Konsep Kepribadian Pendidik (Telaah Qs. Al-Muddatstsir) - Test Repository

  

KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK

(TELAAH QS. AL-MUDDATSTSIR)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

  Nur ‘Aini

NIM 11112255

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK

(TELAAH QS. AL-MUDDATSTSIR)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

  Nur ‘Aini

NIM 11112255

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO “Jangan pernah meragukan kemampuan diri sendiri, tapi juga jangan mudah merasa puas dan bangga. Karena segalanya atas kehendak Allah.”

  “Tetap tenang, berusaha dan pasrahkan segala urusan pada sang pencipta. Dia lebih tau yang terbaik dan pantas untuk diri kita.” PERSEMBAHAN

  Untuk orang tuaku, adik-adikku, Keluarga ku, dosen-dosen serta guru-guruku Teman-teman seperjuanganku, sahabat-sahabatku, Dan teman spesialku yang selalu setia “menemaniku.”

  

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb.

  Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil analisis ini yang berjudul

  

“Konsep Kepribadian Pendidik (Telaah Qs. Al-Muddatstsir)” sesuai dengan

rencana.

  Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

  IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyususnan skripsi ini.

  5. Bapak Mukti Ali, S.Ag., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  

ABSTRAK

Aini, Nur. 2016. Konsep Kepribadian Pendidik (Telaah Qs. Al-Muddatstsir).

  Skripsi. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dr. Miftahuddin, M.Ag.

  Kata Kunci : Konsep Kepribadian Pendidik

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sikap-sikap guru yang mulai melenceng. Beberapa pendidik kurang mengetahui akan tugas dan kewajiban mereka sehingga sangat berpengaruh dalam perkembangan kualitas peserta didik. Di Negara kita, bukan rahasia lagi bahwa masyarakat mempunyai harapan yang berlebih terhadap guru. Keberhasilan atau kegagalan sekolah sering dialamatkan kepada guru.

  Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan Penelitian mengenai konsep kepribadian pendidik telaah qs al-Muddatstsir. Yang membahas mengenai bagaimana konsep kepribadian pendidik yang terdapat dalam qs al-Muddatstsir serta implikasi dalam dunia pendidikan kontemporer. Dalam mengkaji hal ini peneliti menggunakan penelitian literatur. Sumber data yang digunakan adalah buku-buku tafsir diantaranya: tafsir al-Azhar, al-Maraghi, an-Nuur, Depag, Muyassar, tafsir al-Misbah dan data-data yang diperoleh dari penafsiran para ahli tafsir didukung dengan hadis serta buku-buku yang relevan kemudian dijadikan sebagai alat bantu dalam menganalisis masalah yang muncul. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maudhu‟i (tematik) yaitu menafsirkan ayat-ayat al- Qur‟an berdasarkan tema atau topik permasalahan.

  Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kepribadian pendidik yang terkandung dalam qs. al-Muddatstsir yaitu: berani menyampaikan kebenaran, beriman, rapi dan bersih, meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, ikhlas dan sabar. Kepribadian tersebut sangat relevan dengan dunia modern sebagai bekal pendidik dalam menghadapi arus globalisasi. Kepribadian pendidik ini juga sangat mendukung terhadap tercapainya tujuan pendidikan apabila diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

  

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

JUDUL ............................................................................................................ ii

LEMBAR BERLOGO ................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBINNG .............................................................. iv

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5 E. Metode Penelitian........................................................................... 6 F. Penegasan Istilah ............................................................................ 8 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 10

BAB II KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK ........................................ 12

A. Pengertian Konsep Kepribadian Pendidik ..................................... 12

  1. Pengertian Kepribadian ....................................................... 12

  2. Pengertian Pendidik ............................................................ 14

  3. Arti Penting Kepribadian bagi Seorang Pendidik ............... 16

  B. Karakteristik Kepribadian Pendidik Dalam Islam ......................... 18

  

BAB III KEPRIBADIAN PENDIDIK DALAM QS. AL-MUDDATSTSIR

AYAT: 1-7 ..................................................................................... 23 A. Kajian Tentang Qs. Al-Muddatstsir ............................................... 23

  1. Telaah Mufrodat .................................................................. 23

  2. Isi Pokok Kandungan Ayat ................................................ 24

  3. Asbabun Nuzul .................................................................... 31

  B. Kepribadian Pendidik Dalam Qs. Al-Muddatstsir: 1-7 .................. 35

  1. Berani Menyampaikan Kebenaran ...................................... 35

  2. Beriman .............................................................................. 41

  3. Rapi dan Bersih ................................................................... 44

  4. Meninggalkan Perbuatan Dosa dan Maksiat ....................... 49

  5. Ikhlas ................................................................................... 53

  6. Sabar ................................................................................... 58

BAB IV IMPLIKASI KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK DALAM QS.

  AL-MUDDATSTSIR: 1-7 DENGAN KONTEKS PENDIDIKAN KONTEMPORER ....................................................................... 62

  A. Nilai-Nilai Kepribadian Pendidik Dalam Qs. Al-Muddatstsir ayat 1-7 Yang Relevan Dengan Dunia Modern ............................ 62 B. Implementasi Nilai-Nilai Kepribadian Pendidik Dengan

  Pembelajaran Di Sekolah ............................................................... 67

  

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 73

A. Kesimpulan .................................................................................... 73 B. Saran ............................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan semua

  aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Zuhairini, 1995: 149). Sedangkan menurut Suwarno (2006: 23), “Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebagai makhluk sos ial dan makhluk Tuhan”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah faktor utama dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Pendidikan berperan dalam membentuk baiknya pribadi peserta didik, untuk itu pendidikan dituntut agar mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal agar merain kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah:

  

…. ُساَّنلا اَىُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْىَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

ُةَراَجِحْلاَو

  “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (QS. al- Tahrim, 66: 6)

  Ayat tersebut berarti perintah untuk berbuat sesuatu yang dapat menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah. Selanjutnya keluarga yang terdiri dari istri, anak, pembantu dan budak, diperintahkan agar menjaga dengan cara memberikan bimbingan, nasehat dan pendidikan kepada mereka. Maksudnya adalah berikanlah pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan terhadap diri dan keluarga (Nata, 2012: 198).

  Proses pendidikan tentunya tidak terlepas dari faktor pendidik atau guru yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Pendidik adalah seorang yang memberi atau melaksanakan tugas mendidik, yaitu secara sadar bertanggung jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaannya (Achmadi, 1983: 37). dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas mentrasferkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sedang sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian sesuai dengan ajaran agama Islam.

  Menurut Raqib dan Nurfuadi (2009: 185), “secara umum tugas pendidik menurut Islam ialah mengupayakan perkembangan seluruh potensi subyek didik. Guru bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai (transfer of knowledge and values) di antaranya yang terpenting adalah nilai ajaran Islam”.

  Orang yang berilmu dan pendidik mempunyai kedudukan yang sangat terhormat, karena tanggung jawabnya yang berat dan mulia, sebagai pendidik dapat menentukan atau paling tidak mempengaruhi kepribadian subyek didik. Bahkan guru yang baik bukan hanya mempengaruhi individu, melainkan juga dapat mengangkat dan meluhurkan martabat suatu umat. Allah memerintahkan agar sebagian di antara umatnya ada yang berkenan memperdalam ilmu dan menjadi guru, untuk meningkatkan derajat diri dan peradaban dunia, tidak semua bergerak ke medan perang (Raqib dan Nurfuadi, 2009: 186).

  Sebagaimana firman Allah:

   ِنيِّدلا يِف اوُهَّقَفَ تَيِل ٌةَفِئاَط ْمُهْ نِم ٍةَقْرِف ِّلُك ْنِم َرَفَ ن َلَْوَلَ ف ًةَّفاَك اوُرِفْنَ يِل َنوُنِمْؤُمْلا َناَك اَمَو

  “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu‟min pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama….” (Qs. al-Taubah, 9:122)

  Akan tetapi pada era modern ini muncul sikap-sikap guru yang mulai melenceng. Beberapa pendidik kurang mengetahui akan tugas dan kewajiban mereka sehingga sangat berpengaruh dalam perkembangan kualitas peserta didik. Di Negara kita, bukan rahasia lagi bahwa masyarakat mempunyai harapan yang berlebih terhadap guru. Keberhasilan atau kegagalan sekolah sering dialamatkan kepada guru.

  Mengingat begitu besarnya peran pendidik dalam sebuah keberhasilan pendidikan, kandungan pokok yang terkandung dalam qs. al- Muddatstsir yang berisi perintah untuk mulai berdakwah mengagungkan Allah, membersihkan pakaian, menjauhi dosa, memberikan sesuatu dengan ikhlas dan bersabar sesuai untuk dijadikan pedoman atau pegangan bagi seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya agar tidak mudah terombang ambing oleh arus globalisai. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang “KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK (TELAAH QS. AL-MUDDATSTSIR 1-

  7).”

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam bahasan ini adalah:

  1. Bagaimana konsep kepribadian pendidik yang terdapat dalam Qs. al-Muddatstsir: 1-7?

  2. Bagaimana implikasi konsep kepribadian pendidik yang terdapat dalam Qs. al-Muddatstsir: 1-7 dalam konteks dunia pendidikan Kontemporer?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepribadian pendidik yang terdapat dalam Qs. al-Muddatstsir: 1-7?

  2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi konsep kepribadian pendidik dalam Qs. al-Muddatstsir: 1-7 dalam konteks dunia pendidikan kontemporer?

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Secara akademik penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya kajian bidang pendidikan Agama Islam khususnya bagi pendidik bagaimana seharusnya mereka bersikap agar mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dan lingkungannya serta tetap dalam koridor Islam, sebagaimana yang terkandung dalam Qs. al-Muddatstsir.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada pendidik agar selalu berpegang teguh dengan ajaran agama Islam dan memelihara serta mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan syari‟at Islam.

  b. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan bagi para peserta didik dalam menentukan perilaku atau kepribadian seorang pendidik yang pantas untuk ditiru dan yang tidak pantas untuk ditiru.

E. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian pustaka yaitu penelitian yang difokuskan pada penelusuran dan telaah literatur serta bahan pustaka lainnya. Literature juga merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.

  Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan menghasilkan suatu kesimpulan tentang gaya bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, lay-out, ilustrasi dan sebagainya (Arikunto, 1998: 11).

  2. Sumber Data

  Sumber primer adalah sumber yang diperoleh langsung dari sumbernya, Qs. al-Muddatstsir dan kitab-kitab tafsir ntaralain: kitab tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab, kitab tafsir al- Azhar karya Prof. Dr. Hamka, dan kitab tafsir Muyassar karya Dr.

  „Aidh al-Qarni. Sumber sekunder adalah berupa buku-buku bacaan literature yang ada hubungannya dengan penelitian ini, di luar sumber primer.

  3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber primer yaitu al-

  Qur‟an dan terjemahnya, kitab-kitab tafsir antara lain: kitab tafsir al-Misbah, kitab tafsir al- Azhar, kitab tafsir Muyassar dan sumber data sekunder yaitu buku- buku yang sesuai dengan penelitian ini. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

  4. Teknik Analisis Data

  Metode yang digunakan oleh penulis antara lain:

  a. Deduktif Cara berfikir seseorang dengan meneliti persoalan- persoalan khusus dari segi dasar-dasar umum (Hadi, 1981:

  42). Teknik ini digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum menjadi khusus, Berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis menganalisis kepribadian pendidik secara umum, kemudian menggolongkannya secara khusus sesuai Qs. al- Muddatstsir.

  b. Induktif Cara berfikir dengan berlandaskan pada fakta yang khusus dan kemudian ditarik menjadi pemecahan yang bersifat umum (Hadi, 1981: 42). Teknik ini digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Dari hasil analisis Qs. al-Muddatstsir, kemudian ditarik kesimpulan dari surat tersebut dan keterkaitannya dengan kepribadian pendidik secara umum.

  c.

  Maudhu‟i (Tematik) Metode maudhu‟i menurut istilah adalah menafsirkan ayat-ayat al-

  Qur‟an dengan menghimpun ayat- ayat al- Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik dan menyusunnya berdasarkan kronologi dan sebab-sebab turunnya ayat tersebut (Budihardjo, 2012: 50). Dengan menggunakan berbagai referensi penulis berusaha menjelaskan isi pokok Qs. al-Muddatstsir sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Penegasan Istilah

1. Kepribadian Pendidik

  Kepribadian dapat didefinisikan dengan pola perilaku dan cara berfikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Kepribadian menurut Thoedore M. Newcomb yang dikutip oleh Roqib dan Nurfuadi (2009: 14), diartikan sebagai organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tersebut berhubungan dengan orang lain.

  Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi (Suparlan, 2005: 15).

  Sementara guru dalam bahasa Jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang guru harus ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi semua muridnya (Roqib dan Nurfuadi, 2009: 20).

2. Qs. al-Muddatstsir

  Qs. al-Muddatstsir atau orang yang berkemul, termasuk surat Makkiyah dan terdiri dari 56 ayat. Kandungan pokok dari Qs. al-Muddatstsir yaitu perintah untuk mulai berdakwah mengagunkan Allah, membersihkan pakaian, meninggalkan perbuatan dosa, memberi tanpa mengharapkan imbalan, bersabar dan perintah agar tidak bermalas-malasan dalam menyeru dan saling mengingatkan dengan ayat-ayat Allah (El-Qurtuby, 2012: 575).

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Sistematuka penulisan penelitian ini sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II: KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK Bab ini mencakup tentang pengertian konsep kepribadian, pendidik, arti penting kepribadian bagi seorang pendidik dan karakteristik kepribadian pendidik dalam Islam.

  BAB III: KEPRIBADIAN PENDIDIK DALAM QS. AL- MUDDATSTSIR: 1-7 Bab ini mencakup kajian tentang Qs. al- Muddatstsir, meliputi: Telaah mufrodat, isi pokok kandungan ayat dan asbabun nuzul. Serta kepribadian pendidik dalam Qs. al-Muddatstsir meliputi: Mulai berdakwah dan berani memberi peringatan kepada jalan kebenaran, mengagungkan Allah, bersih, tidak berbuat dosa, ikhlas dalam mengajar, dan memiliki sifat sabar.

  BAB IV: IMPLIKASI KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK QS. AL-MUDDATSTSIR: 1-7 DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KONTEMPORER Bab ini mencakup tentang nilai-nilai kepribadian pendidik dalam Qs. al-Muddatstsir: 1-7 yang relevan dengan dunia modern dan implementasi nilai-nilai kepribadian pendidik dengan pembelajaran di sekolah.

  BAB V: PENUTUP Bab ini mencakup tentang paparan kesimpulan dan saran.

BAB II KONSEP KEPRIBADIAN PENDIDIK A. Pengertian Konsep Kepribadian Pendidik Kepribadian pendidik merupakan satu sisi yang selalu menjadi

  sorotan karena pendidik menjadi teladan baik bagi anak didik atau bagi masyarakat, untuk itu guru harus bisa menjaga diri dengan tetap mengedepankan profesionalismenya dengan penuh amanah, arif, dan bijaksana sehingga masyarakat dan peserta didik lebih mudah meneladani guru. Saat ini banyak orang yang pandai dan cerdas tetapi tidak memiliki kepribadian yang baik, sehingga ia tidak mampu memanfaatkan kelebihannya dengan baik untuk diri sendiri dan sesamanya. Guru yang memiliki kepribadian akan menjadi tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik yang diperlukan pada masa sekarang.

1. Pengertian Kepribadian

  Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik dalam individu yang menentukan keunikan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Yang dimaksud dengan sistem psikofisik adalah keseluruhan fisik-psikologis yang dimiliki seseorang. Kepribadian itu tumbuh dan berkembang di mana faktor tertentu mempengaruhi kepribadian tersebut, faktor tersebut antara lain: kemampuan, kebudayaan, keluarga, dan sikap orang tua.

  Organisasi sistem itu menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungan. Hal ini berarti penyesuaian diri itu khas, berbeda dengan orang lain. Kebanyakan definisi tentang kepribadian mencakup faktor social skill dan keefektifannya berhubungan dengan berbagai keadaan (Pasaribu dan Simandjuntak, 1984: 95).

  Menurut Sullivan sebagaimana dikutip dari Pasaribu dan Simandjuntak (1984: 102), kepribadian adalah pola yang relatif dari situasi hubungan antara person yang ditandai kehidupan manusia. Kepribadian tidak dapat dipisahkan dari situasi hubungan antara seseorang dengan orang lain, sedangkan tingkah laku yang bersifat interpersonal dapat diamati sebagai kepribadian.

  Kepribadian menurut Thoedore M. Newcomb sebagaimana dikutip dari Roqib dan Nurfuadi (2009: 15), diartikan sebagai organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tersebut berhubungan dengan orang lain.

  Dapat disimpilkan bahwa, kepribadian adalah sikap atau karakter yang dimiliki oleh setiap individu sebagai prinsip dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Dan akan selalu berubah- ubah sesuai dengan tingkat sosialisasi atau seberapa sering orang tersebut berhubungan dengan orang lain, maka dari itu setiap orang memiliki sikap atau karakter yang berbeda-beda dan khas. Mereka yang mampu membentuk karakter yang baik dan kepribadian yang baik tentunya akan mendapatkan keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

2. Pengertian Pendidik

  Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik (Tafsir, 2008: 74).

  Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi (Suparlan, 2005: 15).

  Pendidik adalah seorang yang memberi atau melaksanakan tugas mendidik, yaitu secara sadar bertanggung jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaannya (Achmadi, 1983: 37). Sedangkan menurut al-

  Abrasyi (1993: 136), “Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, ialah yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti penghormatan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugas dengan sebaiknya.

  Guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik ddalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru secara profesional yang pantas menjadi figur atau teladan bagi peserta didik (Roqib dan Nurfuadi, 2009: 23).

  Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya “pemain” yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya ditangan guru yang kurang cakap, sarana dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat (Daulay, 2007: 75). Selain itu, menurut Ibn Khaldun yang dikutip oleh Kosim (2012: 108), guru ialah profesi, untuk itu berhak mendapat upah. Mengenai hal ini beliau memandang bahwa mengajar ialah salah satu keahlian dan dikelompokkan ke dalam keahlian. Karena bersifat keahlian, maka semakin orang butuh kepadanya maka semakin besar pula upah yang diberikan kepadanya.

  Jadi, dapat disimpilkan bahwa pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab untuk membimbing, mengembangkan, dan mengarahkan peserta didik agar meraih kehidupan di masa depan yang lebih baik.

3. Arti Penting Kepribadian bagi Seorang Pendidik

  Menurut Roqib dan Nurfuadi (2009: 24), dalam usaha untuk menyempurnakan kepribadian guru diperlukan kebiasaan sikap kelapangan hati dalam menerima segala masukan sehingga lambat laun kepribadian guru menjadi lebih dewasa dan matang.

  Kepribadian guru yang mantap dikarenakan proses yang terus- menerus antara sang guru itu dengan lingkungan material, social, dan spiritualnya.

  Membentuk kepribadian ideal adalah tujuan mempelajari kepribadian pendidik karena upaya dalam proses mencapai tujuan harus ada dasar landasan yang kuat agar jalannya proses tersebut tidak mudah goyah atau terombang-ambing oleh suasana dan berbagai pergolakan. Tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam setiap aktivitas pendidikan termasuk tujuan dalam mempelajari kepribadian pendidik. Dalam hal ini tujuan dari mempelajari kepribadian pendidik salah satunya yaitu ingin memiliki pemahaman tentang profesi guru, figur guru, profil guru ideal, kualifikasi dan kompetensi jabatan guru seperti apa yang patut atau pantas digugu dan ditiru khususnya yang berkaitan dengan motivasi kerja guru, sikap guru maupun sifat-sifat guru tersebut agar mampu mengaplikasikan sebagai guru yang memiliki kepribadian atau berkarakter.

  Kepribadian guru ini dipahami dengan baik oleh berbagai pihak dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman dan potret yang jelas tentang sosok guru yang diidealkan dan diidamkan oleh semua komponen. Bagi guru kejelasan tentang sosok guru ini akan mempermudah dirinya untuk mengembangkan potensi kepribadian positifnya lewat berbagai stategi dan pendekatan, bagi pimpinan lembaga pendidikan potret guru ideal ini dapat bermanfaat untuk membuat kebijakan lembaga dan penyusunan program kerja di antaranya program untuk pengembangan kepribadian guru.

  Pengertian dan pemahaman yang benar tentang kepribadian pendidik dan bagaimana kepribadian tersebut dikembangkan agar sejurus dengan kepribadian yang sehat perlu dipahami oleh berbagai pihak termasuk masyarakat secara bersama-sama.

  Kesamaan persepsi dan strategi ini akan mempermudah untuk membuat desain kebijakan dan langkah-langkah teknis operasional bagaimana ada keberpihakan sekaligus upaya kongkrit untuk kepentingan guru. Kebijakan dan upaya yang kontra terhadap yang seharusnya dilakukan terhadap guru akan mengakibatkan kehadiran sosok “kepribadian guru” yang lain dalam arti kepribadian guru bergerak berbalik ke arah kepribadian negatif, jauh dari yang diharapkan.

  Kejadian “aneh” di seputar kehidupan guru adalah bukti kongkrit kepribadian guru yang tidak sehat. Pemahaman terhadap kepribadian guru berfungsi sebagai pengawal perbaikan kehidupan guru agar lebih baik, berkualitas, dan kemudian kesejahteraannya terus meningkat.

B. Karakteristik Kepribadian Pendidik Dalam Islam

  Menurut al-Abrasyi (1993: 136), sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam yaitu:

  1. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.

  2. Kebersihan guru. Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat riya‟, dengki, permusuhan, perselisihan, dan sifat-sifat tercela lainnya.

  3. Ikhlas dalam pekerjaan.

  4. Suka pemaaf.

  5. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru.

  Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan keadaan anak-anaknya sendiri.

  6. Harus mengetahui tabi‟at murid. Guru harus mengetahui tabiat pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan pemikiran murid agar ia tidak kesasar di dalam mendidik anak-anak.

  7. Harus menguasai mata pelajaran.

  Pokok-pokok pemikiran Ibnu Miskawaih sebagaimana dikutip dari Rahmaniyah (2010: 142), dalam menanamkan pendidikan karakter Islam antara lain terlihat dalam pemikirannya. Karakter-karakter tersebut antara lain:

  1. Berani. Pemberani adalah orang yang memandang remeh apa yang oleh orang awam dipandang berat sampai mati sekalipun karena semata-mata mencari yang paling utama.

  2. Menjaga kesucian dan menahan diri.

  3. Adil. Adil adalah menyeimbangkan semua potensi, perbuatan dan hal ihwalnya, kemudian ditujukan kepada mencari keutamaan keadilan semata. Sedangkan menurut penjelasan Az-Zarnuji (Tt: 13) dalam kitab

  Ta‟lim Muta‟allim, adapun cara memilih guru yaitu: 1. ( ) Carilah orang yang alim (orang muslim yang

   َمَلْعَلَْاَراَتْخَي ْنَا

  menguasai ilmu agama dan syari‟at islam sesuai dengan al-Qur‟an dan sunnah).

  2. ( ) Memiliki sifat wira

  ’i (meningalkan perkara yan haram dan َعَرْوَلَْاَو syubhat atau belum jelas halal dan haramnya).

  3. ( Memiliki usia yang lebih tua (kedewasaannya).

   َّنَسَلَْاَو) Etika atau akhlak guru terhadap diri sendiri menurut KH. Hasyim Asy‟ari sebagaimana dikutip dari Roqib dan Nurfuadi (2009: 187), meliputi:

  1. Selalu istiqomah dalaam mendekatkan diri kepada Allah.

  2. Menjaga hati agar selalu khauf (takut) kepada Allah.

  3. Senantiasa bersikap tenang yang mrnunjukkan kedewasaan diri.

  4. Menjaga kehormatan (

  wira’i) diri, menjaga diri dari hal-hal yang haram dan syubhat (belum jelas halal dan haramnya).

  5. Bersikap tawadhu (rendah hati dan tidak sombong).

  6. Khusyu‟ atau konsentrasi beribadah kepada Allah.

  7. Meminta pertolongan hanya kepada Allah semata.

  8. Tidak membisniskan dan mempolitiskan ilmu dalam arti menjual ilmu untuk kepentingan meraih harta dan kekuasaan semata.

  9. Bersikap zuhud yaitu memposisikan dunia untuk kepentingan akhirat atau mengabdi kepada Allah, bersikap sederhana, dan

  

qana’ah (menerima dengan tulus rizki yang diberikan Allah).

  10. Menjauhkan diri dari lingkungan negatif dan yang dibenci oleh Islam.

  11. Menjaga syiar-syiar islam seperti shalat berjamaah, menyebarkan salam, amar ma‟ruf nahi mungkar, dan sabar terhadap musibah.

  12. Mentradisikan merangkum, menyusun dan meng-update keilmuannya dengan melakukan penelitian atau membaca berbagai referensi. Hal penting yang mesti diperhatikan pendidik berdasarkan pemikiran Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip dari Kosim (2012: 107), antara lain sebagai berikut:

  1. Seorang guru mesti menjadi teladan bagi anak didiknya karena keteladanan dari seorang guru akan sangat mempengaruhi terbentuknya kepribadian anak didik.

  2. Seorang guru mesti menguasai metode yang relevan dalam mendidik anak didik.

  3. Guru mesti memiliki kompetensi di bidang keilmuannya sehingga ia mampu mengajar kepada anak didiknya.

  4. Guru diharapkan mendidik anak didiknya dengan penuh kasih sayang.

  5. Guru harus memperhatikan psikologi anak didik dan memperlakukan mereka sesuai dengan kondisi psikisnya sehingga proses pembelajaran tidak membosankan, melainkan menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik.

  6. Hendaklah guru memberikan motivasi kepada anak didiknya dalam menuntut ilmu, sehinggga mereka tidak putus asa menghadapi berbagai kesulitan dalam memahami pelajaran.

  Menurut Imam Ghazali (Tt: 14) dalam kitab Ayyuhal Walad, syarat seorang guru yang patut mengganti Rasulullah dalam dunia tasawuf yaitu: 1. ( اًمِلاَع َنْوُكَي ْنَا) seorang yang alim atau orang yang berilmu. 2. ( ) barang siapa yang berpaling

   ِهاَجْلا ِّبُحَواَيْ نُّدلا ِّبُح ْنَع ُضِرْعُ ي ْنَم dari cinta dunia dan pangkat.

  3.

   ِوْيَلَع ُللها ىَلَص َنْيِلَسْرُمْلاِدِّيَس ى َلِا ُوُتَعَ باَتُم ُلَسْلَسَتَ تٍرْيِصَب ٍصْخَشِل َعَباَتْدَق

  telah mengikuti seseorang yang bashir (memiliki penglihatan

   َمَّلَسَو hati) yang tasalsul (menyambung) sampai Rasulullah SAW.

  4. ( ) berperilaku bagus.

  اًنِسْحُم

  5. ( ) riyadhoh atau melatih diri

   ِمْوَّ نلا َو ِلْوَقْلاَو ِلْكَلَْاِةَّلِقِب ِوِسْفَ نَةَضاَيِر

  dengan menyedikitkan makan, ucapan dan tidur. Dan diganti dengan ( memperbanyak melakukan

   ِمْوَّصلاَوِةَقَدَّصلاَو ِتاَوَلَّصلاِةَرْ ثَكَو) shalat, shadaqoh dan puasa.

BAB III KEPRIBADIN PENDIDIK DALAM QS. AL-MUDDATSTSIR AYAT 1-7 A. Kajian Tentang Qs. Al-Muddatstsir

  1. Telaah Mufrodat (Kosa Kata)

  

﴾ ٗ ﴿ ﴾ ٖ ﴿ ﴾ ٕ ﴿ ﴾ ٔ ﴿

َاي ْرِّهَطَف َكَبايِثَو ْرِّ بَكَف َكَّبَرَو ْرِذْنَأَف ْمُق ُرِّ ثَّدُمْلا اَهُّ يَأ ﴾ ٚ ﴿ ﴾ ٙ ﴿ ﴾ ٘ ﴿ ْرِبْصاَف َكِّبَرِلَو ُرِثْكَتْسَت ْنُنْمَت لََو ْرُجْىاَف َزْجُّرلاَو

  “Wahai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.” (Qs. al-Muddatstsir, 74: 1-7)

  Mufrodat Arti Mufrodat Arti Wahai orang Maka

   َاي اَهُّ يَأ ْرُجْىاَف

  tinggalkanlah Yang berkemul Dan

   ُرِّ ثَّدُمْلا َو

  Bangunlah Janganlah

   َلَ ْمُق

  Lalu berilah Memberi dengan

   ْرِذْنَأَف ْنُنْمَت

  peringatan maksud Dan Memperoleh yang

   َو ُرِثْكَتْسَت

  banyak Tuhanmu Dan

   َكَّبَر َو

   ْرِّ بَكَف

  Maka

   ْرِذْنَأَف ْمُق ﴿ ٕ ﴾

  Ayat 2:

  Muhammad SAW. Setelah kembali dari Gua Hira karena ketakutan, lantas para anggota keluarganya menyelimuti beliau dengan pakaian-pakaian).

  “Wahai orang yang berkemul (berselimut).” Wahai orang yang berkemul dengan kainnya (yaitu Nabi

   َاي ُرِّ ثَّدُمْلا اَهُّ يَأ ﴿ ٔ ﴾

  2. Isi Pokok Kandungan Ayat Pada ayat 1:

  Perbuatan dosa

   َزْجُّرلا

  Bersabarlah

   ْرِبْص

  Dan

   َو

  اَف

  Maka agungkanlah

  Bersihkanlah

   ْرِّهَطَف

  Kamu

   َك

  pakaianmu

   َايِث َكَب

  Tuhan

   ِّبَر ي

  Dan

   َو

  Bagi

   ِل

  “Bangunlah, lalu berilah peringatan!” Bangunlah dari tempat tidurmu, berilah peringatan kepada kaummu akan azab Tuhanmu dan ajaklah mereka untuk bertauhid serta berilah mereka peringatan akan azab yang pedih jika mereka menentangmu dan melanggar perintahmu (al-Qarni. 2008: 457).

  Dua ayat pembuka menyatakan, mengenai turunnya surat al-Muddatstsir. Ketika Nabi Muhammad SAW. Berselimut karena merasa gemetar bertemu malaikat jibril pada waktu permulaan wahyu diturunkan. Kemudian Nabi diperintahkan untuk bangkit, membuka selimut dan menyingsingkan lengan baju dan berilah peringatan kepada penduduk Makkah. Serulah (ajaklah) mereka untuk menjalankan kebenaran, supaya mereka terpelihara dari hura-hura hari kiamat (ash-Shiddieqy, 2000: 4399). Setelah turun surat ini, Rasul tidak pernah berhenti melakukan tugas dakwah. Sepanjang hidup beliau digunakan untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan yang berguna bagi kepentingan umat dan penyiaran agama Islam.

  Kemudian pada ayat selanjutnya, Allah memberikan pembinaan kepada diri pribadi Rasulullah dalam melaksanakan tugas-tugas tabligh. Yaitu pada:

  Ayat 3:

  ﴾ ٖ ﴿ ْرِّ بَكَف َكَّبَرَو

  “Dan Tuhanmu agungkanlah!” Dalam kitab terjemah tafsir Al-Maraghi (Al-Maraghi, 1993:

  214), ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk mengagungkan Tuhanmu dan pemilik segala urusanmu dengan beribadah kepada-

  Nya, tanpa tuhan-tuhan dan serikat-serikat lainnya. Ayat lain yang semakna dengan ayat ini yaitu:

  ﴾ ٕ ﴿ ِنْوُقَّ تاَفاَنَاَّلَِا َوَلِاَلَ ُوَّنَااْوُرِذْنَا ْنَا

  “Peringatka oleh kalian, bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada- Ku.” (An-

  Nahl, 16: 2) Sedang dalam tafsir Departemen Agama RI (1986:466), dijelaskan bahwa ayat ini memerintahkan agar Nabi Muhammad mengagungkan Allah dengan bertakbir dan menyerahkan segala urusannya kepada kehendak-Nya saja, jangan mencari pertolongan selain kepada-Nya. Membesarkan Allah dengan segenap jiwa dan raga tentu menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan tidak mudah tergoyahkan. Sebab manusia yang beriman tidak akan merasa takut kecuali kepada Allah.

  Ayat ini juga mengandung arti bahwa Nabi Muhammad diperintahkan supaya bertakbir yaitu membesarkan nama Tuhan- Nya, melebihi dari segala sesuatu yan ada. Sebab setelah manusia mengenal pencipta alam dan dirinya sendiri dan yakin bahwa pencipta itu memang ada, maka hendaklah dia membersihkan zat- Nya dari segala tandingan-Nya. Bila tidak demikian, orang musyrik pun mengagungkan nama tuhan mereka, akan tetapi keagungan yang berserikat dengan zat-zat lain.

  Ringkasnya membesarkan Allah berarti mengagungkan- Nya dalam ucapan dan perbuatan. Menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya, beribadah dan membersihkan zat-Nya dari segala yang mempersekutukan-Nya, dan kepada-Nya lah tempat menggantungkan harapan. Kalau dipenuhi unsur-unsur yang demikian dalam membesarkan Allah, barulah sempurna penghayatan iman bagi seorang mukmin.

  Ayat 4:

  ﴾ ٗ ﴿ ْرِّهَطَف َكَبايِث َو

  “Dan pakaianmu bersihkanlah.” Dalam tafsir an-Nuur (ash-Shiddieqy, 2000: 4400), dijelaskan bahwa ayat ini memerintahkan untuk mensucikan

  (bersihkanlah) jiwamu dari semua perbuatan yang tercela. Bebaskanlah dirimu dari perangai atau sifat yang buruk dan adat yang keji. Hendaklah kamu menjadi orang yang sabar, yang kuat himmah (cita-cita), berjiwa besar, mempunyai keinginan yang tinggi, dan budi pekerti yang utama. Demikian takwil ayat ini.

  Menurut lahiriah ayat, Nabi diperintah untuk mensucikan pakaian dari najis dengan air.