this PDF file HUBUNGAN DEMENSIA DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA | Noas | JURNAL KEPERAWATAN 1 SM

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

HUBUNGA N DE ME NSIA DE NGA N K E BE R MA K NA A N HIDUP
PA DA L A NJ UT USIA DI BPL U SE NJ A C E R A H
PR OV INSI SUL A W E SI UT A R A
A priance Noas
Hendro Bidjuni
F ranly Onibala
Program Studi Ilmu K eperawatan Fakultas K edokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : A priancenoas@gmail.com
Abstact : The elderly suffering from dementia experience impaired noble function seen in the
form of loss of abstract thinking ability. These circumstances make individuals unable to
perform activities that potentially contain values that allow a person to discover the meaning
of his life. The purpose of this study was to determined the relation of dementia with
meaningfulness of life. Methods this study used cross sectional analytical descriptive approach.
The sampling technique used total sampling with 33 samples. Kolmogorof-Smirnov statistical
test results with 95% confidence level (α = 0.05) obtained p value 0.646> 0.05. Conclusion of
this study confirm that hasn’t relation of dementia with meaningfulness of life at elderly in
Elderly Nursing Home of Senja Cerah North Sulawesi province.
Keywords: Dementia, meaningfulness of life, Elderly

A bstrak: L anjut usia yang menderita demensia mengalami gangguan fungsi luhur yang terlihat
dalam bentuk kehilangan kemampuan berpikir abstrak. K eadaan tersebut membuat individu
tidak mampu melakukan kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang
memungkinkan seseorang menemukan makna hidupnya. T ujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan demensia dengan kebermaknaan hidup. Desain penelitian
menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. T eknik pengambilan
sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang. Hasil uji
statistik Kolmogorof-Smirnov dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05 ) diperoleh hasil p
value 0,646 > 0,05. Simpulan yaitu tidak terdapat hubungan demensia dengan kebermaknaan
hidup pada lanjut usia di BPL U Senja Cerah provinsi Sulawesi Utara.
K ata K unci: Demensia, K ebermaknaan hidup, L anjut Usia.
menjadi lebih dari 1,4 miliar (UNIDOP,
2017). Badan Pusat Statistik (2014)
menyebutkan Indonesia termasuk dalam
lima besar negara dengan jumlah lanjut
usia terbanyak di dunia. J umlah penduduk
lanjut usia tahun 2014 adalah 18,781 juta
jiwa dan diperkirakan akan mencapai 36
juta jiwa pada tahun 2025. Di Sulawesi
Utara jumlah penduduk lanjut usia pada

tahun 2015 adalah 9,7% dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan meningkat menjadi
13,5%. Seiring dengan meningkatnya
jumlah lansia, semakin meningkat pula
permasalahan akibat proses penuaan.
L anjut usia cenderung mengalami

PE NDA HUL UA N
Indikator keberhasilan pembangunan
adalah meningkatnya umur harapan hidup.
Sejalan dengan meningkatnya usia harapan
hidup akan terjadi perubahan struktur usia
penduduk dengan bertambahnya jumlah
penduduk lanjut usia (Sunaryo, dkk. 2015).
Populasi lansia di dunia dari tahun ke tahun
semakin meningkat bahkan pertambahan
lansia menjadi semakin mendominasi
apabila dibandingkan dengan pertambahan
populasi penduduk pada kelompok usia
lain. Pada tahun 2015 dan 2030 jumlah

orang lanjut usia di seluruh dunia
meningkat menjadi 56 persen, dari 901 juta
1

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

hidup terdapat 12 responden yang
mengalami kebermaknaan hidup cukup dan
3
responden
yang
mengalami
kebermaknaan hidup kurang.
Hasil survey pada tanggal 20 Oktober
2017 di BPL U Senja Cerah provinsi
Sulawesi Utara, didapatkan data bahwa
lansia yang ada berjumlah 33 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5
orang lansia, diketahui bahwa lansia sulit
mengingat informasi yang baru diperoleh

yang ditandai dengan lansia mengulangulang pembicaraan, ada yang tidak ingat
dengan nama anaknya bahkan ada yang
sering ngompol. Hasil wawancara juga
lansia mengatakan bahwa hidupnya tidak
memiliki arti dan tujuan yang jelas.
Berdasarkan survey yang telah
dilakukan tersebut, peneliti tertarik
mengangkat judul tentang hubungan
demensia dengan kebermaknaan hidup
pada lanjut usia di BPL U Senja Cerah
provinsi Sulawesi Utara.

kerapuhan, baik fisik maupun mental Di
kalangan lanjut usia, permasalahan
kesehatan mental yang umum terjadi salah
satunya adalah demensia (Notosoedirdjo,
2011). Demensia biasanya timbul secara
perlahan dan menyerang usia diatas 60
tahun (Irianto, 2017).
Gangguan demensia dimanifestasikan

dalam bentuk kehilangan kemampuan
untuk berpikir abstrak. Individu demensia
menunjukkan perilaku cemas, depresi atau
mengalami gangguan tidur (A kemat,
2007). Terjadi penurunan dalam ingatan,
kemampuan untuk mengingat waktu dan
kemampuan untuk mengenali orang,
tempat dan benda. Sering terjadi perubahan
kepribadian (Irianto, 2017). K eadaan
tersebut membuat individu tidak mampu
melakukan kegiatan yang secara potensial
mengandung
nilai-nilai
yang
memungkinkan seseorang menemukan
makna hidupnya.
Makna hidup adalah sesuatu yang
dirasakan penting, benar, berharga dan di
dambakan serta memberikan nilai khusus
bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan

hidup. V ictor Frankl (dalam Bastaman,
2007) mengemukakan tiga komponen
kebermaknaan hidup yaitu kebebasan
berkehendak atau kebebasan untuk
menentukan sikap terhadap kondisikondisi yang terjadi dalam hidupnya, hasrat
untuk hidup bermakna, dan makna hidup.
Hasil penelitian yang di kemukakan
Sengkey (2017) bahwa kejadian Demensia
lanjut usia di BPL U Senja Cerah provinsi
Sulawesi Utara dengan presentase
terbanyak gangguan kejadian demensia
sedang, sementara penelitian yang
dilakukan Ukus (2015) dengan judul
Pengaruh Penerapan L ogoterapi terhadap
K ebermaknaan Hidup pada L ansia di
BPL U Senja Cerah Paniki Bawah Manado
menyebutkan sebelum di
berikan
logoterapi mengenai kebermaknaan hidup
terdapat 11 responden yang mengalami

kebermaknaan hidup kurang dan 4
responden yang mengalami kebermaknaan
hidup cukup. Sedangkan sesudah di
berikan logoterapi mengenai kebermakaan

ME T ODE PE NE L IT IA N
Desain penelitian yang digunakan
adalah
deskriptif
analitik
dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan OktoberDesember 2017 di Balai Penyantunan
L anjut Usia Senja Cerah provinsi Sulawesi
Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia yang ada di BPLU Senja
Cerah sejumlah 33 orang, besar sampel 33
orang yang diambil berdasarkan teknik non
probability sampling dengan pendekatan
total sampling. Instrumen dalam penelitian

ini adalah lembar kuesioner mini mental
state examination terdiri dari 5 item
pertanyaan aspek kognitif, pertama adalah
orientasi sebanyak 10 pertanyaan, kedua
adalah registrasi sebanyak 3 pertanyaan,
ketiga adalah perhatian dan kalkulasi
sebanyak 5 pertanyaan, keempat adalah
mengingat sebanyak 3 pertanyaan, dan
kelima adalah bahasa sebanyak 9
pertanyaan. J umlah total pertanyaan pada
kuesioner MMSE adalah 30 pertanyaan
dengan bobot jika BENA R 1 dan jika
SA LA H 0. K ategori untuk demensia
2

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

ringan: skor 20 – 24, sedang : skor 10 – 19
dan berat : skor < 10. Dan untuk
kebermaknaan hidup diukur menggunakan

meaning of life questionare yang dibuat
oleh Steger, dkk. (2006). Instrumen ini
terdiri dari 10 pertanyaan. Untuk
menentukan skor keseluruhan diperoleh
berdasarkan nilai median menggunakan
rumus cut off point. Pengolahan data
melalui tahap editing, coding, processing
dan cleaning. A nalisa univariat dan bivariat
dengan menggunakan uji kolmogorof
smirnov dengan tingkat kepercayaan 95%
atau α ≤ 0,05.

T abel
3.
Distribusi
R esponden
Berdasarkan T ingkat Pendidikan L ansia
di BPL U Senja C erah Provinsi Sulawesi
Utara
Pendidikan

N
%
SD
20
60,6
SMP
4
12,1
SMA
9
27,3
T otal
33
100
Sumber : Data primer, 2017
Berdasarkan data tabel 3 diketahui bahwa
sebagian besar responden berlatar belakang
pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu
sebanyak 20 responden atau 60,6%.


HA SIL dan PE MBA HA SA N
A nalisis Univariat
T abel 1. Distribusi R esponden
Berdasarkan Umur L ansia di BPL U
Senja C erah Provinsi Sulawesi Utara.
Umur
n
%
< 75 (Elderly)
12
36,4
≥ 75 (Old )
21
63,6
T otal
33
100
Sumber : Data primer, 2017

T abel
4. Distribusi R esponden
Berdasarkan T ingkat Demensia Pada
L ansia di BPL U Senja C erah Provinsi
Sulawesi Utara T ahun 2017
K ejadian
N
%
Demensia
Ringan
12
36,4
Sedang
15
45,5
Berat
6
18,2
T otal
33
100
Sumber : Data primer, 2017

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa
dari 33 responden yang diteliti sebagian
besar adalah lansia berumur lanjut usia tua
(Old ) sebanyak 21 responden atau 63,6 %.

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui bahwa
kejadian demensia pada lansia di BPL U
Senja Cerah provinsi Sulawesi Utara
terbanyak adalah mengalami gangguan
demensia sedang sebanyak 15 responden
atau 45,5 %.

T abel
2.
Distribusi
R esponden
Berdasarkan J enis K elamin L ansia di
BPL U Senja C erah Provinsi Sulawesi
Utara
J enis K elamin
N
%
L aki-laki
13
39,4
Perempuan
20
60,6
T otal
33
100
Sumber : Data primer, 2017

T abel
5.
Distribusi
R esponden
Berdasarkan K ebermaknaan Hidup
Pada L ansia di BPL U Senja C erah
Provinsi Sulawesi Utara T ahun 2017
K ebermaknaan
n
%
Hidup
Baik
22
66,7
K urang
11
33,3
T otal
33
100
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa
responden paling banyak adalah jenis
kelamin perempuan sejumlah 20 responden
atau 60,6 %.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
kebermaknaan hidup lansia di BPLU Senja
3

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

Cerah Provinsi Sulawesi Utara paling
banyak adalah kategori kebermaknaan
hidup baik sejumlah 22 responden atau
66,7 %.

Pembahasan
Demensia atau kepikunan seringkali
dianggap wajar terjadi pada lanjut usia
karena merupakan bagian dari proses
penuaan yang normal. Penyakit ini dapat
dialami semua orang tanpa membedakan
gender, status sosial, ras, bangsa, etnis,
ataupun
suku.
Demensia
adalah
kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya sehingga mengganggu aktivitas
hidup sehari- hari dan aktivitas sosial
(Nugroho, 2012).
Pada umumnya setelah sesorang
memasuki masa lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi,
pemahaman,
pengertian,
perhatian
dan
lain-lain
sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi lambat. Sementara fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan. Dengan adanya penurunan kedua
fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang
berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia (Padila, 2013).
K emampuan kognitif pada lansia juga
dipengaruhi oleh faktor personal dan
lingkungan seperti tingkat pendidikan,
persepsi diri dan pengharapan, serta status
kesehatan mental seperti depresi dan
kecemasan. L ansia memiliki kelemahan
dalam mengingat jangka pendek tetapi tidak
dengan kemampuan mengingat masa
lampau. Daya kreatifitas dan kemampuan
memecahkan masalah kehidupan seharihari
tidak
mengalami
perubahan.
Peningkatan juga terjadi pada aspek wisdom
atau kebijaksanaan yaitu kemampuan
individu untuk memberikan penilaian dan
saran terkait individu dan lingkungannya
(Widyanto, 2014).
Penuaan merupakan proses alami yang
tidak dapat dihindari, berjalan terus
menerus dan berkesinambungan. Proses
penuaan akan menyebabkan perubahan
anatomis dan fisiologis pada tubuh

A nalisa Bivariat
T abel 6. Hubungan Demensia dengan
kebermaknaan hidup pada L ansia di
BPL U Senja C erah provinsi Sulawesi
Utara.

R ingan

K ebermaknaan
Hidup
Baik
K urang
n
%
n
%
10 83,3
2
16,7

n
12

%
36,4

Sedang

9

60,0

6

40,0

15

45,4

Berat

3

50,0

3

50,0

6

18,2

T otal

22

66,7

11

33,3

33

100

Demensia

T otal

P
Value

0,646

Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui bahwa
responden yang demensia ringan dan
kebermaknaan hidupnya baik sebanyak
83,3% dan yang kebermaknaan hidup
kurang sebanyak 16,7%. Demensia sedang
dengan kebermaknaan hidup baik
sebanyak 60,0% dan kebermaknaan hidup
kurang sebanyak 40,0%. Sementara untuk
demensia berat dengan kebermaknaan
hidup baik
sebanyak
50%
dan
kebermaknaan hidup kurang sebanyak
33,3%.
Tabel 6 diuji dengan uji pearson chi
square menggunakan tabel 3x2 tetapi
karena terdapat sel yang nilai harapannya
kurang dari 5 sebanyak 50% dari total
jumlah sel sehingga dianggap tidak
memenuhi syarat uji chi square. Menurut
Dahlan (2011) apabila syarat uji Chi Square
tidak terpenuhi maka di pakai uji
alternatifnya yaitu uji
KolmogorofSmirnov.
Hasil uji Kolmogorof-Smirnov diperoleh
hasil nilai P value 0,646 lebih besar dari α
0,05 maka dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Ho gagal ditolak atau
dengan kata lain tidak ada hubungan antara
demensia dengan kebermaknaan hidup
pada L anjut Usia di BPLU Senja Cerah
provinsi Sulawesi Utara.
4

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

sehingga dapat mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan
(Widyanto, 2014). Perubahan psikososial
pada lansia akan berdampak pada kepuasan
hidup dan perubahan arti hidup. L ansia
cenderung mengalami banyak perubahan
terkait faktor psikososial. Disisi lain, lansia
juga manusia yang memiliki hakikat
sebagai makhluk yang terbuka terhadap
dunia luar, senantiasa berinteraksi dengan
sesama manusia dalam lingkungan social
budayanya dan mampu mengolah
lingkungan fisik sekitarnya. Manusia juga
memiliki kebebasan berkehendak, hasrat
untuk hidup dan makna hidup yang
dianggap sangat penting sehingga layak
dijadikan tujuan dalam kehidupan (Y usuf,
2016).
Makna
hidup
seseorang
dapat
ditemukan dalam kehidupan itu sendiri,
baik dalam keadaan yang menyenangkan
maupun
dalam
penderitaan.
K ebermaknaan hidup lansia berkaitan
dengan persepsi terhadap kualitas hidup,
yang mencakup kesejahteraan psikologis,
fungsi fisik yang baik, hubungan dengan
orang lain, kesehatan dan aktivitas sosial.
Memiliki makna hidup berarti dapat
meningkatkan semangat hidup dan
meletakkan dasar untuk kesejahteraan yang
nantinya membawa kebahagiaan pada diri
lansia (Steger, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
A runa Dubey, et all (2011) tentang “A
Study of Elderly living in Old Age Home
and within F amily Set-up in J ammu”
menunjukkan bahwa para lansia kurang
puas dengan sikap para generasi muda yang
menganggap lansia sebagai beban sehingga
para lansia lebih memilih tinggal di panti
Werdha sebagai tempat menemukan makna
hidup. Penelitian yang dilakukan A riyanthi
(2016) menunjukkan terdapat hubungan
positif antara dukungan sosial dengan
kebermaknaan hidup. semakin tinggi
dukungan sosial yang didapat lansia yang
tinggal di panti werda maka akan semakin
tinggi pula kebermaknaan hidup lansia
tersebut. Tidak terdapatnya hubungan
antara demensia dengan kebermaknaan

hidup pada L anjut Usia di BPLU Senja
Cerah karena didukung oleh faktor-faktor
lain yang memungkinkan seseorang
menemukan makna hidupnya. Faktor
tersebut antara lain nilai-nilai kreatif, nilainilai pengalaman serta nilai-nilai bersikap.
Selain itu, dukungan sosial yang baik dari
sesama penghuni panti maupun petugas
panti membuat lansia merasa diperhatikan
yang memungkinkan lansia menemukan
makna hidupnya.
SIMPUL A N
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan
Demensia dengan K ebermaknaan Hidup
pada L anjut Usia di BPLU Senja Cerah
provinsi Sulawesi Utara didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Demensia pada lanjut usia di BPL U
Senja Cerah provinsi Sulawesi Utara
terbanyak adalah tingkat sedang.
2. K ebermaknaan hidup pada lanjut usia di
BPL U Senja Cerah terbanyak adalah
kategori baik.
3. Tidak terdapat hubungan antara
demensia dengan kebermaknaan hidup
pada lanjut usia di BPL U Senja Cerah
provinsi Sulawesi Utara.
DA F T A R PUST A K A
A kemat. (2007). Kesehatan J iwa &
Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat,
Ed. 2. J akarta : EGC
A riyanthi, N. (2016). Hubungan Dukungan
Sosial dengan Kebermaknaan Hidup
Pada Lansia di Panti Wreda.
https://core.ac.uk/download/pdf.
Diakses 11 Desember 2017.
Bastaman. (2007). Logoterapi : Psikologi
Untuk Menemukan Makna Hidup
Dan Meraih Hidup Bermakna.
J akarta: Raja Grafindo Persada.
Badan Pusat Statistik. (2014). Kebutuhan
data
Ketenagakerjaan
Untuk
Pembangunan
Berkelanjutan.
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/p
ublic/@asta/@ro-bangkok/@ilojakarta/documents/presentation/wc
5

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

Ukus, vera. (2015). Pengaruh Penerapan
Logoterapi Terhadap Kebermaknaan
hidup pada
Lansia di Badan
Penyantunan Lanjut Usia Senja
Cerah Paniki Bawah Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id.
Diakses pada 5 November 2017.

ms_346599.pdf. Diakses tanggal 28
Oktober 2017.
Dahlan, M. S. (2011). Statistik Untuk
Kedokteran dan kesehatan. J akarta:
Salemba Medika
Dubey, A ., Seema, B., Neelima, G., Neeraj,
S. (2017). A Study of Elderly Living
in Old Age home and Within F amily
Set-up
in
J ammu.
http://www.indiaenvironmentportal.
org.in/files/file/Living%20in%20Old
%20Age%20Home.pdf diakses 13
Desember 2017.

UNIDOP. (2017). International Day of
Older
Persons2017.
https.//www.un.org/develop
pment/desa/ageing/internationalday-of-older-personshomepage/unidop
2012.html. diakses pada 28 Oktober
2017.

Irianto, K . (2014). Epidemiologi Penyakit
Menular & Tidak Menular. Bandung:
A lfa Beta

Widyanto, F. C. (2014). Keperawatan
komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Y ogyakarta: Nuha Medika.

Notosoedirdjo, M. & L atipun. (2011).
Kesehatan Mental. Malang : UMM
Press.

Y usuf. (2016). Konsep Dasar dan
Pendekatan Konseling Individual.
Bandung : Refika A ditam

Nugroho, H.W. (2012). Keperawatan
Gerontik & Geriatrik Edisi 3. J akarta
: EGC
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Y ogyakarta: Nuha Medika.
Sengkey, A ndriano H. (2017). Hubungan
depresi dengan Interaksi Sosial
Lanjut Usia di Desa Tombasian Atas
Kecamatan Kawangkoan Barat.
https://media.neliti.com/media/publi
cations. Diakses pada 5 November
2017.
Sunaryo, dkk. (2015). Asuhan Keperawatan
Gerontik. Y ogyakarta : A ndi Offset
Steger, M. F., Frazier, P., Oishi, S., &
K aler, M. (2011). The Meaning in
Life Questionnaire : Assessing the
presence of and search for meaning
in life. J ournal of Counseling
Psychology,
53,
80-93.
Http://www.michaelfsteger.com/wpcontent/uploads/2012/08/MLQ.pdf.
Diakses tanggal 6 November 2017.

6

e-journal K eperawatan (e-K p) V olume 6 Nomor 1, Februari 2018

7