Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012
KARAKTERISTIK PETANI DAN PENDAPATAN
USAHATANI KAKAO DI DESA SUROBALI
KABUPATEN KEPAHIANG
Afrizon dan Herlena Bidi Astuti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
ABSTRAK
Kakao merupakan tanaman perkebunan utama yang diusahakan oleh sebagian besar petani di Desa Surobali
kabupaten Kepahiang, teknik budidaya yang sederhana sudah dapat membuat petani mengandalkan usahatani kakao sebagai
sumber pendapatan rumah tangga. Data di ambil pada bulan februari-maret 2012 di desa surobali kecamatan Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap petani kakao untuk
memperoleh informasi dari responden yang dipilih secara acak berjumlah 30 orang dengan menggunakan kuesioner.
Penelitian bertujuan untuk melihat karakteristik petani dan menghitung pendapatan serta rasio biaya pendapatan usahatani
kakao di desa surobali Kabupaten Kepahiang. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa petani masih mengusahakan
perkebunan kakao dengan cara tradisional dan sederhana dengan hasil produksi rata-rata pertahun 845,6 kg ,total biaya yang
dikeluarkan oleh petani rata-rata Rp. 3.765.500 pertahun dan pendapatan petani sebesar Rp. 7.989.800 pertahun. Nilai rasio
B/C sebesar 2,12 yang artinya usahatani kakao layak untuk menjadi andalan uasahatani perkebunana andalan petani.
Kata kunci : pendapatan. petani, kakao, desa surobali
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepahiang merupakan salah satu sentra penghasil kakao di Provinsi Bengkulu.
Secara geografis terletak pada 101055’19” sampai dengan 103001’29” bujur timur (BT) dan
02043’07” sampai dengan 03046’48” Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kabupaten Kepahiang
adalah 66.500 ha yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 120 Kelurahan dan Desa. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Kepahiang berada pada ketinggian 500-1.000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan
jenis tanah kompleks podsolik coklat, padsol dan latosol. Jumlah hari hujan rata-rata pada tahun 2010
adalah 26 hari/bulan dengan jumlah curah hujan 280 mm/bulan. Suhu udara tertinggi di Kabupaten
Kepahiang 24,70C dan suhu terendah 20,20C, dengan kelembaban rata-rata 87%/bulan.
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang cukup prospektif di
Propinsi Bengkulu karena didukung oleh kesesuaian agroekosistim dan kondisi sosial masyarakat
petani yang mengusahakannya. Luas areal perkebunan Kakao rakyat di Bengkulu mencapai saat ini
seluas 14.363 ha dengan produksi 1.822,60 ton. Dari luasan tersebut 6.040 ha (42,05 %) berada di
Kabupaten Kepahiang.
Pada tahun 2005 Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang sudah
mengembangkan tanaman Kakao sebanyak 4 juta batang untuk petani dengan luas mencapai 2000 ha.
Penanaman kakao sudah lama dibudidayakan petani Kepahiang, namun penangan usahatani belum
dilakukan secara intensif dan sesuai dengan anjuran dari PUSLIT KOKA sehingga hasil yang
didapatkan oleh petani belum maksimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat karakteristik dan pendapatan petani
perkebunan kakao.
BAHAN DAN METODA
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di desa Surobali
Kabupaten Kepahiang dengan pertimbangan daerah ini merupakan sentra perkebunan kakao dan kopi.
Jumlah sampel 30 orang petani kakao yang di ambil dengan metode simple random sampling. Data di
ambil pada bulan februari-maret 2012 di desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap petani untuk
memperoleh informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Data yang di amati meliputi:
1. Identitas responden meliputi :
umur, pendidikan, kepemilikan lahan, dan tanggungan keluarga.
2. Karakteristik usahatani kakao meliputi :
Kepemilikan lahan garapan, dan produktivitas lahan kakao yang dimiliki oleh responden.
3. Pendapatan usahatani kakao yang meliputi :
Biaya produksi (upah tenaga kerja,pupuk,pestisida,), hasil produksi dan harga jual. Untuk
mengetahui pendapatan usahatani kakao dihitung dengan persamaan:
∏ = TR – TC
TR = Y x PY
Keterangan :
∏ = Pendapatan (Rp/Tahun)
TR = Total penerimaan (Rp/Tahun)
TC = Total Biaya (Rp/Tahun)
Y = produksi (Kg/Tahun)
PY = Harga Produksi
4. Rasio biaya pendapatan yang dianalisis dengan rumus : B/C = ∏ /TC
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Kakao
a. Identitas responden
Rata-rata umur petani responden adalah 43,73 tahun hal ini menunjukkan bahwa
usahatani kakao dilakukan oleh petani pada usia produktif. Pada usia produktif kegiatan usahatani
dapat dikerjakan secara optimal dengan curahan tenaga kerja fisik yang tersedia (Nuryanti dan
sahara, 2008). Menurut Soekartawi (1988) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai
semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih
cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam
soal adopsi inovasi tersebut, begitu pula pendidikan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi
adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi dan sebaliknya mereka yang
berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya nalar seseorang biasanya
seseorang yang mengenyam pendidikan cukup lama akan lebih rasional dalam bertindak dan
menjalankan usahanya. pendidikan petani kakao cukup rendah rata-rata 8 tahun artinya rata-rata
petani tidak sampai menyelesaikan wajib belajar dari pemerintah yaitu mengenyam pendidikan
minimal Sembilan (9) tahun. Jumlah anggota keluarga dominan pada kisaran 3-5 orang yaitu
sebanyak 21 petani atau 70 % dari responden. Banyaknya anggota keluarga bisa menjadi tambahan
tenaga kerja dalam usahatani.
b. Kepemilikan lahan
Petani responden memiliki berbagai jenis lahan untuk berbagai jenis usaha tani. Semua
petani responden (100%) memiliki lahan perkebunan dengan diversifikasi lahan kakao-kopi yang
cukup tinggi (93,3%) petani memiliki luasan lahan antara 0,25 – 2 ha dengan rata-rata luasan 1,025
ha; petani yang memiliki lahan perkebunan kopi monokultur (36%); petani yang memiliki lahan
tegalan (30%). Sedangkan lahan sawah dengan kepemilikan rata-rata 0,31 ha (26,6%) dimana
lahan sawah ini sangat berpengaruh terhadap ketahan pangan dan ketersediaan beras yang
merupakan bahan makanan pokok daerah petani responden.
Lahan yang dikelola oleh petani merupakan lahan milik sendiri. Tingginya kepemilikan
luasan lahan memungkinkan bagi petani untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari berbagai
jenis usaha tani sehingga modal untuk membuka luasan lahan perkebunan kakao sangat mungkin
untuk dilakukan seperti menambah populasi tanaman kakao pada lahan perkebunan kopi karena
36% petani memiliki lahan perkebunan kopi dengan rata-rata luas lahan 0,41 ha.
Produktivitas Kakao
Rata-rata umur tanaman kakao petani responden diatas 5 tahun atau berada pada umur
produktif. Bibit yang ditanam oleh petani merupakan klon unggul bantuan Pemerintah Kabupaten
Kepahiang, berupa bibit hibrida F1 yang terdiri dari 3 klon yaitu ICS 01, ICS 06, dan ICS 12.
Pemeliharaan tanaman kakao yang dilakukan oleh petani di Desa Suro Bali belum optimal sehingga
produktivitas juga belum optimal. Produktivitas kakao disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rata rata produktivitas kakao petani di desa Suro Bali Tahun 2012 (kg/ha/thn)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata
Produktivitas
960
960
216
720
480
960
1.120
800
336
960
No
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Produktivitas
480
240
1200
384
36
600
720
800
840
1200
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Produktivitas
1.440
240
1.440
960
960
480
1.920
720
960
1.920
25.052 ,00 kg/ha/thn
835,06 kg/ha/thn
Pada Tabel 1, terlihat produktifitas rata rata kakao masih rendah yaitu 835,06 kg/ha/th.
Panen dilakukan dengan interval 10 - 14 hari secara terus menerus setiap tahunnya. Rata-rata dalam
setahun petani melakukan panen selama 8 bulan karena 3 - 4 bulan merupakan bulan kering dan
tanaman menunjukan stagnasi pada proses pembungaan dan pembuahan. Hasil ini masih jauh lebih
rendah dari potensi produksi tanaman kakao. Pada kondisi optimal dengan kesesuaian lahan dan klon
unggul tanaman kakao dapat berproduksi diatas 2 ton/ha/th.
Pendapatan petani kakao
Biaya usahatani terdiri dari biaya tenaga kerja (pemupukan, penyemprotan, pemangkasan,
penyiangan, panen dan pengeringan biji ), biaya pembelian pupuk dan pestisida. Pendapatan
merupakan nilai keuntungan usahatani petani yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya
usahatani (Nuryati dan sahara, 2008). Biaya terbanyak yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya
tenaga kerja sebesar Rp. 3.149.000,- atau 83,62% dari total biaya yang dikeluarkan oleh petani (Tabel
2).
Tabel 2. Rata-rata biaya produksi pertahun usahatani kakao setelah menghasilkan di desa Suro Bali
Kepahiang.
No
1.
2.
3.
4.
5.
uraian
Biaya tenaga kerja
- Pemangkasa
- Penyiangan
- Penyemprotan
- Pemupukan
- Pemanenan
- Pengeringan
Jumlah (1)
Biaya pestisida
Pembelian pupuk
Total biaya (1+2+3)
Penerimaan ( Produksixharga)
Pendapatan ( b – a )
Jumlah ( Rp )
215.250,645.750,41.000,38.750,1.655.000,553.500,3.149.000,358.300,258.300,3.765.500,- (a)
11.755.200,- (b)
7.989.700,-
Harga yang diterima oleh petani berbeda-beda tergantung dengan kualitas biji yang
dihasilkan. Kisaran harga adalah Rp 12.000-15.000 banyaknya serangan penyakit terutama hama PBK
membuat hasil produksi sangat sedikit dari potensi hasil lebih dari 2 ton perhektar, petani Surobali
hanya menghasilkan rata-rata 845,6 kg/hektar selain serangan hama dan penyakit petani juga belum
menerapkan teknologi yang tepat dalam usahataninya seperti pemupukan yang hanya dilakukan oleh
sebagian kecil petani dan biaya untuk pemupukan cukup rendah yaitu 7,8 % dari total biaya yang
dikeluarkan. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani kakao adalah sebesar Rp. 7.989.800 jika di
hitung B/C ratio dari usahatani kakao didapatkan nilai 2,12 yang artinya usahatani kakao di desa
Surobali Kepahiang masih menguntungkan karena masih bisa menjanjikan pendapatan 2,12 kali dari
biaya yang dikeluarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Usahatani kakao masih dilakukan dengan cara sederhana dan tradisional, pendapatan rata-rata petani
Rp. 7.989.716 pertahun dengan B/C 2,12 yang artinya usahatani kakao di desa surobali secara
finansial layak untuk di usahakan.
Saran
Masih diperlukan bimbingan dan penyuluhan kepada petani agar penerapan teknologi budidaya kakao
bisa lebih baik sehingga hasil yang diterima petani bisa optimal.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Prov. Bengkulu. 2009. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu. Bengkulu.
Disbun Prov. Bengkulu. 2011. Statistik Perkebunan Provinsi Bengkulu. Dinas Perkebunan Provinsi
Bengkulu.
Puslit Koka. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Penerbit; Agro Media Pustaka. Jakarta.
Nuryati S dan Sahara dewi. 2008. Analisis Karakteristik Petani dan Pendapatan Usahatani Kakao Di
Sulawesi Tenggara. SOCA 8 :3 halman 318-322.
Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta
USAHATANI KAKAO DI DESA SUROBALI
KABUPATEN KEPAHIANG
Afrizon dan Herlena Bidi Astuti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
ABSTRAK
Kakao merupakan tanaman perkebunan utama yang diusahakan oleh sebagian besar petani di Desa Surobali
kabupaten Kepahiang, teknik budidaya yang sederhana sudah dapat membuat petani mengandalkan usahatani kakao sebagai
sumber pendapatan rumah tangga. Data di ambil pada bulan februari-maret 2012 di desa surobali kecamatan Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap petani kakao untuk
memperoleh informasi dari responden yang dipilih secara acak berjumlah 30 orang dengan menggunakan kuesioner.
Penelitian bertujuan untuk melihat karakteristik petani dan menghitung pendapatan serta rasio biaya pendapatan usahatani
kakao di desa surobali Kabupaten Kepahiang. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa petani masih mengusahakan
perkebunan kakao dengan cara tradisional dan sederhana dengan hasil produksi rata-rata pertahun 845,6 kg ,total biaya yang
dikeluarkan oleh petani rata-rata Rp. 3.765.500 pertahun dan pendapatan petani sebesar Rp. 7.989.800 pertahun. Nilai rasio
B/C sebesar 2,12 yang artinya usahatani kakao layak untuk menjadi andalan uasahatani perkebunana andalan petani.
Kata kunci : pendapatan. petani, kakao, desa surobali
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepahiang merupakan salah satu sentra penghasil kakao di Provinsi Bengkulu.
Secara geografis terletak pada 101055’19” sampai dengan 103001’29” bujur timur (BT) dan
02043’07” sampai dengan 03046’48” Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kabupaten Kepahiang
adalah 66.500 ha yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 120 Kelurahan dan Desa. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Kepahiang berada pada ketinggian 500-1.000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan
jenis tanah kompleks podsolik coklat, padsol dan latosol. Jumlah hari hujan rata-rata pada tahun 2010
adalah 26 hari/bulan dengan jumlah curah hujan 280 mm/bulan. Suhu udara tertinggi di Kabupaten
Kepahiang 24,70C dan suhu terendah 20,20C, dengan kelembaban rata-rata 87%/bulan.
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang cukup prospektif di
Propinsi Bengkulu karena didukung oleh kesesuaian agroekosistim dan kondisi sosial masyarakat
petani yang mengusahakannya. Luas areal perkebunan Kakao rakyat di Bengkulu mencapai saat ini
seluas 14.363 ha dengan produksi 1.822,60 ton. Dari luasan tersebut 6.040 ha (42,05 %) berada di
Kabupaten Kepahiang.
Pada tahun 2005 Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang sudah
mengembangkan tanaman Kakao sebanyak 4 juta batang untuk petani dengan luas mencapai 2000 ha.
Penanaman kakao sudah lama dibudidayakan petani Kepahiang, namun penangan usahatani belum
dilakukan secara intensif dan sesuai dengan anjuran dari PUSLIT KOKA sehingga hasil yang
didapatkan oleh petani belum maksimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat karakteristik dan pendapatan petani
perkebunan kakao.
BAHAN DAN METODA
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di desa Surobali
Kabupaten Kepahiang dengan pertimbangan daerah ini merupakan sentra perkebunan kakao dan kopi.
Jumlah sampel 30 orang petani kakao yang di ambil dengan metode simple random sampling. Data di
ambil pada bulan februari-maret 2012 di desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap petani untuk
memperoleh informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Data yang di amati meliputi:
1. Identitas responden meliputi :
umur, pendidikan, kepemilikan lahan, dan tanggungan keluarga.
2. Karakteristik usahatani kakao meliputi :
Kepemilikan lahan garapan, dan produktivitas lahan kakao yang dimiliki oleh responden.
3. Pendapatan usahatani kakao yang meliputi :
Biaya produksi (upah tenaga kerja,pupuk,pestisida,), hasil produksi dan harga jual. Untuk
mengetahui pendapatan usahatani kakao dihitung dengan persamaan:
∏ = TR – TC
TR = Y x PY
Keterangan :
∏ = Pendapatan (Rp/Tahun)
TR = Total penerimaan (Rp/Tahun)
TC = Total Biaya (Rp/Tahun)
Y = produksi (Kg/Tahun)
PY = Harga Produksi
4. Rasio biaya pendapatan yang dianalisis dengan rumus : B/C = ∏ /TC
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Kakao
a. Identitas responden
Rata-rata umur petani responden adalah 43,73 tahun hal ini menunjukkan bahwa
usahatani kakao dilakukan oleh petani pada usia produktif. Pada usia produktif kegiatan usahatani
dapat dikerjakan secara optimal dengan curahan tenaga kerja fisik yang tersedia (Nuryanti dan
sahara, 2008). Menurut Soekartawi (1988) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai
semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih
cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam
soal adopsi inovasi tersebut, begitu pula pendidikan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi
adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi dan sebaliknya mereka yang
berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya nalar seseorang biasanya
seseorang yang mengenyam pendidikan cukup lama akan lebih rasional dalam bertindak dan
menjalankan usahanya. pendidikan petani kakao cukup rendah rata-rata 8 tahun artinya rata-rata
petani tidak sampai menyelesaikan wajib belajar dari pemerintah yaitu mengenyam pendidikan
minimal Sembilan (9) tahun. Jumlah anggota keluarga dominan pada kisaran 3-5 orang yaitu
sebanyak 21 petani atau 70 % dari responden. Banyaknya anggota keluarga bisa menjadi tambahan
tenaga kerja dalam usahatani.
b. Kepemilikan lahan
Petani responden memiliki berbagai jenis lahan untuk berbagai jenis usaha tani. Semua
petani responden (100%) memiliki lahan perkebunan dengan diversifikasi lahan kakao-kopi yang
cukup tinggi (93,3%) petani memiliki luasan lahan antara 0,25 – 2 ha dengan rata-rata luasan 1,025
ha; petani yang memiliki lahan perkebunan kopi monokultur (36%); petani yang memiliki lahan
tegalan (30%). Sedangkan lahan sawah dengan kepemilikan rata-rata 0,31 ha (26,6%) dimana
lahan sawah ini sangat berpengaruh terhadap ketahan pangan dan ketersediaan beras yang
merupakan bahan makanan pokok daerah petani responden.
Lahan yang dikelola oleh petani merupakan lahan milik sendiri. Tingginya kepemilikan
luasan lahan memungkinkan bagi petani untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari berbagai
jenis usaha tani sehingga modal untuk membuka luasan lahan perkebunan kakao sangat mungkin
untuk dilakukan seperti menambah populasi tanaman kakao pada lahan perkebunan kopi karena
36% petani memiliki lahan perkebunan kopi dengan rata-rata luas lahan 0,41 ha.
Produktivitas Kakao
Rata-rata umur tanaman kakao petani responden diatas 5 tahun atau berada pada umur
produktif. Bibit yang ditanam oleh petani merupakan klon unggul bantuan Pemerintah Kabupaten
Kepahiang, berupa bibit hibrida F1 yang terdiri dari 3 klon yaitu ICS 01, ICS 06, dan ICS 12.
Pemeliharaan tanaman kakao yang dilakukan oleh petani di Desa Suro Bali belum optimal sehingga
produktivitas juga belum optimal. Produktivitas kakao disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rata rata produktivitas kakao petani di desa Suro Bali Tahun 2012 (kg/ha/thn)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata
Produktivitas
960
960
216
720
480
960
1.120
800
336
960
No
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Produktivitas
480
240
1200
384
36
600
720
800
840
1200
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Produktivitas
1.440
240
1.440
960
960
480
1.920
720
960
1.920
25.052 ,00 kg/ha/thn
835,06 kg/ha/thn
Pada Tabel 1, terlihat produktifitas rata rata kakao masih rendah yaitu 835,06 kg/ha/th.
Panen dilakukan dengan interval 10 - 14 hari secara terus menerus setiap tahunnya. Rata-rata dalam
setahun petani melakukan panen selama 8 bulan karena 3 - 4 bulan merupakan bulan kering dan
tanaman menunjukan stagnasi pada proses pembungaan dan pembuahan. Hasil ini masih jauh lebih
rendah dari potensi produksi tanaman kakao. Pada kondisi optimal dengan kesesuaian lahan dan klon
unggul tanaman kakao dapat berproduksi diatas 2 ton/ha/th.
Pendapatan petani kakao
Biaya usahatani terdiri dari biaya tenaga kerja (pemupukan, penyemprotan, pemangkasan,
penyiangan, panen dan pengeringan biji ), biaya pembelian pupuk dan pestisida. Pendapatan
merupakan nilai keuntungan usahatani petani yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya
usahatani (Nuryati dan sahara, 2008). Biaya terbanyak yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya
tenaga kerja sebesar Rp. 3.149.000,- atau 83,62% dari total biaya yang dikeluarkan oleh petani (Tabel
2).
Tabel 2. Rata-rata biaya produksi pertahun usahatani kakao setelah menghasilkan di desa Suro Bali
Kepahiang.
No
1.
2.
3.
4.
5.
uraian
Biaya tenaga kerja
- Pemangkasa
- Penyiangan
- Penyemprotan
- Pemupukan
- Pemanenan
- Pengeringan
Jumlah (1)
Biaya pestisida
Pembelian pupuk
Total biaya (1+2+3)
Penerimaan ( Produksixharga)
Pendapatan ( b – a )
Jumlah ( Rp )
215.250,645.750,41.000,38.750,1.655.000,553.500,3.149.000,358.300,258.300,3.765.500,- (a)
11.755.200,- (b)
7.989.700,-
Harga yang diterima oleh petani berbeda-beda tergantung dengan kualitas biji yang
dihasilkan. Kisaran harga adalah Rp 12.000-15.000 banyaknya serangan penyakit terutama hama PBK
membuat hasil produksi sangat sedikit dari potensi hasil lebih dari 2 ton perhektar, petani Surobali
hanya menghasilkan rata-rata 845,6 kg/hektar selain serangan hama dan penyakit petani juga belum
menerapkan teknologi yang tepat dalam usahataninya seperti pemupukan yang hanya dilakukan oleh
sebagian kecil petani dan biaya untuk pemupukan cukup rendah yaitu 7,8 % dari total biaya yang
dikeluarkan. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani kakao adalah sebesar Rp. 7.989.800 jika di
hitung B/C ratio dari usahatani kakao didapatkan nilai 2,12 yang artinya usahatani kakao di desa
Surobali Kepahiang masih menguntungkan karena masih bisa menjanjikan pendapatan 2,12 kali dari
biaya yang dikeluarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Usahatani kakao masih dilakukan dengan cara sederhana dan tradisional, pendapatan rata-rata petani
Rp. 7.989.716 pertahun dengan B/C 2,12 yang artinya usahatani kakao di desa surobali secara
finansial layak untuk di usahakan.
Saran
Masih diperlukan bimbingan dan penyuluhan kepada petani agar penerapan teknologi budidaya kakao
bisa lebih baik sehingga hasil yang diterima petani bisa optimal.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Prov. Bengkulu. 2009. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu. Bengkulu.
Disbun Prov. Bengkulu. 2011. Statistik Perkebunan Provinsi Bengkulu. Dinas Perkebunan Provinsi
Bengkulu.
Puslit Koka. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Penerbit; Agro Media Pustaka. Jakarta.
Nuryati S dan Sahara dewi. 2008. Analisis Karakteristik Petani dan Pendapatan Usahatani Kakao Di
Sulawesi Tenggara. SOCA 8 :3 halman 318-322.
Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta