala informasi dan sistem pembelajaran

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang diterapkan. Berproses di tempat ini membuat saya lebih berkembang
dan lebih mampu memahami diri saya sendiri serta orang lain.
4.

Terima kasih kepada Bapak Eddy Suhartanto M.Si selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu memberikan bantuannya dalam proses menyelesaikan
administrasi kegiatan perkuliahan saya.

5.

Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak R. Landung Eko Prihatmoko, M.Psi.,
Psi. selaku dosen penguji. Terima kasih atas diskusi dan masukan yang
diberikan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

6.

Bapak Ketut Sumiartha, Ibu Wayan Sutri, Ayu Sri Adnyani, Aditya Jaya
Permana, Ketut Sri Muliati, dan Krisna Yuliawan yang selalu memberikan
semangat dan selalu mengingatkan saya bahwa skripsi adalah prioritas utama.

7.

Terima kasih kepada Deva “Pabo” selaku teman kos sekaligus teman dekatku
yang selalu ada dalam segala situasi Mank Indah. Terima kasih telah menjadi
teman bercerita, bermain, bercanda, menangis, dan segalanya. Aku sayang
Pabo.

8.

Kepada rekan diskusi yang sungguh luar biasa Dimas Maharani Parwanto
(Kuncung). Terima kasih atas waktu dan pemikiran kritismu yang selalu
membuatku mencari tahu lebih dalam terkait suatu hal.

9.

Keluargaku PBB “Deva, Pande, Indri, Okta, Gantih, dan Dewa” yang menjadi
tempatku untuk pulang di perantauan. Kalian yang memberikan warna
bahagia saat kita berkumpul bersama. Tetaplah seperti ini nanti dan aku selalu
sayang kalian.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10. Teman-temanku OMI “Intan, Dea, dan Grace” yang selalu mendukungku,
memahamiku, dan mengajak aku pergi untuk menghilangkan rasa suntukku.
Terima kasih telah menerimaku yang apa adanya ini, aku sayang kalian.
11. Kepada teman-teman kelas A angkatan 2014 yang telah menemaniku sejak
semester awal. Terima kasih atas semangat dan kerjasamanya selama ini.
12. Terima kasih kepada semua teman-temanku dari PF 2015, AKSI 2016, PF
2017, AKSI 2018, dan P2TKP yang selalu memberikan semangat dan
pengalaman berharga saat berdinamika dengan kalian.
13. Kepada adik-adikku, Anting, Brian, dan Alma, yang selalu menjadi temanteman bercerita segala hal. Senang mengenal kalian, semangat penyusunan
skripsi ke depan!!
14. Anak-anak Profesor yang menjadi teman seperjuangan dalam menyelesaikan
skripsi. Terima kasih atas diskusi, canda, dan sedihnya. Tetaplah semangat
dan yakinlah ketika kalian terus berusaha memberikan yang terbaik atas apa
yang kalian miliki, pasti akan berujung baik. Semangat!!
15. Para partisipan yang mengalami nomophobia, terima kasih atas partisipasi
kalian. Tanpa kalian skripsi ini tidak akan berarti dan selesai.
16. Serta segala pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih
telah membantu saya memberikan dukungan emosional, teknis, atau lainnya.
Kendati segala ucapan terima kasih ini saya berikan kepada segala pihak,
hanya sayalah yang bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang
mungkin terjadi dalam skripsi ini.Saya ingin mempersembahkan skripsi ini

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terutama kepada orangtua saya sebab mereka telah mengajarkan saya menjadi
seorang yang mandiri dan pekerja keras.
Yogyakarta, 30 Januari 2019
Penulis

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI
KARYA ILMIAH .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................8
1. Manfaat Teoritis .....................................................................................8
2. Manfaat Praktis ......................................................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................9
A. Remaja dan Teknologi Informasi .................................................................9
B. Nomophobia ...............................................................................................12
1. Pengertian .............................................................................................12
2. Dimensi Nomophobia ..........................................................................13
a. Not Being Able to Communicate ....................................................13
b. Losing Connectedness ....................................................................15
c. Not Being Able to Access Information ...........................................16

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Giving Up Convenience .................................................................17
3. Pengukuran Nomophobia .....................................................................19
4. Dinamika Mahasiswa Penderita Nomophobia Berat............................21
C. Kerangka Konseptual .................................................................................23
BAB III
STUDI 1 .................................................................................................................28
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................28
B. Variabel Penelitian & Definisi Operasional ...............................................28
C. Partisipan ...................................................................................................29
D. Metode Pengambilan Data .........................................................................30
E. Analisis dan Interpretasi Data ...................................................................36
F. Hasil dan Pembahasan ...............................................................................37
BAB IV
STUDI 2 .................................................................................................................40
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................40
B. Fokus Penelitian .........................................................................................40
C. Partisipan ....................................................................................................41
D. Peran Peneliti .............................................................................................42
E. Metode Pengambilan Data .........................................................................43
F. Analisis dan Interpretasi Data ....................................................................46
G. Penegakan Kredibilitas dan Dependibilitas Penelitian ..............................48
H. Hasil dan Pembahasan................................................................................49
1. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ...............50
2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..........................................................58
BAB V
PEMBAHASAN UMUM ......................................................................................73
A. Keseluruhan Subjek Mengalami Nomophobia ..........................................73
B. Prevalensi Perempuan Lebih Tinggi Mengalami Nomophobia Berat .......73
C. Asal-Usul Munculnya Kecemasan .............................................................74
D. Gejala dan Keluhan Terkait dengan Dimensi Nomophobia.......................75
E. Strategi Coping Mengurangi Kecemasan ..................................................77

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB VI
PENUTUP ..............................................................................................................79
A. Kesimpulan ................................................................................................79
B. Keterbatasan penelitian ..............................................................................80
C. Saran ..........................................................................................................81
1. Bagi peneliti selanjutnya ......................................................................81
2. Bagi praktisi psikologi .........................................................................82
3. Bagi keluarga dan orang terdekat partisipan ........................................82
4. Bagi partisipan .....................................................................................82
DAFTAR ACUAN ................................................................................................83

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual ............................................................... 26

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Adaptasi Kuesioner Nomophobia Yildirim dan Correia (2015) .... 32
Tabel 2. Blue Print Kuesioner Nomophobia ......................................................... 35
Tabel 3. Koefisien Korelasi Setiap Item ............................................................... 36
Tabel 4. Norma Tingkat Nomophobia Menurut Yildirim dan Correia (2015) ..... 37
Tabel 5. Sebaran Subjek Nomophobia Berat ........................................................ 38
Tabel 6. Partisipan Nomophobia Berat di Studi 2 ................................................. 41
Tabel 7. Pedoman Wawancara .............................................................................. 45
Tabel 8. Kerangka Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan ........................... 47
Tabel 9. Kerangka Analisis Dimensi Nomophobia ............................................... 47
Tabel 10. Kerangka Analisis Strategi Coping untuk Mengatasi Kecemasan........ 48
Tabel 11. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .......................................... 49
Tabel 12. Hasil Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan ................................. 63
Tabel 13. Hasil Analisis Gejala dan Keluhan Terkait Dimensi Nomophobia ...... 69
Tabel 14. Hasil Analisis Strategi Coping Mengatasi Kecemasan ......................... 71

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Partisipan/ Informed Consent ..............86

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang Indonesia adalah pengguna smartphone nomor satu di dunia
(“Orang Indonesia”, 2014). Lembaga riset digital Marketing atau Emarketer
memperkirakan bahwa pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di
Indonesia akan mencapai lebih dari 100 juta orang (Wahyudi, 2016). Di sisi lain,
di tahun 2013, riset yang dilakukan Yahoo dan Midshare menemukan bahwa dari
41 juta orang di Indonesia yang menggunakan smartphone, 39% diantaranya
adalah kaum muda dengan rentang usia 16 sampai 21 tahun (Wulandari,
Darmawiguna, & Wahyuni, 2014). Diduga bahwa populasi anak muda yang
menggunakan smartphone di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan tersebut terlihat dari hasil observasi peneliti bahwa kaum
muda tidak bisa terpisahkan dari smartphone yang mereka miliki dalam
melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Hasil observasi ini dapat diperkuat
dengan pemaparan Bragazii dan Puente (2014) yang menyatakan bahwa
perubahan kebiasaan dan perilaku sehari-hari individu saat ini terjadi karena
meningkatnya pemanfaatan dan penetrasi teknologi serta komunikasi virtual baru
yang bersifat pribadi, dimana salah satu teknologi perantaranya adalah
smartphone. Pemanfaatan akan smartphone ini seperti dapat mengirim pesan
singkat, melakukan panggilan, mengecek dan mengirim e-mail, berselancar di
dunia maya, belajar, jejaring sosial, mencari informasi di internet, permainan, dan
bahkan untuk membuat jadwal (Mulyar, 2016).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

Namun, selain memberikan banyak manfaat, smartphone juga dapat
memberikan dampak negatif. Menurut Hoffman (Bragazii dan Puente, 2014)
penggunaan jangka panjang pada media baru ini mudah mengarahkan seseorang
ke perilaku adiktif dan impulsif. Yildirim dan Correia (2015) menambahkan ada
beberapa masalah terkait dengan penggunaan smartphone, salah satunya adalah
nomophobia. Nomophobia atau no mobile phone phobia adalah phobia yang
menggambarkan kecemasan atau ketidaknyamanan saat seseorang berada jauh
atau tidak dapat kontak dengan smartphone atau komputer yang dimilikinya
(King, Valenca, & Nardi, 2010, dalam Yildirim & Correia, 2015).
Yildirim dan Correia (2015) dalam hal ini mengungkapkan bahwa
nomophobia merupakan akibat interaksi individu dengan smartphone. Pernyataan
ini diungkapkan karena bertolak dari definisi King et al. (2010, dalam Yildirim &
Correia, 2015) mengenai nomophobia. Menurutnya, nomophobia adalah fobia
yang modern yang dihasilkan dari interaksi individu dengan teknologi baru.
Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) juga melihat bahwa smartphone semakin
marak pada lima tahun terakhir, dimana telah mengambil alih pasar telepon
selular bahkan hampir menggantikan frasa “telepon selular” (Yildirim & Correia,
2015).
Lalu, menurut Yildirim dan Correia (2015), nomophobia memiliki empat
dimensi yaitu, not being able to communicate, losing connectedness, not being
able to access information, and giving up convenience. Not being able to
communicate adalah perasaan kehilangan komunikasi ketika tidak dapat
dihubungi atau menghubungi seseorang. Losing connectedness adalah perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

kehilangan koneksi dan terputus dengan identitas online seseorang pada sosial
media. Not being able to access information adalah munculnya rasa
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengakses
informasi melalui smartphone. Giving up convenience menggambarkan sebuah
kenyamanan untuk tetap berada di dekat smartphone yang dimiliki.
Yildirim dan Correia (2015) menyatakan bahwa mengingat banyaknya
penggunaan smartphone di kalangan mahasiswa, maka tidak mengejutkan bahwa
mereka rentan dengan nomophobia. Pernyataan ini diperkuat dengan temuan
penelitian yang dilakukan di Universitas Airlangga. Dari 380 responden, hanya 17
responden yang ditemukan tidak mengalami nomophobia. Sedangkan sisanya,
masuk ke dalam beberapa kategori, yaitu 88 responden masuk kategori
nomophobia ringan, 148 responden masuk kategori nomophobia sedang, 92
masuk kategori nomophobia berat, dan 34 masuk kategori nomophobia sangat
berat (Mulyar, 2016).
Temuan tersebut tentu mengkhawatirkan, sebab menurut Dixit et al. (2010,
dalam Gezgin & Cakir, 2016) bahwa perilaku nomophobic dapat menyebabkan
seorang individu merasakan efek kecemasan negatif yang berujung pada sulitnya
berkonsentrasi saat melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, sebuah artikel
berita menyebutkan terdapat dua orang anak yang mengalami guncangan jiwa
akibat tidak diizinkan memegang atau menggunakan gadget oleh orangtuanya
(Flora, 2018).
Mengingat bahwa nomophobia adalah sebuah phobia yang mampu
mengubah kehidupan keseharian manusia ke arah yang negatif dan saat ini masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

terdengar asing di kalangan masyarakat Indonesia, maka peneliti bertujuan
melakukan penelitian secara lebih mendalam dengan mencari tahu dinamika dari
penderita nomophobia berat. Dinamika penderita nomophobia berat yang
dimaksud meliputi: (1) asal-usul munculnya kecemasan ketika tidak bersama
smartphone, (2) gejala dan keluhan apa saja terkait dengan empat dimensi
nomophobia yang dialami oleh penderita nomophobia berat, (3) strategi coping
untuk mengatasi kecemasan yang muncul ketika tidak bersama dengan
smartphone.
Penelitian terdahulu, baik di luar atau dalam negeri, belum banyak yang
membahas nomophobia secara lebih mendalam. Sejauh ini, penelitian di luar
negeri ada yang bertujuan mencari tahu prevalensi nomophobia di kalangan
mahasiswa, seperti dilakukan di medical college di Bangalore (Pavithra, Suwarna,
& Murthy, 2015) dan di Turkish college students (Yildirim, Sumuer, Adnan, &
Yildirim, 2015). Lalu, ada pula yang mencari prevalensi nomophobia ini di
kalangan pengguna smartphone di India (Kanmani, Bhavani, & Maragatham,
2017). Kemudian, penelitian lain ada yang berusaha mencari dimensi dari
nomophobia serta melakukan validasi kuesioner nomophobia yang telah dibuat
(Yildirim & Correia, 2015). Sementara penelitian di Indonesia lebih banyak
mencari hubungan nomophobia dengan beberapa aspek psikologis, seperti
kepercayaan diri (Sudarji, 2017), self esteem (Mayangsari & Ariana, 2015), dan
the big five personality (Prasetyo & Ariana, 2016).
Dari segi desain penelitian yang digunakan, kebanyakan laporan penelitian
terdahulu

menggunakan

desain

penelitian

kuantitatif

dengan

instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

pengumpulan datanya berupa kuesioner (King et al., 2014; Yildirim et al., 2015;
Pavithra et al., 2015; Mayangsari & Ariana, 2015; Gezgin & Cakir, 2016;
Prasetyo & Ariana, 2016; Kanmani et al., 2017; Prasad, Patthi, Singla, Grupta,
Saha, Kumor, Malhi, & Venisha, 2017; Sudarji, 2017; Wahyuni & Harmaini,
2017). Lalu, ada pula penelitian yang menggunakan desain kualitatif dan mix
method, yaitu penelitian yang dilakukan Yildirim dan Correia (2015). Mix method
yang dilakukan Yildirim dan Correia (2015) digunakan untuk mencari dimensi
dan mengembangkan kuesioner untuk mengukur nomophobia. Tahap pertama
yang dilakukan oleh Yildirim dan Correia (2015) adalah menggunakan desain
kualitatif dengan wawancara sebagai instrumen yang dipilih untuk mengumpulkan
data. Selanjutnya, mereka menggunakan desain kuantitatif dan kuesioner sebagai
instrumennya. Dalam menggunakan desain mix method ini, Yildirim dan Correia
(2015) lebih berfokus pada pengembangan kuesioner untuk mengukur
nomophobia. Sedangkan dari segi partisipan, sebagaian besar penelitian baik di
luar maupun di dalam negeri menggunakan partisipan yang memiliki rentang usia
17-35 tahun dengan mahasiswa sebagai profesi yang sebagian besar digunakan
untuk sampel penelitian (Mayangsari & Ariana, 2015; Pavithra et al., 2015;
Yildirim & Correia, 2015; Yildirim, Sumuer, Adnan, & Yildirim, 2015; Prasetyo
& Ariana, 2016; Kanmani et al., 2017; Prasad, Patthi, Singla, Grupta, Saha,
Kumor, Malhi, & Venisha, 2017; Sudarji, 2017).
Dari segi hasil penelitian, terdapat dua penelitian yang mengungkapkan
sebuah prevalensi nomophobia di kalangan generasi muda. Pertama, penelitian
Pavithra et al. (2015) mendapati dari 200 mahasiswa yang diteliti 79 diantaranya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

nomophobic. Kedua adalah penelitian dari Yildirim et al. (2015). Mereka
menemukan bahwa 42.6% kaum muda di Turki mengalami nomophobia. Ketiga,
Kanmani et al. (2017) menemukan bahwa perempuan memiliki level nomophobia
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan mahasiswa (18-24 tahun) lebih
rentan terkena nomophobia dibandingkan kalangan yang sudah bekerja. Lalu,
penelitian di Indonesia hanya mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara
nomophobia dengan aspek psikologis yang diteliti, yaitu kepercayaan diri
(Sudarji, 2017), self esteem (Mayangsari & Ariana, 2015), dan the big five
personality (Prasetyo & Ariana, 2016).
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, peneliti menemukan beberapa
defisiensi. Dari segi fokus penelitian, belum ada yang meneliti mengenai
dinamika penderita yang mengalami nomophobia berat di luar maupun dalam
negeri. Penelitian di Indonesia sebelumnya lebih banyak mencari keterkaitan
nomophobia dengan aspek psikologis. Dari segi desain penelitian, hanya satu
yang ditemukan menggunakan desain mix method dan berlokasi di luar negeri,
yaitu Amerika Serikat. Desain tersebut digunakan dengan lebih dominan pada
desain kuantitatif untuk dapat mengembangkan kuesioner yang mampu mengukur
nomophobia. Sisanya, lebih banyak yang menggunakan desain penelitian
kuantitatif yang lebih berfokus mencari suatu hubungan dengan aspek psikologis
dan melihat prevalensi kasus nomophobia di suatu populasi. Hal tersebut kurang
dapat memberikan gambaran secara lebih mendalam mengenai dinamika
penderita nomophobia berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

Bertolak dari defisiensi yang dipaparkan itu, peneliti ingin menggunakan
mix method untuk mengetahui dinamika penderita nomophobia berat, dengan
subjek mahasiswa aktif di suatu Universitas. Tujuan dari penggunaan mix method
adalah: pertama, menemukan subjek yang tergolong memperoleh skor kategori
nomophobia berat dengan metode kuantitatif dan kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan datanya. Setelah itu, yang kedua, sampel subjek yang tergolong
berat akan diwawancara menggunakan metode kualitatif. Hal ini dilakukan untuk
dapat mengeksplorasi dinamika nomophobia berat yang dialami oleh subjek
tersebut. Kemudian, data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis isi
kualitatif.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pokok: Bagaimana dinamika mahasiswa yang mengalami nomophobia
berat?
Pertanyaan turunan:
1. Bagaimana asal-usul munculnya kecemasan ketika tidak bersama
smartphone?
2. Gejala dan keluhan apa saja terkait dengan empat dimensi nomophobia
yang dialami oleh mahasiswa yang memiliki nomophobia berat?
3. Bagaimana strategi coping untuk mengatasi kecemasan yang muncul
ketika tidak bersama smartphone?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi dinamika mahasiswa yang mengalami
nomophobia berat, meliputi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

1. Asal-usul munculnya kecemasan ketika tidak bersama smartphone
2. Gejala dan keluhan terkait empat dimensi nomophobia yang dialami
mahasiswa yang memiliki nomophobia berat
3. Strategi coping yang digunakan untuk mengatasi kecemasan yang muncul
ketika tidak bersama smartphone
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur
khususnya kajian psikologis mengenai nomophobia di Indonesia, terutama
berkaitan dengan dinamika penderita nomophobia berat, khususnya di kalangan
mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat bahwa nomophobia saat ini sangat rentan terjadi pada kaum
muda khususnya di Indonesia. Selanjutnya, ketika masyarakat mampu memahami
bagaimana dinamika seseorang yang mengalami nomophobia, harapannya adalah
keluarga maupun lembaga masyarakat juga mampu memberikan gambaran dan
penanganan yang tepat untuk membantu subjek yang mengalami nomophobia
berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis akan mengawali penjelasan terkait dinamika
mahasiswa yang masuk dalam golongan remaja dan hubungannya dengan
teknologi. Lalu, penjelasan akan dilanjutkan pada apa yang dimaksud dengan
nomophobia. Penjelasan nomophobia tersebut melingkupi pengertian dan
dimensi-dimensi yang dimiliki oleh nomophobia, serta alat ukur atau kuesioner
nomophobia yang digunakan. Sesudah itu, peneliti berlanjut menjelaskan sedikit
mengenai strategi coping secara umum dan konteks penelitian yang dituju, yaitu
mengenai mahasiswa dengan nomophobia berat, serta pemaparan maksud peneliti
mengenai dinamika mahasiswa yang menderita nomophobia berat. Pada bagian
akhir, peneliti akan memberikan sebuah bagan kerangka konseptual untuk
membantu memperlihatkan alur berpikir penelitian ini.
A. Remaja dan Teknologi Informasi
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari kita saat ini (Lee, Tam, & Chei, 2013; Salehan & Negahban,
2013, dalam Yildirim & Correia, 2015). Kemunculan teknologi telekomunikasi ini
didorong oleh kebutuhan manusia untuk menghadapi berbagai permasalahan yang
dihadapi dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat (Oulasvirta, Rattenbury,
Ma, & Raita, 2012, dalam Yildirim & Correia, 2015). Di era sekarang, ponsel
cerdas atau yang kerap disebut smartphone merupakan teknologi komunikasi yang

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

menjadi trendi masyarakat (Oulasvirta et al., 2012, dalam Yildirim & Correia,
2015).
Tren tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan yang
signifikan pada pengguna smartphone di Indonesia. Pada tahun 2015
penggunanya sebesar 52,2 juta jiwa, kemudian pada tahun 2016: 69,4 juta jiwa,
2017: 86,6 juta jiwa, dan diperkirakan semakin memuncak pada tahun 2018, yakni
sebanyak 103 juta jiwa (Wahyudi, 2017). Riset yang dilakukan Yahoo dan
Midshare pada tahun 2013 menemukan bahwa dari 41 juta orang di Indonesia
yang menggunakan smartphone, 39% diantaranya adalah kaum muda dengan
rentang usia 16 sampai 21 tahun (Wulandari, Darmawiguna, & Wahyuni, 2014).
Hasil tersebut mencerminkan bahwa di samping terjadinya peningkatan pengguna
smartphone di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun, terdapat rentang usia
yang menguasai porsi terbesar dalam kepemilikan smartphone, yakni pada usia
16-21 tahun.
Bagi kaum muda, smartphone atau yang masih akrab disebut oleh
masyarakat Indonesia sebagai handphone (HP) adalah sebuah perangkat yang
memudahkan mereka untuk melakukan dan menyelesaikan berbagai tugas harian,
seperti menelepon dan mengirim pesan, memeriksa dan mengirim email, membuat
janji, menjelajahi internet, berbelanja secara online, menikmati jejaring sosial,
mencari informasi, game, hiburan, dll (Park, Kim, Shon, & Shim, 2013, dalam
Yildirim & Correia, 2015). Selain itu, adanya smartphone juga mampu
meningkatkan status sosial mereka. Manfaat tersebut membuat remaja merasa
lebih terikat pada smartphone yang justru menuntun mereka pada permasalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

terkait penggunaan yang berlebihan pada smartphone (Yilmaz, Sar, & Cilvan,
2015; dalam Gezgin & Cakir, 2016). Smartphone dapat menyebabkan penggunaan
kompulsif (Oulasvirta et al., 2012, dalam Yildirim & Correia, 2015) dan membuat
ketagihan di kalangan remaja (Chiu, 2014; Lee et al., 2014; Salehan & Negahban,
2013, dalam Yildirim & Correia, 2015). Hal ini mungkin terjadi karena remaja
cenderung menghabiskan sebagian besar waktu yang mereka miliki bersama
smartphone-nya.
Lebih bahayanya lagi, di zaman globalisasi, smartphone dapat memberi
efek yang besar pada perkembangan sosial dan emosional remaja (Gezgin &
Cakir, 2016). Samaha dan Hawi (2015) menemukan bahwa kecanduan
smartphone meningkatkan stres dan menurunkan kinerja akademik. Selain itu,
penelitian Lee, Kim, Ha, Yoo, Han, Jung, & Jang (2016) yang dilakukan di
kalangan mahasiswa membuktikan bahwa ketergantungan smartphone dapat
menimbulkan perasaan cemas. Hal tersebut diduga mampu membawa remaja
lebih rentan pada kecanduan oleh smartphone dibandingkan orang dewasa (Kwon,
Kim, Cho, dan Yang, 2013, dalam Gezgin & Cakir, 2016). Efek kecanduan inilah
yang menyebabkan remaja rentan terkena nomophobia.
Dalam konteks penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana remaja
khususnya mahasiswa mengalami dinamika sebagai penderita nomophobia berat.
Mahasiswa yang dimaksud adalah orang-orang yang masuk ke dalam golongan
remaja dan merupakan peserta didik yang sedang menjalani proses pendidikan di
suatu perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, remaja khususnya mahasiswa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

digunakan oleh peneliti adalah mereka yang berusia 18-24 tahun (Curtis, 2015)
dan masuk dalam kategori nomophobia berat.
B. Nomophobia
1. Pengertian
Nomophobia atau disebut juga no mobile phone phobia merupakan sebuah
phobia yang menggambarkan kecemasan seseorang ketika berada jauh dari mobile
phone miliknya (SecurEnvoy, dalam Yildirim & Correia, 2015). Cheever et al.
(Prasetyo & Ariana, 2014) juga menjelaskan bahwa nomophobia adalah phobia
yang menggambarkan kondisi seseorang yang tidak dapat lepas dari telepon
genggam miliknya. Oleh karena itu, Yildirim dan Correia (2015) mengungkapkan
bahwa nomophobia memiliki keterkaitan dengan interaksi seseorang dengan
mobile phone. Kemudian, King et al. (2014) yang mengutip dari sebuah majalah
Nomophobia fear pada tahun 2012, menambahkan bahwa nomophobia adalah
sebuah ketakutan yang terjadi karena tidak dapat melakukan komunikasi melalui
mobile phone atau tidak dapat terhubung dengan internet.
Phobia yang memiliki keterkaitan dengan interaksi seseorang dengan
mobile phone ini menyebabkan seseorang memiliki kecemasan dan ketakutan
berlebih jika ia kehilangan atau jauh dari ponselnya (Wahyuni & Harmaini, 2017).
Dixit et al. (Gezgin & Cakir, 2016) juga menyatakan hal yang sama bahwa
individu yang memiliki perilaku nomophobic akan merasakan cemas saat individu
tersebut kehilangan, kehabisan baterai, atau tidak mendapatkan koneksi pada
handphone-nya. Selain itu, individu dengan nomophobia juga mengalami
ketakutan ketika ia melewatkan sebuah telepon atau pesan singkat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

melewatkan informasi penting dari jejaring sosial (Mayangsari, 2012; dalam
Sudarji, 2017).
Lebih lanjut, Sudarji (2017) juga menjelaskan orang yang mengalami
nomophobia selalu hidup dalam kekhawatiran dan kecemasan ketika ia
meletakkan atau menyimpan smartphone. Hal tersebut pula yang membuat orang
yang menderita nomophobia selalu membawa smartphone-nya kemana pun ia
pergi. Lalu, Sudarji (2017) kembali memaparkan bahwa penderita nomophobia
dapat memeriksa smartphone mereka hingga 34 kali dalam sehari dan kerap
membawanya hingga ke toilet. Maka, penjelasan King, Valenca, Silva, Baczynski,
Carvalho, dan Nardi (2013) dapat memberikan kesimpulan bahwa nomophobia
mengacu pada suatu ketidaknyamanan atau kecemasan yang disebabkan oleh
tidak tersedianya ponsel, PC atau perangkat komunikasi virtual lainnya.
2. Dimensi Nomophobia
Menurut Yildirim dan Correia (2015), nomophobia memiliki empat
dimensi yaitu, not being able to communicate, losing connectedness, not being
able to access information, dan giving up convenience.
a.

Not Being Able to Communicate atau tidak dapat berkomunikasi,

adalah perasaan kehilangan komunikasi dan tidak bisa menggunakan layanan
yang memungkinkan komunikasi secara langsung dengan orang lain. Hal tersebut
meliputi perasaan tidak bisa menghubungi atau dihubungi. Dalam temuan hasil
wawancaranya, Yildirim dan Correia (2015) menemukan para partisipannya
sangat mengandalkan smartphone dan fitur-fitur yang ada untuk keperluan
komunikasi. Pernyataan-pernyataan

yang muncul misalnya seperti: “Ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

memungkinkan saya berkomunikasi lebih mudah dengan seseorang. Jadi, jika
jadwal saya diubah atau saya perlu bertanya dengan seseorang, saya dapat
melakukannya dengan lebih mudah.” (Olivia). Ada pula yang mengatakan, “Anda
bisa saja mengirimkan pesan teks ke grup untuk memberitahu dimana Anda akan
bertemu.” (Lily). Satu partisipan juga menyatakan bahwa telepon sangat
membantunya dalam berkomunikasi, Ted berkata, “Ketika saya pertama kali
datang ke AS, saya merasa rindu rumah, tapi telepon saya dapat membantu saya
untuk berkomunikasi dengan keluarga saya dan saya merasa lebih baik”.
Melalui kutipan pernyataan tersebut dapat ditunjukkan bahwa smartphone
sebagai alat komunikasi begitu penting bagi orang dewasa muda. Para partisipan
menyatakan bahwa ketika mereka tidak dapat menggunakan smartphone, mereka
akan merasa cemas. Hal ini tergambar dari kutipan-kutipan pernyataan di bawah
ini: “Bagian yang paling disayangkan adalah ketika saya tidak dapat menerima
pesan atau e-mail apapun. Saya tidak dapat menghubungi orang yang perlu saya
hubungi dan hal tersebut memunculkan perasaan tidak menyenangkan.” (Petrus).
Pernyataan lain dari Lily seperti, “Uhmm..itu agak aneh, ketika saya tidak bisa
mengirimkan pesan kepada teman sekamar saya. Saya seakan tidak bisa
berkomunikasi”.
Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) menemukan bahwa komunikasi
secara langsung atau yang dikatakan instan berarti bisa mendapatkan pesan teks
dari seseorang dengan segera. Selain pesan teks, media komunikasi lain yang
dilakukan oleh beberapa orang adalah pesan e-mail. Misalnya, partisapan Astrid
yang menyatakan “Ketika saya tidak memeriksa e-mail saya, saya akan merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

cemas karena saya tahu di akhir hari saya akan mendapatkan e-mail yang banyak.
Di sisi lain, saya tidak dapat memeriksanya. Jika seseorang membutuhkan
sesuatu, saya tidak dapat segera meresponnya.”. Pernyataan tersebut juga
menunjukkan bahwa ada sebuah keinginan dari Astrid untuk segera merespon
seseorang yang menghubunginya.
b. Losing Connectedness atau kehilangan koneksi adalah perasaan
kehilangan koneksi pada smartphone dan terputus dengan identitas online
khususnya pada sosial media yang dimiliki. Para peserta menjelaskan bahwa
koneksi merupakan alasan utama kaum muda menggunakan smartphone. Hal
tersebut dapat tergambarkan dari salah satu hasil wawancara Yildirim dan Correia
dengan seorang mahasiswi yaitu, Astrid. Ia mengatakan bahwa smartphone
memungkinkannya untuk tetap terhubung pada teman-temannya yang berada di
negeri yang berbeda dan ia juga dapat mengikuti perkembangan dari temantemannya. Selain itu, keterhubungan atau terkoneksi yang dijelaskan oleh peserta
lainnya adalah ia mampu mengetahui arti dari notifikasi yang muncul melalui
smartphone miliknya. Hal ini seperti lampu berwarna ungu memiliki arti bahwa
itu adalah e-mail. Warna biru mengartikan teman dan yang lainnya. Melalui hal
tersebut peserta dapat memperhatikan dari kejauhan dan bisa pula memutuskan
untuk tidak memperdulikan hal-hal yang dianggap tidak penting. Peserta lainnya
ada pula yang mencontohkan bahwa keterhubungan yang dimaksud seperti ia
akan memeriksa sesegera mungkin jika terdapat pemberitahuan yang masuk ke
dalam smartphone miliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

Pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan pentingnya orang-orang
muda memberikan sebuah tanda yang berfungsi untuk memastikan mereka
melihat pemberitahuan yang masuk ke dalam smartphone mereka. Pemberitahuan
tersebutlah yang membuat mereka memiliki keinginan untuk memeriksa
smartphone mereka. Tampaknya, melihat sebuah notifikasi yang ada di
smartphone merupakan salah satu cara memastikan keterhubungan. Jika mereka
melihat pemberitahuan, berarti mereka merasa tetap terhubung dengan identitas
dan jaringan online yang mereka miliki. Selain itu, keterhubungan tersebut tidak
hanya terkait dengan identitas online yang mereka miliki, namun juga dengan
smartphone itu sendiri. Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Olivia yang
menyatakan bahwa ia merasa hampa ketika ia meninggalkan teleponnya di rumah.
Kemudian ungkapan John juga mencerminkan hal yang sama, ia mengatakan akan
merasa tidak nyaman ketika ia meninggalkan teleponnya.
c.

Not Being Able to Access Information atau tidak dapat mengakses

informasi adalah dimensi yang menggambarkan ketidakmampuan seseorang
dalam

mengakses

informasi.

Dimensi

ini

tercermin

dengan

adanya

ketidaknyamanan ketika individu kehilangan akses untuk mendapatkan informasi
dari smartphone. Mengakses informasi melalui smartphone ditemukan menjadi
hal yang sangat penting dilakukan oleh para kaum muda.
Hasil wawancara Yildirim dan Correia memberikan gambaran bahwa
kaum muda sangat merasakan berbagai manfaat dari kepemilikan smartphone.
Misalnya, ketika mereka sedang berjalan-jalan dan mendengarkan sebuah lagu,
mereka dapat langsung mencari lagu apa yang sedang diputarkan tersebut. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

itu, ketika seseorang bertanya mengenai suatu hal, maka mereka langsung dapat
mencari jawabannya dengan segera. Mereka juga dapat mengecek ramalan cuaca,
jadwal pertandingan bola, berita, dan lainnya. Berbagai manfaat tersebutlah yang
membuat kaum muda merasakan bahwa dengan smartphone mereka bisa
mendapatkan banyak informasi yang mereka inginkan. Terlebih lagi, tidak hanya
dengan informasi yang berbasis online, mereka juga bisa mendapatkan informasi
dari smartphone mereka karena aplikasi yang diberikan mampu membantu
mereka dalam mencatat materi perkuliahan dan lainnya.
Kemudian, ketika para anak-anak muda ini ditanyai mengenai masalah
yang didapatkan ketika mereka tidak bisa mengakses informasi melalui
smartphone, jawaban mereka adalah mereka merasa cemas. Misalnya Olivia, ia
mengatakan “Jika saya tidak dapat menjawab pertanyaan dengan segera dan tanpa
akses internet, hal itu akan membuat saya merasa tidak nyaman”. Peter pun juga
menyatakan hal yang serupa. Ia berpendapat, “Saya akan merasa cemas ketika
saya tidak mendapatkan informasi dari google”.
d. Giving up Convenience atau kehilangan kenyamanan merupakan
dimensi yang berkaitan dengan perasaan kehilangan kenyamanan yang disediakan
oleh sebuah smartphone dan hal ini mencerminkan adanya keinginan untuk dapat
memanfaatkan kenyamanan dalam memiliki smartphone. Yildirim dan Correia
(2015) menemukan bahwa smartphone membuat kaum muda merasakan sebuah
kenyamanan ketika mereka bersama dengan smartphone mereka. Terdapat
seorang subjek yang menyadari bahwa dirinya sangat berlebihan dalam
penggunaan smartphone, namun subjek itu melakukannya karena dirinya merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

sangat nyaman dengan smartphone miliknya. Ia merasa benar-benar memiliki
semua yang ia butuhkan di dalam sakunya.
Ketiadaan akses untuk dapat menggunakan smartphone membuat kaum
muda merasakan kecemasan. Dari wawancara Yildirim dan Correia, ada yang
mengemukakan bahwa smartphone hampir seperti sebuah kenyamanan yang
selalu dapat dibawa bersama kemanapun kita pergi. Ia juga menganggap
smartphone tersebut seperti sebuah ketenangan pikiran. Selain itu, ada pula yang
mengatakan bahwa smartphone memberikan mereka semacam kebebasan.
Kebebasan ini dirasakan karena dengan smartphone kita dapat bergerak kemana
pun untuk mendapatkan internet dan mengakses segala sesuatu yang kita
inginkan. Hal tersebut bisa dilakukan kapan saja. Di sisi lain, ketika kemudahan
akses internet dirasakan tidak stabil, maka perasaan ketidaknyamanan akan
muncul. Kemudian hal ini menyebabkan mereka selalu berusaha mencari tahu
apakah mereka memiliki sebuah layanan atau dapat tersambung pada suatu
layanan yang mirip.
Kecemasan dan ketidaknyamanan tidak hanya melanda ketika koneksi
internet tidak didapatkan, namun kehabisan baterai juga dapat menyebabkan
perasaan cemas, tidak nyaman, atau bahkan kehilangan ketenangan pikiran. Ada
subjek yang menyatakan bahwa ketika ia kehabisan baterai, ia akan berusaha
untuk mengisi daya baterai smartphone-nya. Hal ini ia upayakan untuk dapat
menghidupkan kembali smartphone-nya. Akan tetapi, Ted salah seorang peserta
wawancara Yildirim dan Correia (2015) menyatakan bahwa ketidaknyamanan
tersebut bisa saja tidak terjadi ketika dia sedang bersama keluarga atau temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

Ia menyatakan hal tersebut dapat terjadi karena ia tidak merasakan kesepian.
Maka, Ted pun mengatakan bahwa kontrol dari efek kesepian yang berhubungan
dengan keluarga dan teman tersebut terkait dengan kemelekatannya pada
smartphone.
3. Pengukuran Nomophobia
Pada awalnya nomophobia diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh
King et al. yaitu Mobile Phone Use Questionnaire (MP-UQ) (2014, dalam
Yildirim et al., 2015).. Akan tetapi, kuesioner ini tidak memiliki pengukuran
psikometri yang baik mengenai validitas isi dan reliabilitasnya (Yildirim et al.,
2015). Kuesioner ini tidak diperiksa struktur yang mendasarinya dengan analisis
faktor dan konsistensi internalnya juga tidak diuji (Yildirim et al., 2015).
Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) menyusun sebuah kuesioner yang dapat
mengukur perilaku nomophobic pada mahasiswa melalui penelitian mix method.
Kuesioner yang disusun oleh Yildirim dan Correia (2015) dikenal dengan
Nomophobia Questionnaire (NMP-Q). Saat ini nomophobia lazim diukur dengan
NMP-Q. Nomophobia Questionnaire (NMP-Q) disusun melalui dua tahap. Tahap
pertama menggunakan desain penelitian kualitatif mengenai dimensi nomophobia
(Yildirim & Correia, 2015). Dimensi nomophobia yang ditemukan dalam
penelitian tersebut yaitu not being able to communicate (tidak dapat
berkomunikasi), losing connectedness (kehilangan koneksi), not being able to
access information (tidak dapat mengakses informasi), dan giving up convenience
(kehilangan kenyamanan yang diberikan oleh smartphone).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

Tahap kedua, kuesioner nomophobia disusun menjadi 20 item. Semua
item NMP-Q disusun menggunakan skala Likert 7 poin, yaitu dengan 1 “Sangat
Tidak Setuju” dan 7 “Sangat Setuju”. Skor total didapatkan dengan cara
menjumlahkan

respon

untuk

setiap item,

sehingga menghasilkan skor

nomophobia mulai dari 20 hingga 140. Skor yang lebih tinggi menyatakan bahwa
keparahan nomophobia terjadi le