Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Penggunaan Media Audio Visual Melalui Pelatihan Dikalangan Guru SDN 2 Botomulyo Cepiring Kendal T2 942014018 BAB II

BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Media Audio Visual
Media

berasal

dari

bahasa

latin

yang

merupakan bentuk jamak dari “medium”, kata itu
mempunyai arti media, perantara atau pengantar.
Mc Luhan yang dikutip oleh Kustiono (2009:2)
pengertian media dan media pembelajaran dari
berbagai ahli sebagai mana terdeskripsi berikut:
menyatakan bahwa media juga disebut saluran

(channel),
sumber

karena
informasi

menyampaikan
kepada

pesan

penerima.

dari

Dengan

demikian, media adalah segala bentuk dan saluran
yang dapat digunakan dalam penyajian informasi
untuk mengantar pesan dari sumber informasi

kepada

penerima.

informasi

Guru

sedangkan

merupakan

murid

adalah

sumber
sebagai

penerima informasi.

Di dalam setiap komunikasi selalu terdapat
urutan

pemindahan

informasi

dari

penyampai

kepada penerima. Adapun urutan pemindahan
informasi itu, oleh Kemp 1985 dalam Kustiono
(2009:2) dideskripsikan dalam gambar berikut:

15

Transmision
Sender
Source of

message
(sumber
pesan)

Mesage
encode/
Pesan
dikirim

I

II

Receiver
message
Receiver
(pesan
dikirim)

Channel


Noise

Destination
message
dekode
(tujuan)

III

IV

Gambar 2.1: Proses Komunikasi Model Kemp (Kemp, 1985)

Hills

(1982)

dalam


Abdulhak

(2007:84)

mengungkapkan sebagai berikut:
a. Audio-Visual Aids (AVA) adalah alat-alat
yang
menggunakan
pengindraan
penglihatan dan pendengaran.
b. Media audio visual pada hakikatnya adalah
suatu
representasi
penyajian
realitas,
terutama melalui pengindraan penglihatan
dan pendengaran yang bertujuan untuk
mempertunjukkan pengalaman-pengalaman
pendidikan yang nyata kepada siswa.
Dapat diambil kesimpulan bahwa


media

audio visual adalah bentuk penyajian pengalaman
nyata

melalui

didengar

oleh

media
siswa,

yang

dapat

sehingga


dilihat

sesuatu

dan
yang

disampaikan mudah diterima dan ditangkap. Hal
ini

senada

pembelajaran

dengan
yang

pendapat


tidak

Dale

menggunakan

bahwa
media

(hanya ceramah) tingkat pemahaman siswa sangat
kurang (abstrak) sedangkan yang menggunakan
16

media

apalagi

mendapatkan

pengalaman


pemahaman

langsung

yang

akan

kongkret

dan

nyata.
Teknologi

audio

visual


merupakan

cara

memproduksi dan menyampaikan bahan pelajaran
(materi) dengan menggunakan peralatan mekanis
dan elektronis untuk menyajikan pesan audio dan
visual. Pembelajaran audio visual dapat dikenal
dengan mudah karena menggunakan perangkat
keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio
visual

memungkinkan

pemroyeksian

gambar

hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan
visual yang berukuran besar. Perangkat media
audio visual dengan mudah dapat dipahami siswa
karena benda itu sudah sering dilihat siswa dan
tentunya tidak asing lagi. Teknologi audio visual
menampilkan

bahan,

seperti

gambar

hidup,

pemutaran kembali suara dan penayangan gambar
yang berukuran besar yang dapat dilihat dan
didengar siswa dengan mudah dan jelas. Selain itu
teknologi
tayangan,

audio
seperti

visual
film,

transparansi. Teknologi

juga
film

menampilkan
bingkai,

dan

audio visual memiliki

karakteristik/ciri-ciri mudah dioperasikan, sudah
mendekati nyata, gambar hidup dan mudah dilihat
(tampilan besar)

17

Definisi lain diberikan oleh Clark 1983 dalam
Abdulhak (2007:91) yang menyatakan bahwa:
"media sebagai teknologi dan mesin adalah alat
yang dapat menyampaikan pembelajaran, tetapi
tidak punya pengaruh terhadap kemampuan siswa
selama tidak menyentuh isi dan konteks
pembelajaran tersebut"

Dari pendapat tersebut menyatakan bahwa media
dapat menggantikan keberadaan guru tetapi tidak
dapat mempengaruhi siswa apabila siswa tersebut
tidak bergairah dalam mengikuti pembelajaran.
Adapun manfaat Penggunaan Media Audio
Visual menurut Rudi Susilana (2009:9) adalah
sebagai berikut:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga
dan daya indera.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih
langsung antara murid dengan sumber
belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai
dengan bakat dan kemampuan visual,
auditori dan kinestiknya.
e. Memberi
rangsangan
yang
sama,
mempersamakan
pengalaman
dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Walaupun

tanpa

kehadiran

guru,

media

audio visual dapat membantu menggantikan dan
memberikan

rangsangan

agar

anak

bergairah

dalam mengikuti pelajaran serta dapat membantu
memecahkan masalah belajar secara mandiri.
18

Teknologi dalam pendidikan pada dasarnya
mendayagunakan media audio-elektronik sebagai
media komunikasi, untuk menyampaikan pesanpesan pendidikan kepada para peserta didik.
Pendayagunaan

media

tersebut

dapat

secara

mandiri atau kombinasi beberapa media. Jadi
penggunaan media tidak hanya satu melainkan
gabungan atau kombinasi antara satu media
dengan media lain. Keterlibatan pendidik dalam
komunikasi bergantung pada jenis media yang
digunakan,
metode

jenis

informasi

komunikasi

yang

yang

disampaikan,
dilaksanakan,

pemanfaatan waktu dan tempat secara tepat, serta
kemampuan

komunikator/pendidik

yang

bersangkutan. Peran guru dalam pembelajaran
yang menggunakan media tidak selalu sama tetapi
bisa bervariasi tergantung media yang digunakan.
Menurut Abdulhak (2007:84-86) Jenis-jenis
media audio visual yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Transparansi
Slide
Filmstrip
Rekaman
Siaran Radio
Film
Televisi
Tape atau Video Cassette
Laboratorium
Komputer
19

Komputer sekarang banyak digunakan oleh
manusia dapat digunakan untuk menyimpan data
atau informasi, mengolah data, menyajikan dan
menyampaikan data atau informasi tersebut pada
orang lain secara mudah. Dalam penyampaian
pelajaran menggunakan media audio visual dapat
disampaikan melalui aplikasi powerpoint yang
dapat di sorotkan melalui LCD proyektor supaya
tampilan dapat dilihat dengan mudah dan jelas.
adalah

salah

satu

program

aplikasi

microsoft office yang berguna untuk membuat
presentasi dalam bentuk slide. Aplikasi

banyak

digunakan untuk presentasi, mengajar di depan
kelas, bahkan untuk membuat animasi sederhana.
kehadiran Powerpoint dapat menggantikan cara
presentasi

kuno

yaitu

dengan

transparasi

proyektor atau biasa disebut OHP (Over Head
Proyector). Dengan adanya , membuat presentasi
menjadi sangat mudah karena didukung dengan
fitur fitur yang canggih dan menarik. menyediakan
template

untuk

pola

(template)

yang

dapat

memperindah presentasi pada penyajian materi.
Banyak macam pola (template) yang dapat anda
pilih di aplikasi . Pembuatan transparan pada OHP
sangat sulit dan memerlukan waktu yang lama
dibanding dengan pembuatan slide pada aplikasin
20

membuat orang banyak beralih ke Ms Powerpoint
untuk penyajian sebuah materi. Selain itu slide
pada aplikasi
tidak

mudah digandakan, disimpan dan

mudah

rusak.

Penggunaan

dan

pengoperasian aplikasi Ms Powerpoint sangatlah
mudah dibandingkan dengan menggunakan OHP.
Perawatan OHP sangat sulit dan membutuhkan
waktu yang lama serta biaya yang mahal.
Keunggulan dari aplikasi adalah: (a) mudah
dioperasikan (b) tersedia berbagai macam desain
dan animasi (c) tersedia berbagai macam pola
(template)

menarik

(d)

dapat

dibuat

dengan

berbagai format (e) dapat mengedit foto secara
langsung
Animasi adalah gambar bergerak berbentuk
dari sekumpulan objek (gambar) yang disusun
secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang
telah

ditentukan

pada

setiap

pertambahan

hitungan waktu yang terjadi. Gambar atau objek
yang dimaksud dalam definisi di atas bisa berupa
gambar manusia, hewan, maupun tulisan. Pada
proses pembuatannyam sang pembuat animasi
atau yang lebih dikenal dengan animator harus
menggunakan logika berfikir untuk menentukan
alur gerak suatu objek dari keadaan awal hingga
keadaan akhir objek tersebut. Perencanaan yang
matang dalam perumusan alur gerak berdasarkan
21

logika yang tepat akan menghasilkan animasi yang
menarik untuk disaksikan. Gambar animasi dapat
menggambarkan

dan

mewakili

benda

aslinya

contohnya gerakan harimau dapat di gambarkan
dengan gerakan animasi harimau yang gerakannya
tidak jauh berbeda.
Hyperlink

adalah

cara

untuk

menghubungkan suatu bagian di dalam slide, file,
program ataupun pada halaman
bagian

yang

lainnya

dalam

tersebut. Hyperlink sering

web dengan
bidang-bidang

dipakai

untuk

menunjukan lokasi dokumen lainnya dari dari teks
maupun

objek

dipresentasikan.

yang
Pada

diperlihatkan
aplikasi

,

atau
maka

hyperlink diartikan sebagai media presentasi yang
dapat memberikan kemudahan menghubungkan
sebuah file yang berbeda atau menghubungkan
banyak

slide-slide

pada

satu

file powerpoint sehingga tampil dengan cepat, yang
memberikan kemudahan tanpa harus membuka
atau mencari file atau slide yang ingin dilihat
tersebut.

Pengguna

web

biasanya

akan

menemukan setidaknya satu hyperlink pada setiap
halaman web. Bentuk yang paling sederhana ini
disebut teks tertanam atau link tertanam. Dalam
hal ini, hyperlink akan muncul sebagai kata
tunggal atau kelompok kata yang biasanya akan
22

ditandai

dengan

berwarna

biru.

digarisbawahi,
Mengklik

dan

sering

hyperlink

dapat

mengambil salah satu bagian lain dari halaman,
atau mungkin membuka halaman internet yang
lain. Jadi penggunaan hiper link adalah untuk
mempermudah

dan

mempercepat

membuka

dokumen yang berhubungan antara satu dokumen
dengan dokumen yang lain.
Menurut Abdulhak (2007:87) Adapun teknik
penggunaannya media audio visual dalam bentuk:
a. Belajar mandiri berdasarkan pada bahan
yang telah direkam dalam alat khusus, yang
memungkinkan terjadinya komunikasi dua
arah antara individu dan komputer.
b. Menyimpan bahan informasi dalam alat
penyimpan pada komputer, yang pada waktu
tertentu dapat diungkapkan kembali dan
dipelajari.
c. Belajar bahasa komputer yang memiliki ciri
khas.
d. Belajar dengan bantuan tutor dalam
prosedur belajar komputerisasi.
Internet

merupakan

dari interconnected

singkatan

networking

yang

dari
berarti

jaringan komputer yang saling terhubung antara
satu komputer dengan komputer yang lain yang
membentuk sebuah jaringan komputer di seluruh
dunia,

sehingga

dapat

saling

berinteraksi,

berkomunikasi, saling bertukar informasi atau
tukar menukar data. Di zaman globalisasi ini orang
23

dengan mudah mencari informasi baik berupa teks,
gambar ataupun video melalui jaringan internet
atau orang sering menyebut “mbah google”. Tidak
hanya dikalangan cendekiawan saja melainkan
sudah menembus keseluruh jaringan masyarakat
yang tidak hanya terbatas pada jenis kelamin,
umur, suku, ras, budaya, agama dan sebagainya.
Dalam hitungan detik kita dapat mengetahui
kejadian atau peristiwa yang terjadi di negara lain
tanpa harus membuang waktu dan biaya yang
mahal. Guru di era ini juga sangat mengandalkan
“mbah

google”

dalam

pembelajaran

mencari

sumber

ataupun

materi

menyelesaikan

permasalahan pembelajaran.
Media audio visual era sekarang sangat
berhubungan dan berkaitan dengan komputer,
karena dalam komputer terdapat aplikasi rekam
baik suara maupun gambar yang dapat di buka
sekaligus dan mudah dalam perekamannya. Selain
itu

juga

ada

penyimpanan

kelebihan

data

media

lain

yaitu

pada

audio

visual

dapat

disimpan dengan mudah dan dalam jumlah yang
banyak.
Modem atau wifi adalah alat yang dapat
menghubungkan

komputer

dengan

jaringan

internet. Sedangkan modem adalah perangkat yang
dapat menyimpan data atau file yang bentuknya
24

seperti modem pengoneksiannya dengan komputer
menggunakan Universal Serial Bus (USB). Selain
itu penyimpanan juga dapat dimuat pada hard disk
komputer itu sendiri.

2.2. Pelatihan Sebagai Upaya Peningkatan
Penggunaan Media Audio Visual
Pelatihan
pengetahuan

adalah

dan

dan

proses

meningkatkan

ketrampilan

karyawan.

Pelatihan mungkin juga meliputi pengubahan sikap
sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaannya
lebih efektif. Pelatihan bisa dilakukan pada semua
tingkat organisasi Kaswan

(2013:2). Pelatihan

tidak hanya dilaksanakan di dunia pendidikan
melainkan

semua

instansi

dapat

melakukan

pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru
atau pekerja sehingga

guru atau pekerja dapat

melaksanakan pekerjaannya secara maksimal dan
bermutu.

Menurut

Oemar

Hamalik

(2005:10)

pelatihan dapat dilakukan oleh atasan dalam
rangka meningkatkan mutu kinerja para pegawai,
disekolah

kepala

sekolah

menyelenggarakan

pelatihan untuk meningkatkan kecakapan dan
ketrampilan guru dalam mengajar supaya tujuan
pembelajaran disekolah dapat tercapai.
Fungsi pelatihan menurut menurut Oemar
Hamalik (2005:13) adalah sebagai berikut:
25

a. Pelatihan berfungsi memperbaiki perilaku
(performance) kerja para peserta pelatihan
itu.
b. Pelatihan berfungsi mempersiapkan promosi
ketenagaan untuk jabatan yang lebih rumit
dan sulit.
c. Pelatihan berfungsi mempersiapkan tenaga
kerja pada jabatan yang lebih tinggi yakni
jabatan kepengawasan dan manajemen.
Menurut

Rencana

Strategis

Sekretariat

Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2015–2019

tentang

peningkatan

kualitas

pendidikan dan pelatihan pegawai. Adapun strategi
yang digunakan untuk mendorong tercapainya
tujuan strategis adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas kebijakan teknis di
bidang pendidikan dan pelatihan pegawai;
b. Peningkatan kualitas pengembangan
program pendidikan dan pelatihan pegawai;
c. Peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan pegawai;
d. Peningkatan kualitas pengembangan sistem
informasi pendidikan dan pelatihan;
e. Peningkatan kualitas fasilitasi pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan;
f. Peningkatan kualitas kerja sama di bidang
pendidikan dan pelatihan;
g. Penguatan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan dan pasca pendidikan dan
pelatihan.
Peningkatan

kualitas

pendidikan

dapat

dilakukan dengan mengadakan pendidikan atau
pelatihan. Pendidikan dapat dilakukan melalui
26

bangku sekolah atau kuliah, sedangkan pelatihan
dapat

dilakukan

melalui

seminar,

workshop,

lokakarya dan training.

2.2.1. Komponen-Komponen Pelatihan
Sedangkan

komponen-komponen

sebagaimana

dijelaskan

oleh

pelatihan

Oemar

Hamalik

(2005:35) terdiri dari :
a. Peserta latihan
b. Pelatih (trainerinstruktur) harus ahlinya yang
berkualitas memadai (profesional)
c. Lamanya pelatihan.
d. Bahan latihan.
e. Bentuk pelatihan.
2.2.2. Tahapan Pelatihan
Dalam pelaksanaan pelatihan harus disusun
secara sistematik dan urut supaya dapat mencapai
tujuan dengan mudah. Pada umumnya ada tiga
tahapan

pelatihan

yaitu

perencanaan

(sesuai

kebutuhan), pelaksanaan kegiatan dan evaluasi
pelaksanaan,

dan

evaluasi

untuk

mengukur

tingkat keberhasilan serta mengetahui kelemahan
atau kelebihannya. Jadi setelah pelatihan tidak
cukup berhenti sampai di situ saja melainkan
dilanjutkan dengan melakukan kegiatan tindak
lanjut yang dapat meningkatkan mutu pelatihan
dan kinerja.

27

Mangkunegara (2005:29) menjelaskan bahwa
tahapan-tahapan
pengembangan
kebutuhan

dalam
meliputi:

pelatihan

/

pelatihan
(1)
need

dan

mengidentifikasi
assesment;

(2)

menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3)
menetapkan

kriteria

keberhasilan

dengan

alat

ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5)
mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6)
mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Tahapan penyusunan program pelatihan disekolah
meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.

Mengidentifikasi kebutuhan.
Menetapkan tujuan
Menetapkan kriteria keberhasilan
Menetapkan metode atau cara
Mengadakan percobaan hasil pelatihan dan
merevisi
f. Menerapkan/mengimplementasi
dan
mengevaluasi
Anwar

Prabu

Mangkunegara

(2009:52).

Setelah selesai pelatihan, kemampuan yang sudah
dilatihkan dan dikuasai hendaknya diterapkan dan
diamalkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
kerja.

2.2.3. Analisa Kebutuhan Pelatihan
Analisis kebutuhan pelatihan memiliki beberapa
tujuan, diantaranya adalah:

28

a. Memastikan
bahwa
pelatihan
memang
merupakan
salah
satu
solusi
untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja
pegawai dan produktivitas pembelajaran.
b. Memastikan bahwa para partisipan yang
mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang
yang tepat.
c. Memastikan
bahwa
pengetahuan
dan
ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan
benar-benar sesuai dengan elemen-elemen
kerja yang dituntut dalam suatu jabatan
tertentu.
d. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan
metode yang dipilih sesuai dengan tema atau
materi pelatihan.
2.2.4. Evaluasi Program Pelatihan dan
Pengembangan
Kriteria

keberhasilan

dapat

digunakan

sebagai acuan/pedoman dalam mengukur tingkat
keberhasilan/kesuksesan pelatihan, yaitu kriteria
pendapat, kriteria belajar, kriteria perilaku dan
kriteria

hasil

(Anwar

Prabu

Mangkunegara,

2009:69)
Penerapan
pelatihan

hasil

merupakan

yang

diperoleh

hasil

akhir

dalam
yang

diharapkan baik oleh peneliti maupun kepala
sekolah.
membawa

Penerapan
perubahan

hasil
yang

pelatihan
besar

dapat
dalam

menunjang pembelajaran yang aktif,inovatif dan
menyenangkan.

29

2.3. Kemampuan Guru dan Kepala Sekolah
Kemampuan merupakan salah satu unsur
dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan
atau

keterampilan

yang

pendidikan,

pelatihan

Kemampuan

juga

dapat

dan
dapat

diperoleh

suatu

dari

pengalaman.

diartikan

sebagai

kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha
dengan diri sendiri untuk melaksanakan kegiatan
atau pekerjaan sehingga mencapai hasil yang
maksimal.

Kemampuan

merupakan

kecakapan

seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan
dengan baik dan bermutu dengan resiko kesalahan
maupun kegagalan yang relatif kecil
Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua
kelompok faktor (Robbin, 2007:57) yaitu:
a. Kemampuan intelektual (intelectual ability)
yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir,
menalar dan memecahkan masalah.
b. Kemampuan fisik (physical ability) yaitu
kemampuan melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, keterampilan, kekuatan,
dan karakteristik serupa.
Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan
pendidikan
30

formal,

pendidikan

menengah.

dasar,

Sebagai

dan

pendidik

profesional.

guru

bukan

saja

dituntut

melaksanakan tugasnya secara professional tetapi
juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
profesional. Guru yang baik adalah guru yang
dapat melaksanakan tugasnya secara menyeluruh
dilandasi dengan rasa ikhlas dan penuh tanggung
jawab.
Guru sebagai salah satu komponen dalam
sistem

pembelajaran

kemampuan

siswa,

untuk

memiliki

meningkatkan
peranan

penting

dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu
proses

pembelajaran.

Guru

harus

dapat

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta
mengubah sikap, perilaku dan karakter yang baik.
Oleh karena itu seorang guru dituntut menguasai
sejumlah

kemampuan

dan

keterampilan

yang

berkaitan dengan proses pembelajaran, antara lain:
1) Kemampuan menguasai bahan ajar.
2) Kemampuan dalam mengelola kelas.
3) Kemampuan dalam menggunakan metode,
media dan sumber belajar.
4) Kemampuan

untuk

melakukan

penilaian

baik proses maupun hasil.

Apabila
maka

proses

semua

ketrampilan

pembelajaran

akan

itu

dikuasai

berlangsung

dengan menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh
31

untuk mengikuti pembelajaran, dengan begitu
semua yang disampaikan guru akan ditangkap dan
di terima siswa secara keseluruhan.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu
“kepala” dan “sekolah” kata kepala dapat diartikan
ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau
sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah
lembaga di mana tempat menerima dan memberi
pelajaran. Jadi secara umum sekolah atau lembaga
di mana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan kata lain kepala sekolah adalah pimpinan
suatu lembaga tempoat menerima dan memberi
pelajaran.
Sebagai pemimpin pendidikan, dilihat dari
status

dan

cara

pengangkatannya

tergolong

pemimpin resmi, formal leader, atau status leader.
Status leader bisa meningkat menjadi fungsional
leader. Tergantung dari prestasi dan kemampuan
di

dalam

pemimpin
diserahkan

memainkan
pendidikan

peranannya
sekolah

pertanggungjawaban

yang

sebagai
telah

kepadanya.

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran. Selain sebagai tenaga
32

struktural kepala sekolah juga sebagai tenaga
fungsional

karena

kepala

sekolah

masih

mempunyai kewajiban mengajar di kelas sebanyak
18 jam per minggu.

2.4. Model Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
Penelitian

Tindakan

sekolah

(PTS)

merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja
sistem

pendidikan

dan

mengembangkan

manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif,
efektif,

dan

efisien.

Dengan

bersandar

pada

pendapat Stringer 1996 dalam Mulyasa (2012:9)
yang

mengartikan

penelitian

tindakan

sebagai

"diciplined inquiry (research) which seeks focused
efforts

to

improve

the

quality

of

people's

organizational, comunity and family lives". Disini
PTS dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk
memperbaiki kondisi dan memecahkan berbagai
persoalan pendidikan yang dihadapi sekolah. Jadi
masalah atau kendala yang ada dalam sekolah
harus dipecahkan dan diatasi secepat mungkin
supaya proses penyampaian materi dari guru
kepada

siswa

dapat

berjalan

lancar

tanpa

hambatan dan rintangan.
Dari

pengertian

pengertian bahwa ada

di

atas

dapat

diambil

dua kata kunci yang satu

diantaranya harus ada dalam kegiatan penelitian
33

tindakan

sekolah,

(problem

solving)

kinerja

sistem

yaitu
dan

pemecahan

peningkatan

pendidikan

serta

masalah

(improving)
manajemen

sekolah, yang secara keseluruhan akan berdampak
pada

peningkatan

kehadiran

penelitian

mutu.

Dengan

tindakan

demikian,

sekolah

harus

dilandasi oleh alasan berikut: (1) dirasakan adanya
masalah pada sebuah sistem pendidikan atau
manajemen sekolah (2) prestasi kerja (achievement)
sistem

pendidikan

dan

manajemen

sekolah

menurun atau tidak optimal sehingga menghambat
peningkatan mutu. Atas dasar itu, PTS memiliki
peran yang sangat penting dalam membangun
manajemen

sekolah

ke

arah

sekolah

efektif,

memberikan layanan prima kepada stakeholder,
dan membangun kerja sama dengan masyarakat
sekitar

sekolah

dalam

merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi kinerja sistem
dalam mewujudkan visi misinya, serta mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
PTS

akan

sangat

membantu

meningkatkan

produktivitas sekolah.
Penelitian
suatu

cara

kepemimpinan

tindakan

memperbaiki
pendidikan

sekolah
dan

merupakan

meningkatkan

tingkat

sekolah

(pengawas dan kepala sekolah) karena pengawas
dan kepala sekolah merupakan orang yang paling
34

tahu segala sesuatu yang terjadi di sekolah. PTS
dapat

dilakukan

secara

efektif

oleh

setiap

pengawas dan kepala sekolah untuk meningkatkan
produktivitas sekolah dan kualitas pendidikan
pada umumnya. Oleh karena itu, jika PTS ini
dilakukan secara logis dan sistematis, serta jujur
dalam

pelaporannya,

masukan

untuk

maka

akan

meningkatkan

memberi

efisiensi

dan

efektifitas, meningkatkan mutu dan produktivitas,
serta

memperbaiki

keseluruhan.

manajemen

Dapat

sekolah

dikatakan

bahwa

secara
PTS

merupakan obat yang ampuh dalam mengobati,
mengurangi

bahkan

menghilangkan

semua

persoalan dan permasalahan di sekolah. Secara
lebih rinci, pentingnya PTS dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Hasil-hasil

PTS

dapat

digunakan

untuk

menciptakan perbaikan iklim sekolah yang
kondusif secara berkesinambungan.
2. Memecahkan

masalah

pendidikan

atau

manajemen sekolah, yang seringkali muncul
berupa

kasus

dan

bersifat

lokal;

baik

masalah-masalah yang dihadapi oleh kepala
sekolah, guru, maupun peserta didik; ketika
penelitian formal tidak bisa memecahkannya.

35

Beberapa model PTS yang sering digunakan
di dalam dunia pendidikan, diantaranya: (1) Model
Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3)
Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbut, dan (5)
Model Hopkins.
a. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTS
terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus
terdiri

atas

empat

langkah,

yaitu:

(1)

perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3)
observasi,
langkah

dan
tersebut

(4)

refleksi.
dapat

Keempat

digambarkan

sebagai berikut:

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Aksi/ tindakan

Gambar 2.2: Desain PTS Model Kurt Lewin

36

b. Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTS yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan
model

pengembangan

Lewin.

Dikatakan

dari

model

demikian,

Kurt

karena

di

dalam suatu siklus terdiri atas empat
komponen, keempat komponen tersebut,
meliputi:

(1)

aksi/tindakan,

(3)

perencanaan,

(2)

observasi,

(4)

dan

refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di
implementasikan,

khususnya

sesudah

adanya refleksi, kemudian diikuti dengan
adanya

perencanaan

dilaksanakan
tersendiri.
Taggart

dalam

Menurut

ulang

yang

bentuk

siklus

Kemmis

penelitian

dan

tindakan

Mc

dapat

dipandang sebagai suatu siklus spiral dari
penyusunan
tindakan,

perencanaan,

pengamatan

pelaksanaan

(observasi),

dan

refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti
dengan siklus spiral berikutnya. Dalam
pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti
telah

mempunyai

tindakan
pengalaman)

(yang

seperangkat
didasarkan

sehingga

dapat

rencana
pada
langsung

memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti
37

yang

telah

sehingga

memiliki
mereka

seperangkat
memulai

kegiatan

pertamanya dengan kegiatan refleksi.

PERENCANAAN
REFLEKSI

TINDAKAN 1

OBSERVASI

PERENCANAAN

OBSERVASI

TINDAKAN 2

REFLEKSI
Gambar 2.3 : Model Kemmis dan Mc. Taggart
(Di Sadur Dari Kasiani Kasbolah, 1998)

38

data,

Model

John

Elliot

John

Elliot;

apabila

dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di
atas,

yaitu

Model

Kurt

Lewin

dan

Kemmis-

McTaggart, PTS Model John Elliot ini tampak lebih
detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena
di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari
beberapa aksi yaitu 3 sampai 5 aksi (tindakan).
Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri
dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam
bentuk

kegiatan

belajar-

mengajar.

Maksud

disusunnya secara terinci pada PTS Model John
Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih
tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi
atau

proses

belajar

mengajar.

Selanjutnya,

dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap
aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa
langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran.
Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap
pokok

bahasan

biasanya

tidak

akan

dapat

diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan
diselesaikan dalam beberapa langkah, itulah yang
menyebabkan John Elliot menyusun model PTK
yang berbeda secara skematis dengan kedua model
sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.

39

PELAKSANAAN

SIKLUS 1

PERENCANAAN

PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

PENGAMATAN

SIKLUS 2

REFLEKSI
Gambar 2.4: Desain PTS Model John Elliot
(Disadur dari Tatang Sunendar, 2008)

2.5. Penelitian Yang Relevan.
Aji
berjudul

(2013)

dalam

“Pengaruh

penelitiannya
media

yang

pembelajaran

menggunakan macromedia flash 8 pokok bahasan
internet pada mata pelajaran TIK terhadap prestasi
belajar siswa kelas XI IPA SMA N 6 Purworejo”
menuturkan Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh

penggunaan

media

pembelajaran

Macromedia Flash 8 terhadap prestasi belajar
40

serta

mendapatkan

penggunaan

media

bukti-bukti

bahwa

pembelajaran

bentuk

Macromedia Flash 8 dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian

kuasi

eksperimen

dengan

desain

posttest-only control group design. Hasil penelitian
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

penggunaan

Macromedia

Flash

8

media
dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
mengaju

pada

berkeinginan

penelitian

untuk

tersebut

peneliti

meningkatkan

prestasi

belajar siswa di SDN 2 Botomulyo, namun hal ini
tidak dimulai dari murid karena gurunya masih
belum menguasai media audio visual. Oleh karena
itu peneliti memutuskan untuk menentukan guru
sebagai sasaran atau subyek penelitian supaya
guru memiliki ketrampilan dalam menggunakan
media dalam hal ini adalah media audio visual
yang berbasis komputer supaya prestasi murid
SDN 2 Botomulyo yang semula rendah menjadi
tinggi.
Awasthi (2014) mengatakan bahwa belajar
di sekolah dasar akan mudah dan efektif apabila
memanfaatkan

media

audio

visual

dalam

penelitiannya yang berjudul “Utilising Audio Visual
Aids to make learning Easy and Effective in
Primary Education”. Pembelajaran yang efektif
41

sangat diharapkan oleh guru karena sel;in hemat
waktu dan tenaga juga hemat biaya. Tidak hanya
itu saja hasil dari pembelajaran yang efektif dapat
mendatangkan hasil yang maksimal. Selain itu
pembelajaran yang menggunakan media terutama
media audio visual akan membuat pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Yuastutik (2014) dalam penelitiannya yang
berjudul Peningkatan Kinerja Guru Di Dalam
Merencanakan, Menerapkan, dan Mengevaluasi
Metode

Pembelajaran

Menggunakan
Kearifan

Spiritual

Menuturkan
model

Model

Setelah

menunjukkan

Dengan

Pembinaan

By

RKSBRK

Kreatif

Reward
pelatihan

diberikan

peningkatan

Recharging

King

(Rksbrk)

menggunakan
pada

pada

Guru

keaktifan,

kemampuan membuat RPP, membuat media dan
lembar tugas mengajar, praktek mengajar dan
kedisiplinan. Pelatihan sangat efektif sekali untuk
mencapai

harapan

tentang

peningkatan

penggunaan media audio visual, kiranya kegiatan
itu

sangat

diharapkan

oleh

kepala

sekolah

maupun pengawas sekolah. Guru yang sudah
mengikuti pelatihan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran terutama dalam pembuatan dan
pengoperasian

media

audio

visual

sehingga

pembelajarannya lebih menarik dan merangsang
42

siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan hati
senang dan tulus.
Supriyana Heri (2015) dalam penelitiannya
yang

berjudul

Pembelajaran

Pengembangan

Supervisi

Bahan

Akademik

Pada

Pendidikan dan Pelatihan Program Penyiapan
Calon Kepala Sekolah mengatakan pendidikan
dan pelatihan penyiapan calon kepala sekolah
dapat meningkatkan kompetensi supervisi yang
dimiliki

peserta

diklat

calon

kepala

sekolah

sehingga dapat menjalankan supervisi di sekolah
dengan

baik.

tentunya

Seseorang

akan

ketrampilannya
melaksanakan

yang

meningkat
bahkan
atau

sudah

dilatih

pengetahuannya,
sikapnya

untuk

menyelesaikan

bidang

pekerjaat atau tugasnya dengan baik. Selain
memiliki pengetahuan (wawasan) yang lebih luas,
memiliki ketrampilan yang tinggi juga adanya
perubahan

sikap

yang

mengarah

pada

motivasivasi dan semangat kerja yang tinggi.
Hernwall Patrik (2016) dalam penelitiannya
yang berjudul We Have To Be Professional’ –
Swedish Preschool Teachers’ Conceptualisation Of
Digital Media menuturkan Proses desain, yang
dimodelkan pada metode penelitian dan lokakarya
masa kreatif, disajikan secara rinci. Temuan
utama, berdasarkan analisis data-driven laporan
43

lisan

dan

tertulis

menunjukkan

dan

bahwa

sketsa
ICT

desain,
terutama

dikonseptualisasikan baik sebagai kemungkinan
dalam mendukung kompetensi tertentu (seperti
pengembangan bahasa) atau ancaman, misalnya,
pengertian komunikasi real dan konseptualisasi
juga untuk kemapanan dalam kegiatan praktek
sekolah.

Pelatihan

atau

lokakarya

sebaiknya

dilaksanakan pada semua instansi, tidak hanya di
bidang pendidikan melainkan juga pada instansi
lain untuk meningkatkan kompetensi tertentu
yang dapat membantu guru atau karyawan untuk
menyelesaikan tugas dan permasalahan yang
timbul pada waktu menyelesaikan pekerjaan.
2.6. Kerangka Berfikir.
Kemampuan guru di SDN 2 Botomulyo
dalam penggunaan media audio visual rendah
terbukti dari 7 orang guru (5 orang guru kelas dan
2 orang guru mapel) belum menguasai pengetikan
dasar, aplikasi powerpoint, internet, pembuatan
media audio visual, dan pengoperasian media
audio visual. Hal ini membuat kepala sekolah
berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan
guru tersebut melalui pelatihan dengan bekerja
sama dengan peneliti. Peneliti bekerjasama dengan
instruktur/tenaga ahli dibidangnya TIK untuk
44

mengadakan

pelatihan

di

SDN

2

Botomulyo.

Pelatihan dimulai dengan membuat perencanaan,
yang meliputi:
a. Menentukan materi pelatihan.
b. Menentukan tempat pelatihan
c. Menentukan peserta pelatihan.
d. Menentukan sarana dan prasarana
pelatihan.
e. Menentukan standar keberhasilan
f. Menentukan observer
Kemudian
pelaksanaan,

kegiatan
yaitu

berikutnya

melaksanakan

adalah
kegiatan

pelatihan sesuai denga rencana yang telah dibuat.
Kegiatan

ini

dilatih

oleh

dua

orang

instuktur/pelatih yang kompeten dalam bidang
TIK, diamati oleh seorang observer dan seorang
peneliti.

Materi

yang

disampaikan

meliputi

pengetikan dasar, aplikasi powerpoint, internet,
pembuatan media audio visual, dan pengoperasian
media audio visual. Kegiatan pelatihan diakhiri
dengan evaluasi dan tindak lanjut. Dari hasil
evaluasi menunjukkan bahwa Kemampuan Guru
SD Negeri 2 Botomulyo dalam pengetikan dasar,
aplikasi powerpoint, internet, pembuatan media
audio visual, dan pengoperasian media audio visual

45

Selengkapnya

dapat

di

simak

dalam

kerangka berfikir berikut ini:

Kemampuan
Guru
SD
Negeri 2 Botomulyo dalam
menggunakan media audio
visual masih rendah

Kemampuan Guru SD
Negeri 2 Botomulyo dalam
menggunakan media
audio visual meningkat

Masalah dalam
pembelajaran

Pelatihan
penggunaan media
audio visual

1.
2.
3.
4.

Perencanaa
Pelaksanaan
Akhir Pelatihan
Tindak lanjut

Gambar 2.5: Desain Pelatihan

46

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB II

0 1 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Penggunaan Media Audio Visual Melalui Pelatihan Dikalangan Guru SDN 2 Botomulyo Cepiring Kendal T2 942014018 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Penggunaan Media Audio Visual Melalui Pelatihan Dikalangan Guru SDN 2 Botomulyo Cepiring Kendal T2 942014018 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Penggunaan Media Audio Visual Melalui Pelatihan Dikalangan Guru SDN 2 Botomulyo Cepiring Kendal T2 942014018 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Penggunaan Media Audio Visual Melalui Pelatihan Dikalangan Guru SDN 2 Botomulyo Cepiring Kendal

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Penggunaan Media Audio Visual Melalui Pelatihan Dikalangan Guru SDN 2 Botomulyo Cepiring Kendal

0 0 23

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru di SDN Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak T2 BAB II

0 0 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SDN Karangrejo 1 Dempet Demak T2 BAB II

0 0 31

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB II

0 1 27

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Inggris SMP Melalui Pemberdayaan MGMP Kabupaten Kendal

0 2 36