Analisis Kemampuan Membaca Teks Arab Tanpa Harakat Pada Mahasiswa Bahasa Arab 2014 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Penelitian tentang kemampuan membaca sebelumnya sudah pernah
diteliti, berikut ini beberapa tinjauan pustaka yang peneliti gunakan yang terkait
dalam penelitian ini sebagai kajian terdahulu, di antaranya:
1. Mangunsong (110704018) mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu
Budaya

Universitas

Sumatera

Utara

angkatan

2011,

dengan


judul

“Kemampuan Memahami wacana Arab dengan Qira’ah Shamitah pada
Mahasiswa Sastra Arab 2012 Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini
menggunakan teori Hamid dengan metode Deskriptif Kuantitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa
Sastra Arab adalah 69,87 yang menunjukkan kategori baik dari 30 mahasiswa
yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dengan kemampuan mahasiswa
yang mencapai kategori tingkat kemampuan sangat baik sebanyak 3 orang
dengan skor nilai 84-92 dengan persentase sebesar 10,0%, kategori tingkat
kemampuan baik sekali sebanyak 6 orang dengan skor nilai 80-84 dengan
persentase sebesar 20,0 % ,kategori tingkat kemampuan baik sebanyak 13
orang dengan skor nilai 66,73 dengan persentase sebesar 43,33%, kategori
tingkat kemampuan cukup sebanyak 7 orang dengan skor nilai 51-65 dengan
persentase sebesar 23,33%, kategori tingkat kemampuan kurang sebanyak 1
orang dengan skor nilai 48 dengan persentase sebesar 3,33%.
2. Susanti (940704018) mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara angkatan 1994, dengan judul “Kemampuan Santri
Raudhatul Athfal Bunayya Medan Dalam Membaca Al-Qur’an Sesuai Makhraj
dan Panjang Pendeknya dengan Metode Qira’ati”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kemampuan Santri dalam membaca Al-Qur’an sesuai
makhraj dan panjang pendeknya dengan menggunakan metode qiro’ati sudah

7
Universitas Sumatera Utara

cukup baik, terbukti dari 55 orang santri yang diambil sebagai sampel maka
diperoleh nilai rata-rata santri untuk kemampuan makharijul huruf adalah 83
dan persentase santri yang lulus dalam mengikuti tes sebesar 85,05% dengan
jumlah 43 orang. Sedangkan persentase santri yang tidak lulus sebesar 14,95%
dengan jumlah 12 orang. Kemudian nilai rata-rata kemampuan panjang
pendeknya adalah 84 dan persentase santri yang lulus sebesar 86.2% dengan
jumlah 44 orang. Sedangkan persentase santri yang tidak lulus sebesar 13,8%
dengan jumlah 11 orang.
3. Marpaung (070704007) mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, dengan judul: “Analisis Kesalahan
Membaca Surah An-Nas dan Al-Falaq Oleh Siswa Kelas II Madrasah Diniyah
Awaliyyah Al-Muttaqin Padang Bulan Medan”. Penelitian ini menggunakan
teori analisis kesalahan oleh Tarigan dan teori fonologi bahasa Arab oleh
Rahlina Muskar dengan menggunakan penelitian lapangan (field research)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bunyi vokal yang mengalami
kesalahan adalah vokal pendek [a] dan vokal panjang [u.:]. Dan bunyi konsonan
yang mengalami kesalahan adalah konsonan “‫”ﻉ‬, “‫”ﻕ‬, “‫”ﺫ‬, “‫”ﺵ‬. “‫”ﻩ‬, “‫”ﺹ‬.
Persentase tingkat kesalahan pengucapan bunyi vokal panjang [u:] adalah
untuk tiga kali frekwensi kesalahan berjumlah 0,48% untuk 2 kali frekwensi
kesalahan berjumlah 0,16%, dan untuk 1 kali frekwensi kesalahan berjumlah
0,24%. Sedangkan persentase tingkat kesalahan pengucapan bunyi vokal
pendek [a] adalah untuk 3 kali frekwensi kesalahan berjumlah 0,6%, untuk 2
kali frekwensi kesalahan berjumlah 0,16%, dan untuk 1 kali frekwensi
kesalahan berjumlah 0,28%.
Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang membaca dan perbedaan
penelitian ini adalah objeknya dan teori yang digunakan. Penelitian ini objeknya
tentang kemampuan membaca teks Arab tanpa harakat sedangkan penelitian
terdahulu objeknya tentang kemampuan membaca Al-Qur’an, dan analisis
membaca. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Departemen Bahasa Arab

8
Universitas Sumatera Utara


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada stambuk 2014, sedangkan
penelitian terdahulu dilaksanakan di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga dilaksanakan di Raudhatul Atfal
Bunayyah Medan. Teori yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan
konsep tentang kemampuan membaca pada buku Hamid. sedangkan teori pada
penelitian terdahulu adalah teori analisis kesalahan oleh Tarigan dan teori
fonologi bahasa Arab menggunakan teori dari Rahlina Muskar. Penelitian ini
hanya fokus kepada bagaimana seorang mahasiswa itu membaca teks Arab tanpa
harakat tanpa mementingkan isi/pemahaman dari teks tersebut, sedangkan
penelitian terdahulu lebih mementingkan bacaan panjang pendek dari teks
tersebut.

9
Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori
1. Kemampuan membaca
Kemampuan merupakan kata kerja yang kata dasarnya adalah mampu
yang berarti bisa/sanggup dan kemampuan merupakan kesanggupan; kecakapan;
dan kekuatan


atau kita berusaha dengan diri-sendiri (KBBI, 1995:623).

Membaca mempunyai tiga aspek. Pertama, membaca merupakan suatu alat
komunikasi yang sangat diperlukan oleh suatu masyarakat yang berbudaya.
Kedua, bahan bacaan yang dihasilkan pada setiap kurun zaman dalam sejarah,
sebagian besar dipengaruhi oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang itu.
Ketiga, sepanjang masa sejarah yang terekam, membaca telah membuahkan dua
kutub yang sangat berbeda. Di samping memiliki urgensi, Membaca memiliki
tujuan dan klasifikasi di antaranya adalah: membaca nyaring, membaca dalam
hati, membaca intensif, dan membaca ekstensif. Membaca memiliki tujuan dan
klasifikasi di antaranya adalah: membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca
intensif,dan membaca ekstensif. Secara Terminologi yang dimaksud dengan
membaca nyaring adalah jenis bacaan yang diekspresikan peserta didik dengan
suara yang keras (tinggi) atau disebut juga dengan membaca bersuara (Zulhanna,
2014:99-101).
Tujuan membaca secara umum adalah sangat variatif, di antaranya:
1.

Membaca dengan Tujuan untuk Penelitian.

Membaca dengan penelitian ini, pembaca hanya membaca pendaftar atau

pendahuluannya saj, karena pembbaca hanya membaca sesuatu yang berkaitan
dengan topik yang akan disajikan.
2.

Membaca dengan Tujuan untuk Merangkum.
Membaca dengan tujuan ini, seorang pembaca hendaknya teliti karena

pembaca akan mencurahkan ide-ide cemerlang dan gagasan prinsipil.

10
Universitas Sumatera Utara

3.

Membaca untuk Mendapatkan Informasi.
Membaca dengan tujuan ini adalah pembaca diminta untuk mendapatkankan

informasi yang ada di dalam bacaan.

4.

Membaca untuk Kepentingan Ujian.
Membaca dengan tujuan ini adalah untuk kepentingan ujian atau tes,

pembaca hendaknya teliti dalam membaca.
5.

Membaca dengan Tujuan Rileks.
Membaca dengan tujuan rileks yaitu untuk sekedar mengisi kekosongan

waktu. Kondisi ini tidak terfokus seperti bacaan-bacaan ilmiah.
6.

Membaca dengan Tujuan Ibadah.
Membaca dengan tujuan ibadah adalah membaca dengan tujuan beribadah

kepada Allah SWT. Seperti halnya membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Teks menurut KBBI (1995:1024) adalah naskah yang berupa kata-kata asli
dari pengarang; kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan; bahan

tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan wacana tertulis. Teks
menurut Halliday dan Hasan pada Silvana ( 2010:7) adalah unit dari penggunaan
bahasa yang sumbernya dari sarana lisan dan tulisan dengan ukuran sepanjang
apapun, yang membentuk satuan keseluruhan; unit dari penggunaan bahasa;
bukan unit gramatika seperti klausa dan kalimat; dan mempunyai kesatuan atau
tekstur yang membedakannya dari yang bukan teks.
Penelitian ini menggunakan konsep tentang kemampuan membaca dalam
buku Hamid (2010:63) yang berkaitan dengan kemampuan membaca teks tanpa
harakat yaitu kemampuan dalam mengetahui penggunaan kata penghubung dalam
suatu kalimat. Hamid (2010: 67) untuk mengukur kebenaran pelafalan kata dan
kalimat dapat langsung dilihat pada saat siswa membaca teks yang telah
ditetapkan, sedangkan untuk mengetahui kebenaran bacaan dari segi nahwu dan

11
Universitas Sumatera Utara

sharaf dapat dilihat pada saat siswa membaca atau dapat juga melalui pertanyaan
yang berkaitan dengan nahwu dan sharafnya, seperti: siswa diminta untuk
menentukan fa’il, mubtada’,al-maf’ul bih dan lain-lainnya pada teks yang dibaca,
atau siswa diminta untuk menentukan kedudukan/jabatan beberapa kata (al-i’rab).

Peneliti hanya fokus terhadap bacaan dari segi Nahwu saja.
Menurut Hamid (2010:63) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki
untuk mengembangkan keterampilan membaca teks bahasa Arab antara lain
sebagai berikut:
a. Kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan antara
lambang dan bunyinya.
b. Kemampuan mengenal kata; baik di dalam sebuah kalimat maupun tidak.
c. Memahami makna kata sesuai dengan konteks.
d. Memahami makna nyata (dzahir) sebuah kata.
e. Mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu
kalimat.
f. Menyimpulkan isi wacana dengan tepat.
g. Membaca kritis.
h. Memahami metode gaya bahasa penulis.
i. Menemukan informasi tersurat ataupun tersirat sesuai dengan yang diharapkan
penulis.
j. Membaca cepat.
k. Ketelitian dan kelancaran membaca.
l. Menentukan tema atau judul bacaan.
m. Menemukan ide pokok dan ide penunjang.


2.3 Tulisan Arab Tanpa Syakal/Harakat
Teks Arab tanpa harakat disebut dengan istilah kitab gundul atau tulisan
Arab gundul (Bawani, 1981: 65). Perlu diketahui bahwa tulisan Arab tanpa
harakat memang benar-benar ada. Keadaannya bukan merupakan sesuatu yang

12
Universitas Sumatera Utara

sifatnya aneh atau luar biasa, melainkan termasuk hal biasa dan wajar saja
sehingga tidak perlu diherankan, karena sekarang ini banyak kita jumpai tulisan
Arab tanpa harakat misalnya berupa kitab-kitab agama, surat kabar atau majalah
terbitan negara-negara Timur-Tengah. Dan tulisan Arab tersebut dapat dibaca
terutama oleh mereka yang menguasai alat atau kuncinya berupa ilmu Nahwu
(gramatika bahasa Arab).
Hamid (2010: 64) untuk mengukur kemampuan membaca dan memahami
teks bacaan, terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan antara lain
sebagai berikut:
a) ‫ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺍﻟﺠﻬﺮﻳﺔ‬/al-Qiraah al-Jahriyah/ Membaca Dengan Suara Keras
Mahasiswa diminta untuk membaca teks bacaan Berbahasa Arab yang

telah dipilih dan diseleksi disesuaikan dengan tingkat kemampuan mahasiswa.
Untuk menghindari penilaian yang subjektif, maka dibuatkan pedoman penilaian
yang menjelaskan tentang unsur-unsur kemampuan yang akan dinilai dengan
memberi skor yang telah ditetapkan. Seperti: Kelancaran dalam membaca,
kebenaran pengucapan huruf dan kalimat, kebenaran bacaan Nahwu dan Sharaf.
b)

‫ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻤﻘﺮ‬/Fahm al-Maqru /Memahami Teks Bacaan
Untuk mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab, ada

beberapa bentuk tes yang dapat digunakan antara lain: al-ikhtiyar min mutaaddid
(pilihan ganda), shawab wa khata’ (benar-salah), mil’u al farag (isian singkat),
muzawajah (menjodohkan).
1.

‫ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺍﻟﺼﺎﻣﺘﺔ‬/Al-Qira’atu Al-Samitah/ Membaca Dalam Hati
Metode membaca dalam hati (Muhammad, 1981:43) ialah Guru

menyuruh murid membaca bagian pelajaran itu secara pelan-pelan tanpa bersuara,
dengan syarat guru menentukan waktu secukupnya untuk membacanya, dengan
memperhatikan lamanya, sukarnya memahami isi bacaan itu, setelah mereka

13
Universitas Sumatera Utara

selesai membaca itu guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada
murid, dengan tujuan menguji kemampuan mereka memahami isi bacaannya.
Faedah membaca dalam hati banyak sekali; di antaranya adalah:
1. Menanamkan kegemaran membaca dalam jiwa murid.
2. Membiasakan mereka untuk teliti/cermat dalam memahami sesuatu yang
mereka baca dan pelajari.
3. Memungkinkan mereka dapat mengeja kata-kata, karena tidak ada rasa
terikat dengan ketentuan-ketentuan bacaan keras seperti kefasihan
melafazkan dan membunyikan suatu kata.
4. Menanamkan rasa percaya pada diri sendiri dalam memahami isi
bacaannya.
5. Dapat mempersingkat waktu, lebih-lebih bila topiknya menarik.
Peneliti mengukur kemampuan membaca teks Arab tanpa harakat
mahasiswa Bahasa Arab stambuk 2014 dengan membaca suara keras (al-Qiraah
al-Jahriyah) untuk mengetahui kebenaran bacaan dari segi nahwunya.
Menurut Zulhannan (2014-100) membaca dapat diklasifikasikan menjadi
empat Terminologi jenis membaca, yaitu: pertama, membaca nyaring (al-qirā’ah

a-jahriyah), kedua, membaca dalam hati (al-Qira’ah al-Shamithah), ketiga,
membaca Intensif (al-Qira’ah al-Mukatsafah), dan keempat, membaca ekstensif
(al-Qira’ah al-Muwasa’ah).
1)

Membaca Nyaring (al-Qira’ah al-jahriyah)
Terminologi membaca nyaring di sini adalah jenis bacaan yang

diekspresikan peserta didik dengan suara yang keras (tinggi), sedangkan peserta
didik yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian. Segala jenis bacaan yang
sifatnya keras dn bersuara bisa dikatakan membaca nyaring.
Membaca

nyaring

memiliki

tujuan

tersendiri,

yaitu:

(1)

untuk

membangkitkan semangat peserta didik untuk gemar membaca, di samping

14
Universitas Sumatera Utara

merasakan nilai sastra dan aspek-aspek yang berkaitan dengan keindahan. (2)
untuk memperbaiki ucapan, membenarkan bacaan, mengekspresikan sesuatu yang
baik, dan mampu mengungkapkan huruf-huruf dari makhraj al-huruf. (3) pendidik
untuk mengetahui kesalahan peserta didiknya, sekaligus merupakan standar
berhasil tidaknya dalam aktivitas proses pembelajaran terhadap materinyang telah
disampaikan. (5) untuk menggembirakan pembaca dan pendengar secara simultan,
sehingga keduanya dapat mengadakan internalisasi terhadap bahan bacaan,jika
teks tersebut menarik.
2)

Membaca dalam hati (al-Qira’ah al-Shamitah)
Terminologi membaca dalam hati adalah jenis bacaan yang dilakukan

peserta didik untuk membaca suatu topik (teks) di dakam hati atau secara diam.
Atau bisa disebut juga dengan membaca tanpa mengeluarkan suara, desis, atau
gerakan bibir, dan bahkan samai pada pita suara yang ada di pangkal tenggorokan
pembaca tidak bergetar sama sekali.
3)

Membaca intensif (al-Qira’ah al-Mukhatsafah)
Terminologi membaca Intensif adalah membaca yang digunakan sebagai

medium pembelajaran kata-kata dan gramatika baru. Telaah kata-kata, dikte dan
diskusi umum merupakan parsial dan teknik intensif.
4)

Membaca Ekstensif (al-Qira’ah al-Muassa’ah)
Terminologi membaca ekstensif adalah jenis membaca yang sifatnya lebih

luas dan menyeluruh (komprehensif), yaitu mencakup bacaan panjang maupun
pendek. Sedangkan membaca ekstensif ini memiliki tujuan tertentu, yang secara
teoritis memperjelas teknis pembelajarannya. Adapun tujuan utama keterampilan
membaca ekstensif adalah memotivasi siswa serta membangkitkan semangat dari
apa yang telah dipelajarinya, baik itu berupa kosa-kata maupun pola kalimat yang
diajarkan ketika terjadi aktivitas membaca intensif.

15
Universitas Sumatera Utara

2.4

Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca menurut Lamb dan Arnol

pada(http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-mempengaruhkemampuanmembaca. html/diakses padatanggal 20 Mei 2017) ada 3 (tiga) yaitu; “

a) Faktor psikologi, b) faktor intelektual, dan c) faktor lingkungan ‘’. Ketiga
pendapat tersebut dapat diuraikan sebagi berikut :
a.

Faktor Fisiologis
Mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya
berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman mereka.
b.

Faktor Intelektual
Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri

dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya
secara

tepat.

Secara

umum

ada

hubungan

antara

kecerdasan

yang

diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca.
Tingkatan intelegensi membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berfikir dan
memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda
hasil dan kemampuan membacanya.
c.

Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca

murid. Faktor lingkungan tersebut ialah:
1.

Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa

anak. Kondisi dirumah mempengaruhi pribadi dan penyesuain diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membentuk anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal didalam rumah tangga
yang harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala

16
Universitas Sumatera Utara

yang berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak dirumah
juga penting bagi kemajuan belajar membaca.
2.

Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan

faktor yang membentuk lingkungan rumah murid. Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi murid mempengaruhi kemampuan
verbal murid. Semakin tinggi status sosial ekonomi murid semakin tinggi
kemampuan verbal murid. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik
dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak
mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak.
3.

Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca

anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup:
a)

Motivasi

b)

Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang

untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkan dalam kesehariaannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan
kemudian membaca atas kesadarannya sendiri.
http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhikemampuanmembaca. html/diakses pada tanggal 20 Mei 2017

2.5

Pengertian ‫ﺷﻜﻞ‬/ Syakal

‫ﺷﻜﻞ‬/Syakal

atau

‫ﺣﺮﻛﺔ‬/harakat

seperti yang diketahui bahwasanya

disebut juga dengan “tanda baca” atau “harakat” (Bawani, 1981:55) maksudnya
ialah tanda-tanda yang dibubuhkan di atas dan atau di bawah huruf hijaiyah,
seperti terdapat dalam tulisan Al-qur’an yang biasa dipakai di negara kita
Indonesia.

17
Universitas Sumatera Utara

Abjad Latin yang kedudukannya sama dengan syakal atau sandangan
ialah huruf hidup (vokal) yang terdiri dari a, i, u, e, o. Tanpa kelima huruf hidup
tersebut, huruf latin seperti b, c, d, f dan seterusnya, jelas tidak dapat dibaca atau
dibunyikan sebagaimana lumrahnya kita membaca tulisan Latin. Misalnya untuk
mendapatkan bunyi baju, kita harus merangkaikan huruf-huruf: b + a = ba, dan
j+u= ju, sehingga bunyi lengkapnya baju (Bawani, 1981:55).
Perlu diketahui bahwa, huruf Arab memang berbeda dengan abjad Latin
dan aksara jawa yang telah kita kenal, baik jumlah, susunan, cara membaca
maupun menulisnya. Karena dari ke 30 huruf hijaiyah, tak satu pun yang
kedudukannya sebagai huruf hidup. Artinya, dalam abjad Arab tidak terdapat
huruf seperti a, i, u, e, o dalam abjad latin. Mulai alif ( ‫ ) ﺍ‬sampai dengan ya (‫)ﻱ‬
semuanya sama saja seolah-olah merupakan kumpulan huruf mati (konsonan)
belaka. Oleh karena itu, untuk bisa/memudahkan membaca huruf Arab seperti
yang dipakai dalam penuliasan Al-Qur’an, lalu diciptakan alatnya yang disebut
Syakal atau harakat, dan di kalangan masyarakat Indonesia ada yang menamakan
dengan “tanda baca” atau “baris.”
a. Macam-Macam

‫ﺷﻜﻞ‬/Syakal

Tanda baca dalam tulisan Arab yang disebut harakat atau syakal ini
jumlahnya sangat banyak sekali. Namun demikian, untuk sekedar dapat/mampu
membaca tulisan Arab secara sederhana adalah hanya dengan menguasai 8
(delapan) buah tanda baca beserta cara penggunaannya masing-masing. (Bawani,
1981: 57)
Kedelapan macam harakat adalah sebagai berikut:

1. ‫( ﻓﺘﺤﺔ‬.. َ◌..)
Harakat Fathah, letaknya di atas huruf yang bersangkutan. Bentuknya
sangat sederhana,menyerupai coretan pendek mendatar agak miring ke kiri. Tanda

18
Universitas Sumatera Utara

baca fathah, fungsi atau gunanya sama dengan vokal a, termasuk bunyi suara yang
ditimbulkan olehnya.

2. ‫( ﻛﺴﺮﺓ‬...◌..)
ِ
Harakat Kasroh letaknya di bawah huruf yang bersangkutan. Bentuk dan
cara membuatnya sama dengan fathah, sedang fungsi atau gunanya ialah untuk
menjelaskan bunyi i sebagaimana yang dihasilkan vokal i dalam tulisan Latin.

ُ
3. ‫( ﺿﻤﺔ‬..◌...)
Harakat dhummah letaknya di atas huruf, sama dengan fathah.bentuknya
seperti koma, hanya bagian bawah dibuat agak panjang. Gunanya untuk
menjelmakan bunyi u, semacam vokal u dalam tulisan Latin.

ً
4. ‫( ﻓﺘﺤﺘﻴﻦ‬...◌...)
Tanda baca fathain letaknya di atas huruf, bentuknya sama dengan fathah,
tetapi dobel dua (ganda). Ini sesuai dengan namanya “fathatain”, yang berarti “dua
fathah”. Adapun gunanya untuk menjelmakan bunyi “an” bagi huruf yang
bersangkutan.

5. ‫( ﻛﺴﺮﺗﻴﻦ‬.... ٍ◌..)
Kasrotain artinya “dua buah kasroh”. Harakat ini letaknya di bawah huruf
yang bersangkutan. Fungsi dan gunanya ialah untuk menimbulkan bunyi “in” bagi
huruf Arab yang diberi tanda baca tersebut.

ٌ
6. ‫ﺿﻤﺘﻴﻦ‬. (.◌.)
Letaknya di atas huruf yang bersangkutan. Dhummatain,artinya dua buah
dhummah.harakat ini berguna untuk menjelmakan bunyi “un” pada huruf yang
dibubuhi tanda baca tersebut.

19
Universitas Sumatera Utara

ْ
7. ‫( ﺳﻜﻮﻥ‬...◌..)
Harakat sukun letaknya di atas huruf yang bersangkutan. Bentuknya
seperti lingkurang kecil, hanya bagian bawah biasanya terbuka sedikit. Dalam
aksara jawa gundul, atau dalam tulisan latin sama dengan konsonan (huruf mati)
yang tidak disertai vokal (huruf hidup).
8. ‫( ﺷﺪﺓ‬..◌ّ ...)
Syaddah letaknya di atas huruf yang diberi tanda baca tersebut. Gunanya
untuk menggandakan atau mendobelkan bunyi sesuatu huruf. Maka dari seluruh
lambang-lambang syakal tersebut, tentu tidak terlepas dari ilmu nahwu dan kata
penghubung, yaitu:


Pengertian Nahwu

‫ﺍﻟﻨﺤﻮ ﻓﻲ ﺍﻻﺻﺘﻼﺡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻫﻮ ﻗﻮﺍﺋﺪ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﻬﺎ ﺃﺣﻮﺍﺍﻝ ﺃﻭﺍﺧﺮ ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺣﺼﻠﺖ ﺑﺘﺮﻛﻴﺐ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻣﻊ ﺑﻌﺾ ﻣﻦ ﺇﻋﺮﺍﺏ ﻭﺑﻨﺎء ﻭﻣﺎ ﻳﺘﺒﻌﻬﺎ‬
/al-naḥwu fīl-iṣtilāḥi al-‘ulamau huwa qawāidu yu’rafu bihā ahwālu awākhirilkalimātil-‘arabiyati allatī haṣalat bitarkībi ba’ḍuhā ma’a ba’ḍin min i’rābi wa
bināi wa mā yatba’uhā / “Nahwu menurut istilah ialah: ilmu tentang kaidahkaidah yang dapat diketahui dengannya hukum-hukum akhir kata-kata bahasa
Arab dalam keadaan kata-kata tersebut disuusun, baik dari segi i’rob dan
binanya dan yang berkenaan dengan hal tersebut”.
Dalam ilmu nahwu juga terdapat bagian-bagian berikut:


Fi’il-Fi’il

‫ﺍﻻﻓﻌﺎﻝ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﺎﺽ ﻭﻣﻀﺎﺭﻉ ﻭ ﺃﻣﺮ‬
/al-af’aālu ṡalāṡatun mādin wa mudāri’un wa amrun/ Fi’il itu ada tiga macam,
yaitu fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, dan fi’il amar.

20
Universitas Sumatera Utara

Contoh: ‫ ﺍﻓﻌﻞ‬،‫ ﻳﻔﻌﻞ‬،‫ ﻓﻌﻞ‬/fa’ala, yaf’alu, if’al

-Fi’il Madhi

.‫ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﺙ ﻣﻀﻰ ﻭﺍﻧﻘﺾ ﻭﻋﻼﻣﺘﻪ ﺍﻥ ﻳﻘﺒﻞ ﺗﺎء ﺍﻟﺜﺄﻧﻴﺚ ﺍﻟﺴﺎﻛﻨﺔ‬
/wa huwa mādalla ‘ala ḥadaṡin maḍa wanqada wa ‘alāmatuhu an-yaqbala tāa atta`nīṡis-sākinata/Fi’il Madhi adalah lafazh yang menunjukkan kejadian
(perbuatan) yang telah berlalu dan selesai.Alamatnya ialah sering dimasuki
ta’ta’nits yang disukunkan.
Contoh: ‫ ﺿﺮﺏ‬/daraba/memukul
-Fi’il Mudhari’

‫ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﺙ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻭﺍﻻﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﻭﻋﻼﻣﺘﻪ ﺍﻥ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﻟﺴﻴﻦ ﻭﺳﻮﻑ‬
.‫ﻭﻟﻢ ﻭﻟﻦ‬
/ wa huwa mādalla ‘ala ḥadaṡin yaqbalu al-ḥāla wal-istiqbāla wa ‘alāmatuhu anyaqbalas-sīna wa sawfa wa lam wa lan/ Fi’il Mudhari’ ialah lafazh yang
menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung atau yang akan
datang. Alamatnya ialah sering dimasuki sin, saufa, lam, dan lan.
Contoh: ‫ ﻳﻀﺮﺏ‬/yadribu/sedang memukul
-Fi’il Amar

‫ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ ﻭﻋﻼﻣﺘﻪ ﺍﻥ ﻳﻘﺒﻞ ﻳﺎء ﺍﻟﻤﺆﻧﺚ ﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺒﺔ ﻭﻳﺪﻝ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﻠﺐ‬

21
Universitas Sumatera Utara

/ wa huwa mādalla ‘ala ḥadaṡin fīl-mustaqbali wa ‘alāmatuhu an-yaqbala yā’ almu’annaṡil-mukhāṭabati wa yadullu ‘ala ṭalabi/ Fi’il Amar ialah lafazh yang
menunjukkan kejadian (perbuatan) pada masa yang akan datang. Alamatnya
ialah sering diberi ya mu’annats mukhatabah dan menunjukkan makna thalab.
Contoh: ‫ ﺍﺿﺮﺏ‬/idrib/pukullah


Fa’il

‫ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ ﻫﻮ ﺍﻻﺳﻢ ﺍﻟﻤﺮﻓﻮﻉ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻗﺒﻠﻪ ﻓﻌﻠﻪ‬
//al-fā ‘ilu huwal-ismul-marfu’ul-mażkūru qablahu fi’luhu// “Fa’il ialah isim
marfu’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya”
Contoh: ‫ﺟﺎء ﺯﻳﺪ‬/jāa zaidun/ zaidun telah datang

‫ﻓﻌﻞ =ﺟﺎء‬

‫ﻓﺎﻋﻞ =ﺯﻳﺪ‬


Maf’ul bih

‫ﺍﻟﻤﻔﻌﻮﻝ ﺑﻪ ﻫﻮ ﺍﻻﺳﻢ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺏ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﻔﻌﻞ‬
// al-maf’ūl bih huwa al-isml-manṣūbul-lażi yaqa’u bihil-fi’lu//“ Maf’ul bih
ialah isim mansub yang menjadi sasaran perbuatan (objek)”.
Contoh: ‫ﻛﺘﺒﺖ ﺍﻟﺪﺭﺱ‬/katabtu al-darsa/saya menulis pelajaran

‫ﻓﻌﻞ ﻭ ﻓﺎﻋﻞ =ﻛﺘﺒﺖ‬
‫ﻣﻔﻌﻮﻝ ﺑﻪ =ﺍﻟﺪﺭﺱ‬


Mubtada

22
Universitas Sumatera Utara

‫ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ ﻫﻮ ﺍﻻﺳﻢ ﺍﻟﻤﺮﻓﻮﻉ ﺍﻟﻌﺎﺭﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻮﺍﻣﻞ ﺍﻟﻠﻔﻈﻴﺔ ﻭ ﻳﻘﻊ ﻓﻰ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ‬
// al-mubtada huwa al-isml-marfū’ul-‘ārī ‘anil-‘awāmilil-lapẓīyyah wa yaqa’a fī
awwalil-jumlati// ”Mubtada ialah: Isim marfu’ yang kosong (bebas) dari amilamil lafziyah dan terletak di awal kalimat”
Contoh: ‫ﺯﻳﺪ ﻗﺎﺋﻢ‬/zaidun qāimun/Zaid berdiri

‫ﻣﺒﺘﺪﺍء=ﺯﻳﺪ‬
‫ﺧﺒﺮ=ﻗﺎﺋﻢ‬



Khabar

‫ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻫﻮ ﺍﻹﺳﻢ ﺍﻟﻤﺮﻓﻮﻉ ﺍﻟﻤﺴﻨﺪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ‬
// al-khabaru huwa al-isml-marfū’ul-musnadu ‘ilal-mubtadā // “Khabar ialah:
Isim marfu’ yang disandarkan kepada mubtada’ (menjadi pelengkap makna
mubtada)”
Contoh: ‫ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻧﻮﺭ‬/al-‘ilmu nūrun/ilmu itu cahaya

‫ﻣﺒﺘﺪﺍء=ﺍﻟﻌﻠﻢ‬

‫ﺧﺒﺮ=ﻧﻮﺭ‬


Kata Penghubung
Purwanto (2014: 32-34) Harf (‫ )ﺍﻟﺤﺮﻑ‬juga disebut dengan kata

penghubung/sambung, dan berdasarkan sifat kata yang mengikutinya,harf
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu al-harf al-jarr (harf jar), al-harf an-nashb
(harf nashab), dan al-harf al-jazm (harf jazm).

23
Universitas Sumatera Utara

‫ﺍﻟﺤﺮﻑ‬
‫ﺍﻟﺠﺰﻡ‬
Arti

‫ﺍﻟﻨﺼﺐ‬

‫ﺍﻟﺠﺮ‬

Kata

Arti

Kata

Arti

Kata

‫ﻟﻢ‬

Untuk

‫ﺍﻥ‬

Dari

‫ﻣﻦ‬

‫ﻟﻤﺎ‬

Tidak akan

‫ﻟﻦ‬

Dari, tentang

‫ﻋﻦ‬

Hendaknya

‫ﻝ‬

Bila demikian

‫ﺇﺫﻥ‬

Ke

‫ﺇﻟﻰ‬

Jangan

‫ﻻ‬

Agar

‫ﻛﻲ‬

Kepada, di atas

‫ﻋﻠﻰ‬

‫ﻣﺘﻰ‬

Untuk karena

‫ﻝ‬

Di dalam

‫ﻓﻲ‬

‫ﺍﻳﺎﻥ‬

sehingga

‫ﺣﺘﻰ‬

Dengan

‫ﺏ‬

‫ﺍﻳﻦ‬

Sampai,

‫ﺍﻭ‬

Untuk

‫ﻝ‬

‫ﺍﻧﻰ‬

Padahal,

‫ﻭ‬

Seperti

‫ﻙ‬

‫ﻑ‬

Sampai, hingga

‫ﺣﺘﻰ‬

Belum, tidak

Kapan

kecuali

Di mana

Bagaimana
pun

‫ﺣﻴﺜﻤﺎ‬

sedangkan

Maka

‫ﻛﻴﻔﻤﺎ‬

‫ﺏ‬
Demi

Kalau, jika

‫ﺇﻥ‬

‫ﺕ‬

24
Universitas Sumatera Utara

‫ﺇﺫﻥ‬

‫ﻭ‬

Apa saja yang

‫ﻣﺎ‬

Siapa

‫ﻣﻦ‬

‫ﺧﻼ‬

‫ﻣﻬﻤﺎ‬

‫ﺣﺎﺵ‬

Apa saja

Kebanyakan

‫ﺭﺏ‬

Selain
Apa saja yang

‫ﺍﻱ‬

‫ﻋﺪﺍ‬
‫ﻣﺬ‬
Sejak

‫ﻣﻨﺬ‬

25
Universitas Sumatera Utara