Konsep pemuda dalam al Qur'an: studi tafsir tematik.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Konsep Pemuda dalam al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik), latar belakang penelitian ini adalah Perbincangan seputar pemuda selalu menarik dan mengundang perhatian, sebab senantiasa terkait dengan dinamika. Sebagai kelompok idaman ummat dan bangsa, pemuda adalah kaum intelektual yang kaya dengan kritik dan imajinasi, serta peran mereka dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah perubahan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peranan penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita.
Tesis ini adalah hasil penelitian empiris untuk menjawab pertanyaan: 1) Bagaimana penyebutan term-term pemuda dalam al-Qur’an? 2) Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang konsep pemuda dalam al-Qur’an?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, Penelitian ini menggunakan metode studi tematik. Dimana, studi tematik yang khusus membahas tentang ayat-ayat yang membahas tentang kepemudaan. Penulis akan mencoba mengemukakan metode tafsir apa yang digunakan oleh beberapa mufassir dalam menafsirkan ayat ayat tentang kepemudaan, dimana hal tersebut merupakan persoalan tentang permasalahan yang tengah diteliti. Kemudian, penulis melakukan penafsiran dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pernyataan.
Hasil penelitian kata fata dengan berbagai bentuk ada sepuluh yang tersebut dalam al-Qur’an. Tapi yang masuk pembahasan konsep pemuda hanya ada enam ayat. Yaitu ﺎَﮭٰ َﺘَﻓ (Surat Yusuf Ayat 30), ُ َ ۡ ِ ۡ ٱ (Surat al-Kahfi Ayat 10). ٌ َ ۡ ِ (Surat al-Kahfi Ayat 13), ُٰ َ َ ِ (Surat al-Kahfi Ayat 60), ُٰ َ َ ِ (Surat al-Kahfi Ayat 62), ٗ َ (Surat al-Anbiya’ Ayat 60). Konsep pemuda dalam al-Qur’an yaitu:1)Ketakwaan kepada Allah dan mempunyai moral (Surat Yusuf:30). 2)Pemuda Harus memiliki keimanan dan keyakinan yang teguh(Surat al-Kahfi ayat 10 dan 13). 3)Tawadhu (Surat al-Kahfi Ayat 60). 4)Patuh pada Pemimpin (Surat al-Kahfi Ayat 62 ). 5)Sifat berani menghadapi tantangan dan rintangan dalam melawan kebatilan (Surat al-Anbiya’ Ayat 60), 6)Keinginan akan suatu perubahan (Surat al-Anbiya’ Ayat 60).
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis menyampaikan saran bahwa Penelitian ini bisa dijadikan rujukan untuk mengatasi permasalahan pemuda sgsr bisa selaras dengan konsep pemuda dalam al-Qur’an.
(7)
(8)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBMBING ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 10
C.Rumusan Masalah ... 11
D.Tujuan ... 11
E. Kegunaan Penelitian ... 11
F. Kerangka Teoretik ... 12
(9)
iii
H.Metode Penelitian ... 13
I. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II PEMUDA A. Pengertian Pemuda ... 20
B. Sifat-sifat Pemuda ... 21
C. Peran Pemuda ... 25
1. Peran Pemuda dalam Masyarakat ... 25
2. Peran Pemuda dalam pergerakan bangsa ... 30
BAB III TERM-TERM PEMUDA DALAM AL’QUR’AN A. Tabel term-term pemuda dalam al-Qur’an... ... 43
B. Asbabun Nuzul ... 45
C. Munasabah ... 47
D. Term-term Pemuda dalam al-Qur’an ... 48
BAB IV KONSEP PEMUDA DALAM AL-QUR’AN A. Ketaqwaan kepada Allah SWT dan Memilki Moral ... 52
B. Keimanan dan Keyakinan yang Teguh ... 62
C. Tawadhu ... 75
D. Patuh pada Pemimpin ... 81
E. Sifat berani menghadapi tantangan dan rintangan dalam melawan kebatilan ... 84
(10)
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 93 B. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA
(11)
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbincangan seputar pemuda selalu menarik dan mengundang perhatian, sebab senantiasa terkait dengan dinamika. Sebagai kelompok idaman umat dan bangsa, pemuda adalah kaum intelektual yang kaya dengan kritik dan imajinasi, serta peran mereka dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah perubahan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peranan penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita.1
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan “generasi muda” dan “kaum muda”. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumberdaya manusia pembangunan baik untuk saat ini maupun masa datang.2
Walaupun definisi PBB tentang pemuda biasanya mencakupi mereka yang berusia 15—24 tahun (bertumpang tindih membingungkan dengan anak yang meliputi usia 0-17 tahun), peraturan perundang-undangan Indonesia (seperti
1Suzanne Naafs dan Ben White, Generasi Antara:Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia(Jurnal Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012), 91.
2Wijaya, Peran Politik Pemuda: Dinamika Pergerakan Pemuda Sejak Sumpah Pemuda 1928 Sampai Kini Jurnal DEBAT Edisi Pertama, Agustus 2009, 2.
(12)
2
halnya di beberapa negara lain Asia, Afrika dan Amerika Latin) memperpanjang batas formal pemuda hingga usia yang mengherankan.3
Undang-undang baru tentang kepemudaan mendefinisikan pemuda sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16-30 tahun.4
Orang muda adalah aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan ekonomi dan sosial. Dalam sejarah transformasi sosial (dakwah Islam) pemuda memegang peran dominan. Rasulullah Muhammad ketika diangkat berumur empat puluh tahun. Berkata Ibnu Abbas RA, “ Tak ada seorang nabipun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang ‘alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia dari kalangan pemuda.
Pengikut Rasulullah SAW yang merupakan generasi pertama kebanyakan dari kalangan pemuda bahkan sebagian masih anak-anak. Mereka mendapatkan transfer pemikiran (thaqafah) Islam dari Rasulullah SAW diantaranya Ali bin Abi Thalib dan Zubaer bin Awwam (8 tahun), Thalhah (11 tahun), Al-Arqam (12 tahun), Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqas (17), Ja’far bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Ustman (20), Mushab bin Umair (24), Umar bin Khattab (24) dan masih banyak lagi. Dari sini terbentuk cikal bakal (embrio) generasi terbaik yang berhasil membongkar struktur paganis dan stagnasi pemikiran, kebodohan (adat jahiliyah) yang telah mengakar di Jazirah Arab. Selanjutnya risalah Islam dengan pemikirannya (Islamic though) dan metode penerapannya (Islamic method) berhasil menjadikan
3Suzanne Naafs dan Ben White, Generasi Antara:Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia(Jurnal Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012), 91.
(13)
3
Jazirah Arab yang terlupakan, menjadikan pusat peradaban dunia dan berhasil menempatkan umat Islam, di posisi puncak peradaban selama berabad-abad lamanya.
Zaman sekarang, Di sisi lain kebanyakan masyarakat resah dengan perilaku para pemuda yang ugal-ugalan, khususnya mereka yang aktif di geng-geng motor yang kerap meresahkan masyarakat, tetapi juga membahayakan nyawa masyarakat. Sehingga sebagian dari masyarakat menyimpan rasa sinis kepada mereka dan cenderung menjauh terhadap pemuda-pemuda yang terikat dengan kegiatan geng tersebut.
Pada tanggal 05 Maret 2017 ada kejadian yang menimpa Bandung, Polrestabes Bandung mengungkap komplotan pelaku penganiayaan yang menyebabkan korban bernama Raka Jatnika (20), meninggal dunia. Raka tewas dikeroyok pada 1 September 2016 sekitar pukul 03.00 WIB lalu, di halaman parkir tempat hiburan malam Bar Bucheres, Jalan Setiabudi, Kota Bandung.5
Ada juga kejadian lagi pada tanggal 08 September 2016 Kasus pembunuhan pasangan sejoli yang dilakukan geng motor di Cirebon kini ditangani Polda Jawa Barat. Fakta terkait kesadisan mereka terus bermunculan. Polisi menyebut para tersangka kondisi pengaruh minuman keras (miras) saat menjalankan aksi brutalnya. Seperti diketahui, sebanyak 11 pemuda menjadi
5Avitia Nurmatari, https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3438057/anggota-geng-motor-dibekuk-terkait-pengeroyokan-pemuda-hingga-tewas, diunduh pada Ahad, 26 Maret 2017, 13.40 WIB
(14)
4
tersangka kasus pembunuhan sadis terhadap Vina dan Eky. Bahkan, Vina diperkosa sebelum akhirnya dibunuh para tersangka.6
Padahal di luar sana, banyak pemuda-pemudi yang aktif di dalam sebuah komunitas dan berkontribusi positif terhadap masyarakat khususnya dan bangsa secara umum.
Generasi muda Indonesia mampu membuat perubahan dengan caranya masing-masing. Ini terbukti dengan dimasukkannya pemuda-pemudi berpengaruh asal Indonesia ke dalam daftar 30 under 30 majalah Forbes 12 April 2017 yang lalu. Pemuda-pemudi itu adalah para anak muda Indonesia yang termasuk dalam orang-orang yang telah sukses menjalankan inovasi dengan umur tidak lebih dari 30 tahun. Sebagaimana Forbes menjelaskan bahwa pada daftar tahun ini lebih lagi
ditekankan kepada pemuda pada aspek-aspek yang diversity
(keberagaman)dan empowerment (pemberdayaan)dalam 20 industri yang terpilih setelah melalui proses seleksi selama 6 bulan. Ribuan nominator diseleksi dan riset melibatkan koresponden-koresponden yang ada di sekitar lingkungan nominator untuk menemukan siapa yang paling terbaik hingga akhirnya terpilih sebanyak 300 terbaik. 7
Berbagai nama pemuda dan negara termasuk dalam daftar tersebut, terbanyak adalah dari Cina yang mencapai 76 penerima anugerah dan Indonesia
6Yusuf Ashari, http://www.jawapos.com/read/2016/09/08/49834/sebelum-membunuh-pasangan-sejoli-pelaku-geng-motor-minum-miras-oplosan, diunduh pada Ahad, 26 Maret 2017, 13.43 WIB 7Bagus Ramadhan, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/04/14/wow-12-pemuda-indonesia-masuk-daftar-30-under-30-asia-pasifik-forbes-2017,diunduh Jum’at, 21 April 2017, 06.30 WIB.
(15)
5
muncul dengan 12 anak bangsa. Mereka tersebar di berbagai bidang dan prestasi seperti Art, Finance (Keuangan), Consumer Technology (Teknologi Konsumen) dan banyak lagi lainnya.8
Jika masyarakat mampu membedakan antara keduanya, maka akan terjadi timbal balik positif terhadap mereka sendiri. Karena dengan penilaian yang adil seperti itu, pemuda yang berbakti akan terus semangat dan konsisten dalam kegiatan positifnya serta pemuda yang aktif di komunitas yang buruk, seperti geng motor akan terpengaruhi dan tersadarkan bahwa yang dilakukan mereka adalah salah.
Lain halnya jika sikap masyarakat yang sinis berlebihan tersebut terus dipertahankan, maka akan mempengaruhi konsistensi pemuda yang aktif di kegiatan positif, karena selalu merasa dicurigai dan pemuda yang aktif di geng-geng, akan semakin brutal, karena kita tahu bahwa sifat mereka salah satunya tidak ingin diatur oleh sebuah sistem atau cenderung menginginkan kebebasan.
Selain itu, masyarakat pun harus paham akan apa yang dimiliki oleh pemuda, khususnya mereka yang punya andil di dalam kegiatan positif. Karena maju mundurnya sebuah bangsa, salah satunya tegantung sumbangsih para pemuda. Contohnya kemerdekaan yang diraih oleh Negara kita, Indonesia. Jika bukan karena peran para pemuda, maka Indonesia tidak akan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu.
(16)
6
“Pemuda adalah harapan bangsa”, “Pemuda adalah tulang punggung sebuah bangsa”, “Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok”. Itulah di antara jargon dan semboyan masyarakat yang seringkali terdengar ketika menyebut satu kelompok masyarakat yang dinamakan pemuda. Semboyan seperti itu agaknya bukanlah sesuatu yang berlebihan, mengingat begitu pentingnya eksistensi pemuda di tengah masyarakatnya.
Bahkan, Allah SWT juga memberikan pembicaraan khusus terhadap pemuda yang diabadikan dalam surat al-Kahfi [18]: 13:
ُﻦ ۡﺤﱠﻧ َﺄَﺒَﻧ َﻚۡﯿَﻠَﻋ ﱡﺺُﻘَﻧ ِﺑ ﻢُھ
ﭑ ۚﱢﻖَﺤۡﻟ ى ٗﺪُھ ۡﻢُﮭَٰﻧ ۡدِزَو ۡﻢِﮭﱢﺑَﺮِﺑ ْاﻮُﻨَﻣاَء ٌﺔَﯿۡﺘِﻓ ۡﻢُﮭﱠﻧِإ ١٣
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.9
Ada hal yang menarik untuk dicermati dari ungkapan Allah SWT dalam ayat di atas, dimana Allah menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni goa (as}ha>b al-kahf). Kata naba’ secara harfiyah berarti berita. Di dalam al-Qur’an kata naba’ biasanya dipakai untuk menyebutkan berita-berita besar yang mengejutkan dan mengandung kehebatan. Misalnya dalam surat al-Mai’dah [5]: 27, Allah SWT menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita tragedi pembunuhan manusia pertama dua putra Adam yaitu Habil dan Qabil. Peristiwa itu Allah SWT sebut dengan kata naba’ karena
(17)
7
peristiwa itu adalah peristiwa besar dan sangat mengejutkan. Betapa tidak, disaat manusia baru beberapa orang saja di bumi ini, telah terjadi pembunuhan terhadapnya.
Dalam surat asy-Syu’ara’ [26]: 69, َوٱ
ُﻞۡﺗ َﻢﯿِھ َٰﺮۡﺑِإ َﺄَﺒَﻧ ۡﻢِﮭۡﯿَﻠَﻋ ٦٩
Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim10
Allah SWT menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita Nabi Ibrahim as. yang berusaha merubah dan memperbaiki keyakinan kaumnya dan raja Namrud. Berita yang disampaikan Nabi Ibrahim as. disebut dengan naba’, karena apa yang disampaikannya sangat mengejutkan dan mengagetkan kaumnya, terlebih lagi raja Namrudz. Betapa tidak, keyakinan yang selama ini sudah berurat dan berakar dalam masyarakat Babil, tiba-tiba disalahkan dan digoyahkan, bahkan ingin dirobah Ibrahim. Hal itu pasti menimbulkan kegoncangan di tengah masyarakat.11
ٖﺪﯿِﻌَﺑ َﺮۡﯿَﻏ َﺚَﻜَﻤَﻓ َلﺎَﻘَﻓ
ُﺖﻄَﺣَأ ﺎَﻤِﺑ ۡﻢَﻟ ۡﻂِﺤُﺗ ِﮫِﺑ ٖﺈَﺒَﻨِﺑ ِۢﺈَﺒَﺳ ﻦِﻣ َﻚُﺘۡﺌِﺟَو ۦ ٍﻦﯿِﻘَﯾ
٢٢
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini12
Dalam surat an-Naml [27]: 22 Allah SWT menggunakan kata naba’ untuk menceritkan kisah burung hud-hud yang membawa berita kepada Nabi Sulaiman
10al-Qur’an, 26:69.
11M. Samson Fajar, Menjadi Pemuda Pembangun Peradaban (Jakarta:Quanta, 2010), 25 12 al-Qur’an, 27:22.
(18)
8
as tentang keberadaan Negeri Saba’ yang makmur dan sejahtera, karena dipimpin oleh seorang ratu yang adil dan bijaksana. Berita yang dibawa burung hud-hud disebut naba’, karena berita tersebut sangat mengejutkan dan mencengangkan Nabi Sulaiman as. Betapa tidak, ketika dominasi laki-laki terhadap perempuan begitu tingginya, tidak terbayangkan atau terfikirkan oleh Sulaiaman as. adanya seorang perempuan yang menjadi penguasa terhadap kerajaan besar dan mampu memberikan jaminan keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran kepada rakyatnya.
ِﻢﯿِﻈَﻌۡﻟٱ ِﺈَﺒﱠﻨﻟٱ ِﻦَﻋ ٢
Tentang berita yang besar13
Dalam surat an-Naba’ [78]: 2, Allah SWT memakai kata naba’ untuk menyebutkan peristiwa kiamat. Kiamat disebutkan dengan naba’ karena kiamat adalah peristiwa yang sangat dahsyat, mengejutkan, mengagetkan bahkan membuat manusia tidak menyadari keadaan mereka masing-masing. Seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an:
ٞﻢﯿِﻈَﻋ ٌء ۡﻲَﺷ ِﺔَﻋﺎﱠﺴﻟٱ َﺔَﻟَﺰۡﻟَز ﱠنِإ ۚۡﻢُﻜﱠﺑَر ْاﻮُﻘﱠﺗٱ ُسﺎﱠﻨﻟٱ ﺎَﮭﱡﯾَﺄَٰٓﯾ ١
ٓﺎﱠﻤَﻋ ٍﺔَﻌِﺿ ۡﺮُﻣ ﱡﻞُﻛ ُﻞَھ ۡﺬَﺗ ﺎَﮭَﻧ ۡوَﺮَﺗ َم ۡﻮَﯾ
َباَﺬَﻋ ﱠﻦِﻜَٰﻟَو ٰىَﺮ َٰﻜُﺴِﺑ ﻢُھ ﺎَﻣَو ٰىَﺮ َٰﻜُﺳ َسﺎﱠﻨﻟٱ ىَﺮَﺗَو ﺎَﮭَﻠ ۡﻤَﺣ ٍﻞ ۡﻤَﺣ ِتاَذ ﱡﻞُﻛ ُﻊَﻀَﺗَو ۡﺖَﻌَﺿ ۡرَأ ٞﺪﯾِﺪَﺷ ِ ﱠ ٱ
٢
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat), (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
(19)
9
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.14
Dari sekian banyak penggunaan kata naba’ dalam al-Qur’an, salah satunya Allah SWT gunakan untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni goa, seperti yang disebutkan dalam surat al-Kahfi [18]: 13. Hal itu mengandung sebuah isyarat bahwa pemuda adalah kelompok elit dalam masyarakat yang selalu menciptakan berita-berita besar yang mengejutkan sekaligus mencengangkan. Para pemuda adalah orang yang selalu membuat sensasi dan gebrakan serta perubahan yang menggemparkan. Bahkan, para pemuda adalah kelompok yang selalu ditakuti oleh para penguasa, seperti yang terjadi dengan pemuda penghuni goa (as}ha>b al-kahf).
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan, bahwa betapa pemuda menjadi tonggak penentu perjalanan sejarah bangsa ini. Mulai dari ide nasionalisme yang muncul dari kalangan pemuda dan mereka juga yang mewujudkannya dalam bentuk organisasi kepemudaan yang puncaknya adalah Budi Utomo dan kemudian melahirkan sumpah pemuda. Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, merebutnya serta mempertahankanya kembali, adalah dilakukan oleh para pemuda bangsa ini. Tumbangnya rezim orde lama dan orde baru, juga dilakukan oleh para pemuda, begitulah seterusnya bahwa perjalanan suatu bangsa adalah ditentukan oleh para pemudanya.
(20)
10
Itulah hakikat para pemuda, yang akan selalu menciptakan hal-hal-besar dan mengejutkan. Dan cerita itu akan selalu tercipta sepanjang masa sesuai bentuk pengungkapan Allah SWT terhadap kata naqus}s}u (Kami ceritakan) yang diungkapkan dalam bentuk kata kerja masa kini dan akan datang serta berkelanjutan (fi’i al-mud}ari’). Akan tetapi, jika para pemuda suatu bangsa “diam seribu bahasa” melihat apa yang terjadi pada bangsanya, maka mereka bukanlah pemuda menurut al-Qur’an. Begitu juga, jika pemudanya tidak mampu menciptakan sesuatu yang besar bagi diri, masyarakat, dan bangsanya maka tentu mereka bukanlah pemuda seperti yang dimaksud al-Qur’an.
Ayat di atas hanya salah satu yang membahas pemuda, dan selanjutnya masih banyak yang membahas tentang pemuda. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang Konsep Pemuda dalam al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik)
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kajian mengenai penafsiran tentang kepemudaan sangatlah sedikit bahkan jarang, sehingga diperlukan mengenai penelitian tentang penafsiran ayat-ayat tentang pemuda.
2. Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pemuda, mulai dari hal terkecil sampai hal terbesar, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai apa saja kriteria-kriteria dan perilaku-perilaku pemuda yang diinginkan al-Qur’an.
(21)
11
Demikian banyak identifikasi permasalahan yang ada. Agar penelitian ini tidak melebar, maka diperlukan suatu batasan permasalahan. Penelitian ini difokuskan kepada Ayat-ayat tentang Pemuda (kaijan Tafsir Tematik).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penyebutan term-term pemuda dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang konsep pemuda dalam al-Qur’an?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, didapatkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menjelaskan penyebutan term-term pemuda dalam al-Qur’an.
2. Menjelaskan penafsiran ayat-ayat tentang konsep pemuda dalam al-Qur’an.
E. Kegunaan Penelitian
Berdasar pada tujuan di atas, penelitian tesis ini penulis harapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi pengembang ilmu, sebagai tambahan wawasan khasanah ilmu pengetahuan untuk pengembangan dalam kajian al-Qur’an dan menambah khasanah kearifan lokal.
2. Bagi keperluan praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan referensi bagi pengembang penelitian selanjutnya.
(22)
12
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini memberikan pengalaman baru yang berharga dalam meningkatkan profesionalitas peneliti pada bidang Studi Tafsir.
F. Kerangka Teoritik
Kerangka teoritik diperlukan sebagai pisau analisis pembahasan, yang berkaitan dengan variabel atau konsepsi yang ada pada judul penelitian, atau yang tercakup dalam paradigma penelitian, sesuai dengan hasil perumusan masalah sebelumnya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori maudzu’i dari al-Farmawi, menurut al-Farmawi adalah tafsir yang menghimpun ayat-ayat al-Quran yang mempunyai maksud yang sama dengan kata lain sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat tersebut.15Di dalam metode ini seorang penafsir memberikan keterangan atau
kejelasan serta mengambil sebuah kesimpulan.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang Konsep Pemuda dalam al-Qur’an (Studi tafsir tematik)belum ada. Namun, terdapat beberapa judul penelitian yang membahas pemuda dalam prespektif lain, antara lain;
1. Buku berjudul Peranan Pemuda, oleh Sagimun, diterbitkan Melton Putra Jakarta pada tahun 1989
15Abd. Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar Terj : Suryan A.Jamrah (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1994), 36.
(23)
13
Buku ini berisi tentang peran-peran pemuda dalam kehidupan sosial. Sedangkan penelitian ini membahas tentang Konsep Ayat-ayat Pemuda dalam al-Qur’an (studi tafsir tematik)
2. Buku Pemuda dan Perkembangan IPTEK Prespektif Agama oleh Musa Asyari dkk Diterbitkan di Yogyakarta oleh Pusat Studi Filsafat dan Kebudayaan Islam IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1989.
3. Buku ini membahas tentang hubungan antara pemuda dan perkembangan IPTEK yang ditinjau dari segi agama. Sedangkan penelitian ini membahas tentang Konsep Ayat-ayat Pemuda dalam al-Qur’an (Studi Tafsir tematik).
H. Metode Penelitian
Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah, memerlukan adanya suatu metode yang sesuai dengan masalah yang dikaji, karena metode merupakan cara bertindak agar kegiatan penelitian bisa dilaksanakan secara rasional dan terarah demi mencapai hasil yang maksimal16 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Penelitian
Penelitian ini bertajuk tentang studitematik. Dimana, studi tematik yang khusus membahas tentang ayat-ayat yang membahas tentang
(24)
14
kepemudaan. Penulis akan mencoba mengemukakan metode tafsir apa yang digunakan oleh beberapa mufassir dalam menafsirkan ayat ayat tentang kepemudaan, dimana hal tersebut merupakan persoalan tentang permasalahan yang tengah diteliti. Kemudian, penulis melakukan penafsiran dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pernyataan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research) dengan mengumpulkan data dan informasi dari data-data tertulis baik dari literatur Bahasa Arab atau literatur Bahasa Indonesia yang mempunyai relevansi dengan penelitian. Sedangkan, metode yang digunakan dalam mengkaji topik ini menggunakan studi tematik yaitu membahas ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan (ayat-ayat al-Qur’an tentang pemuda).17
3. Sumber Data
Data adalah informasi, benda atau orang yang akan diteliti dan kenyataan yang dapat diprediksikan ketingkat realitas, sedangkan sumber data adalah benda, hal atau orang, ditempat penelitan dengan mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Dalam penelitan ini peneliti akan menggunakan dua sumber data yaitu :
a. Sumber Data Primer
(25)
15
Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang berkenaan
dengan pembahasan yang akan dikaji. Yaitu al-Qur’an.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu merupakan data yang sudah tertulis atau diolah oleh orang lain, atau suatu lembaga, buku-buku, surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya.18 Data sekunder dalam penelitian ini merupakan referensi pelengkap sekaligus sebagai data pendukung terhadap sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1. Tafsir al-Munir, karya Wahbah Zuhaili.
2. Al-Mizan fi Ulum al-Qur’an, karya at-Tabataba’i 3. Mafatih al-Ghaib, karya ar-Razi
4. Fi Dzilalil Qur’an, karya Sayyid Qutb. 5. Tafsir Ibn Katsir, karya Ibn Katsir.
6. Metodologi Penafsiran al-Qur’an, karya Nashruddin Baidan 7. Pengantar Ilmu Tafsir, karya Samsurrohman.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui
(26)
16
metode dokumentasi, diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data yang telah ditelaah sesuai dengan fokus pembahasan yang sedang diteliti (ayat-ayat tentang kepemudaan) berdasarkan studi Maudhu>’i> (tematik). Prosedur yang harus dilalui dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, sebagai berikut:19
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai
pengetahuan mengenai asba>b al-nuzu>l.
d. Memahami kondisi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan Pokok bahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang memiliki pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang ‘amm (umum) dan yang khas}s} (khusus), mut}lak dan muqayyad atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga semuanya bertemu dalam satu muara tanpa pemaksaan.
(27)
17
5. Teknik Analisis Data
Untuk sampai pada prosedur akhir penelitian, maka penulis menggunakan metode analisa data untuk menjawab persoalan yang akan muncul di sekitar penelitian ini. Setelah tahapan pengumpulan data serta pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu menganalisis data. Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Metode Deskriptif-Analitis. Deskriptif yaitu menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya dengan menuturkan atau menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.20
Penelitian Deskriptif-Analitis yang dimaksud dalam penelitian ini yakni dengan cara mengumpulkan ayat yang berkaitan dengan ayat-ayat kepemudaan dalam al-Qur’an. Penelitian yang bersifat tematik, bertujuan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.21 Dengan menggunakan metode ini akan dideskripsikan mengenai perihal
20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 3
21 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 274.
(28)
18
masalah tersebut. Selanjutnya, setelah melakukan pendeskripsian, lalu dianalisa dengan melibatkan penafsiran dari beberapa mufassir.
I. Sistematika Pembahasan
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami penelitian ini secara sistematis, maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan tesis. Semuanya itu dimaksudkan agar dalam pembahasan tesis ini sesuai dengan kaidah penulisan proposal yang baik dan benar, sistematis sehingga substansi dari penulisan sebuah karya tulis itu tercapai.
Bab II Pemuda, dimulai dari pengertian, Ciri-ciri, pemuda dan masyarakat, dan pemuda dan Indonesia.
Bab III term-term pemuda dalam al-Qur’an, tabel ayat, asbab al-nuzul munasabah dan selanjutnya membahas term-term mengenai ayat-ayat kepemudaan.
Bab IV konsep pemuda dalam al-Qur’an di dalamnya membahas berbagai konsep pemuda dalam-Qur’an.
Selanjutnya pada bab V merupakan bab penutup yang terdiri atas kesimpulan terhadap penulisan tesis ini, dan dalam bab ini juga ditulis saran-saran dan kata penutup.
(29)
20
BAB II
PEMUDA
A.Pengertian Pemuda
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan “generasi muda” dan “kaum muda”. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan
sumberdaya manusia pembangunan baik untuk saat ini maupun masa datang.1
Walaupun definisi PBB tentang pemuda biasanya mencakupi mereka yang berusia 15-24 tahun (bertumpang tindih membingungkan dengan anak yang meliputi usia 0-17 tahun), peraturan perundang-undangan Indonesia (seperti halnya di beberapa negara lai Asia, Afrika dan Amerika Latin) memperpanjang batas
formal pemuda hingga usia yang mengherankan.2
Undang-undang baru tentang kepemudaan mendefinisikan pemuda sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16-30 tahun.3
Orang muda adalah aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan ekonomi dan sosial.
1Peran Politik Pemuda: Dinamika Pergerakan Pemuda Sejak Sumpah Pemuda 1928 Sampai Kini
Jurnal DEBAT Edisi Pertama, Agustus 2009, 2.
2Suzanne Naafs dan Ben White, Generasi Antara:Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia(Jurnal
Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012), 91.
(30)
21
B. Sifat-sifat Pemuda
Mentalitas pemuda, menurut H.A.R. Tilaar , ternyata begitu dipengaruhi oleh aspek pendidikan. H.A.R. Tilaar memandang bahwa pemuda bukanlah kajian baru dalam sejarah. Hal ini terbukti dari masa Yunani Kuno dimana terdapat kasus seorang filsuf, Socrates, yang dituduh merusak jiwa pemuda yang masih rawan sehingga dianggap berbahaya bagi tata hidup masyarakat. Ajaranajaran Socrates dianggap racun bagi jiwa pemuda yang masih labil
sehingga mudah diselewengkan. 4
Pemuda, jika dilihat dari pendekatan pedagogis dan psikologis, ditandai oleh satu sifat yang begitu identik dengan pemberontak, berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi seringkali melanggar norma, dan penuh gairah tetapi seringkali berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata, pemuda dan kepemudaan merupakan suatu
yang romantik.5
Soekarno mengatakan:
Give me 1000 parents so They will pull Semeru mountain until the roots. But if
you give me 10 teenagers, so They will shake the world.6
4Daya Negri Wijaya, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di
Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut Berpengetahuan (Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013), 77-78.
5Ibid., 78
6
(31)
22
Berikan aku 1000 orang tua, jadi Mereka akan mencabut gunung semeru hingga akarnya. Tapi, jika kamu memberi aku 10 pemuda, maka mereka akan mengguncangkan dunia.7
A. Mappiere, lebih lanjut, mengungkapkan bahwa mentalitas pemuda, terutama dalam umur 18-22 tahun, terbagi dalam empat kategori, yakni: pola sikap, pola perasaan, pola pikir, dan pola perilaku yang nampak. Pandangan seorang pemuda cenderung lebih stabil karena mereka lebih mantap atau tidak mudah berubah pendirian akibat adanya rayuan atau propaganda. Hasil dari kondisi ini adalah pemuda yang lebih dapat menyesuaikan diri dalam banyak aspek kehidupan. Pemuda, selanjutnya, juga memiliki mentalitas yang lebih realistik, yakni mulai menilai diri sebagaimana adanya, menghargai miliknya, keluarganya, orang-orang lain seperti keadaan sesungguhnya sehingga membuat timbulnya rasa puas,
menjauhkan mereka dari rasa kecewa. 8
Mentalitas pemuda yang lebih matang daripada periode sebelumnya terlihat dalam menghadapi sebuah masalah. Kematangan ini ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, baik dengan caranya sendiri maupun dengan diskusi-diskusi dengan teman sebaya mereka. Ketika para pemuda memiliki kemampuan dalam menghadapi suatu permasalahan, mereka akan memiliki ketenangan jiwa yang menghantarkan pada seorang pemuda dengan
kepribadian tangguh.9
Pemuda merupakan lapisan terpenting dalam perjuangan bangsa yang sedikitnya berjumlah 30% dari jumlah seluruh manusia Indonesia. Lapisan ini
7Ibid
8Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 78. 9Ibid.,78.
(32)
23
penuh dengan dinamisme, vitalisme, dan heroisme. Kenyataan telah menunjukkan bahwa sedikitnya empat tahap perjuangan bangsa Indonesia di dalam waktu lebih dari setengah abad ini yang kini menjadi tonggak-tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan dan kebahagiaan bangsa Indonesia. Tonggak-tonggak tersebut dibangun oleh para pemuda Indonesia mulai dari angkatan perintis sampai dengan angkatan penegak keadilan dan kebenaran pada saat ini. Angkatan muda telah membuktikan diri mereka sebagai angkatan pembangun. Angkatan inilah yang memperoleh kepercayaan dan menjadi sumber harapan dari segenap bangsa
Indonesia.10
Ada beberapa alaan mengapa pemuda memiliki tanggungjawab besar
dalam tatanan masyarakat, antara lain:11
1. Kemurnian idealismenya
2. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan
gagasan-gagasan baru.
3. Semangat pengabdiannya.
4. Spontanitas dan pengabdiannya.
5. Inovasi dan kreativitasnya.
6. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru.
7. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan
kepribadiannya yang mandiri.
10Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 78.
(33)
24
8. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan
pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada.
Alasan-alasan tersebut pada dasarnya melekat pada diri pemuda yang jika dikembangkan dan dibangkitkan kesadarannya, maka pemuda dapat berperan secara alamiah dalam kepeloporan dan kepemimpinan untuk menggerakkan
potensi-potensi dan sumber daya yang ada dalam masyarakat.12
Menurut Ginandjar Kartasasmita13, kepeloporan dan kepemimpinan
bisa berarti sama yakni berada di muka dan diteladani oleh yang lain. Tetapi, dapat pula memiliki arti sendiri. Kepeloporan jelas menunjukkan sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dipikirkan oleh yang lain. Dalam kepeloporan ada unsur menghadapi risiko. Kesanggupan untuk memikul risiko ini penting dalam setiap perjuangan, untuk itu diperlukan ketangguhan fisik maupun mental dimana tidak setiap orang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko ini.
Kepemimpinan bisa berada di muka, bisa di tengah, dan bisa di
belakang, seperti ungkapan “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
dan tut wuri handayani”. Tidak semua orang juga bisa menjadi pemimpin. Pemimpin juga tidak dibatasi oleh usia, bahkan dengan tambah usia makin banyak pengalaman, makin arif kepemimpinan. Dalam konteks ini menurut Ginandjar adalah kepemimpinan di “lapangan”. Kepemimpinan dalam
12Satries, Peran Serta Pemuda..., 89.
13Ginandjar Kartasasmita. Kepeloporan dan Pembangunan: Peran Pokok Pemuda dalam
Pembangunan. Makalah pada peluncuran buku “Peran Pemuda Menuju Indonesia sesuai Cita-Cita Proklamasi 1945, Jakarta, 1997, 10
(34)
25
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pembangunan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat, dalam berbagai kegiatan. Kepemimpinan serupa itu sangat sesuai untuk para pemuda, karena ciri pemuda yang dinamis. Kepemimpinan yang dinamis diperlukan oleh masyarakat yang sedang membangun. Apabila dengan bertambahnya usia, kepemimpinan menjadi lebih arif karena bertambahnya pengalaman, namun hal itu bisa dibarengi dengan berkurangnya dinamika. Pada lapisan pemimpin-pemimpin muda itulah diharapkan munculnya sumber dinamika. Sumber dinamika yang dapat mengembangkan kreativitas, melahirkan gagasan baru, mendobrak hambatan-hambatan, mencari pemecahan masalah, dan jika perlu dengan menembus sekat-sekat berpikir
konvensional.
C. Peran Pemuda
1. Peran Pemuda dalam Masyarakat
Pemuda adalah salah satu pilar yang memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut. Begitu juga dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial dalam tatanan masyarakat sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa, karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai
pemuda akan menguasai masa depan.14
14Wahyu Ishardino Satries, Peran Serta Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat (Jurnal Madani
(35)
26
Keberadaan pemuda di Indonesia sesungguhnya dapat menjadi aset yang berharga bagi masa depan bangsa ini ke arah yang lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain dalam segala bidang. Hal ini terutama bila ditinjau dari komposisi jumlah pemuda di Indonesia yang berjumlah kurang lebih 81 juta jiwa pada tahun 2005 dan diprediksi akan bertambah sekitar 6 juta jiwa pada tahun 2015,
yang berarti pada saat itu jumlah permuda di Indonesia menjadi 87 juta jiwa.15
Pengertian pemuda disini bila kita mengacu pada Rancangan Undang-Undang Kepemudaan adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun. 16
Jumlah yang besar ini bisa diibaratkan seperti dua sisi pada keping uang logam. Di satu sisi kuantitas yang besar ini dapat menjadi motor bagi perwujudan masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik, namun di sisi lain jika kuantitas ini tidak diimbangi dengan pengembangan kualitas pemuda itu sendiri maka bisa saja menjadi penghambat pembangunan di Indonesia. Untuk itulah perlu dibuka kesempatan yang sebesar-besarnya bagi pemuda Indonesia untuk dapat mengembangkan jati diri dan potensinya sehingga keberadaannya (baik kuantitas maupun kualitas) sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia pada
umumnya dan masyarakat Indonesia dalam lingkup yang lebih kecil. 17
15 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2006, dalam
www.kemenegpora.go.id
16Satries, Peran Serta Pemuda..., 90. 17Ibid., 90.
(36)
27
Salah satu langkah pemuda untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik adalah dengan partisipasi aktif pemuda Indonesia dalam upaya pembangunan
masyarakat. 18
Pembangunan masyarakat menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan
budaya.19 Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh PBB tersebut setidaknya ada
dua peran pemuda dalam kaitannya dengan upaya pembangunan masyarakat. Yang pertama, pemuda sebagai pemrakarsa dari sekelompok masyarakat untuk bersama-sama dengan mereka melakukan upaya memperbaiki kondisi di dalam masyarakat itu sendiri. Sedangkan yang kedua, pemuda bertindak sebagai fasilitator dari program-program yang digulirkan pemerintah dalam hal pembangunan
masyarakat.20
1. Peranan Pemuda dalam Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)
Untuk dapat mengasah daya kepeloporan dan kepemimpinan serta peran serta aktif dalam pembangunan masyarakat, kaum muda harus diberi stimulan berupa kesempatan yang sebesar-besarnya dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas) maupun organisasi-organisasi kepemudaan itu sendiri baik dalam tingkatan lokal maupun nasional. Sebab dalam organisasi inilah
18Ibid., 91.
19 http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/teoripembangunan-masyarakat-a5.PDF
(37)
28
mental, ketangguhan, dan sumbangsih pemikiran seorang pemuda dapat diasah
melalui program-program nyata di organisasi tersebut. 21
Melihat pentingnya peranan Ormas dalam menumbuhkan sikap kepeloporan dan kepemimpinan pemuda, maka kita perlu mengetahui definisi Ormas dan peranannya di masyarakat. Berdasarkan UU No.8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas didefinisikan sebagai organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ormas sebagai wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya merupakan tempat yang ideal untuk penempaan kepemimpinan dan peningkatan keterampilan karena sasaran pokok peranan
Ormas adalah: 22
a. Memberikan pendidikan pemantapan kesadaran kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
b. Peranan aktif dalam pembangunan masyarakat
c. Sarana untuk berserikat/berorganisasi
d. Sarana penyaluran aspirasi dalam pembangunan nasional
Berdasarkan paparan di atas serta kodrat pemuda yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dan keberpihakan kepada masyarakat maka pemuda adalah elemen bangsa yang menyandang peran sebagai agen
21Ibid., 91.
(38)
29
perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control)
dalam masyarakat. Untuk menciptakan model pemuda yang dimaksud di atas
maka Ormas adalah sarana dan arena yang tepat untuk belajar, bereksperimen
dan berlatih menjadi Agent of Change dan Agent of Social Control. 23
Merujuk kembali pada Undang-undang No. 40 tentang Kepemudaan pasal 17 ayat (2), peran aktif pemuda sebagai kontrol sosial diwujudkan
dengan:
a. Memperkuat wawasan kebangsaan;
b. Membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak, dan kewajiban
sebagai warga negara;
c. Membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakanhukum;
d. Meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik;
e. Menjamin transparansi dan akuntabilitas publik; dan/atau memberikan
kemudahan akses informasi.
Sementara pada ayat (3) peran aktif pemuda sebagai agen perubahan
diwujudkan dengan mengembangkan : 24
a. Pendidikan politik dan demokratisasi;
b. Sumber daya ekonomi;
c. Kepedulian terhadap masyarakat;
23Ibid., 92.
(39)
30
d. Ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. Olahraga, seni, dan budaya;
f. Kepedulian terhadap lingkungan hidup;
g. Pendidikan kewirausahaan; dan/atau
h. Kepemimpinan dan kepeloporan pemuda.
Peranan pemuda seperti yang dicita-citakan Pemerintah melalui RUU ini tentu selaras dengan upaya pembangunan masyarakat khususnya dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya suatu masyarakat yang salah satunya diimplementasikan melalui partisipasi aktif melalui Ormas yang tersebar dari wilayah Sabang sampai Merauke. Hanya saja perlu diingat bahwasanya Ormas bukanlah satu-satunya wadah yang dapat memfasilitasi minat pemuda dalam upaya pembangunan masyarakat, bahkan tidak semua Ormas yang ada bergerak dalam bidang pembangunan masyarakat dikarenakan masih minimnya pengetahuan dan informasi mengenai hal ini. Oleh karena itu perlu kiranya ada penyadaran bagi pemuda yang aktif di Ormas agar tidak terjebak dalam rutinitas belaka dan perlunya penguatan strategi untuk meningkatkan peran serta pemuda
dalam pembangunan masyarakat. 25
2. Peran Pemuda dalam Pergerakan Bangsa 1. Pemuda di Era Pergerakan
Era pergerakan nasional ditandai oleh mulai sadarnya penduduk Bumiputra, atau yang disebut sejarawan sebagai “kaum terpelajar”, pada masa
(40)
31
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang tengah menjalankan Politik Ethis. Politik Ethis merupakan sebuah kebijakan dari pemerintah Belanda untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia melalui program migrasi, irigrasi, dan edukasi. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda ini ternyata jauh panggang dari api, yang sebelumnya bertujuan untuk memajukan dan meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia akan tetapi di lapangan, pelaksanaan pendidikan lebih banyak bertujuan untuk kepentingan kolonial Belanda sendiri, serta untuk pengembangan modal kaum pengusaha dan kaum
kapitalis asing yang makin banyak ditanamkan di Indonesia.26
Pemerintah kolonial Belanda yang makin intensif dan makin meluas kekuasaannya di seluruh wilayah Indonesia dan pengelolaan usaha-usaha bangsa asing yang makin meningkat menuntut pula tersedianya pegawai-pegawai dan
pekerja-pekerja yang terampil dan berpendidikan.27
Pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda tetap disesuaikan dengan politik penjajahan Belanda, yakni membiarkan rakyat Indonesia yang dijajahnya tetap bodoh dan terbelakang. Pemerintah kolonial Belanda membuka dan menyelenggarakan sekolah-sekolah, terutama untuk kepentingan penjajahan Belanda sendiri. Mereka sangat membutuhkan tenaga-tenaga yang terampil dan terdidik untuk membantu mereka menjalankan roda pemerintahan dan birokrasi kolonial mereka dalam usaha meluaskan dan memantapkan kekuasaan kolonial. Itulah pendorong
26Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 78. 27Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 78-79.
(41)
32
terkuat dan tujuan utama dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang dijalankan oleh kaum penjajah Belanda. Rakyat hanya diajar sekedar dapat membaca, menulis, dan berhitung dalam rangka pelaksanaan pemerintahan kolonial Belanda.
Kaum penjajah Belanda justru berusaha dengan sekuat tenaga agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang cerdas dan maju serta sadar akan harga dirinya sebagai bangsa. Hal ini pasti akan menjadi bumerang yang justru mengancam kelangsungan hidup dan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Bahkan sebaliknya, kaum penjajah Belanda berusaha sedapat mungkin agar bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang sehingga mudah dijajah dan diperintah serta dikendalikan. Sebaliknya juga, jika bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang cerdas dan pandai serta maju, apalagi jikalau bangsa Indonesia sadar akan harga dirinya sebagai bangsa, maka kaum penjajah Belanda akan mendapat kesulitan dan tantangan yang berat dalam menjalankan penjajahannya. Bangsa Indonesia pasti tidak akan mau diperintah,
apalagi ditindas dan diperas secara sewenang-wenang.28
Sagimun mengungkapkan bahwa cara yang diterapkan oleh Belanda dalam mencerdaskan rakyat ini tidak sampai pada sasaran dan membuat kecewa masyarakat pada umumnya. Orang Indonesia, terutama kaum terpelajar, kemudian mendirikan berbagai sekolah swasta. Di sinilah mulai muncul pendidikan Islam yang telah mengakar kuat dalam pendidikan di Nusantara,
(42)
33
seperti: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, INS (Indonesische Nationaal
School) Kayu Tanam, dan Taman Siswa sebagai batu loncatan dalam
memperjuangkan kemerdekaan29
Belanda begitu menyadari jika sekolah swasta yang berdiri itu akan mengguncangkan sendi-sendi kekuasaan kolonial di Indonesia. Murid-murid
yang berada di sekolah– sekolah swasta itu, yang didirikan dan dikelola oleh
kaum pergerakan nasional Indonesia, dididik untuk menjadi manusia yang berjiwa nasional, bersemangat patriot, serta menentang penjajahan asing. Oleh karena itu, laju perkembangan sekolah swasta ini harus dihambat sekuat tenaga
yang terbukti dengan munculnya Wilden Schoolen Ordonantie (Undang-Undang
Sekolah Liar) yang membatasi ruang gerak sekolah swasta tersebut. Selain munculnya pelarangan bagi aktifnya sekolah-sekolah swasta tersebut, ternyata penyelenggaraan pendidikan di era pergerakan penuh dengan suasana
diskriminasi.30
Hariyono lebih lanjut menjelaskan bahwa “anak pergerakan”
(sebutannya untuk para pemuda di era pergerakan) berubah kesadarannya dalam memandang dunia ketika berjumpa dengan pendidikan modern yang mengedepankan baca dan tulis sebagai iklim akademis. Mereka mulai berpikiran terbuka dan mencoba mempelajari apapun tentang dunia (Barat). Anak pergerakan begitu menghargai waktu demi kemajuan bangsa. Penghargaan ini membawa pemuda berada pada jiwa kompromis yang mau bekerja di pemerintah
29Ibid., 79.
(43)
34
kolonial Belanda di satu sisi; sedangkan di sisi lain, bagi pemuda yang mengetahui kebobrokan pendidikan kolonial memilih untuk melakukan
perlawanan.31
Mereka bersikap kritis terhadap sistem kehidupan masyarakat dan negara kolonial. Perkenalan anakanak pergerakan dengan pendidikan modern mampu mengubah sikap mental mereka. Kalangan terdidik sudah banyak yang meninggalkan budaya aslinya yang cenderung mistikanimistik. Mereka menjadi sosok yang lebih ilmiah-rasional. Rasa ingin tahu mereka mendorong mereka banyak membaca dan belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang perlakuan tidak adil oleh penguasa yang
zalim.32
Pengetahuan yang diperoleh membuat mereka sadar bahwa bangsa ini telah terjajah. Mereka selain terus melawan kolonialisme dan feodalisme, mereka juga berusaha mengubah sikap mental masyarakat. Usaha mengubah sikap mental masyarakat di Nusantara untuk aktif berpikir dan memiliki
kepercayaan diri dilakukan oleh anakanak pergerakan. Mentalitas inlander yang
ditandai dengan sikap inferior, terutama terhadap bangsa asing, ingin dihilangkan oleh para pemuda. Anakanak pergerakan ini, mulai dari Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangunkusumo, Tjokroaminoto, Suwardi Suryaningrat,
31Ibid., 79-80
(44)
35
Tan Malaka, Soekarno, Mohamad Hatta, Sutan Sjahrir, dan yang lain, terus
berusaha membongkar kesadaran palsu masyarakat Nusantara.33
Sikap progresif-revolusioner lebih ditunjukkan oleh kebiasaan mereka yang mempelajari berbagai hal-hal yang baru. Zaman kemajuan menuntut pengetahuan. Mereka yang tidak mengikuti perkembangan pengetahuan tidak akan dapat terlibat dalam arus sejarah kemajuan. Sebagian besar anak-anak pergerakan menjadi sosok yang berpengetahuan luas. Mereka tidak hanya mempelajari pengetahuan yang terkait dengan disiplin ilmu yang dipelajari, melainkan juga berusaha mengetahui ilmu pengetahuan yang terkait dengan kemasyarakatan, politik, ekonomi, dan budaya. Kemanamana, mereka selalu membaca buku. Bahkan diantara mereka di penjara pun terus membaca dan menulis. Mental intelektual organik telah melekat pada anak-anak pergerakan, bukan sebuah kebetulan kalau polemik di antara mereka penuh diwarnai oleh
pemikiran yang cerdas dan beringas.34
Pendidikan pada masa kolonial Belanda merupakan cerminan dari pendidikan liberalis yang mencoba membuka wawasan siswa untuk mengetahui pengetahuan di luar apa yang mereka ketahui. Salah satu ciri yang menonjol dari pendidikan ini adalah penguasaan multi-bahasa, sehingga dengan penguasaan multibahasa ini mereka dapat menguasai berbagai wawasan global yang telah
33Ibid., 80.
(45)
36
mengemuka di dunia dan menyadarkan masyarakat agar tidak terlampau
ketinggalan dengan kecenderungan dunia global.35
N. Soyomukti mengungkapkan bahwa output dari pendidikan liberalis
adalah pribadi yang memiliki cita-cita untuk mengangkat individu menjadi pemilik dunia secara otonom dan membebaskan diri dari penghalang yang memasung kebebasan individu untuk mengekspresikan diri sebagai manusia. Lebih lanjut N. Soyomukti menjelaskan mentalitas pemuda yang secara umum
menjadi hasil dari pendidikan liberalis. 36
Pertama, mentalitas pemuda yang rasional merupakan mentalitas yang percaya bahwa dunia memiliki struktur yang rasional, yang dapat dipahami secara logis. Keteraturan dunia bisa dipahami lewat deliberalisasi pikiran dan
pencarian kritis terus-menerus. Kedua, mentalitas pemuda yang bebas dalam
berpikir dan berpendapat. Ketiga, mentalitas pemuda yang bertanggung jawab.
Masyarakat sering mengidentifikasikan kebebasan dengan keliaran, padahal
liberalisme adalah kebebasan dengan penuh tanggung jawab. Keempat,
mentalitas pemuda yang adil, yakni kepercayaan terhadap keadilan adalah nilai moral yang harus dijunjung tinggi. Keadilan bukan berarti mengorbankan hak seseorang demi membela hak ya. Keadilan adalah pemberian kesempatan
kepada setiap individu untuk bersaing dan menggapai hak-haknya. Kelima,
35Ibid., 80 36Ibid., 80
(46)
37
mentalitas pemuda yang toleran, yakni mampu menerima dan menghormati
pandangan atau tindakan orang lain.37
Pemahaman masa lalu tentang sejarah pergerakan yang didalamnya terangkum kisah dari Soekarno, Mohammad Natsir, Semaoen, dan tokoh lainnya yang hidup di zaman yang penuh dengan gejolak. Dalam usia muda, mereka menapak karier sebagai tokoh pergerakan. Soekarno dalam usia dua puluhan tahun telah menjadi pemimpin; dan Mohammad Natsir menjadi ulama pejuang yang melahirkan banyak karya. Mereka telah melukis wajah bangsa ini dengan tinta kehormatan. Melalui mereka, maka kebebasan, kedaulatan, dan kemerdekaan bangsa ini diperjuangkan. Pemuda, atau anak muda era pergerakan, begitu layak dijadikan teladan bagi generasi sekarang, bukan karena perjuangan mereka secara nyata tetapi juga mentalitas yang mereka miliki bermanfaat dalam membangun kehidupan bangsa agar lebih baik di masa
depan.38
2. Pemuda di Era Reformasi
Reformasi merupakan suatu era dimana terjadi perubahan tatanan sosial budaya yang begitu besar. Masyarakat mulai menyuarakan kebebasan berpikir dan berbicara dengan tiadanya batasan dalam publikasi surat kabar dan bukubuku cetak. Banyak anggapan bahwa era Reformasi tidak lebih baik dari
era sebelumnya, terutama dari bagaimana pendidikan tersebut dilaksanakan.39
37Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 80. 38Ibid., 81.
(47)
38
Pendidikan di era Reformasi ini belum membebaskan pikiran murid untuk berimajinasi. Contoh yang nyata adalah bagaimana pendidikan Indonesia dengan adanya ujian nasional yang menilai kemampuan siswa dalam memahami materi dinilai dengan menggunakan soal pilihan ganda? Hal ini tentu saja tidak mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, apalagi berpikir secara
radikal.40
Pendidikan di era Reformasi lebih ditekankan pada konsepsi ekonomi “orang miskin dilarang sekolah”, karena hanya bagi mereka yang memiliki uang yang dapat sekolah, terutama hingga tingkat perguruan tinggi (Prasetyo, 2004). Keadaan ini tentu saja berdampak pada mentalitas pemuda yang begitu takut berpengetahuan, atau mereka cenderung bersikap pragmatis dalam memecahkan suatu persoalan; terutama agar bisa lulus, mereka tidak perlu belajar dan membaca buku tetapi cukup dengan menggunakan teknologi (internet). Mereka bisa mengumpulkan tugas yang seharusnya didapat setelah melihat (tanpa membaca) wacana dalam internet. Bagi mereka, pendidikan hanya bermanfaat untuk memperoleh ijazah dan dengan ijazah mereka dapat memperoleh pekerjaan. Ijazah memang suatu yang penting, tetapi akan lebih
baik jika hal itu dibarengi dengan pemahaman materi yang mantap.41
Dalam konteks ini tidaklah adil dan humanis jika membandingkan pemuda di era pergerakan nasional (1908-1945) dengan pemuda di era
Reformasi (1998 – sekarang) dalam cakupan usia yang sama. Tetapi akan lebih
40Ibid., 81.
(48)
39
proporsional jika dalam uraian ini difokuskan pada mentalitas mahasiswa
sebagai representasi dari pemuda di era Reformasi.42
Mentalitas mahasiswa secara umum ada dua, yaitu: (1) mahasiswa kupu-kupu, dan (2) mahasiswa sejati. Mahasiswa kupu-kupu adalah mereka yang tidak tahu akan arti “mahasiswa” yang sebenarnya. Sedangkan mahasiswa sejati adalah mereka yang tahu akan amanahnya seagai pelopor perubahan dan pergerakan. Dengan kedua karakteristik ini dapat dianalogikan dimana posisi mahasiswa yang formalitas dan mahasiswa yang
bermentalitas revolusioner.43
Kaum muda (mahasiswa) masa kini kurang berpotensi sebagai agen perubahan atau pembaruan, sebab mereka berjuang penuh pamrih. Hal ini berdampak pada target obsesi pragmatisme tak tercapai, yang muncul justru menyumpah-serapahi para pemimpin. Semakin lama, Sumpah Pemuda tahun
1928 seolah-olah berubah menjadi “Sampah Pemuda”. Itu terefleksi dari
pudarnya nilainilai dan karakter kebangsaan serta lunturnya idealisme, moralitas, bahkan spiritualitas para pemuda, termasuk mahasiswa di
dalamnya.44
Mahasiswa seharusnya merupakan para pemikir yang mempunyai kemampuan secara pengetahuan untuk belajar atau mengetahui sesuatu. Mahasiswa umumnya merupakan harapan daripada para orang tua agar mereka
42Ibid., 81. 43Ibid., 81-82
(49)
40
menjadi orang yang berhasil dan sukses. Mahasiswa di sini dapat dihubungkan dengan mentalitas karena dapat dilihat kuatnya tantangan dan tekanan mental yang harus diterima oleh mahasiswa selama mengikuti perkuliahan ataupun
dalam kehidupan sehari-hari.45
Dalam dunia perkuliahan tentu tantangan dan tekanan datang dari para dosen pengajar yang begitu banyak memberikan beban berupa materi dan tugas yang banyak dan sulit, sehingga para mahasiswa menjadi tertantang dan tertekan dalam segi mental dan juga fisik. Ketika tugas mulai menumpuk, mereka biasanya harus menyelesaikan setiapmalam seperti kerja lembur. Bagi mereka, dengan tugas yang begitu banyak, mereka harus pandai untuk mengatur waktu; kalau tidak, maka tidak ada satu tugaspun yang akan selesai.
Tantangan dan tekanan yang lain adalah dari ibu kos yang setiap hari banyak bicara untuk menarik uang kos. Hal itu lumrah karena mahasiswa adakalanya telat membayar uang kos karena kiriman uang dari orang tua yang terlambat. Mahasiswa harus pandai untuk berbicara dan bernegosiasi agar dapat meluluhkan hati ibu kos. Tantangan dan tekanan yang ketiga adalah dari orang tua dimana mereka berharap agar anaknya cepat lulus dan dapat bekerja. Mereka berharap ketika pension, anak-anaknya sebagai mahasiswa sudah bekerja. 46
Dari banyak tantangan dan tekanan itu akan ditambah lagi beban dari seorang pacar. Hal itu membuat banyak mahasiswa menjadi stress dan
45Ibid., 82.
(50)
41
kuliahpun banyak yang terbengkalai. Tidak jelas akankah ketika mereka lulus, mereka akan mendapt kerja, karena sekarang pun kepandaian seperti tidak
berguna ketika tengah bertemu dengan kekuatan uang.47
Di sini mentalitas mahasiswa mulai terbentuk. Ketika mereka kuat mengahadapi berbagai tantangan dan tekanan tersebut, mereka akan menjadi mahasiswa yang bermental baik. Akan tetapi ketika mereka tidak kuat, mereka akan menjadi mahasiswa bergelar SG (Sarjana Google) dimana mereka hanya
berorientasi pada google untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Selain itu
mental mahasiswa juga menjadi mental copas atau copy paste. Mahasiswa
yang mempunyai mental tersebut dikarenakan kebutuhan mereka, ataupun
efisiensi waktu, yang mereka harapkan.48
Hal inilah yang menjadi sebab mendasar mengapa ketika mahasiswa yang telah lulus tidak mempunyai kompetensi dengan memenuhi standar yang diharapkan. Maka, jangan heran pula ketika mereka menjadi wakil rakyat, misalnya, mereka pun akan membawa mentalitas tersebut untuk mengatur negara agar efisien dan praktis, sebuah semboyan kosong yang akan terus berkembang selama belum ada pembenahan yang mendasar dalam bidang
pendidikan 49
47Ibid., 82. 48Ibid., 82.
(51)
42
Pemuda (mahasiswa) di era Reformasi telah merasakan betapa teknologi informasi sangat mengikat dan mempengaruhi pemikiran manusia. Terlihat pikiran manusia tidak bisa dilepaskan dari teknologi informasi,
terutama internet, HP (Hand Phone), dan FB (Face Book). Hal ini
mengakibatkan mereka memiliki kedangkalan dalam berpikir secara mendalam, ataupun berpikir secara reflektif, untuk membuat pemikiran yang
inspiratif dan membangun negara ini.50
Negara memang tidak bisa membatasi lajunya perkembangan teknologi informasi sehingga yang dapat dilakukan oleh negara adalah menganjurkan para pemuda (mahasiswa) sebagai generasi penerus untuk menggunakan teknologi informasi secara bijak, yakni dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhan pemuda. Hal ini akan berdampak bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menunjang kemampuan berpikir kritis para pemuda. Penggunaan teknologi informasi secara bijak ini dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran sebagai muatan puncak dari pendidikan. Penerapan model pemebelajaran kooperatif, pembelajaran mandiri, ataupun pembelajaran campuran kiranya dapat membuat mentalitas pemuda, bukan hanya mahasiswa
tetapi juga siswa, lebih baik daripada output yang ada selama masa Reformasi
ini.51
50Ibid., 83
(52)
BAB III
TERM-TERM PEMUDA DALAM AL-
QUR’AN
A.Tabel Ayat
kata fata dengan berbagai bentuk ada sepuluh yang tersebut dalam al-Qur’an1.
Tapi yang masuk pembahasan konsep pemuda hanya ada enam ayat. Ayat yang lain tidak spesifik menyebutan makna hermenetik pemuda sehingga hanya enam ayat tersebut yang menjadi pembahasan dalam tesis ini, yaitu:
No Term Surat MK/MD TM
1 ىتف Yusuf ayat 30 Makkiyah 1
2 al-Kahfi ayat 60 Makkiyah 4
3 al-Kahfi ayat 62 Makkiyah 5
4 Al-Anbiya’ ayat
60
Makkiyah 6
5 ةيۡتف al-Kahfi ayat 10 Makkiyah 2
6 al-Kahfi ayat 13 Makkiyah 3
B.Asbabun Nuzul
Sebab turunnya ayat tentang kisah as}h}ab al-kah}fi yaitu tentang firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 85:
ۡ سَيَو
ۡ ٱيَِبۡٱُ َمۡ ٱۡن وحُّرۡٱ نلۡ ٱ وحُّرۡٱ َنَۡ َكَنو
يٱوَلۡ اَٱإۡٱ
وٱع ّرۡ
َ ٱيۡ نتيٱتونمۡٓاََو
ٗ
اۡ
٥٨
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit2
Muhammad bin Ishak telah menyebutkan sebab turunnya kisah ini secara jelas yatu, Nadzir bin Haris salah satu pembesar Quraisy dan dia juga selalu menghina Nabi Muhammad SAW, sekaligus menampakkan pemusuhannya terhadap nabi, dan dia telah ke suatu tempat yang bernama Hairah untuk belajar di dalamnya tentang
1Muhammad Fuad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadzil Qur’an (Kairo: Darul Hadis, 1364), 512.
(53)
44
kejadian-kejadian orang Rustum dan Isfandiyar (sebuah kisah nyata yang dialami orang Rustum)3
Dan ketika nabi duduk di sebuah majlis yang di dalamnya mengingat atau membicarakan kebesaran Allah sekaligus mengisahkan kepada kaum-Nya tentang kejadian pada kaum-kaum sebelumnya, dan pada waktu itu juga Nadzir selalu berselisih faham dan tidak membenarkan ucapan-ucapan nabi, kemudian dia berdiri
seraya berkata: “Demi Tuhan wahai para ahli Quraisy, saya memiliki kisah tentang
kaum-kaum terdahulu yang lebih baik dari Muhammad.4
Orang Quraisy mengutus Nadzir dan Utbah bin Mu’it menemui orang alim
Yahudi yang ada di Madinah, dan orang-orang Quraisy berkata kepada mereka berdua, tanyakanlah kepada tokoh-tokoh Yahudi tentang Muhammad dan sifat-sifatnya dan kabarkanlah kepada orang Yahudi tentang apa yang dikatakan Muhammad karena sesungguhnya mereka memiliki ilmu tentang kenabian yang belum kita miliki, maka karena mereka berdua keluar dan sampai di kota Madinah, kemudian mereka bertanya kepada orang alim dari kalangan orang Yahudi tentang keadaan Muhammad, maka
orang Yahudi menjawab: “Tanyakan kepada Muhammad tentang tiga perkara:5
1. Tentang seorang pemuda yang telah pergi satu tahun
2. Tentang seseorang yang Thawaf dan dia telah sampai di bumi paling timur dan barat.
3. Tentang roh.
3Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), 214. 4Ibid., 214.
(54)
45
Maka jika Muhammad memeberitahu kalian tentang tiga perkara di atas, maka dia adalah seorang nabi, namun jika dia tidak mengabarkan kepada kalian, berarti dia bukan nabi.6
Maka ketika Nadzir dan temannya tiba di Makkah, mereka memberitahu nabi tentang tiga perkara di atas, sekaligus ditanyakan pada nabi, maka nabi mengatakan bahwa pertanyaan tersebut akan dijawab nabi besok, akhirnya nabi menetap di Makkah selama 15 malam, nabi merasa gelisah, takut dan bimbang karena perbincangan dan pertanyaan yang mereka ajukan. Sehingga orang-orang Makkah pun saling berbicara tentang kapan Muhammad akan menjawab pertanyaan-pertanyaan orang Yahudi, kemudian Jibril datang kepada nabi Muhammad dengan membawa wahyu dari Allah yaitu surat al-Kahfi dan di dalamnya terdapat jawaban-jawaban dari pertanyaan orang Yahudi.7
C.Munasabah
Setelah Allah menyebutkan kisah as}h}ab al-kah}fi untuk menetapkan kehendaknya dan telah menyebutkan tiga permisalan untuk menerangkan sebuah hakikat atau kenyataan, sesungguhnya kebenaran, kemenangan dan ketinggian derajat tidak bersangkutan dengan banyaknya harta, dan kedudukan atau kekuasaan, melainkan hanya dengan keyakinan kepada Allah dan iman yang kuat, untuk memperlihatkan kebenaran tersebut kepada orang-orang musyrik yang telah menyombongkan diri pada orang-orang miskin mukmin, dan penolakan mereka untuk duduk bersama orang-miskin.8
Dan setelah itu Allah menyambung dengan kisah yang kedua yaitu kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, bagaimana nabi Musa menimba ilmu kepada Nabi Khidir dan
6Zuhaili, Tafsir al-Munir..., 215. 7Ibid., 215.
(55)
46
itu untuk memahamkan orang-orang Musyrik bahwa Nabi Musa adalah kalimullah (orang yang dapat berbicara atau diajak bicara oleh Allah yang mana beliau juga orang yang memiliki banyak ilmu dan amal, namun tetap diperintahkan untuk belajar kepada seseorang hamba yang saleh (Nabi Khidir) dan ini menunjukkan atas ketawadzuannya,
dan tawadzu’ jauh lebih baik dari kesombongan.9
D.Term-term Pemuda dalam al-Qur’an 1. Fata
a. Surat Yusuf Ayat 30
ةََ سٱكَۡلاَلَو۞
ٗ
ۡ
ٱف
ۡ
َۡهَفَغَشۡ
دَلۡ ۦٱهٱس فا كۡ َنۡاَهٰ ىَتَ فۡندٱوَُٰن تۡٱزيٱزَع ّرۡنتَمَُ رۡٱةَنيٱدَم ّر
ۡاَهٰ ََُٰ نَّۡااكٱإۡ ااًنُۡا
َٰوَضۡ ٱف
ٗ
ۡ
يٱًح
ٗ
ۡ
٠٣
Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata.10
Fata yang dimaksudpada ayat ini yaitu Nabi Yusuf As.11 Isteri al-Aziz
menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya(kepadanya), maksudnya yaitu, berusaha merayu bujangnya itu sangat mendalam, juga cinta di bawah itu,
sedang al-Syaghaaf adalah dinding hati (Qalbu)12
b. Surat al-Kahfi Ayat 60
ۡ وَمۡٱ يَُ حًَ
ّرَۡعَم جََۡغنو َِمٰۡٓىاتَُۡن َُ َِمََۡٓۡنهٰىَتَفٱّٰۡىَسَنَۡلاَلۡ ذٱإَو
َۡم
نُنَُۡ ٱِ
ٗ
اۡ
٠٣
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.13
9Zuhaili, Tafsir al-Munir..., 216
10Al-Qur’an, 12:30.
1111Muhammad Husein at-Tabatabai’, al-Mizan fi ‘Ulum al-Qur’anjuz 13 (Beirut:Muassasah ‘alami
lilmatbu’at, 1991), 151
12Ibid., 36.
(56)
47
dan kata karena ىتف yang telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an dan
yang ditujukan kepada Musa dikatakan dia adalah Yusa’ bin Nun. Dan telah
terdapat dalam sebuah riwayat dikatakan: Dinamakan ىتف karena dia sering
mengadakan perjalanan dan menetap. (kadang pergi dan kadang di tempat)
atau karena sering melayaninya.14
اتفل ىس م اق إ
kata Musa saya akan selalu atau terus berjalan dan tidak akan berhenti sebelum aku sampai di pertemuan dua laut: dan inidikatakan: lautan yang sebelah timur penghabisannya di kota Faris. ۡىِ موم
ايَطاُ د Aku menghabiskan masa yang panjang.15
Sebab perkataan Musa kepada pemuda yang bersamanya, yakni Yusya’ bin Nun tersebut adalah bahwa ia memberitahukan kepada-Nya bahwa ada seorang hamba Allah di tempat pertemuan dua laut, dia mempunyai ilmu pengetahuan yang tidak dikuasai oleh Musa.
c. Surat al-Kahfi Ayat 62
بَصَن اَذَٰ اَنِرَفَس نِم اَنيِقَل
ۡدَقَل اَنَءٓاَدَغ اَنِتاَء ُهٰىَتَفِل َلاَق اَزَواَج اَمَلَ ف
ٗ
ا
٢٦
Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.16
Fata yang dimaksud pada ayat ini sama dengan surat Yusuf ayat 60
yaitu Yusa’ bin Nun. Dan telah terdapat dalam sebuah riwayat dikatakan:
14Muhammad Husein at-Tabatabai’, al-Mizan fi ‘Ulum al-Qur’anjuz 13..., 334. 15Ibid., 335
(57)
48
Dinamakan ىتف karena dia sering mengadakan perjalanan dan menetap.
(kadang pergi dan kadang di tempat) atau karena sering melayaninya.17
d. Surat al-Anbiya Ayat 60
ا لاق
هل اقي ۡمه كۡ ي ى تف ا ۡعمس
ۥ
ميه ۡبإ
٦
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang
bernama Ibrahim18
Fata yang dimaksud pada ayat ini yaitu Nabi Ibrahim As yang dijelaskan pada
kata berikutnya pada ayat ini.19 Pada saat mereka kembali dan menyaksikan apa
yang diperbuat oleh Ibrahim, terhadap patung-patung mereka berupa penghinaan dan penistaan. Hal ini menunjukkan bahwa patung-patung itu tidak berhak untuk disembah, danmenunjukkan pula betapa lemahnya akal orang-orang yang
menyembahnya. 20
Pada saat itulah mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang dzalim. “Maksudnya, Zalim dalam perbuatannya ini. “Mereka berkata: Kami dengar ada
seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernaa Ibrahim. “ Yang
menjawab itu adalah orang yang pernah mendengar sumpah Ibrahim, bahwa dia
benar-benar akan membuat tipu daya terhadap patung-patung tersebut.21
Pada saat mereka kembali dan menyaksikan apa yang diperbuat oleh Ibrahim, terhadap patung-patung mereka berupa penghinaan dan penistaan. Hal ini
17Muhammad Husein at-Tabatabai’, al-Mizan fi ‘Ulum al-Qur’anjuz 13..., 334.
18Al-Qur’an, 21:60.
19
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), 79
20Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘adzim, (Jizah: Maktabah al-Awlad ash-shaih li at-turath, 2000), 413. 21Ibid., 413
(58)
49
menunjukkan bahwa patung-patung itu tidak berhak untuk disembah,
danmenunjukkan pula betapa lemahnya akal orang-orang yang menyembahnya. 22
Pada saat itulah mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang dzalim. “Maksudnya, Zalim dalam perbuatannya ini. “Mereka berkata: Kami dengar ada
seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernaa Ibrahim. “ Yang
menjawab itu adalah orang yang pernah mendengar sumpah Ibrahim, bahwa dia
benar-benar akan membuat tipu daya terhadap patung-patung tersebut.23
2. Fityah
a. Surat al-Kahfi Ayat 10
ۡإ
أ
ةيۡتفۡل
ىلإ
ف ۡ ۡل
ۡنم ا ل ۡئ يه ةم ۡح كن ل نم ا تاء ا ب ا لاقف
ا ش ان ۡمأ
٠٦
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)24
Kata fityah dalam ayat tersebut adalah jamak dari kata fata yang berarti
pemuda sempurna. 25dan mereka adalah pemuda-pemuda yang menginginkan
meninggalkan kesirikan. Dan mereka bersembunyi ke dalam goa.
Idza awa al-fityatu” arti awa yaitu ع ج لا kembali, namun tidak kembali secara umum hanya saja kembalinya manusia atau hewan ke tempat
yang dimana ia menetap di dalamnya dan kata ةيتف ini adalah jama’ sima’i
(secara mendengar dari lisan Arab) dari kata ىتف yang berarti pemuda.26
22Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an ..., 413 23Ibid., 413.
24Al-Qur’an, 18:10.
25Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), 211.
26Muhammad Husein at-Tabatabai’, al-Mizan fi ‘Ulum al-Qur’anjuz 13 (Beirut:Muassasah ‘alami
(1)
96
B. Saran
Setelah mengemukakan simpulan dari penelitian ini, saran yang diusulkan penulis yaitu sebagai berikut: .
1. Penelitian ini bisa dijadikan rujukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam dunia pemuda, agar pemuda menjadi generasi baik sesuai konsep pemuda dalam al-Qur’an.
2. Keterbatasan pada analisis mengenai masalah tersebut kiranya kurang begitu representatif. Maka dari itu, diharapkan ada orang lain yang melanjutkan penelitian ini hingga bisa dijadikan teori oleh kebanyakan umat manusia.
(2)
97
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2002. al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Karya Toha Putra
Abdullah, Taufik. 1974. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta:LP3S, Adit, Rianto. 2014. Metodologi Penelitian sosial dan hukum Jakarta: Granit. Arifin, Bey. 2015. Rangkaian Ceria al-Qur’an. Jakarta Selatang: Zaituna Ufuk
Abadi.
Azwar, Saifudin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baidan, Nashruddin. 2012. Metodologi Penafsiran Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baidan, Nashruddin. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakker, Anton. 1992 Metode Penelitian. Yogyakarta: Kanisius
Baqi’, Muhammad Fuad Abdul. 1364. Mu’jam Mufahras li Alfadzil Qur’an Kairo: Darul Hadis.
Daya Negri Wijaya, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga
Takut Berpengetahuan. Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan
Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013.
Djati, Ilyas Indra Damar, dkk, 2010. Pemuda!!! Dimana Kau Berada “ trilogi
pemikiran mendobrak pemuda untuk Indonesia”. Jakarta: Forum OKP
Tingkat Nasional
Al-Dzahabi, Muhammad Husain. 2000. Tafsir wa al Mufassirun. Kairo : Maktabah Wahbah.
(3)
98
Fajar, M. Samson. 2010. Menjadi Pemuda Pembangun Peradaban
Jakarta:Quanta
Farmawi al, Abd al-Hayy. 1977. AI-Bidayah fi al-Tafsir
al-Maudhu’i,Matba’ah al-Hadarah al`Arabiyah, Kairo
Farmawi al, Abd al-Hayy. 1968. Mu jam al-Alfaz wa al-a’lam al-Our’aniyah.
Dar al-`ulum, Kairo
Federspiel, Howard M. 1996. Kajian al-Quran di Indonesia; Dari Mahmud
Yunus Hingga Quraish Shihab. ter. Tajul Arifin. Bandung: Mizan
Gusmian, Islah. 2003. Khazanah Tafsir Indonesia; Dari Hermeneutika Hingga
Ideologi. Jakarta: Teraju.
Hajar, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hamka. 1982.Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas
Harun Yahya. 2004. Pustaka Sains Populer Islam Jejak Bangsa-Bangsa. Bandung: Dzikra.
Al-Ḥasany, Al-Sayid Muhammad bin Alawy Al-Maliky. Qowā’idul Asāsiyah Fi Ulūmil Qur’ān, alih bahasa Idhoh Anas, Kaidah-Kaidah Ulūmul
Qur’ān. Pekalongan: Al-Asri, 2008.
Kartasasmita, Ginandjar. 1997. Kepeloporan dan Pembangnan: Peran Pokok Pemuda dalam Pembangunan. Makalah pada peluncuran buku “Peran Pemuda Menuju Indonesia sesuai Cita-Cita Proklamasi 1945, Jakarta, Katsir, Ibnu. 2000. Tafsir al-Qur’an al-‘adzim,jilid VIII. Jizah: Maktabah
al-Awlad ash-shaih li at-turath
Kerlinger dalam Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran
(4)
99
al-Kholidy, Shalah Abdu al Fattah. 1997. al Tafsir al - Maudhu’i. Beirut: Dar al Fikr.
al-Khuli, Amin dan Nasīr Hamid. 2004. Metode Tafsir Sastra, alih bahasa Khairon Nahdiyyin. Yogyakarta: Adab Pres
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Muslim, Mustofa. Mabahith fi at-Tafsir al-Madu’i. Damaskus: Dar al-Qalam, 1989.
Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2006, dalam www.kemenegpora.go.id
Peran Politik Pemuda: Dinamika Pergerakan Pemuda Sejak Sumpah Pemuda
1928 Sampai Kini Jurnal DEBAT Edisi Pertama, Agustus 2009
ar-Razi, Muhammad Fahruddin. 1990. Mafatih Ghaib aw Tafsir
al-Kabir,jilid IX. Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiah.
Rukmana, Aan. 2013. pahlawan dan pemuda”, wacana utama, INSPIRASI:
menuju masyarakat ekonomi ASEAN 2015
Sadr at, Muhammad Baqir. Pendekaian Temalik Terhadap Tafsir AI-Qur’an “,
dalam Ulumul Quran, Vol I, No. 4, 1990
Satries,Wahyu Ishardino Peran Serta Pemuda dalam Pembangunan
Masyarakat. Jurnal Madani Edisi I Mei 2009.
Shihab, Quraish. 2003. Tafsir Misbah: Pesan,Kesan dan keserasian
al-Qur’an,Vol.I . Jakarta: Lentera,
---, Quraisy. , 1998.Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan
Sukmadinata, Nana Syadik. 2005..Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
(5)
100
Suprayogo, Imam dan Tabroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset, 1997.
at-Tabatabai’, Muhammad Husein. 1991. al-Mizan fi ‘Ulum al-Qur’anjuz 13
Beirut:Muassasah ‘alami lilmatbu’at.
Ulum, M. Syamsul. 2007.Menangkap Cahaya Al-Qur’an. Malang: UIN– Malang Press
UU No. 40 Tahun 2009
White, Ben dan Suzanne Naafs , Generasi Antara:Refleksi tentang Studi
Pemuda Indonesia.Jurnal Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012.
Wijaya, Daya Negri Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut
Berpengetahuan . Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1,
Vol.1, Maret 2013.
Winarno Surahmat. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994. Yusuf, al-Hajj Ahmad. 2008. Ensiklopedia Kemukjizatan Ilmiah Dalam
Alquran Dan Sunah. Jakarta: PT. Kharisma Ilmu
Zuhaili, Wahbah. 1998. Tafsir al-Munir . Beirut: Dar al-Fikr,
Hakim Ghani, https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3439462/pemuda-di-garut-ini-jadi-korban-salah-sasaran-pembacokan-geng-motor, diunduh pada Ahad, 26 Maret 2017, 13.32 WIB
Avitia Nurmatari, https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d- 3438057/anggota-geng-motor-dibekuk-terkait-pengeroyokan-pemuda-hingga-tewas, diunduh pada Ahad, 26 Maret 2017, 13.40 WIB
(6)
101
YusufAshari, http://www.jawapos.com/read/2016/09/08/49834/sebelum-
membunuh-pasangan-sejoli-pelaku-geng-motor-minum-miras-oplosan, diunduh pada Ahad, 26 Maret 2017, 13.43 WIB
BagusRamadhanhttps://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/04/14/wow- 12-pemuda-indonesia-masuk-daftar-30-under-30-asia-pasifik-forbes-2017,diunduh Jum’at, 21 April 2017, 06.30 WIB.
http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/teoripembangunan-masyarakat-a5.PDF
1http://www.kompasiana.com/www.kernianingsih.com/membangun-
generasi-bangsa-melalui-pendidikan-moral-dan-etika_54f869eca3331170038b457f, diunduh pada Jum’at 7 April 2017, 12.00 WIB