Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Pangan

dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan kebutuhan pangan kita akan
diolah tubuh menjadi zat-zat gizi yang berperan dalam tumbuh kembang manusia.
Oleh karena itu pangan sangat diperlukan untuk mempertahankan dan
melanjutkan kehidupan.
Masalah gizi masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia.
Pada era globalisasi Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi
kurang dan gizi lebih. Status gizi merupakan salah satu tolak ukur sebuah negara
dapat dikatakan sebagai negara maju atau berkembang. Sebagai negara
berkembang, kasus gizi kurang telah lama ada di Indonesia, tetapi dengan
berubahnya pola konsumsi, kemajuan ekonomi, disertai dengan kurangnya
pengetahuan gizi menyebabkan semakin meningkatnya angka gizi lebih di
Indonesia.
Meningkatnya pendapatan seseorang akan memengaruhi gaya hidup dan

pola makannya. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh besarnya arus budaya
makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan
globalisasi ekonomi. Berkurangnya aktivitas fisik karena perbaikan ekonomi akan
menyababkan banyaknya penduduk golongan tertentu yang akan mengalami
masalah gizi lebih berupa kegemukan atau obesitas (Almatsier, 2009).
Tingkat

pengetahuan

akan

memengaruhi

status

gizi

seseorang.

1

Pengetahuan yang cukup tidak menjamin seseorang
memiliki status gizi normal.

Universitas Sumatera Utara

Banyak orang yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi tidak mengaplikasikan
pengetahuannya di kehidupan sehari-hari.
Meningkatnya angka overweight dan obesitas secara global di seluruh
dunia dianggap akibat dari beberapa faktor antara lain peningkatan makanan padat
energi, tinggi lemak, dan gula namun rendah vitamin dan mineral (Hasdinah,
2014). Mengonsumsi energi yang berlebihan akan diubah menjadi dalam lemak
tubuh (Almatsier, 2009).
World of Healty Organitation (WHO), menyatakan masalah kelebihan
bobot tubuh ini sudah menjadi epidemi dunia. Laporan Newsweek edisi 11
Agustus 2003, kasus obesitas di dunia meningkat 2 50% dalam sepuluh tahun
terakhir ini. Lembaga obesitas internasional di London, Inggris, memperkirakan
sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan (Salim
dan Kurniasih, 2003). Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam
American Journal of Epidemiology mengungkapkan, obesitas yang dialami
seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di

usia paruh baya. Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita
Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat
mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka
sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang
diantaranya meninggal. Hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami
obesitas atau overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali
lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian (Nita,
2008).

Universitas Sumatera Utara

Kejadian obesitas di negara – negara maju seperti di negara – negara
Eropa, Amerika, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Kejadian ini
tidak hanya terjadi di negara – negara maju saja, obesitas di beberapa negara
berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai
contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas
(WHO, 1998).
Angka gizi lebih berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010
pada perempuan 26,9% dan laki-laki sebanyak 16,3%, pada tahun 2013 terjadi
peningkatan lagi, yaitu pada kelompok umur lebih dari 18 tahun untuk perempuan

sebanyak 32,9% dan laki-laki sebanyak 19,7%. Penelitian Sartika (2011) yang
dilakukan di Depok menemukan prevalensi gizi lebih anak usia 5-15 tahun
sebesar 13,9% dan obesitas sebanyak 8,3%, sementara penelitian yang dilakukan
di Surabaya siswa mengalami obesitas sebanyak 10,5% lebih tinggi dari angka
prevalensi obesitas di Surabaya sebesar 7,8% (Suryaputra dan Nadhiroh, 2012).
Gizi lebih atau obesitas ini lebih sering dialami oleh wanita dibanding pria.
Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat (Dirjen BGM)
2010 sebanyak 12,8% pria mengalami overweight atau kegemukan sedangkan
sebanyak 20% dialami oleh wanita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013
pria sebanyak 19,7% dan wanita sebanyak 32,9%.
Penduduk perkotaan lebih rentan mengalami gizi lebih atau obesitas
dibandingkan dengan penduduk desa. Gaya hidup dikota yang sudah modern
menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik dan disertai dengan kebiasaan
mengonsumsi makanan fast food. Fast food merupakan makanan siap saji yang

Universitas Sumatera Utara

mengandung karbohidrat tinggi, makanan cepat saji ini sering dikonsumsi karena
memiliki rasa yang relatif enak, serta menjadi tren masa kini.
Obesitas atau gizi lebih erat hubungannya dengan penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif adalah suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses
kemunduran fungsi sel-sel tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk dan
berlangsung secara kronis (Hasdinah, 2014). Meningkatnya

gizi lebih akan

meningkatkan penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit hati dan beberapa jenis kanker (Khomsan, 2004).
Budiyanto (2002) menyebutkan beberapa penyebab gizi lebih adalah
ketidakseimbangan asupan dari pola makan dengan aktivitas fisik sehari-hari. Hal
ini didukung dengan hasil penelitian Simatupang (2008), yang menunjukkan
bahwa kejadian gizi lebih pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan
Baru, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan,
jenis makanan dan aktivitas fisik.
Menurut Purwati dalam Riska (2012) faktor resiko yang menyebabkan gizi
lebih antara lain, faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang tidak teratur,
kurang aktifitas fisik, dan faktor lainnya. Pola makan mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang tidak tepat. Kurang
mengonsumsi serat dan lebih banyak mengonsumsi makanan berlemak.Pola
makan mahasiswa juga tidak teratur dan biasanya tidak sarapan pagi.

Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tentunya lebih
mengenai hal yang bersifat preventif. Gaya hidup yang kurang gerak disebabkan
oleh banyaknya alat transportasi dan berkembangnya teknologi membuat banyak

Universitas Sumatera Utara

orang lebih suka memainkan gadget daripada berolahraga. Hal-hal seperti ini
yang akan menjadikan angka status gizi lebih meningkat.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Fakulatas
Kesehatan Masyarakat 25% mahasiswa mengalami gizi lebih dan obesitas, 19%
mengalami kurang gizi dan 54% lainnya normal. Beberapa penyebab gizi lebih
seperti pola makan, pengetahuan, dan aktivitas fisik yang kurang.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini apakah ada hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas
fisik dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2015 ?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik

dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status gizi pada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pola makan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
3. Untuk mengetahui pengetahuan tentang gizi lebih pada mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

4. Untuk mengetahui aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.4

Manfaat Penelitian
Sebagai upaya peningkatan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat agar melakukan hal preventif untuk menghindari gizi lebih
dan obesitas.
1.5

Hipotesis


1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015
2. Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.
Ho : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.
3. Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.
Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara