KONTRIBUSI MAHASISWA DAN PEMERINTAH DALA

KONTRIBUSI MAHASISWA DAN PEMERINTAH DALAM ARUS
PERUBAHAN BANGSA MENUJU MASYARAKAT MADANI
MAKALAH
Disusun Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
“DEMA ON THE MONTH”

Oleh:
Siti Masyitoh
1125020103

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sang
Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta segala aturan-aturannya
yang ada, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan makalah singkat yang berjudul “Kontribusi
Mahasiswa dan Pemerintah dalam Arus Perubahan Bangsa Menuju Mayarakat
Madani”. Lantunan shalawat serta iringan salam semoga disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw, yang telah menuntun umatnya dari zaman kebodohan
menuju zaman kemajuan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini, penulis telah
mendapatkan banyak bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyusun makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga amal baiknya dicatat sebagai amalan shaleh dan diterima di sisi
Allah SWT.
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap bahwa di balik ketidaksempurnaan
penulis dalam penyusunan makalah ini, dapat ditemukan sesuatu yang
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi seluruh pembaca. Penulis berharap
adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandung, 30 Maret 2014

Penulis


2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Pengertian Masyarakat Madani............................................................3
Problematika dalam Mewujudkan Masyarakat Madani.......................4
Usaha dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...................................6
Kontribusi Mahasiswa dan Pemerintah dalam mewujudkan Masyarakat

Madani..................................................................................................

BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

3

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bangsa Indonesia berada dalam situasi yang tantangannya sangat
berat, karena pada saat bangsa kita sedang berbenah untuk menghadapi era
globalisasi, tanpa diduga harus menghadapi musibah krisis multidimensional yang
teramat kompleks. Sampai dengan pertengahan tahun 1997 yang lalu, seringkali
kita berbangga bahwa bangsa kita berhasil meraih kemajuan baik di bidang
ekonomi maupun sosial. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai dengan

penurunan penduduk miskin secara berarti selama tiga puluh tahun terakhir
sehingga dunia internasional menyebut keberhasilan itu sebagai suatu keajaiban
(miracle), seakan-akan sirna dilanda krisis ekonomi yang diperberat dengan krisis
politik dan berbagai krisis lainnya.1
Krisis multidimensional ini dikhawatirkan mengakibatkan hilangnya satu
generasi (lost generation) yang mengancam ketahanan bangsa. Menyimak
fenomena ini, kita patut merenung, apakah gerangan yang selama ini terjadi? Apa
kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan? Siapa yang harus
bertanggungjawab akan masalah ini? Dan upaya apa yang harus ditempuh untuk
mengatasinya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang patut kita ajukan kepada diri
kita sendiri sebagai bangsa.
Namun, dibalik musibah itu, ada hikmah yang tak ternilai. Tuntutan
masyarakat pada umumnya, serta mahasiswa dan pemerintah pada umumnya akan
perlunya reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mencakup sistem
ekonomi, sosial, politik, dan budaya (ekososbud) yang lebih mengetengahkan
nilai keadilan dan demokrasi merupakan hikmah yang amat berharga untuk
disyukuri. Kesadaran itu penting untuk mewujudkan Indonesia baru yang lebih
adil dan demokratis yang sering kita sebut sebagai Masyarakat Madani.
1 Tim Editor, Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research
University, (Bandung: Gunung Djati Press, 2006), hal.417


5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani?
2. Apa saja yang menjadi problematika dalam mewujudkan Masyarakat Madani?
3. Bagaimana cara untuk mewujudkan Masyarakat Madani?
4. Kontribusi apa yang hendaknya dilakukan oleh mahasiswa dan pemerintah
dalam mewujudkan Masyarakat Madani?
C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Madani.
2.Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi problematika dalam
mewujudkan Masyarakat Madani.
3. Untuk mengetahui strategi untuk mewujudkan Masyarakat Madani.
4. Untuk mengetahui kontribusi apa saja yang diberikan oleh mahasiswa dan
pemerintah dalam mewujudkan Masyarakat Madani.


6

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Madani
Secara etimologi, Masyarakat Madani berasal dari bahasa Latin yaitu
civilis societas.2 Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society yang
berarti masyarakat sipil. Nurcholis Madjid berpendapat bahwa Masyarakat
Madani berasal dari kata tamaddun (Arab) atau civility (Inggris), yang
mengandung makna toleransi, kesediaan pribadi-pribadi untuk menerima pelbagai
macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.3
Pengertian Masyarakat Madani secara terminologi menurut para ahli
adalah sebagai berikut :
1. Dawam Rahardjo berpendapat bahwa Masyarakat Madani ialah proses
penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama.4
2. Anwar Ibrahim mengatakan bahwa Masyarakat Madani adalah sebuah sistem
sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.5
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

Masyarakat Madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.
Masyarakat Madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan
unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan Masyarakat
2 Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Civic
Education, (Bandung: Asman Press, 2012), hal.177 istilah civil society ini mulamula dipakai oleh Marcos Tullios Cicero (106-43 SM), seorang orator dan
pujangga Roma yang pengertiannya mengacu kepada gejala budaya
perorangan dan masyarakat.
3 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila,
Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), hal.217
4 Ibid.
5 Ibid., hal.216

7

Madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat
dan menjadi karakter khas Masyarakat Madani. Beberapa unsur pokok yang harus
dimiliki oleh Masyarakat Madani yaitu: wilayah publik yang bebas (free public
sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pluralism), dan keadilan sosial

(social justice).6
B. Problematika dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga akan terjadi
banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat langsung dari era
globalisasi. Proses transformasi secara fundamental terjadi dalam semua dimensi
kehidupan baik ekonomi maupun politik, sosial, dan budaya. Beberapa persoalan
besar akan menjadi tantangan atau problematika kita di masa kini dan akan datang
di antara lain sebagai berikut:7
1. Ketergantungan Ekonomi
Ekonomi nasional akan semakin terintegrasi ke dalam ekonomi
global, sehingga bangsa Indonesia tidak bisa lagi hanya sekadar
mengandalkan dinamika perekonomian di dalam negeri semata.
Globalisasi ekonomi yang ditandai oleh praktek perdagangan bebas,
menyebabkan dinamika perekonomian suatu negara menjadi saling
tergantung.
2. Budaya Global
Dalam era global, interaksi antarbangsa dan antarnegara akan
berlangsung semakin intensif, transparan, dan bersifat transkultural. Dalam
proses interaksi demikian, maka dengan mudah terjadi pertukaran dan
adaptasi nilai-nilai budaya di antara bangsa-bangsa di dunia. Pergaulan

antarbangsa tersebut memungkinkan terjadinya proses saling
mempengaruhi dan saling menyerap nilai-nilai antarbangsa. Dampak
6 Ibid., 225 lihat Asep Sulaiman, Op. Cit., hal.181-182
7 Tim Editor, Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research
University, Loc. Cit

8

globalisasi yang paling nyata adalah masuknya nilai-nilai budaya asing
(westernisasi) ke dalam masyarakat Indonesia, baik yang postif maupun
yang negatif.
3. Ketertinggalan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khusunya teknologi
dan informasi, berlangsung amat cepat dan harus bisa diantisipasi.
Kemajuan iptek yang amat spektakuler itu menuntut semua pihak untuk
mampu menguasai dan mengembangkannya. Tanpa menguasai dan
mengembangkan iptek, bangsa Indonesia bukan saja akan tertinggal dari
bangsa-bangsa lain di dunia, tetapi juga bisa menjadi objek eksploitasi
secara teknologis oleh bangsa lain. Sebagaimana kita ketahui bahwa iptek
mempunyai peranan yang amat penting dan dominan di zaman modern

seperti sekarang ini. Bahkan iptek, selain perdagangan adalah kekuatan
utama yang mampu menggerakkan globalisasi. Kemajuan iptek
merupakan salah satu indikator dan parameter tinggi-rendahnya peradaban
sebuah bangsa.
4. Membangun Masyarakat Berpengetahuan
Tantangan membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge
society) sangat penting, series, dan berat terutama dikaitkan dengan tingkat
kemajuan iptek yang amat tinggi. Membangun masyarakat yang
berpengetahuan adalah membangun kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya visi dan wawasan iptek sebagai bekal untuk menghadapi
milenium ketiga di abad ke-21 ini. Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan,
hasrat untuk menggali dan mengembangkannya, perlu secara terusmenerus ditumbuhkan, agar membudaya dalam kehidupan masyarakat.
Dengan begitu, maka upaya untuk menciptakan dan membangun sebuah
masyarakat berpengetahuan akan menjadi kesadaran kolektif.
5. Dekadensi Moral atau Etika

9

Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa salah satu segi negatif yang
ditimbulkan oleh globalisasi yang amat penting adalah dekadensi moral,

akibat lepasnya budaya global dari ikatan moral yang diajarkan setiap
agama samawi manapun. Sebab, buah dari jenis pohon materialisme dan
pragmatisme yang menjiwai budaya global – budaya Barat – tidak
mungkin dapat berbuah akhlakul-karimah (moral) yang dapat
memperkokoh sendi kehidupan sosial. Sebaliknya, justru membuahkan
kebobrokan dan dekadensi moral yang menggoyahkan struktur
masyarakat.8
Qadri Azizy juga menulis dalam bukunya Melawan Globalisasi,
pergaulan global sudah tidak dapat lagi dihindari oleh seseorang, kecuali ia
sengaja mengungkung diri dengan menjauhi interaksi dan komunikasi
dengan yang lain. Selanjutnya, Alfian, seorang tokoh ilmuan yang cukup
terkenal juga menyatakan hal senada dengan apa yang dikemukakan oleh
Qadri Azizy di atas yaitu mengibaratkan globalisasi yang dihasilkan oleh
sebuah revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, bagaikan seekor harimau
yang garang yang sedang melejit deras. Siapa yang berhasil meracak dan
mengendallikannya akan beruntung, karena akan cepat sampai ke alam
yang lebih baik. Siapa yang tidak berhasil menguasainya akan tertinggal
jauh di belakang dengan segala frustrasinya atau lebih berbahaya lagi
kalau sampai diterkam dan dimakan habis oleh harimau garang tersebut.9
6. Pesimisme Masyarakat
Apa yang dirisaukan? Bagi sebagian besar lapisan masyarakat,
telah tertanam dalam benaknya mengenai beragam persoalan pada kondisi
internal bangsa ini, baik menyangkut berbagai persoalan dibidang politik
maupun perekonomian. Pada kedua bidang itu, tidak ada satupun faktor

8http://daniahotarublog.blogspot.com/2011/03/part-1-peran-dan-posisiumat-Islam.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2013, pukul. 15.45
9 Ibid.
10

yang dapat dijadikan pijakan oleh mereka untuk bersikap optimis. Semua
belum dapat distabilkan.
Bila ditelusuri, paling tidak terdapat dua persoalan besar di bidang
politik yang menjadi dasar kekhawatiran dan sikap pesimis mereka yakni
memandang potensi konflik dan potensi kekerasan di masa kini dan akan
datang.10
C. Upaya untuk mewujudkan Masyarakat Madani
Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (Masyarakat Madani). Bahkan
jauh sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang
diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasioal
dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Belajar dari pengalaman menghadapi
krisis multidimensional terberat sepanjang sejarah Indonesia, terdapat beberapa
strategi untuk mewujudkan Masyarakat Madani, bangsa kita perlu melakukan dua
agenda besar, yakni sebagai berikut:11
Pertama, agenda penyelamatan (rescue) untuk mengatasi krisis agar
bangsa kita selamat dari keterpurukan yang semakin parah.
Kedua, agenda pemulihan (recovery) untuk memutar kembali roda
perekonomian dan menyehatkan kembali kondisi sosial, politik, dan budaya agar
bangsa kita dapat kembali bangkit membangun dan menyiapkan diri memasuki
era globalisasi yang sarat dengan persaingan yang semakin ketat.
Kedua agenda besar itu harus dilaksanakan secara simultan dengan penuh
kesungguhan, optimisme dan kesabaran disertai dengan keyakinan bahwa dalam
setiap kesulitan itu ada kemudahan dan dalam setiap kesempitan itu ada
kelapangan. Karena untuk mengatasi krisis yang begitu kompleks ini tidak
semudah membalikkan telapak tangan.
10 Wendie Artswenda dan Tim, Katalog Dalam Terbitan: Indonesia 2001
Kehilangan Pamor, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), hal.11-16
11 Tim Editor, Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research
University, Op. Cit., hal.418

11

Kedua hal tersebut dapat ditempuh melalui proses pendidikan yang
diharapkan melahirkan tatanan masyarakat yang mandiri. Kemandirian mereka
pada akhirnya melahirkan kelompok Masyarakat Madani yang mampu melakukan
kontrol terhadap hegemoni negara.
D. Kontribusi Mahasiswa dan Pemerintah dalam Mewujudkan Masyarakat
Madani
Dari beberapa upaya penting yang telah disebutkan di atas merupakan
beberapa cara untuk merealisasikan Masyarakat Madani yang maju dan dapat
berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Oleh karenanya,
diperlukan pilar-pilar yang mampu memberikan kontribusi-kontribusi positif demi
perubahan dan kemajuan bangsa.
Di Indonesia terdapat banyak pilar untuk membangun konsep Masyarakat
Madani. Maksud pilar di sini adalah lembaga-lembaga atau institusi penegak yang
menjadi bagian dari social control.12 Dalam mewujudkan civil society, pilar-pilar
tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya civil society.
Untuk konteks di Indonesia, berikut penjelasan di antara pilar-pilar yang
terus berkontribusi bagi penegakan civil society, yakni:13
1.

Gerakan Mahasiswa
Menurut M. Alfan Alfian, gerakan mahasiswa merupakan fenomena yang

layak dicermati. Karena dengan posisinya yang relatif independen dan lebih
cenderung masih dominan menampakkan idealisme-nya. Gerakan mahasiswa,
untuk membedakannya dengan gerakan-gerakan lain, memiliki nuansa yang
cocok, antara lain disebabkan oleh “posisi istimewa” mereka ditengah-tengah
masyarakat pada umumnya. Mereka hadir dari kampung tempat mereka menimba
ilmu dan mengembangakan kebebasan mimbar akademik.

12 Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Pendidikan
Kewarganegaraan, (Bandung: Fokus Media, 2012), hal.113
13 Ibid., hal.113-114

12

Kondisi lingkungan sosial sekitarnya, menuntut mahasiswa memberikan
respon yang konstruktif. Karena mahasiswa diasumsikan masih memiliki
“idealisme yang murni”, mereka pun diharapakan lebih bisa tampil objektif dalam
menyuarakan suara-suara moralnya.
Lebih lanjut Alfan menuturkan bahwa kalangan mahasiswa yang kini
masih aktif bergerakan di kampus-kampus belum melupakan peran yang mereka
mainkan pada saat “mengembangkan” rezim orde baru pada tahun 1998.
Gambaran “kepahlawanan” mahasiswa 1998 ternyata berbeda dengan apa yang
dilakukan mahasiswa tempo dulu saat menumbangkan rezim orde lama tahun
1966.14 Salah satu catatan yang mencuat, yang membedakannya ialah tidak ada
tokoh sentral yang tampil dan seolah-olah merupakan representasi atau wakil
resmi atas banyak kelompok gerakan mahasiswa saat itu.
Gerakan mahasiswa 1998 tampaknya cenderung lebih tepat untuk disebut
penggeraknya. Ini lain dengan mahasiswa 1966, yang justru menonjolkan sosoksosok penggeraknya. Hingga tahun 2003, gerakan mahasiswa tampaknya masih
tetap konsisten melancarkan demonstrasi-demonstrasi atas kebijakan yang
diputuskan pemerintah dan DPR, yang dinilainya bertentangan dengan keadaan
publik.
Secara umum, melihat dinamika gerakan mahasiswa sejak 1998 hingga
2003, penyusun sependapat dengan catatan Alfan Alfian mengenai beberapa
karakteristik yang melekat pada gerakan mahasiswa, yakni:15
-

Gerakan mahasiswa Indonesia merupakan sebuah entitas yang heterogen.
Pragmentasi gerakan mahasiswa hingga kini masih terasa. Perbedaan
corak ideologis masih demikian kelihatan untuk diletakkan pada masingmasing kelompok gerakan. Namun, mereka cepat dapat dipersatuakan oleh

14 Ibid., hal.114
15 Ibid., hal.114-115

13

isu-isu bersama yag menjadi “command denominator” yakni demokrasi16
dan konsistensi penegakan reformasi.
-

Gerakan mahasiswa kontemporer tampak tidak dapat lepas dari
interaksinya dengan kalangan LSM, partai politik, tokoh-tokoh ormas dan
kalangan “interest group” lain, sehingga dalam melancarkan gerakannya,
gerakan mahsiswa kerap dicurigai telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak di
luar dirinya. Kecurigaan tersebut tidak saja dituduhkan oleh kelompkkelompok non-mahsiswa tetapi antara kelompok mahasiswa sendiri.
Kondisi psikologis yang “saling curiga satu sama lain” seperti ini jelas
mempersulit bersatunya gerakan mahasiswa secara lebih komprehensif
tertata dan efektif.

-

Menandaskan kembali refleksi dua catatan di atas, mahasiswa Indonesia
masih amat terjebak pada kubangan persoalan-persoalan internal, dalam
banyak hal juga eksklusifitas, di samping kurang dapat melakaukan proses
olah data secara optimal dalam menghadapi banyak isu.
Dari beberapa asumsi yang telah dikemukakan di atas dapat dikatakan

bahwa berdasarkan karakterisitik alamiahnya, mahasiswa merupakan pemuda
yang memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen-elemen masyarakat
lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa merupakan
sesosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki
idealisme yang tinggi dalam berjuang, mereka tidak segan-segan untuk
menyuarakan kekesalan dan kritik mereka terhadap siapapun yang mereka anggap
menyimpang dari kondisi ideal.
Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan
aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa
ilmu yang mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk
16 Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu berdasarkan Pancasila, masih
dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat
pelbagai tafsiran serta pandangan. Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu
Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009) hal.106

14

mengabdikan diri ke masyarakat. Mahasiswa juga dikenal kreatif dalam
membangun ilmu yang didapatkannya serta mengaplikasikannya ke masyarakat
karena secara biologis pemuda masih memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir
dan bertindak secara fisik.
Kondisi di atas merupakan idealnya kewajiban atau kontribusi yang
hendaknya dilakukan oleh mahasiswa sebagai ujung tombak perubahan. Namun
ironinya, sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya hari ini begitu jarang
ditemukan sosok mahasiswa yang ideal seperti yang telah disebutkan di atas.
Tidak jarang ditemukan bahwa banyak mahasiswa hari ini yang terkesan
acuh tak acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Banyak pula di
antara mereka yang terjebak oleh pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika,
kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat
mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi
justru malah disalahgunakan. Tidak jarang pula mereka menggunakan internet
untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang mahasiswa, seperti
membuka situs-situs porno dan sebagainya.
Peranan mahasiswa saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun
drastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih
sering bermain-main dengan kelompoknya. Sebagai pemuda, hendaknya
mahasiswa segera berintropeksi diri bahwa Negara ini membutuhkan sosok
pahlawan untuk mewujudkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat. Belajar
untuk peduli terhadap bangsa dan lingkungan sekitar.
Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki
kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan
sosial dan semangat nasionalisme yang tinggi dalam pembangunan nasional.
Pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan
persatuan NKRI, serta mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila agar
terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum, serta kerukunan antar bangsa.

15

Hendaknya tertanam dalam jiwa pemuda akan semangat yang membara
untuk bersatu membangun Negara tercinta. Seperti isi sumpah pemuda yang di
ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 “satu tumpah darah, satu bangsa dan satu
bahasa”. Dan begitu pula untuk mewujudkan semboyan Indonesia yang
dicetuskan oleh Empu Tantular yakni Bhinneka Tunggal Ika dan bangsa Amerika
menyebutnya e pluribus unum.17 Sirkumstansi sejarah menjadi pendorong ke sana.
Ke muara persatuan yang merupakan aspirasi para pemimpin pergerakan.
2. Pemerintah
Berkaitan dengan persoalan ini, ada sebuah asumsi yang berpandangan
bahwa faktor keberhasilan utama dalam mewujudkan arus perubahan bangsa
dalam menghadapi persoalan negeri ini serta mewujudkan konsep Masyarakat
Madani tidak hanya elemen-elemen yang telah disebutkan di atas, melainkan ada
pada pemerintah sendiri, sebagai pemegang kendali negeri ini.18 Menciptakan
pemerintahan yang baik, berwibawa, dan memiliki kekuatan dalam menyelesaikan
segenap persoalan menjadi dambaan bangsa.
Dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, pemerintahan yang baik
dikenal dengan istilah good governance. Istilah ini merupakan wacana baru dalam
kosa kata politik. Ia muncul pada awal 1990-an.19 Secara umum, istilah good
governance diartikan sebagai tata tingkah laku atau tindakan yang baik didasarkan
pada kaidah-kaidah tertentu untuk pemgelolaan masalah-masalah publik dalam
kehidupan keseharian.20
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang
berstandar pada prinsip-prinsip good governance terdapat beberapa aspek
fundamental (asas) yang perlu diperhatikan, di antaranya sebagai berikut:21

17 Wendie Artswenda dan Tim, Op. Cit., hal. ix
18 Ibid., hal.16
19 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op. Cit., hal.198
20 Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Op. Cit., hal.83
21 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op. Cit., hal.199-204, lihat pula Asep
Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Op. Cit., hal.84-85, Asep Sulaiman, Op. Cit.,
hal.156-157

16

a. Partisipasi (participation)
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga
perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka.
b. Penegakan Hukum (rule of law)
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang
profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.
Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hukum dan penegakannya secara
konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi tindakan publik yang
anarkis.
Dalam menegakkan hukum maka pemerintah harus mengandung
unsur: Supremasi hukum yaitu setiap tindakan adalah kekuasaan negara
yang didasarkan pada aturan hukum dan hukum yang benar serta
independen. Supremasi hukum merupakan penempatan hukum pada posisi
supreme (teratas).22
c. Transparansi (transparency)
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya
good governance. Karena akibat tidak adanya prinsip transparansi ini,
menurut banyak ahli, Indonesia telah terjerembab ke dalam kubangan
korupsi yang sangat parah.23 Oleh karena itu, untuk tidak mengulangi masa
lalu dalam pengelolaan kebijakan publik, khususnya bidang ekonomi,
pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan prinsip transparansi
dalam proses kebijakan publik.
d. Responsif (responsiveness)

22 Harjono, Transformasi Demokrasi, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2009), hal.27
23 Ruhenda, PPKN Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: D.N.D, 2014),
hal.151

17

Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good
governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan
masyarakat. Pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakatnya,
bukan menunggu mereka menyampaikan keinginan-keinginannya, tetapi
pemerintah harus proaktif mempelajari dan menganalisis kebutuhankebutuhan masyarakat.
e. Orientasi Kesepakatan (consensus orientation)
Asas konsesus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan
melalui proses musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan
keputusan konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian
besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang
bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa (coersive power)
terhadap semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksaan
pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalanpersoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
f. Kesetaraan (equity)
Asas kesetaraan (equity) adalah kesamaan dalam perlakuan dan
pelayanan publik. Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan
pemerintah untuk bersikap dan berperilaku adil dalam hal pelayanan
publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan
kelas sosial.
g. Efektitivitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Eficiency)
Untuk menunjang asas-asas yang telah disebutkan di atas,
pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif
dan efisien, yakni berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas
biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau
sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan
18

lapisan sosial. Adapun asas efisiensi, umumnya diukur dengan rasionalitas
biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
h. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik
terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun
netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
i. Visi Strategis (strategic vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
mengahadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting
dalam rangka realisasi good governance. Kebijakan apapun yang diambil
saat ini, harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau dua puluh
tahun ke depan. Tidak sekadar memiliki agenda strategis untuk masa yang
akan datang, seseorang yang menempati jabatan publik atau lembaga
profesional lainnya harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan
dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa salah satu pilar good
govenance adalah pemerintah. Dari sisi bahasa, pemerintah dalam bahasa Inggris
disebut government berasal dari bahasa Latin: gubernare, greek kybernan atau
nahkoda kapal artinya menatap ke depan.24 Jadi “memerintah” artinya melihat ke
depan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai
tujuan masyarakat-negara, memperkirakan arah perkembangan masyarakat pada
masa yang akan datang, dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk
menghadapi perkembangan masyarakat, serta mengelola dan mengerahkan
masyarakat ke tujuan yang ditetapkan. Oleh sebab itu, kegiatan pemerintah lebih

24 Taliziduhu Ndraha, Metodologi Ilmu Pemerintahan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal.7

19

menyangkut pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dalam rangka
mencapai tujuan masyarakat-negara.25
Strategi yang hendaknya dilakukan pemerintah antara lain:26
a. Pembangunan Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Berbagai tantangan masa depan baik yang berdimensi makroglobal maupun yang berskala mikro-nasional, menuntut pemerintah untuk
bisa memberikan jawaban secara baik. Untuk bisa menjawab berbagai
tantangan tersebut sangat bergantung pada kesiapan pendidikan, yang akan
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dilihat dari berbagai perspektif, membangun pendidikan
merupakan agenda nasional yang sangat penting dan strategis untuk
mengantarkan bangsa Indonesia mencapai tingkat kemajuan di masa
depan.
Beberapa hal akan urgensinya pendidikan bagi suatu bangsa:
pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya melakukan investasi di bidang
sumber daya manusia yang mempunyai implikasi ekonomi, pendidikan
akan melahirkan lapisan elite sosial di dalam masyarakat yang bisa
menjadi motor penggerak pembangunan dan pelopor ke arah kemajuan,
pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesejahteraan masyarakat.
b. Pembangunan Infrastruktur Ekonomi
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan.27 Titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi
sebagai motor penggerak utama pembangunan sejalan dengan peningkatan
25 Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Op. Cit., hal.85
26 Tim Editor, Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research
University, Op. Cit., hal.420-422, 448-450, 483-484
27 Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hal.279

20

kualitas sumber daya manusia didorong secara saling memperkuat dengan
pembangunan bidang-bidang lainnya.
c. Pembinaan Keagamaan Generasi Muda
Pembinaan keagamaan generasi muda harus diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan dari setiap pemuda Indonesia untuk berperan
sebagai transformator, sebagai penerus cita-cita proklamasi, dan pelestari
pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Agar pula terciptanya
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia.28

28 Ibid., hal.69

21

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
Dewasa ini bangsa Indonesia berada dalam situasi yang tantangannya
sangat berat. Oleh karena itu, konsep Masyarakat Madani sangat dibutuhkan
untuk membentuk suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani,
dan memaknai kehidupannya. Masyarakat Madani tidak muncul dengan
sendirinya. Ia membutuhkan unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat
terwujudnya tatanan Masyarakat Madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter khas Masyarakat Madani.
Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh Masyarakat Madani yaitu:
wilayah publik yang bebas (free public sphere), demokrasi, toleransi,
kemajemukan (pluralism), dan keadilan sosial (social justice).
Untuk merealisasikan konsep Masyarakat Madani tentulah tiada mudah,
karena memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga akan
menghadapi beberapa persoalan besar yang menjadi tantangan atau problematika
kita di masa kini dan akan datang.
Namun, tentu ada usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk merealisasikan
sesuatu begitupula untuk merealisasikan konsep Masyarakat Madani. Melalui
kontribusi-kontribusi positif dari pilar-pilar social control, seperti, mahasiswa dan
pemerintah semoga dapat diwujudkannya perubahan dan kemajuan bangsa yang
beradab seperti yang tertuang dalam konsep Masyarakat Madani.
Semoga bangsa Indonesia tetap bersatu seperti slogan budaya bangsa yang
tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika. Berkarya lah pemuda-pemudi Indonesia,
majukan negara kita dan jadilah Soekarno dan Moh.Hatta berikutnya yang
memiliki semangat juang tinggi dalam membangun bangsa.
22

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis menyadari bahwasannya makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun dari penyajian.
Oleh sebab itu saya sangat menanti kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk penyusunan dan penyajian yang lebih baik di masa yang akan
datang.

23

DAFTAR PUSTAKA
Artswenda, Wendie dan Tim. Katalog Dalam Terbitan: Indonesia 2001
Kehilangan Pamor. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001.
Budihardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Darmadi, Hamid. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta,
2012.
Editor, Tim. Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research University.
Bandung: Gunung Djati Press, 2006.
Gatara, Asep Sahid dan Subhan Sofhian. Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Fokus Media, 2012.
Harjono. Transformasi Demokrasi. Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, 2009.
http://daniahotarublog.blogspot.com/2011/03/part-1-peran-dan-posisi-umatIslam.html
Ndraha, Tazliduhu. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Ruhenda. PPKN Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: D.N.D, 2014.
Sulaiman, Asep. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Civic Education.
Bandung: Asman Press, 2012.
Ubaedillah, A dan Abdul Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila,
Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group,
2010.

24

25