Dinamika kebutuhan dan kecemasan penderita latah - USD Repository
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEBUTUHAN DAN KECEMASAN
PENDERITA LATAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Daniel Gatyo Probo
NIM : 099114062
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEBUTUHAN DAN KECEMASAN
PENDERITA LATAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Daniel Gatyo Probo
NIM : 099114062
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Jangan jadi orang pintar,
sebab orang pintar hanya bisa minteri wong.
Jadilah orang yang mengerti, agar bisa ngerteni wong.
(Iman Wahyudi – dalam suatu obrolan ayah dengan anak laki-lakinya)
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Untuk entitas tertinggi dunia ini yang saya imani sebagai Yesus Kristus, biarlah
lewat karya kecil ini nama-Mu boleh dimuliakan
Untuk Papa, Mama dan kedua adikku (Alm. Abetnego Tirto dan Samuel Aryo) –
Hal yang paling berharga dalam hidup seorang Daniel Gatyo
Untuk teman-teman sesama pencari gelar S.Psi, yang tidak putus asa dalam
menghadapai tantangan yang sama
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEBUTUHAN DAN KECEMASAN
PENDERITA LATAH
Daniel Gatyo Probo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika kecemasn dan kebutuhan pada penderita
latah. Topik ini dipilih karena responden mengaku mengalami mimpi alat kelamin pria sebelum
perilaku latah muncul, sementara penelitian sebelumnya menyatakan agama dan budaya menjadi
faktor penyebab latah. Analisis penelitian ini menggunakan metode analisis tema yang
dikembangkan Bellak pada tes TAT. Penulis juga menambahkan hasil skoring SSCT dalam
penelitian. Dalam analisis data peneliti berada dibawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitias
hasil tes. TATdipilih karena memiliki kemampuan untuk melihat dinamika kepribadian dan
kecemasan, sementara beberapa bagian SSCT menggambarkan hal serupa sehingga dapat saling
melengkapi data. Penelitian ini melibatkan tiga orang responden yang telah menderita latah dalam
jangka waktu lama. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian
melakukan pengetesan TAT dan SSCT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki
kecenderungan kepribadian mendekat pada orang lain yang ditandai dengan perasaan inferior dan
kebutuhan untuk mendapat perhatian dari sosok yang dianggap lebih kuat. Selain super ego
penderita latah cenderung kuat, nampak bahwa penderita latah mengalami fiksasi pada fase oral.
Represi dan denial menjadi mekanisme yang digunakan untuk mengatasi kecemasan.
Kata Kunci
: Latah, Need, Kecemasan, Tes Proyektif
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
NEED AND ANXIETY PSYCHODYNAMICS
OF LATAH VICTIMS
Daniel Gatyo Probo
ABSTRACT
The research aimed to see needs and anxiety psychodynamics of latah victims. This topic
chosen because the respondent’s latah behavior starts with men’s genitals dream, in other hand
other research said that there is religion and cultural factor of latah behavior. This research
analysis used the theme analysis which developed by Bellak on Thematic Apperception Test (TAT).
Sack’s Sentence Completing Test (SSCT) Score also added. During the data analysis, researcher
was under expert supervision, aimed to keep the credibility test results. TAT chosen because this
projective test can reveal personality dynamics and anxiety of respondent, in other hand some part
of SSCT can reveal the same thing. The result can completed each other data. This research
involved three respondents that run up against latah for a long time. Data collecting stars by not
structured interview, then TAT and SSCT data collecting. This research result showed that
respondent has compliant personality. There is inferior feeling and need for love and affiliation
from someone who superior than respondents. There’s also oral phase fixation. Repression and
denial was a defend mechanism against anxiety.
Key Words
: Latah, Need, Projective Test
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberi kemampuan kepada penulis baik secara fisik, psikologis, maupun akal
budi untuk menyelesaikan tulisan ini. Melalui karya tulis ini, penulis berharap
pelaku dunia psikologi dapat memahami dinamika kebutuhan individu dengan
perilaku latah, sehingga dapat memberi treatment yang lebih akurat untuk
menanggulangi perilaku latah, selain itu penulis juga ingin membuka mata
masyarakat luas mengenai latah yang selama ini dipandang sebagai perilaku wajar
dan cederung dijadikan bahan candaan, bahwa paradigma ini keliru.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang tanpa bantuan dari mereka, karya ini belum tentu dapat
terrealisasi. :
1. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
bimbingan dari ibu selama proses pembuatan skripsi ini. Tanpa pertanyaanpertanyaan yang mendasar dari ibu, mungkin karya ini hanya menjadi tulisan
dangkal.
2. Bapak V. Didik S.H., M.Si yang telah membantu dan mengarahkan saya
dalam menganalisis data.
3. Bapak T. Priyo Widianto., M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi.
4. Bapak Agung Santoso., M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang
kemudian digantikan oleh ibu Dr. Tjipto Susana. Terima kasih untuk
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pertemuan tiap jum’at, terima kasih untuk selalu memantau kami, dan
terkhusus terima kasih untuk cerita yang akhirnya saya posting di blog saya.
5. Untuk bapak Iman Wahyudi dan ibu Debora Sutini, orang tua terhebat yang
pernah saya tahu, terima kasih atas segala usaha, doa, dan bimbingan. Terima
kasih untuk selalu menanyakan “kapan lulus?” yang membuat saya selalu dan
selalu termotivasi. Untuk Samuel Aryo, adikku yang bandelnya ga ketulungan,
terima kasih untuk… apapun itu.
6. Untuk sepupu-sepupu saya yang selalu menjadi tolak ukur kesuksesan saya,
terima kasih karena contoh yang kalian tunjukkan pada saya.
7. Untuk teman-teman psikologi kelas B 2009 (kalau ditulis satu-satu
kepanjangan), terima kasih untuk pengalaman luar biasa selama 4 tahun ini.
Saya bukan saya yang sekarang tanpa kalian yang membantu saya menjadi
seperti sekarang.
8. Masdha FM angkatan 2009, Rickvan, Paijo, Etus, Ukik, Wibie, Jeanot,
Aditha, Bertha, Manik, Ayuk, Nino, Dicky, Rosi, Sangkin, semoga semua
sudah tersebut. Terima kasih untuk keluarga kecil bahagia di pojokan gerbang
apotik. Terima kasih juga untuk jalan-jalan ke pantai, karokean, nonton film,
dan hal-hal tak terduga selama bukan hanya 2 tahun (sepanjang kontrak) tapi
bahkan sampai sekarang.
9. Untuk Monica Ardiana, Pujaan hatiku (saat ini dan semoga sampai nanti.
Amin) terima kasih sudah menjadi pelampiasan egoku, sudah mau menjadi
pendengar yang baik, dan sudah mau berbagi berbagai pengalaman denganku.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10. Untuk penghuni Kos 164 A yang ibu kos nya agak bagaimana gitu, Mas
Ardian, Aris, Adhi, Mas Wiwid, Bono, Rio, Mas Je, Mas Felix (meskipun
sebentar) dan terakhir Arie, terima kasih untuk kebersamaan selama 3 tahun
lebih, maaf saya harus keluar dari kos duluan karena kalian tahu lah ya.
11. Untuk anak-anak langit (kos-kosan atas) dan antek-anteknya; Ino, Ricky,
Abed, Aldy, Jo, dan Kukuh, terima kasih untuk apapun itu. Hahahahaha
12. Untuk anak kontrakan dan anggota the brother beserta koleganya, Yohanes
“moe-moe” Hanggoro, Klaudius Hani, David Elfandra, Lukas Pramudita,
Togar Elprado, I Made Adi, Julius Caesar, Iwan “Sampean” Sanjaya terima
kasih sudah memberikan saya tempat bernaung dari dinginnya hujan dan
panas matahari, terima kasih untuk kesempatan menjadi trainee dan terima
kasih untuk kesempatan bertukar pikiran di kamar ukuran 3x4.
13. Anggota Eksis terkhusus Florianus Brian yang sudah mau berbagi beban
walaupun beban itu terlalu berat. Untuk Iwan “sampean” Sanjaya, Erga
Petragave, dan Agnes Dita, saya titipkan maha karya yang bernama Eksis pada
kalian (golekono mangsa baru) hahahahahaha..
14. Untuk BEM-F kepemimpinan Putra Wiramuda terima kasih “perang” yang ga
pernah berakhir. Jiahahahahahahahaha.
15. Untuk kepanitiaan Aksi 2013 yang digawangi Agnes, Bimo, Disty, Atenk, dan
diketuai Anjar Hesmudipto, katanya kalo ikut aksi lulusnya cepet, nyataya?
Iya ga mas Albertus “Panjul” Pandu, koh Albert Mahendra?
16. Untuk teman-teman satu bimbingan dan satu angkatah, sekalipun kita jarang
bahkan tidak pernah bimbingan bersama; Keket, Samira, Elsa, Andank, dan
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yosua saya ucapkan terima kasih atas support dan ide-idenya. Saya doakan
kalian SUKSES dengan apa yang kalian lakukan
17. Untuk sesama pengejar gelar S.Psi yang kebetulan menimba ilmu di Sanata
Dharma, di angkatan berapapun dan kelas manapun, terima kasih untuk
pengalaman yang berharga ini. Saya bangga jadi bagian keluarga besar
Psikologi Sanata Dharma
18. Untuk narasumber saya yang mau merelakan waktunya untuk saya, terima
kasih atas kesediaan ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya, berkat
bantuan dari ibu-ibu lah saya bisa menyelesaikan maha karya ini.
19. Terakhir untuk pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena
keterbatasan ingatan saya. Terima kasih atas apapun yang anda pernah
lakukan dalam hidup saya, karena apapun itu saya yakin sedikit-banyak
membantu saya menyelesaikan masa studi saya.
Penulis juga menyadari keterbatasan penulis dalam menyusun karya tulis
ini, maka dari itu penulis terbuka dengan kritik dan saran yang membangun.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain.
Yogyakarta, ....... Februari 2014
Daniel Gatyo Probo
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN MOTO ....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...............................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
vii
ABSTRACT ..................................................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Rumusan masalah..............................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
9
1. Manfaat Teoritis ....................................................................
9
2. Manfaat Praktis .....................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
10
A. Latah ..................................................................................................
10
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Slip of The Tongue................................................................
10
2. Latah ......................................................................................
12
a. Pengertian ..................................................................
12
b.Penyebab Terjadinya Latah .......................................
14
c. Latah dan Budaya Melayu ........................................
15
d.Dampak Latah ...........................................................
17
B. Teori-teori Kebutuhan .......................................................................
18
1. Teori Kebutuhan Freud .........................................................
21
2. Teori Kebutuhan Neurotik Horney .......................................
26
C. Tes Proyektif .....................................................................................
31
1. Pengertian ..............................................................................
31
2. SSCT (Sacks Sentence Completing Test) ..............................
32
3. TAT (Thematic Apprerception Test).....................................
33
4. Validitas dan Reliabilitas TAT dan SSCT ............................
35
D. Penggunaan Teknik Proyektif pada Penderita Latah ........................
35
E. Asumsi Awal .....................................................................................
38
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
39
A. Jenis Penelitian ..................................................................................
39
B. Fokus Penelitian ................................................................................
40
C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................
41
D. Subjek Penelitian...............................................................................
43
1. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................
43
2. Jumlah Subjek Penelitian ......................................................
44
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Lokasi Pengambilan data ......................................................
44
E. Analisis Data .....................................................................................
44
F. Kredibilitas Penelitian .......................................................................
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
49
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................
49
1. Proses Pengumpulan Data .....................................................
49
2. Proses Analisis Data ..............................................................
50
B. Profil Responden ...............................................................................
50
1. Responden 1 ..........................................................................
50
2. Responden 2 ..........................................................................
51
3. Responden 3 ..........................................................................
52
4. Kesimpulan Wawancara........................................................
52
C. Dinamika Kebutuhan dan Kecemasan Responden ...........................
54
1. Rerponden 1 ..........................................................................
79
2. Responden 2 ..........................................................................
83
3. Responden 3 ..........................................................................
88
D. Kesimpulan Dinamika Kebutuhan dan Kecemasan ..........................
91
E. Pembahasan .......................................................................................
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
98
A. Kesimpulan .......................................................................................
98
B. Saran ..................................................................................................
100
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ..................................................
100
2. Bagi Terapis atau Psikolog....................................................
101
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Bagi Penderita latah ..............................................................
101
4. Bagi Keluarga dan Lingkungan Sekitar ................................
102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
103
LAMPIRAN .................................................................................................
106
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1. Tahap Perkembangan Psikoseksual .........................................
24
TABEL 4.1. Clustering Kebutuhan Responden I ........................................
54
TABEL 4.2. Hasil SSCT Responden I .........................................................
61
TABEL 4.3. Clustering Kebutuhan Responden II .......................................
64
TABEL 4.4. Hasil SSCT Responden II .......................................................
67
TABEL 4.5. Clustering Kebutuhan Responden III ......................................
71
TABEL 4.6. Hasil SSCT Responden III ......................................................
74
TABEL 4.7. Sintesis Data Responden .........................................................
77
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan psikologis adalah keadaan dimana seorang individu
tidak menjalankan fungsi psikologisnya dengan baik. Durand dan Barlow
(2006) dalam Essentials of Abnormal Psychology menyebutkan terdapat
tiga ciri utama yang menjadi indikasi seroang individu mengalami
gangguan psikologis. Ciri yang pertama adalah mengalami disfungsi
psikologis yaitu keadaan dimana emosi, perilaku, dan kognitif seseorang
mengalami gangguan. Ciri kedua adalah keadaan distress personal, yang
ditandai dengan perilaku yang tidak wajar seperti mudah marah namun di
saat yang sama mudah sedih. Ciri terakhir adalah individu tidak dapat
membaur dan diterima oleh orang-orang sekitar akibat dari perilaku yang
cenderung berbeda.
Berdasarkan pengertian di atas, maka perilaku latah dapat
dikategorikan sebagai gangguan psikologis.
Hal ini dikarenakan
penderitanya mengalami disfungsi perilaku yang ditandai dengan
ketidakmampuan penderitanya mengontrol perilakunya ketika mendapat
rangsang dari luar. Secara kognitif penderita latah juga mengalami
gangguan, karena penderita latah tidak mampu menyaring ucapan saat
latah muncul. Lebih jauh, jika latah tidak segera ditanggulangi,
penderitanya akan mengalami gangguan emosional, seperti perasaan
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
rendah diri atau malu berlebih akibat selalu menjadi bahan ejekan orang
disekelilingnya. Selain itu, hal lain yang juga menguatkan latah merupakan
gangguan psikologis adalah perilaku orang yang mengalami latah
cenderung menyimpang dibanding orang-orang disekelilingnya. DSM IVTR (2000) menyebutkan bahwa latah adalah perilaku sensitif berlebih
terhadap pengagetan tiba-tiba, dan biasanya diikuti dengan perilaku
mengucapkan kata-kata tidak senonoh, meniru ucapan, meniru gerakan,
dan/atau menuruti perintah.
Latah merupakan perilaku khas masyarakat melayu. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan Yap (1950) dimana 60%
penderita latah adalah orang Jawa, 12% Melayu, 6% Sunda, dan sisanya
orang Bugis, Madura, Ambon, dan lain-lain, sementara kasus latah tidak
ditemukan di tempat lain. Gangguan ini lebih banyak dialami kaum
perempuan daripada laki-laki. Hal ini diperkuat oleh temuan Van Loon
(1928), dimana berdasarkan riset yang dilakukan, ditemukan 157 kasus
latah yang dialami wanita, 4 kasus latah pria, dan 1 kasus latah
hemaprodit.
Latah menimbulkan efek jangka panjang bagi penderitanya.
Selain memunculkan rasa malu berkepanjangan pada penderitanya akibat
dari anehnya perilaku atau kata-kata yang diucapkan ketika perilaku latah
muncul, efek jangka panjang dari latah adalah hilangnya kreativitas si
penderita, sebab penderita latah lama-kelamaan menjadi terbiasa meniru
perilaku yang dilakukan dan melakukan perintah orang lain terlebih lagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
bila diderita semenjak anak-anak (okezone.com, 2012). Hal ini sesuai
dengan hasil asesmen penulis terhadap beberapa penderita latah. Di awal
masa menderita latah, biasanya penderita hanya akan mengucapkan nama
alat kelamin laki-laki sebagai konten latahnya. Namun jika sudah
memasuki tahapan yang lebih parah, bukan hanya alat kelamin laki-laki,
tapi juga ada perilaku mengulang ucapan atau nama benda yang dilihat
sebelum latah, dan yang lebih berbahaya lagi mengikuti perintah secara
spontan.
Terdapat beberapa teori mengenai pembentukan latah. Teori
pertama menyebutkan latah merupakan keterkejutan sesaat akibat dari
penderitanya terbiasa menyendiri di hutan (Kenny, 1978). Ada pula teori
yang menyatakan bahwa latah merupakan cara yang digunakan kalangan
aristokrat pada saat itu untuk melepaskan diri dari aturan sosial-budaya
yang kaku (Geertz, 1960). Teori-teori menunjukkan bahwa latah
sebenarnya terjadi karena pembentukan perilaku semata, dimana latah
muncul karena orang membiasakan diri terhadap perilaku tersebut.
Sementara teori lain menyebutkan latah
muncul akibat
keterpanaan yang teramat kuat terhadap bangsa eropa yang datang ke
daerah melayu. keterpanaan ini muncul akibat perbedaan bentuk tubuh
(Winzeler, 1995; Geertz, 1968). Selain itu, latah juga disinyalir muncul
sebagai respon kecemasan seksual (Geertz, 1968; Yap, 1952; Winzeler,
1984). Kedua teori ini ingin menunjukkan bahwa kemunculan latah juga
bisa disebabkan oleh rasa cemas yang dialami penderitanya. Berdasarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
penelitian sebelumnya ditemukan pula bahwa wanita penderita latah yang
biasanya menggunakan kata-kata tidak senonoh dalam latahnya,
mengalami mimpi yang juga tidak senonoh (Van Loon dalam Winzeler,
1984).
Hal ini diperkuat asesmen awal yang dilakukan penulis terhadap
penderita latah. Dari tiga orang ibu usia 40-50 tahun yang penulis
wawancarai, ketiganya mengaku bermimpi mengenai alat kelamin lakilaki. Menurut penuturan responden, latah tidak terjadi bersamaan dengan
mimpi alat kelamin laki-laki. Saat mimpi mulai dilupakan, barulah
perilaku latah muncul. Mimpi adalah cara yang digunakan sebagai sarana
pemenuhan keinginan. Mimpi merupakan transformasi pemikiran menjadi
pengalaman halusinatif. Mimpi mengalami transformasi akibat dari
penolakan atau pelarangan keinginan yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan atau dikenal dengan istilah distorsi (Freud, 1958).
Berdasarkan temuan-temuan tersebut penulis menduga latah memiliki
fungsi yang sama dengan mimpi yaitu sebagai sarana untuk memunculkan
dorongan yang selama ini ditekan dan menjadi alat pemenuh keinginan.
Melihat konten mimpi penderita latah, yaitu alat kelamin pria dan konten
latah yang juga alat kelamin pria, dapat ditarik kesimpulan sederhana
bahwa penderita latah yang diawali dengan mimpi alat kelamin pria
memiliki kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi sehingga akhirnya
memimpikan alat kelamin pria, dan lebih jauh ketika konten mimpi sudah
mulai masuk ke ketidaksadaran barulah latah muncul.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Berdasarkan pemaparan di atas, serta hasil wawancara yang
menyatakan konten mimpi penderita latah adalah alat kelamin pria maka
penulis berasumsi kebutuhan yang muncul adalah kebutuhan seksual.
Kebutuhan ini tidak dapat diakomodir dengan baik dan justru ditekan. Hal
inilah yang memunculkan konflik, rasa cemas, dan pada akhirnya perilaku
latah. Namun, timbul pertanyaan. Apakah selamanya latah yang diawali
mimpi alat kelamin semata-mata muncul akibat kebutuhan seksual tidak
dapat diterima norma atau ada kebutuhan lain yang muncul bersamaan
dengan kebutuhan ini? Sementara itu, bagaimana dinamika kebutuhan
yang memunculkan perilaku latah? Untuk itulah penulis ingin meneliti
tentang kebutuhan penderita latah.
Untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
tersebut,
penulis
menggunakan beberapa tes kepribadian. Terdapat dua jenis tes
kepribadian; tes proyektif maupun tes kepribadian inventori. Kedua alat
asesmen ini disusun untuk melihat kecenderungan kepribadian seseorang,
perbedaannya tes kepribadian inventori telah distandarisasi lewat norma
(Sukardi, 1993). Hal ini justru menjadi kelemahan tes inventori, karena
akan hasil pengetesan akan sangat terbatas pada norma yang ditentukan.
Untuk itulah penulis lebih memilih menggunakan tes proyektif.
Alat ini dipilih karena selain fungsi utamanya sebagai media untuk
memunculkan ketidaksadaran, alat ini cenderung bebas norma, sehingga
penulis dapat mengeksplorasi kedalaman data. Secara spesifik penulis
menggunakan SSCT (Sacks Sentence Completing Test) dan TAT
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
(Thematic Apperception Test) terhadap penderita latah. SSCT adalah
teknik proyektif yang bertujuan untuk memunculkan sikap individu
terhadap hal atau situasi tertentu, sehingga tester dapat menentukan
keadaan kepribadian yang dominan dalam diri testee (Sack & Levy, 1959).
Sementara itu, TAT adalah teknik yang dipakai untuk melihat kepribadian
individu yang termanifetasi dalam hubungan interpersonal dan interpretasi
individu terhadap lingkungan saat melihat stimulus yang diberikan
(Bellak& Abrams, 1997). Dengan menggunakan TAT, penulis dapat
melihat dinamika kebutuhan, cara penyelesaian masalah, kecemasan,
mekanisme pertahanan ego dan dinamika ego-super ego. Data-data ini
dapat menggambarkan dinamika kepribadian pada penderita latah. Data ini
diperkuat dan divalidasi hasil pengetesan SSCT. Sekalipun fungsi
utamanya adalah untuk melihat sikap yang nantinya dapat digunakan
untuk menentukan keadaan kepribadian, beberapa bagian pada SSCT
dapat juga digunakan sebagai alat validasi TAT. Contohnya, bagian
pandangan terhadap orang tua dapat juga digunakan untuk melengkapi
data dinamika super ego responden, bagian ketakutan dapat digunakan
untuk memvalidasi bagian kecemasan pada pengetesan TAT. Sehingga
penggunaan
TAT
yang
diperkuat
SSCT
sangat
berguna
untukmemudahkan penulis untuk membuktikan dinamika kebutuhan dan
kecemasan pada penderita latah.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk mencari tahu dinamika
kebutuhan dan kecemasan yang dialami penderita latah. Kebutuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
menjadi penting untuk diteliti karena kebutuhanyang ditekan akan
memunculkan kecemasan. Kebutuhan yang tidak diterima oleh super ego
atau norma akan cenderung ditekan sehingga menimbulkan konflik, begitu
pulakebutuhan yang berbenturan dengan kebutuhan lain (Freud dalam
Hall, 1957). Diharapkan dengan menemukan dinamika kebutuhan, peneliti
dapat lebih menggambarkan bagaimana kecemasan dalam diri responden
terbentuk.
Penelitian mengenai latah selama ini lebih banyak berbicara
tentang latah sebagai suatu gangguan kultural.Sejauh ini penulis sudah
membaca Sembilan jurnal dan artikel ilmiah mengenai latah. Winzeler
(1984, 1995) menyimpulkan bahwa latah muncul karena adanya budaya
dan sistem keagamaan yang cenderung mengekang. Geertz (1968)
menambahkan bahwa latah bukan hanya milik kaum perempuan.
Kebanyakan kasus terjadi pada perempuan karena posisi perempuan dalam
struktur budaya melayu cenderung lebih lemah, sehingga lebih mudah
dijadikan objek candaan. Sementara Gimlette (1897) berdasarkan dua
kasus yang ditelitinya menemukan bahwa latah merupakan keadaan
hysteria dimana si penderita mengalami self hypnosys. Yang menarik baik
Gimlette maupun peneliti lain menemukan bahwa masyarakat melayu
tidak memandang latah sebagai suatu gangguan. Kekhasan penelitian yang
dilakukan penulis dibanding penelitian sebelumnya adalah penulis lebih
menyoroti dinamika yang terjadi di dalam diri individu. Jika melihat pada
penelitian sebelumnya, para peneliti lebih banyak menyoroti bagaimana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
struktur budaya atau sistem keagamaan menyebabkan kecemasan yang
digambarkan sebagai hysteria. Penulis sudah mencari baik melalui situssitus penyedia jurnal online maupun jurnal cetak, namun sejauh ini penulis
belum menemukan jurnal atau hasil penelitian yang mengaitkan latah
dengan dinamika kebutuhan, sehingga diharapkan jika penelitian berfokus
pada kebutuhan dan kecemasan, hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan seputar latah, selain itu peneliti selanjutnya atau terapis yang
lebih ahli bisa menggunakan informasi iniuntuk mencari metode
penyembuhan yang paling efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, maka dapat ditarik satu
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu;
bagaimana dinamika kebutuhan dan kecemasan yang dialami penderita
latah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dinamika kebutuhan
dan kecemasan pada penderita latah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur
terkait dengan tema latah. Penulis juga berharap penelitian ini bisa
menjadi tambahan informasi jika nantinya penelitian berikutnya yang
ingin mengembangkan topik serupa.
2. Manfaat Praktis
Dengan membuktikan bahwa penderita latah memiliki
dinamika kebutuhan tertentu yang menjadi pemicu perilakunya,
pembaca diharap bisa lebih peka terhadap penderita latah dan dapat
mengambil langkah tepat dalam menangani penderita latah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Latah
1. Slip of The Tongue
Bahasa merupakan suatu hal yang penting, tidak hanya agar
antar individu dapat berkomunikasi, namun lebih jauh bahasa
merupakan cara berpikir, yang merepresentasikan informasi dan
merupakan proses kognitif tingkat tinggi (Solso, 1997).
Bahasa meliputi pengucapan, arti, dan tata bahasa, sehingga
bahasa pada akhirnya mempengaruhi bagaimana seorang individu
mempersepsi sesuatu. Bahasa khususnya kata terbentuk melalui proses
kognitif seperti demikian :
Secara stimulan
mengakses
informasi
mengenai
rangsang dan
menanggapinya
Menerima
rangsang
Mengucapka
n kata
(Maltin,2009)
Gambar 1.Proses mental pengucapan kata
Berdasarkan skema pada gambar 1, dapat ditarik kesimpulan
bahwa proses pengucapan kata merupakan sesuatu yang dilakukan
10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
secara sadar. Namun pada kenyataannya proses pembentukan kata
tidak selalu berjalan seperti skema diatas. Keadaan dimana terjadi
kesalahan dalam penyebutan kata biasa disebut dengan istilah Speech
Error.
Fenomena Speech Error yang paling sering terjadi adalah
Slips of the Tongue. Slips of The Tongue adalah keadaan dimana
respon bahasa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang sebenarnya
ingin disampaikan. Cambridge Dictionary of Psychology (2009)
menyebutkan terdapat makna tersembunyi ketika seseorang mengalami
Slips of the Tongue hal ini dikarenakan peristiwa ini merupakan
dampak dari konflik internal individu. Hal ini sama dengan ketika
seorang individu bermimpi. Terdapat tiga tendensi dari Slips of the
Tongue, pertama tendensi yang tidak merugikan biasanya merupakan
bagian dari kesadaran. Kedua tendensi untuk menghalangi sesuatu
biasanya merupakan bagian ketidaksadaran dan muncul dari id. Ketiga
adalah tendensi ketidaksadaran lainnya yang mencoba menghalangi
tendensi sadar. Tendensi yang ketiga tidak muncul dari id, namun
memenuhi tujuan dari bagian tak sadar ego (Eidelberg,1952). Selain
itu, kejadian traumatis atau kekerasan di masa lalu juga bisa menjadi
pemicu munculnya Slips of the Tongue (Main & Hesse, 1995).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
2. Latah
a. Pengertian
Jika melihat paparan diatas, secara sekilas latah memiliki
banyak kemiripan dengan fenomena Slips of the Tongue, namun
demikian latah tidak sepenuhnya sama dengan Slips of the
Tongue. Dalam Ensiklopedia Psikologi edisi ke 8, Kiev (1964),
Simon dan Hughes (1986) memasukkan latah sebagai salah satu
jenis gangguan hysteria dikarenakan beberapa kemiripan ciri
antara kedua gangguan tersebut. Pernyataan tersebut pada
akhirnya mendapat bantahan dari beberapa ahli. Para ahli
mengemukakan bahwa gangguan yang berhubungan dengan
budaya tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan taksonomi
gangguan psikologis barat, sehingga DSM-IV TR memasukkan
latah sebagai gangguan yang berkaitan dengan budaya, atau biasa
disebut Culture Bound Dissorder, dimana menurut DSM-IV TR
latah merupakan gangguan khas orang Melayu. Meskipun
demikian, DSM-IV TR mencatat gangguan lain yang memiliki
ciri yang hampir mirip dengan latah juga terjadi di daerah asia
lain seperti Thailand (Bah-tsi), Jepang (Imu), dan philipina
(silok).
Latah merupakan perilaku sensitif berlebih terhadap
stimulus kejutan tiba-tiba. Biasanya ditandai dengan perilaku
melakukan perintah, dissosiasi, ekolalia (meniru pengucapan)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
dan ekopraksia (meniru gerakan) (Cambridge Dicrtionary of
Psychology, 2009). Sementara itu Encyclopedia of Psychology
mencatat hal senada. Latah merupakan reaksi kejang-kejang
(startle) yang diikuti ekolalia, ekopraksia. Latah juga sering
dibarengi dengan perilaku coprolalia (pengucapan kata-kata yang
tidak senonoh secara tidak terkonrol dan terhitung) dan kesadaran
yang ternganggu. Latah dapat dikategorikan sebagai gangguan
psikologis, sebab jika menilik pada pengertian gangguan
psikologis, gangguan psikologis adalah disfungsi psikologis yang
berhubungan dengan distress atau penurunan fungsi yang tidak
dapat diterima budaya (Durand & Barlow, 2009).
Terdapat tiga poin penting, pertama disfungsi psikologis,
kedua mengalami penurunan fungsi atau distress, terakhir tidak
dapat diterima secara budaya. Secara keseluruhan penderita latah
mengalami
ketiganya.
Secara
psikologis
penderita
latah
mengalami penurunan kemampuan kognitif dan perilaku, karena
ketidak mampuan penderita latah untuk menentukan kata
dan/atau perilaku yang akan digunakan sebagai respon atas
stimulus. Penderita latah biasanya akan mengalami gangguan
emosional, seperti perasaan rendah diri atau malu berlebih akibat
perilaku yang dimilikinya. Selain itu, perilaku orang yang
mengalami latah cenderung menyimpang dibanding orang-orang
di sekelilingnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
b. Penyebab terjadinya Latah
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan kemunculan
latah, sebab para ahli menemukan kasus latah dengan berbagai
sebab. Namun demikian, secara garis besar dapat disimpulkan
latah muncul akibat dua hal.
i.
Kecemasan
Teori ini menyatakan bahwa seseorang menderita
latah akibat dari perasaan cemas, khawatir, dan takut akan
sesuatu. Teori ini diperkuat temuan dari Geertz (1968) dan
kemudian diperkuat lagi oleh Winzeler (1995). Keduanya
berpendapat latah pertama kali muncul pada era penjajahan
bangsa eropa di tanah melayu. Masih menurut keduanya,
latah muncul akibat dari rasa kagum dan kaget yang teramat
sangat melihat bangsa eropa yang memiliki bentuk tubuh,
gaya berpakaian, bahasa, dan budaya berbeda dengan bangsa
melayu pada saat itu. Selain itu, latah disinyalir sebagai
respon akan kecemasan seksual yang dimiliki penderitanya
(Geertz, 1968; Yap, 1952; Winzeler, 1984). Temuan van
Loon dimana penderita latah yang biasanya wanita yang
melatahkan alat kelamin pria memimpikan alat kelamin pria
sebelum perilaku latah muncul memperkuat teori ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
ii.
Pembiasaan
Secara
umum,
teori
ini
menyatakan
bahwa
seseorang menderita latah karena membiasakan dirinya untuk
menjadi latah. Teori ini diperkuat temuan dari Kenny (1978)
dimana dalam penelitiannya ia menemukan penderita latah
yang mulai menderita latah setelah ia membiasakan diri
hidup di hutan dan sering berinteraksi dengan hewan buas di
hutan, sehingga latahan yang biasanya muncul adalah namanama hewan di hutan. Temuan lainnya adalah temuan dari
Geertz (1960) dimana dalam penelitiannya ia menemukan
kaum aristokrat menjadi latah karena keadaan sosial-budaya
kalangan ini sangat kaku. Pembiasaan diri untuk menjadi
latah dilakukan semata-mata untuk menghindari diri dari
kekakuan adat dan tradisi kalangan aristrokat.
c.
Latah dan Budaya Melayu
Latah merupakan gangguan khas melayu. Latah sangat
dipengaruhi ras, jenis kelamin, umur, dan keturunan. Latah paling
sering diderita orang melayu daripada suku lain. Latah juga lebih
sering diderita wanita namun demikian tidak menutup kemungkinan
pria menderita latah, bahkan latah yang diderita pria justru cenderung
muncul sebagai echopraxia daripada echolalia. Latah lebih banyak
muncul pada usia paruh baya dan cukup banyak berkembang di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
keluarga yang memiliki catatan latah (Galloway, 1922). Khusus di
daerah Asia Tenggara, sekitar 60% penderita latah merupakan orang
melayu sementara suku lain penderitanya hanya berkisar 10% dari
populasi (Yap, 1950). Di Jawa, kasus latah banyak terjadi pada
wanita berusia sekitar 50-60 tahunan (Geertz, 1968).
Perempuan lebih banyak menderita latah dibandingkan
laki-laki. Van Loon (1928) dalam penelitiannya menemukan 157
kasus latah dialami perempuan, 4 kasus latah pada laki-laki, dan
1 kasus latah pada hemaprodit. Hal ini juga nampak dari artikel
Gimlette (1897) yang berjudul Remarks on the Etiology,
Symptoms, and Treatmen of Latah, with Report of two Cases di
mana kedua respondennya adalah wanita melayu dengan kisaran
usia 40an tahun. Dalam kasus yang ditelitinya, Gimlette
menemukan bahwa kasus latah mulai dialami ketika kedua
subjeknya mengalami menopause.
Lebih
lanjut Gimlette
menduga latah merupakan sesuatu yang diturunkan dari generasi
sebelumnya.
Latar belakang agama yang masih mempercayai halhal mistis menjadi salah satu alasan kenapa latah banyak terjadi
di daerah Asia Tenggara (Gimlette, 1897). Selain itu, latah sangat
berkaitan dengan sistem kebudayaan. Di Jawa latah sering
dijumpai pada kalangan masyarakat dengan status sosial rendah.
Hal ini disinyalir sangat berkaitan dengan budaya Jawa, yaitu;
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
pertama, budaya Jawa sangat mengutamakan tata bahasa halus,
sehingga latah dijadikan sebagai bentuk perlawanan terhadap
tatanan budaya ini; kedua, tedapat kesenjangan antar status sosial
di Jawa, hal ini menyebabkan orang yang memiliki status sosial
lebih rendah akan mencoba meniru perilaku orang dengan status
sosial lebih tinggi. Perilaku meniru inilah yang pada akhirnya
memicu latah; ketiga, budaya Jawa sangat “anti” mengeksploitasi
dan mengeksplorasi hal-hal yang berbau seksual, pengucapan
hal-hal tersebut dianggap sebagai hal tabu bagi masyarakat Jawa,
sehingga pengucapan kata-kata kotor bisa jadi merupakan satu
celah untuk mengumbar hasrat seksual; terakhir adalah rasa takut
terkejut. Salah satu perilaku budaya yang menguatkan dugaan ini
adalah perilaku masyarakat Jawa yang biasanya bertepuk tangan
di depan bayi secara cepat dengan suara keras dengan tujuan agar
si anak memiliki imun terhadap rasa terkejut (Geertz, 1968).
d. Dampak Latah
Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, latah pada
susunan masyarakat melayu kadang dianggap sebagai suatu hal
yang menghibur dan bahkan cenderung lucu. Padahal jika
penderita latah tidak segera mendapat penanganan yang tepat
dampaknya akan sangat berbahaya bagi penderita latah itu sendiri.
Latah memunculkan rasa malu berkepanjangan pada penderitanya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Latah juga memiliki efek jangka panjang yaitu hilangnya
kreativitas si penderita, sebab penderita latah lama-kelamaan
menjadi terbiasa meniru perilaku yang dilakukan dan melakukan
perintah orang lain (okezone.com, 2012).
Jika menilik pada tiga ciri gangguan psikologis, yaitu:
mengalami disfungsi psikologis yaitu keadaan dimana emosi,
perilaku, dan kognitif seseorang mengalami gangguan; mengalami
keadaan distress personal, yang ditandai dengan perilaku yang
tidak wajar; dan ketidak mampuan untuk membaur dan diterima
oleh orang-orang sekitar akibat dari perilaku yang cenderung
berbeda (Durand & Barlow, 2009), maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku latah akan berdampak pada penderitanya, antara
lain: tidak mampu mengontrol perilakunya ketika mendapat
rangsang dari luar; Secara kognitif tidak mampu menyaring
ucapan saat latah muncul; Lebih jauh, penderitanya akan
mengalami gangguan emosional, seperti perasaan rendah diri atau
malu berlebih akibat selalu menjadi bahan ejekan dan/atau
perilaku yang cenderung menyimpang dibanding orang-orang di
sekelilingnya.
B. Teori-teori Kebutuhan
Kebutuhan (Need), motif (motive), dan dorongan (Drive) adalah
tiga hal yang mempengaruhi perilaku individu. Dorongan adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
kecenderungan
bereaksi
dalam
rangka
pemenuhan
kekurangan.
Matsumoto (2009) menyatakan bahwa dorongan adalah motivasi untuk
mengembalikan keseimbangan. Freud menyatakan bahwa dorongan
merupakan gabungan antara kondisi psikologis dan biologis seseorang.
Menurut Freud, kondisi psikologis yang mendorong individu melakukan
sesuatu adalah hasrat (wish), dan kondisi biologisnya adalah perasaan
kekurangan (Need). Wish dan need berperan sebagai motif yang
mendorong individu melakukan sesuatu (Seimun, 2007). Dollard dan
Miller membagi dorongan menjadi dua klasifikasi besar. Dorongan yang
pertama adalah dorongan primer. Dorongan primer adalah segala dorongan
yang berhubungan dengan keadaan fisik seseorang, semisal rasa lapar,
haus, dan hasrat seksual. Dorongan berikutnya adalah dorongan sekunder.
Dorongan sekunder adalah dorongan yang berhubungan dengan keadaan
psikologis seseorang dan merupakan asosiasi dari pemenuhan dorongan
primer, semisal rasa cemas dan ketakutan (Alwisol, 2007).
Kebutuhan merupakan hal yang paling mendasar yang diperlukan
dalam rangka bertahan hidup. Kebutuhan adalah keadaan kekurangan yang
dialami tubuh baik fisik maupun psikologis yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan (equilibrium), sehingga memaksa tubuh
untuk memenuhi kekurangan. (Seimun, 2007; Matsumoto, 2009)
Motif adalah alasan individu melakukan sesuatu (Seimun, 2007).
Maslow menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh individu
merupakan gabungan beberapa motif, misal ketika seseorang melakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
hubungan suami isteri dengan pasangannya, mungkin saja bukan hanya
kebutuhan seksual yang memotivasi individu tersebut, tapi termotivasi
juga karena ada keinginan untuk mencintai, dan keinginan untuk ditemani
(Feist & Feist, 2007). Sementara itu, motivasi adalah kekuatan fisiomental yang membuat makhluk hidup melakukan sesuatu. Dalam dunia
psikologi pendidikan motivasi diartikan sebagai situasi yang membuat
individu terhukum atau tedorong saat melakukan sesuatu. Motivasi juga
dapat diartikan sebagai usaha dalam rangka mencapai tujuan (Matsumoto,
2009). Motivasi dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Pertama
motivasi biologis yang bersifat instingtual, dimana berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan fisik, keinginan untuk menghindari masalah, dan
keinginan untuk melakukan kesenangan. Kedua adalah motivasi sosial
yang terbentuk karena pengaruh budaya, status sosial, dan hasil belajar,
misal keinginan untuk diterima dan keinginan untuk diperhatikan. Ketiga
adalah motivasi personal yang didasarkan pada pengalaman individu
terutama kebiasaan. Terakhir adalah motivasi yang lebih tinggi. Beberapa
tokoh psikologi menyebut motivasi ini dilandasi kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, sementara yang lain menyebutnya dengan istilah
realisasi diri (Boeree, 2010).
Berdasarkan pemaparan mengenai kebutuhan, dorongan, dan
motif tersebut, dinamika antara ketiganya dapat digambarkan sebagai
berikut, kekurangan dalam hal ini berhubungan dengan tujuan bertahan
hidup akan memunculkan kebutuhan (sisi biologis) dan hasrat (sisi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
psikologis). Hasrat dan kebutuhan ini akan membangun motif seseorang
untuk bertindak. Motif atau gabungan dari beberapa motif akan
mendorong seseorang melakukan perilaku yang tujuannya adalah
mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan.
1. Teori Kepribadian Freud
Hall (1957) dalam bukunya yang berjudul Theories of
Personality mengungkapkan Freud membagi struktur kepribadiannya
menjadi tiga bagian utama, yakni Id, Ego, dan Super Ego. Id adalah
struktur kepribadian bawaan tiap manusia dan melekat bahkan sejak
manusia lahir. Id tidak mampu mentoleransi tegangan (keadaan
kekurangan), sehingga berusaha untuk meredakan ketegangan. Usaha
meredakan tegangan dilakukan dengan dua cara pertama gerak refleks,
dan yang kedua adalah dengan menggunakan proses primer. Proses
primer adalah cara peredaan tegangan dengan menampilkan gambaran
mental. Tujuan utamanya untuk meredam ketegangan.
Struktur kedua dari teori kepribadian Freud adalah Ego. Ego
muncul sebagai akibat dari ketegangan tidak akan reda melalui proses
primer. Ketegangan membutuhkan kompensasi nyata. Tugas Ego
adalah memisahkan mental image dengan realita. Mengubah mental
image menjadi persepsi sehingga nantinya individu dapat menemukan
alat pemenuh kebutuhan di dunia nyata. Ego bekerja melalui proses
sekunder, yaitu mencoba menahan tegangan hingga objek pemuas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
ketegangan ditemukan. Selain itu ego juga menguji apakan langkah
yang diambil benar atau salah dan bisa dilakukan atau tidak ketika
ketegangan berkaitan dengan menyakiti diri. Ego mengontrol semua
aktivitas
kognitif
individu,
mengontrol
perilaku,
menentukan
lingkungan yang akan direspon, dan menentukan kebutuhan mana
yang akan dipenuhi dan dengan cara apa. Itulah mengapa ego disebut
juga sebagai eksekutor dalam struktur kepribadian Freud. Sebagai
eksekutor ego juga memiliki peran sebagai penyeimbang konflik yang
muncul antara Id, Super Ego, dan dunia luar.
Struktur terakhir adalah Super ego. Super ego merupakan
representasi dari nilai tradisional dan ideologi masyarakat yang di
interpretasikan
kepada
anak-anak
melalui
orang
tuanya
dan
berkembang lewat sistem pemberian reward dan hukuman. Super ego
adalah
sisi
moral
dari
kepribadian.
Struktur
ini
lebih
mempertimbangkan sisi ideal daripada yang sebenarnya dibutuhkan
dan lebih menutamakan kesempurnaan daripada kenyamanan. Tujuan
utama dari super ego adalah untuk menentukan apakah sesuatu benar
atau salah. Secara garis besar terdapat tiga tujuan utama super ego.
Pertama, menekan dorongan dari id, biasanya yang berhubungan
dengan seksual dan sifat agresif, sebab kurang bisa diterima
masyarakat; kedua, memaksa ego untuk mengubah tujuan realistis
menjadi
tujuan
yang
lebih
moralistik;
ketiga,
memaksakan
kesempurnaan. Sehingga secara singkat dapat disimpulkan bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
super ego memaksa baik id dan ego untuk bekerja menurut gambaran
super ego itu sendiri.
Id merupakan insting, Ego merupakan eksekutor, dan Super
Ego adalah standar moral individu. Ketika individu merasakan
kekurangan, maka id akan merepresentasikannya secara psikologis hal
inilah yang disebut sebagai wish, sementara tubuh akan merasa
kekurangan, hal inilah yang disebut need. Adanya need dan wish akan
mendorong individu untuk berperilaku dan menentukan tujuan
perilaku.
Ketika need dan wish terpenuhi dengan baik, maka
ketegangan akan mereda, namun demikian proses pemenuhan
dorongan tidak selalu berjalan dengan baik. Ada keadaan dimana
Super Ego akan menekan Ego untuk memenuhi dorongan Id, seperti
ketika need dan wish berhubungan dengan kebutuhan seksual. Keadaan
inilah yang memicu adanya konflik. Konflik juga bisa terjadi ketika
objek pemuas kebutuhan terbatas, sementara banyak kebutuhan yang
mendesak untuk dipenuhi.
Dunia nyata menyediakan segala objek pemenuh kebutuhan,
namun demikian dunia nyata juga memiliki kemampuan untuk
menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan ketegangan sama kuatnya
seperti kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan. Freud membagi
kecemasan menjadi 3 bagian penting, yaitu kecemasan realistis,
kecemasan neurotik, dan kecemasan moralistis. Kecemasan realistis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPU
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEBUTUHAN DAN KECEMASAN
PENDERITA LATAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Daniel Gatyo Probo
NIM : 099114062
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEBUTUHAN DAN KECEMASAN
PENDERITA LATAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Daniel Gatyo Probo
NIM : 099114062
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Jangan jadi orang pintar,
sebab orang pintar hanya bisa minteri wong.
Jadilah orang yang mengerti, agar bisa ngerteni wong.
(Iman Wahyudi – dalam suatu obrolan ayah dengan anak laki-lakinya)
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Untuk entitas tertinggi dunia ini yang saya imani sebagai Yesus Kristus, biarlah
lewat karya kecil ini nama-Mu boleh dimuliakan
Untuk Papa, Mama dan kedua adikku (Alm. Abetnego Tirto dan Samuel Aryo) –
Hal yang paling berharga dalam hidup seorang Daniel Gatyo
Untuk teman-teman sesama pencari gelar S.Psi, yang tidak putus asa dalam
menghadapai tantangan yang sama
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEBUTUHAN DAN KECEMASAN
PENDERITA LATAH
Daniel Gatyo Probo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika kecemasn dan kebutuhan pada penderita
latah. Topik ini dipilih karena responden mengaku mengalami mimpi alat kelamin pria sebelum
perilaku latah muncul, sementara penelitian sebelumnya menyatakan agama dan budaya menjadi
faktor penyebab latah. Analisis penelitian ini menggunakan metode analisis tema yang
dikembangkan Bellak pada tes TAT. Penulis juga menambahkan hasil skoring SSCT dalam
penelitian. Dalam analisis data peneliti berada dibawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitias
hasil tes. TATdipilih karena memiliki kemampuan untuk melihat dinamika kepribadian dan
kecemasan, sementara beberapa bagian SSCT menggambarkan hal serupa sehingga dapat saling
melengkapi data. Penelitian ini melibatkan tiga orang responden yang telah menderita latah dalam
jangka waktu lama. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian
melakukan pengetesan TAT dan SSCT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki
kecenderungan kepribadian mendekat pada orang lain yang ditandai dengan perasaan inferior dan
kebutuhan untuk mendapat perhatian dari sosok yang dianggap lebih kuat. Selain super ego
penderita latah cenderung kuat, nampak bahwa penderita latah mengalami fiksasi pada fase oral.
Represi dan denial menjadi mekanisme yang digunakan untuk mengatasi kecemasan.
Kata Kunci
: Latah, Need, Kecemasan, Tes Proyektif
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
NEED AND ANXIETY PSYCHODYNAMICS
OF LATAH VICTIMS
Daniel Gatyo Probo
ABSTRACT
The research aimed to see needs and anxiety psychodynamics of latah victims. This topic
chosen because the respondent’s latah behavior starts with men’s genitals dream, in other hand
other research said that there is religion and cultural factor of latah behavior. This research
analysis used the theme analysis which developed by Bellak on Thematic Apperception Test (TAT).
Sack’s Sentence Completing Test (SSCT) Score also added. During the data analysis, researcher
was under expert supervision, aimed to keep the credibility test results. TAT chosen because this
projective test can reveal personality dynamics and anxiety of respondent, in other hand some part
of SSCT can reveal the same thing. The result can completed each other data. This research
involved three respondents that run up against latah for a long time. Data collecting stars by not
structured interview, then TAT and SSCT data collecting. This research result showed that
respondent has compliant personality. There is inferior feeling and need for love and affiliation
from someone who superior than respondents. There’s also oral phase fixation. Repression and
denial was a defend mechanism against anxiety.
Key Words
: Latah, Need, Projective Test
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberi kemampuan kepada penulis baik secara fisik, psikologis, maupun akal
budi untuk menyelesaikan tulisan ini. Melalui karya tulis ini, penulis berharap
pelaku dunia psikologi dapat memahami dinamika kebutuhan individu dengan
perilaku latah, sehingga dapat memberi treatment yang lebih akurat untuk
menanggulangi perilaku latah, selain itu penulis juga ingin membuka mata
masyarakat luas mengenai latah yang selama ini dipandang sebagai perilaku wajar
dan cederung dijadikan bahan candaan, bahwa paradigma ini keliru.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang tanpa bantuan dari mereka, karya ini belum tentu dapat
terrealisasi. :
1. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
bimbingan dari ibu selama proses pembuatan skripsi ini. Tanpa pertanyaanpertanyaan yang mendasar dari ibu, mungkin karya ini hanya menjadi tulisan
dangkal.
2. Bapak V. Didik S.H., M.Si yang telah membantu dan mengarahkan saya
dalam menganalisis data.
3. Bapak T. Priyo Widianto., M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi.
4. Bapak Agung Santoso., M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang
kemudian digantikan oleh ibu Dr. Tjipto Susana. Terima kasih untuk
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pertemuan tiap jum’at, terima kasih untuk selalu memantau kami, dan
terkhusus terima kasih untuk cerita yang akhirnya saya posting di blog saya.
5. Untuk bapak Iman Wahyudi dan ibu Debora Sutini, orang tua terhebat yang
pernah saya tahu, terima kasih atas segala usaha, doa, dan bimbingan. Terima
kasih untuk selalu menanyakan “kapan lulus?” yang membuat saya selalu dan
selalu termotivasi. Untuk Samuel Aryo, adikku yang bandelnya ga ketulungan,
terima kasih untuk… apapun itu.
6. Untuk sepupu-sepupu saya yang selalu menjadi tolak ukur kesuksesan saya,
terima kasih karena contoh yang kalian tunjukkan pada saya.
7. Untuk teman-teman psikologi kelas B 2009 (kalau ditulis satu-satu
kepanjangan), terima kasih untuk pengalaman luar biasa selama 4 tahun ini.
Saya bukan saya yang sekarang tanpa kalian yang membantu saya menjadi
seperti sekarang.
8. Masdha FM angkatan 2009, Rickvan, Paijo, Etus, Ukik, Wibie, Jeanot,
Aditha, Bertha, Manik, Ayuk, Nino, Dicky, Rosi, Sangkin, semoga semua
sudah tersebut. Terima kasih untuk keluarga kecil bahagia di pojokan gerbang
apotik. Terima kasih juga untuk jalan-jalan ke pantai, karokean, nonton film,
dan hal-hal tak terduga selama bukan hanya 2 tahun (sepanjang kontrak) tapi
bahkan sampai sekarang.
9. Untuk Monica Ardiana, Pujaan hatiku (saat ini dan semoga sampai nanti.
Amin) terima kasih sudah menjadi pelampiasan egoku, sudah mau menjadi
pendengar yang baik, dan sudah mau berbagi berbagai pengalaman denganku.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10. Untuk penghuni Kos 164 A yang ibu kos nya agak bagaimana gitu, Mas
Ardian, Aris, Adhi, Mas Wiwid, Bono, Rio, Mas Je, Mas Felix (meskipun
sebentar) dan terakhir Arie, terima kasih untuk kebersamaan selama 3 tahun
lebih, maaf saya harus keluar dari kos duluan karena kalian tahu lah ya.
11. Untuk anak-anak langit (kos-kosan atas) dan antek-anteknya; Ino, Ricky,
Abed, Aldy, Jo, dan Kukuh, terima kasih untuk apapun itu. Hahahahaha
12. Untuk anak kontrakan dan anggota the brother beserta koleganya, Yohanes
“moe-moe” Hanggoro, Klaudius Hani, David Elfandra, Lukas Pramudita,
Togar Elprado, I Made Adi, Julius Caesar, Iwan “Sampean” Sanjaya terima
kasih sudah memberikan saya tempat bernaung dari dinginnya hujan dan
panas matahari, terima kasih untuk kesempatan menjadi trainee dan terima
kasih untuk kesempatan bertukar pikiran di kamar ukuran 3x4.
13. Anggota Eksis terkhusus Florianus Brian yang sudah mau berbagi beban
walaupun beban itu terlalu berat. Untuk Iwan “sampean” Sanjaya, Erga
Petragave, dan Agnes Dita, saya titipkan maha karya yang bernama Eksis pada
kalian (golekono mangsa baru) hahahahahaha..
14. Untuk BEM-F kepemimpinan Putra Wiramuda terima kasih “perang” yang ga
pernah berakhir. Jiahahahahahahahaha.
15. Untuk kepanitiaan Aksi 2013 yang digawangi Agnes, Bimo, Disty, Atenk, dan
diketuai Anjar Hesmudipto, katanya kalo ikut aksi lulusnya cepet, nyataya?
Iya ga mas Albertus “Panjul” Pandu, koh Albert Mahendra?
16. Untuk teman-teman satu bimbingan dan satu angkatah, sekalipun kita jarang
bahkan tidak pernah bimbingan bersama; Keket, Samira, Elsa, Andank, dan
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yosua saya ucapkan terima kasih atas support dan ide-idenya. Saya doakan
kalian SUKSES dengan apa yang kalian lakukan
17. Untuk sesama pengejar gelar S.Psi yang kebetulan menimba ilmu di Sanata
Dharma, di angkatan berapapun dan kelas manapun, terima kasih untuk
pengalaman yang berharga ini. Saya bangga jadi bagian keluarga besar
Psikologi Sanata Dharma
18. Untuk narasumber saya yang mau merelakan waktunya untuk saya, terima
kasih atas kesediaan ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya, berkat
bantuan dari ibu-ibu lah saya bisa menyelesaikan maha karya ini.
19. Terakhir untuk pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena
keterbatasan ingatan saya. Terima kasih atas apapun yang anda pernah
lakukan dalam hidup saya, karena apapun itu saya yakin sedikit-banyak
membantu saya menyelesaikan masa studi saya.
Penulis juga menyadari keterbatasan penulis dalam menyusun karya tulis
ini, maka dari itu penulis terbuka dengan kritik dan saran yang membangun.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain.
Yogyakarta, ....... Februari 2014
Daniel Gatyo Probo
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN MOTO ....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...............................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
vii
ABSTRACT ..................................................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Rumusan masalah..............................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
9
1. Manfaat Teoritis ....................................................................
9
2. Manfaat Praktis .....................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
10
A. Latah ..................................................................................................
10
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Slip of The Tongue................................................................
10
2. Latah ......................................................................................
12
a. Pengertian ..................................................................
12
b.Penyebab Terjadinya Latah .......................................
14
c. Latah dan Budaya Melayu ........................................
15
d.Dampak Latah ...........................................................
17
B. Teori-teori Kebutuhan .......................................................................
18
1. Teori Kebutuhan Freud .........................................................
21
2. Teori Kebutuhan Neurotik Horney .......................................
26
C. Tes Proyektif .....................................................................................
31
1. Pengertian ..............................................................................
31
2. SSCT (Sacks Sentence Completing Test) ..............................
32
3. TAT (Thematic Apprerception Test).....................................
33
4. Validitas dan Reliabilitas TAT dan SSCT ............................
35
D. Penggunaan Teknik Proyektif pada Penderita Latah ........................
35
E. Asumsi Awal .....................................................................................
38
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
39
A. Jenis Penelitian ..................................................................................
39
B. Fokus Penelitian ................................................................................
40
C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................
41
D. Subjek Penelitian...............................................................................
43
1. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................
43
2. Jumlah Subjek Penelitian ......................................................
44
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Lokasi Pengambilan data ......................................................
44
E. Analisis Data .....................................................................................
44
F. Kredibilitas Penelitian .......................................................................
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
49
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................
49
1. Proses Pengumpulan Data .....................................................
49
2. Proses Analisis Data ..............................................................
50
B. Profil Responden ...............................................................................
50
1. Responden 1 ..........................................................................
50
2. Responden 2 ..........................................................................
51
3. Responden 3 ..........................................................................
52
4. Kesimpulan Wawancara........................................................
52
C. Dinamika Kebutuhan dan Kecemasan Responden ...........................
54
1. Rerponden 1 ..........................................................................
79
2. Responden 2 ..........................................................................
83
3. Responden 3 ..........................................................................
88
D. Kesimpulan Dinamika Kebutuhan dan Kecemasan ..........................
91
E. Pembahasan .......................................................................................
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
98
A. Kesimpulan .......................................................................................
98
B. Saran ..................................................................................................
100
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ..................................................
100
2. Bagi Terapis atau Psikolog....................................................
101
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Bagi Penderita latah ..............................................................
101
4. Bagi Keluarga dan Lingkungan Sekitar ................................
102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
103
LAMPIRAN .................................................................................................
106
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1. Tahap Perkembangan Psikoseksual .........................................
24
TABEL 4.1. Clustering Kebutuhan Responden I ........................................
54
TABEL 4.2. Hasil SSCT Responden I .........................................................
61
TABEL 4.3. Clustering Kebutuhan Responden II .......................................
64
TABEL 4.4. Hasil SSCT Responden II .......................................................
67
TABEL 4.5. Clustering Kebutuhan Responden III ......................................
71
TABEL 4.6. Hasil SSCT Responden III ......................................................
74
TABEL 4.7. Sintesis Data Responden .........................................................
77
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan psikologis adalah keadaan dimana seorang individu
tidak menjalankan fungsi psikologisnya dengan baik. Durand dan Barlow
(2006) dalam Essentials of Abnormal Psychology menyebutkan terdapat
tiga ciri utama yang menjadi indikasi seroang individu mengalami
gangguan psikologis. Ciri yang pertama adalah mengalami disfungsi
psikologis yaitu keadaan dimana emosi, perilaku, dan kognitif seseorang
mengalami gangguan. Ciri kedua adalah keadaan distress personal, yang
ditandai dengan perilaku yang tidak wajar seperti mudah marah namun di
saat yang sama mudah sedih. Ciri terakhir adalah individu tidak dapat
membaur dan diterima oleh orang-orang sekitar akibat dari perilaku yang
cenderung berbeda.
Berdasarkan pengertian di atas, maka perilaku latah dapat
dikategorikan sebagai gangguan psikologis.
Hal ini dikarenakan
penderitanya mengalami disfungsi perilaku yang ditandai dengan
ketidakmampuan penderitanya mengontrol perilakunya ketika mendapat
rangsang dari luar. Secara kognitif penderita latah juga mengalami
gangguan, karena penderita latah tidak mampu menyaring ucapan saat
latah muncul. Lebih jauh, jika latah tidak segera ditanggulangi,
penderitanya akan mengalami gangguan emosional, seperti perasaan
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
rendah diri atau malu berlebih akibat selalu menjadi bahan ejekan orang
disekelilingnya. Selain itu, hal lain yang juga menguatkan latah merupakan
gangguan psikologis adalah perilaku orang yang mengalami latah
cenderung menyimpang dibanding orang-orang disekelilingnya. DSM IVTR (2000) menyebutkan bahwa latah adalah perilaku sensitif berlebih
terhadap pengagetan tiba-tiba, dan biasanya diikuti dengan perilaku
mengucapkan kata-kata tidak senonoh, meniru ucapan, meniru gerakan,
dan/atau menuruti perintah.
Latah merupakan perilaku khas masyarakat melayu. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan Yap (1950) dimana 60%
penderita latah adalah orang Jawa, 12% Melayu, 6% Sunda, dan sisanya
orang Bugis, Madura, Ambon, dan lain-lain, sementara kasus latah tidak
ditemukan di tempat lain. Gangguan ini lebih banyak dialami kaum
perempuan daripada laki-laki. Hal ini diperkuat oleh temuan Van Loon
(1928), dimana berdasarkan riset yang dilakukan, ditemukan 157 kasus
latah yang dialami wanita, 4 kasus latah pria, dan 1 kasus latah
hemaprodit.
Latah menimbulkan efek jangka panjang bagi penderitanya.
Selain memunculkan rasa malu berkepanjangan pada penderitanya akibat
dari anehnya perilaku atau kata-kata yang diucapkan ketika perilaku latah
muncul, efek jangka panjang dari latah adalah hilangnya kreativitas si
penderita, sebab penderita latah lama-kelamaan menjadi terbiasa meniru
perilaku yang dilakukan dan melakukan perintah orang lain terlebih lagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
bila diderita semenjak anak-anak (okezone.com, 2012). Hal ini sesuai
dengan hasil asesmen penulis terhadap beberapa penderita latah. Di awal
masa menderita latah, biasanya penderita hanya akan mengucapkan nama
alat kelamin laki-laki sebagai konten latahnya. Namun jika sudah
memasuki tahapan yang lebih parah, bukan hanya alat kelamin laki-laki,
tapi juga ada perilaku mengulang ucapan atau nama benda yang dilihat
sebelum latah, dan yang lebih berbahaya lagi mengikuti perintah secara
spontan.
Terdapat beberapa teori mengenai pembentukan latah. Teori
pertama menyebutkan latah merupakan keterkejutan sesaat akibat dari
penderitanya terbiasa menyendiri di hutan (Kenny, 1978). Ada pula teori
yang menyatakan bahwa latah merupakan cara yang digunakan kalangan
aristokrat pada saat itu untuk melepaskan diri dari aturan sosial-budaya
yang kaku (Geertz, 1960). Teori-teori menunjukkan bahwa latah
sebenarnya terjadi karena pembentukan perilaku semata, dimana latah
muncul karena orang membiasakan diri terhadap perilaku tersebut.
Sementara teori lain menyebutkan latah
muncul akibat
keterpanaan yang teramat kuat terhadap bangsa eropa yang datang ke
daerah melayu. keterpanaan ini muncul akibat perbedaan bentuk tubuh
(Winzeler, 1995; Geertz, 1968). Selain itu, latah juga disinyalir muncul
sebagai respon kecemasan seksual (Geertz, 1968; Yap, 1952; Winzeler,
1984). Kedua teori ini ingin menunjukkan bahwa kemunculan latah juga
bisa disebabkan oleh rasa cemas yang dialami penderitanya. Berdasarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
penelitian sebelumnya ditemukan pula bahwa wanita penderita latah yang
biasanya menggunakan kata-kata tidak senonoh dalam latahnya,
mengalami mimpi yang juga tidak senonoh (Van Loon dalam Winzeler,
1984).
Hal ini diperkuat asesmen awal yang dilakukan penulis terhadap
penderita latah. Dari tiga orang ibu usia 40-50 tahun yang penulis
wawancarai, ketiganya mengaku bermimpi mengenai alat kelamin lakilaki. Menurut penuturan responden, latah tidak terjadi bersamaan dengan
mimpi alat kelamin laki-laki. Saat mimpi mulai dilupakan, barulah
perilaku latah muncul. Mimpi adalah cara yang digunakan sebagai sarana
pemenuhan keinginan. Mimpi merupakan transformasi pemikiran menjadi
pengalaman halusinatif. Mimpi mengalami transformasi akibat dari
penolakan atau pelarangan keinginan yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan atau dikenal dengan istilah distorsi (Freud, 1958).
Berdasarkan temuan-temuan tersebut penulis menduga latah memiliki
fungsi yang sama dengan mimpi yaitu sebagai sarana untuk memunculkan
dorongan yang selama ini ditekan dan menjadi alat pemenuh keinginan.
Melihat konten mimpi penderita latah, yaitu alat kelamin pria dan konten
latah yang juga alat kelamin pria, dapat ditarik kesimpulan sederhana
bahwa penderita latah yang diawali dengan mimpi alat kelamin pria
memiliki kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi sehingga akhirnya
memimpikan alat kelamin pria, dan lebih jauh ketika konten mimpi sudah
mulai masuk ke ketidaksadaran barulah latah muncul.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Berdasarkan pemaparan di atas, serta hasil wawancara yang
menyatakan konten mimpi penderita latah adalah alat kelamin pria maka
penulis berasumsi kebutuhan yang muncul adalah kebutuhan seksual.
Kebutuhan ini tidak dapat diakomodir dengan baik dan justru ditekan. Hal
inilah yang memunculkan konflik, rasa cemas, dan pada akhirnya perilaku
latah. Namun, timbul pertanyaan. Apakah selamanya latah yang diawali
mimpi alat kelamin semata-mata muncul akibat kebutuhan seksual tidak
dapat diterima norma atau ada kebutuhan lain yang muncul bersamaan
dengan kebutuhan ini? Sementara itu, bagaimana dinamika kebutuhan
yang memunculkan perilaku latah? Untuk itulah penulis ingin meneliti
tentang kebutuhan penderita latah.
Untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
tersebut,
penulis
menggunakan beberapa tes kepribadian. Terdapat dua jenis tes
kepribadian; tes proyektif maupun tes kepribadian inventori. Kedua alat
asesmen ini disusun untuk melihat kecenderungan kepribadian seseorang,
perbedaannya tes kepribadian inventori telah distandarisasi lewat norma
(Sukardi, 1993). Hal ini justru menjadi kelemahan tes inventori, karena
akan hasil pengetesan akan sangat terbatas pada norma yang ditentukan.
Untuk itulah penulis lebih memilih menggunakan tes proyektif.
Alat ini dipilih karena selain fungsi utamanya sebagai media untuk
memunculkan ketidaksadaran, alat ini cenderung bebas norma, sehingga
penulis dapat mengeksplorasi kedalaman data. Secara spesifik penulis
menggunakan SSCT (Sacks Sentence Completing Test) dan TAT
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
(Thematic Apperception Test) terhadap penderita latah. SSCT adalah
teknik proyektif yang bertujuan untuk memunculkan sikap individu
terhadap hal atau situasi tertentu, sehingga tester dapat menentukan
keadaan kepribadian yang dominan dalam diri testee (Sack & Levy, 1959).
Sementara itu, TAT adalah teknik yang dipakai untuk melihat kepribadian
individu yang termanifetasi dalam hubungan interpersonal dan interpretasi
individu terhadap lingkungan saat melihat stimulus yang diberikan
(Bellak& Abrams, 1997). Dengan menggunakan TAT, penulis dapat
melihat dinamika kebutuhan, cara penyelesaian masalah, kecemasan,
mekanisme pertahanan ego dan dinamika ego-super ego. Data-data ini
dapat menggambarkan dinamika kepribadian pada penderita latah. Data ini
diperkuat dan divalidasi hasil pengetesan SSCT. Sekalipun fungsi
utamanya adalah untuk melihat sikap yang nantinya dapat digunakan
untuk menentukan keadaan kepribadian, beberapa bagian pada SSCT
dapat juga digunakan sebagai alat validasi TAT. Contohnya, bagian
pandangan terhadap orang tua dapat juga digunakan untuk melengkapi
data dinamika super ego responden, bagian ketakutan dapat digunakan
untuk memvalidasi bagian kecemasan pada pengetesan TAT. Sehingga
penggunaan
TAT
yang
diperkuat
SSCT
sangat
berguna
untukmemudahkan penulis untuk membuktikan dinamika kebutuhan dan
kecemasan pada penderita latah.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk mencari tahu dinamika
kebutuhan dan kecemasan yang dialami penderita latah. Kebutuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
menjadi penting untuk diteliti karena kebutuhanyang ditekan akan
memunculkan kecemasan. Kebutuhan yang tidak diterima oleh super ego
atau norma akan cenderung ditekan sehingga menimbulkan konflik, begitu
pulakebutuhan yang berbenturan dengan kebutuhan lain (Freud dalam
Hall, 1957). Diharapkan dengan menemukan dinamika kebutuhan, peneliti
dapat lebih menggambarkan bagaimana kecemasan dalam diri responden
terbentuk.
Penelitian mengenai latah selama ini lebih banyak berbicara
tentang latah sebagai suatu gangguan kultural.Sejauh ini penulis sudah
membaca Sembilan jurnal dan artikel ilmiah mengenai latah. Winzeler
(1984, 1995) menyimpulkan bahwa latah muncul karena adanya budaya
dan sistem keagamaan yang cenderung mengekang. Geertz (1968)
menambahkan bahwa latah bukan hanya milik kaum perempuan.
Kebanyakan kasus terjadi pada perempuan karena posisi perempuan dalam
struktur budaya melayu cenderung lebih lemah, sehingga lebih mudah
dijadikan objek candaan. Sementara Gimlette (1897) berdasarkan dua
kasus yang ditelitinya menemukan bahwa latah merupakan keadaan
hysteria dimana si penderita mengalami self hypnosys. Yang menarik baik
Gimlette maupun peneliti lain menemukan bahwa masyarakat melayu
tidak memandang latah sebagai suatu gangguan. Kekhasan penelitian yang
dilakukan penulis dibanding penelitian sebelumnya adalah penulis lebih
menyoroti dinamika yang terjadi di dalam diri individu. Jika melihat pada
penelitian sebelumnya, para peneliti lebih banyak menyoroti bagaimana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
struktur budaya atau sistem keagamaan menyebabkan kecemasan yang
digambarkan sebagai hysteria. Penulis sudah mencari baik melalui situssitus penyedia jurnal online maupun jurnal cetak, namun sejauh ini penulis
belum menemukan jurnal atau hasil penelitian yang mengaitkan latah
dengan dinamika kebutuhan, sehingga diharapkan jika penelitian berfokus
pada kebutuhan dan kecemasan, hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan seputar latah, selain itu peneliti selanjutnya atau terapis yang
lebih ahli bisa menggunakan informasi iniuntuk mencari metode
penyembuhan yang paling efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, maka dapat ditarik satu
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu;
bagaimana dinamika kebutuhan dan kecemasan yang dialami penderita
latah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dinamika kebutuhan
dan kecemasan pada penderita latah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur
terkait dengan tema latah. Penulis juga berharap penelitian ini bisa
menjadi tambahan informasi jika nantinya penelitian berikutnya yang
ingin mengembangkan topik serupa.
2. Manfaat Praktis
Dengan membuktikan bahwa penderita latah memiliki
dinamika kebutuhan tertentu yang menjadi pemicu perilakunya,
pembaca diharap bisa lebih peka terhadap penderita latah dan dapat
mengambil langkah tepat dalam menangani penderita latah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Latah
1. Slip of The Tongue
Bahasa merupakan suatu hal yang penting, tidak hanya agar
antar individu dapat berkomunikasi, namun lebih jauh bahasa
merupakan cara berpikir, yang merepresentasikan informasi dan
merupakan proses kognitif tingkat tinggi (Solso, 1997).
Bahasa meliputi pengucapan, arti, dan tata bahasa, sehingga
bahasa pada akhirnya mempengaruhi bagaimana seorang individu
mempersepsi sesuatu. Bahasa khususnya kata terbentuk melalui proses
kognitif seperti demikian :
Secara stimulan
mengakses
informasi
mengenai
rangsang dan
menanggapinya
Menerima
rangsang
Mengucapka
n kata
(Maltin,2009)
Gambar 1.Proses mental pengucapan kata
Berdasarkan skema pada gambar 1, dapat ditarik kesimpulan
bahwa proses pengucapan kata merupakan sesuatu yang dilakukan
10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
secara sadar. Namun pada kenyataannya proses pembentukan kata
tidak selalu berjalan seperti skema diatas. Keadaan dimana terjadi
kesalahan dalam penyebutan kata biasa disebut dengan istilah Speech
Error.
Fenomena Speech Error yang paling sering terjadi adalah
Slips of the Tongue. Slips of The Tongue adalah keadaan dimana
respon bahasa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang sebenarnya
ingin disampaikan. Cambridge Dictionary of Psychology (2009)
menyebutkan terdapat makna tersembunyi ketika seseorang mengalami
Slips of the Tongue hal ini dikarenakan peristiwa ini merupakan
dampak dari konflik internal individu. Hal ini sama dengan ketika
seorang individu bermimpi. Terdapat tiga tendensi dari Slips of the
Tongue, pertama tendensi yang tidak merugikan biasanya merupakan
bagian dari kesadaran. Kedua tendensi untuk menghalangi sesuatu
biasanya merupakan bagian ketidaksadaran dan muncul dari id. Ketiga
adalah tendensi ketidaksadaran lainnya yang mencoba menghalangi
tendensi sadar. Tendensi yang ketiga tidak muncul dari id, namun
memenuhi tujuan dari bagian tak sadar ego (Eidelberg,1952). Selain
itu, kejadian traumatis atau kekerasan di masa lalu juga bisa menjadi
pemicu munculnya Slips of the Tongue (Main & Hesse, 1995).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
2. Latah
a. Pengertian
Jika melihat paparan diatas, secara sekilas latah memiliki
banyak kemiripan dengan fenomena Slips of the Tongue, namun
demikian latah tidak sepenuhnya sama dengan Slips of the
Tongue. Dalam Ensiklopedia Psikologi edisi ke 8, Kiev (1964),
Simon dan Hughes (1986) memasukkan latah sebagai salah satu
jenis gangguan hysteria dikarenakan beberapa kemiripan ciri
antara kedua gangguan tersebut. Pernyataan tersebut pada
akhirnya mendapat bantahan dari beberapa ahli. Para ahli
mengemukakan bahwa gangguan yang berhubungan dengan
budaya tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan taksonomi
gangguan psikologis barat, sehingga DSM-IV TR memasukkan
latah sebagai gangguan yang berkaitan dengan budaya, atau biasa
disebut Culture Bound Dissorder, dimana menurut DSM-IV TR
latah merupakan gangguan khas orang Melayu. Meskipun
demikian, DSM-IV TR mencatat gangguan lain yang memiliki
ciri yang hampir mirip dengan latah juga terjadi di daerah asia
lain seperti Thailand (Bah-tsi), Jepang (Imu), dan philipina
(silok).
Latah merupakan perilaku sensitif berlebih terhadap
stimulus kejutan tiba-tiba. Biasanya ditandai dengan perilaku
melakukan perintah, dissosiasi, ekolalia (meniru pengucapan)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
dan ekopraksia (meniru gerakan) (Cambridge Dicrtionary of
Psychology, 2009). Sementara itu Encyclopedia of Psychology
mencatat hal senada. Latah merupakan reaksi kejang-kejang
(startle) yang diikuti ekolalia, ekopraksia. Latah juga sering
dibarengi dengan perilaku coprolalia (pengucapan kata-kata yang
tidak senonoh secara tidak terkonrol dan terhitung) dan kesadaran
yang ternganggu. Latah dapat dikategorikan sebagai gangguan
psikologis, sebab jika menilik pada pengertian gangguan
psikologis, gangguan psikologis adalah disfungsi psikologis yang
berhubungan dengan distress atau penurunan fungsi yang tidak
dapat diterima budaya (Durand & Barlow, 2009).
Terdapat tiga poin penting, pertama disfungsi psikologis,
kedua mengalami penurunan fungsi atau distress, terakhir tidak
dapat diterima secara budaya. Secara keseluruhan penderita latah
mengalami
ketiganya.
Secara
psikologis
penderita
latah
mengalami penurunan kemampuan kognitif dan perilaku, karena
ketidak mampuan penderita latah untuk menentukan kata
dan/atau perilaku yang akan digunakan sebagai respon atas
stimulus. Penderita latah biasanya akan mengalami gangguan
emosional, seperti perasaan rendah diri atau malu berlebih akibat
perilaku yang dimilikinya. Selain itu, perilaku orang yang
mengalami latah cenderung menyimpang dibanding orang-orang
di sekelilingnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
b. Penyebab terjadinya Latah
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan kemunculan
latah, sebab para ahli menemukan kasus latah dengan berbagai
sebab. Namun demikian, secara garis besar dapat disimpulkan
latah muncul akibat dua hal.
i.
Kecemasan
Teori ini menyatakan bahwa seseorang menderita
latah akibat dari perasaan cemas, khawatir, dan takut akan
sesuatu. Teori ini diperkuat temuan dari Geertz (1968) dan
kemudian diperkuat lagi oleh Winzeler (1995). Keduanya
berpendapat latah pertama kali muncul pada era penjajahan
bangsa eropa di tanah melayu. Masih menurut keduanya,
latah muncul akibat dari rasa kagum dan kaget yang teramat
sangat melihat bangsa eropa yang memiliki bentuk tubuh,
gaya berpakaian, bahasa, dan budaya berbeda dengan bangsa
melayu pada saat itu. Selain itu, latah disinyalir sebagai
respon akan kecemasan seksual yang dimiliki penderitanya
(Geertz, 1968; Yap, 1952; Winzeler, 1984). Temuan van
Loon dimana penderita latah yang biasanya wanita yang
melatahkan alat kelamin pria memimpikan alat kelamin pria
sebelum perilaku latah muncul memperkuat teori ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
ii.
Pembiasaan
Secara
umum,
teori
ini
menyatakan
bahwa
seseorang menderita latah karena membiasakan dirinya untuk
menjadi latah. Teori ini diperkuat temuan dari Kenny (1978)
dimana dalam penelitiannya ia menemukan penderita latah
yang mulai menderita latah setelah ia membiasakan diri
hidup di hutan dan sering berinteraksi dengan hewan buas di
hutan, sehingga latahan yang biasanya muncul adalah namanama hewan di hutan. Temuan lainnya adalah temuan dari
Geertz (1960) dimana dalam penelitiannya ia menemukan
kaum aristokrat menjadi latah karena keadaan sosial-budaya
kalangan ini sangat kaku. Pembiasaan diri untuk menjadi
latah dilakukan semata-mata untuk menghindari diri dari
kekakuan adat dan tradisi kalangan aristrokat.
c.
Latah dan Budaya Melayu
Latah merupakan gangguan khas melayu. Latah sangat
dipengaruhi ras, jenis kelamin, umur, dan keturunan. Latah paling
sering diderita orang melayu daripada suku lain. Latah juga lebih
sering diderita wanita namun demikian tidak menutup kemungkinan
pria menderita latah, bahkan latah yang diderita pria justru cenderung
muncul sebagai echopraxia daripada echolalia. Latah lebih banyak
muncul pada usia paruh baya dan cukup banyak berkembang di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
keluarga yang memiliki catatan latah (Galloway, 1922). Khusus di
daerah Asia Tenggara, sekitar 60% penderita latah merupakan orang
melayu sementara suku lain penderitanya hanya berkisar 10% dari
populasi (Yap, 1950). Di Jawa, kasus latah banyak terjadi pada
wanita berusia sekitar 50-60 tahunan (Geertz, 1968).
Perempuan lebih banyak menderita latah dibandingkan
laki-laki. Van Loon (1928) dalam penelitiannya menemukan 157
kasus latah dialami perempuan, 4 kasus latah pada laki-laki, dan
1 kasus latah pada hemaprodit. Hal ini juga nampak dari artikel
Gimlette (1897) yang berjudul Remarks on the Etiology,
Symptoms, and Treatmen of Latah, with Report of two Cases di
mana kedua respondennya adalah wanita melayu dengan kisaran
usia 40an tahun. Dalam kasus yang ditelitinya, Gimlette
menemukan bahwa kasus latah mulai dialami ketika kedua
subjeknya mengalami menopause.
Lebih
lanjut Gimlette
menduga latah merupakan sesuatu yang diturunkan dari generasi
sebelumnya.
Latar belakang agama yang masih mempercayai halhal mistis menjadi salah satu alasan kenapa latah banyak terjadi
di daerah Asia Tenggara (Gimlette, 1897). Selain itu, latah sangat
berkaitan dengan sistem kebudayaan. Di Jawa latah sering
dijumpai pada kalangan masyarakat dengan status sosial rendah.
Hal ini disinyalir sangat berkaitan dengan budaya Jawa, yaitu;
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
pertama, budaya Jawa sangat mengutamakan tata bahasa halus,
sehingga latah dijadikan sebagai bentuk perlawanan terhadap
tatanan budaya ini; kedua, tedapat kesenjangan antar status sosial
di Jawa, hal ini menyebabkan orang yang memiliki status sosial
lebih rendah akan mencoba meniru perilaku orang dengan status
sosial lebih tinggi. Perilaku meniru inilah yang pada akhirnya
memicu latah; ketiga, budaya Jawa sangat “anti” mengeksploitasi
dan mengeksplorasi hal-hal yang berbau seksual, pengucapan
hal-hal tersebut dianggap sebagai hal tabu bagi masyarakat Jawa,
sehingga pengucapan kata-kata kotor bisa jadi merupakan satu
celah untuk mengumbar hasrat seksual; terakhir adalah rasa takut
terkejut. Salah satu perilaku budaya yang menguatkan dugaan ini
adalah perilaku masyarakat Jawa yang biasanya bertepuk tangan
di depan bayi secara cepat dengan suara keras dengan tujuan agar
si anak memiliki imun terhadap rasa terkejut (Geertz, 1968).
d. Dampak Latah
Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, latah pada
susunan masyarakat melayu kadang dianggap sebagai suatu hal
yang menghibur dan bahkan cenderung lucu. Padahal jika
penderita latah tidak segera mendapat penanganan yang tepat
dampaknya akan sangat berbahaya bagi penderita latah itu sendiri.
Latah memunculkan rasa malu berkepanjangan pada penderitanya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Latah juga memiliki efek jangka panjang yaitu hilangnya
kreativitas si penderita, sebab penderita latah lama-kelamaan
menjadi terbiasa meniru perilaku yang dilakukan dan melakukan
perintah orang lain (okezone.com, 2012).
Jika menilik pada tiga ciri gangguan psikologis, yaitu:
mengalami disfungsi psikologis yaitu keadaan dimana emosi,
perilaku, dan kognitif seseorang mengalami gangguan; mengalami
keadaan distress personal, yang ditandai dengan perilaku yang
tidak wajar; dan ketidak mampuan untuk membaur dan diterima
oleh orang-orang sekitar akibat dari perilaku yang cenderung
berbeda (Durand & Barlow, 2009), maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku latah akan berdampak pada penderitanya, antara
lain: tidak mampu mengontrol perilakunya ketika mendapat
rangsang dari luar; Secara kognitif tidak mampu menyaring
ucapan saat latah muncul; Lebih jauh, penderitanya akan
mengalami gangguan emosional, seperti perasaan rendah diri atau
malu berlebih akibat selalu menjadi bahan ejekan dan/atau
perilaku yang cenderung menyimpang dibanding orang-orang di
sekelilingnya.
B. Teori-teori Kebutuhan
Kebutuhan (Need), motif (motive), dan dorongan (Drive) adalah
tiga hal yang mempengaruhi perilaku individu. Dorongan adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
kecenderungan
bereaksi
dalam
rangka
pemenuhan
kekurangan.
Matsumoto (2009) menyatakan bahwa dorongan adalah motivasi untuk
mengembalikan keseimbangan. Freud menyatakan bahwa dorongan
merupakan gabungan antara kondisi psikologis dan biologis seseorang.
Menurut Freud, kondisi psikologis yang mendorong individu melakukan
sesuatu adalah hasrat (wish), dan kondisi biologisnya adalah perasaan
kekurangan (Need). Wish dan need berperan sebagai motif yang
mendorong individu melakukan sesuatu (Seimun, 2007). Dollard dan
Miller membagi dorongan menjadi dua klasifikasi besar. Dorongan yang
pertama adalah dorongan primer. Dorongan primer adalah segala dorongan
yang berhubungan dengan keadaan fisik seseorang, semisal rasa lapar,
haus, dan hasrat seksual. Dorongan berikutnya adalah dorongan sekunder.
Dorongan sekunder adalah dorongan yang berhubungan dengan keadaan
psikologis seseorang dan merupakan asosiasi dari pemenuhan dorongan
primer, semisal rasa cemas dan ketakutan (Alwisol, 2007).
Kebutuhan merupakan hal yang paling mendasar yang diperlukan
dalam rangka bertahan hidup. Kebutuhan adalah keadaan kekurangan yang
dialami tubuh baik fisik maupun psikologis yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan (equilibrium), sehingga memaksa tubuh
untuk memenuhi kekurangan. (Seimun, 2007; Matsumoto, 2009)
Motif adalah alasan individu melakukan sesuatu (Seimun, 2007).
Maslow menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh individu
merupakan gabungan beberapa motif, misal ketika seseorang melakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
hubungan suami isteri dengan pasangannya, mungkin saja bukan hanya
kebutuhan seksual yang memotivasi individu tersebut, tapi termotivasi
juga karena ada keinginan untuk mencintai, dan keinginan untuk ditemani
(Feist & Feist, 2007). Sementara itu, motivasi adalah kekuatan fisiomental yang membuat makhluk hidup melakukan sesuatu. Dalam dunia
psikologi pendidikan motivasi diartikan sebagai situasi yang membuat
individu terhukum atau tedorong saat melakukan sesuatu. Motivasi juga
dapat diartikan sebagai usaha dalam rangka mencapai tujuan (Matsumoto,
2009). Motivasi dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Pertama
motivasi biologis yang bersifat instingtual, dimana berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan fisik, keinginan untuk menghindari masalah, dan
keinginan untuk melakukan kesenangan. Kedua adalah motivasi sosial
yang terbentuk karena pengaruh budaya, status sosial, dan hasil belajar,
misal keinginan untuk diterima dan keinginan untuk diperhatikan. Ketiga
adalah motivasi personal yang didasarkan pada pengalaman individu
terutama kebiasaan. Terakhir adalah motivasi yang lebih tinggi. Beberapa
tokoh psikologi menyebut motivasi ini dilandasi kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, sementara yang lain menyebutnya dengan istilah
realisasi diri (Boeree, 2010).
Berdasarkan pemaparan mengenai kebutuhan, dorongan, dan
motif tersebut, dinamika antara ketiganya dapat digambarkan sebagai
berikut, kekurangan dalam hal ini berhubungan dengan tujuan bertahan
hidup akan memunculkan kebutuhan (sisi biologis) dan hasrat (sisi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
psikologis). Hasrat dan kebutuhan ini akan membangun motif seseorang
untuk bertindak. Motif atau gabungan dari beberapa motif akan
mendorong seseorang melakukan perilaku yang tujuannya adalah
mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan.
1. Teori Kepribadian Freud
Hall (1957) dalam bukunya yang berjudul Theories of
Personality mengungkapkan Freud membagi struktur kepribadiannya
menjadi tiga bagian utama, yakni Id, Ego, dan Super Ego. Id adalah
struktur kepribadian bawaan tiap manusia dan melekat bahkan sejak
manusia lahir. Id tidak mampu mentoleransi tegangan (keadaan
kekurangan), sehingga berusaha untuk meredakan ketegangan. Usaha
meredakan tegangan dilakukan dengan dua cara pertama gerak refleks,
dan yang kedua adalah dengan menggunakan proses primer. Proses
primer adalah cara peredaan tegangan dengan menampilkan gambaran
mental. Tujuan utamanya untuk meredam ketegangan.
Struktur kedua dari teori kepribadian Freud adalah Ego. Ego
muncul sebagai akibat dari ketegangan tidak akan reda melalui proses
primer. Ketegangan membutuhkan kompensasi nyata. Tugas Ego
adalah memisahkan mental image dengan realita. Mengubah mental
image menjadi persepsi sehingga nantinya individu dapat menemukan
alat pemenuh kebutuhan di dunia nyata. Ego bekerja melalui proses
sekunder, yaitu mencoba menahan tegangan hingga objek pemuas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
ketegangan ditemukan. Selain itu ego juga menguji apakan langkah
yang diambil benar atau salah dan bisa dilakukan atau tidak ketika
ketegangan berkaitan dengan menyakiti diri. Ego mengontrol semua
aktivitas
kognitif
individu,
mengontrol
perilaku,
menentukan
lingkungan yang akan direspon, dan menentukan kebutuhan mana
yang akan dipenuhi dan dengan cara apa. Itulah mengapa ego disebut
juga sebagai eksekutor dalam struktur kepribadian Freud. Sebagai
eksekutor ego juga memiliki peran sebagai penyeimbang konflik yang
muncul antara Id, Super Ego, dan dunia luar.
Struktur terakhir adalah Super ego. Super ego merupakan
representasi dari nilai tradisional dan ideologi masyarakat yang di
interpretasikan
kepada
anak-anak
melalui
orang
tuanya
dan
berkembang lewat sistem pemberian reward dan hukuman. Super ego
adalah
sisi
moral
dari
kepribadian.
Struktur
ini
lebih
mempertimbangkan sisi ideal daripada yang sebenarnya dibutuhkan
dan lebih menutamakan kesempurnaan daripada kenyamanan. Tujuan
utama dari super ego adalah untuk menentukan apakah sesuatu benar
atau salah. Secara garis besar terdapat tiga tujuan utama super ego.
Pertama, menekan dorongan dari id, biasanya yang berhubungan
dengan seksual dan sifat agresif, sebab kurang bisa diterima
masyarakat; kedua, memaksa ego untuk mengubah tujuan realistis
menjadi
tujuan
yang
lebih
moralistik;
ketiga,
memaksakan
kesempurnaan. Sehingga secara singkat dapat disimpulkan bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
super ego memaksa baik id dan ego untuk bekerja menurut gambaran
super ego itu sendiri.
Id merupakan insting, Ego merupakan eksekutor, dan Super
Ego adalah standar moral individu. Ketika individu merasakan
kekurangan, maka id akan merepresentasikannya secara psikologis hal
inilah yang disebut sebagai wish, sementara tubuh akan merasa
kekurangan, hal inilah yang disebut need. Adanya need dan wish akan
mendorong individu untuk berperilaku dan menentukan tujuan
perilaku.
Ketika need dan wish terpenuhi dengan baik, maka
ketegangan akan mereda, namun demikian proses pemenuhan
dorongan tidak selalu berjalan dengan baik. Ada keadaan dimana
Super Ego akan menekan Ego untuk memenuhi dorongan Id, seperti
ketika need dan wish berhubungan dengan kebutuhan seksual. Keadaan
inilah yang memicu adanya konflik. Konflik juga bisa terjadi ketika
objek pemuas kebutuhan terbatas, sementara banyak kebutuhan yang
mendesak untuk dipenuhi.
Dunia nyata menyediakan segala objek pemenuh kebutuhan,
namun demikian dunia nyata juga memiliki kemampuan untuk
menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan ketegangan sama kuatnya
seperti kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan. Freud membagi
kecemasan menjadi 3 bagian penting, yaitu kecemasan realistis,
kecemasan neurotik, dan kecemasan moralistis. Kecemasan realistis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPU