IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS. pdf

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI DI SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG
THE IMPLEMENTATION OF PORTFOLIO BASED LEARNING MODEL
IN IMPROVING THE QUALITY OF PROCESS AND ACHIEVEMENT IN
STUDYING BIOLOGY AT SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Neni Hasnunidah*)

ABSTRACT
The study aimed at improving students achievement and the quality of process in
studying biology at SMA YP Unila in the academic year 2005/2006. Classroom
Action Research (CAR) was used as a method of study involved two cycles. The
concept of virus was studied in cycle I and monera-protista was studied in cycle
II. Parameters used to know improving the quality of process and achievement
were test formative score, daily activity score, student homework score, and score
of activity in looking for data and information. The results of the study showed
that the implementation of portfolio based learning model enhanced the quality
process and student achievement from cycle I to cycle II.
Key Words: Portfolio based learning, the quality of process and achievement,
studying biology


ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar siswa kelas X2 SMA YP Unila semester ganjil tahun pelajaran
2005/2006. Penelitian terdiri atas dua siklus, konsep Virus dipelajari pada siklus I,
sedang Monera dan Protista pada siklus II. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur kualitas porses dan hasil belajar yaitu nilai tes formatif, nilai tugas
terstruktur, nilai aktivitas harian, dan nilai laporan kegiatan siswa di luar sekolah
yang menunjang kegiatan belajarnya. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis
portofolio dapat memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar biologi siswa di
kelas X2 SMA YP Unila Bandar Lampung. Kualitas proses dan hasil belajar siswa
berupa rataan nilai siswa dari empat indikator yang meliputi hasil tes formatif,
nilai tugas terstruktur, nilai aktivitas harian, dan nilai kegiatan di luar sekolah
meningkat dari siklus ke siklus.
Kata kunci: Model pembelajaran berbasis portofolio, kualitas proses dan hasil
belajar biologi.
*)

Dosen pada PS.Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA, FKIP Univesitas Lampung


1

PENDAHULUAN
Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas X SMA YP Unila
menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan
ekspositorik dimana siswa selalu diposisikan sebagai pemerhati ceramah guru.
Kebanyakan siswa menganggap belajar biologi merupakan aktivitas rutin yang
tidak menyenangkan dan membosankan. Sementara materi yang menyangkut
konsep keanekaragaman hayati menuntut siswa bekerja dan mengalami serta
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka.
Selain itu, konsep jasad renik (contoh: Virus, Monera, Protista, dan Fungi) sulit
dijumpai contoh-contohnya, sehingga cenderung bersifat abstrak. Kegiatan
menghapal hampir selalu dirasakan sebagai beban berat bagi siswa. Kondisi
tersebut mengakibatkan kurangnya motivasi belajar siswa yang berdampak
kepada aktivitasnya dalam belajar. Pelaksanaan aktivitas belajar yang kurang baik
akan menghambat proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang optimal akan
sulit dicapai. Berdasarkan hasil observasi awal dan diskusi dengan guru biologi
SMA YP Unila Bandar Lampung diketahui bahwa pencapaian hasil belajar

biologi selama ini masih rendah. Nilai rata-rata kelas X pada Semester 1 tahun
pelajaran 2004/2005 baru mencapai 5,8. Nilai ulangan harian siswa menunjukkan
hanya 40 % siswa kelas X yang memperoleh nilai ≥ 6,2. Hasil ulangan tersebut
masih rendah jika dibandingkan dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal ()
sekolah tersebut, yaitu 6,50.
Purwanto (1986) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah pendorong suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku supaya ia tergerak hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Dengan kata lain, motivasi dapat menggerakkan siswa untuk melakukan aktivitas.
Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
perubahan tingkah laku, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (1986)
tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, karena belajar pada prinsipnya adalah
berbuat untuk mengubah tingkah laku. Mukhtar dan Yamin (2003) berpendapat
bahwa pembelajaran dikatakan efektif bila apa yang diterima siswa atau yang
2

diperoleh melalui pembelajarannya memiliki daya rekat yang panjang, sehingga
bermanfaat-guna bagi rentang kehidupannya. Selain fokus pada siswa, pola pikir
pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan,
siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan

menggunakan konsep dan prinsip dan keilmuan yang telah dikuasai. Oleh karena
itu, diperlukan model pembelajaran yang inovatif, yang akan mampu
membangkitkan aktivitas siswa untuk memperkaya pengalaman belajarnya,
menjadikan masyarakat sebagai sumber belajar, dan memfasilitasi siswa untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran berbasis portofolio.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu bentuk inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Portofolio sebagai
model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki
kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai
individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui
pengalaman belajar dengan masyarakat dan atau lingkungan sehingga memiliki
kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan
menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara
penuh dalam pekerjaannya/tugas-tugasnya. Tampilan Portofolio berupa tampilan
visual dan audio yang disusun secara sistematis, melukiskan proses berpikir yang
didukung oleh seluruh data yang relevan.
Menurut Fajar (2004) portofolio sebagai suatu proses sosial pedagogis adalah
pengalaman belajar yang terpadu dan dialami siswa sebagai suatu kesatuan

(collection of learning experience) yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik

yang berujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap
(afektif). Melalui model pembelajaran portofolio siswa tidak sekedar memahami
konsep dan prinsip keilmuan saja, tetapi siswa juga harus memiliki kemampuan
untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang
telah dikuasai. Disamping itu, siswa juga dapat memiliki sejumlah kecakapan

3

hidup (life skills) berupa kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan orang
lain dan masyarakat atau lingkungan di mana ia berada (Budimansyah, 2002).
Budimansyah (2003) menyatakan penggunaan model portofolio terhadap
mahasiswa Jurusan PPKN FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung telah
mampu meningkatkan wawasan mahasiswa dan mahasiswa mampu merefleksikan
kegiatan belajarnya, sehingga di kemudian hari mereka dapat belajar lebih baik
dan lebih sempurna. Melalui refleksi pengalaman belajar tersebut mereka mampu
dilecut untuk menghasilkan karya yang lebih bermutu di kelak kemudian hari.
Hasil penelitian Hasnunidah (2006) menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran berbasis portofolio dapat membangkitkan motivasi belajar siswa

yang berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA
Al-Kautsar Bandar Lampung.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menganggap perlu diadakan penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan terencara melalui
penerapan model pembelajaran berbasis portofolio. Tujuan penelitian tindakan ini
adalah: 1) mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan langkahlangkah ilmiah, meliputi: mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi
tentang masalah yang dikaji, mengembangkan portofolio kelompok, dan
menyajikan portofolio; 2) meningkatkan kemampuan guru membimbing siswa
mengungkapkan

gagasan/pengetahuan tentang lingkungan dan sekitarnya,

mempertahankan

gagasan/pengetahuannya, dan merefleksikan pengalaman

belajarnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif antara guru dan dosen yang
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan November 2006, pada siswa kelas

X2 semester 1SMA YP Unila, Bandar Lampung. Penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Siklus
tindakan I terdiri dari 7 pertemuan menyangkut materi pokok Virus dengan
menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis portofolio, meliputi: 1)
4

identifikasi dan analisis masalah; 2) memilih masalah untuk kajian kelompok; 3)
mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelompok; 4)
mengembangkan portofolio kelompok; 5) menyajikan portofolio (show case); dan
6) refleksi pengalaman belajar. Di setiap akhir siklus, guru memberi penilaian
berdasarkan catatan dan dokumen (portofolio) siswa yang meliputi: hasil tes
formatif,

nilai tugas-tugas terstruktur, nilai aktivitas harian siswa, dan nilai

laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Siklus tindakan II terdiri dari 6 pertemuan menyangkut materi Monera dan
Protista dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis portofolio
dimulai dari mengidentifikasi masalah sampai dengan merefleksikan pengalaman

belajarnya.
Data penelitian berupa data hasil tes formatif, catatan tugas-tugas terstruktur,
catatan anekdot berupa lembar observasi aktivitas harian siswa, dan laporan
kegiatan di luar sekolah yang didokumentasikan di setiap siklus. Data yang
diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran dianalisis secara kualitatif deskriptif,
yaitu berupa persentase dan tabel statistik sederhana. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah: penelitian dikatakan berhasil jika nilai siswa yang
didokumentasikan dalam bentuk portofolio lebih tinggi atau sama dengan kriteria
ketuntasan belajar di SMA YP Unila, yaitu: 85 % siswa memperoleh nilai 6.50.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I dan Temuan
Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri atas tujuh pertemuan, masing-masing
pertemuan berlangsung selama 2 X 45 menit. Pada pertemuan pertama kegiatan
belajar mengajar di kelas dimulai guru dengan mengemukakan indikator
ketercapaian konsep Virus dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya
guru menjelaskan salah satu cara yang digunakan untuk mencapai indikator
tersebut adalah dengan menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar. Pada
pertemuan ini juga guru memperkenalkan model pembelajaran berbasis portofolio

serta langkah-langkah yang digunakan dalam model ini.

5

Sebagai langkah awal siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
lingkungan yang erat hubungannya dengan konsep Virus. Dengan menggunakan
format identifikasi masalah, secara berkelompok siswa mendiskusikannya di
kelas. Sebagian besar (64,71%) siswa dapat berdiskusi secara aktif dan mengisi
format secara lengkap, hanya sebagian kecil (35,29%) yang bersifat pasif (diam,
tidak mengajukan pendapat, dan tidak antusias). Siswa diberi pekerjaan rumah
dengan tugas menemukan lebih banyak masalah yang ada di masyarakat dan
menemukan kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk memecahkan masalah
tersebut. Pekerjaan rumah tersebut dicatat dalam format-format: wawancara,
sumber media cetak, sumber informasi radio dan televisi. Dari hasil pekerjaan
rumah ditemukan bahwa sebagian siswa (47,1%) tidak mengisi format tersebut.
Pada pertemuan ke-2, berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah yang
dikerjakan siswa di rumah, wakil setiap kelompok menuliskan masalahnya di
papan tulis. Berdasarkan daftar masalah tersebut masing-masing kelompok
memilih masalah yang akan dikaji oleh kelompoknya dengan cara pemungutan
suara atau votting. Terdapat empat masalah yang menjadi kajian kelompok yaitu

flu burung, antraks, aids, dan demam berdarah. Dalam pelaksanaan votting
terbuka ada tujuh siswa yang tidak aktif (tidak memilih), namun pada pelaksanaan
votting tertutup semua siswa terlibat aktif.

Pertemuan ke-3 bertujuan membentuk tim-tim peneliti yang bertanggung jawab
mengumpulkan informasi dari sumber yang berbeda. Setiap kelompok dengan
kajian masalah yang berbeda mengidentifikasi sumber-sumber data dan informasi
yang dapat dimanfaatkan untuk memahami masalah serta tingkat kesulitan
menjangkau sumber informasi tersebut dan persyaratan yang diminta agar
memperoleh informasi yang memadai. Semua kelompok (kelompok yang
mengkaji aids, antraks, flu burung, dan demam berdarah) ditugaskan mencari data
dan informasi dari sumber yang ditetapkan: internet, perpustakaan, DPRD, rumah
sakit, pakar perguruan tinggi (dokter hewan), dinas kesehatan, dan puskesmas.
Namun, untuk kelompok yang mengkaji antraks dan flu burung ditambah sumber
dari dinas peternakan, dan kelompok yang mengkaji AIDS ditambah sumber dari

6

LSM Granat. Tugas ini ditulis dalam format wawancara dan sumber informasi
media cetak. Kegiatan mencari data dan informasi dari berbagai sumber tersebut

dilakukan di luar jam sekolah yang didampingi oleh guru, berlangsung dalam
rentang waktu tiga minggu (hingga pertemuan ke-5).
Selama rentang waktu tersebut, pada setiap pertemuan di dalam kelas, guru hanya
melakukan progress check mengenai penelitian siswa di lapangan dalam rangka
mengumpulkan data dan informasi guna melihat hasil pekerjaan siswa dan
membahas kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Ada 8 orang siswa
(23,5%) yang tidak mengisi format dan tidak terlibat aktif dalam kegiatan mencari
informasi tersebut. Siswa-siswa tersebut terlihat kurang antusias dan merasa
terbebani dengan pekerjaan yang menyita waktu di luar sekolah, meskipun guru
telah berusaha membimbing siswa dengan baik.
Pada pertemuan ke-6, guru bersama siswa merencanakan pembuatan portofolio
dokumentasi di luar jam pelajaran. Setiap kelompok siswa membuat satu
portofolio dokumentasi yang berupa kumpulan bahan-bahan terbaik sebagai
dokumen berupa data lengkap hasil wawancara, data hasil analisis bahan cetak,
artikel, dan gambar. Bahan-bahan ini harus disatukan dalam sebuah map jepit
(binder) yang dipisahkan ke dalam empat bab. Bab pertama, berisi tentang
penjelasan masalah; Bab kedua tentang kebijakan-kebijakan alternatif untuk
memecahkan masalah; Bab ketiga tentang usulan kebijakan publik untuk
mengatasi masalah; dan Bab ke empat berisi tentang rencana tindakan. Sebagian
siswa (20,6%) tidak aktif dalam pembuatan portofolio dokumentasi, mereka hanya
tampak melihat-lihat temannya yang bekerja menyusun portofolionya.
Pada pertemuan ke-7, siswa menayangkan portofolio dokumentasi yang mereka
buat ke depan kelas (show case) di hadapan juri (guru dan dosen peneliti).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi pengalaman berharga bagi siswa dalam
menyajikan ide-ide atau gagasan-gagasan kepada orang lain dan belajar
bagaimana meyakinkan mereka agar dapat memahami dan menerima ide atau
gagasan tersebut. Namun demikian, terlihat bahwa siswa yang aktif hanya siswa-

7

siswa tertentu saja, sedangkan siswa yang lain tidak berani menyampaikan ide
atau gagasannya yang sudah mereka tuangkan dalam portofolio dokumentasinya.
Pada pertemuan ke-7 juga dilakukan refleksi pengalaman belajar guna
merenungkan pengalaman belajarnya ke belakang sejak tahap kegiatan
mengidentifikasi

masalah,

memilih

masalah

untuk

kajian

kelompok,

mengidentifikasi sumber-sumber informasi, mengumpulkan data dan informasi
lapangan, membuat portofolio kelas dan menyajikannya di hadapan dewan juri.
Berdasarkan hasil refleksi pengalaman belajarnya, sebagian besar siswa merasa
bahwa melalui kerja sama dengan teman-teman sekelompok, mereka dapat
membuat suatu kebijakan untuk mengatasi masalah yang ada di masyarakat.
Siswa-siswa tersebut juga beranggapan bahwa dengan mencari data dan informasi
yang akurat mereka dapat meningkatkan keterampilannya dalam memecahkan
masalah. Selanjutnya, mereka merencanakan untuk bekerja lebih maksimal dalam
mencari informasi dari berbagai sumber seandainya membuat portofolio lain pada
masa-masa yang akan datang.
Hasil lain yang diperoleh pada siklus 1 adalah rataan nilai siswa sebesar 68,4 yang
diperoleh dari empat indikator proses dan hasil belajar: tes formatif, tugas
terstruktur, aktivitas harian, dan aktivitas di luar sekolah. Nilai tersebut sudah
mencapai yang berlaku di SMA YP Unila Bandar Lampung sebesar ≥ 6,50.
Namun demikian, persentase ketuntasan belajar belum tercapai, karena hanya
76,47% siswa memperoleh nilai 6,50. Nilai formatif sebesar 59,5 masih belum
mencapai SKBM. Sedangkan rataan nilai-nilai proses belajar, seperti: aktivitas
harian, tugas terstruktur, dan aktivitas di luar sekolah sudah melebihi SKBM
masing-masing sebesar 76,6; 65,2; 72,5.

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II dan Temuan
Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama enam kali pertemuan. Tahaptahap pelaksanaan pembelajaran sama dengan siklus I. Pada siklus II ini, siswa
sudah cepat mengidentifikasi masalah lingkungan yang ada hubungannya dengan
konsep Monera dan Protista. Hal ini menunjang cepatnya pelaksanaan
pemungutan suara untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas. Pada
8

pertemuan ke-2 siswa sudah dapat menentukan masalah pemanfaatan bakteri
Lactobacillus untuk membuat yoghurt sebagai kajian kelas.

Pada siklus 2 ini, siswa dibagi ke dalam empat kelompok portofolio, yang masingmasing memiliki tugas yang berbeda. Kelompok 1 bertanggung jawab
menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas. Kelompok 2 bertanggung jawab
menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. Kelompok
3 bertanggung jawab untuk mengusulkan dan menjastifikasi kebijakan publik
yang disepakati kelas untuk memecahkan masalah. Kelompok 4 bertanggung
jawab untuk membuat rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana
masyarakat dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang
didukung oleh kelas. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi pada siklus I, karena
setiap kelompok portofolio mencari data dan informasi dari sumber yang berbeda.
Kelompok I mengunjungi tempat pembuatan yoghurt di Politeknik

Negeri

Lampung. Kelompok 2 mengunjungi Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM). Kelompok 3 mengunjungi pakar perguruan tinggi. Kelompok 4 mencari
data dan informasi dari internet dan perpustakaan.
Dalam setiap tahapan pelaksanaan tindakan siklus II partisipasi aktif siswa sudah
lebih baik dari siklus I. Pada tahap identifikasi masalah hanya 5 siswa (14,7%)
yang tidak aktif menyatakan pendapatnya, sedangkan 29 siswa (85,3%) lainnya
aktif. Selanjutnya dalam tahap memilih masalah untuk kajian kelas seluruh siswa
(100%) sudah terlibat aktif dalam pelaksanaan votting, tidak ada yang abstain.
Pada tahap berikutnya, yaitu tahap mencari data dan informasi terdapat 19,6%
siswa yang tidak aktif dalam melaksanakan wawancara, mencari data di internet
dan perpustakaan. Selanjutnya pada tahap akhir, yaitu tahap show case dan
refleksi pengalaman belajar hanya 5,8% siswa (2 orang) yang tidak aktif,
sedangkan sebagian besar lainnya (32 orang, 94,2%) aktif dalam menyampaikan
ide dan gagasan-gagasan yang telah mereka tuangkan dalam portofolio
dokumentasinya.
Hasil lain yang diperoleh pada siklus II adalah rataan nilai siswa sebesar 74,9
yang diperoleh dari empat indikator proses dan hasil belajar: tes formatif, tugas
9

terstruktur, aktivitas harian, dan aktivitas di luar sekolah. Nilai tersebut sudah
mencapai SKBM (6,50) yang berlaku di SMA YP Unila Bandar Lampung. Selain
itu, persentase ketuntasan belajar juga sudah tercapai yaitu sebesar 88,24% siswa
memperoleh nilai ≥ 6,50.
3. Analisis Data Siklus I dan II
Berdasarkan dokumentasi penilaian proses dan hasil belajar siswa diketahui
bahwa rataan nilai siswa meningkat dari siklus I (68,4) ke siklus II (74,9) atau
meningkat sebesar 9,42%. Penilaian proses dan hasil belajar siswa tersebut
didasarkan pada indikator yang terdapat dalam: hasil tes formatif, tugas
terstruktur, perilaku harian, dan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang
kegiatan belajar.
Semua indikator penilaian tersebut di atas menunjukkan adanya peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Rataan nilai tes formatif meningkat 15,71% (dari 59,5
menjadi 68,9), tugas terstruktur meningkat 15,02% (dari 65,2 menjadi 75,0),
aktivitas harian meningkat 6,19% (dari 76,6 menjadi 81,3), dan aktivitas di luar
sekolah meningkat 2,64% (dari 72,5 menjadi 74,4). Peningkatan masing-masing
indikator penilaian di atas dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

90.0
85.0
80.0

nilai

75.0
70.0

formatif

65.0

tugas terstruktur

60.0

aktv.di luar sekolah

55.0

aktv. harian

50.0

rataan

45.0
1

2

siklus
Gambar 1. Grafik peningkatan nilai tes formatif, tugas terstruktur, aktivitas di
luar sekolah, aktivitas harian siswa, dan rataan dari siklus I ke siklus II

10

Pembahasan
Berdasarkan hasil rataan nilai siswa yang merupakan nilai kumulatif dari empat
indikator proses dan hasil belajar diketahui ada peningkatan sebesar 9,42% dari
siklus I (68,4) ke siklus II (74,9). Hal ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
sehingga berdampak pada hasil belajarnya. Hasil belajar siswa tersebut di
dalamnya bukan saja menyangkut aspek kognitif, tetapi juga afektif dan
psikomotorik. Dengan demikian untuk menetapkan siswa lulus atau tidak dalam
mempelajari materi pokok tertentu tidak hanya diambil dari nilai ujian saja tetapi
juga dari perkembangan sikap dan keterampilannya. Menurut Direktorat
Pendidikan Menengah Umum (2002), dalam penilaian Kurikulum Berbasis
Kompetensi harus dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan
memperhatikan

keutuhan

kompetensi

yang

menyangkut

ranah

kognitif,

psikomotor, dan afektif.
Fajar (2004) menyatakan bahwa melalui pembelajaran berbasis portofolio siswa
membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan
lingkungan, sehingga disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek
dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara
mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa
dalam objek pembelajaran, sedangkan pengalaman mental mencari informasi dan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendirisendiri

informasi

yang

diperolehnya.

Pembelajaran

berbasis

portofolio

memungkinkan siswa untuk berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh
dari penjelasan guru atau dari buku/bacaan dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat
diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk otak
setelah melalui proses “masuk akal”.
Ketuntasan belajar siswa dalam model pembelajaran berbasis portofolio ini baru
tercapai pada siklus II. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I model
pembelajaran ini belum dapat diterapkan secara optimal. Pada siklus I, siswa yang
belum terbiasa dengan tugas-tugas yang terstruktur dengan sistematis merasa berat
11

dan kurang antusias melaksanakannya terutama pada saat mencari data dan
informasi dari berbagai sumber, baik melalui wawancara, media cetak, atau
internet, karena siswa merasa sebagian waktu di luar jam sekolahnya tersita.
Namun, kondisi tersebut langsung ditanggapi oleh guru dengan menjelaskan
makna dari aktivitas mencari data dan informasi tersebut bukan hanya sekedar
memenuhi tugas mata pelajaran biologi saja, tetapi akan menjadi pengalaman
berharga dalam meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan baik
untuk masa kini maupun yang akan datang. Menurut Budimansyah (2003) model
pembelajaran berbasis portofolio mengandung prinsip “democratic teaching”,
yaitu proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi karena dalam
prakteknya seorang guru hendaknya memposisikan siswa sebagai insan yang
harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan
potensinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang
terbuka, akrab, dan saling menghargai.
Dari empat indikator proses dan hasil belajar pada siklus I, hanya nilai tes formatif
(59,5) yang belum mencapai ≥ 6,50. Belum tercapainya pada nilai tes formatif
tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis portofolio
belum optimal memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa.
Diduga siswa belum sepenuhnya mampu menghubungkan antara konsep yang
diajarkan guru dengan pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan.
Sedangkan menurut Nurhadi dkk. (2004), belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui” nya.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Oleh sebab itu, dalam mengatasi
kondisi ini guru mengevaluasi lagi pelaksanaan model pembelajaran ini dan
berusaha memberi penjelasan-penjelasan mengenai hubungan antara materi pokok
yang diajarkan dengan informasi-informasi yang diperoleh dari sumber-sumber
informasi yang dikunjungi.
Nilai tes formatif, tugas terstruktur, aktivitas di luar sekolah, dan aktivitas harian
mengalami peningkatan pada siklus II. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan
12

model pembelajaran berbasis portofolio akan semakin berhasil sejalan dengan
bertambahnya pengalaman belajar dan kemampuan atau aktivitas siswa dalam
menyampaikan ide dan gagasan-gagasan yang telah dituangkan dalam portofolio
dokumentasinya. Menurut Stiggins (1994, dalam Mangkoesapoetra, 2004),
portofolio selain bermanfaat dalam memberi informasi mengenai kemampuan dan
pemahaman siswa serta memberi gambaran mengenai sikap dan minat siswa
terhadap pelajaran yang diberikan, juga dapat menunjukkan pencapaian atau
peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran.
Hal yang menggembirakan dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis
portofolio ini adalah guru nampak bersemangat untuk mencoba pembelajaran
baru, meskipun pembelajarannya cukup rumit sebab harus berani memberi
kesempatan siswa untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan hasil penelitian
sederhana yang didapat dari hasil interaksinya dengan lingkungan. Mengingat
proses belajar seperti ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
persiapannya, seperti prosedur perijinan untuk melakukan kunjungan dalam
mencari data dan informasi yang melibatkan instansi baik pemerintah maupun
swasta. Namun, semangat guru tersebut kurang diikuti oleh siswa pada siklus I.
Semangat siswa dalam mengikuti model pembelajaran ini baru jelas terlihat pada
setiap siswa dalam setiap tahapan siklus II.
Hal yang dapat diperbaiki untuk implementasi model pembelajaran ini di masa
yang akan datang adalah perencanaan, penjadwalan, dan proses perijinan
kunjungan ke setiap sumber informasi sudah dibuat oleh guru di awal-awal
semester. Selain itu, tahap-tahap pembelajaran berbasis portofolio beserta
maknanya harus dijelaskan secara rinci di awal pembelajaran, sehingga dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk menjalaninya. Yang terpenting lagi adalah
pembuatan soal-soal evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif harus
memperhatikan konsep temuan siswa di lapangan selain konsep yang diajarkan
oleh guru di kelas.
Penerapan model pembelajaran berbasis portofolio akan lebih baik jika
dilaksanakan secara berkesinambungan pada semester-semester berikutnya, agar

13

siswa terbiasa untuk belajar tentang masalah-masalah di masyarakat dan belajar
bagaimana secara kooperatif

berusaha untuk memecahkan masalah tersebut

dengan meneliti, mengumpulkan data atau informasi, berkomunikasi dan
berargumentasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1)
implementasi model pembelajaran berbasis portofolio dapat memperbaiki kualitas
proses dan hasil belajar biologi siswa di kelas X2 SMA YP Unila Bandar
Lampung. Kualitas proses dan hasil belajar siswa berupa rataan nilai siswa dari
empat indikator yang meliputi hasil tes formatif, nilai tugas terstruktur, nilai
aktivitas harian, dan nilai kegiatan di luar sekolah meningkat dari siklus ke siklus;
2) kemampuan guru membimbing siswa mengungkapkan gagasan/pengetahuan
tentang lingkungan dan sekitarnya, mempertahankan gagasan/pengetahuannya,
dan merefleksikan pengalaman belajarnya meningkat dari siklus ke siklus.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan bahwa: 1) anggota tim peneliti
PTK di SMA YP Unila untuk mendiseminasikan hasil penelitian, agar dapat
diimplementasikan di kelas-kelas yang lain dalam rangka memperkaya
pengalaman belajar siswa melalui interaksinya dengan lingkungan sekitar; 2) para
guru biologi agar mengintegrasikan model ini dalam kegiatan pembelajaran
minimal satu kali dalam satu tahun dengan mendesain penyelenggaraannya
seefisien mungkin.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (PPTK dan KPT), Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

14

Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio
Genesindo. Bandung.
_____________. 2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Biologi.
Genesindo. Bandung.
Fajar, A. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Hamalik, O. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Hasnunidah, N. 2005. Pengaruh Motivasi dan Aktivitas dalam Pembelajaran
Berbasis Portofolio terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA AlKautsar Bandar Lampung. Laporan Penelitian Dosen Muda. FKIP
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Karsono. 1995. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Depdikbud. Jakarta.
Mangkoesapoetra, A. 2004. Model Pembelajaran Portofolio: Sebuah Tinjauan
Kritis. Artikel Pendidikan Network. http//artikel.us/art05-17 html. Diakses
pada 24 Maret 2006.
Mukhtar dan M. Yamin. 2003. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Sasama Mitra
Suksesa. Jakarta.
Nurhadi, B. Yasin, dan A.G. Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang.
Sardiman, A.M.1986. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Tim Pengembang Kurikulum Biologi, 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi:
Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Umum. Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

15

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92