BAB KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KAKOTA BANDUNG

BAB
KERANGKA KELEMBAGAAN
DAN REGULASI KAKOTA
BANDUNG

6

6.1 ARAHAN

KEBIJAKAN

KELEMBAGAAN

BIDANG

CIPTA KARYA
Landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan
bidang Cipta Karya pada pemerintahan Kota Bandung:
1.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluasluasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi
tersendiri.

Besaran

mempertimbangkan

organisasi
faktor

perangkat

kemampuan


daerah

keuangan,

sekurang-kurangnya
kebutuhan

daerah,

cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan
banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis,

jumlah dan

kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang
akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu,
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah
tidak senantiasa sama atau seragam.

2.


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah
berkewajiban

untuk

melakukan

pembinaan

terhadap

pemerintah

kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang

Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1)

Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan
dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara
lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan
bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi
urusan pemerintah daerah,sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya
sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan
Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan
perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan
terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri
dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 5.1

Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya
upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan

sistem

akuntabilitas

kinerja

instansi

pemerintah

dan


aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan
penerapan

e-government

di

berbagai

instansi.

Sejalan

dengan

pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah,

seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam
memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP,
mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya
peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan

Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan

menteri

ini,

reformasi

birokrasi


pada

pemerintah

daerah

dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini
memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur
dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi
birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan
disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari
sembilan program, yaitu :



Program

Manajemen

Perubahan,

meliputi:

penyusunan

strategi

manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda,
sosialisasi

dan

internalisasi


manajemen

perubahan

dalam

rangka

reformasi birokrasi;


Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan
oleh K/L dan Pemda;



Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi
tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani
organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;




Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas
dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;



Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem
rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;



Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP);



Penguatan
instansi

Akuntabilitas,

pemerintah,

meliputi:

penguatan

pengembangan

sistem

akuntabilitas

kinerja

manajemen

kinerja

organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);


Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada
unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.



Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 5.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
Sumber: Road Map Reformasi Birokrasi

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat

dan

Daerah.

Presiden

menginstruksikan

untuk

melaksanakan

pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan,

pemantauan,

evaluasi

atas

kebijakan

dan

program

pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi, serta kewenangan masing masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah
mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu
perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya
untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan
RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang
PU yang menjadi tanggungjawab

pemerintah

kabupaten/kota. Target

pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2,
dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan
yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya
yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab
dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang
bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat
daerah adalah Peraturan Daerah (Perda).
Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub,
dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9.

Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai
dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah

standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi
kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di
dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum,
drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah
dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam
rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai,
aspek

pokok

yang

harus

diperhatikan

adalah:

beban

kerja,

standar

kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur
melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan
Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan
perkotaan.
Berdasarkan

peraturan-peraturan

di

atas,

maka

dimungkinkan

untuk

mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang
Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan
dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

A.

KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Pembentukan Bappeda Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada
Perda No. 21 Tahun 1981 dan Perda No. 24 Tahun 1981, sebagaimana telah
mengalami penyesuaian sejalan dengan perubahan paradigma pembangunan.
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka
Pemerintah Kota Bandung menata kembali Struktur Organisasi Perangkat
Daerahnya, termasuk merubah nama Bappeda Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung. Perubahan ini ditetapkan dengan Perda
Kota Bandung No. 06 Tahun 2001 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah Tingkat Kota Bandung, sedangkan uraian tugas dan
fungsinya ditetapkan dengan Perda No. 17 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Perencanaan

Pembangunan Nasional, tidak kurang terdapat 13 (tiga belas) pasal yang
menyatakan dan menetapkan secara langsung fungsi dan peran Kepala BAPPEDA,
yaitu :
1. Pasal

10, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP

Daerah”;
2. Pasal 11, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
Jangka Panjang Daerah“ ;
3. Pasal 12, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP
Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah“;
4. Pasal 14, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM
Daerah sebagai penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam
strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas dan
arah kebijakan keuangan daerah“;
5. Pasal 15, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah
dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD”;
6. Pasal 16, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
Jangka Menengah Daerah“;
7. Pasal 18, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM
Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”;
8. Pasal 20, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD
sebagai penjabaran dari RPJM Daerah”;
9. Pasal 21, ayat (4) : “Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan
rancangan RKPD dengan menggunakan RENJA-SKPD”;
10. Pasal 22, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
penyusunan RKPD”;
11. Pasal 24, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD
berdasarkan hasil Musrenbang” ;
12. Pasal 28, ayat (2) : “Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing-masing SKPD”;
13. Pasal 29, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi SKPD”.

Beberapa produk dan indikator capaian yang telah dihasilkan BAPPEDA Kota
Bandung

dalam

peningkatan

kualitas

penyelenggaraan

perencanaan

pembangunan, diantaranya:
1. Penyusunan dan penetapan Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang RPJPD
Kota

Bandung 2005-2025, yang merupakan dokumen perencanaan

pembangunan daerah Kota Bandung untuk periode 20 (dua puluh) tahun;
2. Penyusunan dan penetapan Perda Nomor 07 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Serta Musrenbang Daerah. Perda ini memberikan
penguatan

kewenangan

secara

kelembagaan

bagi

Bappeda

dalam

perencanaan dan pengendalian pembangunan dan merupakan penjabaran
dari PP 08 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
3. Penyusunan dan penetapan Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang RPJMD
Kota Bandung 2009-2013, yang merupakan dokumen perencanaan
pembangunan daerah jangka menengah daerah untuk periode 5 (lima)
tahun ;
4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal,
pelatihan, seminar dan diklat fungsional;
5. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan makro, meliputi : Master Plan
Kawasan Gedebage, Master Plan Transportasi, Master Plan Pendidikan, dan
kajian sektor lainnya sebagai pendukung perencanaan ;
6. Tersedianya

hasil

penelitian

dan

pengembangan

sebagai

bahan

penyusunan dokumen perencanaan;
7. Fasilitasi berbagai forum multistakeholder di bidang perencanaan dan
perumusan kebijakan pembangunan lainnya;
8. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis dan
terpadu antar bidang-bidang di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Bandung;
9. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi;
10. Tersedianya database statistik kota;
11. Tersusunnya laporan triwulanan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
perencanaan pembangunan daerah dari SKPD;
12. Tersusunnya Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Tahunan

dan 5 (lima) Tahunan;
13. Terbentuknya UPT Bandung Electronic Procurement yang berfungsi
sebagai unit pengelola terpadu dalam pengadaan barang dan jasa.
Dalam

melaksanakan

tugas

pokok

dan

fungsinya

dibidang

perencanaan

pembangunan daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Bandung memliki visi dan misi. Visi Bappeda yaitu “LEMBAGA PERENCANA
PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS, ASPIRATIF DAN APLIKATIF GUNA
MEWUJUDKAN KOTA BANDUNG, UNGGUL, NYAMAN & SEJAHTERA”.
Sedang misi yang diemban adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Perencanaan Pembangunan yang Aspiratif dan Aplikatif
2. Meningkatkan

kualitas

dan

kuantitas

sistem

layanan

perencanaan

pembangunan yang memadai
3. Meningkatkan iklim dan kerjasama dalam bidang penanaman modal
4. Mewujudkan aparatur perencana pembangunan daerah yang profesional
dan berdisiplin
5. Mewujudkan

pertanggungjawaban

keuangan

yang

wajar,

akurat,

akuntabel, dan pelaksanaan kinerja yang optimal

Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, Kepala Bappeda dibantu oleh
seorang sekretaris dan 6 (enam) orang kepala bidang (Kabid) beserta satu Unit
Pelaksana Teknis Badan dan Kelompok Jabatan Fungsional serta staf. Sekretaris
membawahi 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian (Kasubag) yaitu Kasubag Umum dan
Kepegawaian, Kasubag Keuangan dan Kasubag Program.

Sedangkan masing-

masing kepala bidang bertanggung jawab kepada Kepala Badan dan membawahi
beberapa Kepala Sub Bidang (Kasubid) sebagai berikut:
1. Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Tata Ruang, terdiri atas 2 (dua) Sub
Bidang:


Kepala Sub Bidang (Kasubid) Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan
Hidup



Kepala Sub Bidang (Kasubid) Perencanaan Sarana dan Prasarana

2. Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang
:


Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi;



Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Daerah.

3. Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri atas 2
(dua) Sub Bidang :


Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya



Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat

4. Bidang Perencanaan Pemerintahan, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang :


Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan



Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah

5. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang
:


Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan



Sub Bidang Statistik

6. Bidang Penanaman Modal, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang :


Sub Bidang Penanaman modal dan Promosi Daerah



Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Daerah

Adapun secara rinci Struktur organisasi Bappeda Kota Bandung berdasarkan
jabatan struktural dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.3
Struktur Organisasi Badan Perencanaan Daerah Kota Bandung

Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Bandung Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Dinas Daerah Kota Bandung.
Tugas Pokok:
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian urusan wajib pemerintahan di bidang penataan ruang, sebagian bidang
pekerjaan umum dan sebagian bidang perumahan;
Fungsi:


Merumuskan kebijakan teknis tata ruang dan permukiman;



Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan;



Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan pemukiman
meliputi survey dan pemetaan, perencanaan dan pengendalian, perumahan
dan pemukiman dan dokumentasi dan pelayanan;



Pelaksanan pelayanan teknis ketatausahaan Dinas;



Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Visi Dinas Tata Kota adalah" Memantapkan Pemanfaatan Ruang Kota yang
Bermartabat ". Visi ini ditetapkan sebagai upaya mendukung perwujudan visi Kota
Bandung sebagai Kota Jasa yang Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan
Bersahabat).
Misi yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Meningkatkan kualitas SDM Aparatur yang didukung dengan fasilitas kerja
yang memadai
2. Meningkatkan Kualitas Ruang Kota
3. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, Kepala Dinas Tata Ruang dan
Ciptakarya dibantu oleh seorang sekretaris dan 6 orang kepala bidang (Kabid)

beserta staf. Sekretaris membawahi 3 orang Kepala Sub Bagian (Kasubag) yaitu
Kasubag Umum dan Perlengkapan, Kasubag Kepegawaian dan Kasubag Keuangan
dan Program.

Sedangkan masing-masing kepala bidang bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas dan membawahi beberapa Kepala Sub Bidang (Kasubid)
sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kepala Bidang (Kabid) Survey dan Investigasi, terdiri atas 2 seksi:
a.

Kepala seksi Pengukuran dan Pemetaan

b.

Kepala seksi Data dan Analisa

Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Tata Ruang, terdiri atas 3 seksi:
a.

Kepala seksi Tata Ruang Kota

b.

Kepala seksi Rencana Teknis Prasarana Kota

c.

Kepala seksi

Kepala Bidang (Kabid) Dokumentasi dan Pelaporan, terdiri dari 2 seksi:
a.

Kepala seksi inftastruktur rencana kota

b.

Kepala seksi dokumentasi

Kepala Bidang (Kabid) Tata Bangunan dan Arsitektur Kota, terdiri dari 3 seksi:
a.

Kepala seksi penataan bangunan

b.

Kepala seksi bangunan gedung

c.

Kepala seksi arsitektur kota

Kepala Bidang (Kabid) Perumahan, terdiri dari 3 seksi:
a.

Kepala seksi pengembangan perumahan

b.

Kepala seksi penyehatan lingkungan

c.

Kepala seksi sosial dan fasilitas umum

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Tata Ruang dan Bangunan, terdiri dari 3
seksi:
a.

Kepala seksi pengawasan tata ruang dan bangunan

b.

Kepala seksi penanganan pengaduan dan sengketa

c.

Kepala seksi penertiban

Adapun secara rinci Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya
(Distarcip) Kota Bandung berdasarkan jabatan struktural dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 5.4
Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya (Distarcip) Kota Bandung

B.

Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan
kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah
menciptakan

hubungan

kerja

antar

perangkat

daerah

dengan

menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan
beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu
mengembangkan

hubungan

fungsional

sesuai

dengan

kompetensi

dan

kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masingmasing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang
koordinatif

baik

antar

bidang/seksi

di

dalam

keorganisasian

urusan

keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka
menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara
substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat
daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam
Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya
menyangkut

tupoksi

dari

masing-masing

instansi

pemerintah

bidang

keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan
penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta
Karya.

Tabel6.1
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kota Bandung

No

1.

Instansi

Bappeda

Unit/Bagian yang

Peran Instansi dalam

Menangani Pembangunan

Pembangunan Bidang CK
1. menyusun RPJP Daerah

Bidang CK
Bidang Fisik dan Prasarana

berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang
Daerah;
2. menyusun RPJM Daerah
berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka
Menengah Daerah”;
3. menyusun RKPD berdasarkan
hasil Musrenbang;
4. menghimpun dan
menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan
pembangunan dari masingmasing SKPD;
5. menyusun evaluasi
pembangunan berdasarkan
hasil evaluasi SKPD”.
2.

Dinas Tata Ruang
dan Ciptakarya

1. Merumuskan kebijakan teknis



tata ruang dan permukiman;
2. Penyelenggaraan sebagian
urusan pemerintahan dan
pelayanan umum di bidang

Bidang Perencanaan Tata
Ruang



Bidang Perumahan

No

Instansi

Peran Instansi dalam
Pembangunan Bidang CK

Unit/Bagian yang
Menangani Pembangunan
Bidang CK

pekerjaan umum, penataan
ruang dan perumahan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan
tugas di bidang tata ruang
dan pemukiman meliputi
survey dan pemetaan,
perencanaan dan
pengendalian, perumahan
dan pemukiman dan
dokumentasi dan pelayanan;

Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu
dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat
dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dengan tabel
berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya di Kota Bandung.
Tabel6.2
Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
No

Nama SOP

1

Pengembangan

Instansi yang Terlibat

Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP

Distarcip



Permukiman
1) SOP
Infrastruktur

Perencanaan infrastruktur kawasan
permukiman kumuh



kawasan

Perencanaan pembiayaan

permukiman

infrastruktur kawasan permukiman

kumuh

kumuh

2) SOP

Distarcip

Infrastruktur



Perencanaan infrastruktur RSH



Perencanaan pembiayaan

RSH

infrastruktur RSH

3) SOP

Distarcip

Distarcip:

Rusunawa dan

Bappeda



infrastruktur
pendukungnya

Perencanaan infrastruktur
Rusunawa



Perencanaan pembiayaan

No

Nama SOP

Instansi yang Terlibat

Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
infrastruktur Rusunawa


Perencanaan pembiayaan
pembangunan Rusunawa



Pembangunan Rusunawa



Pembentukan badan pengelola
Rusunawa

Bappeda:


Bersama dengan Distarcip dalam
Pembentukan badan pengelola
Rusunawa



Perencanaan sumber pembiayaan
pembangunan Rusunawa dan
infrastrukturnya

2

Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
1) SOP

Distarcip



Aksesibilitas

Perencanaan aksesibilitas bangunan
gedung dan lingkungan



bangunan

Pembangunan sarana penunjang

gedung dan

aksesibilitas bangunan gedung dan

lingkungan

lingkungan

2) SOP PIP2B

Distarcip



Pembuatan desain bangunan
gedung percontohan



Pembuatan modul bangunan
gedung percontohan



Pembangunan bangunan gedung
percontohan

3) SOP Sarpras

Distarcip



Perencanaan jaringan air hidran

penanggulanga

pendukung penanggulangan

n bahaya

bahaya kebakaran


kebakaran

Pembuatan jaringan air hidran
pendukung penanggulangan
bahaya kebakaran

4) SOP

Distarcip

Distarcip:

Sarpras

Bappeda



Identifikasi kawasan

No

Nama SOP

Instansi yang Terlibat

Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP


revitalisasi
kawasan

Perencanaan Sarpras revitalisasi
kawasan



Pembangunan Sarpras revitalisasi
kawasan

Bappeda:


Perencanaan pendanaan Sarpras
revitalisasi kawasan



Koordinasi SKPD terkait terkait
program lainnya pada kawasan
perencanaan

5) SOP Sarpras

Distarcip

Distarcip:

RTH

Bappeda



Perencanaan Sarpras RTH



Pembangunan Sarpras RTH

Bappeda:


Perencanaan pendanaan Sarpras
RTH



Koordinasi SKPD terkait terkait
program lainnya pada kawasan
perencanaan

3

Pengembangan
Air Minum
1) SOP

Distarcip

Distarcip:

Optimalisasi

Bappeda



IKK

Penyediaan sarana pendukung
SPAM IKK

Bappeda:


Penyediaan data MBR

2) SOP SPAM

Distarcip

Distarcip:

di ibukota

Bappeda



Perencanaan SPAM IKK



Penyediaan sarana SPAM IKK

kecamatan

Bappeda:

4

Pengembangan

Penyeddiaan data MBR

No

Nama SOP

Instansi yang Terlibat

Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP

1) SOP

Distarcip

Distarcip:

Infrastruktur air

Bappeda



PLP

limbah skala

Perencanaan teknis infrastruktur
limbah



kota

Pembangunan infrastruktur air
limbah

Bappeda:


Berperan aktif dalam menyusun
AMDAL



Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan



Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder

2) SOP

Distarcip

Distarcip:

Infrastruktur air

Bappeda



limbah dengan

Perencanaan teknis infrastruktur
limbah



system
setempat dan

Pembangunan infrastruktur air
limbah

komunal
Bappeda:


Berperan aktif dalam menyusun
UKL/ UPL



Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan



Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder

5

Drainase
1) SOP

Distarcip

Distarcip:

Infrastruktur

Bappeda



Drainase

Perencanaan teknis infrastruktur
drainase



Pembangunan infrastruktur
drainase

Bappeda:


Tersedianya hasil penelitian

No

Nama SOP

Instansi yang Terlibat

Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
(masterplan) dan pengembangan


Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder

6

Sampah
1) SOP

Distarcip

Distarcip:

Infrastruktur

Bappeda



Perencanaan teknis Infrastruktur

stasiun antara

stasiun antara dan Tempat

dan Tempat

Pemrosesan Akhir Sampah


Pemrosesan
Akhir Sampah

Pembangunan infrastruktur
Infrastruktur stasiun antara dan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

Bappeda:


Berperan aktif dalam menyusun
AMDAL



Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan



Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder

2) SOP Tempat

Distarcip

Distarcip:

pengolahan

Bappeda



sampah
terpadu

Perencanaan teknis Tempat
pengolahan sampah terpadu



Pembangunan Tempat pengolahan
sampah terpadu

Bappeda:


Berperan aktif dalam menyusun
AMDAL



Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan



Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder

C.

Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Pemerintah Kota Bandung didukung oleh Sumber Daya Manusia/ Aparatur yang
Handal.

Sebagian besar aparatur/pegawai di Pemerintah Kota Bandung yang

menangani bidang Cipta Karya adalah lulusan SMA/Diploma/S1/S2/S3

6.2 ANALISIS KELEMBAGAAN
A.

Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan

analisis

keorganisasian

adalah

untuk

mengetahui

permasalahan

keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi
maupun

keluaran

produk

RPIJM

Bidang

Cipta

Karya.

Analisis

deskriptif

keorganisasian bidang Cipta Karya di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Struktur organisasi
 Struktur organisasi perangkat kerja daerah Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya
di Kota Bandung sudah sesuai dengan PP No 41 tahun 2007 yang tercantum
dalam Pasal 25 ayat 1: “Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling

banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi”.
 Struktur organisasi perangkat kerja daerah Bappeda di Kota Bandung sudah
sesuai dengan PP No 41 tahun 2007 Pasal 26 ayat 2: “Badan terdiri dari 1

(satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari
3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang
atau kelompok jabatan fungsional”.
2. Tugas dan fungsi organisasi
 Tugas dan fungsi organisasi Bappeda sudah sesuai dengan PP No 41 tahun
2007 Pasal 13 ayat yaitu :
a. Badan perencanaan pembangunan daerah merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

b. Badan

perencanaan

pembangunan

daerah

mempunyai

tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
c.

Badan perencanaan pembangunan daerah dalam melaksanakan tugas
sebagaimana, menyelenggarakan fungsi:
o

perumusan kebijakan teknis perencanaan;

o

pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

o

pembinaan

dan

pelaksanaan

tugas

di

bidang

perencanaan

pembangunan daerah; dan
o

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

d. Badan perencanaan pembangunan daerah dipimpin oleh kepala badan.
e. Kepala badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
bupati/walikota melalui sekretaris daerah.


Tugas dan fungsi organisasi Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya sudah sesuai
dengan PP No 41 tahun 2007 Pasal 14 ayat yaitu :
a. Dinas daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Dinas daerah dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:


perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;



penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
sesuai dengan lingkup tugasnya;



pembinaan

dan

pelaksanaan

tugas

sesuai

dengan

lingkup

tugasnya; dan


pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

c.

Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas.

d. Kepala dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
e. Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa
kecamatan.

3. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi
 Perubahan peraturan dan perundangan terkait sistem pemerintahan daerah
 Pergantian presiden dan atau menteri
4. Permasalahan dalam keorganisasian
 Tumpang tindih pelaksana tugas bidang ke-ciptakarya-an
 Tumpang tindih kegiatan-kegiatan terkait kegiatan ke-ciptakarya-an

B.

Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif
ketatalaksanaan bidang Cipta Karya di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Perda Penetapan Organisasi Pemerintah
 Perda penetapan organisasi sudah menguraikan tupoksi dari masing-masing
dinas/unit kerja yang ada
2. Mekanisme hubungan kerja di dalam dan antar instansi terkait
 Hubungan kerja dalam instansi sudah sesuai dengan tupoksi
 Hubungan kerja antar instansi juga sudah sesuai dengan tupoksi
3. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja
daerah
 Peraturan dan perundang-undangan yang berubah
 Program-program pusat yang lintas sector terkait bidang Cipta Karya
4. Permasalahan dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah
 Kurangnya koordinasi untuk kegiatan yang sama dengan SKPD lainnya

C.

Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan
SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun
keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif Sumber Daya
Manusia bidang Cipta Karya di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan SDM

 SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah
maupun kualitas dalam perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya
 Ketersediaan (kuantitas) SDM sudah melebihi kebutuhan dalam instansi
2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM
 Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
 Program bantuan teknis terkait bidang Cipta Karya
3. Permasalahan dalam manajemen SDM
 Komunikasi yang kurang lancer antara SDM yang berpendidikan tinggi
dengan SDM yang berpendidikan rendah
 SDM yang berpendidikan rendah cenderung mengurus hal-hal yang bersifat
administrasi dan kurang memahami hal-hal teknis terkait bidang Cipta Karya.

D.

Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis
yang

digunakan

(weaknesses),

untuk

peluang

mengevaluasi

(opportunities),

kekuatan
dan

(strengths),

ancaman

(threats)

kelemahan
di

bidang

kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam matriks SWOT.
Tabel6.3
Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
FAKTOR

PELUANG (O)

ANCAMAN (T)

EKSTERNAL

a. Pendidikan dan

a. Peraturan dan

FAKTOR

pelatihan yang

perundang-

INTERNAL

dilakukan oleh

undangan yang

Kementerian

berubah

Pekerjaan Umum

b. Program-program

b. Program bantuan

pusat yang lintas

teknis terkait bidang

sector terkait bidang

Cipta Karya

Cipta Karya

KEKUATAN (S)
a. Pelaksanaan program bidang
Cipta Karya berjalan dengan baik
b. Tingkat pendidikan yang cukup

a. Meningkatkan

a.

Siap mengantisipasi

tingkatan pendidikan

perubahan

yang juga dibekali

perundangan

tinggi untuk yang menjabat
sebagai kepala seksi, kepala

pelatihan-pelatihan

b.

b. Program-program

Menyiapkan tools
atau panduan siapa

bidang dan kepala dinas dan

local yang sudah

melakukan apa

badan

berjalan dengan baik

dalam pelaksanaan

perlu didampingi

program yang lintas

pendidikannya pada Jabatan

program bantuan

sektor

yang tepat

teknis dari pusat.

c. Orang yang tepat tingkatan

d. Kerjasama yang baik antara
Bappeda dan Dinas Tata Ruang
dan Ciptakarya
KELEMAHAN (W)
a. Kurangnya koordinasi untuk

a.

Ikut dalam

a.

Memperkuat

kegiatan yang sama dengan

pendidikan dan

koordinasi dan

SKPD lainnya

pelatihan terkait

komunikasi antar

koordinasi,

instansi daerah,

antara SDM yang berpendidikan

komunikasi, teknis

instansi pusat dan

tinggi dengan SDM yang

bidang Cipta Karya

intra instansi

Aktif mengundang

tersebut dalam

bantuan teknis dari

pelaksanaan

pusat

program Cipta Karya

b. Komunikasi yang kurang lancer

berpendidikan rendah
c. SDM yang berpendidikan rendah
cenderung mengurus hal-hal

b.

yang bersifat administrasi dan

dan program-

kurang memahami hal-hal teknis

program pusat

terkait bidang Cipta Karya

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil
keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi
kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O);
bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat
ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

6.3

RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

A.

Rencana Pengembangan Keorganisasian

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana
pengembangan keorganisasian di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat koordinasi dan komunikasi antar instansi daerah, instansi pusat
dan intra instansi
2. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan
program yang lintas sektor

B.

Rencana Pengembangan Tata Laksana

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana
pengembangan tata laksana di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Program-program local yang sudah berjalan dengan baik perlu didampingi
program bantuan teknis dari pusat
2. Siap mengantisipasi perubahan perundangan
3. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan
program yang lintas sektor
4. Aktif mengundang bantuan teknis dari pusat

C.

Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana
pengembangan SDM di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pelatihan terkait teknis bidang Cipta Karya
2. Peningkatan tingkat pendidikan formal