Aktivitas Ekonomi Ibu Rumah Tangga Dan Pemenuhan Hak Anak Di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

(1)

1

AKTIVITAS EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DAN PEMENUHAN HAK ANAK DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG

KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

OLEH:

110902098

DESRINA NAHAMPUN

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

2

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh: Nama : Desrina Nahampun

NIM : 110902098

Program Studi : Ilmu Kejejahteraan Sosial

Judul : Aktivitas Ekonomi Ibu Rumah Tangga Dan Pemenuhan Hak Anak Di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

Medan, September 2015

Pembimbing Skripsi

NIP 19630319 199303 1 001 Drs. Matias Siagian, M.Si

Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

NIP 19710927 199801 2 001 Hairani Siregar, S.Sos, MSP

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

NIP 19680525 199203 1 002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, ada begitu banyak kasus pelanggaran hak anak yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Adapun bentuk – bentuk pelanggaran hak yang sering terjadi di Indonesia berupa, anak yang bekerja, anak terlantar, anak korban kekerasan seksual, penjualan anak, dan eksploitasi anak. Banyak penyebab pelanggaran hak anak di Indonesia, namun secara langsung maupun tidak langsung, alasan lemahnya perekonomian rumah tangga sering menjadi alasan dibalik terbengkalainya hak anak. Lemahnya perekonomian rumah tangga membuat banyak ibu rumah tangga bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara aktivitas ekonomi dan pemenuhan hak anak.

Penelitian ini dilakukan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 466 Kepala Keluarga. Peneliti menentukan sebanyak 47 sampel, ibu rumah tangga yang memiliki ataupun tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi ibu rumah tangga. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi lapangan, kuesioner, wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Data yang telah peneliti kumpulkan diolah dengan menggunakan teknik analisa Product Moment Pearson, untuk melihat kolerasi antara kedua variable.

Berdasarkan analisa data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kolerasi antara aktivitas ekonomi dan pemenuhan hak anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi merupakan kolerasi yang lemah. Hal ini dapat diketahui setelah dilakukan analisan data kolerasi Product Moment Pearson yaitu 0,32. sesuai dengan koefisien kolerasi, apabila hasil hitung dibawah 0,32 maka hubungan tersebut merupakan kolerasi yang lemah.


(4)

4 UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND SOCIAL DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

Based on observations conducted by researchers, there are so many cases of child rights violations that often occur in people's lives. The forms of rights violations that often occur in Indonesia in the form, working children, abandoned children, child victims of sexual abuse, sale of children and child exploitation. Many causes of violations of children's rights in Indonesia, but directly or indirectly, the reason for the weak domestic economy is often the reason behind the abandonment of children's rights. Weak domestic economy makes many housewives to work to provide for the family. This study was conducted to examine the relationship between economic activity and the fulfillment of child rights.

This research was conducted in the village of Belang malum Sidikalang District of Dairi. The population in this study were 466 heads of household. Researchers determined that 47 samples, a housewife who has or does not have another job besides being a housewife. To gather data, researchers used data collection techniques field study, questionnaires, interviews, observation and literature study. Researchers collected data that has been processed using Pearson Product Moment analysis techniques, to see the correlation between the two variables.

Based on the analysis of the data obtained it can be concluded that the correlation between economic activity and the fulfillment of child rights in the village of Belang malum Sidikalang District of Dairi a weak correlation. It can be known after the data analisan Pearson Product Moment correlation is 0.32. According to the correlation coefficient, if the results count below 0.32 then the relationship is a weak correlation.


(5)

5

KATA PENGANTAR

Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran, itulah yang senantiasa kiranya menyertai kita sekalian…

Syukur kepada Allah Bapa di surga yang senantiasa menyertai penulis. Penyertaan dan kasih setia yang tiada berkesudahan hadir di setiap waktu hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini hingga pada tahap akhir dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Aktivitas Ekonomi Ibu Rumah Tangga dan Pemenuhan Hak Anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”.

Banyak pengalaman berharga yang penulis rasakan selama dalam proses penulisan skripsi ini. Melalui skripsi ini juga, penulis benar – benar merasakan ada begitu banyak pihak – pihak yang peduli dan senantiasa mendukung lewat bimbingan, semangat, motivasi, materi dan dukungan doa. Dinamika dan perjuangan serta pengalaman yang tidak pernah terlupakan selama penulisan skripsi inilah yang sebenarnya membentuk penulis menjadi seorang sarjana yang sejati. Untuk kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

2. Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.Si.

3. Seluruh staf dan pegawai di FISIP USU yang tidak dapat penulis sebut namanya satu per satu.

4. Terkhusus kepada Dosen Pembimbing terkasih Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph D, yang selalu memberi arahan,bimbingan,


(6)

6

semangat, motivasi dan target. Serta selalu bersedia meluangkan waktu, dan kata – kata yang luar biasa yang menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Semoga Tuhan selalu memberkati.

5. Untuk kedua Superhero yang selalu ku banggakan, Among Inong Op. Zefanya Nahampun / br. Naibaho. Skripsi ini aku dedikasikan untuk kalian Mak! Pak! Kalian adalah alasan dibalik perjuangan ini. Aku bersyukur punya Tuhan memberikan malaikat terbaik yang pernah ada untukku. Malaikat yang tak pernah lupa bangun pada dini hari dan menyebut namaku dalam untaian doa. Malaikat yang rela mengorbankan apapun untuk keberhasilanku. Sungguh aku sangat bersyukur memiliki kalian Mak e! pak e! terimakasih untuk semuanya!! You both will get older, but your love still young forever deep in my life! I love you Mom..Dad!! Forever!!

6. Untuk Si Gilling kakakku, Jelita. Untuk abang – abangku yang manis Jiko, Chandra, Putra. Ternyata kita semua sudah dewasa, sungguh tidak terasa waktu telah berlalu begitu cepat, dan kalian tetap memperlakukan aku sebagai adik paling kecil yang paling manja. Terimakasih untuk semuanya abang, kak! Semoga kedepannya kita semakin diberkati dan menjadi kebanggaan bagi orangtua kita. Juga buat Ipar yang menjadi teman hidup kakak dan abangku. Terimakasih! Karena kalian aku bisa melihat keponakan – keponakan lucu dan menggemaskan. Zefanya Hiskia, Willyam Irene, Lionel Lashian, Dio Louis, Glensius Rayhane, Dustin Chris Jeremy. Semoga menjadi generasi Nahampun yang baik


(7)

7

dan menjadi kebanggaan buat keluarga. (Tante, Bou, Bunda) sayang kalian semua! Big hug for you…

7. Untuk partner terbaik untuk diajak berantam Bottor Sirait, yang semangat kuliahnya dan cepat nyusul! OK! Untuk my unbiological sister Ira Sinaga, Indah Simanjuntak, Evitamala Munthe, Henny Sidabutar. Rindu rasanya suatu saat nanti kita bertemu dalam keadaan yang tidak lama lagi seperti sekarang ini. Keadaan dimana kita telah meraih kesuksesan kita masing – masing. Saling bernostalgia, menceritakan masa – masa yang suram saat kuliah, terutama ketika bulan sangat tua. Kalian adalah saudara – saudari yang mungkin God Forgot to gave to my Mom’s tummy, atau mungkin Tuhan berpikir kalau kita menjadi saudara benaran, it must be hard to born all of us at the same time.. Pokoknya jangan pernah lupa satu sama lain. Silakan tentukan tanggal masa depan dimana kita akan bertemu dengan kesuksesan masing – masing.

8. Untuk Bapak Esrom Simanungkalit selaku Kepala Desa Belang Malum yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan kemudahan admisnistrasi kepada penulis selama melakukan penelitian.

9. Teman – teman seperdopingan1 (1mereka yang mempunyai destiny yang sama mendapatkan doping yang sama) Ira, Vindi, Sofia. Ayo kita selesaikan semuanya dengan baik! Untuk Evi dan Indah yang bersedia menjadi asdoping2 (2mereka yang disebut teman namun merangkap menjadi asisten doping di saat penulis menemui kendala saat menyusun


(8)

8

skripsi, terkadang merangkap juga sebagai asisten penulis dalam penulisan skripsi ini ) Domo Arigatou Gozaimasu!

10.Untuk teman – teman satu stambuk IKS FISIP USU yang sudah pergi (alumni), maupun yang segera menyusul hadirat Allah  di Auditorium USU. Salam Sukses!!


(9)

9 DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Anak ... 12

2.1.1 Pengertian Anak ... 12

2.1.2 Masalah Sosial Anak ... 13

2.1.3 Hak Anak ... 18

2.1.4 Kesejahteraan Anak ... 27

2.1.5 Nilai – Nilai Anak ... 28

2.2 Keluarga ... 30

2.2.1 Pengertian Keluarga ... 30

2.2.2 Fungsi Keluarga ... 32


(10)

10

2.3.1 Pengertian Ekonomi ... 33

2.3.2 Aktivitas Ekonomi ... 34

2.4 Status dan Peran Ibu Dalam Keluarga ... 38

2.5 Motivasi Ibu Rumah Tangga Bekerja ... 39

2.6 Kerangka Pemikiran ... 40

2.7 Defenisi Konsep dan defenisi Operasional ... 43

2.7.1 Defenisi Konsep ... 43

2.7.2 Defenisi Operasional ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Tipe Penelitian ... 46

3.2 Lokasi Penelitian ... 46

3.3 Populasi dan Sampel ... 47

3.3.1 Populasi ... 47

3.3.2 Sampel ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5 Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 51

4.1 Sejarah singkat Pembentukan Kabupaten Dairi ... 51

4.2 Sidikalang ... 54

4.3 Profil Desa Belang Malum ... 54

4.4 Keadaan Demografi ... 55

4.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 56

4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 56


(11)

11

4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 57

4.5 Potensi Desa Belang Malum ... 58

4.6 Sarana dan Prasarana ... 59

4.6.1 Sarana Ibadah ... 59

4.6.2 Sarana Lembaga Pendidikan ... 59

4.6.3 Sarana Kesehatan ... 59

4.7 Sistem Pemerintahan Desa Belang Malum ... 60

BAB V ANALISIS DATA ... 62

5.1 Karakteristik Umum Reponden ... 62

5.2 Variabel Bebas (Aktivitas Ekonomi) ... 64

5.2.1 Sektor Informal ... 64

5.2.2 Pekerjaan Domestik ... 76

5.3 Variabel Terikat (Pemenuhan Hak Anak) ... 79

5.2 Uji Data ... 98

BAB VI PENUTUP ... 100

6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jumlah penduduk Miskin Indonesia ... 2

Tabel 2 : Perbandingan Jumlah Laki – laki dan Perempuan di Sektor Pertanian ... 4

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 56


(12)

12

Tabel 6 : Komposisi Penduduk berdasarkan pendidikan ... 57

Tabel 7 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 58

Tabel 8 : Komoditi pertanian Desa Belang malum ... 58

Tabel 9 : Sarana ibadah Desa Belang Malum ... 59

Tabel 10 : Sarana Pendidikan Desa Belang Malum ... 59

Tabel 11 : Sarana Kesehatan Desa Belang Malum ... 60

Tabel 12 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 62

Tabel 13 : Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 63

Tabel 14 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 63

Tabel 15 : Ditribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pekerjaan Sampingan Selain Menjadi Ibu Rumah Tangga ... 64

Tabel 16 : Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu rumah tangga ... 65

Tabel 17 : Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Garapan ... 66

Tabel 18 : Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan... 66

Tabel 19 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Lahan ... 67

Tabel 20 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tanaman ... 68

Tabel 21 : Distribusi Responden Berdasarkan Ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Buruh tani ... 69

Tabel 22 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Dagangan ... 70

Tabel 23 : Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Usaha Dagang ... 70

Tabel 24 : Distribusi Responden Berdasarkan kepemilikan Hewan Ternak ... 71

Tabel 25 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ternak ... 71

Tabel 26 : Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja Bertani ... 72


(13)

13

Tabel 28 : Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja Berdagang ... 73

Tabel 29 : Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja Pekerjaan Lainnya ... 73

Tabel 30 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Bertani ... 74

Tabel 31 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Beternak ... 74

Tabel 32 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Berdagang ... 75

Tabel 33 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan dari Pekerjaan Lain – lain ... 75

Tabel 34 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Domestik Rumah Tangga ... 76

Tabel 35 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Untuk Memasak ... 76

Tabel 36 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Untuk Mencuci Pakaian ... 77

Tabel 37 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu untuk Menyetrika ... 77

Tabel 38 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Untuk Mencuci Peralatan Makan ... 78

Tabel 39 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Untuk Membereskan Rumah ... 78

Tabel 40 : Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Masih Ditanggung ... 79

Tabel 41 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Anak ... 79

Tabel 42 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Imunisasi Anak ... 80

Tabel 43 : Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Penyebab Imunisasi Anak Tidak Lengkap ... 81

Tabel 44 : Distribusi Responden Berdasarkan Sifat Anak Terhadap Teman Sebaya ... 81


(14)

14

Tabel 46 : Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa Anak Sering Mengadu ... 83 Tabel 47 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Makan Malam Bersama/

Minggu ... 84 Tabel 48 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Liburan Bersama/ Tahun ... 84 Tabel 49 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Cerita Sebelum Tidur ... 85 Tabel 50 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Berenang Bersama/ Bulan .... 86 Tabel 51 : Distribusi Responden Berdasarkan Keluarga yang Mempunyai Anak

Bersekolah ... 87 Tabel 52 : Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Bersekolah ... 88 Tabel 53 : Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Sekolah dan Rumah . 89

Tabel 54 : Distribusi Responden Berdasarkan Cara Ke Sekolah ... 89 Tabel 55 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Berkomunikasi dengan

Anak Bersekolah di Luar Kota / Minggu ... 90 Tabel 56 : Distribusi Responden Berdasakan Anak yang Mengkuti Kelas Kursus .. 90 Tabel 57 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelas Kursus ... 91 Tabel 58 : Distribusi Responden Berdasarkan menemani Anak Belajar ... 91 Tabel 59 : Distribusi Responden Berdasarkan Penyediaan Fasilitas Hiburan untuk

Anak ... 92 Tabel 60 : Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Hiburan yang disediakan ... 92 Tabel 61 : Distribusi Berdasarkan Fasilitas Penyediaan Fasilitas Belajar ... 93 Tabel 62 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Fasilitas Belajar ... 94 Tabel 63 : Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan HandPhone untuk


(15)

15

Tabel 64 : Distribusi Responden Berdasarkan Anak Mempunyai Waktu Untuk

Bermain ... 95

Tabel 65 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Bermain Anak / Hari ... 95

Tabel 66 : Distribusi Responden Berdasarkan Anak Tidur Siang ... 96

Tabel 67 : Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Tidur Siang Anak ... 96

Tabel 68 : Distribusi Responden Berdasarkan Menentukan Model Baju ... 97

Tabel 69 : Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Anak Membantu Orang Tua ... 97

Tabel 70 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan yang dilakukan Anak ... 98


(16)

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, ada begitu banyak kasus pelanggaran hak anak yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Adapun bentuk – bentuk pelanggaran hak yang sering terjadi di Indonesia berupa, anak yang bekerja, anak terlantar, anak korban kekerasan seksual, penjualan anak, dan eksploitasi anak. Banyak penyebab pelanggaran hak anak di Indonesia, namun secara langsung maupun tidak langsung, alasan lemahnya perekonomian rumah tangga sering menjadi alasan dibalik terbengkalainya hak anak. Lemahnya perekonomian rumah tangga membuat banyak ibu rumah tangga bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara aktivitas ekonomi dan pemenuhan hak anak.

Penelitian ini dilakukan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 466 Kepala Keluarga. Peneliti menentukan sebanyak 47 sampel, ibu rumah tangga yang memiliki ataupun tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi ibu rumah tangga. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi lapangan, kuesioner, wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Data yang telah peneliti kumpulkan diolah dengan menggunakan teknik analisa Product Moment Pearson, untuk melihat kolerasi antara kedua variable.

Berdasarkan analisa data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kolerasi antara aktivitas ekonomi dan pemenuhan hak anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi merupakan kolerasi yang lemah. Hal ini dapat diketahui setelah dilakukan analisan data kolerasi Product Moment Pearson yaitu 0,32. sesuai dengan koefisien kolerasi, apabila hasil hitung dibawah 0,32 maka hubungan tersebut merupakan kolerasi yang lemah.


(17)

4 UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND SOCIAL DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

Based on observations conducted by researchers, there are so many cases of child rights violations that often occur in people's lives. The forms of rights violations that often occur in Indonesia in the form, working children, abandoned children, child victims of sexual abuse, sale of children and child exploitation. Many causes of violations of children's rights in Indonesia, but directly or indirectly, the reason for the weak domestic economy is often the reason behind the abandonment of children's rights. Weak domestic economy makes many housewives to work to provide for the family. This study was conducted to examine the relationship between economic activity and the fulfillment of child rights.

This research was conducted in the village of Belang malum Sidikalang District of Dairi. The population in this study were 466 heads of household. Researchers determined that 47 samples, a housewife who has or does not have another job besides being a housewife. To gather data, researchers used data collection techniques field study, questionnaires, interviews, observation and literature study. Researchers collected data that has been processed using Pearson Product Moment analysis techniques, to see the correlation between the two variables.

Based on the analysis of the data obtained it can be concluded that the correlation between economic activity and the fulfillment of child rights in the village of Belang malum Sidikalang District of Dairi a weak correlation. It can be known after the data analisan Pearson Product Moment correlation is 0.32. According to the correlation coefficient, if the results count below 0.32 then the relationship is a weak correlation.


(18)

16 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan hidup berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan ibu rumah tangga harus turut serta dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Bukan hanya di kota, bahkan di desa – desa di seluruh Indonesia, ibu rumah tangga berperan sebagai pengatur kehidupan ekonomi rumah tangga.

Kemiskinan merupakan salah satu faktor pendorong ibu rumah tangga bekerja. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup bangsa dan Negara. Kemiskinan juga menjadi persoalan kompleks yang banyak mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Mulai dari kualitas kesehatan, pendidikan, angka kematian, angka kelahiran, angka kecukupan gizi dan dimensi kehidupan yang lainnya sangat dipengaruhi oleh kemiskinan.

Menurut data sensus BPS 2013 dapat dilihat angka kemiskinan yang ada di Indonesia adalah 2.772.778.000 penduduk. Banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan, namun kemiskinan bukanlah persoalan yang gampang untuk dituntaskan. Bahkan pengentasan kemiskinan adalah salah satu tujuan utama dari Millenium Development Goals atau yang lebih sering disebut MDG’s. Hal ini mengindikasikan bahwa persoalan kemiskinan tentunya sudah menjadi masalah sosial yang mendunia.


(19)

17

Tabel 1.1

Jumlah penduduk Miskin Indonesia

Provinsi Jumlah penduduk Miskin (000)

Kota Desa Kota+Desa

Aceh Sumatera utara Sumatera barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa tengah DI Yogyakarta Jawa timur Bali

Nusa tenggara barat Nusa tenggara timur Kalimantan barat Kalimantan tengah Kalimantan selatan Kalimantan timur Sulawesi utara Gorontalo Sulawesi tengah Sulawesi selatan Sulawesi barat Sulawesi tenggara Maluku Maluku utara Papua Papua Barat 158.04 667.47 10853 159.53 91.27 109.07 370.86 2027 99.59 224.21 412.79 2554.06 381.18 1771.53 324.43 1531.89 109.20 385.31 105.70 78.53 39.45 61.21 98.48 60,08 23.88 71.65 154.40 29.87 45.79 47.58 11.17 35.61 14.06 679.38 693.13 246.21 338.75 32.90 172.68 714.94 46.96 216.91 919.73 0.00 1684.90 268.01 2790.29 208.15 3216.53 86.76 431.31 886.18 303.38 109.37 128.28 154.20 137.48 171.22 315.41 651.95 124.82 268.30 259.44 73.62 828.50 211.40 837.42 1360.60 354.74 498.28 124.17 281.75 1085.80 67.23 316.50 1143.93 412.79 4238.96 649.19 4561.83 532.59 4748.42 195.95 816.62 991.88 381.92 148.83 189.50 252.68 197.56 195.10 387.06 806.35 154.69 314.09 307.02 84.79 864.11 225.46

Indonesia 10356.69 17371.09 27727.78

Sumber: BPS

Sebagai pelaku ekonomi, ibu rumah tangga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Untuk daerah perkotaan kebanyakan ibu rumah tangga bekerja sebagai wanita karir yang bekerja di perkantoran, ataupun mempunyai usaha sendiri, mulai dari mengolah butik hingga menjadi pembantu rumah tangga. Tidak


(20)

18

jarang pula kita menemukan banyak ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, untuk kehidupan desa kebanyakan ibu rumah tangga bekerja di sektor informal karena terbatasnya akses produksi seperti lahan garapan tani, modal untuk membuka usaha, dan lainnya. Ibu rumah tangga di pedesaan umumnya bekerja sebagai petani, petani penggarap, pedagang eceran, pedagang kaki lima.

Berikut adalah data sensus tani yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2013 terkait pada perbandingan jumlah petani laki – laki dan perempuan dalam sektor dan sub sektor pertanian.

Tabel 1.2

Perbandingan Jumlah Laki – laki dan Perempuan di Sektor Pertanian No Sektor/Subsektor Laki – laki Perempuan Jumlah

Absolut % Absolut % Absolut % Sektor Pertanian 117.3838 68,70 534.926 31,30 1.708.764 100 Sub Sektor 1 2 3 4 5 6 Tanaman Pangan Holtikura Perkebunan Peternakan 543.642 318.180 815.571 369.217 62,60 70,88 76,80 62,11 324.755 130.736 246.412 225.245 37,40 29,12 23,20 37,89 868.397 448.916 1.061.983 594.462 100 100 100 100 Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan Kehutanan 36.806 39.336 49.970 89,21 96,61 83,47 4.454 1.379 9.899 10,79 3,39 16,53 41.260 40.715 59.869 100 100 100 Sumber :


(21)

19

Sebagai pengurus rumah tangga, ibu rumah tangga memiliki tanggungjawab atas semua yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Mulai dari membereskan rumah hingga yang kompleks dan memakan waktu maupun tenaga, seperti mengasuh anak dan mengurus suami. Keterkaitan ibu rumah tangga dengan pekerjaan rumah tangga begitu erat dan tampaknya telah menjadi suatu yang telah diterima dalam masyarakat lainnya dan ibu rumah tangga itu sendiri. Peran wanita yang sangat vital adalah sebagai istri atau ibu dalam susunan keluarga, tentu wanita memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya. Di sini wanita secara tidak disadari menjadi pemimpin bagi dirinya dan keluarganya khususnya untuk anak – anak.

Anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan semua aspek kehidupan, baik di dalam bangsa maupun dalam kehidupan masyarakat. Sebagai generasi penerus, setiap anak berhak untuk mendapatkan yang terbaik dalam pemenuhan hak – hak dasar mereka. Tidak bisa dipungkiri untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar anak tentunya harus didukung oleh keadaan sosial ekonomi dari orangtua anak. Memelihara kelangsungan hidup anak adalah tanggungjawab orangtua yang tidak boleh diabaikan.

Walau demikian, hingga saat ini masih banyak kasus – kasus bermunculan tentang pelanggaran hak anak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Situasi krisis ini mulai merambah ke seluruh wilayah, dan semakin banyaknya berita – berita yang muncul di media massa tentang pelanggaran hak anak. Misalnya, anak yang dilacurkan, anak yang dipekerjakan, siswa putus sekolah, anak jalanan, anak pengungsi dan lain – lain. Yang perlu kita pahami kasus – kasus tersebut sebenarnya adalah fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat luas yang harus ditangani secara serius dan intensif.


(22)

20

Indonesia, diperkirakan secara kualitatif dan kuantitatif jumlah anak – anak yang mengalami pelanggaran hak semakin mecemaskan, seperti ancaman eksploitasi, perampasan hak kemerdekaan, penelantaran, penganiayaan, dan berbagai bentuk pelanggaran hak anak. Krisis ekonomi, konflik sosial politik, bencana alam bukan saja melahirkan instabilitas politik dan tekanan kemiskinan yang maikin menyengsarakan, tetapi juga melahirkan ketidakstabilan, kemerosotan status sosial anak, serta menghabiskan sejumlah besar dana pembangunan yang seharusnya untuk pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya.

Hampir setiap hari kita bisa melihat di media massa banyaknya kasus pelanggaran hak anak. Anak korban pelecehan seksual, anak yang tereksploitasi akibat pekerjaan yang di luar batas kemampuan anak, anak yang teraniaya, anak yang ditelantarkan, dan kisah – kisah lainnya menunjukkan pada kita bahwa masih banyak sisi kelam di balik keceriaan dunia anak – anak. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus anak yang berhadapan dengan hukum menempati posisi tertinggi. Hingga April 2015, ada 6.006 kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Masalah pengasuhan mencapai 3.160 kasus, pendidikan 1.764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus dan cybercrime atau pornografi mencapai 1.032 kasus. (sumber 21.32).

Banyak kasus pelanggaran hak anak di Indonesia yang tercatat. Banyak hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak anak. Kondisi sosial ekonomi keluarga sering menjadi alasan di balik tidak terpenuhinya hak anak. Namun seharusnya keterbatasan ekonomi bukan menjadi alasan untuk tidak memenuhi hak anak, karena anak merupakan tanggungjawab orangtua bahkan negara. Hal ini telah diatur di dalam Pasal 45 UU No. 1 tahun 1974 tentang Pokok – pokok Perkawinan,


(23)

21

menentukan bahwa orangtua wajib memelihara dan mendidik anak – anak yang belum dewasa atau dapat beridir sendiri. Orangtua merupakan yang pertama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun sosial Pasal 9 UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Pada kenyataannya, banyak orangtua yang tidak menyadari hal ini. Tentu hal ini mempengaruhi perkembangan kehidupan anak. Anak yang dibesarkan dalam suasana konflik, cenderung mengalami keresahan jiwa, yang dapat mendorong anak melakukan tindakan – tindakan negatif, yang dikategorikan sebagai kenakalan anak – anak. Anak yang melakukan kenakalan, dapat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya.

Indonesia juga telah meratifikasi KHA (Konvensi Hak Anak) sebagai bentuk keseriusan dalam melindungi dan memenuhi hak – hak anak. Terlebih dalam memperkuat komitmen negara terhadap perlindungan anak. Pemerintah Indonesia juga telah melakukan revisi terkait Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemerintah kini telah mengesahkan peraturan perundang – undangan tentang perlindungan anak melalui Undang – undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang –Undang nomor 23 tahun 2002. Perubahan kebijakan ini semakin mempertegas perlindungan akan hak anak di antaranya menjamin kebutuhan – kebutuhan fundamental anak seperti hak hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta hak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Pengentasan kemiskinan di kalangan 237,6 juta penduduk Indonesia juga cukup mengesankan. Proporsi penduduk yang hidup kurang dari US$ 1 per hari turun dari 20,6% ditahun 1990 menjadi 5,9% di tahun 2008. Namun demikian, separuh dari penduduk Indonesia tidak punya lebih dari US$ 1,75 per hari untuk bisa hidup. Hidup


(24)

22

sangat dekat dengan garis kemiskinan menyebabkan kelompok populasi ini sangat rentan terhadap goncangan eksternal yang bisa dengan mudah mendorong mereka kembali ke dalam jurang kemiskinan. Kemiskinan anak di Indonesia bahkan lebih besar dari kemiskinan orang dewasa, yang dialami oleh 44,4 juta anak atau lebih dari 50% dari seluruh anak (sumber: Agustus 2015 pukul 21.35).

Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia, masalah pelanggaran hak yang dialami oleh anak dipengaruhi oleh keterlambatan penanggulangan pelanggaran hak anak. Hal ini terjadi karena kelalaian atau ketidakmampuan orang tua dan keluarga melaksanakan kewajiban, sehingga kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial anak tidak terpenuhi secara wajar. Masalah ketelantaran semakin menampakkan situasi terbatasnya atau minimnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial khususnya pemenuhan hak anak. Berdasarkan data Kemensos, saat ini terdapat 230 ribu anak jalanan di Indonesia, dan melalui program-programnya Kemensos berkomitmen membuat Indonesia bebas anak jalanan tiga tahun dari sekarang (sumber:

Selain kasus – kasus pelanggaran hak anak berbau kekerasan, kebutuhan gizi anak juga merupakan hak anak yang harus dipenuhi. Kebutuhan gizi dan nutrisi mempengaruhi tumbuh kembang anak. Secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas perkembangan moral, etika, perilaku dari anak sehingga mereka mampu berinteraksi dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik.


(25)

23

Menurut Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, masih banyak balita Indonesia yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Data anak yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang akan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.3

Balita yang Mengalami Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang

2007 2010 2013

5.4 4.9 5.7

13.0 13.0 13.9 Sumber : Riskesdas 2013

Keluarga sebagai salah satu kelompok masyarakat terkecil turut mengambil peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak. Sebagaimana telah diatur di dalam Undang – Undang, bahwa keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup anak. Keluarga turut berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan anak seperti, pemenuhan kasih sayang, stabilitas emosional, pengertian, perhatian, pertumbuhan kepribadian, dan yang lainnya.

Untuk memenuhi kewajiban orangtua sebagai penanggungjawab anak, perlu adanya pemanfaatan sumber daya untuk membantu pemenuhan kebutuhan anak. Oleh karena itu banyak ibu rumah tangga yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga dan membantu menopang kehidupan rumah tangga. Dengan demikian pemenuhan hak – hak anak dapat di realisasikan secara maksimal.

Kabuapaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Sumatera Utara. Banyak ibu rumah tangga yang terlibat langsung dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan keluarga. Kebanyakan dari ibu rumah tangga ini bekerja di sektor informal untuk membantu kondisi keuangan keluarga, karena kebutuhan keluarga yang kian lama kian kompleks.


(26)

24

Melihat banyaknya kasus pelanggaran hak anak yang masih terjadi di kabupaten Dairi ini, seperti anak putus sekolah, anak yang bekerja, dan lainnya, maka perlu mengetahui hak – hak anak dengan baik. Tujuannya adalah untuk menekan angka pelanggaran hak anak yang terjadi di sekitar kita yang telah menjadi fenomena sosial yang cenderung diabaikan oleh masyarakat.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti pemenuhan hak anak di dalam keluarga dan dituangkan dalam penelitian berjudul “Aktivitas Ekonomi Ibu Rumah Tangga dan Pemenuhan Hak Anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti membatasi perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana aktivitas ekonomi ibu rumah tangga dan pemenuhan Hak Anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi?”

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekonomi ibu rumah tangga dan pemenuhan hak anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:


(27)

25

a. Pengembangan model tentang pemenuhan kebutuhan hak anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara fisik, sosial, intelektual dan moral.

b. Pengembangan teori tentang keluarga untuk berkenaan dengan kebutuhan – kebutuhan anak.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari enam bab sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTIDAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dna sampel, teknik pengumpulan data, serta analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat, gambaran umum lokasi penelitian dan data – data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.


(28)

26 BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(29)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTIDAKA 2.1 Anak

2.1.1 Pengertian Anak

Ada beberapa defenisi anak di Indonesia yang sampai saat ini belum ada ketentuan khusus yang mengatur tentang batasan usia seseorang untuk di kelompokkan sebagai anak. Untuk itu berikut ini adalah defenisi anak menurut Undang – Undang yang ada di Indonesia yaitu :

1. Menurut UU No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, anak adalah laki – laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun

2. Menurut UU RI No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

3. Menurut UU No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun.

4. Menurut UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. 5. Menurut UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

6. Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.


(30)

28

7. Menurut Konvensi Hak Anak, anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun, kecuali berdasarkan yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

8. Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya. 9. Pasal 45 KUHP, anak adalah seseorang yang belum berumur 16 tahun.

10. Pasal 330 KUH Perdata, seorang belum dapat dikatidakan dewasa apabila umurnya belum genap 21 (dua puluh satu ) tahun, kecuali seseorang tersebut sudah menikah sebelum umur 21 (dua pulu satu) tahun.

2.1.2 Masalah Sosial Anak

Banyak masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Namun tidak semua masyarakat menyadari bahwa masalah pemenuhan hak dasar anak merupakan fenomena sosial yang perlu perhatian dari banyak pihak. Adapun masalah sosial yang melanggar hak anak adalah sebagai berikut :

a. Anak Rawan

Anak rawan pada dasarnya adalah sebuah istilah untuk menggambarkan kelompok anak – anak yang karena situasi, kondisi, dan tekanan – tekanan kultur maupun struktur menyebabkan mereka belum atau tidak terpenuhi hak – haknya, dan bahkan acap kali pula dilanggar hak-haknya. Inferior, rentan dan marginal adalah ciri – ciri yang umum diidap oleh anak – anak rawan. Dikatakan inferior, karena mereka biasanya tersisih dari kehidupan normal dan terganggu proses tumbuh kembangnya secara wajar. Adapun dikatakan rentan karena mereka sering manjadi korban situasi dan bahkan terlempar dari masyarakat (displaced children). Sementara itu, anak – anak


(31)

29

rawan tersebut tergolong marginal karena dalam kehidupan sehari – hari biasanya mereka mengalami berbagai bentuk eksploitasi dan diskriminasi, mudah diperlakukan salah dan acap kali pula kehilangan kemerdekaannya (Suyanto, 2013: 4)

b. Child Abuse

Child Abuse adalah istilah untuk menggambarkan kasus penganiayaan yang dialami anak – anak, yang dimaksudkan dalam hal ini selain mengalami gangguan fisik ditambah lagi gangguan emosi anak dan adanya asuhan yang tidak memadai. Selain itu Child Abuse sendiri dipakai untuk menggambarkan kasus anak – anak dibawah umur 16 tahun yang mendapat gangguan dari orang tua atau pengasuhnya dan merugikan anak secara fisik dan kesehatan mental serta perkembangannya (Suyanto, 2013: 28).

c. Pekerja Anak

Pekerja Anak adalah anak – anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu dengan menerima imbalan atau tidak (Suyanto, 2013: 113)

d. Anak yang dilacurkan

Secara sosiologis, pelacur anak – anak sesungguhnya lebih tepat disebut dengan istilah anak – anak yang dilacurkan, karena kebanyakan mereka terperosok bekerja sebagai PSK bukan secara sukarela, melainkan karena kasus – kasus penipuan, pemaksaan atau karena ketidakmengertian mereka. Di Batam, misalnya melaporkan banyak pelacur anak – anak dipekerjakan secara paksa, lewat modus bujuk rayu, penipuan, dan bahkan penyekapan. Berbeda dengan faktor penyebab wanita dewasa memasuki kehidupan alokasi yang sebagian karena memang menginginkan menempuh jalan pintas untuk meraih penghasilan dalam jumlah besar. Anak – anak perempuan


(32)

30

yang terperosok dalam bisnis jasa seksual ini umumnya lebih disebabkan karena penipuan, pemaksaan, dan bahkan penganiayaan (Suyanto, 2013: 173).

e. Anak jalanan

Anak jalanan adalah anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini dan harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah – istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang dan benar – benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersubordinasi dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewanang – wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab (Suyanto, 2013: 199)

f. Anak terlantar

Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Ciri yang menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah : 1. Mereka biasanya berusia 5 – 18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, dan anak yatim piatu. 2. Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian tidak ada yang mengurus mereka karena orangtuanya secara psikologis maupun ekonomi tidak siap untuk memelihara anak yang dilahirkannya. 3. Anak yang dilahirkan tidak direncanakan atau tidak dinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah. 4.kemiskinan bukan


(33)

31

satu – satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya, tetapi bagaimanapun juga harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas. 5. Anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga yang bermasalah, pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat narkoba, dan sebagainya (Suyanto, 2013: 229).

g. Anak perempuan korban Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual Pelecehan Seksual adalah pemberian perhatian seksual, baik secara lisan, tulisan, maupun fisik terhadap diri perempuan, di mana hal itu di luar keinginan perempuan yang berangkutan namun harus diterima sebagai suatu kewajaran. Adapun tindak perkosaan adalah hubungan seksual yang dilakukan secara paksa dan merugikan pihak perempuan.

Anak – anak perempuan cenderung menjadi korban potensial bagi terjadinya kejahatan seksual, salain karena faktor kebejatan mental si pelaku, secara psikis dan fisik, anak – anak umumnya memang sangat rentan dan mudah menjadi korban dari tindak perkosaan (Suyanto, 2013: 274).

h. Perdagangan dan Penculikan Anak

Dalam kasus penculikan dan perdagangan anak yang terjadi di Indonesia, motif pelaku melakukan penculikan anak relatif beragam. Secara garis besar, biasanya motif yang melatarbelakangi sebagai berikut: 1. Praktik penculikan anak yang dimanfaatkan sebagai tenaga kerja paksa, baik itu di sektor industri, sebagai TKI, maupun untuk sekedar dijadikan pengemis atau anak jalanan di bawah komando seorang preman. 2. Praktik penculikan anak sebagai bagian dari modus kriminal untuk memperoleh uang besar dalam jangka waktu pendek. 3. Kasus penculikan dan perdagangan anak untuk


(34)

32

dijadikan korban kekerasan seksual, baik untuk dipekerjakan sebagai PSK, maupun kepentingan perbudakan yang dibungkus dengan kedok perkawinan. 4. Pratik penculikan anak untuk diperjualbelikan di luar negeri, baik untuk dimanfaatkan organ tubuhnya maupun untuk dijadikan anak adopsi oleh keluarga tertentu yang menginginkan anak angkat (Suyanto, 2013: 302).

i. Anak Korban Fedofilia

Secara garis besar, sejumlah faktor yang menyebabkan pedofilia semakin marak mengancam anak – anak Indonesia adalah: 1. Berkaitan dengan ancaman hukuman yang sangat longgar, di mana para pelaku pedofil yang tertangkap dan diproses di pengadilan umunya hanya diganjar hukuman – hukuman dalam hitungan bulan, sehingga di mata para pedofil Indonesia ibaratnya adalah surga dunia bagi mereka untuk memuaskan nafsu mereka. 2. Kesempatan yang bercampur dengan daya tarik eksotisme anak – anak Indonesia di mata para pedofil. 3. Meski tidak langsung, tetapi makin maraknya kasus pedofilia sedikit banyak adalah implikasi dan ekses dari meluasnya gaya hidup permisif yang biasanya selalu dikunjungi wisatawan dari mancanegara. 4. Konsekuensi dari perkembangan jaringan pedofil yang makin rapi, dan lintas negara.

Dua bentuk ancaman yang biasanya dihadapi anak – anak lokal dari para pedofil asing adalah: 1. Untuk memenuhi kebutuhan nafsu bejat dari sebagian warga asing mengidap kasus penyimpangan seksual. 2. Untuk kepentingan bisnis komersial pornografi (Suyanto, 2013: 319).

j. Pengungsi Anak

Secara garis besar, ada tiga kelompok anak pengungsi yang membutuhkan terapi yang berbeda – beda. 1. Kelompok anak – anak yang telah kehilangan sebagian atau seluruh orang tua dan keluarganya, sehingga mereka tidak lagi memiliki tempat


(35)

33

untuk bergantung. 2. Kelompok anak yang menjadi korban langsung tindak kekerasan. 3. Anak – anak yang dipaksa terlibat sebagai pelaku tindak kekerasan seperrti layaknya orang dewasa yang tengah berperang melawan musuh.

k. Anak Putus Sekolah dan Rawan DO

Ketika tekanan kemiskinan makin meluas, dan kondisi keuangan pemerintah terbatas, maka dampaknya bagi anak – anak adalah 1. Akses yang kesempatan anak – anak dari keluarga miskin untuk memperoleh pelayanan pubik di bidang pendidikan jelas makin berkurang, dan bahkan tidak mustahil sama sekali pupus karena terpaksa masuk dalam situasi yang teramat sulit dan dilematis antara meneruskan sekolah atau membantu orang tua untuk menutupi kebutuhan hidup yang semakin mencekik akibat krisis. 2. Bersamaan dengan terjadinya gelombang anak putus sekolah dan tingginya angka siswa yang tidak meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tidak mustahil menyebabkan anak – anak dari keluarga miskin potensial terpuruk dalam kondisi hubunngan kerja yang merugikan, eksploitatif, dan bahkan tidak menutup kemungkinan mereka terpaksa terperangkap pada kegiatan produktif atau sektor yang sesungguhnya sangat tidak dapat ditoleransi. 3. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia bukan tidak mungkin menyebabkan batas toleransi kasus eksploitasi dan pelibatan anak dalam kegiatan produktif menjadi makin longgar, sebab situasi dan kondisi yang ada dinilai sebagai faktor pendorong yang tidak terelakkan.

2.1.3 Hak Anak

Hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dilindungi, dan dipenuhi baik oleh keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah, maupun negara.berikut ini adalah hak – hak anak yang dijabarkan di dalam Undang – Undang Republik Indonesia sebagai jaminan atas pelaksanaan hak anak di Indonesia, antara lain :


(36)

34

1. Deklarasi Hak – Hak Anak PBB 20 November 1959, sedikitnya ada 10 asas tentang hak anak (dalam Gultom, 2014:54) yaitu :

a. Anak berhak menikmati semua hak – haknya sesuai ketentuan yang terkandung dalam deklarasi ini. Setiap anak tanpa pengecualian harus dijamin hak – haknya tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik, kebangsaan, tingkatan sosial, kaya miskin, kelahiran, atau status lainnya baik yang ada pada diri maupun pada keluarganya.

b. Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus memperoleh kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lainnya, agar menjadikannya mampu mengembangkan diri secara fisik, kejiwaan, moral, spiritual, dan kemasyarakatan dalam situasi yang sehat, normal sesuai dengan kebebasan dan harkatnya. Penuangan tujuan itu ke dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus merupakan pertimbangan utama. c. Anak sejak dilahirkan berhak akan nama dan kebangsaan.

d. Anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk tumbuh kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan ibunya. Anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi, dan pelayanan kesehatan.

e. Anak yang cacat fisik, mental, dan lemah kedudukan sosialnya akibat keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan, dan perlakuan khusus.

f. Agar kepribadian anak tumbuh secara maksimal dan harmonis, ia memerlukan kasih sayang dan pengertian. Ia harus dibesarkan dibawah


(37)

35

asuhan dan tanggungjawab orang tuanya sendiri, dan bagaimanapun harus diusahakan agar tetap berada dalam suasana yang penuh kasih sayang, sehat jasmani dan rohani. Anak di bawah usia lima tahun tidak dibenarkan terpisah dari ibunya. Masyarakat dan pemerintah yang berwenang berkewajiban memberikan perawatan khusus kepada anak yang tidak mampu. Diharapkan agar pemerintah atau pihak lain memberikan bantuan pembiayaan bagi anak – anak yang berasal dari keluarga besar.

g. Anak berhak mendapat pendidikan wajib cuma – cuma sekurang – kurangnya di tingkat dasar. Mereka harus mendapat perlindungan yang dapat meningkatkan pengetahuan umumnya, dan yang memungkinkan, atas dasar kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya, pendapat pribadinya , dan perasaan tanggungj awab moral dan sosialnya, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna. Kepentingan anak haruslah dijadikan pedoman oleh mereka yang bertanggungjawab terhadap pendidikan dan bimbingan anak yang berangkutan: pertama – tama tanggungjawab tersebut terletak pada orangtua mereka. Anak harus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang diarahkan untuk tujuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah yang berwenang harus berusaha meningkatkan pelaksanaan hak ini.

h. Dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima perlindungan dan pertolongan.

i. Anak harus dilindungi dari segala bentuk kealpaan, kekerasan, penghisapan. Ia tidak boleh dijadikan subyek perdagangan. Anak tidak boleh bekerja sebelum usia tertentu, ia tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat


(38)

36

merugikan kesehatan atau pendidikannya, maupun yang mempengaruhi perkembangan tubuh, jiwa, dan akhlaknya.

j. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi sosial, agama, maupun bentuk – bentuk diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian, toleransi, dan persahabatan antar bangsa, perdamaian, serta persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus diabdikan sesama manusia.

2. Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 menentukan bahwa : “Kesejahteraan Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak.”

3. Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 Pasal 2 menentukan bahwa:

a. Anak berhak atas kesejahteraan , perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar

b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna

c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan


(39)

37

d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

4. Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 Pasal 3 menentukan bahwa dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama – tama berhak mendapat pertolongan, bantuan, dan perlindungan.

5. Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 Pasal 6 menentukan bahwa anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Pelayanan dan asuhan juga diberikan kepasa anak yang telah dinyatidakan bersalah melakukan perlanggaran hukum berdasarkan keputusan hakim.

6. Undang – Undang Nomor 1 tahun 1979 tentang Pokok – Pokok Perkawinan menentukan :

a. Perlindungan dan jaminan hak anak untuk tetap memperoleh pemeliharaan dan pendidikan dalam hal perceraian, dengan pembebanan biaya pemeliharaan dan pendidikan anak pertam – tama dan terutama kepada bapak (Pasal 41).

b. Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya (Pasal 43 ayat 1)

c. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak – anak mereka sebaik – baiknya (Pasal 45 ayat 1)

d. Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang – barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18


(40)

38

(delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya (Pasal 48)

e. Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali, perwalian ini mengenai peribadi anak yang bersangkutan maupun hartabendanya (Pasal 50)

f. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di bawah perwalian serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau kelaliannya (Pasal 51 ayat 5)

g. Wali yang telah menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut denga keputusan pengadilan yang berangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut (Pasal 54).

7. Undang – Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mentukan:

a. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman – hukuman yang tidak manusiawi

b. Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang masih anak

c. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasanya secara melawan hukum

d. Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara hanya boleh dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir


(41)

39

e. Setiap anak dirampas kebebasannya berhak mendapat perlakuan secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dengan uasianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya

f. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku

g. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

8. Undang – Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menentukan:

a. Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4)

b. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan (Pasal 5)

c. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan ornagtua (Pasal 6) d. Berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan di asuh oleh orang

tuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjadmin tumbuh kembang anak, atau anak anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku (Pasal 7)


(42)

40

e. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal 8)

f. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, khusus bagi anak yang menyandang cacat juga memperoleh pendidikan khusus (Pasal 9)

g. Berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai – nilai kesusilaan dan kepatutan (Pasal 10)

h. Berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi, sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri (Pasal 11)

i. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial (Pasal 12)

j. Berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, dan penganiayaan, ketidakadilan, perlakuan salah lainnya (pasal 13)

k. Berhak untuk di asuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak merupakan pertimbangan terakhir (Pasal 14)

l. Berhak untuk memperoleh perlindungan dari: penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan pelibatan dalam peperangan (Pasal 15)


(43)

41

m.Berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum; penangkapan, penahanan atau pidana penjara hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terkahir (Pasal 16)

n. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk; mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan (Pasal 17)

o. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya (Pasal 18).

Secara singkat Konvensi Hak anak merangkum Hak Anak sebagai berikut : a. Hak atas kelangsungan hidup, yaitu hak – hak anak dalam KHA meliputi

hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak – hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan sebaik – baiknya. b. Hak perlindungan, yaitu hak – hak anak dalam KHA yang meliputi hak

perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan ketelantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi anak – anak pengungsi.

c. Hak tumbuh kembang, yaitu hak – hak anak dalam KHA yang meliputi segala bentuk pendidikan formal maupun nonformal dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental spiritual, moral, dan sosial anak.


(44)

42

d. Hak untuk berpartisipasi, yaitu hak – hak dalam KHA yang meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempegaruhi anak.

2.1.4 Kesejahteraan Anak

Anak merupakan individu yang belum dapat berdiri secara mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Anak juga belum memahami hak – hak mereka sebagai individu. Untuk itu perlu adanya keterlibatan lembaga untuk memenuhi kebutuhan anak, seperti keluarga, masyarakat, maupun pemerintah setempat.

Keluarga merupakan lembaga terdekat yang menjadi tempat anak untuk pertama kalinya berinteraksi sebagai suatu kesatuan dari sistem sosial. Keluarga juga merupakan tempat anak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan, serta mendapatkan kasih sayang. Bahkan karakteristik anak banyak diperngaruhi oleh pola asuh dalam keluarga.

Untuk mencapai taraf kesejahteraan anak, perlu di adakan adanya usaha – usaha untuk menjamin pemenuhan hak anak. Adapun penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial anak adalah suatu upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat, dalam bentuk pelayanan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial khususnya bidang anak.

Defenisi kesejahteraan Sosial menurut Undang – Undang nomor 11 tahun 2009 adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik jasmani rohani maupun sosial. Dasar dari Undang – Undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipeihara oleh negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak pasti akan terjamin.


(45)

43 2.1.5 Nilai – Nilai Anak

Banyak masyarakat yang meyakini bahwa setiap anak mempunyai nilai kehidupan yang sangat penting. Selain penerus keturunan, anak juga sering dianggap sebagai investasi masa depan. Bahkan tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan desa, anak dianggap mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi karena bisa menjadi tenaga kerja gratisan yang dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk melakukan pekerjaan mereka, seperti menggarap sawah, melakukan pekerjaan rumah tangga dan yang lainnya.

Berikut adalah nilai – nilai anak yang sering kita jumpai di dalam kehidupan masyarakat yaitu:

a. Nilai - nilai Ekonomis

Banyak masyarakat tradisional yang meyakini bahwa anak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Orang tua melahirkan, mendidik, dan membina anak agar kelak di kemudian hari mereka tumbuh kembang menjadi orang dewasa yang dapat membalas budi dengan cara member uang kepada orangtuanya. Pandangan nilai – nilai ekonomis erat kaitannya dengan pola pikir yang bersifat materialistis. Bila anak – anak sudah menjadi besar dan dewasa maka mereka dapat bekerja dan menghasilkan pendapatan finansial yang memadai. Banyak orang tua yang berharap dari anak – anaknya supaya dapat menjadi orang yang sukses secara materi (Dariyo, 2007: 83).

Namun pandangan nilai anak secara ekonomis pada saat menunggu anak dewasa, hanya terdapat pada masyarakat yang berdomisili di kota. Orang tua mengaggap anak sebagai investasi masa depan. Pandangan ini sangat berbeda dengan masyarakat yang tinggal di desa yang telah memanfaatkan anak sebagai pekerja. Baik itu untuk membantu pekerjaan rumah tangga, ataupun menggarap ladang. Mereka dipekerjakan untuk membantu meringankan pekerjaan rumah dan tidak jarang pula


(46)

44

menambah penghasilan keluarga. Anak yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga umumnya bekerja di tanah garapan petani dan mereka diupah sesuai dengan besaran jasa yang mereka berikan.

b. Nilai – nilai Psikososio-antropologis

Melahirkan dan memiliki anak merupakan sebuah prestasi reproduksi bagi pasangan suami istri. Mereka merasa bangga dan percaya diri bahwa mereka dapat menjalankan fungsi reproduksi sampai melahirkan anak kandungnya sendiri, sehingga tidak perlu mengadopsi anak lain. Perasaan bangga ini akan ditindak lanjuti dengan pemberian kasih sayang dan perhatian penuh sebagai orang tua kepada anak – anaknya. Anak – anak pun memperoleh lingkungan keluarga yang hangat, penuh perhatian dan kasih sayang secara maksimal (Dariyo, 2007: 84).

c. Nilai – nilai Spiritual

Orang tua yang berpandangan puritanisme mempercayai bahwa anak merupakan anugerah dari Tuhan. Orangtua yang memperoleh anak berarti mereka memperoleh karunia Tuhan untuk melahirkan, memelihara, mendidik, dan membina anak agar menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab di masa depan. Banyak pasangan suami istri yang tidak dikaruniai anak oleh Tuhan sehingga sampai menjadi tua mereka tetap berdua tanpa kehadiran anak kandung. Dengan demikian, anak mempunyai nilai – nilai spiritual yaitu nilai yang berhubungan erat dengan kekuasaan Tuhan (Dariyo, 2007: 85).

d. Nilai – nilai Bio-Fisiologis

Tujuan perkawinan adalah memperoleh keturunan. Kehadiran anak dalam keluarga merupakan tanda kesuburan bagi pasangan suami istri. Mereka merasa tidak sia – sia menjalani kehidupan berumah tangga karena mereka merasa berhasil yaitu dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang suami dan juga fungsi sebagai seorang


(47)

45

istri. Hubungan seksual bukan hanya memberi kepuasaan libido fisiologis, akan tetapi juga sebagai fungsi reproduktif. Oleh karena itu, anak mengandung nilai yang sangat tinggi dalam kaitannya dengan nilai – nilai bio-fisiologis.

2.2 Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga berasal kata sansekerta “kaluwarga” “ras” dan “warga” yang berarti anggota (sumber : 10.52) . Keluarga merupakan suatu unit kelompok primer masyarakat terkecil di dalam masyarakat. Secara sederhana, keluarga terdiri dari seorang kepala rumah tangga, istri, dan anak yang memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan, dan ikatan lainnya.

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga berdasarkan dimensi sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis (Shochib:2010, 17).

Dalam pengertian psikologis, Soelaeman mengungkapkan (dalam Shochib, 2010: 17) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangakan dalam arti pedagodis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang


(48)

46

dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang dimaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan itu terkandung perealisasikan peran dan fungsi sebagai orang tua.

Dalam kehidupan masyarakat, keluarga merupakan unit terkecil dalam kehidupan masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak – anak serta kerabat lainnya dan merupakan suatu sistem. Goode mengartikan keluarga sebagai suatu unsur dalam stuktur sosial dimana setiap anggotanya terikat dalam jaringan kewajiban dan hak. Hak dan kewajiban setiap anggota keluarga tentunya berbeda dan mempunyai proposi tertentu, dan terikat dalam peran setiap anggota keluarga. Keberfungsian keluarga sebagai suatu sistem sosial agar dapat terwujud di masyarakat tergantung pada berbagai faktor, salah satunya adalah kemampuan kerja sama para anggota keluarga untuk melaksanakan fungsi – fungsi keluarga.

2.2.2 Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi keluarga menurut Friedman 1998 (dalam Setiawati dan Santun 2008) diantaranya :

a. Fungsi afektif yaitu fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai satu dengan yang lain.

b. Fungsi Sosialisasi yaitu fungsi yang mengembangkan interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan seorang individu belajar bersosialisasi untuk pertama kalinya pasti di dalam lingkungan keluarga.


(49)

47

c. Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia di dalam suatu masyarakat.

d. Fungsi Ekonomi yaitu fungsi untuk pemenuhan seluruh kebutuhan anggota keluarga, yang terdiri dari sandang, pangan, papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu fungsi untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan baik fisik, psikis, mental dan perilaku.

f. Fungsi Pendidikan yaitu fungsi untuk mendidik anak – anak dengan menyekolahkan mereka ke sekolah formal, dan informal ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Di samping fungsi keluarga ada juga peranan keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2.3 Ekonomi

2.3.1 Pengertian Ekonomi

Secara etimologi istilah ekonomi bersala dari bahasa yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namu seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat pengertian ekonomi juga berkembang lebih luas.

Dalam perkembangan ekonomi, kita dapat membedakan dua lingkup ekonomi, yaitu :


(50)

48

a. Microeconomics (ekonomi mikro) adalah bagian dari ilmu ekonomi yang membahas berbagai unit ekonomi, ada perusahaan dan rumah tangga. b. Macroeconomics (ekonomi makro) adalah bagian dari ilmu ekonomi yang

menjelaskan tentang perilaku ekonomi secara keseluruhan (economic aggregates). Hal ini terkait akan income (pendapatan), output, employment dalam kerangka dan skala nasional.

Manusia sebagai mahluk sosial dan mahkluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat terletak pada kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pada kenyataannya manusia adalah makhluk sosial yang dinamis yang mempunyai segudang kebutuhan yang kompleks. Sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia sangat terbatas.

Kebutuhan manusia pada dasarnya berbeda antara satu dengan lainnya. Pemenuhan kebutuhan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Faktor ekonomi

b. Faktor Lingkungan Sosial dan Budaya c. Faktor Fisik

d. Faktor Pendidikan e. Faktor Moral

2.3.2 Aktivitas Ekonomi

Manusia memiliki kebutuhan yang sangat beragam, mulai dari makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, hiburan, pendidikan, layanan kesehatan, dan sebagainya. Karena kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut sendiri, kita sering memerlukan uang untuk membiayai berbagai kebutuhan hidup. Untuk


(51)

49

mendapatkan penghasilan atau uang, manusia harus bekerja. Kegiatan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, disebut kegiatan ekonomi.

Ada banyak sekali jenis pekerjaan yang dilakukan penduduk Indonesia, ada orang yang bekerja sebagai dokter, guru, perawat, teknisi bengkel, teknisi komputer, berjualan makanan, menjalankan industri, bekerja di bank, nelayan, petani, hingga menjadi pembantu rumah tangga. Berdasarkan lapangan usahanya, kegiatan ekonomi dapat dikategorikan menjadi: kegiatan pertanian, kerajinan dan industri, perdagangan, usaha ekstraktif, dan jasa.

Kegiatan ekonomi ada tiga yaitu, kegiatan Produksi, kegiatan Distribusi, dan Kegiatan Konsumsi. Pada dasarnya kegiatan ekonomi merupakan suatu aktivitas atau usah yang dilakukan manusia untuk mewujudkan kemakmuran. Untuk mencapainya maka kegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi senantiasa selalu berhubungan.

1. Kegiatan Produksi adalah suatu usaha untuk menghasilkan atau menambah daya guna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Kegiatan distribusi adalah suatu usaha menyalurkan atau menyebarluaskan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam hal ini peranan pedagang sangat penting karena penghubung antara produsen dan konsumen. Kegiatan distribusi banyak dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran barang dan jasa.

3. Kegiatan Konsumsi menyangkut tindakan manusia baik secara individu maupun kelompok dalam memakai atau menghabiskan barang dan jasa yang diproduksi. Kegiatan konsumsi banyak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, kebiasaan, dan budaya.


(52)

50

Agar suatu aktivitas ekonomi dapat berlangsung dibutuhkan tiga unsur yaitu: keinginan manusia, sumber – sumber daya, dan cara – cara berproduksi. Dalam penelitian ini ibu rumah tangga melakukan aktivitas ekonomi dalam rangka pemenuhan hak – hak anak. Adapun aktivitas ekonomi ibu rumah tangga adalah sebagai berikut:

1. Pertanian

Pertanian atau usaha agraris adalah kegiatan produksi yang menjadikan tanah sebagai faktor utama. Jadi pertanian dalam arti luas tidak hanya berupa kegiatan bercocok tanam, termasuk di dalamnya adalah :

a. Peternakan

Kegiatan peternakan adalah kegiatan memelihara berbagai hewan ternak, untuk diambil manfaatnya. Hewan peternakan dapat digolongkan menjadi ternak hewan besar, dan ternak hewan kecil. Ternak hewan besar contohnya sapi, kerbau, kuda, kambing, unta, atau babi. Sedangkan Peternakan hewan kecil misalnya kelinci, ayam, burung, dan sebagainya.

b. Perikanan

Usaha perikanan sering dibedakan menjadi perikanan air tawar dan perikanan air laut. Hasil dari perikanan air tawar misalnya ikan nila, ikan mas, ikan patin, juga termasuk di dalamnya ikan hias seperti ikan arwana, atau ikan mas koi. Sedangkan hasil dari perikanan air laut misalnya ikan kerapu, ikan hias, juga kerang dan mutiara.

c. Perkebunan

Pertanian (dalam arti sempit) dan kegiatan perkebunan adalah sama-sama kegiatan membudidayakan tanaman, namun salah satu hal yang membedakan antara


(53)

51

kegiatan perkebunan dengan kegiatan pertanian adalah jenis tanamannya. Tanaman yang dibudidayakan di perkebunan umumnya adalah tanaman yang menghasilkan bahan baku industri, seperti kelapa, kelapa sawit, kopi, coklat, karet, dan lain - lain. Sedangkan kegiatan pertanian biasa membudidayakan tanaman-tanaman yang dapat langsung dikonsumsi, seperti: padi, jagung, sayur-mayur, dan buah-buahan. Di samping itu, lahan yang digunakan untuk perkebuanan luas, sedangkan untuk kegiatan pertanian lebih sempit.

2. Kerajinan dan Industri

Kegiatan kerajinan dan industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dan barang setengah jadi. Barang jadi adalah barang-barang yang dapat langsung digunakan, sedangkan barang setengah jadi adalah barang yang harus diolah lagi sebelum dapat digunakan. Contohnya adalah hasil olahan kapas. Kapas dapat dibuat menjadi kain (barang setengah jadi), kain untuk dapat digunakan perlu diolah lagi dalam pabrik garmen, hingga menjadi pakaian ( barang jadi). Contoh yang lain adalah hasil pengolahan kelapa sawit, kelapa sawit biasanya diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah. CPO kemudian dijual ke pabrik lain untuk diolah menjadi minyak goreng/ minyak sayur.

Perbedaan terletak pada besarnya modal dan jumlah karyawan, Badan Pusat Statistik memberi batasan bahwa yang termasuk industri kecil jika jumlah karyawan tidak lebih dari 19 orang, sedangkan mesin yang digunakan maksimal berkekuatan 20 PK, sedangkan usaha kerajianan adalah usaha industri kecil yang hanya merupakan pekerjaan sampingan. Penghasilan utama si perajin lebih banyak didapatkan dari pekerjaan yang lain.


(54)

52 3. Usaha Dagang/Perdagangan

Usaha dagang adalah usaha mengumpulkan dan menyalurkan barang-barang hasil produksi dari produsen ke konsumen. Banyak penduduk Indonesia yang bekerja sebagai pedagang. Ada pedagang kaki lima, pedagang asongan, hingga importir dan eksportir.

a. Pedagang Besar/ Distributor/ Agen Tunggal

Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan produk barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang besar biasanya diberikan hak wewenang wilayah / daerah tertentu dari produsen. Contoh dari agen tunggal adalah seperti ATPM atau singkatan dari agen tunggal pemegang merek untuk produk mobil.

b. Pedagang Menengah/ Agen/ Grosir

Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan penjualan / perdagangan tertentu yang lebih kecil dari daerah kekuasaan distributor. Contoh seperti pedagang grosir beras di pasar induk Kramat Jati.

c. Pedangan Eceran / Pengecer / Peritel

Pengecer adalah pedangan yang menjual barang yang dijualnya langsung ke tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran. Contoh pedangang eceran seperti alfamart dan indomaret.


(55)

53 d. Importir/ Pengimpor

Importir adalah perusahaan yang memiliki fungsi menyalurkan barang dari luar negeri ke negaranya. Contoh seperti import jeruk lokam dari Cina ke Indonesia.

e. Eksportir/ Pengekspor

Exportir adalah perusahaan yang memiliki fungsi menyalurkan barang dari dalam negara ke negara lain. Contoh seperti ekspor produk kerajinan ukiran dan pasir laut ke luar negeri.

f. Pedagang kaki lima

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah pedagang yang menjajakan dagangan yang menggunakan gerobak. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga “kaki” gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya.

g. Pedagang Asongan

Pedagang asongan mempunyai arti seorang pedagang yang membawa dagangan mereka dengan cara di “asong” yaitu selalu dibawa- bawa dan diangkat untuk di tawarkan kepada para pembeli. Pedagang asongan biasa berjualan di terminal, stasiun kereta, atau berkeliling di dalam pasar.

2.4 Status dan Peran Ibu Dalam Keluarga

Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam satu kelompok dalam suatu kelompok, atau dari satu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau


(56)

54

tugas seseorang. Dengan demikian tindakan status dan peran merupakan dua hal yang saling berkaitan. Status menunjukkan siapa orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu.

Hampir di sebagian Negara menunjukkan bahwa kaum perempuan yang mempunyai status yang lebih rendah dan kesempatan yang lebih sedikit dari pada laki – laki hampir di semua aspek ekonomi maupun dalam kegiatan sosial. Pada dasarnya status perempuan berdasarkan konsep dapat dijabarkan ke dalam dua tingkat yaitu, pada tingkat mikro adalah status perempuan sebagai ibu rumah tangga, dan tingkat makro adalah status perempuan di masyarakat. Lebih jauh, indikator status perempuan relatif terhadap laki – laki memiliki otoritas untuk membuat keputusanyang berkaitan dengan kegiatan ekonomi maupun produksi termasuk wewenang untuk membuat keputusan mengenai pemenuhan hak – hak dasar anak. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan indikator dari status perempuan dalam rumah tangga harus menggambarkan kedudukan perempuan relatif terhadap laki – laki dalam hal – hal yang berkaitan dengan sumber daya sosial (seperti pengetahuan, hak, dan kekuasaan) maupun materi (penghasilan, makanan) sehingga kebutuhan dasar anak dapat terpenuhi.

2.5 Motivasi Ibu Rumah Tangga Bekerja

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungandan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus – menerus dalam seminggu yang lalu termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.

Motivasi merupakan proses pemberian dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Sementara itu,


(57)

55

keputusan kerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana menghabiskan waktu, misalnya dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan atau bekerja. Pada umumnya motivasi kerja ibu rumah tangga adalah membantu menghidupi kebutuhan rumah tangga.

Keterlibatan ibu rumah tangga dalam meningkatkan pendapatan keluarga tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga temasuk pemenuhan kebutuhan anak. Dengan adanya aktivitas ekonomi ibu rumah tangga yang menghasilkan maka, akses keluarga untuk bertanggung jawab memenuhi hak – hak anak juga akan semakin besar.

Tanpa disadari, banyak hak anak yang terabaikan karena ibu rumah tangga yang sibuk bekerja. Hak anak merupakan hal yang sangat kompleks. Mulai dari kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, kesehatan, rekreasi, bermain, belajar, dan yang lainnya sering diabaikan. Hak anak yang sering terabaikan ini banyak disebabkan oleh ibu rumah tangga yang berperan sebagai pengurus keluarga sibuk mencari penghasilan tambahan untuk keluarga guna membantu suami.

2.6 Kerangka Pemikiran

Pemenuhan hak – hak dasar anak merupakan suatu tanggung jawab dari orang tua yang tidak dapat diabaikan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar anak tentu saja memerlukan modal. Namun sayangnya, tidak semua keluarga mampu memenuhi standar hak anak, karena kondisi ekonomi masyarakat Indonesia masih tergolong lemah. Kondisi ini menyebabkan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberlangsungan pemenuhan hak anak.

Bagi mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas, tentu tidak akan mengalami kendala untuk pemenuhan hak anak, namun mereka yang hidup di bawah


(1)

119

mengukur hak anak untuk dilibatkan melalui keterlibatan anak membantu orang tua mereka.

Berdasarkan tabel 69, dapat dilihat bahwa 35 orang atau 74,47 responden sudah dibantu anak mereka dalam melakukan pekerjaan mereka. Dan 12 orang atau 25,53% tidak dibantu oleh anak.

Tabel 5.54

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan yang dilakukan Anak

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 Memasak

Mencuci Peralatan Makan Membersihkan Rumah Merawat Hewan Peliharaan Lainnya

Lebih dari Satu

5 7 10 1 5 7 14,28 20,00 28,58 2,86 14,28 20,00

Jumlah 35 100

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 70, dapat dilihat bahwa anak – anak terlibat membantu orang tua dalam hal memasak sebanyak 5 orang atau 14,28, mencuci peralatan makan 7 orang atau 20%, membersihkan rumah 10 orang atau 28,58%, merawat hewan peliharaan 1 orang atau 2,86%, lainnya 5 orang atau 14,28%, dan anak yang membantu orangtua mereka lebih dari satu pekerjaan sebanyak 7 orang atau 20%.


(2)

120 5.2 Uji Data

Untuk melihat kolerasi antara aktivitas ekonomi ibu rumah tangga (variable X) dan pemenuhan hak anak (variable Y), maka digunakan kolerasi antara variable rumus kolerasi Product Moment Pearson, yaitu :

��� = �.∑ �� −

(∑ �)(∑ �)

�[�.∑ �2−(��)2]. [��2−(��)2]

��� =

47 × 123824−(1909)(3032)

�[47.79623−(1909)^2][47.197760−(3032)^2]

rxy =

5819728−5788088 √98000.101696 ��� =

31640 √9966208000 ��� =

31640 99831 ��� = 0,32

Maka dengan hasil koefisien kolerasi yang diperoleh senilai 0,32 mengandung makna bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara aktivitas ekonomi ibu rumah tangga dan pemenuhan hak anak.

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,80 – 1,00

0,60 – 0,799 0,40 - 0,599 0,20 – 399 0,00 – 0,199

Sangat kuat Kuat

Cukup Kuat Lemah


(3)

121 BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan interprestasi data dari penelitian yang telah diuraikan pada Bab V, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

16.Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga, baik dalam sektor informal ataupun domestic merupakan suatu bentuk tanggung jawab ibu rumah tangga dalam mengurus keluarga dan anak. 17.Pemenuhan hak anak bukan hanya merupakan tanggung jawab ibu rumah

tangga, melainkan tanggung jawab bersama dari orang tua anak. Kebutuhan akan pemenuhan hak anak adalah yang harus diperhatikan secara serius oleh kedua orang tua anak, sehingga di dalam tumbuh dan kembang anak bisa berjalan baik dan optimal, sehingga anak dapat berfungsi sosial, moral, agama yang baik.

18.Hampir tidak terdapat hubungan kolerasi antara aktivitas ekonomi yang dilakukan ibu rumah tangga terhdapa pemenuhan hak anak di Desa Belang Malum, Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi melalui analisa kolerasi Product Moment Pearson.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai sumbangan pemikiran terhadap aktivitas ekonomi ibu rumah tangga dan pemenuhan hak anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut :


(4)

122

1. Peran orangtua merupakan peran yang sangat diperlukan dalam pemenuhan hak anak. Bagi orangtua yang bekerja tentu akan menjadi suatu beban tanggungjawab yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dasar anak karena harus membagi waktu untuk bekerja dan memperhatikan anak. Namun, tidak ada alasan yang dapat diaminkan untuk menelantarkan hak anak.

2. Diharapkan kepada pemerintah khususnya, pemerintah di Desa Belang Malum agar lebih giat dalam membuat program – program pemahaman dan penyuluhan kepada orangtua dalam pemenuhan hak anak.


(5)

123

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan: Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: Refika Aditama

Gultom, Maidin. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia.Bandung: Refika aditama

Purba, Elfis dkk. 2012. Ekonomi Indonesia. Medan: Sadia

Schochib, Moh. 2010. Pola Asuh Orangtua: Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Renika Cipta

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial: Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: GrasindoManoratama

Siegel, Sydney. 1993. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia

Sprent, Peter. 1991. Metode Statistik Nonparametik Terapan. Jakarta: Universitas Indonesia

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak.Jakarta: Kencana

Suyanto dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Sumber lain:

Badan Pusat Statistik data tentang kemiskinan di Indonesia dan Perbandingan Pekerja Laki – laki dan Perempuan di Sektor Pertanian

Data Kantor Kepala Desa Belang Malum 2015

Deklarasi Hak – Hak Anak PBB 20 November 1959, 10 asas tentang hak anak Kementrian Sosial Republik Indonesia tentang anak Terlantar

Konvensi Hak Anak tentang pengertian Anak Pasal 45 KUHP tentang pengertian Anak

Pasal 330 KUH Perdata tentang pengertian Anak UU No. 25 tahun 1997 tentang Ketenaga Kerjaa

UU RI No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang UU No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi

UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


(6)

124 UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

UU No. 1 tahun 1979 tentang Pokok – Pokok Perkawinan UU No.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Sumber Online: