HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN (1)

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 46
JAKARTA TIMUR
FITRIA RAHMAYANTI

Dra. Sri Zulaihati, M.Si
Ahmad Fauzi, S.Pd, M.Ak
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan fakta yang valid tentang hubungan lingkungan
sosial dengan motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 46 Jakarta Timur. Peneltian ini dilakukan dengan metode survey dengan pendekatan
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 213 siswa.
Populasi terjangkau dalam penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi yang berjumlah 69
siswa. Jumlah sample yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi sejumlah 58
siswa. Jumlah sample dari masing-masing kelas ditentukan secara proporsional dengan
menggunakan teknik pengambilan sample yaitu teknik acak sederhana (simple random sampling
technique). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner berjumlah 40 butir
untuk variabel motivasi belajar dan 40 butir untuk variabel lingkungan sosial. Dari uji persyaratan
analisis yang dilakukan, data dinyatakan berdistribusi normal dan linier dengan persamaan regresi
Ŷ = 75,92 + 0,57X. Data dinyatakan normal karena hasil dari L hitung < Ltabel dengan jumlah Lhitung

sebesar 0,0671 dan Ltabel dengan taraf signifikan 5% serta n= 58 orang maka 0,1163. Berdasarkan uji
linieritas regresi, didapatkan hasil data berbentuk linier yaitu hasil f hitung < ftabel dengan hasil
perhitungan fhitung sejumlah 0,55 dan ftabel sebesar 1,94. Berdasarkan uji hipotesis, untuk uji
keberartian regresi didapatkan hasil data bahwa regresi diperoleh memiliki keberartian atau
signifikan yaitu hasil perhitungan didapatkan bahwa F hitung > Ftabel dengan Fhitung sebesar 34.63 dan
Fhitung sebesar 4,00. Uji koefisien korelasi didapatkan dari hasil perhitungan bahwa rxy sebesar 0,6182
yang artinya bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar
siswa. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi (uji-t) didapatkan hasil bahwa t hitung sebesar
5,558 dengan ttabel pada n-2 (58-2) = 1,671, hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan di
antara kedua variabel karena hasil thitung > ttabel. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi untuk
kedua variabel menghasilkan 0,3821 atau sebesar 38,21% yang artinya hal ini berarti bahwa sebesar
38,21% lingkungan sosial dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Lingkungan Sosial, Motivasi Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Motivasi yang dimilki oleh seseorang
dalam melakukan sesuatu dapat berasal dari

dalam maupun luar individu itu sendiri. Akan
tetapi motivasi yang lebih kuat untuk
seseorang bersemangat melakukan sesuatu

apa yang telah diharapkan atau dicitacitakannya berasal dari dalam individu,
karena seseorang itulah yang menentukan diri
sendiri akan diarahkan kearah yang telah
direncanakan sebelumnya. Seseorang yang

memiliki motivasi dari dalam diri sendiri juga
akan terus berusaha mendapatkan suatu hal
yang telah menjadi tujuan yang diharapkan.
Motivasi yang berasal dari luar juga
memiliki pengaruh untuk diri seseorang,
namun tidak begitu kuat untuk dorongan atau
penyemangat dalam individu dikarenakan
hanya untuk sebagai pelengkap atau tambahan
dorongan penyemangat. Motivasi ini memiliki
manfaat apabila seseorang tidak mempunyai
semangat atau giat dari dalam diri untuk

melakukan sesuatu seperti belajar.
Pada kenyataannya namun tidak semua
siswa yang sedang mengenyam pendidikan di
sekolah memilki motivasi belajar dalam
dirinya, sehingga akan berdampak dengan
belajar yang tidak baik atau tidak bersemangat
yang akhirnya dalam memperoleh hasil
belajarnya tidak sesuai yang diharapakan.
Motivasi
dalam
belajar
banyak
dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya
dipengaruhi oleh cita-cita yang dimiliki oleh
siswa. berdasarkan hasil penelitian, di
Indonesia terdapat sekitar 87 persen anak
SMA yang belum memiliki cita-cita atau arah
hidup yang jelas; 97 persen mengalami
masalah lantaran antara sekolah, kerja, dan
usaha tidak sejalan, dan hanya ada tiga persen

yang sesuai antara harapan orang tua dan citacita si anak.1
Motivasi belajar siswa juga dapat
dipengaruhi oleh tenaga pengajar yang dapat
memberikan pelajaran dengan baik dan benar
kepada muridnya. Kualitas guru di Indonesia
bisa dibilang masih cukup rendah. Hal ini
terlihat dari guru yang belum mampu
mengajar pun terpaksa mengajar. Interaksi
dengan murid pun menjadi kurang hidup
karena murid tidak banyak dilibatkan serta
masih banyak guru yang menggunakan
metode mengajar lama. Proses pengajaran pun
menjadi membosankan, dan akhirnya
membuat murid malas belajar.2
1 Endah Hapsari, Pentingnya Tentukan Cita-Cita
Anak
Sejak
Usia
Dini,
diakses

dari
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/11/11/m
w2k0m-pentingnya-tentukan-citacita-anak-sejak-dini, pada
tanggal 27 Februari 2014 pukul 20.29 WIB

Motivasi belajar siswa juga dapat
dipengaruhi oleh lingkungan siswa seperti
lingkungan sosial yaitu lingkungan maupun
orang lain yang dapat mempengaruhi diri
seseorang baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Lingkungan sosial
yang dapat secara langsung berpengaruh pada
diri seseorang adalah lingkungan keluarga,
teman sebaya, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Lingkungan sosial
yang secara tidak langsung berpengaruh pada
diri seseorang yaitu melalui media
informasi/elektronik, radio, televisi, surat
kabar, majalah, dsb.
Seperti dalam kasus para siswa SD

hingga SMA sederajat di Kayuagung, ibu kota
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan,
ditengarai
sudah
kecanduan
permainan di internet (game online) sehingga
cenderung malas belajar. Di sejumlah warung
internet di Kayuagung diketahui, puluhan
kelompok pelajar hampir setiap hari
memenuhi warnet untuk bermain game
online, bahkan ada siswa yang membolos
sekolah demi menyalurkan hobi di dunia
maya tersebut. Redi (11), pelajar di salah satu
SD negeri di Kayuagung, mengaku sengaja
menyisihkan uang jajannya sebesar Rp 3.000
per hari untuk bermain game online di warnet
selama satu jam penuh karena sehari saja
tidak ke warnet ia mengaku pusing. Menurut
Redi, kedua orangtuanya dipastikan tidak tahu

dengan hobi barunya itu mengingat setiap izin
keluar rumah, murid kelas VI yang sebentar
lagi akan mengikuti UN ini mengaku bersama
temannya mau ke rumah temannya untuk
belajar kelompok.3
Berbeda kasus yang ada di salah satu
SMKN di Jakarta, terdapat beberapa siswa
yang memiliki motivasi belajar yang rendah
disebabkan oleh tidak adanya dukungan untuk
belajar dari orang tua. Hal ini dikarenakan
sebagian besar orang tua mereka sibuk
mencari pekerjaan yang lebih baik lagi
2 Famajiid, Kualitas Pendidikan Indonesia,
diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/548733/2,
pada tanggal 27 Februari 2014 pukul 20.23 WIB
3 Redaksi Kompas, Pelajar Kayuagung
Kecanduan “Game Online”, diakses dari
http://regional.kompas.com/read/2009/05/01/08360877/Pelaj
ar.Kayuagung.Kecanduan.Game.Online, pada tanggal 6
Maret 2014 pukul 10.49 WIB


sehingga berdampak kurangnya perhatian
terdahap belajar anaknya di rumah. Selain itu
juga terdapat beberapa siswa yang
terpengaruh oleh teman sekelasnya yang
malas belajar dikarenkan tidak minat untuk
sekolah di SMK, sehingga apabila tidak hadir
ke sekolah maka siswa tersebut tidak hadir ke
sekolah juga. Akhirnya karena beberapa siswa
ini sudah banyak absen ke sekolah, pihak
sekolah mengeluarkan mereka dari SMK
tersebut.
Berdasarkan latar belakang permasalahan
di atas timbul pertanyaan, “Apakah ada
hubungan antara lingkungan sosial dengan
motivasi belajar?”. Pertanyaan tersebut perlu
dibuktikan secara empiris. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Hubungan Antara Lingkungan
Sosial dengan Motivasi Belajar Siswa”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dijabarkan diatas, dapat diidentifikasi
masalah yang berhubungan dengan motivasi
belajar adalah:
1. Belum adanya cita-cita yang dituju oleh
siswa
2. Rendahnya kemampuan belajar siswa
3. Lemahnya kondisi tubuh siswa dalam
belajar
4. Metode mengajar guru yang tidak tepat
5. Rendahnya dukungan untuk belajar dari
lingkungan sosial siswa
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
maka peneliti hanya membatasi penelitian
pada lingkungan sosial terhadap motivasi
belajar. Motivasi belajar dapat diukur dengan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang
mencangkup indikator motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsiknya. Lingkungan sosial
dapat diukur dengan berdasarkan pertanyaanpertanyaan
yang
mencakup
indikator
pengaruh lingkungan sosial secara langsung
yaitu keluarga, teman sebaya, guru dan
masyarakat. Sedangkan pengaruh lingkungan
sosial secara tidak langsung yaitu media
informasi seperti televisi, handphone dan
internet.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan
masalah
tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut: “apakah terdapat
hubungan antara lingkungan sosial terhadap
motivasi belajar siswa?”

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna
dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara
lain:
1. Bagi Peneliti: Menambah wawasan
berpikir dan ilmu pengetahuan serta
pengalaman
peneliti
dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
selama duduk di bangku perkuliahan.
2. Bagi Mahasiswa Universitas Negeri
Jakarta, dapat dijadikan tambahan dan
bahan referensi yang bermanfaat dan
relevan khususnya bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan Akuntansi.
3. Bagi Universitas Negeri Jakarta, penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
institusi pendidikan yang ada dalam
memberikan arahan yang benar kepada
setiap anak didiknya.

KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis yang bersifat non-intelektual.
Perananannya yang khas adalah dalam hal
menumbuh gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Siswa yang memilki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar.4
Motivasi untuk belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar.5 Menurut Winkel, “Motivasi belajar
merupakan
motor
penggerak
yang
4 Sardiman. A.M, Interaksi & Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.
75
5 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Yogyakarta:
Nuha Litera, 2010), hlm. 40

mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri.”6
Menurut Martinis Yamin, Motivasi belajar
merupakan daya penggerak psikis dari dalam
diri seseorang untuk dapat melakukan
kegiatan belajar dan menambah keterampilan,
pengalaman. Motivasi mendorong dan
mengarah minat belajar untuk tercapai suatu
tujuan.7 Motivasi belajar menurut Abdul
Hadis, sebagai daya penggerak atau kekuatan
yang timbul dari dalam diri individu atau
siswa yang mendorong untuk melakukan
aktivitas belajar.8 Menurut Iskandar, motivasi
belajar adalah daya penggerak dari dalam diri
individu untuki melakukan kegiatan belajar,
menambah pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman. 9 menurut Hamzah B. Uno,
“motivasi belajar adalah dorongan internal
dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku.”10
Berdasarkan pengertian motivasi
belajar menurut para hali, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
suatu dorongan, kekuatan, dan daya
penggerak yang berasal dari dalam maupun
luar diri siswa karena adanya timbul
kebutuhan tertentu dari dalam diri siswa
untuk melakukan aktivitas belajar agar dapat
mencapai tujuan belajar. Hal ini bertujuan
agar siswa dapat menjalankan aktivitas belajar
belajar dengan semangat dan giat serta
memiliki rasa keinginan yang kuat, suka dan
senang dalam menjalankannya serta dapat
mengarahkan
minat
belajar
sehingga
sungguh-sungguh untuk belajar dan dapat
mencapai suatu tujuan yang telah dicitacitakan oleh siswa.
b. Karakteristik Motivasi Belajar

6 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2009), hlm. 186
7 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa,
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 219
8 Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan
(Sangat Penting Untuk: Dosen, Guru, Mahasiswa, Orang
Tua, Masyarakat, dan Pemerhati Pendidikan), (Bandung:
Alfabeta, 2006), hlm. 30
9 Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Referensi, 2012), hlm. 181
10 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan
Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm. 23

Motivasi memiliki dua sifat, yakni
(1) Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang
mencakup dalam situasi belajar yang
bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan
siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut
“motivasi murni” atau motivasi yang
sebenarnya karena timbul dari dalam peserta
didik seperti keinginan untuk mendapat
keterampilan, memperoleh informasi dan
pemahaman, mengembangkan sikap untuk
berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar
memberikan sumbangan kepada kelompok,
keinginan untuk diterima orang lain. (2)
Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
belajar, seperti: ijazah, tingkatan, hadiah,
medali, pertentangan dan persaingan yang
bersifat negatif ialah ejekan dan hukuman.11
Pendorong timbulnya tingkah laku
atau motivasi dalam belajar ada dua macam,
yaitu: (1) Motivasi Intrinsik (2) Motivasi
Ekstrinsik.12 Menurut Haryu Islamuddin,
motivasi belajar dibedakan menjadi dua
macam yaitu: (1) Motivasi Intrinsik (2)
Motivasi Ekstrinsik.13 Menurut Winkel,
motivasi belajar di sekolah lazim dibedakan
atas dua bentuk, yaitu: (1) Motivasi Ekstrinsik
dan (2) Motivasi Intrinsik.14 Menurut
Iskandar, pendorong motivasi pembelajaran
ada dua macam, yaitu: (1) Motivasi Intrinsik
dan (2) Motivasi Ekstrinsik.15
Maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar dibagi menjadi 2 yaitu (1)
Motivasi Belajar Intrinsik ialah kekuatan atau
dorongan yang timbul dari dalam diri siswa
untuk melakukan aktivitas belajar dan tidak
memerlukan
dorongan
atau
kekuatan
semangat dari luar individu, karena siswa
melakukan aktivitas belajar bertujuan agar
dapat memenuhi kebutuhan untuk dirinya
sendiri. (2) Motivasi Belajar Ekstrinsik ialah
kekuatan atau dorongan untuk melakukan
aktivitas belajar yang timbul karena adanya
11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 112
12 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 85
13 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 260
14 Winkel, Op.Cit., hlm. 94
15 Iskandar, Op. Cit., hlm. 188

faktor dari luar individu dan siswa yang
melakukan aktivitas belajar karena adanya
keinginan
untuk
mendapatkan
nilai,
penghargaan, ataupun gelar untuk dimiliki
karena adanya rasa ingin dihargai oleh orang
lain atau adanya dukungan yang kuat dari
orang tua maupun keluarga untuk belajar
sampai setinggi-tingginya.
c. Cara Mengukur Motivasi Belajar
Menurut Hamzah B. Uno, pada
umunya ada beberapa indikator atau unsur
yang mendukung motivasi belajar, yaitu:16
(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil,
(2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar,
(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,
(4) adanya penghargaan dalam belajar,
(5) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar,
(6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan siswa dapat
berjalan dengan baik.
Menurut Iskandar Indikator atau
petunjuk yang dapat dijadikan sebagai acuan
bagi motivasi belajar siswa sebagai berikut.17
(1) Adanya hasrat dan keinginan untuk
berhasil dalam belajar,
(2) Adanya keinginan, semangat, dan
kebutuhan dalam belajar,
(3) Adanya memiliki harapan dan cita-cita
masa depan,
(4) Adanya pemberian penghargaan dalam
proses belajar,
(5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk
belajar dengan baik.
Ada sejumlah indikator-indikator
menurut
Mohammad
Asrori
untuk
mengetahui siswa yang memiliki motivasi
dalam proses pembelajaran, yaitu:18
(1) memiliki gairah yang tinggi,
(2) penuh semangat,
16 Hamzah B. Uno, Loc. Cit.
17 Iskandar, Op.Cit., hlm. 194
18 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung:
CV Wacana Prima, 2008), hlm. 184

(3) memiliki rasa penasaran atau rasa ingin
tahu yang tinggi,
(4) mampu “jalan sendiri” ketika guru
meminta mengerjakan sesuatu,
(5) memiliki rasa percaya diri,
(6) memiliki daya konsentrasi yang lebih
tinggi,
(7) kesulitan ditanggapi sebagai tantangan
yang harus diatasi,
(8) memilki kesabaran dan daya juang yang
tinggi.
Berdasarkan cara mengukur motivasi
belajar yang dikemukakan oleh para ahli
maka dapat disimpulkan bahwa cara
mengukur motivasi belajar dapat dilakukan
dengan mengukur cara, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)

Adanya kebutuhan belajar
Sikapnya terhadap sasaran belajar
Adanya dorongan
Adanya tujuan yang dicapai dalam
belajar
2. Lingkungan Sosial
a. Pengertian Lingkungan Sosial

Menurut Sartain, lingkungan sosial/
masyarakat (social environment) adalah
semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi
kita.
Pengaruh
secara
langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari
dengan orang lain, dengan keluarga kita,
teman-teman kita, kawan sekolah, atau
sepekerjaan. Sedangkan pengaruh yang tidak
langsung dapat melalui radio dan televisi,
dengan membaca buku-buku, majalahmajalah, surat kabar, dan sebagainya dengan
cara yang lain.19
Menurut Syamsu Yusuf, lingkungan
masyarakat adalah situasi atau kondisi
interaksi sosial dan sosiokultural yang secara
potensial
berpengaruh
terhadap
perkembangan fitrah beragama atau kesadaran
beragama individu. Dalam masyarakat,
individu (terutama anak-anak dan remaja)
akan melakukan interaksi sosial dengan teman

19 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2005), hlm. 133

sebayanya atau anggota masyarakat lainnya.20
Menurut Dwi Prasetia Danarjati, dkk,
lingkungan sosial merupakan lingkungan
masyarakat dimana terdapat interaksi individu
antara satu dengan individu lain. Keadaan
masyarakat pun memberikan pengaruh
terhadap perkembangan individu.21
Menurut
Ngalim
Purwanto,
lingkungan sosial adalah semua orang lain
yang mempengaruhi seseorang termasuk cara
pergaulannya, adat istiadatnya, agama, dan
kepercayaannya.22 Sofyan Anwar Mufid,
mengatakan bahwa lingkungan hidup sosial
adalah suatu wilayah yang di dalamnya
berlangsung hubungan manusia dengan
sesamanya, bercirikan dan sistem dimana
berkembang hubungan struktural dan
fingsional antara mereka seperti wilayah
permukiman, baik diperkotaan maupun
dipedesaan atau daerah transmigrasi, suatu
wilayah yang telah dihuni oleh manusia dan
berlangsung secara structural dan fungsional
dalam kehidupannya.23
Berdasarkan
pengertian
yang
dikemukakan oleh para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa lingkungan sosial adalah
suatu lingkungan yang terdapat interaksi
antara manusia atau individu dengan individu
lainnya yang dapat mempengaruhi suatu
individu dengan cara dipengaruhi secara
langsung oleh keluarga, teman sebaya atau
sepermainan, sepekerjaan, sekolah atau
pendidikan, maupun masyarakat. Sedangkan
yang
secara
tidak
langsung
dapat
mempengaruhi individu yaitu dengan melalui
media informasi/elektronik, budaya, maupun
karya-karya dari hasil buatan manusia.
b. Karakteristik Lingkungan Sosial

20 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
141
21 Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Pengantar
Psikologi Umum, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) hlm. 73
22 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.
197
23 Sofyan Anwar Mufid, Ekologi Manusia Dalam
Perspektif Sektor Kehidupan dan Ajaran Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 81

Lingkungan sosial dibedakan antara
(1) lingkungan pendidikan formal yakni
sekolah, teman sepermainan/sebaya, dan
guru-guru. (2) lingkungan pekerjaan yakni
seperti jenis pekerjaan (pegawai negeri,
anggota ABRI atau wiraswasta), dan (3)
lingkungan
tetangga
seperti
lokasi
24
permukiman. Menurut Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati, yang termasuk ke dalam lingkungan
sosial yaitu sikap atau tingkah laku antar
manusia; tingkah laku ayah, ibu, anggota
keluarga lain; tetangga; dan teman.25
Lingkungan
sosial
(Social
Environment) dapat berupa orang seorang
atau pribadi seseorang, sekumpulan orang
seperti keluarga, masyarakat, teman-teman
sekelas, organisasi. Selain itu juga terdapat
lingkungan sosial lainnya yang berupa karya
manusia seperti benda-benda karya manusia,
karya seni, karya elektronik, program televisi,
radio, karya tulis/buku-buku, majalah dan
budaya manusia lainnya termasuk pendidikan
dan
agama
yang
semuanya
akan
mempengaruhi
tingkah
laku
dan
26
perkembangan manusia.
Dr. Siswojo mengelompokkan isi
lingkungan sosial menjadi empat kategori,
yakni: (1) fisik, teknologi, dan sumber
manusia; (2) system hubungan keluarga
dalam masyarakat; (3) jaringan-jaringan
organisasi;
dan
cara-cara
berpikir,
kepercayaan, dan nilai-nilai yang ada dan
dianut oleh anggota masyarakat.27
Menurut Dwi Prasetia Danarjati, dkk,
lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu lingkungan sosial primer adalah
lingkungan sosial dimana terdapat hubungan
yang erat antara anggota satu dengan anggota
lain, anggota satu saling kenal mengenal
dengan baik dengan anggota lainnya.
Contohnya lingkungan ini yaitu keluarga,
teman sebaya, guru. Dan lingkungan sosial
sekunder yaitu lingkungan sosial yang
24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga
Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak-Anak, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 25
25 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 65
26 Haji M. Alisuf Sabri, Op. Cit., hlm. 40
27 Ngalim Purwanto, Loc. Cit

hubungan anggota satu dengan anggota lain
agak longgar. Pada umumnya anggota satu
dengan lain kurang atau tidak saling
mengenal. Contohnya lingkungan ini seperti
masyarakat
tempat
tinggal
maupun
28
sekitarnya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas
mengenai karakteristik lingkungan sosial,
maka dapat disimpulkan bahwa macammacam lingkungan sosial yaitu lingkungan
dimana seorang/individu berinteraksi dengan
orang lain seperti dengan lingkungan
keluarga, teman sebaya/sepermainan, sekolah,
sepekerjaan, masyarakat. Selain itu juga
terdapat lingkungan sosial lainnya seperti
berupa karya manusia seperti benda-benda
karya manusia, karya seni, karya elektronik,
program televisi, radio, karya tulis/buku-buku,
majalah dan budaya manusia lainnya
termasuk pendidikan dan agama yang
semuanya akan mempengaruhi tingkah laku
dan perkembangan manusia
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Untuk
menunjang
hasil
penelitian
mengenai hubungan lingkungan sosial dengan
motivasi belajar siswa, berikut ini adalah hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dan dapat
dijadikan acuan , diantaranya sebagai berikut.
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan
Antara
Lingkungan
Sosial
dengan
Motivasi Belajar Santri di Pesantren
Madinatul Ilmi Islamiyah” oleh Nelpa Fitri
Yuliani (Universitas Negeri Padang).
2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh
Lingkungan Sosial Masyarakat Terhadap
Motivasi Belajar Siswa SMPN 2 Sungai
Aua Kabupaten Pasaman Barat Tahun
Ajaran 2012/2013” oleh Gusnita, Ridwan
Ahmad, dan Yuherman (STKIP PGRI
Sumatera Barat).
3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh
Motivasi Belajar dan Lingkungan Sosial
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X
MAN I Palu” oleh Masriani (Universitas
Tadulako).
C. Kerangka Teoretik
28 Dwi Prasetia Danarjati, Loc. Cit.

Lingkungan sosial merupakan faktor
penentu dalam motivasi belajar siswa karena
tanpa adanya dukungan dari lingkungan ini,
aktivitas belajar siswa akan menjadi
terhambat bahkan akan menurunkan motivasi
belajar. Hal ini dikarenakan terdapat yang
secara langsung dan tidak langsung
lingkungan sosial mempengaruhi seseorang
atau siswa seperti keluarga, sekolah,
masyarakat,
maupun
media-media
informasi/elektronik.
Maka
apabila
lingkungan ini tidak kondusif akan
berdampak terhadap motivasi belajar siswa
yang menurun, namun apabila sebaliknya
akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran,
Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur
atau faktor yang mempengaruhi motivasi
dalam proses pembelajaran. Salah satu unsur
tersebut
adalah
kondisi
lingkungan
pembelajar
sebagai
faktor
yang
mempengaruhi motivasi, dari lingkungan fisik
dan lingkungan sosial yang mengitari siswa.
Misalnya lingkungan fisik yang tidak nyaman
untuk belajar akan berdampak pada
menurunnya motivasi belajar. Selain itu,
lingkungan sosial juga mempengaruhi seperti
seperti teman sepermainan, lingkungan
keluarganya,
atau
teman
sekelasnya.
Lingkungan sosial yang tidak menunjukkan
kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan
belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya
motivasi belajar, tetapi sebaliknya, maka akan
berdampak pada meningkatnya motivasi
belajar..29
Menurut
Dimyati
dan
Mudjiono,
lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya
dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai
anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh
oleh lingkungan sekitar. Dengan lingkungan
yang aman, tentram, tertib, dan indah maka
semangat dan motivasi belajar mudah
diperkuat.30
Menurut Muhibbin Syah, lingkungan sosial
sekolah
seperti
guru,
para
tenaga
29 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan
Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 53
30 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,
(Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006), hlm. 97

kependidikan (kepala sekolah dan wakilwakilnya) dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa.
Lingkungan sosial siswa seperti masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan
di sekitar perkampungan siswa tersebut juga
dapat mempengaruhi aktivitas dan motivasi
belajar siswa. Akan tetapi, lingkungan sosial
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar siswa adalah orang tua dan keluarga
siswa itu sendiri.31
Berdasarkan pendapat para ahli diatas,
yang menyatakan bahwa motivasi belajar
dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Maka
dapat disimpulkan menurut penulis bahwa
lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah,
masyarakat,
maupun
media-media
informasi/elektronik dapat mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Lingkungan keluarga,
sekolah,
dan
masyarakat
merupakan
lingkungan sosial yang secara langsung dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa karena
lingkungan ini faktor yang paling menentukan
siswa dalam melakukan aktivitas belajar.
Apabila lingkungan ini tidak mendukung,
kondusif dan baik maka akan berpengaruh
terhadap motivasi belajar.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas,
peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
“terdapat
hubungan
antara
lingkungan sosial dengan motivasi belajar”

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah
diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat
(sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya
(diandalkan, reliable) tentang hubungan
lingkungan sosial terhadap motivasi belajar
siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri
46 Jakarta yang terletak di Jalan B7 Cipinang
Pulo Jakarta, dari tanggal 17 April s.d. 16 Mei
2014. Keseluruhan waktu penelitian ini dari
pengumpulan
data
sampai
dengan
penghitungan data dari bulan Februari s.d.
Mei 2014.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survey dengan pendekatan
korelasional. Metode survey digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan
data,
misalnya
dengan
mengedarkan
kuesioner, test, wawancara tersetruktur dan
sebagainya
(perlakuan
tidak
seperti
eksperimen).32
Pendekatan
korelasional
dipilih karena dengan pendekatan ini dapat
dilihat hubungan antara kedua variabel yaitu
lingkungan sosial (variabel bebas) dan
motivasi belajar (variabel terikat).
D. Populasi & Sampling
Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa di SMK Negeri 46 Jakarta Timur,
populasi terjangkau adalah siswa kelas X
yang berjumlah 210 siswa. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas X Akuntansi yang
berjumlah 69 siswa. Berdasarkan tabel Isaac
dan Michael, maka sampel yang akan diambil
sesuai dengan sampling error 5% atau 0,05
sejumlah 58 siswa.
Jumlah sampel dari masing-masing kelas
ditentukan secara proporsional sedangkan
pengambilan sampelnya dilakukan dengan
teknik acak sederhana (simple random
sampling technique).33 Penentuan jumlah
sampel tiap kelas dapat dilihat pada tabel III.1
Tabel III.1
Penetuan Jumlah Sampel Siswa Kelas
X Jurusan Akuntansi

B. Tempat & Waktu Penelitian
31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
hlm. 135

32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 6
33 Sugiyono, Ibid,. hlm. 82

Kelas
AK 1
AK 2
Jumlah

Jumlah Siswa
Kelas
35
34
69

Perhitungan

Sampel

(35/69) x 58
(34/69) x 58

29
29
58

1
2
3
4
5

Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-Ragu (RR)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)

(+)
5
4
3
2
1

(-)
1
2
3
4
5

E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah melalui
instrument penelitian dengan menggunakan
kuesioner atau angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.34 Data yang digunakan oleh peneliti
adalah data kuantitatif. Sumber data yang
digunakan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan data primer.
1. Motivasi Belajar (Variabel Y)
a. Definisi Konseptual
Motivasi belajar adalah suatu
dorongan,
kekuatan,
dan
daya
penggerak yang berasal dari dalam
maupun luar diri siswa karena adanya
timbul kebutuhan tertentu dari dalam
diri siswa untuk melakukan aktivitas
belajar agar dapat mencapai tujuan
belajar.
Motivasi belajar dapat diukur
berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan
yang mencakup indikator motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
b. Definisi Operasional
Motivasi belajar dapat diukur
berdasarkan
pernyataan-pernyataan
yang mencakup indikator motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pada
penelitian ini hasilnya ditunjukkan oleh
skor yang diperoleh dari angket yang
telah diisi siswa dan dinyatakan dalam
bentuk “Skala Likert. Setiap butir
pertanyaan diberi skor sesuai dengan
model skala Likert, seperti tampak
dalam tabel berikut ini
Tabel III.2
Skala Penilaian Motivasi Belajar
No.

Alternatif Jawaban

34 Sugiyono, Op. Cit,. hlm. 142

Bobot Nilai
Positif Negatif

c. Kisi-Kisi Instrument Motivasi
Belajar
Kisi-kisi
instrument
penelitian
motivasi belajar yang disajikan ini merupakan
kisi-kisi intrument yang digunakan untuk
mengukur variabel motivasi belajar dan juga
memberikan
gambaran
sejauh
mana
instrument ini mencerminkan indikator
motivasi belajar. Indikator tersebut kemudian
diujicobakan kepada 30 orang siswa yang
tidak terpilih dalam sample yaitu siswa kelas
X Administrasi Perkantoran. Kisi-kisi yang
mengukur motivasi belajar dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel III.3
Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar
(Variabel Y)
Indikator
Motivasi
Intrinsik

Motivasi
Ekstrinsik

Sub Indikator
Kebutuhan
Sikapnya terhadap
sasaran belajar
Tujuan belajar atau citacita
Hadiah atau pujian
Hukuman
Tuntutan tingkatan
pendidikan

Jumlah
Item
15
11
5
3
3
3

2. Lingkungan Sosial (Variabel X)
a. Definisi Konseptual
Lingkungan sosial adalah suatu
lingkungan yang terdapat interaksi
antara manusia atau individu dengan
individu
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
suatu
individu
dengan cara dipengaruhi secara
langsung oleh keluarga, teman
sebaya
atau
sepermainan,
sepekerjaan,
sekolah
atau
pendidikan, maupun masyarakat.
b. Definisi Operasional

Lingkungan
sosial
diukur
berdasarkan pernyataan-pernyataan
yang mencakup indikator lingkungan
keluarga, teman sebaya/sepermainan,
sekolah, dan masyarakat. Pada
penelitian ini hasilnya ditunjukkan
oleh skor yang diperoleh dari angket
yang telah diisi siswa dan dinyatakan
dalam bentuk “Skala Likert. Setiap
butir pertanyaan diberi skor sesuai
dengan model skala Likert, seperti
tampak dalam tabel berikut ini:

Kisi-Kisi Instrumen Lingkungan Sosial
Indikator
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
Lingkungan
Masyarakat

Sub Indikator
Interaksi dengan orang tua
Interaksi dengan saudara
kandung
Interaksi dengan guru
Interaksi dengan teman
sekelas dan teman-teman
selain di kelas
Interaksi dengan tetangga
Interaksi dengan teman
sepermainan

Jumlah
Item
13
5
5
6
5
5

d. Validitas dan Reliabilitas Intrument
1) Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran
Bobot Nilai
yang
menunjukkan
tingkat
Positif
Negatif
keshahihan
instrument.
Dengan
(+)
(-)
rumus yang digunakan sebagai
5
1
berikut:35
4
2
∑ xi . xt
3
3
rit=
2
4
√ ∑ x i2 . xt 2

Tabel III.4
Skala Penilaian Lingkungan Sosial
No.

Alternatif Jawaban

1
2
3
4
5

Selalu (S)
Sering (SR)
Kadang-Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)

1

c. Kisi-Kisi Instrument Lingkungan
Sosial
Kisi-kisi instrument untuk mengukur
lingkungan sosial disajikan dalam
bentuk tabel, yang terdiri dari kisi-kisi
konsep instrument yang akan digunakan
untuk mengukur variabel lingkungan
sosial. Selain itu juga memberikan
gambaran seberapa jauh instrument ini
mencerminkan
indikator-indikator
lingkungan sosial.
Indikator tersebut diukur dengan
Skala Likert kemudian diujicobakan
kepada 30 orang siswa yang tidak
terpilih dalam sample dan sesuai dengan
karakteristik populasi yaitu siswa kelas
X AP. Kisi-kisi yang mengukur
lingkungan sosial dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel III.5

5

2) Uji Reliabilitas
Instrument yang reliabel adalah
instrument yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data
yang sama.36 Uji reliabilitas dengan
rumus Alpha Cronbach:37
k
∑ si ²
rii=
1−
k−1
st ²

[

]

3. Konstelasi Hubungan Antar Variabel
Tabel III.6
Konstelasi Hubungan Antara
Lingkungan Sosial dengan Motivasi
Belajar
Lingkungan Sosial  Motivasi Belajar Siswa
Lingkungan Sosial
Motivasi Belajar
sebagai
variabel Siswa
bebas (X)
sebagai variabel
terikat
(Y)
Keterangan:
35 Djaali dan Pudji Mulyono, Op. Cit., hlm.86
36 Sugiyono, Loc.Cit.
37 Djaali dan Pudji Muljono, Op.Cit., hlm. 89

X = variabel bebas; Y = variabel terikat


= arah hubungan

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan dalam
penelitian ini adalah uji korelasi yaitu
untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara lingkungan sosial dengan
motivasi belajar siswa. Adapun langkahlangkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Mencari Persamaan Regresi
Rumus persamaan regresi linier
sederhana yang digunakan dalam
penelitian yaitu:38
= a + bX

Konstanta a dan koefisien regresi b
untuk linier dapat dihitung dengan
rumus:

a=

∑ X ¿2
2
n .∑ X −¿
(∑ Y ) ( ∑ X 2 )−( ∑ X ) (∑ XY )
¿
2

b=

∑X¿
2
n . ∑ X −¿
n. ∑ XY −(∑ X)(∑Y )
¿

2. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas Galat Taksiran
Digunakan untuk mengetahui
normalitas galat taksir regresi y atas
x berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian dilakukan terhadap galat
taksiran regresi Y atas X dengan
menggunakan Uji Liliefors pada taraf
signifikan (α) = 0,05. Rumus yang
digunakan adalah: Lo = |F(Zi) S(Zi)|
b. Uji Linieritas Regresi
Uji kelinieran regresi dilakukan
untuk mengetahui apakah persamaan
regresi yang diperoleh merupakan
bentuk linier atau non linier. Uji
kelinieran regresi menggunakan
perhitungan yang disajikan dalam
38 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm. 261

tabel ANAVA, untuk membuktikan
linieritas regresi antar variabel,
dilakukan dengan menguji hipotesis
linieritas sebagai berikut:39
S 2 TC
1) Fhitung =
S2G
2) Ftabel
dicari
dengan
menggunakan db pembilang =
(k-2) dan db penyebut = (n-k).
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0
diterima dan regresi linier.
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0
ditolak dan regresi tidak linier.
3. Uji Hipotesis
a. Uji keberartian Regresi
Uji keberartian regresi dilakukan
untuk mengetahui apakah persamaan
regresi yang diperoleh memiliki
keberartian
atau
tidak.
Uji
keberartian regresi menggunakan
perhitungan yang disajikan dalam
Tabel ANOVA. Untuk membuktikan
linieritas
regresi
dari
tingkat
lingkungan sosial dan motivasi
belajar,
dilakukan
dengan
menggunakan hipotesis linieritas
persamaan regresi sebagai berikut:40
S 2 reg
1) Fhitung =
S2 res
2) Ftabel
dicari
dengan
menggunakan db pembilang 1 dan
db penyebut (n-2) pada taraf
signifikan α = 0,05.
Ho diterima, jika Fhitung < Ftabel
maka regresi tidak berarti (tidak
signifikan).
Ho ditolak, jika Fhitung > Ftabel maka
regresi berarti (signifikan).
Perhitungan
dilakukan
dengan
menggunakan Tabel ANOVA untuk
mengetahui
kelinieran
dan
keberartian persamaan regresi yang
dipakai, sebagai berikut:

39 Sugiyono. Op.Cit., hlm. 274
40 Ibid., hlm. 273

korelasi dengan rumus sebagai
berikut:42
Tabel III.7
Tabel ANOVA
Sumber
Varians

Derajat
Bebas
(db)

Jumlah
Kuadrat
(JK)

Total (T)

N

∑Y2

Regresi
(a)

1
1

Regresi
(b/a)
n-2
Residu

Tuna
Cocok

k-2

Galat
kekeliru
an

n-k

Ratarata
Jumlah
Kuadrat
(RJK)
-

Y
∑¿
¿
¿2
¿
¿

-

Fhitung
(Fo)

Ftabel
(Ft)

Fo >
Ft
Maka
regresi
2
S regberarti

JK (b/a) 2
S res
1

b

[

thitung ¿

( ∑ X ) (∑ Y )
∑ XY − JK ( S)
n−2n

JK(T)JK(a)JK(b/a)
JK(s)JK(G)
JK (G)
∑Y2 -

(∑Y ) 2
n

]

Fo <
JK (TC)
2
Ft
k −2 S TCMaka
2
JK (G) S Gregresi
linier
n−k

r √n−2
√(1−r ) ²

d. Perhitungan
Koefisiensi
Determinasi
Koefisien
determinasi
adalah
ukuran (besaran) untuk menyatakan
tingkat kekuatan hubungan dalam
bentuk persen (%).43 Selanjutnya
untuk menyatakan besar kecilnya
sumbangan variabel X terhadap Y
variasi Y ditentukan oleh X dapat
ditentukan dengan rumus koefisien
determinan sebagai berikut:44
KP = r 2 X 100%
Keterangan :
KP = Nilai Koefisien Determinasi
r
= Nilai Koefisien Korelasi
product
moment

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN

b. Uji Koefisien Korelasi
Adapun uji koefisien korelasi
menggunakan product moment dari
Pearson dengan rumus sebagai
berikut.41
r

xy

=

n. ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )
√ { n. ∑ X 2 −( ∑ X )2 } {n . ∑ Y 2−(∑ Y )² }

c. Uji
Keberartian
Koefisien
Korelasi
(uji t)
Menghitung
Uji-t
untuk
mengetahui signifikan koefisien
41 Sugiyono, Op.Cit., hlm 228

Berdasarkan hasil perhitungan yang
telah di lakukan oleh peneliti, kedua variabel
memiliki korelasi positif sebesar 75,92 dan
signifikan sebesar 5,88 yakni apabila
lingkungan sosial mengalami peningkatan
maka akan mempengaruhi motivasi belajar
siswa kelas X Jurusan Akuntansi di SMKN
46 Jakarta. Sedangkan berdasarkan koefisien
determinasinya,
lingkungan
sosial
mempengaruhi mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Dari seluruh hasil perhitungan
menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara
kedua variabel tergolong dalam kategori
kuat.
42 Ibid., hlm. 230
43 Andi Supangat, Statistika dalam kajian Deskriptif,
Inferensi dan Nonparametrik, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.
341
44 Riduwan & Sunarto, Pengantar Statistika Untuk
Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan
Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 81

Dengan demikian apabila siswa yang
berada di lingkungan sosial yang baik, maka
motivasi belajar yang dimiliki siswa juga
dapat dikategorikan ke dalam tingkatan
sedang sampai tinggi. Lingkungan sosial
seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat
yang mendukung dalam proses belajar siswa
akan membuat siswa bersemangat untuk
belajar namun apabila sebaliknya akan
membuat rendahnya semangat belajar siswa.
Variasi data yang telah didapatkan
oleh peneliti dari hasil kuesioner, data
motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi di
SMK Negeri 46 Jakarta ditentukan oleh
lingkungan sosial sebesar 38,21% dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak terdapat dalam variabel yang
diteliti oleh peneliti.
IMPLIKASI
Setiap siswa yang berada lingkungan sosial
yang baik yaitu lingkungan yang dapat
mendorong siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman, dan kepuasan dalam mencapai
tujuan sehingga disadari atau tidak,
lingkungan ini dapat membantu siswa untuk
berubah menjadi yang lebih baik atau bahkan
buruk. Hal ini tergantung dari lingkungan
sosial yang ada di sekitar lingkungan siswa itu
sendiri. Siswa yang memiliki malas untuk
belajar, apabila ditempatkan pada lingkungan
yang ada didalamnya terdapat anak-anak yang
giat belajar maka bisa akan terjadi bahwa
anak tersebut mengikuti kebiasaan temantemannya. Begitu pula apabila orang tua
siswa selalu mengingatkan untuk belajar dan
membantu meringankan segala kesulitan
dalam belajar, maka siswa akan lebih
bersemangat untuk belajar karena adanya
dorongan
motivasi
oleh
orang-orang
terdekatnya.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang
dikemukakan diatas, saran-saran yang dapat
diberikan oleh peneliti yaitu:
1. Bagi siswa, harus tetap menjaga interaksi
dengan lingkungan sosialnya karena

apabila interaksi dengan lingkungan ini
terganggu maka akan berpengaruh
terhadap motivasi belajarnya.
2. Bagi guru, harus bisa menggunakan
metode pembelajaran yang baru dan kreatif
sehingga tidak membuat siswa menjadi
bosan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
dilakukan dengan pemilihan jumlah
sampel yang lebih luas dengan tempat
penelitian
yang
berbeda
sehingga
didapatkan karakteristik siswa yang
berbeda dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. Ilmu
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003.
Asrori,
Mohammad.
Psikologi
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima, 2008.
Danarjati, Dwi Prasetia, dkk. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan
Pembelajaran.
Jakarta:
Penerbit
Rineka Cipta, 2006.
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
Djaali dan Mulyono, Pudji. Pengukuran
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo, 2008.
Famajiid. Kualitas Pendidikan Indonesia.
2013.
http://m.kompasiana.com/post/read/548
733/2. (Diakses tanggal 27 Februari
2014, pukul 20.23 WIB).
Gusnita, dkk, “Pengaruh Lingkungan Sosial
Terhadap Motivasi Belajar Siswa
SMPN 2 Aua Kabupaten Pasaman Barat
Tahun Ajaran 2012/2013”, Jurnal
Pendidikan Geografi. Vol 2. 2013.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan
(Sangat Penting Untuk: Dosen, Guru,
Mahasiswa, Orang Tua, Masyarakat,
dan Pemerhati Pendidikan). Bandung:
Alfabeta, 2006.
Hamalik,
Oemar.
Kurikulum
dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
1999.

Hapsari, Endah. Pentingnya Tentukan CitaCita Anak Sejak Usia Dini. 2013.
http://www.republika.co.id/berita/humai
ra/samara/13/11/11/mw2k0mpentingnya-tentukan-citacita-anaksejak-dini. (Diakses tanggal 27 Februari
2014, pukul 20.29 WIB).
Iskandar. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Referensi, 2012.
Islamuddin, Haryu. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Maknum, Abin Syamsuddin. Psikologi
Pendidikan
Perangkat
Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Masriani, “Pengaruh Motivasi Belajar dan
Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas X MAN I PALU”,
Jurnal Biodidaktis. Vol 2. 2009.
Mufid, Sofyan Anwar. Ekologi Manusia
Dalam Perspektif Sektor Kehidupan
dan Ajaran Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Bimbingan
Terhadap
Kesulitan
Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha
Litera, 2010.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Redaksi Kompas. Pelajar Kayuagung
Kecanduan “Game Online”. 2009.
http://regional.kompas.com/read/2009/0
5/01/08360877/Pelajar.Kayuagung.Keca
nduan.Game.Online. (Diakses tanggal 6
Maret 2014, pukul 10.49 WIB).
Riduwan. Metode &Teknik Menyusun
Tesis. Alfabeta: Bandung. 2004.
Riduwan dan Sunarto. Pengantar Statistika
Untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis.
Bandung: Alfabeta, 2009.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga
Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja,
dan Anak-Anak. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009.
Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011.

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Soewadi, Jusuf. Pengantar Metodologi
Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2009.
______________.
Statistika
untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012.
Supangat, Andi. Statistika dalam kajian
Deskriptif,
Inferensi
dan
Nonparametrik. Jakarta: Kencana,
2007.
Suryanto, Bagong dan Sutinah. Metode
Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana,
2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan
Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Winkel.
Psikologi
Pengajaran.
Yogyakarta: Media Abadi,2009.
Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press,
2010.
Yuliani, Nelpa Fitri. “Hubungan Antara
Lingkungan Sosial dengan Motivasi
Belajar Santri di Pesantren Madinatul
Ilmi Islamiyah”, SPEKTRUM PLS.
Vol 1. 2013.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
-----------00----------