Upaya penyelamatan petani dari ketergantungan terhadap pola relasi ekonomi yang tidak berpihak di Dusun Tondowesi Desa Pule Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk.
UPAYA PENYELAMATAN PETANI DARI KETERGANTUNGAN TERHADAP POLA RELASI EKONOMI YANG TIDAK BERPIHAK DI
DUSUN TONDOWESI DESA PULE KECAMATAN JATIKALEN KABUPATEN NGANJUK
SKRIPSI diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Pengembangan Masyarakat Islam
Oleh: Moh. Lahudin
(B02212006)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN DAKWAH
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Efforts Rescue Farmers From Dependence On The Pattern Of Untrusted Economic Relations In Tondowesi Hamlet Pule Village Jatikalen Sub-District
Nganjuk By: Moh. Lahudin
Sunan Ampel State Islamic University of Surabaya [email protected]
Keywords: pragmatism, power relations, dependency, equality
ABSTRACT
Agriculture is an important and strategic sector in the Indonesian economy. In addition to providing food for the population, agriculture also provides jobs for most of the rural population. Continued efforts are made to increase agricultural production. Improved agricultural technology is increasingly sophisticated. Manufacture of a wide range of chemical fertilizers and pesticides. It was as if the peasants felt they were being noticed. That is precisely what makes farmers pragmatic towards the development of agriculture programs are encouraged. On the other hand, farmers do not understand the negative impacts. Rural people who are not ready for the development of agricultural development programs. Not ready with knowledge. Not ready with the power of capital longer feel the negative impact. Unequal power relations between the elite and the weak. The community's dependence on adverse economic relations has worsened people's living conditions. There must be a movement of people who care about living conditions. People who care about the environment. A civil society with no oppression to achieve equality in social life.
(7)
Upaya Penyelamatan Petani Dari Ketergantungan Terhadap Pola Relasi Ekonomi Yang Tidak Berpihak Di Dusun Tondowesi Desa Pule Kecamatan Jatikalen
Kabupaten Nganjuk Oleh: Moh. Lahudin
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya [email protected]
ABSTRAK
Pertanian merupakan sektor penting dan strategis dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk, pertanian juga memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di pedesaan. Bebagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Peningkatan teknologi pertanian yang semakin canggih. Pembuatan-pembuatan beraneka ragam pupuk kimia dan pestisida. Seolah-olah para petani merasa diperhatikan keberadaannya. Justru itu yang membuat petani menjadi pragmatis terhadap program pengembangan petanian yang digalakkan. Di sisi lain para petani tidak memahami dampak negatif yang ditimbulkan. Masyarakat pedesaan yang tidak siap menghadapi perkembangan program pengembangan pertanian. Tidak siap dengan pengetahuan. Tidak siap dengan kekuatan modal semakin lama merasakan dampak negatif yang ditimbulkan. Relasi kuasa yang timpang antara kelompok elit dengan masyarakat lemah. Ketergantungan masyarakat terhadap relasi ekonomi yang merugikan semakin memperburuk kondisi kehidupan masyarakat. Harus muncul gerakan masyarakat yang peduli terhadap kondisi kehidupan. Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Masyarakat yang bekeadilan tanpa harus ada penindasan demi tercapainya kesetaraan dalam kehidupan sosial.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... vii
MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
BAB I: PENDAHULUAN A. Konteks Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Strategi pendampingan ... 10
(9)
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 15
BAB II: KAJIAN TEORI A. Teori Relasi Kuasa ... 19
B. Teori Ketergantungan... 22
C. Islam Dan Keberpihakan ... 28
D. Islam dan Keadilan Ekonomi ... 31
BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan ... 36
B. Ruang Lingkup ... 37
C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan ... 38
D. Subjek Dampingan ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 40
F. Teknik Analisis Data ... 42
G. Teknik Validasi Data... 43
H. Stakeholder Penelitian dan Pemberdayaan ... 44
BAB IV: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografi Tondowesi ... 45
B. Kondisi Demografis Wong Ndosi... 49
C. Kondisi ekonomi ... 52
D. Tingkat Pendidikan ... 72
E. Kondisi Sosial Budaya dan Agama ... 74
F. Tingkat Keesehatan Masyarakat ... 77 BAB V: PRAGMATISME KEHIDUPAN MASYARAKAT
(10)
A. Belenggu yang Mengikat ... 82
B. Ketidakberdayaan Masyarakat ... 92
C. Tingginya Perilaku Konsumtif ... 99
BAB VI: DINAMIKA AKSI PERUBAHAN A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal ... 105
B. Menyepakati Agenda Riset ... 107
C. Mengurai dan Merumuskan Masalah ... 109
D. Pembentukan Kelompok Kerja ... 110
E. Merencanakan Aksi ... 113
F. Pembentukan kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan ... 116
G. Membangun Relasi Menuju Masyarakat Mandiri... 121
BAB VII: REFLEKSI A. Semangat Bangkit Dari Keterpurukan ... 126
B. Meraih Kesetaraan Dalam Perspektif Islam ... 129
BAB VIII: PENUTUP A. Kesimpulan ... 131
B. Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 134 LAMPIRAN
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Peta Jatikalen
Gambar 4.2 : Peta Wilayah Desa Pule Gambar 4.3 : Peta Tata Guna Lahan
Gambar 4.4 : Peta Persebaran Rumah Penduduk
Gambar 6.1 : Kelompok Masyarakat
Gambar 6.2 : Lahan Pekarangan dan Pinggiran Sawah Gambar 6.3 : Bibit Cabai Buatan Masyarakat
Gambar 6.4 : Tanaman Cabai Pekarangan Gambar 6.5 : Diskusi Formasi
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Pekerjaan Masyarakat
Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Usia Produktif Tabel 4.3 : Jumlah Produksi Pertanian Tabel 4.4 : Kepemilikan Ternak
Tabel 4.5 : Harga Hasil Ternak dan Hasil Hutan Tabel 4.6 : Transect Wilayah
Tabel 4.7 : Kalender Musiman
Tabel 4.8 : Anggota Keluarga yang Sering Sakit Tabel 5.1 : Total Kebutuhan Pupuk
(13)
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin Diagram 4.2 : Jumlah Penduduk Usia Produktif
Diagram 4.3 : Prosentasae Usia Produktif Diagram 4.4 : Pekerjaan Kepala Keluarga Diagram 4.5 : Pekerjaan Anggota Keluarga Diagram 4.6 : Kepemilikan Lahan
Diagram 4.7 : Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Diagram 4.8 : Prosentase pendidikan Kepala Keluarga Diagram 4.9 : Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga Diagram 4.10 : Prosentase Pendidikan Anggota Keluarga Diagram 4.11 : Jenis Penyakit yang Diderita
Diagram 5.1 : Trand and Change Pada Hutang Piutang Modal Diagram 5.2 : Alur Kebutuhan Beras
Diagram 5.3 : Alur Jual Beli Hasil Panen Diagram 5.4 : Pengeluaran Biaya Beras
Diagram 5.5 : Venn Pihak-Pihak yang Berpengaruh Bagan 5.1 : Analisis Pohon Masalah
(14)
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Masalah
Pertanian merupakan sektor penting dan strategis dalam
perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk, pertanian juga memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di pedesaan. Pertanian juga berperan menyediakan bahan mentah bagi industri dan menghasilkan devisa negara melalui ekspor non migas. Sehingga dalam sejarahnya, sektor pertanian mengalami berbagai perubahan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksinya.
Pemerintah Indonesia terus berupaya agar pertanian di Indonesia dapat meningkatkan produktifitasnya. Apabila sumberdaya lahan, tenaga kerja, serta sumberdaya langka lainnya dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, maka Indonesia akan menghasilkan bahan pangan yang lebih banyak serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pada masa orde baru, program pembangunan pertanian dikenal dengan istilah revolusi hijau.1 Program ini ditujukan untuk peningkatan produktifitas dan produksi tanaman pangan khususnya padi untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Program revolusi hijau ini lebih menekankan alih teknologi pertanian untuk meningkatkan produktifitas dan produksi pertanian. Akibat dari alih teknologi pertanian tersebut, petani menjadi menjadi tergantung, tidak mandiri dan kelembagaan lokal banyak yang
1
(15)
2
kurang berfungsi atau bahkan hilang. Karena sebelumnya program pembangunan pertanian menekankan pada bimbingan kepada petani dalam berusaha tani yang lebih baik. Akan tetapi, revolusi hijau ini hanya menekankan pada teknologi pertanian. Sehingga yang ditimbulkan ketergantungan petani terhadap teknologi pertanian modern.
Selain alih teknologi pertanian dalam upaya meningkatkan produktifitas dan produksi pertanian, pemerintah membuat kebijakan perangsang berproduksi yang dikategorikan dalam 2 macam: pertama
kebijakan harga yaitu penetapan terhadap harga dasar jual hasil produksi panen. Kedua kebijakan nonharga: mendekatkan lokasi koperasi unit desa ke
lokasi tempat tinggal para petani agar lebih mudah mendapatkan sarana produksi dan mudah dalam pemasaran.2
Upaya peningkatan tersebut berdasarkan berbagai alasan sebagai berikut:
1. Sebagai negara agraris, peranan sektor pertanian Indonesia dalam sistem perekonomian masih dominan. Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto adalah sekitar 20 % dan menyerap 50 % lebih tenaga kerja di pedesaan.
2. Sebagai negara agraris, agrobisnis dan agroindustri memiliki peran yang sangat vital terhadap sektor yang lainnya.
2
(16)
3
3. Sebagai negara agraris, pembangunan pertanian menjadi keharusan agar sumber daya alam yang ada sekarang ini dapat terus dimanfaatkan dalam kurun waktu yang lama.3
Dalam implementasinya, kedua kebijakan tersebut di atas pada kenyataannya belum terlaksana sepenuhnya di masyarakat. Penetapan harga dasar yang masih dipermainkan dan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang mempunyai kepentingan untuk keuntungan pribadi. Dan bahkan yang lebih sejahtera justru para oknum-oknum tersebut daripada petani. Kemudian sarana produksi yang sulit diperoleh seperti modal tanam dan penyediaan pupuk, semakin mempersulit petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Faktanya, masih banyaknya mafia-mafia dalam proses produksi di sektor pertanian. Mulai pengadaan pupuk sampai dengan proses penjualan hasil panen para petani. Para petani masih terbelenggu oleh sistem hutang piutang modal tanam sampai dengan harga jual beli yang tidak sesuai yang diharapkan. Para petani seharusnya bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan pangan serta bisa mendapatkan harga jual yang pantas. Pola relasi ekonomi ini sudah menjadi kebiasaan dan sudah menimbulkan ketergantungan terhadap para petani meskipun merugikan para petani.
Setiap musim panen, khususnya panen padi para petani lebih dipusingkan dengan pembayaran hutang modal kepada para penghutang. Karena modal yang dibutuhkan untuk tanam padi sangat besar. Untuk
(17)
4
menyediakan modal tersebut para petani selalu menghutang, mulai biaya tanam sampai panen serta kebutuhan pupuk. Sedangkan setiap panen musim kemarau yang tidak membutuhkan modal yang besar untuk menanam, tetapi harga jual hasil panen sangat rendah. Pada kenyataannya harga jual tersebut dipermainkan oleh oknum tengkulak untuk kepentingan keuntungan pribadi.
Sehingga yang terjadi adalah hasil panen padi yang seharusnya bisa sebagai persediaan kebutuhan sehari-hari habis lebih awal. Pada saat panen harus hitung-hitungan hutang terlebih dahulu. Serta hasil panen musim kemarau seperti cabai, tembakau, jagung atau yang lainnya. Yang seharusnya dijual dengan harga yang tinggi justru harganya cenderung selalu rendah. Sehingga sangat berdampak terhadap kelanjutan kebutuhan pangan petani serta kebutuhan dasar yang lainnya.
Harga jual hasil panen yang seharusnya menjadi maksimal menjadi tidak maksimal. Secara otomatis akan mengurangi pendapatan para petani. Sehingga para petani tidak bisa sepenuhnya bisa mencukupi semua kebutuhan dasarnya. Yang terutama adalah kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya agar bisa memperbaiki kualitas kehidupan. Kehidupan yang tidak lagi dipermainkan oleh oknum-oknum tengkulak yang mempermainkan harga hasil panen petani. Yang terjadi justru mereka malah memilih untuk merantau kerja ke luar desa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka yang seharusnya menjadi generasi penerus petani justru tidak bisa bertani.
(18)
5
Salah satu dari permasalahan tersebut adalah masyarakat Dusun Tondowesi Desa Pule Jatikalen Nganjuk. Mayoritas warga berpenghasilan dari sektor pertanian. Dalam satu tahun warga bisa memanen dua kali, yaitu padi dan cabai serta tembakau. Padi ditanam pada musim penghujan, sedangkan cabai, tembakau, jagung dan tanaman lainnya ditanam pada musim kemarau. Karena pola pertanian masyarakat yang bergantung pada musim untuk menyesuaikan kebutuhan air. Dan masyarakat tidak mempunyai sistem dan saluran irigasi yang memadai. Tetapi, teknologi-teknologi pertanian sudah bisa dimanfaatkan masyarakat.
Kendala yang selalu dihadapi oleh para petani, yaitu ketika musim panen padi petani justru dipusingkan oleh pembayaran hutang modal tanam serta hutang pupuk. Kendala tersebut berdampak tidak maksimalnya hasil yang diperoleh. Karena untuk memenuhi modal tanam petani belum bisa mandiri. Para petani selalu menghutang untuk biaya tanam ataupun pupuk. Sistem pembayarannya dengan hasil padi ketika musim panen. Tentunya akan lebih banyak mengurangi hasil panen.
Kemudian kendala yang lain adalah ketika panen musim kemarau, seperti panen cabai, tembakau, jagung, dan hasil pertanian lainnya juga termasuk hasil hutan warga, seperti gadung, lempuyang dan lainnya. Harga jual panen selalu jatuh oleh permainan harga para oknum tengkulak. Sehingga hasil yang didapat tidak maksimal, yang berpengaruh sulitnya masyarakat memenuhi kebutuhan dasar. Selain itu warga masih mempunyai alternatif lain mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari seperti menjual hasil
(19)
6
tanaman dari pekarangan dan berternak ayam kambing serta sapi. Penghasilan alternatif itupun juga tidak lepas dari campur tangan para oknum tengkulak. Hal tersebut menunjukkan adanya ketimpangan relasi ekonomi antara petani dengan oknum tengkulak.4
Kendala-kendala tersebut juga merupakan dampak dari alih teknologi pertanian untuk meningkatkan produktifitas dan produksi pertanian. Sehingga petani lebih tergantung pada teknologi yang justru tidak ramah lingkungan. Penggunaan mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil yang mengakibatkan polusi. Ketergantungan terhadap pestisida kimia untuk tanaman justru semakin merusak kondisi tanah yang ada. Akan tetapi, yang menjadi fokus dalam penulisan ini adalah ketergantungan para petani terhadap pola relasi ekonomi yang justru tidak berpihak terhadap petani.
Ketergantungan pada pola relasi ekonomi yang merugikan petani berdampak semakin menurunnya kualitas kehidupan petani. Bentuk relasi ekonomi tersebut, yakni hutang piutang modal tani yang bergantung pada tengkulak. Sistem pembayarannya dilakukan pada saat panen. Kemudian bentuk relasi ekonomi yang lain adalah jual beli hasil panen petani yang juga didominasi oleh tengkulak. Selain dari hasil pertanian juga hasil-hasil lainnya dari hutan dan berternak. Kemudian bentuk relasi ekonomi yang lain adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti sayur-sayuran, ikan, bumbu-bumbu dan lain-lainnya yang justru membeli dari luar. Padahal
4
(20)
7
ketgantungan tersebut bisa dipenuhi dengan menanam sendiri untuk kebutuhan sehari-hari.
Secara matematis, perhitungan hutang piutang modal tanam padi seperti pupuk, yakni setiap karung pupuk yang dihutang petani harus membayar dengan selisih harga Rp. 10.000. Harga setiap karung pupuk Rp. 100.000 menjadi Rp. 110.000.5 Jika setiap petani membutuhkan 10 karung pupuk, selisih harga yang harus dibayar Rp. 100.000. Misalkan ada 50 petani, selisih harga pupuk mencapai Rp. 5.000.000. Secara keseluruhan hutang yang harus dibayar mencapai Rp. 550.000.000. Jika diperhitungkan dengan hasil panen padi perkilo dihargai Rp. 4500. Maka jumlah padi yang harus dipakai untuk membayar hutang mencapai 12 ton padi. Belum lagi perhitungan hutang modal untuk biaya yang lainnya.
Kemudian untuk perhitungan jual beli hasil panen seperti cabai pada musim kemarau. Selisih harga perkilo pada saat harga cabai rendah adalah Rp. 5000. Sedangkan pada saat harga cabai tinggi selisih harga mencapai Rp. 20.000. Untuk panen cabai tidak hanya satu kali, tetapi setiap 3-4 hari untuk memanen. Setiap kali panen harga selalu naik turun secara tidak pasti.6 Misalkan untuk sekali panen, yang dihasilkan 20 kg cabai untuk satu petani dengan selisih harga Rp. 5000, keuntungan yang diperoleh tengkulak mencapai Rp. 100.000 dan dikalikan dengan jumlah semua petani.
Gambaran tersebut di atas masih hanya pada hasil tanaman padi dan cabai. Padahal hasil panen yang didapatkan masih banyak, seperti tembakau,
5
(21)
8
kacang, dan berbagai tanaman yang lain. Selain dari pertanian juga masih ada penghasilan dari hutan dan berternak sapi, kambing dan ayam. Gambaran tersebut merupakan penjualan hasil panen masyarakat dan hanya bergantung pada musim tertentu. Yang paling adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat yang dipenuhi dengan membeli dari luar desa.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian konteks masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang akan diteliti selama proses pendampingan adalah:
1. Bagaimanakah kondisi kehidupan masyarakat Dusun Tondowesi Desa Pule Jatikalen Nganjuk?
2. Apa saja bentuk-bentuk relasi ekonomi di masyarakat?
3. Bagaimana relasi ekonomi yang tidak berpihak bisa terjadi di masyarakat?
4. Bagaimana strategi untuk memecahkan permasalahan tersebut untuk mencapai perubahan?
C. Tujuan Penelitian
Adapaun yang menjadi tujuan dalam penelitian untuk pendampingan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi kehidupan masyarakat Dusun Tondowesi Desa Pule Jatikalen Nganjuk.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk relasi ekonomi yang menjerat masyarakat.
(22)
9
3. Untuk mengetahui bagaimana relasi ekonomi yang tidak berpihak terjadi di masyarakat.
4. Untuk menentukan strategi pemecahan masalah relasai ekonomi yang tidak berpihak serta mengetahui bagaimana perubahan di masyarakat bias dicapai.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian untuk pendampingan tentunya akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang kehidupan masyarakat sesuai yang tergambar dalam teori-teori sosial.
b. Dapat menerapkan teori-teori sosial dalam kehidupan masyarakat khususnya teori pemberdayaan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memahami dan menganalisis bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Dusun Tondowesi Desa Pule Jatikalen Nganjuk beserta aset-aset yang dimiliki masyarakat.
b. Mengetahui kendala dan pemasalahan yang terjadi di masyarakat yang berbasis data lapangan dan pemetaan-pemetaan dengan partisipasi masyarakat.
c. Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan menentukan strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan tersebut. Sehingga
(23)
10
tercapailah perubahan-perubahan di masyarakat dari kondisi sebelumnya.
d. Penelitian untuk pendampingan ini diharapkan mampu memberikan bahan rujukan bagi masyarakat umum untuk mengakses informasi pemberdayaan, khususnya bagi bagi masyarakat lokal Dusun Tondowesi.
E. Strategi Pendampingan
Penentuan strategi dalam pendampingan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Penentuan strategi tersebut dimaksudkan agar proses pendampingan sesuai dengan apa yang diharapkan. Yang menjadi landasan utama dalam kerja PAR adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat.7 Memperhatikan dengan sungguh-sungguh gagasan tersebut dan mempelajari bersama-sama masyarakat untuk menjadi sebuah gagasan yang sistematis. Kemudian menerjemahkan gagasan tersebut dalam bentuk aksi. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah strategi yang akan digunakan dalam pendampingan masyarakat:
1. To Know (Mengetahui Kondisi Masyarakat)
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah proses untuk mengetahui realitas yang terjadi di masyarakat Dusun Tondowesi. Dalam strategi ini, peneliti akan membaur langsung dengan masyarakat dan terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari masyarakat.
7
Agus Afandi, dkk.,Modul Participatory Action Research (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2016) hlm. 104.
(24)
11
2. To Understand (Memahami Problem Masyarakat)
Tahap ini merupakan tahap kedua yakni menelusuri persoalan utama masyarakat. Maka langkah yang ditempuh adalah menganalisis masalah-masalah bersama masyarakat melalui diskusi-diskusi atau
proses Focus Group Discussion (FGD) untuk mempermudah
menganalisis. Pada strategi ini, peneliti akan mengamati dan mengidentifikasi realita yang terjadi pada masyarakat, dengan mendengar dan melihat keluhan-keluhan yang datang dari masyarakat. Peneliti juga akan mendiskusikan bersama masyarakat untuk menemukan fokus dan perumusan masalah yang dihadapi masyarakat.
3. To Plan (Merencanakan Pemecahan Masalah)
Tahap ini merupakan tahap untuk merencanakan aksi pemecahan masalah. Tahap ini sangat ditentukan oleh proses sebelumnya dalam merumuskan masalah. Sebab, pemecahan masalah harus didasarkan pada rumusan masalah yang sudah disepakati sebelumnya. Untuk merencanakan suatu pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat, maka harus mendiskusikan bersama masyarakat rencana apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang telah terjadi.
(25)
12
Tahapan ini yaitu melakukan program aksi sebagai pemecahan masalah. Pilihan program aksi harus sesuai dengan hasil analisis masalah sosial dan perencanaan strategis yang telah disusun. Sehingga pelaksanaan program tidak memberatkan komunitas. Tetapi, justru menciptakan kondisi yang meringankan beban permasalahan yang terjadi di masyarakat tanpa sedikitpun mengurangi nilai-nilai norma di masyarakat.
5. To Reflection And To Change (Penyadaran dan Perubahan)
Tahap ini merupakan tahap yang terakhir, yaitu melakukan refleksi atas hasil proses dalam pendampingan masyarakat. Refleksi ini bukan hanya untuk peneliti tetapi dilakukan bersama komunitas. Sehingga terbangun pembelajaran untuk mengkritisi kembali hal-hal yang telah dilakukan dan pelajaran apa yang bisa diambil untuk mengembangkan program ke depan. Sekaligus perubahan apa yang terjadi di masyarakat setelah pendampingan. Dengan demikian dibangunlah sebuah komitmen untuk mengembangkan prorgrm untuk keberlanjutan program aksi yang telah dilakukan.8
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika laporan penelitian untuk pendampingan ini, yang akan dibahas antara lain:
Pada bab pertama, yang dibahas adalah pendahuluan. Pendahuluan tersebut berisi konteks masalah yang terjadi di Dusun Tondowesi, rumusan
8
Agus Afandi, dkk.,Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transpormatif Dengan Metodologi Participatory Action Research (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2016), Hlm. 51-59.
(26)
13
masalah yang menjadi fokus pendampingan yang akan diteliti di Dusun Tondowesi, tujuan penelitian untuk pendampingan, manfaat penelitian, strategi pendampingan serta sistematika pembahasan.
Pada bab kedua berisi kajian-kajian teori, yakni teori yang sesuai dengan pembahasan dalam proses pendampingan. Teori-teori yang pertama digunakan adalah Teori Kekuasaan dari Micheal Foucault, Teori Ketergantungan (depedensi) dari Andre Gunder Frank. Dan teori
keberpihakan pada kaum lemah dalam perspektif Islam. Sehingga dari teori-teori tersebut dapat dijadikan rujukan untuk analisis permasalahan yang ada masyarakat Dusun Tondowesi.
Pada bab ketiga berisi metode penelitian yang berisi pendekatan yang digunakan dalam penelitian yakni pendekatan PAR (Participatory Action
Research), Pendampingan berisi metode dalam cara kerja PAR, berisi teknik
PAR dengan menggunakan PRA, cara kerja PRA serta teknik-tekniknya serta pengaplikasiannya di lapangan. Ruang lingkup yang menjadi fokus penelitian untuk pendampingan, prosedur peneltian yakni dengan menggunakan prosedur kerja PAR, subjek penelitian untuk pendampingan, teknik pengumpulan data dan sumber data, teknik analysis data, teknik validasi data, serta stakeholder relevan yang terlibat dalam penelitian ini.
Bab keempat berisi profil lokasi pendampingan. Profil lokasi pendampingan berisi profil lokasi mengenai letak geografi Dusun Tondowesi, demografi, kondisi ekonomi, pendidikan, agama dan budaya. kesehatan, serta pembangunan di Dusun Tondowesi. Letak geografi berisi gambaran
(27)
14
letak Dusun Tondowesi. Demografi berisi keadaan masyarakat Dusun Tondowesi seperti jumlah penududuk, jumlah KK, dan sebagainya. Kondisi ekonomi berisi perekonomian masyarakat Dusun Tondowesi yang mencakup berbagai bidang seperti pertanian, peternakan serta pengasilan lainnya. Pendidikan berisi tingkat pendidikan yang dicapai masyarakat Dusun Tondowesi. Agama dan budaya berisi kegiatan keagamaan dan infrastruktur yang menunjang kegiatan keagamaan serta budaya yang ada. Kesehatan berisi tingkat kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada, serta bantuan kesehatan yang didapatkan. Sedangkan pembangunan berisi bangunan yang pernah dibangun baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah.
Pada bab kelima berisi analisis masalah yang terjadi pada masyarakat Dusun Tondowesi. Yakni bentuk dan pola relasi yang tidak berpihak yang terjadi mayarakat Dusun Tondowesi, analisis pola pertanian yang merugikan petani, analisis kondisi perekonomin masyarakat yang tergantung pada pola relasi ekonomi yang tidak berpihak serta mengurai permasalahan-permasalahan yang ada. Pada bab lima ini juga berisi pohon masalah yang menganalisis beberapa kasus yang terjadi di masyarkat Dusun Tondowesi.
Bab keenam berisi dinamika proses pendampingandan aksi. Dinamika proses pendampingan berisi pendampingan yang dilakukan di lapangan. Yang dilakukan dari awal hingga aksi yang dilakukan di lapangan, berisi data-data lapangan yang didapatkan. Isi dari dinamika proses pendampingan meliputi proses inkulturasi bersama masyarakat Dusun Tondowesi, penyatuan visi dan misi dalam menentukan agenda riset, identifikasi masalah bersama
(28)
15
masyarakat, analisis masalah Dusun Tondowesi, perencanaan aksi dalam bentuk pohon harapan, serta proses aksi perubahan di Dusun Tondowesi.
Bab ketujuh berisi refleksi teoritis, empiris juga kritis. Refleksi teoritis berisi hasil pendampingan yang dikaitkan dengan teori yang digunakan serta dianalisa terhadap kaitannya dengan masalah yang ada. Refleksi kondisi realitas yang terjadi di lapangan, kemudian bagaimana kembali dianalisa dari pikiran yang kritis. Serta analisis kendala-kendala dalam bentuk kesimpulan sebagai proses pembelajaran bagi peneliti.
Pada bab ke-delapan berisi penutup, yakni kesimpulan dari laporan yang telah dikerjakan. Simpulan berisi jawaban dari fokus peneltian untuk pendampingan serta berisi proses yang dilakukan dalam pendampingan dan hasil dari pendampingan.
Daftar pustaka berisi referensi-referensi yang digunakan dalam melengkapi laporan yang dikerjakan baik dalam bentuk buku maupun jurnal.
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Untuk menelaah lebih komprehensif, maka peneliti berusaha untuk melakukan kajian-kajian terhadap penelitian terdahulu yang memiliki nilai yang relevan terhadap pendampingan yang dilakukan, dan juga menggunakan sumber yang relevan serta literatur yang dapat memperkuat proses pendampingan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sean Fitria Rohmawati Laily, Heru Ribawanto, Dan Farida Nurani Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang dalam bentuk jurnal administrasi publik vol. 2, No. 1
(29)
16
tentang “Pemberdayaan Petani Dalam Meningkatkan Ketahanan pangan;
Studi di desa Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk.”
Dalam jurnal tersebut dijelaskan tentang pemberdayaan masyarakat petani yang dibagi pada tiga bagian, yakni aras mikro dengan sasaran tingkat individu melalui penyuluhan kepada petani. Aras mezzo dengan sasaran komunitas di masyarakat melalui program pelatihan dan pendidikan dalam rangka memberikan ketrampilan pada kelompok untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Aras makro merupakan strategi dalam skala lebih besar dengan memandang masyarakat telah memiliki kompetensi untuk memahami situai-situasi mereka sendiri, serta memilih strategi untuk memecahkan permasalahan mereka sendiri.
Penelitian tersebut hanya difokuskan pada analisis terhadap fenomena kebijakan pemerintah daerah Nganjuk melalui dinas pertanian dan ketahanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan untuk masyarakat. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menggambarkan fenomena pemberdayaan petani dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan. Karena pertanian masyarakat selama inimasih menggunakan pola pertanian tradisional, pada musim panen hasil panen langsung dijual, dan sistem permodalan juga menghutang.
Persamaan: sama-sama membahas dinamika perubahan kehidupan sosial masyarakat dan pemberdayaan petani dalam rangka memecahkan masalah relasi ekonomi yang merugikan petani. Bagaimana masyarakat mampu mengakses informasi pasar serta meningkatkan ketahanan pangan
(30)
17
masyarakat. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sean Fitria Rohmawati Laily dkk, hanya pada kajian fenomena kebijakan pemerintah yang sama-sama menggunakan meode kualitatif. Sedangkan penelitian penulis ini dengan menggunakan pendekatan PAR yang langsung melakukan program aksi perubahan sosial di masyarakat.
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Kharisma Gita Radhiana Fakultas Dakwah Program Studi Sosiologi Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya tentang “Ketergantungan Ekonomi Pesanggem
Terhadap Tengkulak Dalam Pengelolahan Baon Di Desa Randualas
Kecamatan Kare Kabupaten Madiun”
Dalam penelitian Skripsi tersebut menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat Desa Randualas sebagai petani penggarap lahan Perhutani yang tergantung oleh sistem relasi ekonomi yang didominasi oleh tengkulak, penelitian skripsi menggunakan pendekatan kualitatif yang menggambarkan kondisi di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori. Penelitian tersebut hanya meneliti fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Mengurai permasalahan yang terjadi di masyarakat tetapi hanya sampai pada kajian saja dan tidak sampai pada tahap pemecahan masalah tersebut.
Persamaan: sama-sama membahas analisis ketergantungan relasi ekonomi oleh masyarakat petani terhadap tengkulak. Sistem permodalan yang menjadi problem yang selalu dihadapi masyarakat pada saat musim tanam. Sehingga satu-satunya yang menjadi pilihan adalah menghutang terhadap masalah tersebut. Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian
(31)
18
skripsi Kharisma Gita Radhiana hanya berhenti pada kajian fenomena yang terjadi di masyarakat, hanya fokus pada analisis masalah yang terjadi di masyarakat. Kemudian penelitian dalam skripsi ini tidak hanya kajian fenomena di lapangan, tetapi sampai pada tahap pemecahan masalah untuk mencapai perubahan sosial di masyarakat.
(32)
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Relasi Kuasa
Konsep kekuasaan menurut Michael Foucault seorang filsuf pelopor strukturalisme, kekuasaan merupakan satu dimensi dari relasi. Dimana ada relasi, di sana ada kekuasaan.9 Kekuasaan menurut Foucault ada di mana-mana. Kehendak untuk kebenaran sama dengan kehendak untuk berkuasa. Namun, yang perlu diperhatikan di sini bahwa pengertian tentang kekuasaan menurut Foucault sama sekali berbeda dengan pengertian yang dipahami oleh masyarakat selama ini. Pada umumnya, kekuasaan dipahami dan dibicarakan sebagai daya atau pengaruh yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga untuk memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
Foucault memiliki sudut pandang yang berbeda tentang cara memahami kekuasaan. Cara Foucault memahami kekuasaan sangat orisinal.10 Menurut Foucault, kekuasaan tidak dimiliki dan dipraktekkan dalam suatu ruang lingkup dimana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan antara satu dengan yang lain. Foucault meneliti kekuasaan lebih pada individu sebagai subjek dalam lingkup yang paling kecil.11 Karena kekuasaan menyebar tanpa bisa dilokalisasi dan meresap ke dalam seluruh jalinan sosial. Kekuasaan itu beroperasi dan bukan dimiliki oleh oknum siapa
9
Muji Sutrisno, Hendar Putranto, Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 146.
10
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif klasik, Modern, Posmodern dan poskolonial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) hlm. 81.
11
(33)
20
pun dalam relasi-relasi pengetahuan, ilmu, lembaga-lembaga. Dan sifatnya menormalisasikan susunan-susunan masyarakat.
Tanpa disadari kekuasaan beroperasi dalam jaringan kesadaran masyarakat.12 Karena kekuasaan tidak datang dari luar tapi menentukan susunan, aturan-aturan, hubungan-hubungan itu dari dalam. Bagi Foucault kekuasaan selalu teraktualisasi lewat pengetahuan, dan pengetahuan selalu punya efek kuasa. Penyelenggaraan pengetahuan menurut Foucault selalu memproduksi pengetahuan sebagai basis kekuasaan. Tidak ada pengetahuan tanpa kuasa dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan.
Dalam masyarakat modern, semua tempat berlangsungnya kekuasaan juga menjadi tempat pengetahuan. Semua pengetahuan memungkinkan dan menjamin beroperasinya kekuasaan. Keinginan untuk mengetahui menjadi proses dominasi terhadap objek-objek dan terhadap manusia. Dari pengetahuan tersebut seseorang dapat menguasai terhadap manusia lainnya.
Hubungan kekuasaan menimbulkan saling ketergantungan antara berbagai pihak mulai dari pihak yang memegang kekuasaan dengan pihak yang menjadi obyek kekuasaan. Kekuasaan lahir karena adanya kemiskinan dan keterbelakangan. Kekuasaan juga identik dengan keuntungan sepihak baik untuk diri sendiri maupun untuk kelompok yang direkrut. Penguasa memiliki kemampuan memainkan peranan sosial yang penting dalam suatu masyarakat. Terutama pada kelimpahan materi yang tidak merata di dalam suatu masyarakat misalnya antara kelompok pemilik modal dan kelompok
12
http://syafieh.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-dan-kekuasaan-dalam.html , Diakses tanggal 23 Maret Pukul: 20:00 WIB
(34)
21
yang membutuhkan modal. Terjadinya pola ketergantungan yang tidak seimbang mendatangkan sikap kepatuhan.13
Saling ketergantungan diakibatkan karena adanya kerawanan. Maksud dari kerawanan yakni ketidakseimbangan keadaan kelimpahan sumber-sumber, misalnya pertentangan antara masyarakat kelas bawah dan kelompok penguasa yang mempunyai kelimpahan sumber-sumber tersebut. Oleh sebab itu, pentingnya sumber-sumber yang dimiliki baik itu secara materiil atau sumber-sumber alam yang menjadikan pola ketergantungan.14
Di dalam penelitian untuk pendampingan mengenai ketergantungan petani terhadap pola relasi yang tidak berpihak ini, kerawanan yang terjadi akibat tidak adanya akses modal untuk memenuhi kebutuhan para petani. Hal ini dimanfaatkan oleh tengkulak dengan keadaan kelimpahan sumber-sumber berupa modal awal dalam menggarap lahan. Misalnya kebutuhan petani ketika pra tanam mulai dari pengolahan lahan sampai memanen yang membutuhkan uang. Proses tanam yang membutuhkan benih, pupuk atau insectisida dalam proses penanaman, tengkulak akan selalu siap sedia dalam menjawab kesulitan petani untuk membeli kebutuhan tersebut dengan jaminan hasil panen untuk membayarnya. Proses ini yang dinamakan proses kerawanan petani yang terjerat dalam eksploitasi tengkulak sehingga melahirkan ketergantungan di dalam masyarakat khususnya masyarakat petani.
13
(35)
22
B. Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan yang juga termasuk teori struktural yang memihak kepada kemiskinan di dunia ketiga dan mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif, maksudnya yakni negara yang kuat melakukan eksploitasi sumber daya terhadap yang lemah. Maka dari adanya sifat yang merugikan negara yang lemah surplus ekonomi dari dunia ketiga yang pada awalnya merupakan negara pra-kapitalis atau negara yang memproduksi pertanian beralih ke negara industri yang maju.15
Adanya perdagangan dunia yang bebas yang merupakan ladang untuk eksploitasi yang semakin lama semakin merajalela, sepeti layaknya permainan dalam olahraga sepakbola. Ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah, pihak yang menang akan secara bebas menguasai bahkan menarik pemain terbaik dari pihak pemain yang kalah, sehingga yang terjadi pihak yang kalah akan semakin terpuruk karena tidak ada pemain yang terbaik.16
Teori ketergantungan lahir dari dua induk yakni seorang ahli ekonomi liberal Raul Prebisch dan yang kedua teori teori marxis tentang imperialisme dan kolonialisme merupakan pemikir pendahulu terciptanya teori ketergantungan. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa pemikiran terdahulu dari teori ketergantungan :
15
Blomstrom dan Hettne, Development Theory in Transition, The Dependency Debate and Beyond: Third World Response (London: Routledge, 1984), hlm. 17.
16
(36)
23
Raul Prebisch merupakan direktur dari ECLA, perhatiannya tertuju pada persoalan negara kaya yang cenderung sukses di bidang industri serta negara miskin cenderung memilih dalam bidang pertanian.17 Kritik pertama terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan kritik yang kedua mengenai hambatan industrialisasi. Dalam hal ini membagi negara dalam dua bagian yakni negara-negara pusat yang menghasilkan barang industri dan negara-negara pinggiran yang memproduksi hasil-hasil pertanian. Hal ini menimbulkan perbedaan antara kedua negara antara lain sebagai berikut : 1. Permintaan untuk barang-barang pertanian tidak elastis, sedangkan
negara yang menghasilkan industri selalu mengalami peningkatan.
2. Negara-negara industri sering melakukan proteksi terhadap pertanian mereka sendiri.
3. Kebutuhan akan bahan mentah bisa dikurangi sebagai akibat dari adanya penemuan-penemuan teknologi baru yang bisa membuat bahan-bahan mentah negara-negara pinggiran ke negara-negara pusat.18
Dengan pembagian antara negara pinggiran dengan negara pusat merupakan awal dari kunci keterbelakangan. Dalam teori keterbelakangan menggunakan istilah negara satelit atau negara pinggiran dan negara metropolis atau negara pusat.
Andre Gunder Frank merupakan ilmuan sosial dari pakar sosiolog yang mendapat perhatian dari tulisannya mengenai teori ketergantungan.
17
Suwarsono, Alvin Y.So, Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1994) hlm. 89.
18
(37)
24
Teori ini mulai berkembang di Amerika Latin pada pertengahan tahun 1970-an. Andre Gunder Frank memberikan sumbangan pemikiran mengenai teori ketergantungan yang merupakan cabang khusus dari teori-teori kapitalisme marxian.19 Frank mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua kelompok yakni negara-negara metropolis maju (developed metropolitan
countries) dan negara-negara satelit yang terbelakang (satelite
underdeveloped countries).20
Pendekatan dari teori ketergantungan memberikan asumsi dasar mengenai suatu keterbelakangan. Menurut Frank teori ketergantungan bertolak belakangan dengan teori modernisasi, teori modernisasi menjelaskan mengenai keterbelakangan karena tidak adanya sesuatu.21 Sedangkan teori ketergantungan menjelaskan karena adanya sesuatu. Keterbelakangan menurut teori ketergantungan tidak dipahami sebagai suatu keadaan asli, ataupun sebagai masyarakat tradisional, melainkan keterbelakangan adalah suatu yang tercipta oleh masyarakat pra-kapitalis yang berhubungan melalui ekonomi dan politik tertentu dengan individu atau lebih disebut masyarakat kapitalis.22 Begitu pula dengan para petani yang ada di Dusun Tondowesi, selain lahan sawah yang digarap, sebagian besar sebagai petani juga memanfaatkan lahan Perhutani untuk ditanami, hal ini menunjukkan bahwa para petani merupakan pra-kapitalis dan bukan masyarakat terbelakang.
19
Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi (Jakarta: Rajawali, 2003) hlm. 248.
20
Ratri Medya dan Wisnu Chandra Kristiaji, Ekonomi Politik (Jakarta: Erlangga,2006) hlm. 82.
21
Suwarsono, Alvin Y.So, Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1994) hlm. 106.
22
Sritua Arief. Adi Sasono, Indonesia: Ketergantungan dan keterbelakangan (Jakarta: Sinar harapan, 1984) hlm. 21.
(38)
25
Namun, ketika petani berhubungan secara langsung oleh pemilik modal yakni tengkulak sebagai kelompok kapitalis menjadikan para petani atau masyarakat pra-kapitalis menjadi terbelakang.23 Akar penyebab
keterbelakangan dalam prespektif ketergantungan ialah adanya
ketergantungan ekonomi. Ketergantungan ekonomi ada ketika suatu masyarakat jatuh di bawah kekuasaan sistem ekonomi kelompok kapitalis atau kelompok pemilik modal.
Teori ketergantungan ini sebagai suatu penjelasan tentang keterbelakangan ekonomi yang telah dijabarkan dan dikembangkan secara pesat oleh Andre Gunder Frank dan Samir Amin.24 Frank menerapkan tentang konsep kemajuan dan keterbelakangan melalui negara-negara dalam sistem ekonomi dunia kapitalis, dan memandang ekonomi dunia menjadi dua unsur utama yakni metropolis dan satelit. Aliran surplus ekonomi dalam ekonomi dunia berasal dari satelit (atau pinggiran) menuju metropolis (atau pusat) dan itu sudah diatur dalam perekonomian dunia.
Negara terbelakang secara ekonomi didominasi oleh negara kapitalis maju yang secara terus-menerus mengambil kekayaan dari mereka.25 Frank menyebutnya dalam istilah development of underdevelopment (perkembangan
terbelakang). Dalam pandangan ini keterbelekangan negara-negara miskin terhadap negara-negara maju terlihat mencolok dan membuat semakin terpuruknya perekonomian negara-negara miskin.
23
Ratri Medya dan Wisnu Chandra Kristiaji, Ekonomi Politik (Jakarta: Erlangga,2006) hlm. 248.
24
Sritua Arief. Adi Sasono, Indonesia: Ketergantungan dan keterbelakangan (Jakarta: Sinar harapan, 1984) hlm. 19.
(39)
26
Korban terbesar dari proses ini adalah mayoritas petani, buruh kota dan pihak yang diuntungkan yakni negara-negara metropolis serta para elit pertanian dan industri dari negara-negara satelit. Kelompok yang diuntungkan akan memainkan peran yang sangat penting dalam mempertahankan situasi ketergantungan ekonomi. Hal ini juga dapat di terapkan pada masyarakat di Dusun Tondowesi mengenai kelompok satelit atau pinggiran yakni para petani dan kelompok metropolis atau pusat yakni para tengkulak.
Diawali dengan aliran surplus ekonomi para petani yang menggarap lahan di sawah dan tegalan, tentunya menggunakan modal yang relatif cukup besar. Pemilik modal yakni tengkulak mempunyai peranan penting dalam mengambil alih sistem perekonomian kaum satelit atau para petani. Ketika sistem perekonomian tak dapat dipungkiri lagi.26
Gerakan intelektual yang berhubungan dengan istilah keterbelakangan dan dependensi yang dikemukakan oleh Frank dengan banyak pengikut aliran dan menjadi kritik umum terhadap ilmu sosial yang umum. Satu sistem relasi sosial yang berkaitan dengan ekonomi dunia yakni kapitalis yang memenuhi setiap sudut dan celah dari pusat-pusat industri keuangan yang besar, hingga menyebar ke kota-kota, ke pedasaan, sampai ke pelosok
desa-desa yang terpencil. Kata “menerbelakangkan” diberi arti transitif. Negara
miskin bukan berarti mereka itu tidak berkembang atau terbelakang. Akan
26
(40)
27
tetapi, karena dulu dan sekarang masih secara aktif diterbelakangkan oleh negara-negara kaya.
Adanya keselarasan atau keseimbangan ekonomi antara kelompok kaya dan miskin hanya sebuah ilusi dan impian yang tidak akan pernah terwujud jika relasi yang utama bersifat kapitalis menjadikan negara miskin
atau kelompok satelit menjadi semakin terbelakang.27 Mengenai
ketergantungan ekonomi petani terhadap tengkulak dapat di analisis menggunakan teori ketergantungan dari Andre Gunder Frank dengan melihat perjalanan sejarah masyarakat di Dusun Tondowesi yang membawa dampak semakin terpuruknya dalam bidang perekonomian.
Ketergantungan ekonomi petani dalam pemanfaatan sawah dan tegalan untuk mata pencahariannya membutuhkan modal yang cukup besar. Kecuali bagi petani yang memiliki modal yang cukup, hal itu tidak akan menjadi kendala. Kondisi seperti ini yang dimanfaatkan tengkulak untuk meminjamkan modal kepada petani yang membutuhkan. Setelah itu petani akan mengalami ketergantungan dan sulit untuk terlepas.
C. Islam Berpihak Kepada Kaum Lemah
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, tidak dapat dipungkiri bahwa ada pihak yang kuat dan ada yang lemah, ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang kuat, besar, kaya karena hasil usahanya sendiri, tetapi juga ada yang kuat disebabkan faktor-faktor lain di luar diri seseorang. Ada yang lemah, miskin, bodoh karena memang malas, tetapi juga banyak yang
(41)
28
menjadi lemah, miskin dan bodoh karena situasi dan kondisi yang menjadikannya demikian.
Adanya fenomena lemah-kuat, kaya-miskin dan pintar-bodoh saja tidak masalah apabila tidak ada kedzaliman, penganiayaan dan penindasan yang terjadi sebagai akibatnya. Dalam kenyataanya sering kali orang atau pihak lemah dianiaya oleh pihak kuat. Akibatnya yang lemah semakin lemah dan yang kuat makin kuat. Sebagai umat Islam tentu kita akan kembalikan semuanya ke ajaran Islam.
Dalam al-Qur’an Surah an-Nisa’ ayat: 75 telah dibutkan sebagai berikut:
Artinya: “mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!"28
Beberapa kalangan mufassir (para ahli tafsir) telah mencoba menafsirkan kata-kata mustadh’afîn ini. Jika digali dari peristilahan yang digunakan Allah SWT dalam Al-Qur’an dan dengan mengkaji akar katanya, maka yang dikatakan mustadh’afîn atau pihak lemah atau yang dilemahkan, terkait erat dengan konteks ekonomi, konteks kemerdekaan, dan juga dalam konteks fisik.
28
(42)
29
Berkenaan dengan mustadh’afin dalam konteks kelemahan ekonomi, al-Qur’an menggunakan istilah-istilah berikut: fuqara (orang-orang fakir), masâkin (orang-orang miskin). Selain itu, ada juga ayat Al-Qur’an yang berbunyi wa fi amwalikum haqqun li saiiîn wa al- mahrum. Artinya: Dan di
dalam harta-harta kalian, terdapat hak bagi orang yang memintanya dan juga bagi yang tidak meminta karena menjaga kehormatannya.
Kata-kata mustadh’afin, dhu’afa, dan dha’if, dipahami bahwa keberpihakan dalam perspektif al-Qur’an kata-kata tersebut dimaknai sebagai orang yang mengalami salah satu atau keempat kondisi berikut: Lemah Ekonomi, lemah Fisik, lemah ilmu dan lemah karena tidak memiliki otonomi diri, kebebasan dan kemerdekaan. Beberapa kisah menyebutkan bagaimana Islam membela Abu Bakar, yang secara ekonomi tergolong sebagai orang kaya. Meskipun Abu Bakar mampu secara ekonomi, tetapi beliau selalu didzalimi oleh mereka yang tidak seiman. Adapun kepada pihak yang lemah secara biologis, Islam memberikan berbagai dispensasi (rukhshah atau keringanan) kepada mereka. Contohnya ibadah puasa diperkenankan ditinggalkan dan diganti dengan membayar fidyah.
Selain itu semua, yang wajib dibela dan diberdayakan adalah mereka yang lemah dari sisi ilmu pengetahuan. Meski seseorang memiliki harta, kuat secara fisik, tetapi jika dia bodoh maka dia bisa digolongkan dalam kelompok
dhu’afa atau mustadh’afin. Allah swt. mewajibkan orang-orang „alim (berilmu) untuk memberikan ilmunya kepada kelompok ini. Terpenting yang perlu dipahami adalah bahwa Islam kita untuk memihak, membela dan
(43)
30
memberdayakan kaum mustadh’afîn. Dalam melakukan pembelaan,
pemihakan dan pemberdayaan seharusnya tidak membeda-bedakan perbedaan yang ada, baik agama, etnis dan jenis kelamin.
Al-Qur’an juga menyebutkan dalam Surah al-Hujurat ayat: 11:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”29
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan, kesetaraan, dan kedilan sosial. Hal ini betujan untuk mencapai pesaudaraan yang universal. Karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa yang berbeda untuk saling mengenal. Nilai-nilai dasar islam tidak akan penah berubah sesuai dengan lingkungan yang ada. Kesamaan adalah sebuah nilai dasar melalui instrumen lembaga yang menciptakan nilai kesamaan. Islam juga menekankan nilai-nilai keadilan. Keadilan tidak akan tecipta tanpa membebaskan golongan
29
(44)
31
yang lemah dan marjinal serta memberi kesempatan kepada mereka tanpa harus saling merendahkan.30
D. Islam dan Keadilan Ekonomi
Menurut pemikiran “Teologi Islam Transformatif” Moeslim Abdurrahman menekankan perhatian kepada masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Teologi ini berangkat dari paradigma bahwa arus besar modernisasi dengan ideologi pembangunannya telah menghasilkan eksploitasi dan ketergantungan terhadap kaum miskin dan mustadh’afin.31 Kemiskinan tersebut pada gilirannya mengakibatkan banyak umat manusia yang tidak mampu mengekspresikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Arus besar modernisasi juga telah melahirkan struktur sosial yang tidak adil yaitu konsentrasi kekuasaan, modal dan informasi.
Modernisasi melahirkan hierarki dan kesenjangan antara yang punya akses kepada kekuasaan dan yang tidak. Kalau orang itu bukan bagian dari yang memiliki akses maka tidak bisa masuk ke dalam lingkaran kekuasaan. Modernisasi juga menimbulkan problem dalam beragama.32 Sebagai dampak dari ketergantungan terhadap relasi kuasa yang menindas dalam bidang ekonomi. Al-Qur’an menyebutkan dalam surah al-Hasyr ayat: 7:
30
Agus Afandi, dkk.,Modul Participatory Action Research (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2016) hlm. 27.
31
Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), Hlm.107.
32
M. Imdadun Rahmat, Islam Pribumi: Mendialogkan agama membaca realitas,
(45)
32
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”33
Ayat tersebut menunjukkan tentang larangan monopoli oleh pihak yang mempunyai kuasa ekonomi terhadap kaum miskin untuk memonopoli harga jual. Larangan agar harta kekayaan yang beredar tidak hanya dikuasai oleh pihak yang kaya. Sehingga dapat tercapainya keadilan dan kesetaraan di dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang hidup harmonis dan sejahtera.
Allah mengharamkan orang beriman untuk memakan, memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) harta orang lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Manusia boleh melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan
33
(46)
33
dengan asas saling ridha, saling ikhlas. Sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau untung disalah satu pihak.34
Islam adalah agama yang syamil, yang mencangkup segala permasalahan manusia, tak terkecuali dengan jual beli. Jual beli telah disyariatkan dalam Islam dan hukumnya mubah atau boleh, berdasarkan Al
Quran, sunnah, ijma’ dan dalil aqli. Allah Swt membolehkan jual-beli agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya selama hidup di dunia ini.
Namun dalam melakukan jual-beli, tentunya ada ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Seperti jual beli yang dilarang yang akan kita bahas ini, karena telah menyalahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan salah satu pihak, maka jual beli tersebut dilarang.
Apabila telah dipahami bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, maka hal yang semestinya dikenali adalah hal-hal yang menjadikan suatu perniagaan diharamkan dalam Islam. Karena hal-hal yang menyebabkan suatu transaksi dilarang sedikit jumlahnya, berbeda halnya dengan perniagaan yang dibolehkan, jumlahnya tidak terbatas. Dalam sebuah perniagaan tentunya barang yang diperjual belikan salah satunya dari hasil alam yang dikaruniakan oleh Allah terhadap manusia.
Memanfaatkan alam sebagai karunia Allah juga dianjurkan untuk menjaga kelestariannya. Dalam ayat lain disebutkan di dalam surat Ibrahim ayat: 25:
(47)
34
Artinya: “Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Ayat tersebut menjelaskan bahwa bahwa karunia Allah berupa tanaman di alam sekitar merupakan sangat besar manfaatnya. Di dalam memanfatkannya pun manusia juga dianjurkan untuk menjaga kelestarian alam. Manusia dilarang keras untuk merusak sumber daya alam. Kelestarian alam merupakan tanggug jawab setiap umat demi keberlanjutan hidup yang lebih baik. Karena alam juga merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi umat manusia untuk selalu mengingat-Nya.35
Al-Qur’an juga menyebutkan dalm Surah an-Nahl ayat: 112:
Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.36
Ayat tersebut di atas menjelaskan sebuah contoh suatu negeri yang tenang, rizkinya banyak dan melimpah. Akan tetapi penduduknya lalai dalam
35
Halo-N Philosopher, Al-Fatun Nawa, (Selangor:Hafizul Publication,2016) hlm. 149.
36
(48)
35
beribadah, lalai untuk menjaga alam, dan mengingkari nikmat-nikmat Allah tersebut. Kemudian Allah memberikan ujian berupa kelaparan, ketakutan, kemiskinan karena lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah, lalai dalam beribadah.
Allah swt. telah menyediakan rizki apapun yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup di dunia. Akan tetapi, Allah juga memerintahkan manusia untuk tetap beribadah kepada-Nya. Allah melarang untuk hidup berlebih-lebihan atas karunia-Nya di dunia. Allah melarang untuk tidak saling menindas satu sama lain, tetapi harus saling menjaga kerukunan dan keadilan. Allah juga menganjurkan untuk tetap menjaga kelestarian alam sebagai karunia rizki-Nya didunia bukan malah merusak. Apabila manusia melanggarnya maka Allah pasti akan murka terhadapnya, seperti gambaran ayat di atas.
Islam sesungguhnya tidak hanya memiliki kepedulian yang inklusif pada tingkat memperjuangkan nilai harkat martabat kemanusiaan. Bahkan lebih dari itu, menganjurkan perlunya membangun kerja sama di bidang peradaban sehingga muncul suatu kehidupan manusia yang bercorak transcultural yang damai dan saling menghargai. Islam terus menekankan bahwa tidak boleh ada pemaksaan, penindasan dan tidak boleh ada kekerasan selama akal sehat dan hati nurani kemanusiaan itu masih bisa tumbuh secara wajar dan selama hegemoni dan eksploitasi tidak menjadi ancaman yang serius untuk manusia.37
(49)
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian untuk pendampingan ini adalah dengan pendekatan PAR (participatory Action Riset), yaitu kegiatan
penelitian yang dilaksanakan secara partisipatif di antara warga dalam suatu komunitas atau lingkup sosial yang lebih luas. Hasil-hasil penelitian tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan terjadinya transformasi sosial (perubahan kondisi hidup yang lebih baik).38
Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.39 Metode ini digunakan peneliti untuk mempelajari kondisi dan kehidupan masyarakat Dusun Tondowesi dari, dengan dan oleh masyarakat. Karena PAR selalu berhubungan dengan partisipasi, riset dan aksi.40
Landasan dalam kerja PAR terutama dari gagasan-gagasan yang datang dari masyarakat. Sehingga dalam kerja PAR, yakni dengan memperhatikan dengan sungguh-sungguh gagasan yang belum sistematis. Kemudian mempelajari gagasan tersebut bersama-sama masyarakat dengan menyatu bersama masyarakat sehingga menjadi gagasan yang sistematis.
38
Agus Afandi dkk., Modul Participatory Action Research (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2016) hlm. 93.
39
Ibid, hlm 90.
40
(50)
37
Sehingga dari proses pembelajaran tersebut, masyarakat dapat memahami dan sadar bahwa gagasan tersebut milik mereka sendiri. Bagaimana masyarakat dapat meneruskan gagasan tersebut dalam bentuk aksi dan mengulang-ulang secara terus menerus dari awal sehingga gagasan tersebut dapat lebih bernilai.41
Menurut beberapa tokoh ahli dalam PAR, pendekatan PAR yang dikemukakan oleh Yoland Wadword adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam
mencapai kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berada pada kondisi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.42
B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti memfokuskan dengan mengambil ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:
1. Bentuk dan pola relasi ekonomi masyarakat Dusun Tondowesi yang tidak berpihak.
2. Pola penyelamatan masyarakat dari ketergantungan terhadap pola relasi ekonomi yang tidak berpihak tersebut.
41
(51)
38
3. Perubahan sosial pasca pendampingan terhadap masyarakat Dusun Tondowesi.
C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan
Berikut adalah prosedur-prosedur penelitian untuk pendampingan dengan menggunakan metode PAR antara lain:
a. Pemetaan awal, yakni sebagai alat untuk memudahkan dalam memahami realitas masalah dan relasi sosial yang terjadi.
b. Membangun hubungan kemanusiaan, yakni membangun kepercayaan
masyarakat dengan menyatu dalam kehidupan masyarakat untuk menjalin hubungan yang setara dan saling mendukung.
c. Penentuan agenda riset untuk perubahan sosial, yakni untuk memahami persoalan masyarakat dan digunakan sebagai alat untuk mencapai perubahan sosial.
d. Pemetaan partisipatif, yakni melakukan pemetaan bersama masyarakat baik wilayah maupun masalah yang dialami.
e. Merumuskan masalah kemanusiaan yakni masyarakat sendiri merumuskan masalah kehidupannya sendiri dari pemetaan yang dilakukan sebelumnya. f. Menyusun strategi gerakan, yakni dengan menentukan langkah sistematis
untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Menentukan pihak-pihak yang akan terlibat serta merumuskan kemungkinan berhasil atau tidak strategi tersebut untuk mencari jalan keluar apabila terjadi kegagalan.
(52)
39
g. Pengorganisasian masyarakat, yakni membentuk institusi lokal untuk memecahkan permasalahan serta membentuk jaringan dengan pihak-pihak yang terlibat.
h. Melancarkan aksi perubahan yakni memecahkan permasalahan yang terjadi melalui institusi lokal tersebut sehingga memunculkan pengorganisir masyarakat dan akhirnya muncul pemimpin lokal.
i. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat atas dasar kebutuhan institusi lokal yang melakukan aksi sebagai media untuk saling berkoordinasi dalam memecahkan permasalahan.
j. Refleksi sebagai media untuk mengambil pelajaran proses awal pemetaan sampai aksi yang telah dilaksanakan untuk dapat dipertanggung jawabkan. k. Meluaskan skala gerakan dan dukungan, dimaksudkan untuk keberlanjutan
program-program kerja yang telah dilaksanakan sehingga skala gerakan dapat berkembang. lebih luas dan tidak berhenti.43
D. Subjek Dampingan
Dalam proses penelitian untuk pendampingan ini yang menjadi subjek dampingan adalah masyarakat petani Dusun Tondowesi Desa Pule Jatikalen Nganjuk. Masyarakat tersebut mengalami permasalahan yang selalu terjadi, yaitu relasi ekonomi yang tidak berpihak antara petani dan oknum tengkulak dengan memonopoli harga jual hasil panen, sehingga harga jual hasil panen petani jatuh karena permainan harga tengkulak. Serta ketergantungan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terhadap keberadaan
(53)
40
toko penyedia kebutuhan sehari-hari. Padahal potensi sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan PAR, maka teknik pengumpula.n data menggunakan alternatif Participatory Rural Appraisal
(PRA), antara lain sebagai berikut; a. Pemetaan (mapping)
Mapping digunakan untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta. Sehingga kondisi masyarakat secara umum dapat dianalisis mengunakan peta yang dihasilkan.
b. Transektor (transect)
Merupakan teknik pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara bejalan menelusuri wilayah yang memiliki informasi yang dibutuhkan.
c. Pemetaan Kampung dan Survei Belanja Rumah Tangga
Merupakan teknik untuk memperoleh gambaran kehidupan masyarakat secara utuh, sehingga dapat menganalisis tingkat kehidupan masyarakat dari aspek kelayakan hidup.
(54)
41
Teknik ini digunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram ataupun tanggal.
e. Wawancara semi terstruktur
Metode ini digunakan untuk menggali data secara langsung namun tidak keluar dari konsep yang dibutuhkan.
f. FocusGroup Discussion (FGD)
Teknik ini merupakan cara yang paling efektif untuk menggal data dari masyarakat. Berupa diskusi grup yang terfokus pada satu topik pembahasan. Forum diskusi kelompok mnimal 5 orang yang dipandu oleh moderator untuk pengungkapan konsep, pandangan, penggalian data dan keyakinan atau kepercayaan diantara para peserta diskusi. Kegiatan ini untuk mencapai tahap meeting of mind
antara peneliti dan masyarakat sampai proses penyadaran. 2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini berasal dari dua sumber data, yakni data primer dan data sekunder:
a. Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data langsung yang diperoleh dari masyarakat yang memberikan data secara langsung, yaitu dengan wawancara langsung kepada mayarakat dusun Tondowesi. Selain itu, juga mengamati langsung akttifitas sehari-hari masyarakat.
(1)
130
bangkit dari keterpurukan dari relasi kuasa yang menindas menuju kesetaraan. Tentunya hal tersebut untuk mencapai kesehatan sosial bagi masyarakat. Kesehatan ini hanya dengan konsep keadilan dan kesetaraan.
al-Qur’an menegaskan dalam surat al-A’raf ayat: 31:
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
Setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.81
Ayat tersebut menganjurkan untuk tidak berlebih-lebihan. Berlebih-lebihan akan mendatangkan murka Allah, seperti sebagian orang yang hidup dengan belebih-lebihan. Sedangkan di sisi lain banyak orang yang mengalami kekurangan. Apalagi sebagian orang yang hidup berlebihan tersebut melakukan ekspoitasi terhadap orang yang mengalami kekurangan. Keadilan ekonomi, politik, dan sosial merupakan masalah pokok dalam ajaran Islam. Kehidupan di dunia akan lebih tertata dengan sistem yang berkeadilan dan tercapainya kesetaraan sosial.
(2)
131
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan penelitian untuk pendampingan mengenai Penyelamatan Petani Dari Ketergantungan Terhadap Pola Relasi Ekonomi Yang Tidak Berpihak Di Dusun Tondowesi Desa Pule Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk dapat disimpulkan dalam paragraf berikut:
Ketergantungan pola relasi ekonomi masyarakat terdapat dua jenis, yakni: hutang piutang modal dan harga jual yang dimonopoli oleh tengkulak. Ketergantungan masyarakat terhadap hutang piutang modal dan pupuk sudah tejadi dalam waktu yang cukup lama. Ketergantungan tersebut dikarenakan sistem pertanian kimiawi yang dilakukan masyarakat sendiri. Masyarakat tidak paham bahaya sistem tersebut terhadap kesuburan tanah yang berdampak terhadap produksi petanian yang semakin menurun. Sistem pertanian kimiawi dengan modal dan pupuk dari hasil menghutang. Sedangkan sebagai jaminan untuk membayar dari hasil panen. Di sisi lain harga jual hasil panen tersebut jauh lebih murah dari harga semestinya yang dimonopoli oleh oknum tengkulak tersebut. Hal ini semakin membuat masyarakat tidak berdaya dan terpuruk dengan keadaan tersebut. Relasi ekonomi selanjutnya adalah jual beli kebutuhan sehari-hari yang berakibat tingginya perilaku konsumtif masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat harus membeli seperti beras, bumbu (cabai, bawang dll), sayur dan sebagainya. Padahal sebagian besar kebutuhan tersebut masyarakat bisa menanam sendiri.
(3)
132
hal ini disebabkan juga oleh pragmatisme masyarakat tetapi tidak bisa trbebas dari dominasi kuasa oknum tengkulak dan peminjam modal. Masyarakat semakin lama kondisi kehidupannya semakin menurun. Para oknum tengkulak dan peminjam modal justru semakin makmur.
Terdapat dua program aksi kecil yang dilakukan bersama masyarakat dari hasil pendampingan, yakni membuat kelompok kecil masyarakat peduli lingkungan dan membuka akses penjualan hasil ternak masyarakat langsung ke luar wilayah atau pembeli yang difasilitasi oleh para pemuda. Kelompok kecil masyarakat peduli lingkungan ini melakukan gerakan pemanfaatan lahan pekarangan dan pinggiran sawah untuk ditanami cabai dan sayuran tanpa menggunakan pupuk kimia. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat terhadap cabai dan sayur. Di samping itu juga untuk melakukan percobaan pertanian yang ramah lingkungan untuk mencapai harapan tidak tergantung lagi dengan keberadaan pupuk kimia. Juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap tengkulak dan peminjam modal.
Kedua pola pendampingan tersebut tentunya belum bisa dimanfaatkan langsung secara berama-sama. Hasil dari tanaman ramah lingkungan dapat dimanfaatkan dalam waktu beberapa bulan kemudian. Sedangkan hasil penjualan tenak secara langsung kepada pembeli di luar daerah dapat secara langsung oleh masyarakat. Kebetulan momentum pada waktu itu mendekati hari raya Qurban. Akses yang dimanfaatkan adalah menjual langsung kepada pembeli yang hendak melakukan penyembelihan hewan qurban. Hal ini dapat meningkatkan nilai jual ternak masyarakat.
(4)
133
B. Saran
Berdasarkan tujuan turunnya agama Islam kedunia, yakni membebaskan masyarakat dari segala bentuk penindasan dan ketidaksetaraan. Sehingga dapat tercapainya kondisi sosial masyarakat yang berkeadilan dan berdaya. Ancaman agar tidak hidup berlebihan juga dijelaskan gamblang di dalam al-Qur’an. Hendaknya setiap diri kita sebagai umat Islam sadar untuk mengurangi hidup berlebih-lebihan atau bahkan melakukan penindasan terhadap umat yang lainnya. Demi tercapainya masyarakat yang hidup harmonis dan sejahtera.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Moeslim. 1997. Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka Firdaus. Afandi, Agus, dkk. 2016. Modul Participatory Action Research. Surabaya:
LPPM UIN Sunan Ampel.
Amin, A Mappadjantji. 2005. Kemandirian Lokal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Blomstrom dan Hettne. 1984. Development Theory in Transition, The Dependency Debate and Beyond: Third World Response. London: Routledge.
Dwi Sadono, Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Indonesia, Konsep/Jurnal Penyuluhan, Maret 2008, Vol. 4 N0. 1. Eko Sutoro, 2002. Pemberdayaan Masyarakat Desa. Materi Diklat
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Samarinda:---
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Ian, Roxborough, 1979. Theories of Underdevelopment. London: the Macmillan Press.
Latif, Yudi. 2005. Inteligensia Muslim Dan Kuasa. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Philosopher, Halo-N. 2016. Al-Fatun Nawa. Selangor: Hafizul Publication. Rahmat, M. Imdadun. 2003. Islam Pribumi: Mendialogkan agama membaca
realitas Jakarta: Erlangga.
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
Salim, Basyarahil, Aziz, H. A. 2009. 22 Masalah Agama. Jakarta: Gema Insani Press.
Sanderson, Stephen K. 2003. Makro Sosiologi. Jakarta: Rajawali.
Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutrisno, Muji, Putranto, Hendar. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta:
(6)
135
Suwarsono. 1994. Perubahan Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.
Suyanto, Bagong. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
http://teoripemberdayaan.blogspot.co.id/2012/03/konsep-definisi-dan-teori-pemberdayaan.html.