Peningkatan pemahaman jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran ips melalui media scrapbook di kelas III MI Manbaul ulum Mojokerto tahun pelajaran 2016/2017.
Skripsi
Oleh :
Rizqy Arifatul Wachidah
D07213033
PROGAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
JULI 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Rizqy Arifatul Wachidah. 2017. Peningkatan Pemahaman Jenis-jenis Pekerjaan
Mata Pelajaran IPS Melalui Media
Scrapbook
di Kelas
III MI Manbaul Ulum Mojokerto Tahun Pelajaran
2016/2017.
Penelitian ini dilatarbelakangi pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS
yang masih rendah. Dari 30 siswa terdapat 11 siswa (36,66%) kelas III MI Manbaul
Ulum yang mendapatkan nilai di atas ketuntasan pemahaman yang telah ditentukan.
Namun, 19 siswa (63,33%) belum paham dan masih mendapatkan nilai di bawah
ketuntasan pemahaman. Untuk itu, peneliti menggunakan media
Scrapbook
bertujuan
untuk membantu anak dalam meningkatkan pemahaman.
Rumusan masalah: 1) Bagaimana penggunaan media
Scrapbook
dalam
meningkatkan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS di
kelas III MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto ? 2) bagaimana peningkatan
pemahaman jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS melalui media Scrapbook
di kelas III di MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto ?.
Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui
penggunaanmedia
Scrapbook
dalam meningkatkan pemahaman materi jenis-jenis
pekerjaan pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi
Mojokerto. 2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi jenis-jenis
pekerjaan pada mata pelajaran IPS melalui media
Scrapbook
di kelas III MI Manbaul
Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto.
Metode penelitian ini menggunakan metode PTK Kurt Lewin. Subjek
penelitian ini terdiri dari 30 siswa kelas III. Tindakan ini menggunakan dua siklus.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes, serta
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan penerapan media
Scrapbook
pada mata
pelajaran IPS ini melalui 2 siklus, dikarenakan aktivitas siswa pada siklus I belum
tercapai 76,6 (cukup), meskipun aktivitas guru pada siklus I sudah tercapai dengan
skor 81,25 (baik). Pada siklus II, hasil aktivitas siswa meningkat menjadi 90 (sangat
baik) dan hasil aktivitas guru meningkat menjadi 90,6 (sangat baik). Pada siklus I
nilai rata-rata pemahaman adalah 76,45 (baik) dengan prosentase ketuntasan
pemahaman 56,66% (sedang), karena pada siklus I belum mencapai indikator
ketuntasan. Pada siklus II nilai rata-rata pemahaman siswa 95,5 (sangat baik) dengan
prosentase ketuntasan pemahaman adalah 96,66% (tinggi).
(7)
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR RUMUS ... xvi
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 5
C.
Tindakan yang dipilih ... 6
D.
Tujuan Penelitian ... 7
E.
Manfaat Penelitian ... 7
F.
Ruang Lingkup Pembahasan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A.
Pemahaman IPS Materi Jenis-jenis Pekerjaan ... 10
1.
Definisi Pemahaman ... 10
2.
Pengertian IPS ... 14
3.
Indikator Ketercapaian Pemahaman IPS ... 17
(8)
1.
Pengertian Media Pembelajaran ... 23
2.
Media
Scrapbook
... 25
3.
Langkah-langkah Pembelajaran Media
Scrapbook
... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A.
Metode Penelitian ... 28
B.
Setting Penelitian ... 29
C.
Objek Penelitian ... 29
D.
Rencana Tindakan ... 30
E.
Teknik Pengumpulan Data ... 36
F.
Teknik Analisis Data ... 42
G.
Indikator Kinerja ... 47
H.
Tim Peneliti dan Tugasnya ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A.
Kondisi Sebelum Penelitian ... 49
B.
Siklus Penelitian ... 51
1.
Siklus I ... 51
a.
Perencanaan ... 52
b.
Pelaksanaan ... 52
c.
Observasi ... 57
d.
Refleksi ... 62
2.
Siklus II ... 63
a.
Perencanaan ... 63
b.
Pelaksanaan ... 64
c.
Observasi ... 69
d.
Refleksi ... 75
C.
Pembahasan ... 76
BAB V PENUTUP ... 80
A.
Kesimpulan ... 80
B.
Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
RIWAYAT HIDUP
(9)
1
A.
Latar Belakang
Dunia pendidikan tak lepas dari adanya interaksi sosial dalam
lingkungan. Baik lingkungan keluarga, dalam sekolah maupun dalam
masyarakat. Interaksi sosial berhubungan dengan keterampilan, sikap dan
norma yang dimiliki seseorang. Dalam pendidikan, hal tersebut dapat
dipelajari dalam ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan sosial untuk
tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu-ilmu yang lain.
Ilmu pengetahuan sosial atau yang biasa disingkat IPS ini, ditingkat sekolah
pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai
warga negara yang baik. Dalam pembelajaran IPS siawa harus menguasai
pengetahuan (
knowledges
), keterampilan (
skills
), sikap dan nilai (
attitude and
values
) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi atau
masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan partisipasi dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan. Dalam kata lain, ilmu pengetahuan sosial
adalah ilmu yang mempelajari tentang cara menjadi warga negara yang baik.
1Selain adanya tujuan di atas, mata pelajaran IPS juga memiliki
beberapa tujuan lain. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
1
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996), Cet.6, 73-74
(10)
kehidupan masyarakat dan lingkunggan, memiliki kemampuan dasar untuk
berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial. Serta memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Selain itu, bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
2Dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas, dituntut untuk
memenuhi seluruh standar pelajaran, diantaranya adalah standar persiapan,
standar proses dan standar hasil. Dalam memenuhi standar pelajaran tersebut,
dibutuhkan adanya unsur-unsur pembelajaran yang memadai seperti guru
yang profesional, media dan alat pembelajaran yang memadai, kelas yang
kondusif, dan lain sebagainya.
Dalam proses pembelajaran IPS, guru harus menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan kondusif. Guru harus mampu
merancang pembelajaran yang variatif dan inovatif sehingga memudahkan
siswa dalam memahami materi pelajaran.
3Pembelajaran inovatif dan variatif
adalah pembelajaran dimana dalam menyampaikan materi, guru tidak hanya
berfokus pada bacaan dalam buku paket dan mengulang penjelasan yang
sama. Guru juga harus bisa memberikan contoh yang berkaitan dengan
2 Ibid, Cet.6, 75
(11)
kehidupan sehari-hari peserta didik, bukan hanya lewat lisan maupun bacaan.
Hal ini juga perlu ditekankan terutama pada siswa kelas bawah yang memiliki
kemampuan nalar yang masih tergolong rendah. Dengan begitu, pembelajaran
akan lebih berkualitas serta siswa juga lebih mudah memahami apa yang
diajarkan oleh guru.
Pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran tidak semua yang
dapat terwujud sesuai harapan. Permasalahan yang terjadi di lapangan belum
sepenuhnya memenuhi seluruh standar pelajaran. Hal ini terjadi di MI
Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto. Hal ini dibuktikan oleh hasil
wawancara guru kelas III. Beliau menjelaskan bahwa masih terdapat banyak
permasalahan yang dihadapi dalam pelajaran IPS, salah satunya adalah
masalah tingkat pemahaman siswa yang masih kurang. Hal ini dapat terlihat
dari jumlah siswa yang sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan. Dari
jumlah 30 siswa kelas III MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto
hanya sebanyak 11 siswa yang mampu mencapai KKM yakni 75. Sementara
19 siswa lainnya belum mencapai target tersebut. Jika diprosentasekan, maka
hanya sebanyak 36,66% siswa yang telah mencapai KKM dan 63,33% siswa
yang belum mencapai KKM.
4Dari penjabaran permasalahan tersebut di atas, dapat diketahui adanya
ketidak seimbangan dalam proses belajar mengajar. Salah satu faktor yang
4 Hasil wawancara dengan guru kelas III di MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto (30
(12)
mempengaruhi adalah kurangnya inovasi guru dalam pembelajaran. Hasil
wawancara dengan guru kelas III untuk mencari penyelesaian dalam
memecahkan masalah tersebut, maka solusi yang dipilih adalah menggunakan
media. Penggunaan media ini didasarkan pada berbagai pertimbangan antara
lain : media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat
membuat siswa lebih tertarik dan aktif dalam proses belajar mengajar, media
yang sesuai dapat memberikan gambaran secara nyata materi yang diajarkan,
media dapat menggambarkan materi dan lebih dikenal dalam keseharian
siswa, media dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa, karena
berhubungan dengan apa yang sering dijumpai siswa di kehidupan sehari-hari.
Media yang dipilih untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran IPS harusnya dapat memberikan kemudahan bagi
siswa dalam memahami materi dan contoh sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini bertujuan untuk lebih menyederhanakan
pemahaman siswa pada materi pelajaran. Media yang digunakan adalah media
Scrapbook
yang dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat aktif dan
tertarik dalam proses belajar mengajar. Karena, semakin siswa tertarik dan
aktif dalam pembelajaran maka perhatian siswa pada materi yang diajarkan
juga akan meningkat, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah
dicapai. Media yang dapat mencakup itu semua adalah media
Scrapbook
.
Media
Scrapbook
merupakan suatu cara yang dapat mempermudah
(13)
disampaikan. Dalam media ini siswa diminta untuk menempelkan foto
jenis-jenis pekerjaan, sebagaimana mereka akan menempelkannya pada kertas
karton yang telah disediakan dipapantulis, dengan begitu siswa akan
memahami pekerjaan yang memberikan jasa dan barang. Media ini akan
mengubah proses pembelajaran pasif menjadi aktif. Selain itu, dengan media
ini siswa akan didorong untuk berfikir secara logis melalui penjelasan
sederhana yang terdapat pada foto. Media ini sesuai untuk diterapkan pada
siswa kelas bawah karena akan ditampilkan foto sebagai contoh secara
langsung untuk memperkuat penjelasan guru.
Dengan digunakannya media
Scrapbook
sebagai salah satu inovasi
dalam pembelajaran, diharapkan akan meningkatkan pemahaman siswa materi
jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS. Apabila pemahaman siswa
meningkat, maka nilai yang didapat oleh siswa juga akan meningkat.
Sehingga jumlah siswa yang mampu mencapai nilai KKM akan bertambah.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka penulis terdorong
untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
“
Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-jenis Pekerjan pada Mata Pelajaran
IPS Melalui Media Scrapbook di Kelas III MI Manbaul Ulum Japanan
Kemlagi Mojokerto
”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka masalah yang akan
(14)
1.
Bagaimana
penggunaan
media
Scrapbook
dalam
meningkatkan
pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS di kelas
III MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto ?
2.
Bagaimana peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada
mata pelajaran IPS melalui media
Scrapbook
di kelas III di MI Manbaul
Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto ?
C.
Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam meningkatkan pemahaman siswa akan mata pelajaran IPS kelas III MI
Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto yaitu dengan menerapkan media
Scrapbook
. Kesesuaian media
Scrapbook
dengan materi yang diajarkan sangat
tepat sekali karena, dapat mempermudah dalam menjelaskan dan memberi
contoh sederhana tentang materi yang disampaikan. Dalam media ini siswa
diminta untuk menempelkan foto jenis-jenis pekerjaan. Sebagaimana peserta
didik akan menempelkannya pada kertas karton yang telah disediakan di
papantulis, dengan begitu peserta didik dapat lebih memahami karakteristik
jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa.
Dengan penggunaan media
Scrapbook
ini diharapkan peningkatan
pemahaman siswa materi jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS dapat
(15)
D.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk :
1.
Mengetahui
penggunaan
media
Scrapbook
dalam
meningkatkan
pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS di kelas
III MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto.
2.
Mengetahui peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada
mata pelajaran IPS melalui media
Scrapbook
di kelas III di MI Manbaul
Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto.
E.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama :
1.
Bagi Sekolah
a.
Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan dan
penelitian bagi guru-guru dalam menggunakan media
Scrapbook
.
b.
Meningkatnya kualitas pendidikan sekolah dan mampu mendorong
untuk selalu mengadakan pembaharuan dalam proses pembelajaran ke
arah kualitas belajar lebih baik.
2.
Bagi Guru
a.
Guru
mendapatkan
pengalaman
dan
keterampilan
dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran dengan beberapa media, salah
(16)
b.
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam pemilihan media
untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pembelajaran IPS.
c.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.
3.
Bagi Peneliti
a.
peneliti memperoleh tambahan ilmu pengetahuan baru dari penelitian
tindakan kelas yang sudah dilakukan.
b.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal bila sudah
menjadi tenaga pendidik.
F.
Ruang Lingkup Pembahasan
Agar Pembahasan penelitian tidak lepas dari ruang lingkup
pembahasan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekaburan dan
kesimpangsiuran dalam pembahasan, sehingga dapat mengarah kepada pokok
bahasan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Ruang lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada mata
pelajaran IPS kelas 3 semester 2 tahun pelajaran 2016-2017, khususnya
pada aspek pemahaman yang berhubungan dengan kompetensi dasar
“mengenal jenis
-
jenis pekerjaan”.
2.
Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas 3 tahun pelajaran
(17)
3.
Peningkatan pemahaman yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan
kelas ini yang terutama adalah peningkatan pemahaman yang berkaitan
dengan materi
“jenis
-
jenis pekerjaan” dalam proses pembelajaran IPS.
(18)
A.
Pemahaman IPS Materi Jenis-jenis Pekerjaan
1.
Definisi Pemahaman
Pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat
menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
1Pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan
atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
Pemahaman adalah kemampun seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal yang ia pelajari dengan menggunakan
bahasanya sendiri. Lebih baik lagi apabila siswa dapat memberikan contoh
apa yang ia pelajari dengan permasalahan-permasalahan yang ada di
sekitarnya.
1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 24.
(19)
Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal
yang lain. Karena kemampuan siswa pada usia MI masih terbatas, tidak harus
dituntut untuk dapat mensintesis apa yang dia pelajari.
Pembelajaran sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat
siswa belajar, tentu menuntut adanya kegiatan evaluasi. Penilaian dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran. Penilaian pada proses menjadi
hal yang seyogyanya diprioritaskan oleh seorang guru. Agar penilaian tidak
hanya berorientasi pada hasil, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran
ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga
ranah yaitu:
2a.
Ranah Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
b.
Ranah Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikao, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
(20)
c.
Ranah Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampiln motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Dalam skripsi ini peneliti menggunakan ranah kognitif dan ranah
psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dengan menggunakan evaluasi berupa soal essay.
Sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan dan
kemampuan bertindak dengan menggunakan evaluasi menjelaskan.
Beberapa istilah lain juga menggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah:
penalaran, penghayatan, dan pengalaman. Dari setiap ranah tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
bergubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan
informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Penggolongan ranah
kognitif ada enam tingkatan, yaitu:
33 Ibid., 202.
(21)
1)
Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif.
Menekankan
pada
proses
mental
dalam
mengingat
dan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa
peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengn
simbol-simbol, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan
prinsip-prinsip.
2)
Pemahaman, berisikan kemampuan untuk memaknai dengan tepatnya
yang telah dipelajari tanpa harus menerapkannya.
3)
Aplikasi, pada tingkat ini seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori sesuai dengan
situasi konkrit.
4)
Analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk
dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan
mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah kondisi yang rumit.
5)
Sintesis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah kondisi yang sebelumnya tidak terlihat,
dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
(22)
6)
Evaluasi, kemampuan untuk memberikan penilaian berupa solusi,
gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Ranah efektif berkenaan dengan sikap, terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
Sedangkan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak, ada enam aspek yakni gerakan reflek, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, kaharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif.
2.
Pengertian IPS
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para
ahli IPS atau
social studies.
Istilah IPS merupakan terjemahan
social studies
.
Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang
masyarakat”.
4Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi
politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial
merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi
4
(23)
cabang-cabang ilmu sosial, sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
5Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang
memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan
kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari
berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komperatif yang berkenaan
dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi,
organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda
budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke
dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitasn yang berkenaan
dengan pembuatan keputusan. Sosiologo dan psikologi sosial merupakan
ilmu-ilmu tentang perilaku seperti kosep peran, kelompok, intuisi, proses
interaksi dan kontrolsosial.
6Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak
1970-an sebagai hasil kesepakat1970-an komunitas akademik d1970-an secara formal mulai
digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975.
Pengertian IPS sering disalah-tafsirkan dengan ilmu-ilmu sosial. Secara
konseptual IPS erat hubungannya dengan studi sosial dan ilmu sosial.
7Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang
dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi
5
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal 171 6
Ibid, 172 7
(24)
tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam
mempelajari, menelaah mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang
bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan
masing-masing.
Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan
yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau
dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan Negara lain, baik yang ada di
masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi
yang mempelajari IPS dapat menghayatimasa sekarang dengan dibekali
pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS
membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial
pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan
yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswadan siswi.oleh karena itu,
guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi
IPS itu.
8Dari kesimpulan di atas IPS adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek
yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. IPS tidak
memusatkan pada satu topik secara mendalam, melainkan memberikan
tinjauan yang sangat luas bagi masyarakat.
8
(25)
3.
Indikator Ketercapaian Pemahaman IPS
Menurut Bloom pemahaman merupakan salah satu dari enam tujuan
pengajaran pada kawasan kognitif, yang diantaranya adalah Pengetahuan
(
Knowledge
), Pemahaman (
Comperehension)
, Penerapan
(Application
),
Analisis (
Analysis)
, Sintesis (
Synthesis),
dan Evaluasi (
Evaluation
). dari
(Comprehension).
9Pemahaman
(Comperehension)
merupakan
kesanggupan
untuk
menyatukan definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori.
10Menurut Bloom
pemahaman juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti
dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah
seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran
yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat
memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau
yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia
lakukan.
11Pemahaman diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan, disebut juga kemampuan memahami arti suatu bahan
pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas, atau merangkum.
Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila dapat memberikan
9 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), 57. 10 Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, ( Yogyakarta: Deepublish, 2015), 23
11 Ahmad Susanto, Teri Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Fajar Interpratama
(26)
penjelasan atau uraian dengan kata-katanya sendiri.
12Sederhananya,
pemahaman adalah seseorang tahu dengan sadar, menyerap hal yang penting
dan membuang yang tidak penting. Contoh pencapaian dari sebuah
pemahaman ialah dapat mengenal rumus, membedakan hubungan sebab
akibat, membedakan, dan mempersamakan.
13Dalam pembelajaran, pemahaman sebagai kemampuan siswa untuk
dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru. Dengan kata lain,
pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran. Indikator pemahaman
menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih
dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, siswa
belum
tentu
memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar
mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang
dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa
menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk
menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami
konsep dari pelajaran tersebut.
Siswa dapat dikatakan memahami suatu materi jika memenuhi
beberapa indikator. Indikator dari pemahaman itu sendiri yaitu:
a.
Mengartikan
b.
Memberikan contoh
12 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), 42. 13 Daldiyono, How To Be a Real and Successful Student, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
(27)
c.
Mengklasifikasi
d.
Menyimpulkan
e.
Menduga
f.
Membandingkan
g.
Menjelaskan.
14Dari beberapa indikator di atas, indikator yang digunakan dalam
memahami materi jenis-jenis pekerjaan adalah guru menjelaskan, siswa
memberi contoh, dan siswa menyimpulkan materi yang diberikan sesuai
kompetensi dasar. Indikator yang tidak digunakan pada pembelajaran ini yaitu
mengartikan, mengklasifikasikan, menduga, dan membandingkan.
4.
Ru
ang Lingkup Materi IPS di Madrasah Ibtida’iyah
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi
sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi
dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari hari yang
ada di lingkungan sekitar peserta didik SD/MI. sedangkan pada jenjang
pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada
jenjang pendidikan tinggi, bobot dan keluasan materi dan kajian semakin
dipertajam dengan berbagai pendekatan.
Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa yang dipelajari IPS adalah
manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, dengan ruang
14
(28)
lingkup kajiannya yang meliputi a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang
bersentuhan dengan masyarakat dan b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial
tentang kehidupan masyarakat. Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS
di tingkat SD/MI meliputi beberapa aspek, yaitu a) manusia, tempat, dan
lingkungan, b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, c) system sosial dan
budaya, d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
5.
Fungsi Pembelajaran IPS
Fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu membekali anak didik dengan
pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial
dan intelektual dalam membina perhatian serta kehidupan sosialnya sebagai
SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan
nasional.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD/MI yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu soaial. Melalui pelajaran IPS, anak akan diarahkan menjadi warga
Negara Indonesia yang demokratis, serta warga dunia yang cinta damai.
156.
Materi Mengenal Jenis-jenis Pekerjaan
Pekerjaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ada pekerjaan yang
dapat menghasilakn barang dan ada juga pekerjaan yang menghailkan jasa.
a.
Pekerjaan yang Menghasilkan Barang
15
Lif Khoirul Ahmadi, dkk, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustakrya), hal 9
(29)
Pekerjaan yang menghasilkan barang merupakan pekerjaan seseorang
atau kelompok yang menghasilak barang, baik berupa bahan pangan,
pertanian, perkebunan, pertambangan, dan perikanan maupun
barang-barang penunjang kebutuhan hidup lainnya. Ada beberapa contoh pekerja
penghasil barang diantaranya adalah
1.
Pengrajin
Pengrajin adalah seseorang yang bekerja menghasilkan barang-barang
kerajinan. Bahan-bahan kerajinan bisa dari kertas, kerang, kayu, kaleng
bekas, sabut kelapa, kulit kelapa, tanah liat, dan sebagainya.
Bahan-bahan tersebut dapat dibuat gelang, kalung, celengan, dompet, anyaman,
gerabah, dan sebagainya.
2.
Peternak
Peternak adalah seseorang yang memelihara dan mengembangbiakkan
hewan. Yang tergolong hewan ternak antara lain ayam, burung, itik,
kambing, dan sapi. Peternakan banyak dilakukan di daerah pedesaan.
Pekerjaan ini akan menghasilkan daging, susu, dan telor dari hewan
ternaknya.
3.
Petani
Petani merupakan pekerjaan yang mulia. Mereka bekerja untuk
menghasilkan bahan baku makanan, seperti padi, jagung, tebu, sayuran,
buah-buahan, dan ketela. Bahan-bahan tersebuat akan diolah menjadi
(30)
4.
Pembuat makanan
Pembuat makanan merupakan orang yang bekerja membuat makanan,
termasuk minuman. Makanan banyak sekali jenisnya. Ada tahu, tempe,
roti, es, kripik singkong, keripik pisang, getuk pisang, dan sebagainya.
5.
Tukang kayu
Tukang kayu adalah pekerja pembuat barang-barang dari bahan kayu.
Misalnya lemari, meja, kursi, tempat tidur, jendela, dan sebagainya.
Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian. Seorang tukang kayu harus
pandai mengukur dan menghitung panjang dan lebar kayu. Dengan
demikian rangkaiannya akan tepat.
b.
Pekerjaan yang Menghasilkan Jasa
Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah jenis pekerjaan seseorang
atau kelompok yang menghasilakn jasa. Jasa yang dihasilakn dapat
bermanfaat bagi orang atau masyarakat yang membutuhkan sehingga ia
memperolah imbalan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomisnya. Ada
beberapa pekerjaan penghasil jasa sebagai berikut
1.
Dokter
Pekerjaan dokter dan paramedis (orang yang bekerja di lingkungan
kesehatan sebagai pembantu dokter) mengabdi untuk kepentingan
kemanusiaan. Selain dokter umum ada dokter spesialis, yaitu dokter
yang menangani penyakit tertentu. Contohnya dokter spesialis dokter
(31)
2.
Perawat
Perawat adalah seorang yang bekerja merawat pasien. Biasanya,
perawat bekerja di rumah sakit, pukesmas, atau tempat praktik dokter.
Perawat bertugas membantu kerja dokter.
3.
Pengajar atau Guru
Pengajar atau guru adalah orang yang mengajarkan ilmu kepada orang
lain. Misalnya, dosen (pengajar di perguruan tinggi), guru sekolah, guru
tari, dan guru musik. Ilmu merupakan suatu keahlian yang dimiliki
seorang guru.
4.
Sopir
Sopir adalah orang yang mengemudikan kendaraan. Ada banyak sopir,
misalnya sopir angkutan umum yang melayani penumpang dari terminal
ke terminal yang lainnya. Sopir pribadi melayani majikannya.
5.
Tukang potong rambut
Tukang potong rambut memiliki keahlian memotong rambut. Jenis
pekerjaan ini bisa dilakukan dengan keliling, membuka kios, ataupun
salon. Mereka berjasa dalam merapikan rambut orang lain.
16B.
Media Pembelajaran
Scrapbook
1.
Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.
17Media
16
(32)
merupakan wahana penyaluran informasi belajar atau penyalur pesan. Media
dalam arti secara luas dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa
yang memungkinkan anak didik untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Sementara, Azhar Arsyad mengemukakan bahwa mesia berasal
dari kata medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau
“pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan.
18Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Pembelajaran merupakan jamak dari kata belajar yang mempunyai kata
dasar ajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru atau pendidik
untuk membuat para peserta didik melakukan proses belajar. Kegiatan
pembelajarn tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada
para siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena
ia sedala dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
19Untuk itu
diperlukan usaha yang besar dari pendidik agar peserta didik termotivasi aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
17
Djamarah, Syaiful Bahri & Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal 136
18
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal 3 19
Suryani, Nunuk & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal 136
(33)
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana
pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai
penyaji dan penyalur pesan, media pembelajaran dalam hal-hal tertentu bisa
mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media
itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat
diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
202.
Media
Scrapbook
Media pembelajaran berupa
Scrapbook
merupakan salah satu media
pembelajaran jenis 3D (tiga dimensi).
Scrapbook
berasal dari dua kata yaitu
scrap
dan
book
.
Scrap
didefinisikan sebagai barang sisa, sedangkan
book
bisa
berarti buku atau lembaran.
Scrapbook
merupakan seni dan teknik menghias
album foto keluarga atau pribadi agar penampilannya menjadi lebih indah.
scrapbook
tidak sekedar menempel kertas bergambar tetapi juga menuangkan
ekspresi dengan harmonisasi warna, motif, serta bentuk.
21Seni
scrapbook
ditemukan di Inggris pada abad ke 15, awalnya untuk
mengkompilasi resep masakan, puisi atau kata-kata indah. Dalam
perkembangannya media dan material
scrapbook
menjadi lebih bervariasi.
Tidak hanya pada album foto tetapi pada bingkai atau frame atau media lain
yang memiliki permukaan rata. Materialnya pun tidak terbatas pada kertas,
20
Ibid , hal 136 21
Adi Kusrianto dan Nurcahyo, Photoshop Photomontage, (Jakarta: PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO, 2010), hlm. 19
(34)
aneka benda bekas pakai pun bisa dimanfaatkan, seperti pernik kecil dari
plastik.
22Secara lebih luas S
crapbook
merujuk kepada satu cabang seni yaitu
kreatifitas menempel foto dengan menggunakan media kertas dan menghiasnya
sehingga menjadi sebuah karya kreatif. Media ini berupa
handmade
yang dibuat
dari kertas asturo maupun kertas karton.
Scrapbook
disebut seni membuat
kliping poto dan media cetak yang berbahan
paper craft
.
Scrapbook
juga
disebut media pengabadian moment penting melalui seni mengatur, kertas,
hiasan, dan foto dalam satu bingkai yang indah.
23Penggunaan media
Scrapbook
dalam pembelajaran diharapkan siswa
akan termotivasi, bergairah, berminat dan dapat meningkatkan aktivitas
belajarnya sehingga dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan.
3.
Langkah-langkah Pembelajaran Media
Scrapbook
Adapun Langkah- langkah penerapan media
Scrapbook
yakni:
24a.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD
b.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tidak harus berkelompok)
c.
Guru menunjukkan media
Scrapbook
tentang jenis-jenis pekerjaan
d.
Guru menjelaskan sebagian pengertian jenis-jenis pekerjaan
22
Iva Hardiana, terampil membuat 50 kreasi scrapbook cantik pada frame, (Jakarta:PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, 2006), hlm. 4
23
Astir Novia dan Natar Adri, Bisnis Sampingan Modal<5 juta (jakarta : Penebar Swadaya Grub, 2011), 206
24 Rachmad Widodo, Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar (21 November 2009),
(35)
e.
Setiap kelompok akan mendiskusikan tentang jenis-jenis pekerjaan
f.
Setiap perwakilan kelompok akan menempelkan gambar jenis-jenis
pekerjaan kertas karton atau pada kertas karton yang telah disediakn oleh
guru
g.
Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang jenis-jenis pekerjaan
h.
Setiap kelompok mendapatkan lks dari guru untuk mengerjakan soal
i.
Evaluasi
(36)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peritstiwa yang terjadi secara alami melalui pengumpulan data, yang selanjutnya dipaparkan dalam bentuk kalimat. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).1
Metode penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra dalam rangka perbaikan mutu pada pelaksanaan proses pembelajaran serta solusi dalam memperbaiki masalah yang terdapat di kelas. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan manfaatnya adalah untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikembangkan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan dalam suatu pengetahuan tertentu sehingga
1
(37)
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2
Secara lebih luas dapat dikatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya.
Sesuai dengan namanya, penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri, beriringan dengan proses pembelajaran sehingga PTK tidak dilakukan di kelas-kelas khusus. Seorang ahli dibidang penelitian, yaitu Arikunto menjelaskan pengertian PTK secara lebih sistematis sebagai berikut:3
1. Penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi penelitian.
2. Tindakan diartikan sebagai suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujauan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 6
3
(38)
Dari ketiga pengertian diatas, yakni penelitian, tindakan, dan kelas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud PTK adalah suatu usaha menelaah suatu obyek dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar mengajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Berdasarkan jenis penelitian rancangan atau desain PTK yang digunakan adalah menggunakan PTK Model Kurt Lewin yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi langkah-langkah: (1) Perencanaan (plan), (2) Melakukan tindakan (act), (3) Melaksanakan pengamatan (observe), (4) Mengadakan refleksi/analisis (reflection).
Secara sederhana alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:4
Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin
Penjelasan dari gambar penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin adalah sebagai berikut:
4
(39)
a) Perencanaan (planning), tahap ini kegiatan dilakukan dengan guru membuat RPP, serta mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
b)Tindakan (acting), peneliti harus melakukan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti, dan penutup.
c) Pengamatan (observing), yaitu mengamati siswa dalam proses kegiatan pembelajaran, memantau diskusi, kerjasama antar siswa dalam kelompok, memahami pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.
d)Refleksi (reflecting), mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusun rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah MI Darul Karomah Sidoarjo pada siswa kelas V yang berjumlah 42 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017. PTK ini melalui 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
(40)
peningkatan kemampuan menjelaskan siswa pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping.
Subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo tahun ajaran 2016-2017, dengan jumlah siswa 42 siswa dengan 15 orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP 2006.
Objek yang diteliti peneliti adalah hasil belajar peserta didik pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping di MI Darul Karomah Sidoarjo. Hasil belajar yang dimaksud adalah perolehan hasil tes peserta didik yang ditentukan dengan nilai yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
C. Variabel yang Diselidiki
Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia melalui metode Mind Mapping kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo. Di dalam variabel tersebut terdapat beberapa variabel yaitu: 1. Variabel input: Siswa kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo 2. Variabel proses: Penerapan metode pembelajaran Mind Mapping 3. Variabel output: Peningkatan hasil belajar IPS materi
peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.
(41)
Sesuai dengan rancangan penelitian, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus.
a. Siklus I
1) Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus pertama disusun berdasarkan hasil observasi kegiatan pra siklus. Rancangan tindakan ini disusun dengan mencakup beberapa antara lain:
a. Menentukan waktu pelaksanaan perbaikan, sekaligus
melakukan kesepakatan bahwa penelitian akan
mempraktekkan RPP dan guru bertindak sebagai obsever. b. Pembuatan instrumen penelitian berupa instrumen observasi
guru dan instrumen observasi aktivitas peserta didik. c. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran.
d. Menyiapkan RPP yang sesuai dengan Kompetensi Dasar untuk materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode Mind Mapping. e. Membuat instrumen penilaian untuk mengukur pemahaman
peserta didik.
f. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan. 2) Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan metode Mind Mapping. Kegiatan pelaksanaan yang
(42)
dilakukan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun untuk siklus I. Adapun rincian pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
3) Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan lembar observasi yang telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui pemahaman peserta didik.
Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan tindakan, sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan guru (peneliti) dan peserta didik dalam proses pembelajaran ini diamati dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya data hasil observasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan berikutnya.
4) Refleksi
Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus I. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a) menganalisis tindakan siklus I, b) mengevaluasi hasil dari tindakan siklus I, c) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh.
b. Siklus II
(43)
Perencanaan tindakan siklus II ini disusun berdasarkan refleksi dan hasil analisis pada siklus I. Dari hasil tersebut peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan memperlihatkan kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada siklus I.
b. Menyiapkan lembar kerja, sebagai penerapan metode Mind Mapping
c. Menyiapkan soal lembar evaluasi siswa sebagai penilaian dari hasil pemahaman peserta didik.
d. Membuat format penilaian serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran. e. Menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian tindakan kelas.
f. Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran. Dalam penelitian ini peserta didik dikatakan berhasil apabila mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM dengan nilai 75).
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II peneliti dibantu guru mata pelajaran IPS dalam melakasanakan skenario pembelajaran seperti yang telah direncanakan dalam RPP. Seperti pada siklus I, siklus II ini guru kembali bertindak sebagai observer
(44)
dan peneliti sebagai guru dalam menerapkan tindakan pembelajaran.
3) Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode pembelajaran Mind Mapping di kelas V MI Darul Karomah Sidoarjo. Pengamatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut: a. Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua
masalah atau kekurangan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping.
b. Meneliti dan menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan kegiatan peserta didik, lembar pengamatan kegiatan guru, dan lembar kerja peserta didik.
4) Refleksi
Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus II. Kegiatan yang dilakukan yaitu: a) menganalisis tindakan siklus II, b) mengevaluasi hasil dari tindakan siklus II, c) melakukan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil dari refleksi siklus II ini dijadikan dasar dalam penyusunan laporan hasil penelitian.
E. Data dan Cara Pengumpulan
(45)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), data adalah informasi yang mempunyai makna untuk keperluan tertentu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari hasil deskripsi wawancara dan observasi. Sedangkan data kuantitatif berasal dari pengambilan data nilai tes peserta didik, lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas peserta didik.
2. Sumber data
Sumber data dalam PTK sebagai berikut: a. Siswa
Dari sumber data peserta didik, untuk mendapatkan data mengenai hasil peningkatan hasil belajar IPS peserta didik materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan meode Mind Mapping.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia.
c. Teman sejawat/ Kolaborator
Teman sejawat/kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari peserta didik maupun guru.
(46)
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:
a. Tes
Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data dimana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta di dorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya.5 Subyek dalam hal ini adalah peserta didik kelas V harus mengisi item-item yang ada dalam tes yang telah disedikan, guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Khususnya dalam mata pelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Tes yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah tes pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan menerapkan metode Mind Mapping.
b. Observasi
Observasi adalah upaya merekam peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan
5
(47)
atau tanpa alat bantu.6 Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran.
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan subyek penelitian yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru terhadap kegiatan pembelajaran selama berlangsungnya penelitian tindakan. Dalam penelitian ini observasi
merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti.
c. Wawancara
Wawancara secara umum adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.7 Ada dua jenis wawancara yang sering digunakan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V mata pelajaran IPS. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data awal tentang proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian.
6
Tatag Yuli Eko Siswanto, Mengejar dan Meneliti Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Unesa University Press, 2008), hal. 25
7
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 20009), hal. 82
(48)
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden pertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari.8 Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen sebagai metode pengumpulan data adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan penguji suatu peristiwa atau penguji akunting.9
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang arsip nilai peserta didik kelas V mata pelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia di MI Darul Karomah Sidoarjo.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kaulitatif. Berikut dijelaskan paparan kedua teknik tersebut. 1. Teknik kuantitatif
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes pembelajaran IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan metode Mind Mapping pada siklus I dan siklus II.
8
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 81
9
(49)
2. Teknik kualitatif
Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), afektif, aktifitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran dapat dianalisis secara kualitatif. Digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase ketuntasan belajar peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir siklus.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut: a) Penilaian tes
Penilaian tes ini diperoleh dari hasil tes peningkatan kemampuan menjelaskan peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia berbentuk tes tulis soal berupa uraian dan kuis. Data dari hasil tes yang telah diperoleh, untuk menghitung rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik, maka peneliti menggunakan mean. Mean adalah nilai rata-rata dari data (berupa skor) yang
(50)
diperoleh dari pengumpulan data dimana besarannya bersifat kuantitas dan tidak bervariasi.10
Dinyatakan dengan menggunakan rumus:
Nilai Perolehan Akhir = ×
Setelah nilai peserta didik diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah peserta didik tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus
=
∑∑
Keterangan: M = Nilai rata-rata
∑ x = Jumlah semua nilai
∑N = Jumlah peserta didik
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
= × 100
Keterangan:
P = Prosentase yang akan diberi f = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh peserta didik
10
Bambang Soepono, Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hal. 23
(51)
Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan dalam lima kategori keseluruhan sebagai berikut:11
Tabel 3.1
Kriteria ketuntasan/kelulusan belajar siswa Taraf
Keberhasilan
Arti
81-100% Tinggi Sekali
61-80% Tinggi
41-60% Cukup
21-40% Rendah
<20% Rendah Sekali
b) Observasi 1. Guru
Observasi terhadap guru sebagai pengajar, akan dicari persentase kemampuan guru dalam proses pembelajaran IPS
dengan menggunakan metode Mind Mapping materi
peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus:12
Nilai perolehan Akhir = × 100
Setelah menghitung tahap-tahap kegiatan observasi guru, dapat diketahui berapa besar nilai keseluruhan observasi guru
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hal. 109
12
(52)
dalam proses belajar mengajar dengan penghitungan skor yang diperoleh dengan skor maksimal. Apabila masih kurang dari ketentuan skor perolehan akhir, maka akan dilaksanakan proses pembelajaran ulang.
2. Peserta didik
Observasi terhadap siswa sebagai pelajar, akan dicari skor nilai keseluruhan hasil belajar peserta didik pada saat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping
materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus:
Nilai Perolehan Akhir = × 100
G. Indikator Kinerja
Penelitian ini dianggap selesai apabila indikator kinerja dalam PTK ini tercapai. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Rata-rata hasil belajar IPS siswa MI Darul Karomah sebesar 75 b. Prosentase ketuntasan belajar klasikal ≥80%
c. Skor keaktifan guru 80
d. Skor keaktifan peserta didik 80
H. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang sifatnya kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Hamid selaku guru
(53)
mata pelajaran IPS kelas V yang mengajar di MI Darul Karomah Sidoarjo. Peneliti dan guru terlibat langsung dan sepenuhnya dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklusnya.
1. Peneliti
Nama : Alfi Rosyidah Hanif
NIM : D07213001
Jabatan : Mahasiswa PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya
Tugas :
Perencanaan penelitian, menyusun RPP, menyiapkan media dan sumber yang dibutuhkan dalam pembelajaran
Pelaksanaan tindakan penelitian
Bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran 2. Guru kolaborasi
Nama : Abdul Hamid
Jabatan : Guru mata pelajaran IPS kelas V MI Darul Karomah
Tugas :
Sebagai pengamat proses kegiatan pembelajaran
Turut merefleksi hasil observasi
(54)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti memaparkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peninggalan-peninggalan Sejarah Hindu-Budha di Indonesia dengan Metode Mind Mapping pada Kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo”. Adapun beberapa hal yang akan dipaparkan pada hasil penelitian ini berupa data-data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian hingga tujuan penelitian ini tercapai melalui beberapa perbaikan dalam penerapan metodenya.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Data-data yang diperoleh oleh peneliti pada setiap siklusnya antara lain berisi data hasil belajar siswa, data hasil observasi aktivitas guru, dan data hasil observasi aktivitas siswa.
1. Pra Siklus
Tahap ini merupakan tahapan yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data dari hasil wawancara dan pre tes. Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS pada tanggal 27 Februari pada pukul 10.00 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk
(55)
pembelajaram yang dilakukan guru dan siswa. Selain melakukan waawancara, peneliti juga melakukan pre tes pada siswa untuk mengetahui hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa metode dalam pembelajaran IPS seringkali hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru merasa ketika menggunakan metode ceramah siswa cenderung kurang memperhatikan dan pasif dalam kegiatan pembelajaran IPS. Dikarenakan materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia merupakan materi yang berisi tentang banyak nama, tempat, dan benda yang harus diingat. Sehingga ketika guru menggunakan metode ceramah siswa kurang memperhatikan dan merasa jenuh. Hal ini berdamapak pada hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Setelah melakukan wawancara, peneliti langsung melakukan tindakan pre tes untuk mengetahui awal hasil belajar IPS. Ada 34 siswa yangmemperoleh nilai dibawah KKM, dan hanya ada 8 siswa yang memperole nilai diatas KKM. Dari hasil pre tes tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan. Sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
(56)
Nilai Pre Tes siswa
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. MVA 35 Tidak Tuntas
2. AIM 43 Tidak Tuntas
3. AWRM 46 Tidak Tuntas
4. AAR 76 Tuntas
5. ASF 49 Tidak Tuntas
6. ANA 80 Tuntas
7. BAAD 31 Tidak Tuntas
8. CKS 44 Tidak Tuntas
9. CMA 33 Tidak Tuntas
10. CP 78 Tuntas
11. DNA 45 Tidak Tuntas
12. FNR 48 Tidak Tuntas
13. GNRD 84 Tuntas
14. IAJ 44 Tidak Tuntas
15. KSW 47 Tidak Tuntas
16. MASP 36 Tidak Tuntas
17. MMAA 36 Tidak Tuntas
18. MMRPA 36 Tidak Tuntas
19. MFA 75 Tuntas
20. MS 43 Tidak Tuntas
(57)
22. MNK 51 Tidak Tuntas
23. MRNS 38 Tidak Tuntas
24. MHA 46 Tidak Tuntas
25. MAZM 33 Tidak Tuntas
26. MDK 1 79 Tuntas
27. MAW 45 Tidak Tuntas
28. MAA 41 Tidak Tuntas
29. MDK 2 - Tidak Tuntas
30. MJFH 33 Tidak Tuntas
31. NFR 36 Tidak Tuntas
32. RYP 32 Tidak Tuntas
33. SAS 75 Tuntas
34. SON 53 Tidak Tuntas
35. SM 44 Tidak Tuntas
36. TAUY 37 Tidak Tuntas
37. TNM 46 Tidak Tuntas
38. WRAP 36 Tidak Tuntas
39. ZAN 42 Tidak Tuntas
40. ZI 1 42 Tidak Tuntas
41. ZI 2 83 Tuntas
42. MFF 43 Tidak Tuntas
(58)
Rata-rata Nilai 46,5 Keterangan:
1) Keterangan nilai rata-rata siswa :
= ∑
∑
= = 46,5 2) Keterangan ketuntasan siswa
= 100
= × 100
= 19,04%
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada hasil pre tes adalah 46,5. Dari jumlah siswa 42 hanya 8 siswa yang memiliki nilai di atas KKM, dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 19,04%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Perolehan prosentase nilai tersebut belum mencapai ketentuan indikator kinerja, sehingga peneliti mengambil tindakan dengan menggunakan metode Mind Mapping.
2. Siklus I
(59)
Pada tahap perencanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017, penelitian ini berkolaborasi dengan guru. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya:
a) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan menggunakan metode mind mapping untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
b) Menyiapkan instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa
c) Menyiapkan media gambar sebagai bahan penunjang
pelaksanaan siklus I
d) Menyiapkan bagan mind mapping yang belum sempurna untuk dijadikan bahan dalam menjelaskan materi dengan mengikutsertakan siswa dalam melengkapinya,
e) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru yang
digunakan saat pelaksanaan siklus I berlangsung.
f) Menyiapkan lembar observasi siswa yang digunakan saat pelaksanaan siklus I berlangsung.
Beberapa hal di atas dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan siklus I dalam proses pembelajaran dan berharap dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti melaksanakannya pada tanggal 8 Mei 2017. Siklus I ini
(60)
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yakni 2x35 menit, dengan total waktu yang digunakan adalah 70 menit. Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran siswa kelas V MI Darul Karomah di Sidoarjo dengan jumlah siswa 42 siswa, terdiri dari 24 siswa dan 18 siswi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam proses belajar siswa dengan tiga tahapan yakni terdiri dari tahap kegiatan pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup.
Tahap kegiatan pendahuluan dilakukan dengan cara membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan menanyakan kabar siswa. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa, dan mengenalkan sebuah tepukan dengan nama “tepuk diam” untuk mengkondisikan keadaan siswa. Tepukan ini berfungsi untuk menyiapkan kesiapan mereka dalam memulai kegiatan pembelajaran. Setelah siswa terkondisikan, peneliti mulai menunjukkan sebuah gambar peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan gambar. Contoh pertanyaan yang diberikan peneliti “ada yang tau gambar apa yang saya bawa?”. Ada beberapa pertanyaan yang lain dalam mengeksplorasi pengetahuan siswa. Setelah peneliti merangsang ketertarikan siswa pada materi pada pelajaran, barulah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Tahap kegiatan inti dimulai dengan peneliti mengajak siswa membaca basmallah bersama untuk memulai proses pembelajaran.
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
Diagram 4.4
Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa
Pada grafik diatas dapat menunjukkan bahwa hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I 68,83 meningkat menjadi 80,5 pada siklus II.
Dari beberapa paparan diatas, dapat dikatakan metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia pada kelas V di MI Darul Karomah Sidoarjo.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Pre t es Siklus I Siklus II
(2)
98
Tabel 4.8 Peningkatan Penelitian
No. Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan
1.
Observasi aktivitas guru
57,5 82,5 25
2.
Observasi aktivitas siswa
58,3 86,6 28,3
3. Nilai rata-rata siswa 68,83 80,5 11,67
4.
Prosentase ketuntasan belajar
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini mengenai peningkatan pemahaman pada mata pelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaan
melalui media Scrapbook siswa kelas III MI Manbaul Ulum Japanan Kemlagi
Mojokerto dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan media Scrapbook materi jenis-jenis pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, dilaksanakan dengan melalui dua siklus. Dilaksanakannya dua siklus, karena pada pada siklus I belum berhasil. Hal ini disebabkan guru kurang bisa mengkondisikan siswa. Setelah dilakukannya refleksi pada siklus I, maka pada siklus II dapat berhasil. Hal ini dapat dibuktikan meningkatnya hasil pengamatan aktivitas guru dan hasil pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan guru pada siklus I adalah 81,25 dan hasil pengamatan pada siklus II adalah 90,6 pencapaiannya sangat tinggi. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I adalah 76,6 dan hasil pengamatan pada siklus II adalah 90.
2. Peningkatan penerapan media Scrapbook materi jenis-jenis pekerjaan meningkat sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan ketuntasan pemahaman belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata pemahaman yang didapat adalah 76,45 dengan prosentase
(4)
81
ketuntasan pemahaman 56,66%, karena pada siklus I belum mencapai indikator ketuntasan, maka dilaksanakannya siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata pemahaman siswa adalah 95,5 dengan prosentase ketuntasan pemahaman adalah 96,66%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap siklusnya telah mengalami peningkatan hingga memenuhi indikator ketuntasan pada siklus II.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui media pembelajaran Scrapbook peneliti menyarankan:
1. Pada saat menggunakan media yang akan diterapkan pada saat proses pembelajaran adalah harus menyesuaikan karakteristik peserta didik. Jika media yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik maka akan mempengaruhi hasil pemahaman siswa.
2. Untuk melaksanakan media pembelajaran Scrapbook perlu persiapan yang
maksimal sehingga guru dapat menentukan materi yang sesuai dengan model pembelajaran tersebut.
3. Untuk penelitian selanjutnya peningkatan pemahaman materi dapat
dilakukan dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan supaya diperoleh hasil yang baik.
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo dan Sri Wahyuni. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Barr, Robert. 1987. Hakikat Dasar Studi Sosial. Bandung: CV. Sinar Baru.
Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://mster-al.blogspot.co.id/2012/08/sejarah-mind-map.html diakses 20 Maret 2017
http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-contoh-bentuk-peninggalan-sejarah-di-indonesia.html diakses 08 Januari 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah diakses 08 januari 2017
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2014. Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo. Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Rosdakarya. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik TerpaduTeori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Siswanto, Tatag Yuli Eko. 2008. Mengejar dan Meneliti Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Unesa University Press
Soepono, Bambang. 1997. Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Subhan, Fauti. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Sidoarjo: Qisthos Digital Press.
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
(6)
105
Sudjana, Nana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sukidin, dkk. 2010. Manajemen Penelitian Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2010. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Susanto, Ahmad. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri.
Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras
Usman, Moh. User. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Waridah, Ernawati dan Suzana. 2014. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka.