RADEN ADIPATI ARIO DANOESUEGONDO: BIOGRAFI DAN PERAN KEAGAMAAN DI MAGELANG 1876-1939 - Test Repository

  

RADEN ADIPATI ARIO DANOESUEGONDO:

BIOGRAFI DAN PERAN KEAGAMAAN DI MAGELANG

1876-1939

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora

Oleh :

DEDI MAISURI

  

216-14-014

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dedi Maisuri NIM : 216-14-014 Fakultas : Ushulluddin, Adab dan Humaniora Jurusan : S1 Sejarah Peradaban Islam

  Menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis benar-benar hasil karya ilmiah sendiri, bukan merupakan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik penulisan ilmiah.

  Salatiga, 28 Maret 2018 Yang menyatakan

  Dedi Maisuri NIM. 216-14-014

  

MOTTO

  Ingatlah bahwa setiap hari dalam sejarah kehidupan kita ditulis dengan tinta yang tak dapat terhapus lagi.

  (Thomas Carlyle)

  

ABSTRAK

  Dedi Maisuri, 2018. Raden Adipati Ario Danoesuegondo: Biografi dan Peran

  Keagamaan di Magelang 1876-1939. Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban

  Islam Fakultas Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA. Kata kunci: Raden Adipati Ario Danoesuegondo, Bach Chaiban, Magelang.

  Penelitian ini berusaha membahas tentang biografi Raden Adipati Ario Danoesuegondo tahun 1876-1939 M. penelitian ini juga berusaha mengangkat peran keagamaan, politik serta sosial dari Raden Adipati Ario Danoesuegondo dalam pemerintahan Kabupaten Magelang. Dalam penelitian ini juga akan dipaparkan mengenai perkembangan Islam jauh sebelum Raden Adipati Ario Danoesuegondo menjabat sebagai bupati dan awal mula pembentukan admistratif kabupaten Magelang.

  Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan menggunakan empat tahapan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan metode tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa (1) Kabupaten Magelang dibentuk oleh pemerintah Kolonial Inggris pada masa pengangkatan Danoeningrat I (keturunan Bach Chaiban) hingga masa Raden Adipati Ario Danoesuegondo memerintah. (2) Raden Adipati Ario Danoesuegondo merupakan keturunan dari bupati ketiga yang memerintah Magelang. (3) Raden Adipati Ario Danoesuegondo selain aktif dalam gerakan keagaaman di Magelang juga mempunyai pengaruh dalam bidang politik dan sosial.

  ABSTRACT

  Maisuri, Dedi.2018. Raden Adipati Danoesuegondo: the biography and Religious

  Roles in the Magelang Regency in years 1879-1939 AD. Thesis, History of

  Islamic Civilization Major,Ushuluddin, Adab and Humaniora Department of State Institue of Islamic Studies Salatiga (IAIN Salatiga).2018. Counselor : Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA. Keyword: Raden Adipati Ario Danoesuegondo, Bach Chaiban, Magelang.

  This research tried to discuss about thee biography of Raden Adipati Ario Danoesuegondo in year 1876-1939 AD. In this research, researcher tried to raise the religious, politic and also social roles of Raden Adipati Ario Danoesuegondo in the reign of Magelang regency. Moreover, this research would describe about the development of Islam before Raden served as the regent of Magelang regency.

  Besides that, researcher also discussed about the beginning of administrative formation of Magelang regency.

  This research was descriptive analysis. This research used 4 stages of historical method. There were heuristic, verification, interpretation, and also historiography. Based on this method, researcher concluded that 1) Magelang regency was formed by the British Colonial government during the lifting of Danoeningrat I (the descendant of Bach Chaiban) until the reign of Raden Adipati Ario Danoesuegondo. 2) Raden Adipati Ario Danoesuegondo is the descendant of the third regent of Magelang regency. 3) Raden Adipati Ario Danoesuegondo other than active in the religious field, he also has influenced in the field of politic and social in the Magelang regency.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا ة ت ث ج ح خ د ذ ز ش س

  Alif ba‟ ta‟ tsa jim ha kha dal zal ra‟ zai sin

  Tidak dilambangkan b t ts j h kh d z| r z s

  Tidak dilambangkan be te es (dengantitik di atas) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de zet (dengan titik di atas) er zet es

  ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل و ٌ و ِ ء ي

  syin shad dlad tha zha „ain ghain fa qaf kaf lam mim nun waw ha‟ hamzah ya sy sh dl th zh „ gh f q k l m n w h ' Y es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik ge ef qi ka „el „em „en w ha apostrof ye B.

   Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap ةددعتي

  Ditulis Muta'addidah

  ةّدع

  Ditulis „iddah C.

   Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h ةًكح ةهع ءبينولأا ةياسك سطفنا ةبكش

  Ditulis ditulis ditulis ditulis

  'illah Karāmah al-auliyā' Zakāhal-fithri D.

   Vokal Pendek __

   َ___ معف _____ َ سكذ ___ُ__ تهري fathah kasrah dhammah

  Ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis

  A fa'ala i żukira u yażhabu

E. Vokal Panjang

  A

  Fathah + alif Ditulis ditulis ةيلهاج jāhiliyyah Fath ditulis ah + ya‟ mati ā ditulis tansā

  ىسنت ditulis i Kasrah + ya‟ mati ditulis karim ميرك Dhammah + wawumati ditulis ū ditulis ضورف furūd F.

   Vokal Rangkap

  Fath ditulis Ai ah + ya‟ mati ditulis bainakum

  مكنيب Fathah + wawumati ditulis au ditulis qaul لوق G.

   Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof

  Ditulis a’antum

  ىتَاا تّدعا ditulis u’iddat

  ditulis

  ىتسكش ٍئن la’insyakartum Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf "al".

  Ditulis al-

  ٌاسقنا Qur’ān

  ditulis al-

  سبيقنا Qiyās al-

  ditulis Samā’

  ءبًسنا

  ditulis al-Syam

  سًشنا I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya.

  Ditulis

  ضوسفنا ىوذ żawi al-furūd

  Ditulis ahl al-sunnah

  ةُسنا مها

KATA PENGANTAR

  

ىيحسنا ًٍحسنا الله ىسث

دًّحي بَديس ىهع ّمص ّىههنا

  Alhamdulillah penulis curahkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan nikmat, taufik dan hidayah, serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini tanpa ada halangan suatuapapun serta membuat penelitian skripsi ini harus berhenti. Sholawat dan salam senantiasa penulis panjatkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan hidayah kepada kita semua hingga dapat keluar dari zaman jahiliyah hingga menuju zaman terang benderang dan senantiasa kita nantikan syafaatnya di yaumil kiyamah amin.

  Skripsi ini ditulis untuk memperoleh gelar sarjana Humaniora dari jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga. Proses penyusunan telah melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

  Pertama-tama rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, MPd selaku Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora, Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos, MA. Selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan selaku pembimbing Skripsi yang banyak memberikan kritik dan saran terhadap penulisan Skripsi ini sehingga membuat skrispi ini menjadi lebih baik, bapak Adif Fahrizal Arifyadiputra. MA. Serta seluruh staf pengajar Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah memberi ilmu pengetahuan selama kuliah, walaupun namanya tidak disebutkan satu persatu, terima kasih juga ilmu yang didapat.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Fauzan dan Ibu Titik Tutiyah yang telah mendidik dan membimbing selama bertahun-tahun, dan terus memberi motivasi kepada penulis serta selalu sabar menanti keberhasilan penulis. Penulis juga berterima kasih kepada Romo KH. M. Nasikhun selaku pengasuh Pondok As-

  Syafi‟iyah NU. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Kakak tercinta Evi Ngaviyah dan Ahmad Maghfur serta Adikku tersayang Ikhsan Ngafwa dan segenap keluarga besar dan tidak lupa juga kepada Adinda Mei Rina Dewi yang telah menemani selama penelitian.

  Penulis juga berterima kasih pula kepada semua teman-teman Jurusan Sejarah Peradaban Islam, teman-teman Komunitas Kota Tua Magelang, teman-teman keluarga besar Padepokan Bangsal Kesatria yang telah memberikan semangatnya kepada penulis dan menyusun laporan penelitian Skripsi ini. Serta semua pihak yang bersangkutan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dari segi moril material demi kelancaran penyelesaian laporan penelitian skripsi ini.

  Semoga mereka terbalaskan semua jasa-jasanya dengan balasan yang lebih baik lagi. Penulis berharap, skripsi ini bermanfaat khususnya bagi saya selaku penulis dan penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

  Salatiga 28 Maret 2018 Penyusun

  DEDI MAISURI NIM.216-14-14

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………......... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  …………………..…….……….... ii HALAMAN PENGESAHAN

  …...……………………………………………...…. iii HALAMAN MOTTO …………....………………………………………………... iv ABSTRAK …………....………………………………………………………........ v PEDOMAN TRANSLITERASI ………....………………………………………... vii KATA PENGANTAR

  ………….................……………………………………….. xii DAFTAR ISI …………………………....………………………………………..... xiv

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………........ 1 B. Rumusan Masalah……………………………………….............................. 4 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………........ 5 D. Kajian Pustaka…………………………………………………………........ 5 E. Kerangka Konseptual…………………………………………………......... 8 F. Metode Penelitian……………………………………………………........... 10 G. Sistematika Penulisan…………………………………………………......... 19 BAB II : TERBENTUKNYA WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN MAGELANG A. Awal mula pembentukan Kabupaten Magelang ……......………………..... 21 B. Keluarga Danoeningrat dinasti Penguasa Magelang ..…………………....... 26 BAB III: BIOGRAFI R.A.A. DANOESUEGONDO SANG BUPATI MAGELANG A. Masa Kecil R.A.A. Danoesuegondo …………………………………......... 38 B. Masa Pendidikan R.A.A. Danoesuegondo ………………………….…....... 41 C. Masa Menjabat R.A.A. Danoesuegondo…..………………………….......... 43

  BAB IV : R.A.A. DANOESUEGONDO DALAM KEAGAMAAN DI MAGELANG A. Gambaran Islam di daerah Magelang sebelumR.A.A Danoesuegondo......... 48 B. Keterlibatan R.A.A. Danoesuegondo dalam syiar Islam ...........…………... 50 C. Peran Politik R.A.A. Danoesuegondo …………………....…………........... 57 D. Peran Sosial R.A.A. Danoesuegondo …………………........................…… 62 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...……………………………………………………………

  66 B. Saran …………....……………………………………………………....….. 68

  DAFTAR PUSTAKA …………………….......………………………………....… 69 DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M. Selama

  kurang lebih 800 tahun lamanya Islam baru bisa diterima oleh masyarakat Jawa karena pada saat itu kepercayaan masyarakat tentang animisme dan dinamisme telah mendarah daging. Masyarakat mempercayai bahwa dunia ini ada yang menjaga, ada yang memelihara dan ada pula yang merusaknya dengan simbol

1 Dewa Trimurti.

  Kepercayaan ini telah berlangsung berabad-abad lamanya mulai dari kerajaan Kutai Kartanegara hingga Majapahit. Pada masa kerajaan Kutai Kertanegara sampai dengan Majapahit merupakan waktu yang sangat lama untuk pendoktrinan sebuah ajaran agama yaitu Hindu dan Budha. Oleh sebab itu, kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tentang Dewa dan Dewi merupakan kepercayaan yang keras dan sulit untuk diubah karena sistem doktrin nenek

  2 moyang dan para leluhur sebagai doktrin fanatisme.

  Proses masuknya Islam di Indonesia dari perspektif perkembangan nampaknya dapat dikompromikan bahwa Islam di Jawa mengalami tiga tahap.

  Pertama , masa awal masuknya Islam ke wilayah Indonesia terjadi pada abad VII

  M. Kedua, masa penyebaran keberbagai pelosok dilaksanakan pada abad VII 1 Haris Dariyono.2006.Dari majapahit menuju pondok pesantren. (Tulungagung: Surya Alam Mandiri). hlm. 106. sampai XIIII M. Ketiga, masa perkembangan yang terjadi mulai abad XIII M dan seterusnya. Sedangkan sejarah Jawa akhir abad ke-15 hingga abad ke-16 mempunyai arti penting bagi perkembangan Islam. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagai masa peralihan dari sistem politik Hindu Budha yang berpusat di pedalaman Jawa Timur ke sistem sosial politik Islam yang berpusat di pesisir Jawa Tengah. Kedua, sebagai puncak Islamisasi di Jawa yang

  3 dilakukan oleh para wali.

  Menurut Graff, seperti yang di kutip Nur Syam berdasarkan atas studinya terhadap cerita Islamisasi di Nusantara dapat dibedakan menjadi tiga tahap metode penyebaran Islam, yaitu oleh pedagang muslim dalam jalur perdagangan yang damai, oleh para da‟i dan orang suci (wali) yang datang dari India dan Arab

  4

  yang sengaja mengislamkan masyarakat. Artinya usaha penyebaran Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa dengan berbagai usaha sehingga dapat masuk diberbagai lini.

  Salah satu teori tentang penyebaran Islam adalah dilakukan oleh penguasa. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya ketika seseorang menguasai sebuah wilayah maka secara tidak langsung orang tersebut akan menguasai semua lini yang ada di daerah tersebut, baik secara sosial agama, politik, perekonomian, dan juga hukum. Nampaknya penyebaran inilah yang sangat mendominasi di daerah

3 Dewi Evi Anita, Walisongo: Mengsilamkan Tanah Jawa, Wahana Akademika, vol. 1. No.2, Oktober 2014. hlm.264.

  Magelang, yang membuat peneliti tertarik dengan proses politiknya Magelang bisa dikuasai Islam dengan cepat.

  Alasan lain sebab peneliti tertarik untuk meneliti R.A.A. Danoesuegondo karena peneliti sendiri merupakan salah seorang dari putra daerah tersebut secara tidak langsung peneliti merasa terpanggil untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah lokal yang berkaitan dengan sosok kharismatik R.A.A. Danoesuegondo tersebut. Kuntowijoyo mengatakan bahwa salah satu alasan pemilihan topik karena kedekatan Emosional yang artinya peneliti berasal dari daerah yang sama dengan tempat atau tokoh yang akan diteliti dalam rangka berbakti pada tempat

  5 kelahiran.

  Selain itu, menurut peneliti dengan mengetahui sejarah para leluhur, merupakan sebuah batu loncatan sekaligus cermin masa lalu di mana kesejarahan yang jelek jangan sampai terulang di masa sekarang maupun mendatang, dan yang baik harapanya bisa mengulangnya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

  Alasan berikutnya yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap R.A.A. Danoesuegondo yaitu pada masa inilah Magelang dikatakan memulai peradaban maju baik di bidang politk, Islam dan Sosial, bahkan R.A.A. Danoesuegondo adalah trach terakhir dari dinasti Bach Chaiban. Hal itulah yang ingin peneliti ungkap lebih mendalam, dengan menggunakan metode ilmiah dan kajian sejarah, sehingga dapat menjadi suatu pengetahuan yang baru dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

  Peneliti mengambil tahun 1876 dikarenakan pada tahun 1876 R.A.A. Danoesuegondo dilahirkan pada tahun tersebut hingga mengalami masa keemasan, salah satunya menjadi bupati di Magelang . Untuk pembatasan waktu penulis mengambil hingga tahun 1939 karena pada tahun inilah bupati kelima Raden Adipati Ario Danoesuegondo berakhir dari jabatannya sebagai bupati di Magelang. Melalui peran bupati Raden Adipati Ario Danoesuegondo inilah penulis mempunyai tujuan untuk mejadikan bahan penelitian skripsi dengan judul Raden Adipati Ario Danoesuegondo: Biografi dan peran keagamaan di Magelang tahun 1876-1939.

B. Rumusan Masalah

  Setelah dijelaskan ruang lingkup persoalan yang termasuk dalam penelitian, maka dapat ditetapkan pokok masalahyang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. Sehingga fokus permasalahan akan menajadi lebih jelas dan akan lebih mudah merumuskannya.

  1) Bagaimana latar belakang pembentukan kabupaten Magelang pada tahun 1811?

  2) Bagaimana riwayat hidup R.A.A. Danoesuegondo?

  3) Bagaimana peran R.A.A. Danoesuegondo bagi perkembangan peradaban Islam di Magelang selama kepemimpinannya sebagai bupati Magelang tahun 1908-1939? C.

   Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah: 1.

  Menguraikan pembentukkan wilayah administratif Kabupaten Magelang pada tahun 1811.

2. Mendiskripsikan riwayat hidup R.A.A Danoesuegondo.

  3. Menjelaskan peran R.A.A. Danoesuegondo dalam perkembangan peradaban Islam di Magelang selama kepemimpinannya sebagai bupati Magelang tahun 1908-1939.

D. Kajian Pustaka

  Penulis menemukan beberapa pustaka yang pernah ditulis, pertama yaitu buku W. C. Van den Berg, dalam bukunya Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, yang di terbitkan oleh INIS menjelaskan tentang kiprah orang-orang Hadramaut yang mensyiarkan agama Islam di Nusantara. Selain dari itu Van den Berg menyoroti saat banyaknya imigran Hadramaut yang berdatangan , tetapi dalam buku Van den Berg tidak menjelaskan bagaimana keturunan dari Sayyid Abd ar-Rahman bin Muhammad Bach Chaiban melakukan misi pengembangan

6 Islam di wilayah Jawa abad ke-20.

  Dalam buku Islam dan Keturunan Arab dalam pemberontakan melawan Belanda, juga di kemukakan hal yang sama hanya sedikit menyinggung tentang peran Hadramaut tidak secara jelas menguraikan tentang keluarga Bach

7 Chaiban. Dalam buku karya Karel Steenbrink yang diterjemahkan oleh Yosef

  Maria Florisan, juga menjelaskan peran orang Hadramaut dari keluarga Bach Chaiban R.A.A. Danoesuegondo yang mana Danoesuegondo mengajukan

  8 keberatan atas subsidi pemerintah yang belimpah ruah demi kepentingan misi.

  Sama halnya dengan tulisan Karel Steenbrink dalam bukunya Berbareng Bergerak, Soewarsono, menjelaskan ikut sertanya R.A.A. Danoesuegondo salah satu keluarga dari Bach Chaiban dari Hadramaut dalam organisasi Indie

  Weerbaar , tetapi dalam penulisannya tidak dijelaskan mengenai bagaimana peran

  serta kontribusi dari R.A.A. Danoesuegondo mengenai peran dalam

  9

  keagamaannya. Gamal Komandoko juga menjelaskan dalam buku Budi Utomo

  10 Awal Kebangkitan Kesadaran Bangsa , penjelasan dalam buku ini berkaitan

  dengan peran R.A.A. Danoesuegondo yang pernah berkiprah dalam organisasi 6 7 Van den berg.1989.Hadramaut dan Koloni Arab dan Nusantara, (Jakarta: INIS). hlm. 149.

  Hamid Al Gadri.1984.Islam dan keturunan Arab dalam pemberontakan melawan Belanda. (Bandung: IKAPI). hlm. 59. 8 Karel Steenbrink.2006.Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942, (Yogyakarta: Ledalero). hlm. 107-108. 9 Soewarsono.2000.Berbareng Bergerak sepengal riwayat dan pemikiran Semaoen, (Yogyakarta:LKIS). hlm.32 Budi Utomo. Tidak secara khusus menjelaskan bagaimana peran R.A.A. Danoesuegondo dalam peran sosial, politik dan keagamaan.

  Pustaka selanjutnya R.Ay. Sri Woelan Persudi, dalam buku Sejarah dan Silsilah Keluarga Besar Danoeningrat, menjelaskan secara singkat bagaimana keluarga Bach Chaiban datang dari Hadramaut ke Nusantara membawa misi untuk menyebaran agama Islam. Dalam buku tersebut juga menjelaskan keluarga Bach Chaiban dimana dari keturunan pertama sampai kelima menjabat

  11 sebagai bupati Magelang.

  Dalam buku Notes on Java‟s Regent Families karangan Heather Satherland menguraikan catatan beberapa peran bupati di Jawa sampai dengan silsilah keluarga dari bupati. Heather Sutherland tidak secara jelas menguraikan bagaimana kiprah bupati yang ada di Jawa khususnya

  12 di wilayah Magelang.

  Pustaka selanjutnya dari tesis Tri Indah Lestari dari UGM Yogyakarta dengan judul Pariwisata di Magelang pada masa Kolonial (1926-1942). Tesis ini menjelaskan dengan jelas tentang keadaan tempat pariwisata Magelang dan peralihan bupati. Tesis tidak menjelaskan adanya peran bupati, hanya sebatas peralihan kekuasaan dalam kurun waktu yang ditentukan saja. Tesis ini juga tidak menjelaskan tentang adanya kiprah bupati baik dalam bidang keagamaan,

11 Sri Woelan Persudi.1999.Sejarah dan Silsilah keluarga besar Danoeningrat. hlm. 5-7.

  politik hingga sosial khususnya mengenai bupati R.A.A. Danoesuegondo. Dari

  13 sinilah letak perbedaan antara kedua tulisan tersebut.

E. Kerangka Konseptual

  Untuk memahami penelitian dalam skripsi ini penulis menggunakan konsep peranan yang dimana menggunakan pendekatan biografi dalam melakukan penelitian ini.

  Setiap biografi seharusnya mengandung empat hal, yaitu (1) kepribadian tokohnya, (2) kekuatan sosial yang mendukung, (3) lukisan sejarah zamannya, dan (4) keberuntungan dan kesempatan yang datang. Pertama, kepribadian

  14

  sangat ditonjolkan bagi mereka yang menganut Hero in History. Bahwa sejarah adalah kumpulan dari biografi. Kedua, Marxisme sangat mendukung anggapan bahwa kekuatan sosiallah yang berperan, bukan perorangan. Ketiga, melukiskan zaman yang memungkinkan seseorang muncul lebih penting dari pada pribadi atau kekuatan sosial yang mendukung. Keempat, para tokoh muncul berkat

  15 adanya faktor luck, coincidence, atau chance dalam sejarah.

  Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan sosial-budaya, dan

  16

  perkembangan diri. Dengan demikian, perlu adanya konsep ataupun teori 13 Indah Tri Lestari.Pariwisata di Magelang pada Masa Kolonial (1926-1942), Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2010. hlm. 17. 14 15 Kuntowijoyo.2003.Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana). hlm. 203.

   Ibid . hlm. 204. pembahasan mengenai peran bupati Magelang yang akan dibahas dalam skripsi ini.

  Pendekatan pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografi kolektif (prosopography), yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian sekelompok orang yang mempunyai karakteristik latar belakang yang sama dengan mempelajari kehidupan meraka. Latar belakang yang sama yang berarti meliputi zaman (rentang waktu, abad, tahun), persamaan nasib, kedudukan ekonomi, persamaan pekerjaan, persamaan pemikiran, dan peristiwa yang sama. Dalam praktik penelitian ada dua pendekatan terhadap biografi kolektif, yaitu pendekatan elitis dan pendekatan massa. Pendekatan elitis bertujuan untuk mengungkap kehidupan tokoh-tokoh sejarah yang terkenal, sedangkan pendekatan massa mengungkap kehidupan massa yang tidak dikenal.

  Penulis disini menggunakan pendekatan elitis yang bertujuan mengungkap kepribadian R.A.A. Danoesuegondo berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural di mana R.A.A. Danoesuegondo dibesarkan.

  Pendekatan kedua yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah peranan sosial yang dikemukakan Erving Goffman. Menurut teori ini, peranan sosial adalah salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari

  17

  orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Peranan yang dilakukan oleh seseorang dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi unsur- 17 Peter Burke.2001.Sejarah dan Teori Sosial, terj. Mestika Zed dan Zulfami (Jakarta: unsur yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi, dan dapat dikatakan sebagai

  18

  individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Teori tersebut digunakan penulis dalam mengungkapkan peranan yang dilakukan oleh R.A.A.

  Danoesuegondo sebagai bupati Magelang tahun 1908 sampai 1939.

F. Metode Penelitian

  Metode penelitian secara terminologi terdiri dari dua kata metode dan penelitian. Kata metode pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan menuju, sedangkan penelitian yaitu suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis guna untuk memperoleh suatu informasi untuk tujuan tertentu. Metode penelitian secara

  19

  umum menurut Sugiyono adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan menjadi suatu pengetahuan tertentu sehingga dalam gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Jadi metode penelitian adalah suatu cara untuk menemukan suatu bukti dan mengolahnya menjadi suatu pengetahuan baru yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

  18 Soerjono Soekanto. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hlm. 213. 19 Sugiyono.2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, R&D

  Ilmu sejarah memiliki metode penilitian sendiri. Menurut Gilbert J.

20 Garragan, S.J. , metode penelitian sejarah yaitu seperangkat asa dan aturan yang

  sistematik yang di desain guna membantu secara efektif mengumpulkan sumber- sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan secara sintesis hasil- hasil yang dapatkannya dalam bentuk tertulis.

  Metode penelitian itu terdiri dari empat tahap utama yang pertama, yaitu: pengumpulan data (Heuristik), kritik sumber (Verifikasi), analisa (Interpretasi),

  21 dan penulisan (Historiografi).

1. Heuristik

  Pengumpulan data atau heuristik merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian sejarah. Heuristik adalah teknik untuk memperoleh dan mengumpulkan data-data yang didapat berupa data tertulis. Data sejarah yang berupa data tertulis dapat diperoleh dengan cara dokumentasi. Penulis menggunakan sumber berupa manuskrip, majalah, koran, dokumen-dokumen dan internet yang berkaitan langsung dan tidak langsung, sumber lainnya berupa sember lisan yang dalam penelitian ini masih dapat dijangkau. Dalam hal pencarian sumber penulis mencari ke berbagai perpustakaan diantaranya, Perpustakaan UGM, Perpustakaan Kota Magelang, Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Magelang, Perpustaaan IAIN Salatiga, Perpustakaan UIN Yogyakarta 20 Gilbert J. Garragan, S.J. 1957. A Guide to Historical Method. (New York.Fordham Univercity Press). hlm. 33.

  , Perpustakaan dan Arsip Jawa Tengah, Perpustakaan dan Arsip Temanggung, penulis juga mencari sumber ke keluarga yang masih berkaitan dengan R.A.A.

  Danoesuegondo, serta mencari arsip ke daerah Tuguran yang masih mempunyai nasab hingga Danoeningrat I.

  Sumber-sumber primer yang didapatkan sebagai berikut: a.

  Sumber Tulisan Sumber Primer : 1. Manuskrip tulisan aksara Jawa R.A.A. Danoesuegondo manuskrip ini menjelaskan situasi dan kondisi Magelang pada masa kedudukan

  Belanda. Manuskrip ini didapatkan dari salah satu keluarga R.A.A. Danoesuegondo.

2. Majalah Midelpunt Van den tuin Van Java terbitan tahun 1936.

  Menjelaskan bagaimana kedudukan Belanda di Magelang serta peran bupati Danoeningrat I dalam menjalankan misinya sebagai bupati.

  Majalah ini penulis dapatkan dari internet yang sudah terdigitalisasi dan dipublikasikan dengan akses bebas dengan alamat web http://colonialarchitecture.eu/islandora/object/uuid%3Afa1be609-cfb6- 4a6b-90b7-cceec5cb12fb/datastream/PDF/view. yang diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 19:20.

  3. Majalah Locale Belangen terbitan 16 Oktober 1929, majalah ini diletakkan di beberapa wilayah di Jawa. Majalah ini penulis dapatan dari internet yang sudah terdigitalisasi dan dipublikasikan dengan akses bebas dengan alamat web

  

yang diakeses

  pada tanggal 03 Januari 2018 pukul 17:47.

  4. Koran terbitan Nedherlandchs doonderdag 15 Agustus 1935. Isi dalam koran adalah menjelaskan bagaimana Raden Ario Adipati Danoesuegondo dalam perjalanan Volkraad di negeri Belanda. Koran ini penulis dapatan dari internet yang sudah terdigitalisasi dan dipublikasikan dengan akses bebas dengan alamat web

   yang diakses pada tanggal 20 Desember 2017 pukul 21:40.

  5. Majalah Indie Weerbaar terbitan tahun 1917 karya W.V. Remrev. Isi dalam majalah adalah menjelaskan bagaimana peran serta keterkaitan dari perwakilan-perwakilan dari Jawa pada masa sidang Volksraad. Majalah ini penulis dapatan dari internet yang sudah terdigitalisasi dan dipublikasikan dengan akses bebas dengan alamat web

  akses pada tanggal 20 November 2017 pukul 01:45.

  6. Sumatra Post terbitan tahun 1939. Koran tersebut menjelaskan pada wilayah sehingga pemerintahan kolonial Belanda pada waktu itu memberitakan bahwa R.A.A. Danoesuegondo harus di berhentikan.

  Koran ini penulis dapatkan dari internet yang sudah terdigitalisasi dan dipublikasikan dengan akses bebas dengan alamat Sumatra Post.13 Februari 1939.

  

  28 Maret 2018 16.41 WIB.

  7. Majalah Maandblad voor Midden Java terbitan tahun 1935. Majalah ini berisi mengenai pendirian Masjid Magelang yang dilakukan oleh bupati Danoeningrat serta pembahasan mengenai perombakan besar Masjid oleh Danoesuegondo. Majalah ini penulis dapatkan dari Komunitas Kota Tua Magelang.

  8. Majalah Vooruit terbitan bulan November 1935. Pembahasan isi dalam majalah adalah mengenai pendirian negeri Magelang serta perjalanan renovasi Masjid Magelang pada awal berdiri hingga renovasi yang dilakukan R.A.A. Danoesuegondo. Majalah ini penulis dapatkan dari H. Hasan yang masih mempunyai keterkaitan dengan keluarga

  Sumber sekunder adalah kesaksian siapapun yang bukan merupakan saksi mata, yakni seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku-buku, karya ilmiah dan beberapa sejarawan atau peneliti yang mengadakan pembahasan terhadap masalah yang sama atau mempunyai kedekatan yang sama dengan pendukung. Adapun sumber sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain:

  Buku Van Den Berg Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, buku Hamid Algadri Islam dan Keturunan Arab, buku Karel Steenbrink Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942, buku Sri Woelan Persudi Sejarah dan Keluarga Danoeningrat , buku Heather Satherland “Notes on Java‟s Regent.

  2. Kritik sumber adalah usaha dan upaya penyelidikian apakah jejak- jejak yang ditemukan, setelah heuristik benar adanya, betul –betul dapat dijadikan bahan penulisan. Kritik sumber ada dua macam, yaitu :

  a) Kritik Eksternal Kritik ekstern menurut Helius Sjamsudin

  22

  , kritik eksternal adalah melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut, misalnya meneliti otensitas sumber dengan meneliti keaslian buku meliputi sumber tanggal waktu dan pengarangnya. Dari sejauh ini, yang penulis gunakan untuk kritik eksternal itu mepiluti kualitas suatu sumber dan bentuk serta kondisi suatu sumber secara kasat mata. Dan ada beberapa sumber yang penulis kritik dengan menyamakan data-data arkeologisnya.

  b) Kritik Internal Setelah mendapat suatu dokumen dan dengan diuji melalui kritik eksternal maka selanjutnya dilakukan dengan Kritik internal, menurut

23 Daliman adalah kegiatan menguji jejak-jejak masa lampau sehingga

  diketahui kebenarannya. Meskipun dokumen itu asli, tetapi apakah mengungkapkan gambaran yang benar, bagaimana mengenai penulis dan penciptanya, apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Maka sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius. Untuk kritik internal dokumen ini, penulis mengujinya dengan mempertimbangkan aspek isi dari semua sumber yang diperoleh dari lapangan tentang R.A.A. Danoesuegondo serta Islam di Magelang pada masa Belanda. Info tentang R.A.A Danoesoegondo tidak bisa semua terlacak dari sumber primer yang penulis dapatkan. Penulis terpaksa harus menggunakan sumber sekunder diantaranya wawancara dengan informan yang tidak sezaman dengan R.A.A Danoesuegondo. Wawancara dilakukan dengan Wulandari merupakan cicit dari R.A.A Danoesoegondo kemudian wawancara dengan KH Mastur salah satu menantu KH Sirad.

  3. Analisis Sumber (Interpretasi)

  Tahap ketiga adalah interpretasi atau penafsiran sejarah. Menurut

Daliman, interpretasi adalah menafsirkan atau memberi makna terhadap fakta-

fakta ataupun bukti-bukti sejarah untuk kemudian dilanjutkan ke proses

  24

historiografi. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang

diperoleh, yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan

yang utuh, atau disebut dengan historiografi. Setelah penulis

mengkomunikasikan hasil penelitiannya, maka disebut tulisan atau karya

sejarah. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta

tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari

berbagai fakta yang ada, kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan

struktur. Fakta yang ada ditafsirkan, sehingga ditemukan struktur logisnya

berdasarkan fakta yang ada, selanjutnya untuk menghindari suatu penafsiran

yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis,

interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan

terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang

digunakan dan berusaha menganalisis peristiwa tersebut. Agar menjadi sebuah

penelitian yang menarik, peneliti harus menyajikannya dengan penelitian

berbasis deskriptif analitis. Setelah peneliti mendapatkan sumber dan

melakukan kritik, semua sumber yang dianggap relevan dengan penelitian

tentang R.A.A. Danoesuegondo ini, peneliti melakukan interpretasi dengan

kaidah-kaidah yang sesuai dengan prosedur. Sebagai contoh setelah

  

memperoleh majalah Indie Weerbaar peneliti melakukan kritik baik internal

maupun eksternal setelah itu melakukan penafsiran dengan berdasarkan

prosedur yang berlaku.

  4. Historiografi (Penulisan Sejarah)

  Setelah melakukan proses interpretasi dan analisis, proses kerja

mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses

penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain

dapat disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis

dalam bentukogis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan

  25 intelektual dan ini suatu cara yang utama untuk memahami sejarah.

  Historiografi atau penyajian adalah lukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa masa lalu yang disebut sejarah. Penyajian penelitian ini hendaknya mampu memberikan gambaran mengenai proses penelitian dari awal sampai penarikan kesimpulan. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahap ini penulis sejarah memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standar mutu citera sejarah.

  Tahap ini merupakan tahap akhir untuk menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul Raden Adipati Ario Danoesuegondo: biografi dan peran keagamaan di Magelang tahun 1876-1939.

G. Sistematika Penulisan Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau outline.

  Dalam Bab I peneliti akan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Ruang Lingkup, Kajian Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Itu semua merupakan proposal yang berisi gambaran dan penjabaran secara singkat tentang penelitian yang akan peneliti lakukan.

  Bab II menguraikan tentang sejarah singkat Magelang, yang meliputi sejarah pembentukan kabupaten Magelang dan bagaimana sejarah Keluarga Danoeningrat dinasti penguasa Magelang.

  Bab III memaparkan biografi serta peran R.A.A. Danoesuegondo dari sejak kecil dan masa pendidikan serta menguraikan akhir peranan dalam menjabat sebagai bupati Magelang.

  Bab IV menguraikan R.A.A. Danoesuegondo dalam syiar agama Islam. Secara khusus mengenai Islam di Magelang masa sebelum bupati R.A.A. Danoesuegondo dan membahas keterlibatan R.A.A. Danoesuegondo dalam Syiar Islam di Magelang serta menjelaskan peran R.A.A. Danoesuegondo dalam bidang politik dan sosial. Bab V berisi penutup yang memuat Keimpulan dan Saran.

BAB II TERBENTUKNYA WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN MAGELANG A. Awal Mula Pembentukan Kabupaten Magelang Daerah Magelang saat ini berada di tengah-tengah wilayah provinsi Jawa

26 Tengah. Wilayah Magelang berada di bagian tengah kawasan eks Karesidenan

  Kedu. Pada zaman kolonial daerah ini masih dikelilingi oleh empat Gunung, yaitu Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan dialiri oleh sungai Elo dan sungai Progo sehingga menyajikan pemandangan indah bagi orang-orang asing yang tinggal di daerah ini. Orang-orang Belanda menyebut Magelang dengan sebutan “Mooi Magelang” (Bila diterjemahkan

  27 bebas Moi Magelang berarti Magelang indah).

  Pada awal abad ke-17 wilayah Magelang saat itu masih menjadi wilayah Kerajaan Mataram Islam pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, kemudian menjadi wilayah Kesultanan Yogyakarta setelah ditandatangani Perjanjian Giyanti yang pada tanggal 13 Februari 1755 M oleh pihak Kolonial Belanda, Paku Buwono III dan Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian tersebut

26 Pemerintah Kota Magelang.1936. Magelang, Middelpunt van den Tuin van Java, Pemerintah Kota Magelang 1936. hlm. 2.

  Kerajaan Mataram dibagi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan

28 Yogyakarta.

  Istilah Magelang sendiri baru mulai dibicarakan orang pada permulaan abad

  29

  ke-19 M, dahulu wilayah ini disebut dengan “Kebondalem” yang diperintah oleh seorang “Demang” nama Kebondalem masih dapat ditemui di suatu wilayah perkampungan yang ada di kelurahan Petrobangsan. Sisa Kebondalem di antaranya kebun kopi (menjadi kampong Botton Kopen di Kelurahan Magelang),

  kebun kemiri (menjadi Kampung Kemirikerep di kelurahan Kemirirejo) dan nama

  30 (Kampung Megarsari) di kaki Bukit Tidar.

  Pada Januari 1807 Herman Willem Deandels diangkat menjadi Gubernur Jenderal, Herman Willem Deandels dikenal sebagai Gubernur yang keras dan tangan besi sehingga menyebabkan bentrokan dengan Sultan Hamengku Buwono