PENGARUH ALOKASI PEMBIAYAAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI OLEH PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TIMUR : PERIODE TRIWULANAN TAHUN 2010-2015.

(1)

PENGARUH ALOKASI PEMBIAYAAN SEKTOR-SEKTOR

EKONOMI OLEH PERBANKAN SYARIAH TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PROVINSI JAWA TIMUR

(PERIODE TRIWULANAN TAHUN 2010-2015)

SKRIPSI

Oleh:

NURLAILI ADKHI RIZFA FAIZA NIM. C7421314

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA


(2)

PENGARUH ALOKASI PEMBIAYAAN SEKTOR-SEKTOR

EKONOMI OLEH PERBANKAN SYARIAH TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PROVINSI JAWA TIMUR

(PERIODE TRIWULANAN TAHUN 2010-2015)

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ekonomi Syariah

Oleh :

NURLAILI ADKHI RIZFA FAIZA NIM: C74213134

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Alokasi Pembiayaan Sektor-sektor Ekonomi oleh Perbankan Syariah terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Jawa Timur” ini membahas tentang analisis pengaruh pembiayaan sektoral oleh perbankan syariah terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk membangun fakta dengan menyelidiki hubungan antara pembiayaan sektor ekonomi terhadap PDRB Jawa Timur,

Metode penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan data time series tahun 2010-2015 periode triwulanan dan mem-proxy-kan ke empat sektor utama lapangan kerja berdasarkan Nawacita, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Kemudian, dianalisa secara deskriptif berdasarkan metode statistik dan dicari faktor penyebab dari fenomena hasil penelitian tersebut. Uji pengaruh dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana dan berganda dengan bantuan software SPSS 21.00.

Hasil uji model pengaruh pembiayaan sektor ekonomi Nawacita oleh perbankan Syariah di Jawa Timur terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukan bahwa tidak seluruh pembiayaan sektor ekonomi di Jawa Timur memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur secara umum. Pembiayaan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Kemudian, pembiayaan sektor pertambangan berkorelasi positif namun tidak berpengaruh secara signfikan terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Timur. Sedangkan, pembiayaan sektor industri pengolahan dan konstruksi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB Jawa Timur. Sementara itu, hasil uji model pengaruh pembiayaan sektor ekonomi Nawacita secara sektor per sektor terhadap PDRB sektor ekonomi Nawacita mendapatkan hasil bahwa semua pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor masing-masing, kecuali sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berpengaruh positif namun tidak signifikan. Rendahnya tingkat pengaruh dan signifikansi pembiayaan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap PDRB secara umum maupun PDRB sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan disebabkan karena rendahnya akses petani dalam mendapatkan pembiayaan oleh perbankan syariah, baik karena akses lokasi maupun petani sendiri yang belum bankable. Selain itu, risiko sektor pertanian, kehutanan, dan peikanan yang cukup tinggi menjadikan perbankan syariah kurang melirik sektor ini untuk dijadikan nasabah pembiayaan.

Dari hasil penelitian di atas, diharapkan sosialisasi dan edukasi lebih diintensifkan lagi agar pemahaman masyarakat tentang perbankan syariah semakin luas dan semakin bankable. Perbankan syariah, Bank Indonesia dan Pemerintah perlu memberikan perhatian terhadap penyaluran pembiayaan sektoral dan bersinergi memberikan pembiayaan rendah margin.


(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan ... 13

D. Kegunaan Hasil Peneltian ... 14

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 39

C. Kerangka Konseptual ... 48

D. Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

D. Variabel Penelitian ... 52

E. Definisi Operasional ... 53

F. Data dan Sumber Data... 56

G. Teknik Pengumpulan Data ... 57


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 63

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 63

B. Analisis Data ... 66

BAB V PEMBAHASAN ... 82

A. Gambaran Umum PDRB dan Pembiayaan Perbankan Syariah Provinsi Jawa Timur ... 82

B. Pengaruh Pembiayaan Sektor Nawacita terhadap PDRB Sektor Ekonomi ... 89

C. Pengaruh Pembiayaan Sektor Nawacita Secara Sektor per Sektor terhadap PDRB Sektor Ekonomi Nawacita ... 104

BAB VI PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Sebaran Jaringan Kantor BUS dan UUS Bank Syariah ... 4

Tabel 1.2 Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2013-2014 .... 6

Tabel 1.3 Jumlah Pembiayaan Sektor Lapangan Kerja oleh BUS dan UUS .. 7

Tabel 1.4 Program Nawacita dan Proxy Sektor Ekonomi ... 8

Tabel 1.5 Tiga Besar Provinsi dengan Alokasi Pembiayaan Terbesar di Indonesia bulan Juli 2016 ... 11

Tabel 1.6 Prosentasi Kontribusi PDRB Provinsi terhadap PDB Nasional Indonesia ... 12

Tabel 2.1 Akad dan Jenis Pembiayaan Perbankan Syariah ... 21

Tabel 2.2 Total Nominal dan Jumlah Rekening Pembiayaan oleh BUS dan UUS Provinsi Jawa Timur ... 22

Tabel 2.3 Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2015 ... 36

Tabel 2.4 Program Nawacita dan Proxy Sektor Ekonomi ... 39

Tabel 3.1 Variabel Pembiayaan Sektor Ekonomi ... 55

Tabel 3.2 Program Nawacita dan Proxy Sektor Ekonomi ... 55

Tabel 3.3 Rincian 9 Sektor Ekonomi (Lapangan Usaha) di Indonesia... 56

Tabel 4.1 Uji Normalitas Pembiayaan Sektor-sektor Ekonomi Nawacita (X1, X2, X3, X4) terhadap (Y) PDRB Sektor Ekonomi ... 67

Tabel 4.2 Uji Normalitas Variabel (X1) Pembiayaan Sektor AGRIFISH terhadap (Y1) PDRB Sektor AGRIFISH ... 67

Tabel 4.3 Uji Normalitas Variabel (X2) Pembiayaan Sektor MINING terhadap (Y2) PDRB Sektor MINING ... 68

Tabel 4.4 Uji Normalitas Variabel (X3) Pembiayaan Sektor INDUST terhadap (Y3) PDRB Sektor INDUST ... 69

Tabel 4.5 Uji Normalitas Variabel (X4) Pembiayaan Sektor CONST terhadap (Y4) PDRB Sektor CONST ... 69

Tabel 4.6 Uji Regresi Variabel Pembiayaan Sektor-sektor Ekonomi Nawacita (X1, X2, X3, X4) Pembiayaan Sektor Ekonomi terhadap (Y) PDRB Sektor Ekonomi ... 71

Tabel 4.7 Uji Regresi Variabel (X1) Pembiayaan Sektor AGRIFISH terhadap (Y1) PDRB Sektor AGRIFISH ... 72

Tabel 4.8 Uji Regresi Variabel (X2) Pembiayaan Sektor MINING terhadap (Y2) PDRB Sektor MINING ... 73


(12)

Tabel 4.9 Uji Regresi Variabel (X3) Pembiayaan Sektor INDUST terhadap (Y3)

PDRB Sektor INDUST ... 74 Tabel 4.10 Uji Regresi Variabel (X4) Pembiayaan Sektor CONST terhadap (Y4)

PDRB Sektor CONST ... 74 Tabel 4.11 Hasil Uji Pengaruh Koefisien Determinasi Pembiayaan Sektor Nawacita secara Parsial terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur ... 76 Tabel 4.12 Hasil Uji Pengaruh Koefisien Determinasi Pembiayaan Sektor Nawacita secara Sektor per Sektor terhadap PDRB Sektor Nawacita76 Tabel 4.13 Uji T-Statistik Variabel X Pembiayaan Sektor Ekonomi terhadap

Variabel Y PDRB Sektor Ekonomi ... 79 Tabel 4.14 Uji T-Statistik Variabel Pembiayaan Sektor Ekonomi Nawacita terhadap Variabel PDRB Sektor Ekonomi Nawacita... 80 Tabel 5.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Ekonomi Periode

2010-2015... 83 Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Pembiayaan Sektoral Tahun 2010-2015 ... 89


(13)

DAFTAR GAMBAR

Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Penyaluran Dana Pembiayaan oleh BUS-UUS dan Pertumbuhan PDB Indonesia ... 5 Grafik 2.1 Jenis Pembiayaan Perbankan Syariah ... 18 Grafik 5.1 Nilai Produk Domestik Regional Bruto menurut Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Harga Konstan ... 84 Grafik 5.2 Proporsi PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Timur .... 85 Grafik 5.3 Share Pembiayaan Lapangan Usaha ... 87 Grafik 5.4 Proporsi Pembiayaan oleh perbankan Syariah di Jawa Timur Menurut Sektor ... 88 Grafik 5.5 Pembiayaan Pertambangan oleh Perbankan Syariah Jawa Timur ... 106 Grafik 5.6 Pembiayaan Industri Pengolahan oleh Perbankan Syariah di Jawa Timur ... 107 Grafik 5.7 Pembiayaan Konstruksi oleh Perbankan Syariah di Jawa Timur .... 108


(14)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. ا ’ t}

2. b z}

3. t ع ‘

4. th gh

5. ج j ف f

6. h} ق q

7. خ kh ك k

8. d l

9. dh m

10. r n

11. z w

12. س s h

13. ش sh ء ’

14. ص s} ي y

15. ض d}

Sumber: Kate L.Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).

B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda danHuruf Arab Nama Indonesia

ــــــــ fath}ah a

ــــــــ kasrah i


(15)

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a>’ (ءا قا)

2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.

ْيــــ

fath}ah dan ya’ ay a dan y

ْوـــــ

fath}ah dan wawu aw a dan w

Contoh : bayna ( نيب ) : mawd}u>‘ ( عوضوم ) 3. Vokal Panjang (mad)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Keterangan

اــــ

fath}ah dan alif a> a dan garis di atas

يـــ

kasrah dan ya’ i> i dan garis di atas

وــــ

d}ammah dan

wawu

u> u dan garis di atas

Contoh : al-jama>‘ah ( عا جلا ) : takhyi>r ( ريي ت ) : yadu>ru ( ي ) C. Ta’ Marbut}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua :

1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh : shari>‘at al-Isla>m ( اسَا يرش) : shari>‘ah isla>mi>yah ( يماسإ يرش)


(16)

D. Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan translitersi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita.1 Setiap pembangunan ekonomi diharapkan dapat berpengaruh dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan total output dalam perekonomian yang didefinisikan oleh beberapa ekonom sebagai peningkatan Gross Domestic Product (GDP) riil per kapita.2 Gross Domestic Product (GDP) dalam bahasa Indonesia diebut sebagai Produk Domestik Bruto, yakni hasil nilai output seluruh produksi yang ada di wilayah negara tersebut dalam satu tahun, berupa barang jadi atau jasa akhir. Di dalam teori-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas dari faktor-faktor produksi, seperti kapital atau modal, sumber daya manusia, teknologi, bahan baku, entrepreneurship, dan energi.3

Industri keuangan merupakan instrumen yang memiliki urgensi strategis dalam sebuah negara. Sektor keuangan tidak hanya berkontribusi langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), bahkan juga ikut berkontribusi besar bagi perekonomian dan masyarakat pada umumnya melalui

1 M. Irawan dan Suparmoko, Ekonomika Pembangunan, ed.6 (Yogyakarta: BPFE, 2002), 5. 2 Karl E. Case dan Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi, dalam Tan S. D. Alatan dan Sautma R. Basana, “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur”, FINESTA, Vol. 3, No. 1 (2015), 63.


(18)

2

kegiatan intermediasi keuangan (financial intermediation). Melalui proses intermediasi keuangan, sektor jasa keuangan berperan penting dalam mobilisasi dan mengalokasikan dana dari surplus unit ke deficit unit sehingga akan menggerakkan dan mendukung perekonomian nasional.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan optimal apabila stabilitas industri keuangan negara tersebut dapat terpelihara dengan baik. Di Indonesia, industri keuangan masih didominasi oleh perbankan. Hal ini menimbulkan tingginya ketergantungan kepada perbankan sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan perekonomian. Dengan demikian, apabila perbankan tidak dapat menyalurkan pendanaan kepada sektor riil, maka pengaruh kelambatan pertumbuhan ekonomi menjadi terasa.

Dalam suatu sistem ekonomi modern, perbankan memiliki peran strategis dalam perekonomian suatu negara. Disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.4 Kemudian berdasarkan pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”5 Dilanjutkan lagi, berdasaran pasal 1 ayat 7 UU No. 20 tahun

4Presiden Republik Indonesia, “Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah”. 5Presiden Republik Indonesia, “Undang


(19)

3

2008, “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”.6 Hal ini menunjukkan bahwa perbankan menyediakan salah satu faktor produksi yakni kapital. Undang-undang tersebut secara tegas juga menyatakan bahwa Indonesia menganut dual banking system dalam sistem perbankan nasional dengan diakuinya kehadiran bank dengan prinsip syariah untuk beroperasi, baik sebagai Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah dari bank konvensional.

Hadirnya perbankan syariah di Indonesia dipelopori dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992. Dari kurun waktu tersebut, perbankan syariah berkembang dengan pesat terlihat dari banyaknya bank umum syariah lainnya yang lahir maupun pembukaan unit usaha syariah dari bank konvensional. Perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan berperan menyalurkan dana masyarakat ke dalam investasi aset produktif yang akan mendorong produktivitas sektor riil, akumulasi modal kapital, dan pengeluaran agregat kemudian berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut Adiwarman Karim, Indonesia merupakan the biggest retail Islamic Banking.7 Hal ini didukung dengan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Juli tahun 2016, 1799 jaringan kantor yang dioperasikan oleh 12 Bank Umum Syariah (BUS). Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) memiliki 328 jaringan kantor yang dioperasikan oleh 22 UUS. Ditambah lagi dengan jaringan

6Presiden Republik Indonesia, “Undang

-undang No. 20 ...”.

7 Adiwarman Azwar Karim menyampaikan dalam presentasinya yang berjudul “Islamic Financial Inclusion”, disampaikan di Seminar Keuangan Inklusif dalam rangka Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014, 7 November 2014 di Surabaya.


(20)

4

kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang mencapai 270 kantor. Sementara itu, dari sisi aset, total aset BUS dan UUS di Indonesia pada akhir Juli 2016 mencapai Rp 305,542 triliun.8

Tabel 1.1 Data Sebaran Jaringan Kantor BUS dan UUS Bank Syariah

Kelompok Bank KPO/KC KCP/UPS KK

Bank Umum Syariah 456 1.161 182

Unit Usaha Syariah 149 135 44

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 97 - 173

TOTAL 702 1.296 339

Keterangan:

- KP = Kantor Pusat - KC = Kantor Cabang

- UUS = Unit Usaha Syariah - KCP/UPS = Kancab Pembantu/ Unit pelayanan Syariah - KPO = Kantor Pusat Operasional - KK = Kantor Kas

Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah, Desember 2015, diolah.

Survai lain, berdasarkan penilaian Islamic Bankers Asociation yang terangkum dalam Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2015, ranking Indonesia dalam IFCI (Islamic Finance Country Index) berada di urutan ketujuh negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Bahrain. Penilaian tersebut didapat dari beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar.9 Hal ini tentu menjadi potensi besar perbankan syariah untuk berperan dalam kontribusinya menumbuhkan perekonomian Indonesia.

8Otoritas Jasa Keuangan, “Statistik Perbankan Syariah”, Juli 2016.

9 Islamic Bankers Asociation, “Global Islamic Finance Report 2015”, 47,dalam http://www.gifr.net/gifr2015/ch_02.pdf, diakses pada 16 Agustus 2016.


(21)

5

Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Penyaluran Dana Pembiayaan oleh BUS- UUS dan Pertumbuhan PDB Indonesia

Sumber: OJK dan BPS, diolah

Grafrik 1.1 Menunjukkan bahwa pertumbuhan pembiayaan oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia secara umum memiliki nilai yang cukup tinggi pada periode tahun 2005-2012. Pada periode 2012, pertumbuhan pembiayaan oleh BUS dan UUS mencapai sebesar 50,6% dengan total penyaluran dana pembiayaan Rp 147,5 Triliun. Namun kemudian pertumbuhan pembiayaan melambat pada periode tahun 2013-2015. Pada tahun 2015 pertumbuhan pembiayaan oleh BUS dan UUS sebesar 6,9% dengan jumlah alokasi dana pembiayaan Rp 213 Triliun. Sementara itu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia relatif stagnan di kisaran 5%-6%.

5,7% 5,5% 6,3% 6,0% 4,6% 6,2% 6,5% 6,3% 5,7% 5,1%

32,6% 34,2%

36,7% 36,7%

22,8%

45,4%

50,6%

43,7%

24,8%

8,3%

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0%

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014


(22)

6

Tabel 1.2 Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2013-2014 (Milyar Rupiah)

No Lapangan Usaha Jumlah2013 % Jumlah2014 %

1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 339.561 12,26% 350.722 12,06% 2 Pertambangan dan Penggalian 195.853 7,07% 195.425 6,72%

3 Industri Pengolahan 707.482 25,55% 741.836 25,50%

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 21.255 0,77% 22.424 0,77%

5 Bangunan 182.118 6,58% 194.093 6,67%

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

501.041 18,09% 524.310 18,02% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 291.404 10,52% 318.528 10,95% 8 Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 272.142 9,83% 288.351 9,91%

9 Jasa - Jasa 258.198 9,32% 273.493 9,40%

Produk Domestik Bruto 2.769.053 100,00% 2.909.182 100,00%

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.

Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2014 mencapai Rp 2.909 Triliun, naik 5,1% dari tahun 2013 yakni Rp 2.769 Triliun. Rincian pendapatan nasional dalam hal ini adalah Produk Domestik Bruto berdasarkan sektor dapat menerangkan struktur perekonomian suatu negara. Tabel di atas menunjukkan bahwa sektor ekonomi Indonesia, berdasarkan klasifikasi sektor ekonomi Badan Pusat Statistik, didominasi oleh sektor Industri Pengolahan; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; serta Pertanian, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan.

Di sisi lain, tujuan utama perbankan syariah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Untuk merealisasikannya, kegiatan perbankan harus terfokus pada kegiatan produksi.10 Dalam mendukung hal tersebut, perbankan syariah melalui BUS, UUS, dan BPRS memberikan pembiayaan terhadap sektor ekonomi atau lapangan usaha. Sektor lapangan usaha yang diberikan pembiayaan oleh perbankan syariah menurut publikasi

10Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Global (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), 135.


(23)

7

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan meliputi sektor: a) pertanian, perburuan, dan kehutanan; b) perikanan; c) pertambangan dan penggalian; d) industri pengolahan; e) listrik, gas, dan air; f) konstruksi; g) perdagangan besar dan eceran; h) penyediaan akomodasi dan penyediaan makan dan minum; i) transportasi, pergudangan, dan komunikasi; j) perantara keuangan; k) real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan; l) administrasi pemerintahan, pertahanan, dan, jaminan sosial wajib; m) jasa pendidikan; n) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; o) jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan, dan perorangan lain; p) jasa perorangan yang melayani rumah tangga; q) badan internasional dan badan ekstranasional laainnya; dan r) kegiatan yang belum jelas batasannya.

Tabel 1.3 Jumlah Pembiayaan Sektor Lapangan Kerja oleh BUS dan UUS per Juli 2016 (milyar Rupiah)

No Lapangan Usaha Pembia

yaan

Prosenta se

1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 7.832 5,80%

2 Perikanan 1.354 1,00%

3 Pertambangan dan Penggalian \6.426 4,76%

4 Industri Pengolahan 17.839 13,21%

5 Listrik, gas dan air 7.152 5,30%

6 Konstruksi 11.046 8,18%

7 Perdagangan Besar dan Eceran 27.777 20,57%

8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 2.723 2,02%

9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi 10.925 8,09%

10 Perantara Keuangan 19.643 14,54%

11 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10.051 7,44% 12 Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sos. Wajib 263 0,19%

13 Jasa Pendidikan 3.468 2,57%

14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.684 1,99%

15 Jasa Kemasyarakatan, Sos. Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya

4.617 3,42%

16 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 329 0,24%

17 Badan Intl’ dan Badan Ekstra Internasional Lainnya - 0,00%

18 Kegiatan yang belum jelas batasannya 931 0,69%

Jumlah 135.060 100%


(24)

8

Pembiayaan oleh BUS dan UUS di Indonesia per Juli 2016 untuk lapangan usaha adalah sebesar Rp 135, 06 Triliun dari total pembiayaan keseluruhan Rp 220,143 Triliun. Pembiayaan tersebut didominasi untuk pembiayaan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 20,57%.

Tabel 1.4 Program Nawacita dan Proxy Sektor Ekonomi

No Kode Dimensi Program Nawacita Sektor Ekonomi

1 AGRIFISH Mewakili ketahanan pangan (Nawacita Pertanian, kehutanan, dan perikanan

2 MINING Ketahanan Energi Pertambangan dan penggalian

3 INDUST Peningkatan produktivitas dan daya saing ekspor Industri Pengolahan 4 CONST Program infrastruktur pendukung Konstruksi

Sementara itu, sektor-sektor yang termasuk dalam program “Nawacita”11 yaitu: 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan; 2) konstruksi; 3) pertambangan dan penggalian; dan 4) industri pengolahan tidak mendapatkan distribusi alokasi pembiayaan signifikan. Pembiayaan untuk ketahanan pangan yakni sektor pertanian misalnya, hanya 4,58% dari total pembiayaan. Sektor perikanan jauh lebih sedikit, yakni hanya 1%. Begitupun dengan sektor pertambangan yang hanya 4,78% dari total pembiayaan. Hal ini sangat disayangkan mengingat sektor-sektor tersebut merupakan andalan Indonesia.

Melihat berbagai masalah tersebut, menjadi hal menarik untuk dikaji apakah pertumbuhan pembiayaan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini diwakili oleh Produk Domestik Bruto (PDB). Adanya

11 “Nawacita” adalah 9 agenda prioritas yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodountuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam bidang ekonomi, dimensi program “Nawacita” adalah ketahanan pangan, ketahanan energi, peningkatan produktivitas dan daya saing ekspor, serta program infrastruktur pendukung.


(25)

9

hubungan antara pembiayaan atau kredit sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi juga telah didukung oleh penelitian terdahulu. Dalam tataran analisis tingkat negara, penelitian Rajan dan Zingales (1998) memberikan dukungan terhadap dampak positif kredit perbankan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sari (2006) dan Baroroh juga mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tedapat hubungan positif anatara alokasi kredit dengan pertumbuhan ekonomi. Secara terpisah, studi lain menyatakan bahwa pemberian kredit tidak selalu berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian dari Augier dan Sudarmono (2011) menyatakan bahwa pemberian kredit hanya berpengaruh positif terhadap negara dengan kualitas fundamental ekonomi yang baik. Beberapa penelitian baru justru menunjukkan bahwa kredit perbankan dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Alatan dan Basana (2015), menunjukan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi di Jawa Timur signifikan dan memberikan pengaruh positif terhadap PDRB. Sementara Arcand et al. (2012) dan Samargandi et al. (2015) menunjukkan bahwa sampai tingkatan tertentu, peningkatan kredit perbankan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila secara agregat alokasi kredit terlampau besar, maka peningkatan kredit dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi karena terdapat productivity shift effects dari sektor riil ke sektor finansial.

Berdasarkan hal di atas, analisis pengaruh pembiayaan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini produk Domestik Bruto (PDB) masih relevan untuk dikaji lebih mendalam, khususnya di negara berkembang


(26)

10

dengan sistem finansial yang masih didominasi sektor perbankan. Karakteristik industri perbankan di Indonesia sangat relevan untuk topik penelitian, khususnya karena perbankan Indonesia dianggap relatif paling rapuh di ASEAN-5 (Soedarmono et al., 2015). Selain itu, secara umum rasio kredit perbankan Indonesia per tahun 2013 terhadap PDB masih di posisi 31%, jauh lebih kecil dari negara tetangga yang mampu mencapai rasio di atas 100%, seperti Malaysia yang mampu mencapai rasio kredit perbankan sebersar 115,9%, Vietnam sebesar 111,6%, dan Tahiland sebesar 131,9%.12

Penelitian ini akan memberikan pendalaman terhadap isu tersebut dalam konteks perbankan syariah di Indonesia, dalam hal ini tataran lebih sempit dengan objek Provinsi Jawa Timur. Hal ini menarik karena Jawa Timur adalah salah satu market leader perekonomian syariah di Indonesia. Kontribusi perbankan syariah di provinsi Jawa Timur ditunjukkan dengan banyaknya pembiayaan terhadap berbagai sektor. Per bulan Juli 2016, Jawa Timur menempati posisi ketiga, berada di bawah DKI Jakarta dan Jawa Barat, dalam pembiayaan sektoral terbanyak se-Indonesia sejumlah Rp 12,67 Triliun.

12 Desy Saputra, “BI Harapkan Rasio Kredit Perbankan Meningkat”, 19 Februari 2013, di http://www.antaranews.com/berita/359146/bi-harapkan-rasio-kredit-perbankan-meningkat, diakses pada 16 Agustus 2016.


(27)

11

Tabel 1.5 Tiga Besar Provinsi dengan Alokasi Pembiayaan Terbesar di Indonesia bulan Juli 2016

(milyar Rupiah)

Sektor Ekonomi Jakarta DKI BaratJawa Timur Jawa

Pertanian, perburuan dan Kehutanan 3.662 289 196

Perikanan 728 141 68

Pertambangan dan Penggalian 5.475 72 54

Industri Pengolahan 9.022 1.305 2.732

Listrik, gas dan air 6.397 266 55

Konstruksi 4.296 1.810 1.364

Perdagangan Besar dan Eceran 9.315 4.533 3.286

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

1.123 467 159

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 6.945 798 770

Perantara Keuangan 11.250 1.313 1.715

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 5.182 1.652 1.018 Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 251 0 2

Jasa Pendidikan 1.036 625 307

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 735 302 386

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan

Perorangan lainnya 1.370 830 443

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 31 54 59

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

-

- -

Kegiatan yang belum jelas batasannya 291 212 61

Total 67.108 14.668 12.674

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah, Juli 2016. Diolah

Pembangunan di Provinsi Jawa Timur yang selama ini berlangsung dan dilaksanakan secara menyeluruh serta berkesinambungan dalam beberapa periode juga menunjukan perkembangan yang cukup positif. Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, Jawa Timur selalu mengalami pertumbuhan di atas nasional selama lima tahun terakhir sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi Jawa Timur lebih kondusif dibanding rata-rata seluruh provinsi. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat secara langsung maupun secara tidak langsung meningkatkan perekonomian masyarakat. Kontribusi PDRB Jawa timur terhdap PDB nasional juga cukup tinggi mencapai 14,50%.


(28)

12

Tabel 1.6 Prosentasi Kontribusi PDRB Provinsi terhadap PDB Nasional Indonesia

Sumber: BPS Jawa Timur, 2015

Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisa pembiayaan sektor-sektor ekonomi dari perbankan syariah sebagai media intermediasi penyaluran dana modal apakah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penelitian ini fokus pada dampak pemberian pembiayaan kepada PDRB sektor-sektor ekonomi. Dalam kaitan tersebut, juga dilakukan proxy terhadap program “Nawacita” yaitu: 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan; 2) konstruksi; 3) pertambangan dan penggalian; dan 4) industri pengolahan untuk diteliti pengaruh pembiayan terhadap PDRB sektor per sektor. Selain itu juga akan dianalisa faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya peran pembiayaan perbankan syariah Provinsi Jawa Timur terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Alokasi Pembiayaan Sektor-sektor Ekonomi oleh Perbankan Syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur” akan dibahas mendalam pada bab-bab berikutnya.


(29)

13

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Adakah pengaruh pembiayaan sektor ekonomi Nawacita secara parsial terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur?

2. Adakah pengaruh pembiayaan sektor ekonomi Nawacita secara sektor per sektor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Nawacita Provinsi Jawa Timur?

3. Faktor apa yang menyebabkan besarnya kontribusi pembiayaan sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pembiayaan sektor ekonomi Nawacita terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur.

2. Untuk menguji dan menganalisis pembiayaan sektor ekonomi Nawacita secara sektor per sektor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Nawacita Provinsi Jawa Timur.


(30)

14

3. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan besarnya kontribusi pembiayaan sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur.

D. Kegunaan Hasil Peneltian

Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna dalam dua aspek berikut ini:

1. Aspek teoretis

Menambah wawasan dan menyempurnakan pengetahuan keilmuwan bagi peneliti mengenai pengaruh pembiayaan terhadap pertumbuhan ekonomi regional yang dalam hal ini diwakili oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang relevan dengan materi ini serta menambah khasanah kepustakaan, khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Aspek praktis

Pada tataran praktis, penelitian ini berguna untuk memberikan suatu masukan atau wawasan serta evaluasi secara mendalam mengenai peran pembiayaan perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya peran yang diberikan dapat menjadi evaluasi untuk peningkatan kontribusi yang lebih tinggi.


(31)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pembiayaan bank syariah

Bank syariah adalah lembaga intermediasi keuangan yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan prinsip syariah. Dalam kegiatan penyaluran dana, perrbankan syariah menyalurkan dengan cara melakukan pembiayaan. Pembiayaan tersebut dilakukan oleh bank syariah berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan.

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun djalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefiisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.1

Berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 25, yang dimaksud dengan pembiayaan adalah:2

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mud}arabah dan musharakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istis}na’; transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang

1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah ( Yogyakarta; Ekonisia, 2005), 260.

2Presiden Republik Indonesia, “Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah”.


(32)

16

qard}; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.3 Pembiayaan ini merupakan salah satu produk taawun (tolong-menolong) dari pihak pemilik dana (sahibul ma>l) kepada pihak yang membutuhkan tanpa diikuti dengan hal bathil. Sebagaimana diterangkan dalam al-Quran surat an-Nisa’ (4) ayat 29:

ا يأٓي ني ل ب م ۡيب م لو ۡمأ ْآو كۡأت َ ْاو ماء ٱ

ل ۡل ۚۡم م ٖضارت نع ً رجت و ت أ َٓإ ...

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu …"

Hadits Riwayat Ibn Majah dari S}uhaib menerangkan bahwa ada tiga hal yang mengandung berkah, yakni jual beli secara tidak tunai, mud}arabah, dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan sendiri. Hadits tersebut secara implisit menyatakan bahwa pembiayaan dianjurkan, baik dalam bentuk jual beli maupun mitra (mud}arabah).

ْلاَو ،ٍلَجَأ ََِإ ُعْيَ بْلَا :ُةَكَرَ بْلا ّنِهْيِف ٌثَاَث :َلاَق َمّلَسَو ِِلآَو ِْيَلَع ُها ىّلَص ِِّّلا ّنَأ

ُطْلَخَو ،ُةَضَراَقُم

)بيهص نع جام نبا اور( ِعْيَ بْلِل َا ِتْيَ بْلِل ِِْْعّشلاِب ّرُ بْلا

3Rifaat Ahmad Abdul Karim, “The Impact of the Basle Capital Adequacy Ratio Regulation on the Financial Strategy of Islamic Banks” dalam Proceeding of the 9th Expert Level Conference on

Islamic Banking, disponsori oleh Bank Indonesia dan International Association of Islamic Banks, 7-8 April 1995, Jakarta. Dalam Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik


(33)

17

"Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).4

a. Jenis pembiayaan

Menurut kegunaannya, pembiayaan perbankan syariah dapat dibedakan menjadi dua hal berikut:

1) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis untuk memenuhi kebutuhan.

2) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, dalam hal ini untuk peningkatan usaha melalui penyediaan modal kerja maupun investasi.

a) Pembiayaan modal kerja, adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a) peningkatan produksi, baik secara kuantitafif (peningkatan jumlah hasil produksi), maupun secara kualitatif (peningkatan mutu hasil produksi); dan b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

b) Pembiayaan investasi, adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

4 DSN MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)”.


(34)

18

Grafik 2.1 Jenis Pembiayaan Perbankan Syariah

b. Tujuan pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.5

Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan :

1) Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat di akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat digulirkan.

2) Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya.

5 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: YKPN, 2005), 17.

PEMBIAYAAN

Konsumtif Produktif


(35)

19

3) Membuka lapangan kerja baru artinya : dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor-sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja

4) Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.

Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:

1) Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

2) Upaya meminimalkan risiko, artinya : usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul, risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

3) Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia sertaa sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan.


(36)

20

Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

4) Penyaluran kelebihan dana, dalam kehidupan masyarakat ada pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak yang kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak surplus kepada pihak yang kekurangan (defisit) dana.

c. Jenis pembiayaan

Produk-produk pembiayaan untuk perbankan syariah yang ditujukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke sektor riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama (investment financing) yang dilakukan bersama mitra usaha (kreditor) menggunakan pola bagi hasil (mud}arabah dan musharakah) dan dalam bentuk investasi sendiri (trade financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan, menggunakan pola jual beli (murabahah, salam, dan istis}na’), dan menggunakan pola sewa (ijarah dan ijarah muntahiya bi at-tamlik).6

6 Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia, Pengantar Kebansentralan: Teori dan


(37)

21

Tabel 2.1 Akad dan Jenis Pembiayaan Perbankan Syariah

Akad Definisi Jenis

Pola Bagi Hasil

Mud}arabah Kerjasama antara bank sebagai pemilik

modal (s}ahibul ma>l) dan nasabah sebagai pengelola (mud}arib). Kedua pihak sepakat membagi keuntungan dan resiko sesuai kontribusinya Modal kerja, proyek konstruksi, ekspor (industri pengolahan), surat berharga, jasa-jasa, dsb.

Musharakah Investasi yang melibatkan kerjasama

pihak-pihak yang memiliki dana dan keahlian, pihak yang berkongsi sepakat untuk membagi keuntungan dan risiko sesuai kontribusinya Modal kerja, proyek konstruksi, ekspor, jasa keuangan, dsb. Pola Jual Beli

Murabahah Deffered payment sale, jual beli barang

pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Pembeli membayar kewajibannya secara tangguh.

Perdagangan, pengadaan barang, ekspor, bahan baku, dsb.

Salam

(paralel) In front payment sale, yang diserahkan di kemudian hari pembelian barang sementara pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dipesan harus jelas

spesifikasinya. Produk pertanian, perkebunan, atau yang sejenis.

Istis}na’ Purchase by order/ manufacture, kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu membuat/membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menyerahkannya kepada pembeli. Kedua belah pihak sepakat atas harga dan sistem pembayaran.

Manufaktur, konstruksi, dsb.

Sewa

Ijarah Operational lease, akad pemindahan hak

guna atas barang/jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan. Real estate, hotel, akomodasi, transportasi, jasa-jasa, dsb. Ijarah wa iqtina/ ijarah muntahiya bi at-tamlik

Financial lease with purchase optio, akad

sewayang diakhiri dengan pilihan bagi penyewa untuk membeli barang tersebut pada akhir periode sewa.

Perumahan, kendaraan, dsb.


(38)

22

d. Pembiayaan oleh perbankan syariah di Jawa Timur

Jumlah lembaga perbankan syariah di Provinsi Jawa Timur hingga Juli 2016 terdiri dari 28 kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), 198 kantor jaringan Bank Umum Syariah (BUS), dan 41 jaringan kantor Unit Usaha Syariah (UUS). Sementara jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BUS dan UUS Provinsi Jawa Timur per Desember 2015 adalah Rp 20.575.900.786.840 dengan jumlah rekening pembiayaan 478.798 rekening.

Tabel 2.2 Total Nominal dan Jumlah Rekening Pembiayaan oleh BUS dan UUS Provinsi Jawa Timur

Tahun Jumlah Penyaluran Pembiayaan

Pertumbuhan Jumlah Pembiayaan

Jumlah Rekening Pembiayaan

Pertumbuhan Jumlah Rekening

2011 8.973.048.000.000 59% 146.737 55%

2012 12.191.873.000.000 36% 314.401 114%

2013 15.011.176.000.000 23% 439.651 40%

2014 19.086.232.827.195 27% 543.894 24%

2015 20.575.900.786.840 8% 478.798 -12%

Sumber: OJK, diolah.

Tujuan utama perbankan syariah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Untuk merealisasikannya, kegiatan perbankan harus terfokus pada kegiatan produksi.7 Kegiatan produksi tersebut dalam kata lain adalah sektor ekonomi atau lapangan usaha.


(39)

23

2. Sektor-sektor ekonomi

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah tidak terlepas dari peran sektor ekonomi. Peningkatan maupun penurunan Produk Domestik Regional Bruto dipengaruhi oleh perubahan nilai pada sektor-sektor ekonomi. Klasifikasi ektor-sektor ekonomi atau dalam istilah lain disebut lapangan usaha di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2015 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

KBLI merupakan klasifikasi menurut jenis aktivitas ekonomi, sehingga ruang lingkupnya terbatas pada unit yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. KBLI mengklasifikasikan seluruh aktivitas ekonomi ke dalam beberapa lapangan usaha berdasarkan pendekatan kegiatan, yang menekankan pada proses dari aktivitas ekonomi untuk menghasilkan barang/jasa, serta pendekatan fungsi yang melihat pada fungsi pelaku ekonomi dalam menggunakan input seperti tenaga kerja, modal serta barang dan jasa untuk menciptakan output barang/jasa. Klasifikasi sektor ekonomi atau lapangan usaha menurut Badan Pusat Statistik terdiri dari:8

a. Pertanian, Kehutanan, dan perikanan

Kategori ini mencakup semua kegiatan ekonomi/lapangan usaha, yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, pemanenan hasil hutan serta penangkapan dan budidaya

8Badan Pusat Statistik Indonesia, “Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2015 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)”


(40)

24

ikan/biota air. Kategori ini juga mencakup jasa penunjang masing-masing kegiatan ekonomi tersebut.

b. Pertambangan dan Penggalian

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengambilan mineral dalam bentuk alami, yaitu padat (batu bara dan bijih logam), cair (minyak bumi) atau gas (gas alam). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode yang berbeda seperti penambangan dan penggalian di permukaan tanah atau dibawah tanah, pengoperasian sumur pertambangan, penambangan di dasar laut dan lain-lain. Kategori ini juga mencakup kegiatan tambahan untuk penyiapan barang tambang dan galian mentah untuk dipasarkan seperti pemecahan, pengasahan, pembersihan, pengeringan, sortasi, pemurnian bijih logam, pencairan gas alam dan aglomerasi bahan bakar padat.

c. Industri Pengolahan

Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. Perubahan, pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum diperlakukan sebagai industri pengolahan. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik, mesin atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan. Termasuk kategori industri


(41)

25

pengolahan di sini adalah unit yang mengubah bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat yang sama di mana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan dari pihak lain atas dasar kontrak.

d. Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengadaan tenaga listrik, gas alam, uap panas, air panas dan sejenisnya melalui jaringan, saluran atau pipa infrastruktur permanen. Dimensi jaringan/infrastruktur tidak dapat ditentukan dengan pasti, termasuk kegiatan pendistribusian listrik, gas, uap panas dan air panas serta sejenisnya dalam lokasi pabrik atau bangunan tempat tinggal. Kategori ini juga mencakup pengoperasian mesin pembangkit listrik dan gas, yang menghasilkan, mengontrol dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup pengadaan uap panas dan udara dingin/sistem tata udara. Termasuk kegiatan produksi es baik untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. Kategori ini tidak mencakup pengoperasian sarana air bersih dan pembuangan limbah/kotoran. Juga tidak mencakup (khususnya jarak jauh) angkutan gas melalui saluran pipa.

e. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang berhubungan dengan pengelolaan air. Kategori ini juga mencakup


(42)

26

pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti limbah/sampah padat atau bukan yang berasal dari rumah tangga dan industri, yang dapat mencemari lingkungan. Hasil dari proses pengolahan limbah/sampah dapat dibuang atau menjadi input dalam proses produksi lainnya.

f. Konstruksi

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi, yaitu kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian bangunan atau struktur prafabrikasi di lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara.

g. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil dan sepeda motor.


(43)

27

h. Pengangkutan dan Pergudangan

Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan jalan rel, saluran pipa, darat, perairan atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan itu seperti fasilitas terminal dan parkir, penanganan kargo/ bongkar muat barang, pergudangan dan lain-lain. Termasuk dalam kategori ini penyewaan alat angkutan dengan pengemudi atau operator, juga kegiatan pos dan kurir.

i. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan yang disediakan dalam kategori ini sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan akomodasi jangka panjang seperti tempat tinggal utama, penyiapan makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau yang dijual melalui kegiatan perdagangan besar dan eceran. j. Informasi dan Komunikasi

Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan, penyediaan sarana untuk mengirimkan atau mendistribusikan produk-produk tersebut, dan juga data atau kegiatan komunikasi, teknologi informasi dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya.


(44)

28

k. Aktivitas Keuangan dan Asuransi

Kategori ini mencakup aktivitas keuangan, termasuk asuransi, reasuransi dan kegiatan dana pensiun dan jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga mencakup kegiatan dari pemegang aset, seperti kegiatan perusahaan holding dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan lembaga keuangan sejenis.

l. Real Estat

Kategori ini mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau broker/perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan real estat dan penyediaan jasa real estat lainnya, seperti jasa penaksir real estat atau bertindak sebagai agen pemegang wasiat real estat. Kegiatan dalam kategori ini bisa dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lain yang disewa dan bisa dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak. Termasuk kegiatan pembangunan gedung, yang disatukan dengan pemeliharaan atau penyewaan bangunan tersebut. Kategori ini mencakup pengelola bangunan real estat. Real estat adalah properti berupa tanah dan bangunan.

m. Aktivitas profesional, Ilmiah, dan Teknis

Kategori ini mencakup khususnya kegiatan profesional, ilmu pengetahuan dan teknik, kegiatan ini membutuhkan suatu tingkat pelatihan yang tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus yang tersedia untuk pengguna.


(45)

29

n. Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya

Kategori ini mencakup berbagai macam kegiatan yang mendukung operasional usaha atau bisnis secara umum. Kegiatan ini berbeda dari kegiatan yang termasuk dalam kategori M, karena tujuan utamanya bukanlah transfer ilmu pengetahuan khusus.

o. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Kategori ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan. Kategori ini juga mencakup perundang-undangan dan penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan dan menurut peraturannya, seperti halnya administrasi program berdasarkan peraturan perundangan-undangan, kegiatan legislatif, perpajakan, pertahanan negara, keamanan dan keselatan negara, pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah. Kategori ini juga mencakup kegiatan jaminan sosial wajib. Status hukum atau institusi bukanlah, (termasuk didalamnya) faktor penentu bagi suatu kegiatan termasuk kategori ini dari pada kegiatan yang sudah disebutkan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan yang diklasifikasikan di tempat lain dalam KBLI tidak termasuk pada kategori ini, meskipun juga dilakukan oleh Badan pemerintahan. Sebagai contoh, administrasi sistem sekolah (peraturan, pemeriksaan, dan kurikulum) termasuk pada kategori ini, tetapi pengajaran itu sendiri tidak (kategori P), dan rumah sakit penjara


(46)

30

atau militer diklasifikasikan pada kategori kesehatan (Q). Demikian pula, beberapa kegiatan yang disebutkan pada kategori ini mungkin saja dilakukan oleh selain badan pemerintah.

p. Pendidikan

Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan yang diselenggarakan oleh institusi yang berbeda dalam sistem sekolah umum pada tingkat yang berbeda-beda seperti halnya pendidikan untuk usia dewasa, program literasi dan lain-lain. Juga mencakup akademi dan sekolah militer, sekolah penjara dan lain-lain sesuai dengan tingkatan masing-masing. Untuk setiap tingkat pendidikan pertama, kelompok ini mencakup pendidikan khusus termasuk siswa cacat baik mental atau fisik. Kategori ini mencakup pendidikan negeri dan swasta juga mencakup pengajaran yang terutama mengenai kegiatan olahraga dan hiburan dan kegiatan penunjang pendidikan. Pendidikan dapat disediakan dalam ruangan, melalui penyiaran radio dan televisi, internet dan surat menyurat.

q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial

Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan aktivitas sosial. Kegiatan yang termasuk cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain, sampai kegiatan perawatan di


(47)

31

rumah yang melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai kegiatan sosial yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional. r. Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi

Kategori ini mencakup kegiatan yang cukup luas untuk memenuhi kebutuhan kesenian/kebudayaan, hiburan dan rekreasi masyarakat umum, termasuk pertunjukan langsung, pengoperasian tempat bersejarah, tempat perjudian, olahraga dan rekreasi.

s. Aktivitas Jasa Lainnya

Kategori ini (sebagai kategori sisaan) mencakup kegiatan dari keanggotaan organisasi, reparasi komputer dan barang-barang rumah tangga dan barang pribadi, berbagai kegiatan jasa perorangan yang tidak dicakup di tempat lain dalam klasifikasi ini.

t. Aktivitas Rumah Tangga sebagai Pemberi Kerja; Aktivitas yang Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri

Kategori ini mencakup kegiatan rumah tangga sebagai pemberi kerja dan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

u. Aktivitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kategori ini mencakup kegiatan Badan Internasional, seperti Perserikatan Bangsa dan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Regional dan lain-lain, termasuk The International Monetary Fund, The World Bank, The World Customs Organization


(48)

32

(WHO), The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), The Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC), The European Communities, The European Free Trade Association dan lain-lain. Kategori ini mencakup kegiatan perwakilan diplomatik dan konsulat (Kedutaan Besar) yang ditentukan oleh negara dimana berada daripada negara yang diwakilinya.

Sedikit berbeda dari KBLI 2015, Badan Pusat Statistik menyajikan data Produk Domestik Bruto dengan mengelompokan lapangan usaha (sektor) menjadi 9 kelompok, yakni sebagai berikut:9

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Sektor ini meliputi hasil output tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. b. Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini meliputi hasil produksi minyak dan gas bumi, pertambangan tanpa migas, dan penggalian.

c. Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan meliputi 1) hasil produksi industri migas yang terdiri dari: pengilangan minyak bumi dan gas alam cair, serta 2) industri tanpa migas yang meliputi: makanan, minuman, dan tembakau; tekstil, barang kulit, dan alas kaki; barang kayu dan hasil hutan lainnya; kertas dan barang cetakan; pupuk, kimia, dan barang dari karet; semen

9 Badan Pusat Statistik, https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11#subjekViewTab2, diakses pada 15 September 2016.


(49)

33

dan barang galian bukan logam; logam dasar besi dan baja; alat angkutan, mesin, dan peralatannya; dan barang lainnya.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor ini meliputi hasil output produksi dari listrik, gas kota, dan air bersih.

e. Konstruksi

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini meliputi hasil produksi perdagangan besar dan eceran, hotel, dan restoran.

g. Pengangkutan dan Komunikasi

Meliputi nilai hasil output produksi dari 1) pengangkutan: angkutan rel; angkutan jalan raya; angkutan laut; angkutan sungai, danau, dan penyeberangan; angkutan udara; dan jasa penunjang angkutan, serta 2) komunikasi.

h. Keuangan, Real Estate (Persewaan) dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi nilai output bank, lembaga keuangan tanpa bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan.

i. Jasa-jasa

Sektor ini meliputi niai output jasa 1) pemerintahan umum: administrasi pemerintahan dan pertahanan serta jasa pemerintahan lainnya; 2)


(50)

34

swasta: sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, dan perorangan dan rumah tangga.

3. Produk Domestik Regional Bruto

Case dan Fair mendifinisikan Produk Domestik bruto adalah nialai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode tertentu oleh faktor-faktor produksi di suatu negara.10

Sementara Mankiw mendefinisikan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu perekonomian dalam kurun waktu tertentu. Nilai pasar dalam pengertian tersebut merupakan suatu ukuran jumlah tertentu yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat pada komoditas yang berbeda, masing-masing mencerminkan nilai dari komoditas yang bersangkutan yang meiputi seluruh macam barang yang dijual di pasar secara legal. Ditekankan pula bahwa yang masuk dalam penghitungan PDB hanyalah barang akhir, ini dilakukan karena nilai barang setengah jadi sudah termasuk dalam barang jadi. Penambahan nilai pasar dari barang setengah jadi akan menyebabkan penghitungan ganda dari harga suatu komoditas.11

Produk Domestik Bruto menekankan pada aspek kewilayahan tanpa memperhatikan aspek kewarganegaraan. Hal ini berarti seluruh output barang yang diproduksi dalam suatu wilayah negara tertentu diakui sebagai

10 Karl E. Case dan Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip..., 23.


(51)

35

PDB negara tersebut, baik produksi warga negara tersebut maupun warga negara asing.

Dengan demikian, maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi suatu wilayah regional dalam satu tahun. Tataran wilayah regional dalam hal ini adalah provinsi atau kabupaten/kota.

PDB sampai saat ini merupakan ukuran terbaik untuk mengukur nilai output yang diproduksi dalam satu perekonomian sebaga dasar mengukur pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kesehatan ekonomi suatu negara.12 Begitupun PDRB yang seringkali digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai perkembangan ekonomi suatu daerah provinsi atau kabupaten/kota. PDRB mewakili sejumlah produksi secara agregat dimana semua barang dan jasa yang dibeli di suatu wialayah, baik digunakan oleh individu, perusahaan, aparatur pemerintah, maupun warga negara asing.

12 Arthur O’Sullivan dan Steven M. Sheffrin, Economics: Principles in Action, (Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2003), 113.


(52)

36

Tabel 2.3 Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2015

Sumber: BPS Jawa Timur, 2015

Secara umum PDRB Provinsi Jawa Timur periode 2012-2015 nampak mengalami perlambatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, secara kumulatif PDRB tahun 2015 5,44%mengalami penurunan pertumbuhan dari tahun sebelumnya yakni 5,86%. Begitupun tahun 2013 dan 2014 yang cenderung melambat.

4. Nawacita

Nawacita adalah sembilan agenda prioritas yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.


(53)

37

Nawacita memiliki sembilan visi sebagai berikut:13

a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan. c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan

d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan

kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung

13 Otoritas Jasa Keuangan, “Potensi Pertumbuhan Ekonomi ditinjau dari Penyaluran Kredit


(54)

38

deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

h. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

i. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

Kesembilan visi tersebut memiliki dimensi pembangunan sektor unggulan dalam bidang ekonomi dengan prioritas ketahanan pangan, ketahanan energi, peningkatan produktivitas dan daya saing ekspor, serta program infrastruktur pendukung.


(55)

39

Tabel 2.4 Program Nawacita dan Proxy Sektor Ekonomi

No Kode Dimensi Program Nawacita Sektor Ekonomi 1 AGRIFISH Mewakili ketahanan pangan (Nawacita Pertanian, kehutanan, dan perikanan 2 MINING Ketahanan Energi Pertambangan dan penggalian

3 INDUST Peningkatan produktivitas dan daya saing ekspor Industri Pengolahan 4 CONST Program infrastruktur pendukung Konstruksi

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai peran pembiayaan atau financing terhadap perekonomian ini telah terdapat pada beberapa penelitian sebelumnya. Raghuram G. Rajan dan Luigi Zingales (1998), meneliti tentang Financial Dependence and Growth. Dalam abstraknya, Rajan dan Zingales mengemukakan bahwa:

“This paper examines whether financial development facilitates economic growth by scrutinizing one rationale for such a relationship: that financial development reduces the costs of external finance to firms. specially, we ask whether industrial sectors that are relatively more in need of external finance develop disproportionately faster in countries with more-developed financial markets. we find this to be true in a large sample of countries over the 1980's. we show this unlikely to be driven by omitted variables, outliers, or reverse causality”14

Rajan dan Zingales menggunakan metode kajian teoritis serta analisis kuantitatif dengan menggunakan basic regreesion. Dalam kesimpulannya, Rajan dan Zingales menunjukkan dampak positif kredit perbankan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, baik di negara maju maupun di negara berkembang.

14 Raghuram Rajan dan Luigi Zingales, “Financial Dependence and Growth”, American


(56)

40

Di sisi lain, Laurent Augier dan Wahyoe Sudarmono (2011), dalam jurnalnya yang berjudul Threshold Effect and Financial Intermediation in Economic Development merumuskan hubungan sektor keuangan dengan pertumbuhan dalam kasus negara-negara berkembang. Auugier dan Sudarmono menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah faktor peningkat pertumbuhan baik keseimbangan perantara keuangan dan keseimbangan pasar keuangan. Kedua, bahwa saving agent (lembaga penyimpanan) adalah salah satu penentu dari proporsi optimal investasi jangka panjang dan mencirikan peran bank sebagai intermediasi keuangan. Augier dan Sudarmono dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian overlapping generations (OLG). Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama merumuskan hubungan antara sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dalam negara berkembang. Perbedaannya adalah, secara spesisifik penelitian yang dilakukan penulis hanya mengambil objek penelitian tingkat regional (provinsi), sementara Augier dan Soedarmono mengambil sampel penelitian tingkat negara. Perbedaan lain adalah Augier dan Soedarmono menggunakan tiga variabel penelitian yakni kewrirausahaan, saving agent, dan financial intermedtiation. Metode penghitungan penelitian yang digunakan juga berbeda, Augier dan Soedarmono menggunakan OLG sementar penulis menggukan regresi sederhana.

Jean-Louis Arcand, Enrico Berkes dan Ugo Panizza dalam penelitiannya untuk IMF working paper 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Too Much Finance?”. Paper ini membahas apakah terdapat pembiayaan yang tidak memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan


(57)

41

empiris yang berbeda untuk menunjukkan bahwa ada efek yang terjadi jika terdapat too much (terlalu banyak) pembiayaan. Secara khusus, hasilnya menunjukkan bahwa pembiayaan mulai memiliki efek negatif pada pertumbuhan output ketika kredit ke sektor swasta mencapai 100% dari PDB. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasilnya konsisten dengan "vanishing effect" dari pengembangan pembiayaan dan tidak didorong oleh volatilitas output, krisis perbankan, kualitas kelembagaan rendah, atau dengan perbedaan pengaturan dan pengawasan bank. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menganalisa hubungan pembiayaan (dalam hal ini kredit konvensional) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB). Sementara poin perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulisa adalah penulis menggunakan variabel PDRB.

Nahla Samargandi, Jan Fidrmuc and Sugata Ghosh (2013), melakukan penelitian yang berjudul “Is the relationship between financial development and economic growth monotonic? Evidence from a sample of middle income countries”. Jurnal ini meneliti hubungan antara pengembangan pembiayaan dan pertumbuhan ekonomi dari 52 negara berpenghasilan menengah selama periode 1980-2008. Penelitian ini menggunakan metode group pooled yang berarti estimator dalam pengaturan panel heterogen dinamis. Peneliti menunjukkan bahwa perkembangan pembiayaan tidak memiliki dampak positif jangka panjang linear pada pertumbuhan ekonomi dalam sampel ini. Ketika mempertimbangkan hubungan non-linear antara pembiayaan dan pertumbuhan, peneliti menemukan hubungan U-terbalik antara pembiayaan dan pertumbuhan dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, hubungan tidak signifikan. Temuan ini menunjukkan


(58)

42

bahwa negara-negara berpenghasilan menengah menghadapi titik ambang setelah pengembangan pembiayaan tidak lagi memberikan kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi.

Kemudian, Tan Serlinda Deltania Alatan dan Sautma Ronni Basana (2015), meneliti tentang “Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur”. Penelitian ini ingin melihat pengaruh dari kredit perbankan yang dibagi menjadi 9 sektor ekonomi dengan variabel kontrol BI Rate terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Jawa Timur. Dalam penelitian ini, tingkat pertumbuhan ekonomi di-proxy-kan terhadap PDRB riil Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan data seluruh kredit sektor ekonomi yang konsisten 2002-2013. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi di Jawa Timur signifikan dan memberikan pengaruh positif terhadap PDRB. Namun secara bersama-sama penelitian ini berhasil menunjukan bahwa kredit sektor ekonomi dan BI Rate berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Peneltian ini sama-sama mencari pengaruh kegiatan financing terhadap ekonomi regional Jawa Timur. Perbedaannya adalah Alatan dan Basana menggunakan variabel kontrol dalam penelitian ini sehingga menggunakan metode regresi berganda OLS, sementara penulis menggunakan variabel bebas dan terikat masing-masing satu variabel sehingga menggunakan metode statistik regresi sederhana.

Selanjutnya Hanna Tantri Pangkey (2013), meneliti tentang “Pengaruh Alokasi Kredit Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Produk Domestik


(59)

43

Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Utara (Periode 2008.1-2012.3)”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang dapat disebabkan oleh alokasi serta realisasi kredit terhadap PDRB dan melihat hubungan yang ditimbulkan antara realisasi kredit yang terjadi dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia. Penelitian ini menganalisis data sekunder kuantitatif kwartalan pada rentang waktu tahun 2008 sampai 2012. Metode ekonometrik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square). Analisis ini dilakukan dengan bantuan program eviews dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil estimasi menunjukan bahwa alokasi kredit pada sektor-sektor ekonomi dan suku bunga kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Sulawesi Utara baik secara simultan maupun secara parsial. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kredit sektor ekonomi (dalam hal ini penulis menggunakan pembiayaan perbankan). Perbedaannya adalah, dalam penelitian Pangkey menggunakan 3 variabel yakni: variabel bebas (kredit sektor ekonomi), variabel kontrol BI Rate, dan variabel terikat pertumbuhan PDRB sementara penulisan menggunakan variabel pembiayaan sektor ekonomi saja, dengan sub-variabel sektor ekonomi Nawacita. Pangkey menggunakan pertumbuhan PDRB sebagai variabel terikat, sementara penulis menggunakan nilai PDRB.

Penelitian lain adalah "Analysis of Islamic Banks' Financing and Economic Growth: A Panel Cointegration Approach" yang diteliti oleh Yazdan


(1)

112

b. Mengingat peranan pembiayaan sektor ekonomi yang sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, maka Perbankan, Pemerintah dan Bank Indonesia perlu memberikan perhatian terhadap penyaluran pembiayaan di sektor Nawacita ni, terutama sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Dengan adanya pembiayaan di sektor ini mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian/perikanan sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

c. Perbankan syariah, Bank Indonesia dan Pemerintah perlu memberikan perhatian terhadap penyaluran pembiayaan sektoral. Oleh karena fungsi utama bank sebagai lembaga intermediasi dimana usaha pokok yang dilaksanakan bank salah satunya adalah kegiatan-kegiatan pada sektor pembiayaan, atau penyaluran dana di tiap-tiap sektor ekonomi. Semakin tinggi volume pembiayaan, maka semakin besar pula kemungkinan suatu bank untuk memperoleh laba/profit dan risiko NPL-nya juga semakin tinggi sehingga diperlukan SDM yang mumpuni dalam analisa pembiayaan.

d. Diperlukan sinergi pemerintah, perbankan syariah, dan dinas terkait dalam mewujudkan program pembiayaan yang rendah margin dan dapat mengakselerasi pertumbuhan sektoral. Seperti halnya pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh bank konvensional yang bekerjasama dengan pemerintah, sebaiknya perbankan syariah juga memiliki pembiayaan


(2)

113

program yang sama namun lebih spesifik mengarah ke UMKM atau sektor pertanian.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya:

a. Penelitian ini memiliki keterbatasan yakni belum lengkapnya konfirmasi dari perbankan syariah tentang kecilnya pembiayaan sektor AGRIFISH, sehingga dalam penelitian selanjutnya disarankan agar mengulas lebih lanjut konfirmasi dan persepsi dari sisi perbankan syariahnya.

b. Dalam rangka meningkatkan hasil yang lebih baik untuk penelitian topik ini, penulis memberikan masukan jumlah data penelitian ditambah menjadi periode bulanan ataupun jangka waktu yang lebih panjang. Namun permasalahannya adalah publikasi data BPS mengenai PDRB hanya dipublikasikan triwulanan, selain itu, perbedaan pembagian sektor ekonomi antara publikasi Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik juga berbeda sehingga diperlukan penyesuian oleh peneliti. Penggunaan data

cross setion dengan melibatkan PDRB antar kabupaten dimungkinkan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alatan, Tan S. D., Sautma R. Basana. “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur”, Jurnal FINESTA, Vol. 3, No. 1, 2015. Arcand, Jean-Louis, dkk. “Too Much Finance?”, IMF Working Paper,

WP/12/161, Juni, 2012.

Baroroh, Utami. “Analisis Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Wilayah Jawa: Pendekatan Model Levine”, Jurnal Etikonomi, Vol. 11, No. 2, Oktober, 2012.

Case, Karl E., Ray C. Fair. 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Dalam Alatan, Tan S. D., Sautma R. Basana. “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur”, Jurnal FINESTA, Vol. 3, No. 1, 2015.

Farahani, Yazdan Gudarzi, Masood Dastan. “Analysis of Islamic Banks' Financing and Economic Growth: A Panel Cointegration Approach", Journal of Economic Cooperation and Development, Vol. 33, No. 4, 2012. Fisman, Raymond, Inessa Love. “Trade Credit, Financial Intermediary

Development and Industry Growth”, NBER Working paper 8960, 2002. Inggrid. “Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan

Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM)”, Jurnal Universitas Kristen Petra, 2006.

Irawan, M., Suparmoko. Ekonomika Pembangunan, Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE, 2002.

Juliansyah, Noor. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group, 2011. Karim, Adiwarman A. 2014. “Islamic Financial Inclusion” disampaikan dalam

Seminar Keuangan Inklusif dalam rangka Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014. Surabaya, 2014.

Karim, Rifaat Ahmad Abdul. “The Impact of the Basle Capital Adequacy Ratio Regulation on the Financial Strategy of Islamic Banks” dalam Proceeding of the 9th Expert Level Conference on Islamic Banking, disponsori oleh Bank Indonesia dan International Association of Islamic Banks, 7-8 April 1995, Jakarta. Dalam Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syarah: dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif–Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.


(4)

115

Kurniasari, Widita. “Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia : Analisis Sektoral Tahun 2002 – 2008” Tesis Ilmu Ekonomi FE-UI. Depok, 2010.

Mankiw, N. Gregory. Teori Makroekonomi, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga, 2000.

---. Teori Makroekonomi, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 2003.

Marthon, Said Sa’ad. Ekonomi Islam di Tengah Krisis Global. Jakarta: Zikrul Hakim, 2004.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2004. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: YKPN, 2005. Novembinanto, Tri. “Pengaruh Pertumbuhan Kredit Bank Umum Konvensional

Terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Periode 2002–2008)”. Tesis Universitas Gunadarma, 2010.

Nugroho, Bhuona Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian dengan SPSS, Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI, 2005.

O’Sullivan, Arthur, Steven M. Sheffrin. Economics: Principles in Action. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2003.

Pangkey, Hanna Tantri. “Pengaruh Alokasi Kredit Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Utara (Periode 2008.1-2012.3)”, Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September, 2013.

Rajan, Raghuram, Luigi Zingales. “Financial Dependence and Growth”, American Economic Review, Vol. 88, No. 3, Juni, 1998.

Samargandi, Nahla, dkk. “Is The Relationship Between Financial Development and Economic Growth Monotonic? Evidence from A Sample of Middle Income Countries”, Economics and Finance Working Paper Series of Brunel University London, No. 13-21, Juli, 2013.

Saputra, Desy. “BI Harapkan Rasio Kredit Perbankan Meningkat”, Antara News. 19 Februari 2013. Di http://www.antaranews.com/berita/359146/bi-harapkan-rasio-kredit-perbankan-meningkat, diakses pada 16 Agustus 2016.

Sari, Rafika. “Analisis Pengaruh Perkembangan Perbankan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia Metode Pendekatan Panel.” Tesis Ilmu Ekonomi FE-UI. Depok, 2006.

Simorangkir, Iskandar. Pengantar Kebansentralan: Teori dan Praktik di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.


(5)

116

Sipahutar, Mangasa Augustinus. “Keterkaitan Kredit Dan Kelembagaan Perbankan Indonesia Pada Perekonomian Nasional Dan Regional”. Disertasi Institut Pertanian Bogor, 2016.

Sudarmanto, R. Gunawan. Statistik Terapan Berbasis Komputer. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, 2015.

---. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

---. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.

Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2002.

Ulum, Miftahul. “Kredit Pertanian Tak Dilirik’, Koran Bisnis. 16 September 2016. Di http://koran.bisnis.com/read/20160916 /445/584470/kredit-pertanian-tak-dilirik, diakses pada 16 Desember 2016.

Asociation, Islamic Bankers. Global Islamic Finance Report 2015. t.tp: t.p., 2015 Indonesia, Bank. Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta: t.p., 2015.

---. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV 2015.

---. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV 2014.

---. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV 2013.

---. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV 2012.

---. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV 2011.

---. Laporan Perekonomian Indonesia 2015.

Indonesia, Presiden Republik. 2008. Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. t.tp: t.p.

Keuangan, Otoritas Jasa. Statistik Perbankan Syariah Desember 2005. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2006.


(6)

117

---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2008. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2009. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2010. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2011. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2012. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2013. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2014. ---. Statistik Perbankan Syariah Desember 2015.

Konstruksi, Lembaga Pengembangan Jasa. “Badan Usaha LPJK”. Di http://lpjk.net/statistik-1-badan-usaha-lpjk.html, diakses pada 17 Desember 2016

Statistik, Badan Pusat. 2015. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2015 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). t.tp: t.p.

---. https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11#subjekViewTab2, diakses pada 15 September 2016.

---. Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha, 2001-2014.

---. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2011-2015.

Timur, Pemerintah Provinsi Jawa. Data Dinamis Perekonomian Jawa Timur: Maret 2016.

www.bi.go.id www.bps.go.id www.ojk.go.id