FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITA
BERPIKIR KRITIS
TUGAS
Disusun oleh :
Monika Sukariyaningsih (212015190)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Pakar Kelautan ITB: "Ngaco" Mengangkat Susi Jadi Menteri Kelautan dan
Perikanan1
Senin, 27 Oktober 2014 | 15:44 WIB KOMPAS.com — Pakar ilmu kelautan dari Institut
Teknologi Bandung (ITB), Muslim Muin, mengatakan, posisi-posisi menteri strategis yang
terkait pengembangan kemaritiman dalam Kabinet Kerja Jokowi diisi oleh orang yang tidak
tepat.
Pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, misalnya, dinilai
Muslim tidak tepat. Susi memang sukses dalam mengembangkan industri pengolahan hasil
laut serta transportasi antar-pulau. Namun, menurut Muslim, itu tak cukup.
"Ngaco mengangkat Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Sukses menjadi
pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan),"
ungkap Muslim kepada Kompas.com, Senin (27/10/2014).
Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products
economics, coastal processes, dan underwater technology. Menurut Muslim, kepakaran Susi
hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan.
"Kelautan bukan hanya urusan ikan," katanya. "Pengangkatan Susi sebagai Menteri Kelautan
dan Perikanan menandakan Jokowi tidak paham laut. Cita-cita dia, Indonesia jadi poros
maritim dunia, tidak akan tercapai," imbuh Muslim.
Muslim mengatakan, tugas Menteri Kelautan adalah meregulasi laut. Contoh nyata terkait
dengan proyek Tanggul Raksasa. Seorang menteri kelautan harus bisa mengkaji dampak yang
mungkin ditimbulkan.
Contoh lain adalah masalah eksploitasi ikan. Beberapa wilayah di Indonesia mengalami
overfishing karena eksploitasi berlebihan. Seorang menteri kelautan juga harus mampu
memahami masalah tersebut.
"Kalau tidak, ikan akan terus dieksploitasi. Kita kelihatan hebat karena produksi ikan kita
tinggi, tetapi ikan kita habis. Apakah Susi paham itu?" ujar Muslim. Menurut Muslim,
menyerahkan kursi menteri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan yang salah.
1. Setelah saya membaca bacaan diatas yaitu cuplikan dari KOMPAS.com pada hari Senin,
27 Oktober 2014 pukul 15.44 WIB saya menemukan kalimat yang merupakan bentuk
fallacy pada teks tersebut. Didalam teks di atas terdapat 3 kalimat fallacy yaitu;
a. “Ngaco mengangkat Susi sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan. Sukses menjadi
pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin KKP (Kementrian Kelautan dan
Perikanan),” ungkap Muslim kepada Kompas.com, Senin (27/10/2014).
Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat fallacy dengan jenis appeal to ignorance (menuju
pada ketidaktauan).
b.
“Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine
products economics, coastal process, dan underwater technologi. Menurut Muslim,
kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan saja”.
Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat fallacy dengan jenis begging the question
(pertanyaan majemuk).
c. “Kalau tidak, ikan akan terus diekploitasi. Kita kelihatan hebat karena produksi ikan
kita tinggi, tetapi ikan kita habis. Apakah Susi paham itu?” ujar Muslim, menyerahkan
kursi mentri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan yang salah.
Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat fallacy dengan jenis slippery slope (belum
tentu).
2. Ketiga kalimat di atas saya nyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bentuk fallacy.
Pada kalimat yang pertama termasuk pada jenis appeal to ignorance (menuju pada
ketidaktauan) karena appeal to ignorance adalah menyatakan sesuatu itu salah karena
kebenarannya tidak terbukti ada.
“Muslim berpendapat bahwa Susi sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan itu ngaco karena
dia hanya sukses menjadi pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin (Kementrian
Kelautan dan Perikanan).”
Kalimat tersebut merupakan kalimat fallacy, karena Muslim tidak mengetahui bahwa
sebenarnya semua orang berhak menjadi seorang pemimpin (Kementrian Kelautan dan
Perikanan). Di dalam kalimat tersebut juga tidak ada premis-premis yang dapat
membuktikan kalau Susi tidak bis memimpin (Kementrian Kelautan dan Perikanan).
Pada kalimat kedua termasuk jenis beging the question (pertanyaan majemuk) karena
kalimat tersebut bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa
sehingga sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana.
“Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine
products economics, coastal process, dan underwater technologi. Menurut Muslim,
kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan saja”.
Kalimat tersebut merupakan kalimat fallacy karena tersusun dari premis-premis yang tidak
lengkap sehingga tidak dapat disimpulkan.
Pada kalimat ketiga termasuk jenis slippery slope (belum tentu) karena loncatan
sembarang dari suatu premis ke kesimpulan yang tidak ada kaitannya dengan premis tadi.
Hubungan premis dan kesimpulan hanya semu.
“Kalau tidak, ikan akan terus diekploitasi. Kita kelihatan hebat karena produksi ikan kita
tinggi, tetapi ikan kita habis. Apakah Susi paham itu?” ujar Muslim, menyerahkan kursi
mentri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan yang salah.
Kalimat tersebut merupakan kalimat fallacy karena Muslim berpendapat bahwa seorang
pengusaha ikan tidak patas untuk menjadi seorang mentri Kelauatan dan Perikanan.
Padahal semua orang berhak dan pantas menjadi seorang mentri Kelautan dan Perikanan.
Entah itu seorang pengusaha ikan atau seorang yang berprofesi lainnya.
3. Pada kalimat pertama
Premis 1
: Susi sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan
Premis 2
: Susi sukses menjadi pengusaha ikan
Premis 3
: Susi tidak bisa memimpin KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan)
Kesimpulannya
Seharusnya pada kalimat yang pertama, kalimat yang benar dan sesuai dengan prinsip
logis jika dibandingkan dari kalimat yang termasuk fallacy tersebut adalah Susi sukses
menjadi pengusaha ikan jadi Susi layak untuk diangakat untuk memimpin KKP sebagai
Mentri Kelautan dan Perikanan.
Pada kalimat kedua
Premis 1
: Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products economics,
coastal process, dan underwater technologi
Kalimat yang benar dan sesuai dengan prinsip logis jika dibandingkan dari kalimat yang
termasuk fallacy tersebut adalah tidak dapat disimpulkan karena hanya memiliki satu
premis saja.
Dan pada kalimat ketiga,
Premis 1
:Menyerahkan kursi mentri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan
yang salah
Kalimat yang benar dan sesuai dengan prinsip logis jika dibandingkan dari kalimat yang
termasuk fallacy tersebut adalah menyerahkan kursi mentri kepada seorang pengusaha
ikan adalah keputusan yang belum tentu salah.
TUGAS
Disusun oleh :
Monika Sukariyaningsih (212015190)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Pakar Kelautan ITB: "Ngaco" Mengangkat Susi Jadi Menteri Kelautan dan
Perikanan1
Senin, 27 Oktober 2014 | 15:44 WIB KOMPAS.com — Pakar ilmu kelautan dari Institut
Teknologi Bandung (ITB), Muslim Muin, mengatakan, posisi-posisi menteri strategis yang
terkait pengembangan kemaritiman dalam Kabinet Kerja Jokowi diisi oleh orang yang tidak
tepat.
Pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, misalnya, dinilai
Muslim tidak tepat. Susi memang sukses dalam mengembangkan industri pengolahan hasil
laut serta transportasi antar-pulau. Namun, menurut Muslim, itu tak cukup.
"Ngaco mengangkat Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Sukses menjadi
pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan),"
ungkap Muslim kepada Kompas.com, Senin (27/10/2014).
Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products
economics, coastal processes, dan underwater technology. Menurut Muslim, kepakaran Susi
hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan.
"Kelautan bukan hanya urusan ikan," katanya. "Pengangkatan Susi sebagai Menteri Kelautan
dan Perikanan menandakan Jokowi tidak paham laut. Cita-cita dia, Indonesia jadi poros
maritim dunia, tidak akan tercapai," imbuh Muslim.
Muslim mengatakan, tugas Menteri Kelautan adalah meregulasi laut. Contoh nyata terkait
dengan proyek Tanggul Raksasa. Seorang menteri kelautan harus bisa mengkaji dampak yang
mungkin ditimbulkan.
Contoh lain adalah masalah eksploitasi ikan. Beberapa wilayah di Indonesia mengalami
overfishing karena eksploitasi berlebihan. Seorang menteri kelautan juga harus mampu
memahami masalah tersebut.
"Kalau tidak, ikan akan terus dieksploitasi. Kita kelihatan hebat karena produksi ikan kita
tinggi, tetapi ikan kita habis. Apakah Susi paham itu?" ujar Muslim. Menurut Muslim,
menyerahkan kursi menteri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan yang salah.
1. Setelah saya membaca bacaan diatas yaitu cuplikan dari KOMPAS.com pada hari Senin,
27 Oktober 2014 pukul 15.44 WIB saya menemukan kalimat yang merupakan bentuk
fallacy pada teks tersebut. Didalam teks di atas terdapat 3 kalimat fallacy yaitu;
a. “Ngaco mengangkat Susi sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan. Sukses menjadi
pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin KKP (Kementrian Kelautan dan
Perikanan),” ungkap Muslim kepada Kompas.com, Senin (27/10/2014).
Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat fallacy dengan jenis appeal to ignorance (menuju
pada ketidaktauan).
b.
“Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine
products economics, coastal process, dan underwater technologi. Menurut Muslim,
kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan saja”.
Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat fallacy dengan jenis begging the question
(pertanyaan majemuk).
c. “Kalau tidak, ikan akan terus diekploitasi. Kita kelihatan hebat karena produksi ikan
kita tinggi, tetapi ikan kita habis. Apakah Susi paham itu?” ujar Muslim, menyerahkan
kursi mentri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan yang salah.
Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat fallacy dengan jenis slippery slope (belum
tentu).
2. Ketiga kalimat di atas saya nyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bentuk fallacy.
Pada kalimat yang pertama termasuk pada jenis appeal to ignorance (menuju pada
ketidaktauan) karena appeal to ignorance adalah menyatakan sesuatu itu salah karena
kebenarannya tidak terbukti ada.
“Muslim berpendapat bahwa Susi sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan itu ngaco karena
dia hanya sukses menjadi pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin (Kementrian
Kelautan dan Perikanan).”
Kalimat tersebut merupakan kalimat fallacy, karena Muslim tidak mengetahui bahwa
sebenarnya semua orang berhak menjadi seorang pemimpin (Kementrian Kelautan dan
Perikanan). Di dalam kalimat tersebut juga tidak ada premis-premis yang dapat
membuktikan kalau Susi tidak bis memimpin (Kementrian Kelautan dan Perikanan).
Pada kalimat kedua termasuk jenis beging the question (pertanyaan majemuk) karena
kalimat tersebut bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa
sehingga sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana.
“Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine
products economics, coastal process, dan underwater technologi. Menurut Muslim,
kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan saja”.
Kalimat tersebut merupakan kalimat fallacy karena tersusun dari premis-premis yang tidak
lengkap sehingga tidak dapat disimpulkan.
Pada kalimat ketiga termasuk jenis slippery slope (belum tentu) karena loncatan
sembarang dari suatu premis ke kesimpulan yang tidak ada kaitannya dengan premis tadi.
Hubungan premis dan kesimpulan hanya semu.
“Kalau tidak, ikan akan terus diekploitasi. Kita kelihatan hebat karena produksi ikan kita
tinggi, tetapi ikan kita habis. Apakah Susi paham itu?” ujar Muslim, menyerahkan kursi
mentri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan yang salah.
Kalimat tersebut merupakan kalimat fallacy karena Muslim berpendapat bahwa seorang
pengusaha ikan tidak patas untuk menjadi seorang mentri Kelauatan dan Perikanan.
Padahal semua orang berhak dan pantas menjadi seorang mentri Kelautan dan Perikanan.
Entah itu seorang pengusaha ikan atau seorang yang berprofesi lainnya.
3. Pada kalimat pertama
Premis 1
: Susi sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan
Premis 2
: Susi sukses menjadi pengusaha ikan
Premis 3
: Susi tidak bisa memimpin KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan)
Kesimpulannya
Seharusnya pada kalimat yang pertama, kalimat yang benar dan sesuai dengan prinsip
logis jika dibandingkan dari kalimat yang termasuk fallacy tersebut adalah Susi sukses
menjadi pengusaha ikan jadi Susi layak untuk diangakat untuk memimpin KKP sebagai
Mentri Kelautan dan Perikanan.
Pada kalimat kedua
Premis 1
: Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products economics,
coastal process, dan underwater technologi
Kalimat yang benar dan sesuai dengan prinsip logis jika dibandingkan dari kalimat yang
termasuk fallacy tersebut adalah tidak dapat disimpulkan karena hanya memiliki satu
premis saja.
Dan pada kalimat ketiga,
Premis 1
:Menyerahkan kursi mentri kepada seorang pengusaha ikan adalah keputusan
yang salah
Kalimat yang benar dan sesuai dengan prinsip logis jika dibandingkan dari kalimat yang
termasuk fallacy tersebut adalah menyerahkan kursi mentri kepada seorang pengusaha
ikan adalah keputusan yang belum tentu salah.