KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DALAM PERKAWINAN BEDA ORGANISASI MASYARAKAT : STUDI KASUS DI DESA SUMBERSUKO KECAMATAN TAJINAN KABUPATEN MALANG.

(1)

KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DALAM

PERKAWINAN BEDA ORGANISASI MASYARAKAT

(Studi Kasus di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang).

SKRIPSI

Oleh

Ihdal Umam Al-Azka NIM: C01211088

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah

Surabaya 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Keharmonisan Rumah Tangga dalam Perkawinan

Beda Organisasi Masyarakat ini merupakan hasil penelitian lapangan (field

research) untuk menjawab pertanyaan. Pertama, bagaimana kehidupan rumah

tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang? Kedua, bagaimana usaha dalam membina

keharmonisan hidup berkeluarga di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

Data penelitian dalam skripsi ini dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif dengan menggunakan pola pikir induktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, perkawinan beda organisasi keagamaan memiliki keadaan rumah tangga yang berbeda dengan masyarakat lainya. Kondisi demikian, Membutuhkan rasa pengertian yang lebih mendalam antara suami dan istri serta keluarga yang bersangkutan. Pasangan-pasangan ini juga harus menerima ketidaknyamanan atau ketidakbahagiaan yang ada di dalam keluarga mereka. Selain itu, keluarga ini juga harus lebih mengerti dan menerima kehidupan yang akan datang tidak hanya dari sisi psikologis, namun juga dari sisi sosial. Terdapat suasana kehidupan yang akan mereka terima baik yang buruk dan menggunjing keluarga mereka ataupun yang baik dan mendukung perbedaan dalam keluarga ini.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran: Pertama, kepada para peneliti atau akademisi agar menggunakan atau mempertimbangkan

hasil penelitian ini sebagai wacana keilmuan, khususnya yang berkaitan dengan perkawinan antar organisasi keagamaan. Kedua, bagi orang yang akan melakukan perkawinan antar golongan keagamaan diharapkan mengkaji penelitian ini. Hal tersebut disebabkan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa perkawinan beda organisasi tidak menjadi penghalang untuk terwujudnya sebagai keluarga sakinah, meskipun terjadi beberapa masalah.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KONSEP-KONSEP KEHARMONISAN A. Perbedaan dan Persamaan NU dan Muhammadiyah 1. Manhajnya ... 20


(7)

2. Prinsip-prinsipnya ... 22 3. Tradisi-tradisinya ... 33

B. Hakikat Keharmonisan Rumah Tangga dalam Sebuah

Perkawinan

1. Pengertian keluarga sakinah ... 30 2. Faktor penyebab ketidak harmonisan dalam berumah

tangga ... 37

3. Kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan

dalam berumah tangga ... 39 4. Usaha-usaha yang dibangun suami istri dalam berumah

tangga ... 41

BAB III PERKAWINAN BEDA ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

A. Organisasi Keagamaan di Indonesia 1. Nahdlatul Ulama

a. Profil NU ... 48 b. Sejarah berdirinya NU ... 50

2. Muhammadiyah

a. Profil Muhammadiyah ... 53 b. Sejarah berdirinya Muhammadiyah ... 54

B. Gambaran umum wilayah desa Sumbersuko kecamatan

Tajinan kabupaten Malang ... 56 C. Penyajian data hasil penelitian perkawinan beda organisasi

keagamaan ... 69 1. Penyajian hasil penelitian ... 69

2. Kondisi kehidupan rumah tangga pasangan beda


(8)

3. Deskripsi keharmonisan rumah tangga perkawinan

yang dilakukan masyarakat desa Sumbersuko

terhadap keharmonisan rumah tangga ... 81

BAB IV ANALISIS PERKAWINAN BEDA ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA SUMBERSUKO A. Analisis kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di Sumbersuko ... 83

B. Analisis usaha membina keharmonisan rumah tangga bagi pasangan beda organisasi keagamaan didesa Sumbersuko kecamatan Tajinan kabupaten Malang ... 85

1. Cara beribadah ... 87

2. Cara menerima tradisi ... 89

3. Cara mendidik anak ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj.1 Perkawinan menurut hukum Islam

adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miithaaqan ghaliiz}an untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan suatu bentuk ibadah.2

Dalam UU perkawinan di Indonesia, perkawinan ialah “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”.3

Tujuan dari rumah tangga, merupakan tujuan perkawinan dari segi aspek sosial, yakni mendatangkan ketentraman batin, menimbulkan mawaddah dan mahabbah (cinta kasih) serta rahmah (kasih sayang) antara suami istri, anak dan seluruh anggota keluarga. Sebagaimana telah termaktub dalam Alquran surah Ar-rum ayat 21 yang berbunyi:







































1Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), 35

2 Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia , (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 78.


(10)

2

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.4

Berdasarkan ayat diatas, menjelaskan tujuan berumah tangga adalah untuk menciptakan keluarga yang tentram, penuh kebahagiaan, yang dihiasi sikap saling mencintai, menyayangi dan mengasihi antara dua belah pihak, sehingga terciptalah suatu keharmonisan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan berumah tangga, perlu ikhtiyar yang sungguh-sungguh dari pihak suami-istri dengan tingkah laku, karena perkawinan tidak selalu berjalan lurus, dalam sebuah rumah tangga pasti terdapat rintangan-rintangan yang dapat menghambat keharmonisan rumah tangga. Tetapi pasangan suami-istri harus mempunyai keyakinan untuk dapat mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.5

Kata taskunu terambil kata sakana yang berarti diam, tenang setelah sebelumnya goncang dan sibuk. Dari sini Allah telah menciptakan setiap mahluk mempunyai dorongan untuk menyatu dengan pasangannya dan mempertahankan eksistensi jenisnya. Karena itu, Allah mensyariatkan bagi manusia perkawinan, agar kekacauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan masing-masing memperoleh ketenangan.6Masyarakat Sumbersuko -Tajinan - Malang adalah

masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai kehidupan bermasyarakat

4 Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005), 644. 5 Khoirudin Nasution, Membentuk Keluarga Bahagia (Yogyakarta: PSW Sunan Kalijogo, 2002),3.

6M. Quraisy Shihab, “Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran”, Tafsir Al-Misbah, Vol. 11, Cetakan VII,(Ciputat: Lentera Hati, 2007), 35.


(11)

3

tradisional, dengan adanya kelompok masyarakat modern yang dipengaruhi kehidupan kota sebagai masyarakat pendatang. Muhammadiyah dan NU dijadikan sebagai organisasi yang menjadi panutan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Kedua organisasi tersebut sudah mempengaruhi pemikiran masyarakat Sumbersuko –Tajinan -Malang, sehingga menimbulkan pertikaian antar saudara dianggap musuh jika berlainan faham. Sering terjadi perdebatan tidak sehat, perselisihan semakin meningkat, saling menyalahkan, bahkan merasa yang paling kuat dan benar tidak pernah musyawarah mufakat, baik kepentingan sosial maupun kepentingan pribadi, sehingga saling menjatuhkan menjadi kebiasaan mereka.

Namun takdir telah berkata lain, cinta telah menyatukan salah satu dari mereka hingga menuju perkawinan yang berakibat buruk terhadap dua pasangan atau keluarga tersebut. Misalnya, kehidupan dialami oleh pasangan Mutmainnah dengan Shodiq. Mereka berkeluarga kurang lebih selama 26 tahun, keduanya mempunyai komitmen yang berbeda dan tidak bisa dipersatukan, mulai dari segi ibadah sampai pada adat. Hal ini ketika mereka melakukan aktifitas sehari-hari, merasa tidak nyaman dengan kehidupan yang mereka alami, dibuat ajang pembicaraan oleh masyarakat sekitar dengan kondisi yang demikian, membuat hati mereka menjadi gelisah dan masih banyak lagi diantaranya yaitu pasangan Mida dengan Alfi, Badriyah dengan Amin, Mukhlisah dengan Huda, Sumaryati dengan Supeno, Chomsiyah dengan Ridwan, Ani dengan Amam.


(12)

4

Jika kita pahami bersama bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk membangun rumah tangga yang tenang, tentram, bahagia, sejahtera dan diliputi oleh cinta dan kasih sayang sebagaimana tersebut dalam surah ar-Rum ayat 21. Dengan kata lain, perkawinan dalam Islam adalah untuk menuju keluarga sakinah, karena keluarga merupakan basis sosial utama setiap orang. Tujuan ini dapat dicapai, apabila suami istri, anak dan seluruh anggota keluarga dapat memahami, menghayati dan menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing.

Keluarga sakinah bermakna bahwa dalam merangkai bahtera kehidupan berumah tangga, baik dalam suka maupun duka senantiasa pada kenyataan (riil) ketenangan hati, ketentraman jiwa dan kejernihan nalar, ketika dalam suka, tidak berlebih-lebihan dan ketika dalam duka, tidak duka yang berlebihan pula. Semua kehidupan dihadapi dan dijalani dengan ayat tuhan.

Keluarga harmonis, merupakan keluarga yang menganut asas-asas islami, dalam rumah tangga inilah tercurah karunia ilahi dalam rumah mereka, yang merupakan pusat pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai kemanusiaan. Suami istri “menjadikan rumah tangganya sebagai sarana meraih kesempurnaan dengan ketentraman dan yang ada dalam rumah tangganya. Mereka berusaha mendekatkan diri kepada Allah, jalan yang mereka tempuh adalah jalan Allah dan hasil jerih payah mereka adalah kebahagiaan”.7


(13)

5

Hubungan yang harmonis adalah hubungan yang dilaksanakan dengan selaras, serasi dan seimbang, yaitu hubungan yang diwujudkan melalui jalinan pola sikap dan perilaku antara suami-istri yang saling peduli, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling mengisi, disamping saling mencintai dan menyayangi. Hubungan antara suami-istri mereka semakin dapat bekerja sama sebagai mitra sejajar.

Setiap pasangan suami istri pasti sangat mendambakan memiliki keluarga yang harmonis. Keluarga yang mampu membuat rasa letih berkurang bahkan hilang saat berkumpul dengan mereka, keluarga yang menyegarkan kejenuhan, keluarga yang menjadi kebahagiaan, yang menjadi semangat inspirasi, menjadikan keindahan yang paling indah dalam hidup.

Mewujudkan kehidupan rumah tangga yang harmonis bukanlah melalui proses kebetulan, melainkan sesuatu yang direncanakan, diprogram dan diantisipasi. Terciptanya sebuah keluarga yang harmonis diantaranya adalah adanya saling mencintai, saling pengertian, komunikasi yang lancar, adanya visi yang jelas terhadap masa depan anak.8

Rumah tangga yang harmonis merupakan harapan, dambaan dan idaman setiap insan. Untuk mencapai keluarga yang harmonis tidak semudah membalik telapak tangan, karena banyak faktor seperti hukum, kesadaran, pengertian yang harus diterapkan oleh pasangan suami istri.9

8 Rusli Amin, Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman, (Jakarta : Al-mawardi Prima, 2003), i 9 Umay M. Djafar Shodiq, Indahnya Keluarga Sakinah, (Kajara: Zakia press, 2004), iii


(14)

6

Dalam konsep al-uh}wah (persaudaraan), perkawinan beda organisasi ini merupakan salah satu contoh al-uh}wah al-islamiyyah dimana persaudaraan agama Islam meretas segala macam kendala perbedaan, yakni perbedaan pendapat sesama muslim tidak selalu berarti permusuhan malah saling menghormati satu sama lain.10

Rumah tangga yang harmonis adalah ibarat bangunan yang tidak lepas dari terpaan badai, goncangan gempa, kilatan petir dan rongrongan rayap. Karena itu diperlukan pondasi yang kuat, kedua pasangan harus saling bahu membahu membangun pondasi yang kuat dan ada kemauan mewujudkan pokok-pokok sebagai berikut: pertama komitmen, kedua agama dan norma sosial, ketiga kedewasaan, keempat kearifan kebijakan, kelima keterpaduan dan kemitraan, keenam romantisme dan keindahan.11

Dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga diperlukan komunikasi dan komitmen yang baik. Allah swt berfirman dalam surat an-nisa’ , ayat 19:







































































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji

10 Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang : UIN Malang Press, 2007), 91. 11 Saifudin Aman , Nikmatnya Berumah Tangga, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2006), 74.


(15)

7

yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.12

Berdasarkan ayat tersebut, dengan adanya komunikasi dan komitmen yang baik dalam keluarga, maka keharmonisan akan terbentuk sehingga disarankan untuk berlaku baik antara suami istri dan harus saling pengertian. Perkawinan perlu adanya perjanjian untuk penyatuan komitmen dalam menciptakan keluarga yang sakinah (ketentraman hidup), mawaddah (rasa cinta), wa rahmah (kasih sayang), yang mana didalamnya terdapat unsur keharmonisan, dengan adanya pondasi komitmen dan komunikasi yang baik.13

Dari penjelasan diatas konsep dari keharmonisan adalah adanya komitmen, komunikasi yang baik. Jika kita melihat permasalahan yang ada keduanya banyak sekali perbedaan mulai dari segi ibadah, maupun adat yang berbeda dari kedua organisasi tersebut. Melihat kondisi yang seperti ini mampukah mereka mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangganya?

Menurut bapak Halim, selaku tokoh masyarakat Nahdlotul ulama’ beliau berpendapat bahwa “Perkawinan adalah suatu hal yang dapat mengubah kehidupan kita menjadi lebih, jadi perbedaan pendapat bukanlah hal yang menjadi penghalang untuk menuju perkawinan, namun alangkah baiknya jika keduanya mempunyai keyakinan dan prinsip yang sama. Perkawinan yang dilakukan oleh dua pasangan beda organisasi keagamaannya tidak dapat membentuk keluarga harmonis, karena keluarga yang harmonis adalah keluarga

12Ibid, hlm. 136


(16)

8

yang rukun hidup tentram tanpa ada perbedaan dan percekcokan. Beliau berpendapat sesuai dengan kaidah fiqhiyyah yaitu Dar'ul mafasid muqaddamun 'ala jalbil mashaalih (menolak/mencegah kerusakan didahulukan dari pada melakukan kebaikan) Seperti yang terjadi di masyarakat Sumbersuko mereka saling individual tidak mau bersatu, mereka berjalan sesuai dengan keyakinannya masing-masing.14

Akan tetapi beda lagi dengan bapak Darmawi selaku tokoh Muhammadiyah beliau berpendapat bahwa “perbedaan pendapat, maupun dalam pola pikir tidak menjadi penghalang untuk menuju ke jenjang perkawinan, karena dalam menciptakan rumah tangga yang harmonis perbedaan tersebut tidak dapat mempengaruhi kehidupan berumah tangga. Seperti yang dilakukan masyarakat Sumbersuko, mereka masih dapat mempertahankan rumah tangganya meskipun beda organisasi keagamaan dan mereka dapat membentuk keluarga yang harmonis.15

Dengan melihat perbedaan pendapat tersebut peneliti semakin tertarik untuk mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya. Jika melihat fenomena yang ada, baik di kalangan artis maupun di kalangan masyarakat biasa, yang semakin meningkatnya jumlah perceraian disebabkan karena perbedaan prinsip dengan fenomena seperti ini ada sebagian masyarakat Sumbersuko yang melakukan perkawinan antar golongan “Nahdlatul Ulama’ atau biasa disebut dengan NU” dengan golongan “Muhammadiyah” , dengan perbedaan ini apakah

14 Halim, wawancara, (Sumbersuko, 18 Oktober 2014) 15 Darmawi, wawancara , (Sumbersuko, 18 Oktober 2014)


(17)

9

mereka dapat menjalin hubungan yang sesuai dengan tujuan mereka? Padahal dalam membina keluarga yang harmonis harus memiliki kesamaan yang baik dalam hal beribadah, prinsip maupun dalam pola pikir. Dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji dengan judul sebagai yang sudah tertera di atas.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berangkat dari pemaparan yang ada pada latar belakang di atas, maka daat di identifikasikan masalahnya sebagai berikut :

a. Pengertian keluarga sakinah.

b. Faktor – faktor penyebab ketidak harmonisan dalam berumah tangga c. Kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan dalam berumah

tangga.

d. Usaha-usaha yang dibangun suami istri dalam berumah tangga di Desa. Sumbersuko Kec. Tajinan Kab. Malang.

1. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang dapat di identifikasi penulis diatas dan banyaknya perkara yang ditemukan, maka agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan skripsi yang akan ditulis , maka penulis membatasi permasalahan yang meliputi:


(18)

10

a. Kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi

keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

b. Usaha dalam membina keharmonisan hidup berkeluarga di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang? 2. Bagaimana usaha dalam membina keharmonisan hidup berkeluarga di

desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang? D. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka dalam penelitian ini, pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya sehingga diharapkan tidak adanya pengulangan materi penelitian secara mutlak.

Sejauh penulis melakukan penelitian tentang kasus ini terhadap karya-karya ilmiah yang berupa pembahasan tema keluarga, maka perlu dijelaskan hasil penelitian terdahulu untuk dikaji dan ditelaah secara seksama. Penelitian-penelitian tersebut ialah:

1. Skripsi dengan judul “Analisa Hukum Islam terhadap Keluarga Sakinah Dari Perkawinan Beda Agama” skripsi ini ditulis oleh Jumaiyah NIM:


(19)

11

C01397073 Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Tahun 2002. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif –analitis, yaitu dengan menggambarkan mengenai keluarga sakinah dari perkawinan beda agama. Secara Garis besar penelitian yang dilakukan oleh Jumaiyah terdapat persamaan dan juga perbedaan dengan peneliti yang akan saya teliti. Letak Kesamaannya adalah peneliti mencoba untuk mengkaitkan sebuah permasalahan yang nantinya berdampak pada keharmonisan rumah tangga. Sedangkan letak perbedaan tersebut adalah permasalahan yang ada. Jika saudari Jumaiyah mengangkat keharmonisan rumah tangga beda agama ditinjau dari hukum islam , maka peneliti mengangkat Perkawinan Beda Organisasi Keagamaan sebagai dampak keharmonisan dalam rumah tangga.

2. Skripsi dengan judul “Pandangan Muhammad Quraish Shihab tentang Perkawinan Beda Agama” Skripsi ini ditulis oleh Wafiyatul Muflichah NIM: C01302143 Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Tahun 2006. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis yaitu dengan menggambarkan pemikiran tentang perkawinan beda agama menurut M.Quraish Shihab, sedangkan skripsi ini meneliti tentang fenomena yang ada di masyarakat Sumbersuko tentang perkawinan beda organisasi keagamaan yang berdampak pada keharmonisan rumah tangga.


(20)

12

E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka disini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai atau ingin diketahui oleh peneliti diantaranya adalah:

1. Untuk mendiskripsikan kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.

2. Untuk menjelaskan usaha dalam membina keharmonisan hidup

berkeluarga di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang. F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka mengembangkan wacana keilmuan, khususnya yang berkaitan dengan perkawinan antar organisasi keagamaan.

2. Praktis

a. Sebagai referensi atau acuhan penelitian selanjutnya dan bahan pertimbangan sekaligus tambahan bagi siapa saja yang membutuhkan terutama tentang perkawinan antar golongan Muhammadiyah dan NU.


(21)

13

b. Dapat dijadikan pertimbangan atau masukan bagi orang yang akan melakukan perkawinan antar golongan keagamaan.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengkaji permasalahan diatas, maka penulis memberikan definisi operasional yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Organisasi keagamaan adalah suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang mempunyai visi dan misi, dan juga tujuan yang sama.16 “Terkait dengan hal ini peneliti

mengaitkan antara Organisasi Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar berakidah Islam yang bersumber pada alquran dan Hadis, dengan Organisasi Nahdlatul Ulama’ yang merupakan gerakan Islam, dikenal dengan gemar mendendangkan Syair puja-puji dan Selawat untuk Nabi Muhammad saw, yang bersumber pada alquran, hadis, Ijmak dan Qiyas.

2. Keharmonisan rumah tangga adalah keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua,

16 Ilham Nugraha, “Agama dan organisasi keagamaan”, dalam


(22)

14

mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.17

Berdasarkan penjelasan definisi operasional tersebut, maka dapat dipahami bahwa skripsi yang akan diteliti ini membahas mengenai perkawinan beda organisasi keagamaan dan implikasinya terhadap keharmonisan rumah tangga.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat field research atau penelitian lapangan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Data Yang Dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan, maka dalam penelitian ini data yang akan di kumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data yang berkenaan dengan pasangan beda organisasi keagamaan di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.

b. Data yang berkenaan dengan usaha dalam membina keharmonisan hidup berkeluarga di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.

2. Sumber Data

Data yang di perlukan dalam penelitian ini bersumber pada lapangan dan literatur, meliputi:

17Sanjaya Yasin, “Pengertian keluarga sakinah”, dalam

http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-keluarga-harmonis.html, diakses pada 15 Desember 2014.


(23)

15

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang di peroleh dari subjek penelitian lapangan (responden), yaitu: hasil interview dengan pasangan yang melakukan perkawinan beda organisasi, tokoh masyarakat atau adat dan juga tokoh agama yang berkaitan dengan perkawinan beda organisasi yang terdapat di desa yang bersangkutan.

b. Sumber Data Sekunder

Sember data sekunder adalah buku yang berbicara tentang perkawinan beda organisasi dan hal-hal yang berpengaruh di dalamnya sebagai landasan dalam penelitian ini. Diantaranya:

1) Kompilasi Hukum Islam

2) UU. Perkawinan No.I tahun 1974 tentang perkawinan 3) Sayyid sabiq, Fiqh as-Sunnah

4) Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzab

5) Ahmad Nurcholis, Pernikahan Beda Agama18

6) Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh suatu keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil


(24)

16

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai, tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. 19

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skripsi, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. 20

Metode ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang di anggap penting atauada hubunganya dengan permasalahan yang berkaitan dengan perkawinan beda organisasi islam di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang

4. Teknik pengolaan data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.21

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah.

19 Sutrisno Hadi, Methodology Research 2, (Yogyakarta: Andi Offeset, 1998), 133.

20 Suharsini Ari Kumto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2006), 231.

21 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), 91.


(25)

17

5. Teknik analisis data

Setelah data telah terkumpul baik itu data primer dan data sekunder maka langkah berikutnya adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisa data kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari sumber-sumber tertulis. Metode ini digunakan untuk menganalisa data tentang perkawinan beda organisasi. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.22 Metode ini

dipergunakan untuk membahas permulaan pembahasan dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat umum tentang keharmonisan berumah tangga.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah agar dapat memahami judul penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasannya meliputi lima bab tersebut adalah sebagai berikut:

Bab pertama sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab kedua Merupakan landasan teori yang membahas tentang kondisi keluarga perkawinan beda organisasi, perbedaan dan persamaan organisasi


(26)

18

Muhammadiyah dan NU, hakikat keharmonisan rumah tangga dalam sebuah perkawinan.terdiri dari: pengertian keluarga sakinah, kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan dalam berumah tangga, Usaha-usaha yang dibangun suami istri dalam berumah tangga.

Bab ketiga berisi tentang laporan hasil penelitian berisi tentang Organisasi keagamaan di Indonesia, gambaran umum Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang, kemudian mendiskripsikan secara objektif mengenai perkawinan beda organisasi keagamaan.

Bab keempat, merupakan Analisis kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan , Analisis usaha membina keharmonisan hidup berkeluarga bagi pasangan beda organisasi sosial masyarakat.

Bab Kelima merupakan bagian terakhir dari skripsi atau penutup yang memuat kesimpulan dan saran.


(27)

20

BAB II

KONDISI KELUARGA PERKAWINAN BEDA ORGANISASI A. Perbedaan dan persamaan organisasi NU dan Muhammadiyah

1. Manhajnya

NU menganut paham $KOXVVXQDK ZDOMDPDnDKsebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya alquran, sunnah tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-$V\nDUL GDQ $EX 0DQsur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab: 6\DILnL +DPEDOL 0DOLNL +DQDIL Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan shariat.19

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.20

Dalam majelis tarjih Muhammadiyah, terdapat istilah manhaj tarjih untuk menyebut metode istinbath hukum.

Secara leksikal, manhaj berarti jalan atau metode. Dalam ilmu ushul fikih, manhaj digunakan sebagai cara mengeluarkan hukum V\DUDn dari alquran dan sunnah, secara istidlal dengan dalil mDTO, seperti qiyas, istihsan, istishab dan sebagainya. Majelis tarjih menggunakan kata manhaj sebagai acuan penggalian hukum islam, baik dari dalil naqli maupun maqli.

19Farid Wajidi, NU Tradisi, Relasi-relasi, Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994),

183.


(28)

21

Muhammadiyah merumuskan pedoman dalam berijtihad dengan memakai

QDPDoSRNRN-SRNRN0DQKDM7DUMLK0XKDPPDGL\DKp21

Manhaj ijtihad tersebut merupakan manifestasi bahwa muhammadiyah tidak bermadzhab. Dalam hal ini, dibuktikan dari putusan-putusannya tidak merujuk kepada pendapat imam madzhab. Sebab, masalah yang diputuskan majelis tarjih didasarkan atas nash yang dianggap lebih kuat tanpa mengembalikan apakah pendapatnya sesuai dengan pendapat imam madzhab atau tidak. Sesungguhnya manhaj tarjih belum dapat dikatakan sebagai susunan ushul fiqih baru, namun telah memuat unsur-unsur penting dalam teori berijtihad, yaitu penggunaan sumber-sumber hukum, prinsip-prinsip ijtihad dan kedudukan akal dalam penggalian hukum. Ternyata, manhaj yang demikian telah membawa majelis tarjih memutuskan berbagai masalah yang tampak mandiri dan tidak terikat oleh salah satu pandangan madzhab. Mengenai penggunaan sumber dalil, pada dasarnya ijtihad majelis tarjih secara mutlak adalah alquran dan sunnah. Oleh karena itu, kedua dalil tersebut merupakan acuan utama dalam penetapan hukum. Hal ini terbaca pada hampir setiap keputusan tarjih yang senantiasa menyebutkan ayat-ayat alquran dan sunnah sebagai dalil sebagaimana yag terbaca didalam himpunan putusan tarjih.

21


(29)

22

2. Prinsip-prinsipnya

3ULQVLS$KOXVXQQDKZDOMDPDnDK\DQJGLWHUDSNDQGDODP RUJDQLVDVL 18EDLN

dalam bidang teologi, fikih dan tasawuf. NU merumuskan sikap kemasyarakatanya sebagai berikut:

a. Tawasut{, yaitu sikap moderat yang berbijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk sikap tatharuf (ekstrim), baik dalam bidang agama maupun politik, karea sikap tersebut mengarah pada kekerasan dan disintegrasi

(kehancuran).

b. Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat, karena hanya dengan sikap tasamuh itu rasa saling percaya dan solidaritas bisa ditegakan dan ini merupakan inti hidup berbangsa.

c. Tawazun, selalu berusaha menciptakan keseimbangan hubungan anatara sesama umat manusia dengan Allah SWT, antara akal dan wahyu, antara individu dan kolektifitas denga sikap tawazun ini harmonis dalam kehidupan baik maupun tindakan bisa terwujud.22

Untuk melaksanakan maksud dan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga dapat membentuk kehidupan yang bahagia. Maka organisasi muhammadiyah merumuskan prinsip sebagai berikut:

a. +LGXSPDQXVLDKDUXVEHUGDVDUNDQWDXKLGLEDGDKGDQWDnDWNHSDGD$OODK

b. Mematuhi ajaran-ajaran agama islam dengan keyakinan bahwa ajaran islam itu satu-satunya landasan kepribadian bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat. c. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat adalah

kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan.

d. ,WWLEDnNHSDGDODQJNDKSHUMXDQJDQQDEL0XKDPPDGVDZ

e. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.


(30)

23

3. Tradisi-tradisinya

Dalam setiap kelompok masyarakat maupun organisasi yang ada, pasti mempunyai tradisi masing-masing, yang mana tradisi tersebut dapat membentuk ciri khas suatu kelompok tersebut. Akan tetapi tidak menuntut kemungkinan sekelompok organisasi tersebut juga mempunyai persamaan tradisi atau adat kebiasaan, diantara tradisi-tradisi tersebut adalah:

a. Tradisi NU dalam hal ibadah.23

1) Mengucapkan niat

Niat dalam hal ibadah mempunyai arti penting. Artinya setiap ibadah harus pula disertai niat. Tanpa niat ibadah itu tidak ada artinya. Dan kedudukan niat itu adalah dalam hati.

2) Doa iftitah

Doa iftitah artinya pembuka yang dibaca pada awal sholat. Letaknya, setelah seseorang yang sholat membaca takbiratul Ihram (takbir pertama ketika waktu sholat) sebelum membaca al-fatihah.

3) Doa qunut

Doa yang dibaca pada waktu,nWLGDOUDNDDWNHGXD(akhir salat subuh). 4) Mengangkat tangan

0HQJDQJNDW WDQJDQ SDGD ZDNWX GRnD VXGDK PHQDGL WUDGLVL RUDQJ-orang NU.

.DUHQDPHQJDQNDWWDQJDQNHWLNDEHUGRnDKXNXPQ\DDGDODKVXQQDK

5) Wiridan atau zikir

Wiridan atau zikir itu maksudnya membaca bacaan tertentu setelah sholat yang bertujuan untuk ingat kepada Allah.

6) A]DQ-XPnDW

Kalau kita mengikuti salat Jumat di masjid orang-orang NU, tentu ada sedikit

SHUEHGDDQ ELOD NLWD VKRODW GLPDVMLG ODLQ 6HEDE DG]DQ MXPnDWQ\D GXDPertama,

dilakukan setelah masuk waktu dzuhur dan yang kedua, setelah khotib mengucapkan salam diatas mimbar sebelum memulai khotbahnya.


(31)

24

7) Shalat tarawih

Shalat tarawih bagi orang Islam Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap muslim pernah menjalankannya. Ada yang menjalankan delapan rakaat dan ada yang 20 rakaat, yang 20 rakaat ini termasuk ciri orang-orang NU.24

8) Ziarah kubur

Sudah menjadi pemandangan umum dikalangan santri NU, mereka membiasakan diri untuk berziarah kubur yang bertujuan untuk orang yang sudah meninggal

GDODPLVWLODKMDZDGLVHEXWNLULPGXQJRELDVDQ\DGLODNXNDQSDGDKDULMXPnDWDWDX

pada hari raya idul fitri dan idul adha. Dan masih banyak tradisi-tradisi yang lain. b. Tradisi orang NU masalah sosial.

1) Pujian

Pujian adalah istilah khas orang NU. Pujian adalah sanjungan untuk Allah, dalam praktiknya puian bisa jadi kalimat yang mengandung pujian namun yang sering kita dengar adalah lantunan sholawat nabi dengan beragam nasyidnya.

2) Tarhim

Tarhim ialah suara yang dikumandangkan dari masjid atau musholla dengan maksud membangunkan kaum muslimin dan muslimat untuk persiapan sholat subuh.

3) /DLODWXOLMWLPDn

Bagi orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu hal biasa. Pertemuan ini dinamakan dengan lailatul iMWLPDn yang artinya malam pertemuan. Acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, misalnya: menentukan awal ramadlon dan lain sebagainya.

4) Talqin

Talqin artinya mendikte. Yang maksudnya mendiktekan si mayit yang baru saja dimakamkan untuk menirukan kata-kata tertentu dari si penuntun.

5) Peringatan 7 atau 40 hari.

Sudah menjadi tradisi orang jawa, kalau ada keluarga yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang silaturrahmi, baik tetangga dekat maupun jauh, mereka ikut bela sungkawa atas segala yang menimpa, sambil mendoakan orang yang meninggal maupun yang ditinggalkan. Pemanfaatan pertemuan itu akan terasa lebih berguna jika diisi dengan dzikir.25

6) Haul

Kata haulberasal dari bahasa Arab yang artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan genab 1 tahun. Peringatan ini berlaku bagi keluarga siapa saja, tidak terbatas hanya pada NU saja.

24Munawir Abdul Fattah, Tradisi orang-orang NU, (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2006), 78. 25Ibid., 65


(32)

25

7) Tahlil

Tahlil itu berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan artinya membaca kalimat La illaha illallah, dimasyarakat NU jika ada setiap pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu secara bersama-sama disebut majelis tahlil. Acara ini biasa saja diselenggarakan khusus tahlil, meski banyak juga acara tahlil ini ditempelkan pada acara inti yang lainnya. Misalnya setelah dzibaan, yasinan kemudian tahlil dan lain sebagainya.26

8) Istighosah atau mujahadah

Istighosah artinya meminta pertolongan, Mujahadah artinya mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai sesuatu yang dilakukan secara serempak dan bersama-sama.

9) 3HPEDFDDQ'LEDnL\DK%XUGDK0DQDTLE

Kalau kita melihat lirik syair yang terdapat didalam kitab al-Barzanji, seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup dan kehidupan rasulullah. Demikian

SXOD \DQJ WHUGDSDW GLGDODP NLWDE GLEDn GDQ EXUGDK 7LJD NLWDE LQL \DQJ EHUODNX

bagi orang NU dalam melakukan ritual ini biasanya dilakukan satu minggu sekali atau ketika maulidiyah menyambut kelahiran rasulullah.27

10) Membaca surat yasin

Surat yasin dapat dibaca saat kita mengharap rizki dari tuhan, meminta sembuh dari penyakit, menghadapi ujian, mencari jodoh atau hajat lain yang mendesak. Akan tetapi, dalam praktik sehari-hari masyarakat sudah mentradisikan membaca yasin didalam majelis-majelis kecil dikampung. Bahkan, sudah lazim sekali bacaan yasin digabung dengan tahlil. Yasin dan tahlil telah menyatu menjadi bacaan orang-orang NU.28

c. Tradisi Muhammadiyah.

Dalam sebuah organisasi tentu mempunyai karakteristik tersendiri, ketika kita melihat tradisi orang NU, begitu banyak tradisi yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat sosial, diakui atau tidak jika dibandingkan antara NU dan Muhammadiyah, NU lah yang paling kaya akan tradisi, dengan tradisi yang diamalkan oleh orang-orang NU baik itu tradisi keagamaan maupun sosial, justru

PDODK GLDQJJDS ELGnDKROHK RUDQJ-orang Muhammadiyah, Muhammadiyah lebih

26

,EQX$JXVo3HQJHUWLDQ7DKOLO$PDODQ18pGDODP http://ass-yafiiah.blogspot.com/p/pengertian-tahlil.html, diakses 5 Juli 2015.

27Munawir Abdul Fattah, Tradisi orang-orang NU, (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2006), 74. 28Ibid., 75


(33)

26

condong kearah yang modernis (pencetus ide-ide modern) yang dapat menggali intelektual yang lebih mantap.

Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah.29 Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan

ibadah, seperti: meniadakan kebiasaan sebagai berikut: 1) Menujuh bulani (Jawa: Tingkeban)

Yaitu selametan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ketujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.

2) Selametan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal dengan manakiban.

Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada nabi Muhammad saw yang disalah artikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada kecenderungan yang kuat untuk seorang wali atau nabi, sehingga hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang

29Syarif Hidayatullah, Muhammadiyah dan Pluralitas Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


(34)

27

disebut Haul, atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat mengeruhkan tauhid.

Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam islam sangat dianjurkan. Demikian juga berdzikir dan membaca alquran juga sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika didalam berzikir dan membaca alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasar pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan sholawatan pada hari kematian 3, 7, 40, ke-100 dan ke- KDUL KDO LWX PHUXSDNDQ ELGnDK \DQJ PHVti ditinggalkan dari perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.

B. Hakikat keharmonisan rumah tangga dalam sebuah perkawinan 1. Pengertian keluarga sakinah

Dalam pendekatan Islam, keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia lahir batin, penuh diliputi cinta kasih mawaddah wa rahmah.30 Basis utama yang

menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga berhak mendapat lingkupan perhatian dan perawatan yang begitu signifikan dari


(35)

28

alquran. Dalam alquran terdapat penjelasan untuk menata keluarga, melindungi dan membersihkannya.

C°%XT

©G

#Á ÄÔ³[‹ R<ÙQ\\

©

ÛØÜ\CØT\w

Ø

ŋ\ÈV

W

DTÄmŠ[kV"

Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Qs. Adz-Dzariyat:49)31

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, disamping agama, yang secara resmi telah berkembang disemua masyarakat. Tugas-tugas kekeluargaan merupakan tanggung jawabb langsung setiap pribadi dalam masyarakat dengan satu dua pengecualian. Hampir setiap orang dilahirkan dalam keluarga dan juga membentuk keluarganya sendiri. Setiap orang merupakan sanak keluarga banyak orang yang mungkin saja dapat lolos dari kewajiban agama yang oleh orang lain dianggap sebagai suatu keharusan, demikian juga dengan badan politik masyarakat. Hampir tidak ada peran tanggung jawab keluarga yang dapat diwakilkan kepada orang lain, seperti halnya tugas khusus dalam pekerjaan dapat diwakilkan kepada oranglain.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan keluarga: ibu, bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar dimasyarakat.32

Keluarga dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Keluarga inti, yang terdiri dari ayah dan anak-anak atau hanya ibu atau bapak atau nenek dan kakek.

b. Keluarga inti terbatas, yang terdiri dari ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya.

31

Ibid., 975


(36)

29

c. Keluarga luas (extended family), yang cukup banyak ragamnya seperti rumah tangga nenek yang hidup dengan cucu yang telah kawin, sehingga istri dan anak-anaknya hidup menumpang saja.33

Pertalian keluarga atau keturunan dapat diatur secara parental atau

bilateral. Artinya menurut orang tua (bapak, ibu); matrilineal artinya menurut garis ibu dan patrilineal artinya menurut garis bapak. Susunan kekeluargaan ini bertalian dengan hakikat kedudukan perkawinan dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian antara lain:

a. Sanak saudara, kaum kerabat

b. Orang seisi rumah, suami-istri, anak, batih;

c. Orang yang ada dalam naungan organisasi atau sejenisnya, misalnya: keluarga

1DKGODWXO8ODPDnGDQ0XKDPPDGL\DK

d. Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau lainnya.34

Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun atas perkawinan terdiri dari ayah/suami, ibu/istri dan anak. Perkawinan sebagai salah satu proses pembentukan suatu keluarga, merupakan perjanjian sakral (mitsa>>>qon gholidha) antara suami dan istri. Perjanjian sakral ini, merupakan prinsip universal yang terdapat dalam semua tradisi keagamaan. Dengan ini pula perkawinan dapat menuju terbentuknya rumah tangga yang sakinah.

Secara sosiologis, Djudju Sudjana mengemukakan tujuh macam fungsi keluarga, yaitu:35

33Nasution, Khoirudin, Membentuk Keluarga Bahagia, (Yogyakarta: PSW Sunan Kalijogo, 2002), 23

34Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004),1-8.

35Djudju sudjana, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya,


(37)

30

a. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai mahluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang, sebab fungsi ini diatur dalam suatu norma perkawinan yang diakui bersama.

b. Funsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya. Orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi kognisi, efektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual dan profesional. Pendidikan keluarga islam didasarkan pada firman Allah yang berbunyi:

SM{iU‘›Wc

W

ÛÏ°Š

SÄ=W%XÄ

ßSÉ

×

Å_ÁÝ5U

×

Åk¯ØFUXT

;qW5

\FÀjSÉXT

Ã

ˆ‰=

Å

QXq\H°VÙXT

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu... (QS. At-Tahrim: 6)

c. Fungsi edukatif merupakan bentuk penjagaan hak dasar manusia dalam memelihara dan mengembangkan potensi akalnya. Pendidikan keluarga sekarang ini pada umumnya mengikuti pola keluarga demokratis dimana tidak dapat dipilah-pilah siapa belajar kepada siapa.36

d. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta iklim keagamaan didalamnya. Sebagaimana dalam surat Al-Lukman ayat 13 disebutkan bahwa:

Ù

l¯XT

W

$V

À

C›\-ÙÅ ž°O°=×HY

X

SÉFXT œÈO¾À°ÈWc

ƒ

³RBțWc



Y

Ö

¯nՓÉ#  ¯  E¯ [

Øn¦G“

Î

2Ú¾ÀV

³

2j°ÀWÃ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

e. Fungsi protektif, dimana keluarga menjadi tempat yang aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal segala pengaruh negative yang masuk didalamnya. Ganguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan dapat menjadi pemicu lahirnya konflik bahkan juga kekerasan.

f. Fungsi sosialisasi adalah berkaitan dengan mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal baik inter relasi dalam keluarga itu sendiri maupun dalam mensikapi


(38)

31

masyarakat yang pluralistik lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya bahasa maupun jenis kelamin.37

g. Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas masing-masing anggota keluarga. Fungsi rekreatif ini dapat mewujudkan suasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai, menghormati dan menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang dan

VHWLDSDQJJRWDNHOXDUJDPHUDVDoUXPDKNXDGDODKVXUJDNXp38

h. Fungsi ekonomis yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Keluarga memiliki aktivitas mencari nafkah, pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistribusikan secara adil dan proposional, serta dapat mempertanggung jawabkan kekayaan dan harta bendanya secara sosial maupun moral.

Ditinjau dari ketujuh fungsi keluarga tersebut, maka jelaslah bahwa keluarga memiliki fungsi yang vital dalam pembentukan individu. Oleh karena itu keseluruhan fungsi tersebut harus terus menerus dipelihara. Jika salah satu dari fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan, maka akan terjadi ketidak harmonisan dalam sistem keteraturan dalam keluarga.

Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk mensifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluarga yang tenang, tentram dan sejahtera lahir batin.

Munculnya keluarga sakinah ini sesuai dengan firman Allah surat Ar-rum yang menyatakan bahwa tujuan berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk mencari ketenangan dan ketentraman atas dasar mawaddah dan rahmah, saling mencintai dan penuh kasih sayang antara suami istri. Firman Allah dalam surat Ar-rum ayat 21, berbunyi:

37Ibid., 46 38Ibid., 46


(39)

32

Õ

C°%XT

à

ž°O°*›WcXÄ

Ø

DU

W

Q\] ÅV

Õ

C°K%

×

1ŦÁÝ5U

=CšXTÙwU

ßSÄ=ÅԁW)°L

\IÙjV¯



#\È\BXT 1ÁX=ØoW

<

Q‰jXS‰%

›

R\-ÕOXqXT ‰ D¯

r¯Û

\

°šVl

0›Wc8[

4×SV°L

W

DTÄmŠ[ÝW*Wc

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.39

Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasakan suasana tentram, damai, bahagia, aman dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir adalah bebas dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.40

Berdasarkan ayat diatas, terdapat 3 kata kunci yang harus dipegangi dalam

a long life strangle kehidupan keluarga, yaitu mawaddah, rahmah dan sakinah.

Abdullah menyebutkan dengan: mawaddah dipahami sebagai relieve from one another, love and respect one another dan sakinah dipahami to be or become trainquil, peaceful, God-inspired peace of mind.41

Mawaddah bukan sekedar cinta terhadap lawan jenis dengan keinginan untuk selalu berdekatan tetapi lebih dari itu, mawaddah adalah cinta plus, karena cinta disertai dengan penuh keikhlasan dalam menerima keburukan dan kekurangan orang yang dicintai. Dengan mawaddah seseorang akan menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya sebagai bagian dari dirinya dan kehidupannya. Mawaddah dicapai melalui proses adaptasi, negoisasi, belajar

39Ibid.,

738.

40Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PT LKis Pelangi Aksara, 2004) 1-8. 41Amin Abdullah, Menuju keluarga bahagia, (Yogyakarta: PSW IAIN Yogyakarta- Mc Gill- ICIHEP,


(40)

33

menahan diri, saling memahami, mengurangi egoisme untuk sampai pada kematangan.42

Rahmah merupakan perasaan saling simpati, menghormati, menghargai antara satu dengan yang lainnya, saling mengagumi, memiliki kebanggaan pada pasangannya. Rahmah ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk melakukan yang terbaik pada pasangannya sebagaimana ia memperlakukan yang terbaik untuk dirinya. Untuk mencapai tingkatan rahmah ini perlu ada ikhtiar terus menerus hingga tidak ada satu diantara lainnya mengalami ketertinggalan dan keterasingan dalam kehidupan keluarga.43

Dalam tradisi islam, sakinah merupakan tujuan perkawinan, yang ditegaskan dalam Qs. al-Rum ayat 21. Kata sakinah diambil dari kata sa-ka-na

yang artinya diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Sakinah dalam perkawinan, bersifat aktif dinamis. Untuk menuju kepada sakinah terdapat tali pengikat yang dikarunia oleh Allah kepada suami istri setelah melalui perjanjian sakral, yaitu berupa mawaddah, rahmah dan amanah. Mawaddah berarti kelapangan dan kekosongan dari kehendak buruk yang datag setelah terjadinya akad nikah. Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul didalam hati akibat menyaksikan ketidak berdayaan.44 Karena itu suami istri selalu berupaya

memperoleh kebaikan pasangannya dan menolak segala yang mengganggu dan mengeruhkannya. Sedangkan amanah merupakan sesuatu yang disertakan kepada

42

Djafar Shodiq, Indahnya Keluarga Sakinah, (Jakarta: Zakia press, 2004) 36.

43

Miftah Faridl, Rumahku Surgaku Romantikan Dan Solusi Rumah Tangga, (Jakarta: Gema Insani, 2005) 48.

44


(41)

34

pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaannya bahwa apa yang diamanahkan akan terpelihara dengan baik.

2. Faktor penyebab ketidak harmonisan dalam berumah tangga.

Pada masa usia perkawinan setelah tiga tahun keatas, persoalan rumah tangga yang sebenernya baru akan muncul. Misalnya ketidak setaraan kedua pasangan, keluarnya sifat-sifat yang tidak dikehendaki dari pasangannya, hadirnya orang ketiga, dan memburuknya kondisi perekonomian dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat menghalangi terciptanya rumah tangga yang harmonis. Diantara problematika seputar rumah tangga yang dapat menghancurkan keharmonisan rumah tangga adalah :

a. Cerewet

Meski cerewet tidak selalu jelek tapi termasuk sumber kemunculan malapetaka dalam kehidupan rumah tangga. Kecerewetan, baik yang dilakukan istri atau suami bisa jadi adalah salah satu wujud dari sikap hidup yang jauh dari rasa syukur. Kalau seorang istri cerewet maka itu akan

PHQJLULPVDQJVXDPLPHQMDGLVHRUDQJoSHODPXQpNDODX\DQJGLODPXQNDQQ\D

positif maka dia akan menjadi gerbang bagi seorang suami untuk menjadi filosof. Jadi, jika yang dilamunkannya adalah hal yang bukan-bukan, maka hal itu adalah sebuah celaka yang berkepanjangan. Kehidupan rumah tangga akan menjadi medan kesengsaraan yag berkepanjangan.45


(42)

35

b. Sikap kasar

Persoalan rumah tangga yang mengganjal suatu keharmonisan dapat dipastikan ada disetiap pasangan. Entah kecil atau besar, berat atau ringan selalu saja ada ketidakcocokan sifat antara keduanya adalah salah satu pemicu terbesar dari ketidakharmonisan rumah tangga itu. Diantaranya adalah suami atau istri yang bertindak kasar kepada pasangan.46

c. Ekonomi tidak stabil (kebanyakan utang)

Persoalan keluarga tidak lepas dari maisyah (mata pencaharian) yang dilakukan kepala rumah tangga. Ada masalah pada pekerjaan, sedikit banyak akan mengganggu keharmonisan rumah tangga.

d. Aqidah yang keliru atau sesat yang dapat mengancam fungsi religius dalam keluarga.

e. Makanan yang tidak halal dan sehat, makanan yang haram dapat mendorong sesorang melakukan perbuatan yang haram pula.

f. Pola hidup yang berfoya-foya, akan mendorong seseorang mengikuti kemauan gaya hidupnya sekalipun yang dilakukannya adalah hal-hal yang diharamkan seperti korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya.

g. Pergaulan yang legal dan tidak sehat. h. Kebodohan serta intelektual maupun sosial. i. Akhlak yang rendah.

j. Jauh dari tuntunan agama.


(43)

36

3. Kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan dalam berumah tangga. Dampak psikologis maupun sosiologis ialah dampak yang di timbulkan berhubungan dengan masyarakat sekitar, sehingga adanya anggapan-anggapan masyarakat.Hal itu membuat malu atau kecewa, dalam perkawinan antar organisasi keagamaan dan implikasinya terhadap keharmonisan rumah tangga yang di lakukan oleh masyarakat setempat ini tidak membawa kebaikan justru malah menimbulkan hal-hal yang semestinya tidak terjadi. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja terutama pada pasangan yang melakukan pernikahan tersebut. a. Malu atas gunjingan masyarakat.

Gunjingan disini adalah sebagai bentuk penilaian negatif dari masyarakat sekitar karena dengan terjadinya perkawinan antar organisasi keagamaan tersebut yang di lakukan oleh masyarakat desa tersebut, tidak terlepas dari istri atau suami yang menjadi korban perasaan dalam rumah tangga khususnya pasangan tersebut.47

b. Takut bercerai

Bercerai adalah hal biasa yang terjadi dan dimana saja tetapi masalah perkawinan yang terjadi di desa Sumbersuko tidak semua istri atau suami yang menjadi korban perasaan dalam rumah tangga, khususnya pada pasangan beda organisasi keagamaan ini, tidak menginginkan sebuah perceraian karena masalah yang di hadapi masih dapat di selesaikan dan rasa kasihan pada anak-anaknya dan takut terhadap dampak buruk pada perkembangan anak-anaknya. Hal


(44)

37

ini terjadi pada pasangan-SDVDQJDQ LQL PHUHND PHQJDWDNDQ EDKZD oNDUHQD

kami mempertimbangkan mengenai pandangan negatif dari masyarakat tentang status menyandang janda dan juga kami malu kepada keluarga, selain itu kami juga maVLKFLQWDSDGDVXDPLp48

c. Ketidaknyamanan

Dalam sebuah perkawinan memang ada rasa tidak cocok maupun tidak sepaham itu tidak terjadi pada semua pasangan, tapi itu terjadi pada pasangan

NHOXDUJDEHGDRUJDQLVDVLNHDJDPDDQLQL0HUHNDPHQJDWDNDQEDKZDo0HVNL

kami kurang nyaman dengan keadaan seperti ini akan tetapi kami tetap

EHUWDKDQGDODPLNDWDQSHUQLNDKDQNDUHQDNDPLPDVLKVDOLQJPHQFLQWDLp

d. Merasa Jauh dari kerabat dekat

Yang dialami oleh pasangan-pasangan ini adalah merasa jauh dari keluarga.

0HUHNDPHQJDWDNDQoNDPLPHUDVDMDXKGHQJDQNHOXDUga kami sendiri karena

pendekatan secara emosional kita berkurang, yang biasanya kita ngumpul-ngumpul dalam acara tahlilan atau yasinan, baik itu dengan keluarga sendiri

DWDXGHQJDQMDPnL\DKIDWD\DWPXVOLPDWVHNDUDQJWLGDNVDPDVHNDOLp

e. Mencampur adukan madzhab

Yang di alami oleh salah satu pasangan ini yaitu Ani dan Amam, mereka mengatakan bahwa selama ini mereka suka ikut sana dan ikut sini. Tidak


(45)

38

pernah konsisten dengan apa yang telah mereka lakukan khususnya dalam hal ibadah.49

4. Usaha yang dibangun suami istri dalam berumah tangga.

Hubungan sosial keluarga yang harmonis dalam pemikiran dan pandangan hidup merupakan landasan yang kuat memungkinkan terbangunnya hidup keluarga dalam iklim yang sehat. Masalah ini tidak tercipta begitu saja namun terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menciptakan keharmonisan diantara anggota keluarga, usaha-usaha tersebut diantaranya.

a. Usaha saling mengenal

Kehidupan berumah tangga sangat ditentukan oleh hubungan suami istri karena mereka adalah sebagai unsur utama untuk mewujudkan kebahagiaan, ketentraman, kedamaian atau malah sebaliknya. Dalam suatu rumah tangga sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pola interaksi diantara anggota keluarganya, walaupun selain itu tiak menutup kemungkinan ada pengaruh lingkungan di luar rumah. Oleh karena itu para anggota keluarga harus berusaha untuk mengenali karakter anggota keluarganya dan berusaha mengurangi perbedaan demi mencapai saling pengertian.50

b. Saling menghargai

Kehidupan berumah tangga adalah kehidupan alamiah yang jauh dari kepalsuan. Ia adalah kehidupan sejati yang didalamnya semua pihak

49Ibid., 114 50Ibid.,127


(46)

39

keluarga bertindak secara pasti. Bersama dengan itu, semua anggota keluarga tersebut dituntut untuk saling menghargai. Sebab sikap saing menghargai dapat memelihara kemuliaan semua diantara anggota keluarga dan meninggikan martabat mereka.51

c. Toleransi

Tidaklah masuk akal, jika menginginkan semua anggota keluarga memiliki perilaku yang seluruhnya ideal. Sebab secara alamiah, setiap anggota tidak selamanya selalu benar, kapan saja bisa berperilaku salah yang butuh nasehat agar kembali normal sedia kala. Siapapun dapat menemukan cara yang cocok untuk memperbaiki kesalahan dan penyimpangan. Cara terbaik dalam hal ini adalah nasehat yang mendatangkan pemahaman yang menjadikan semua pihak dalam keluarga merasakan bahwa itu untuk kepentingan yang bersangkutan dan kepentingan bersama.

d. Kejujuran

Kejujurn, keterbukaan dan keberanian adalah kunci kebahagiaan yang dalam hal ini mustahi menghindari jebakan dari kesalahan, apabila ada yang melakukan kesalahan, harus seger meminta maaf dan mengakuinya secara ksatria dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi dimasa akan datang.


(47)

40

e. Berusaha menyelesaikan masalah bersama

Dalam membina kehidupan berkeluarga berarti membina sejenis persekutuan dalam segala hal, persekutuan tersebut dilakukan diatas kebersamaan dalam sikap, kerjasama, dan kesetiakawanan dalam menyelesaikan kesulitan yg dihadapi masing-masing dan harus diarahkan demi kepentingan bersama.52

f. 0HODNXNDQLEDGDKVHFDUDEHUMDPDnDK

'HQJDQ PHODNVDQDNDQ LEDGDK VHFDUD EHUMDPDnDK LNDWDQ EDWLQ

antara suami istri akan terasa lebih erat.

g. Mencintai keluarga istri atau suami sebagaimana mencintai keluarga sendiri.

Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal yang mesti dijalankan oleh masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling menghormati dalam rumah tangga.

h. Memberi kesempatan kepada suami atau istri untuk menambah ilmu.

Kewajiban melakukan ilmu melekat pada siapapun termasuk kepada suami istri.

i. Selalu bersyukur saat mendapat nikmat.

Kalau kita mendapat karunia dari Allah Swt. Berupa harta, ilmu, anak dll., bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan


(48)

41

tersebut supaya apa yang ada pada genggaman kita itu berbarokah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ibrahim ayat 7:

Ù

l

¯

X

T

|

E

Š

l

U

V

"

×

1

Å

{

X

q

Û

©

Õ

V

Ô

2

É

"

×

m

[

[

‰

×

1

Å



5

\

i

c

¯

w

9

]

Û

©

Õ

V

X

T

Ø

/

Å

M

×

m

[

Ý



‰

D

¯

r

¯

[

k

W

Ã

´

i

c

°

i

W

‘

V

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".53

j. Senantiasa bersabar saat ditimpa musibah.

Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalu lancar dan bahagia, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sangat mungkin dalam kehidupan berkeluarga menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian, berupa kekurangan harta, ditimpa penyakit, dll. Pondasi yang kita bangun agar keluarga tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah. Sebagaimana firman Allah Qs. Luqman: 17.

ƒ

³RBțWc

ª

2°U

Q

QSQƒ¡

×

mÄ%ÚXT

¦

TÄmØÈ\-Ù¯

W

OØ5XT

¨

CWÃ

­

mV=À-Ù

Ø

nªÕ™XT

rQ"

W%

\

W_™U

‰ D¯ \

°šVl

Õ

C°%

¨

3ØsWÃ

®

qSÄ%:]

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).54

k. Bertawakal saat memiliki rencana

Allah sangat suka kepada orang-orang yang melakukan sesuatu secara terencana. Dalam menyusun sebuah rencana hendaknya berserah

53

Ibid., Hal. 446

54


(49)

42

diri kepada Allah Swt. sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 159:

\-¯VÙ

R\-ÕOXq

]

C°K%



_

0=°

×

1ÀIV

×

SVXT

_

0<Å iÀVÙ

[

Ák¯[Î

ª ÚVÙ

Sr²[Ý5@Y

Õ

C°%

\

°×S\O

À

ÕÃVÙ

×

1ÆMØ@WÃ

×

m°ÝÙÓW*ÔyXT

×

1ÈNP

×

1ÉF×q®T[‰XT

r¯Û

®

p×')]

Vl¯VÙ

_

0Ù%]uWÃ

×

#ŠXSW*VÙ rQ"Wà  ‰ D¯ ‹

p °VÅf

W

Û¯°LXSW*À-Ù

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.55

l. Musyawarah

Seorang pemimpin hrus berani mengambil keputusan-keputusan strategis. Alangkah mulia kalau suami sebagai pemimpin selalu mengajak bermusyawarah kepada istri dan anak-anaknya dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikap otoriter, insya Allah hasil musyawarah itu akan lebih baik.

m. Senantiasa memenuhi janji

Senantiasa memenuhi janji merupakan bukti kemuliaan seseorang sedalam apapun ilmu yang dimiliki seseorang, setinggi apapun kedudukannya. Tapi kalau sering menyalahi janji tentu orang tidak akan

55


(50)

43

lagi percaya. Bagaimana seorang suami akan dihargai istri dan anak-anak jika sering menyalahi janji kepada mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 1:

\IvcU‘›Wc

|

ÚÏ°Š

ßSÄ<W%XÄ

SÉÙØTU

°

jSÁÄÈÙ¯

Õ

0°OÊ

1ÅV

É

R\-j®MX

ª

2›\ÈØ5)]

€ Y¯ W%

qQØ)Äc

×

1ÅÙkQWÆ

X

n×m[Î

r­L"°VÉ&

°

iÙjƒ¡

×

1È)5UXT

Ï

3ÄmÄO

‰ D¯ ‹ Ä

1ÅÙVVf

W%

À

ic­mÄc

§ª¨

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.56

n. Segera taubat jika sudah terlanjur melakukan kesalahan

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak jarang suami atau istri terjerumus pada kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila suami istri melakukan kesalahan hendaknya segera bertaubat dari kesalahan itu.

Sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran ayat 135:

|

ÚÏ°ŠXT

Vl¯

SÉ\ÈVÙ

›

RW‘¦U›VÙ

Ø

TU

ßSÀ-QV¿

×

1ÇJ_ÁÝ5U

TÄm[Vl

‹

TÄm[ÝÙÓW*ÔyVÙ

×

1¯I¯SÈ5Åk°

CW%XT

Ä

m°ÝÙÓWc

|

8SÈ5x

€ Y¯ Œ ×

1VXT

Tvn¦§Äc

rQ"

W%

SÉ\ÈVÙ

×

1ÉFXT

|

ESÀ-QÕÈWc

Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.57

56

Ibid.,Hal. 182

57


(51)

44

o. Saling menasehati

Untuk membentuk keluarga yang saleh, tentunya dibutuhkan sikap lapang dada dari masing-masing pasangan untuk menerima nasehat ataupun memberikan nasehat kepada pasangannya.

p. saling memberi maaf dan tidak segan untuk meminta maaf kalau melakukan kekeliruan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-4XUnDQAl-Imran ayat 34

W

ÛÏ°Š

W

DSÁ°Ý=Äc r¯Û

°

Ĉn~ƒ

°

Ĉn~¸XT

W

ÛÜ°-°À›[ÙXT

[

ÁÙkWÓÙ

W

ÛÜ°Ù\ÈÙXT

¨

CWÃ

¥

ˆ‰< Œ XT

p °VÅf

|

ÚÜ°=¦ÔUÀ-Ù

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.58

q. Suami istri selalu berprasangka baik

Suami istri hendaknya selalu berprasangka baik terhadap pasangannya. Sesungguhnya prasangka baik akan lebih menentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga lebih dapat diminimalisir.59

Dengan terciptanya hal-hal tersebut maka hubungan dalam membina keluarga akan selaras, serasi dan seimbang. Hubungan tersebut diwujudkan melalui jalinan pola sikap serta perilaku antara sesama anggota keluarga yang saling peduli, saling menghormati, saling menghargai, serta saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

58

Ibid., Hal. 111


(52)

BAB III

PERKAWINAN BEDA ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

A. Organisasi Keagamaan di Indonesia

Organisasi massa atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa yang tidak bertujuan politis. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai politik. Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama, pendidikan dan sosial. Maka ormas Islam dapat kita artikan sebagai organisasi berbasis massa yang disatukan oleh tujuan untuk memperjuangkan tegaknya agama Islam sesuai alquran dan sunnah serta memajukan umat Islam dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Ada beberapa organisasi Islam di Indonesia, tetapi disini hanya memaparkan dua organisasi besar di Indonesia sesuai yang diteliti oleh penulis yaitu pasangan keluarga Nahlatul Ulama dan Muhammadiyah.

1. Nahdlatul ulama.

a. Profil Nahdlatul ulama

NU adalah organisasi para Ulama53 adalah orang-orang yang mengetahui secara mendalam segala hal yang bersangkutan paut dengan agama. Dalam tradisi ulama dijuluki sebagai pewaris nabi


(53)

49

tanpa mereka kontinuitas ajaran dan tradisi Islam tidak akan berhasil.

NU pada dasarnya adalah sebuah identitas kultural keagamaan yang dianut mayoritas umat Islam nusantara. Apapun jabatan dan profesinya, apapun pendidikan dan keahliannya, apapun partai dan pilihan politiknya. Jika ketika salat subuh membaca doa qunut, ketika meninggal dunia melakukan tadarus atau tahlil, ketika bulan maulud mereka gemar mendendangkan syair puja-puji dan shalawat untuk kanjeng nabi Muhammad, minimal tidak membid’ahkannya. Berarti mereka adalah

orang-orang NU.54

Ke-NU-an, seperti tertuang dalam Qanun Asasi, bahwa NU adalah organisasi yang dalam berfikih menganut salah satu madzhab empat.

Dalam berakidah menganut Asy’ari Maturidi dan dalam bertasawuf

menganut Al-Ghazali-Junaid al Baghdadi. Tetapi sesungguhnya definisi yang abstrak ini hanyalah kerangka teoritik untuk menjustifikasi (memeriksa) tradisi keagamaan seperti yang dipahami warga NU.

NU adalah salah satu paguyuban diantara sekian paguyuban dalam keluarga besar umat Islam. Orang lain boleh menyombongkan dirinya setinggi langit sebagai yang paling benar atau bahkan satu-satunya yang benar dan pasti masuk surga, sambil menghinakan orang lain seperti

bid’ah, syirik, sesat dan seterusnya. Terhadap orang-orang seperti itu,


(54)

50

orang Nahdhiyin hanya berdoa, mudah-mudahan penghinaan itu menjadi tebusan bagi segala kekurangan dan kelemahan pihak yang dihinakannya. Orang nahdhiyin, perbedaan tafsir, mazhab atau aliran dalam tiap-tiap agama adalah cermin dari keluasan makna yang terkandung dalam ajaran kitab-kitab suci. Demikian juga dengan kekayaan budaya dan sejarah dari umat masing-masing yang berarti cermin dari kekayaan ciptaan Allah dalam kehidupan manusia. Yang penting tidak picik, hanya karena beda mazhab lalu kita saling menghancurkan. Oleh karena itu, sesungguhnya diperlukan keberanian sekaligus kerendahan hati dari setiap umat pilihan, untuk menerima perbedaan-perbedaan tersebut sebagai kodrat yang paling memperkaya, bukan untuk yang menafikan dan menghancurkan sesama.

b. Sejarah berdirinya NU

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bansa ini. Melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan kebangkitan nasional. Spirit kebangkitan memang terus menyebar kemana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalan dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, munculah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.55


(1)

90

3. Cara mendidik anak.

Tabel III.Pasangan Keluarga Muhammadiyah dan Nahdlotul Ulama di desa Sumbersuko Tajinan Malang

No. Kondisi anak

Pasangan keluarga Muhammadiyah dan NU Badriyah & Amin Mida & Alfi Mut & Shodiq Ani & Amam Sumaryati & Supeno Mukhlisah & Huda Chomsyah & Ridwan

1. Pendidikan NU - ¥ ¥ - ¥ X ¥

2. MuhammadiyahPendidikan - X X - ¥ ¥ X

Keterangan:

X = Tidak menerima

¥= Menerima - = Kosong

Dari table di atas Nampak bahwa tujuh pasangan tersebut berbeda-beda dalam memberikan pendidikan terhaap anaknya.Keluarga Badriyah dan Ani belom memiliki anak jadi mereka masih belum menentukan mau di bawah kemana pendidikan anak-anak mereka.Keluarga Mida dan Mutmainnah memilih pendidikan Madrasah NU di karenakan tempatnya lebih dekat sehingga mudah di jangkau oleh anak-anaknya yang usianya masih kecil.Kemudian keluarga Sumaryati madrasah NU dan Muhammadiyah dua-duanya menjadi pilihan untuk pendidikan anaknya karena anaknya di beri kebebasan untuk memilih tempat dimana dia bisa belajar.Keluarga Mukhlisah memilih lembaga Muhammadiyah di karenakan kualitas madrasah tersebut lebih terjamin.Chomsyah sebagai guru yang mengajar di Madrasah NU maka anaknya di sekolahkan di madrasah tersebut.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91 BAB V

PENUTUP

Sebagai akhir dari pembahasan penelitian ini, penulis ingin mengemukakan dua hal, yaitu kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kehidupan berumah tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang bervariasi. Pada satu sisi, terdapat beberapa keluarga yang dapat menerima perbedaan dalam keluarga mereka serta berbahagia dengan pilihan yang telah mereka buat. Namun, pada sisi yang lain tidak banyak juga yang menganggap perbedaan organisasi keagamaan tersebut sebagai hal yang membawa ketidakharmonisan dalam keluarga yang di jalani.

2. Usaha dalam membina keharmonisan hidup berkeluarga terdapat beberapa langkah, diantaranya: usaha saling mengenal, saling menghargai, toleransi, kejujuran, berusaha menyelesaikan masalah bersama, melakukan ibadah secara berjamaah, mencintai keluarga, memberi kesempatan kepada suami atau istri untuk menambah ilmu, selalu bersyukur saat mendapat nikmat, senantiasa bersabar saat ditimpa musibah, bertawakal saat memiliki rencana, musyawarah, senantiasa memenuhi janji, segera taubat jika terlanjur bersalah, saling menasehati, saling memberi maaf, selalu berprasangka baik.


(3)

92

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, dapatlah kiranya penulis memberikan saran:

1. Kepada para peneliti atau akademisi agar menggunakan atau mempertimbangkan hasil penelitian ini sebagai wacana keilmuan, khususnya yang berkaitan dengan perkawinan antar organisasi keagamaan.

2. Bagi orang yang akan melakukan perkawinan antar golongan keagamaan diharapkan mengkaji penelitian ini sebab dalam penelitian ini dijelaskan bahwa perkawinan beda organisasi tidak menjadi penghalang untuk terwujudnya sebagai keluarga sakinah, meskipun terjadi beberapa masalah.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Abdul Ghani. Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

Abdul Hakim Khayal, Al-jauhari, Membangun Keluarga Qur’ani. Jakarta: PT.Amzah, 2005.

Abdul, Munawir Fatah. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.

Abu Zahrah, Muhammad.“Ushul al-Fiqh” Terjemah Saefullah Ma'shum. Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006.

Aman, Saifudin. Nikmatnya Berumah Tangga, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2006. Amin, Rusli. Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman, Jakarta : Al-mawardi

Prima, 2003.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, (Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif), Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, Malang : UIN Malang Press, 2007. Faridl, Miftah. Rumahku Surgaku Dan Solusi Rumah Tangga, Jakarta: Gema

Insani, 2005.

Fatihudin Abu Yasin. Risalah Hukum Nikah, Surabaya: Terbit Terang, 2006. Ilham Nugraha, “ Agama dan organisasi keagamaan”, dalam http://ha nz-one.blogspot.com. (diakses pada 5 Juli 2015).

Jumaiyah “Analisa Hukum Islam Terhadap Keluarga Sakinah Dari Perkawinan Beda Agama”, Surabaya: Skripsi pada Program Strata satu IAIN Sunan Ampel, 2002.

Jurdi, Syarifudin. Negara Muhammadiyah, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005. Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum, Surabaya: Kencana, 2006.

Muchid Muzadi, Abdul. Mengenal Nahdlatul Ulama, Surabaya: Khalista, 2006. Muhammad, Abdul Kadir. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2004.

Nasution, Khoirudin. Membentuk Keluarga Bahagia, Yogyakarta: psw sunan kalijogo, 2002.


(5)

94

Qoimi, Ali. Mengapai Langit Masa Depan Anak, Bogor: Cahaya, 2002.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sanjaya Yasin, “Pengertian keluarga sakinah”, http://www.sarjanaku.com. (diakses pada 15 Desember 2014).

Shihab M. Quraisy, “Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran”, Tafsir Al-Misbah, Vol.11, Cetakan VII, Ciputat: Lentera Hati, 2007.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: ALFABETA, 2008.

Umay dan M. Djafar Shodiq, Indahnya Keluarga Sakinah, Kajara: Zakia press, 2004.

Wafiyatul Muflichah “Pandangan Muhammad Quraish Shihab Tentang

Perkawinan Beda Agama”, Surabaya: Skripsi pada Program Strata satu IAIN Sunan Ampel, 2006.

Yunahar, Masyhur Amin, Daru Lalito. Muhammadiyah dan NU, Yogyakarta: LPPI UMY LKPSM NU dan PP Al-Muhsin, 1993.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

Alfi, Wawancara, 14 Nopember 2014. Amin. Wawancara, 14 November 2014. Amam, Wawancara, 15 Nopember 2014. Ani, Wawancara, 15 November 2014.

Badriyah, Wawancara, 14 November 2014. Chomsyah, Wawancara, 11 November 2014. Darmawi, Wawancara, 10 November 2014. Database Kantor Desa Sumbersuko Tajinan. Halim, Wawancara, 10 November 2014.

Huda, Wawancara, 13 November 2014.

Monografi Sumbersuko Tajinan. Mida, Wawancara, 14 November 2014. Mukhlisoh, Wawancara, 13 November 2014. Mutmainnah, Wawancara, 11 November 2014. Ridwan, Wawancara, 11 November 2014. Shodiq, Wawancara, 11 November 2014. Sumaryati, Wawancara, 13 November 2014. Supeno, Wawancara, 13 November 2014.