HUBUNGAN SUPERVISI DAN KOMUNIKASI INTERP
HUBUNGAN SUPERVISI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI BALAI LATIHAN KERJA
PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO JAKARTA
Rini Iswanti
Karyawan BLKPI Pasar Rebo Jakarta
Rini_BPLKI@yahoo.com
Abstract: This study aims to determine the relationship between 1) the supervision of the work
ethic, 2) communication with work productivity, and 3) monitoring and communication together
with the work ethic. This research was conducted in BLKPI Pasar Rebo, conducted from April
to May 2012. The methodology of this study using survey methodology. The study used
samples of 92 employees BLKPI Pasar Rebo, and 20 employees on a trial were selected based
on a random sample technique (random sampling) to the employee BLKPI Pasar Rebo Jakarta.
Data collection techniques using the instrument in the form of a questionnaire. This instrument
calibration by using the tool test the validity and reliability coefficients. Test test valliditas using
Pearson Product Moment correlation, while the coefficient of reliability was calculated using
Cronbach Alpha formula. Results of research in showing that: First, there is a positive
relationship between the supervision of the work ethic; Secondly there is a positive relationship
between communication with work ethic, and; Thirdly there is a positive relationship between
surveillance and communication together with the work ethic. The implication of this study is
an effort to improve employee work ethic can be done through monitoring and communication.
Keyword: Supervision, Interpersonal Communication, Work Productivity
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 1) pengawasan dengan
etos kerja, 2) komunikasi dengan produktivitas kerja, dan 3) pengawasan dan komunikasi
secara bersama-sama dengan etos kerja. Penelitian ini dilakukan di BLKPI Pasar Rebo,
dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Mei 2012. Metodologi penelitian ini
menggunakan methodology survey. Penelitian ini memakai sampel 92 pegawai BLKPI
Pasar Rebo, dan 20 pegawai sebagai uji coba yang dipilih berdasarkan tehnik sample acak
(random sampling) terhadap pegawai BLKPI Pasar Rebo Jakarta. Tehnik pengumpulan
data dengan menggunakan instrument dalam bentuk kuesioner. Kalibrasi instrument ini dengan
menggunakan alat test koefisien validitas dan reliabilitas. Uji test valliditas dengan
menggunakan korelasi Pearson Product Moment, sementara untuk koefisien reliabilitasnya
dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Hasil penelitian in menunjukkan
bahwa: Pertama, terdapat hubungan yang positif antara pengawasan dengan etos kerja; Kedua
terdapat hubungan yang positif antara komunikasi dengan etos kerja, dan; Ketiga terdapat
hubungan yang positif antara pengawasan dan komunikasi secara bersama-sama dengan etos
kerja. Implikasi dari penelitian ini adalah sebuah upaya untuk memperbaiki etos kerja pegawai
dapat dilakukan melalui pengawasan dan komunikasi.
Kata kunci: supervisi, komunikasi interpersonal, produktivitas kerja
103
Respon terhadap perubahan benar-benar bergantung
bagi calon tenaga kerja yang produktif, sehingga
pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam
lulusannya mampu bersaing dalam dunia kerja.
kapasitas individu, keluarga, kelompok masyarakat,
maupun
sebagai
bangsa.
Kualitas
sumber
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri
daya
(BLKPI)
institusi
merupakan
pemerintah
yang
manusia sebagai penentu pembangunan diperlukan
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di
pendidikan
harus
bidang pelatihan, tenaga kerja dan perluasan tenaga
klasik
kerja, dan produktifitas tenaga kerja, pengawasan tenaga
mengatakan bahwa pendidikan berkembang untuk
kerja. Pengembangan sumber daya manusia dalam
membentuk masyarakat yang berkualitas, akan tetapi
suatu organisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan
masyarakatpun berkemampuan membentuk pendidikan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hal
yang berkualitas.
ini pula yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja
sebagai
diperhatikan
semua
ikhtiar
sentral
pihak.
yang
Paradigma
Pengembangan
Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan
berat
bagi
pengelola pendidikan/pelatihan
mempersiapkan
sumber
daya
manusia
untuk
terhadap
Industri
para
pegawai.
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui
yang
pelayanan diklat yang diselenggarakan secara berkala.
berkualitas, cerdas, berakhlak mulia, jujur, terampil dan
Sebagai lembaga pelatihan professional yang
professional dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan
melaksanakan pelatihan calon tenaga kerja Balai
serta
Latihan Kerja Pengembangan Industri harus tanggap
kemampuan
manajerial
yang
handal,
berwawasan ke depan dengan mengingat masa lalu dan
terhadap
masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link
kebutuhannya. Oleh karena itu Balai Latihan Kerja
and match yang menekankan bahwa pengelolaan
Pengembangan
pendidikan/pelatihan
mengembangkan
ilmu
dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan industri
pendidikan/pelatihan
agar
dan kebutuhan
dilaksanakan dapat menunjang kualitas kehidupan
harus
ditingkatkan
dan
perkembangan
masyarakat.
masyarakat, dengan tanpa meninggalkan identitas,
Industri
masyarakat
harus
Kepekaan
dan
siap
selalu
dan
teknologi
program-program
menanggapi
yang
kebutuhan
norma agama dan budaya luhur bangsa, baik untuk
masyarakat merupakan keharusan agar eksistensinya
situasi dan kondisi masa kini dan masa yang akan
sebagai lembaga profesional penghasil calon tenaga
datang.
kerja diterima dan mendapat dukungan masyarakat.
Pelatihan
merupakan
pekerjaan
karena lapangan pekerjaan ini
khusus
yang
ketrampilan
menuntut
membutuhkan
teknis,
prasyarat
keahlian
membentuk calon tenaga kerja yang handal dengan
baik
dasar,
apabila
lembaga
yang bersangkutan
secara
keseluruhan memiliki kondisi yang dinamis untuk
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui
mampu bergerak menunjang proses pencapaian tujuan
proses pendidikan dan latihan yang berkualitas. Proses
lembaga
tersebut diselenggarakan dalam suatu Balai Latihan
Pengembangan Industri dituntut meng- gembangkan
Kerja Pengembangan Industri, yaitu suatu lembaga
manajemen kelembagaan yang didasarkan pada prinsip-
yang bentuk organisasi, program, dan pengelolaannya
prinsip kepedulian terhadap mutu, inovatif, dedikasi
tertata
mengembangkan
sistemik.
teori
sikap
Dalam rangka melaksanakan peran dan kewajiban
kepribadian.
secara
dan
profesional,
organisasi.
Balai
Latihan
Kerja
ini
mampu
dan dukungan pimpinan. Pengembangan manajemen
praktek
pelatihan
kelembagaan/organisasi diarahkan untuk meningkatkan
Lembaga
maupun
atau
kinerja
104
manajemen
organisasi/lembaga
secara
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
menyeluruh, sehingga memiliki kemampuan untuk
dan pengembangan yang akan menjamin kinerja dan
meningkatkan produktivitas, daya saing, dan mutu
produktivitas kerja agar semakin meningkat.
layanan organisasi. Untuk mewujudkan
tujuan ini,
Berdasarkan
maka fokus pengembangan dipusatkan pada aspek
pegawai/instruktur
manajerial seluruh unsur pimpinan, sistem supervisi,
produktivitasnya
pengelolaan sumber daya, dan sistem informasi dan
menjalankan perannya dengan baik instruktur tetap
komunikasi.
membutuhkan bantuan-bantuan yang dapat mendukung
uraian
di
atas
dapat
dengan
diharapkan
menunjukkan
baik.
Untuk
dapat
manajemen organisasi,
peningkatan produktivitasnya. Dalam hal ini Kepala
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri dituntut
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri merupakan
selalu melakukan pembaharuan pelatihan, khususnya
penanggung jawab terhadap manajemen lembaga,
dalam pengelolaan proses pembelajaran. Komponen
memiliki
penting yang harus dipersiapkan dan dibina untuk
mengembangkan kesanggupan- kesanggupan mereka
melakukan pembaharuan meliputi: kurikulum, sarana,
secara maksimal dalam membangun produktivitas
dan pegawai dalam hal ini instruktur.
kerjanya dan menciptakan suasana kantor yang sehat.
Selain pengembangan
tugas
membantu
para
pegawai
untuk
Instuktur merupakan komponen utama dalam
Kepala BLKPI sebagai supervisor yang memberikan
proses pembelajaran dan mempengaruhi hasil belajar.
peluang, fasilitas, dan dorongan terhadap instruktur
Instruktur
yang
melatih
calon
kerja
tenaga
untuk
menunjukkan
kinerja
terbaiknya
sangat
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar
dibutuhkan oleh pegawai/instruktur dalam bekerja
lagi karena penampilannya akan menjadi contoh bagi
dengan baik sehingga dapat meraih produktivitasnya
peserta
pelatihan.
tidak
Intruktur
cukup
hanya
dengan optimal.
mempunyai kemampuan teori dan praktek tetapi harus
mampu
mengaktualisasikan
penampilan
dalam
dalam kegiatan
perbuatan
pembelajaran.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan
dan
kemampuan, keterampilan, sikap, motivasi dan perilaku
Oleh
maka perlu dilakukan penilaian atas
pekerjaan
yang
karena itu pegawai/instruktur perlu me- ningkatkan
telah
kompetensinya
pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu sistem yang
secara
terus
menerus
terutama
dilaksanakan
oleh
pegawai. Penilaian
kompetensi tugas yang berkaitan dengan pekerjaannya,
digunakan
untuk menilai hasil fisik yang telah
sehingga dengan ke- mampuanya tersebut pegawai
dihasilkan
oleh
dalam menjalankan perannya dengan baik.
meliputi berbagai aspek seperti: kemampuan kerja,
pendidikan
memproduksi
keluaran
Pelaksanaan
pekerjaan
kerajinan, disiplin, hubungan kerja, dan lain-lain sesuai
Menurut (Sedarmayanti, 2009: 48) Berhasil
tidaknya
pegawai.
dengan tugas dan kewajiban yang telah ditentukan.
yang
berkualitas, juga akan ditentukan oleh faktor manusia
Hal
sebagai sub sistem yang
produktivitas kerja para pegawai secara teratur dan
akan
turut
mewarnai
tersebut
diharapkan
rutin,
yang lebih baik, yang diharapkan akan merupakan
produktivitas kerja pegawai yang dinilai maupun
sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam mengisi
lembaga
pembangunan jangka panjang. Sumber daya manusia
globalisasi
diharapkan
kualitas
manusia dan kelembagaan, baik di sektor swasta.
hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan
Sumber daya manusia yang bermutu tersebut memiliki
akan
mampu
meningkatkan
secara
keseluruhan.
diperlukan
bagi
menunjukkan
keberhasilan pendidikan dalam meraih mutu lulusan
sehingga
bermanfaat
dapat
Untuk
kemampuan
pengembangan
menghadapi
sumber
keimanan dan ketakwaan serta menguasai
105
daya
ilmu,
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan
besar bagi setiap pegawai dalam menjalankan tugasnya
mampu membangun budaya kerja yang produktif.
dengan baik.
Menurut Akhyar Efendi (2009: 36) dalam jurnal
Dari uraian di atas, menarik untuk dikaji lebih
Manajemen PNS yang efektif bahwa dari segi kualitas
lanjut mengenai hubungan supervisi dan komunikasi
sumber daya manusia, profil PNS memperhatikan masih
interpersonal
rendahnya kualitas, kapasitas dan mentalitas PNS
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri Pasar
sebagai
Rebo, Jakarta.
akibat
dari
rendahnya
rasionalitas
dan
dengan
produktivitas kerja
pegawai
keterkaitan antara sub sistem dalam manajemen PNS.
METODE
Permasalahan kinerja dan profesiomalisme kinerja PNS
Penelitian ini
selalu menjadi sorotan banyak pihak. Lebih lanjut
dengan
cara
dengan
relatif masih nrendah antara lain tercermin dari disiplin,
mengumpulkan
semangat
rendah.
tersebut digunakan untuk menguji hubungan antara
Produktivitas kerja pegawai merupakan hal yang
dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dalam
menarik untuk dikaji lebih lanjut,
meski
banyak
penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu
faktor
namun
faktor
supervisi (X1), dan komunikasi interpersonal (X2),
dianggap
sedangkan variabel terikatnya adalah produktivitas
yang
supervisi
produktivitas
perlu
dan
yang
diperhatikan
komunikasi
interpersonal
kore-
lasional
menurut Latief (2002: 58) etos kerja bangsa Indonesia
kerjaan,
teknik
menggunakan metode survey,
data
melalui
instrumen.
Metode
untuk
kerja (Y). Hubungan dalam variabel terikat dan
dianalisis. Supervisi sangat berperan dalam membina
variabel bebas penelitian digambarkan dalam bentuk
pegawai
konstelasi hubungan antar variabel seperti gambar
merupakan
faktor
untuk
yang paling
meningkatkan
sehingga produktivitas akan
dominan
kualitas
kerja,
berikut :
meningkat. Demikian
juga komunikasi interpersonal yang berkaitan sangat
X1
Y
X2
Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan antara Variabel Penelitian
Keterangan:
X1 : Supervisi
X2 : Komunikasi Interpersonal
Y
: Produktivitas Kerja
106
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
Distribusi skor frekuensi Produktivitas Kerja
HASIL
1.
secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1. di
Skor Produktivitas Kerja
Hasil
pengambilan
data
lapangan
untuk
bawah ini:
Produktivitas Kerja mempunyai nilai tertinggi 125 dan
2.
terendah 70 dengan rentangan nilai 55. Dari hasil
frekuens
frekuensi
no kelas interval frekuensi i relatif
kumulatif
(%)
(%)
1
70 – 77
9
9,78%
9,78%
2
78 – 85
8
8,70%
18,48%
3
86 - 93
26
28,26%
46,74%
4
94 - 101
13
14,13%
60,87%
5
102 - 109
18
19,57%
80,43%
6
110 - 117
8
8,7%
89,13%
7
118 - 125
10
10,87%
100,00%
Jumla
9
100%
h
2
sebesar 174,124. Banyak kelas yang diperoleh dalam
perhitungan statistik diperoleh nilai rata-rata sebesar
97,3043, median = 96, modus = 87, standar deviasi
= 13,498 dan varians sebesar 182,192. Banyak kelas
yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari tujuh
kelas dengan panjang kelas delapan.
3.
Skor Supervisi
Berdasarkan data yang diperoleh, skor
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Produktivitas
Kerja
untuk
Supervisi mempunyai nilai tertinggi 120 dan terendah
penelitian ini terdiri dari tujuh kelas dengan panjang
72 dengan rentangan nilai 48 dari hasil perhitungan
kelas tujuh. Distribusi skor frekuensi Supervisi secara
statistik diperoleh nilai rata-rata sebesar 94,913 median
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
= 94 modus = 94, standar deviasi = 13,196 dan varians
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Supervisi
4.
10
FREKUENSI
RELATIF (%)
10,87%
FREKUENSI
KUMULATIF (%)
10,87%
79 - 85
17
18,48%
29,35%
3
86 - 92
11
11,96%
41,30%
4
93 - 99
20
21,74%
63,04%
5
100 - 106
14
15,22%
78,26%
6
107 - 113
10
10,87%
89,13%
7
114 - 120
10
10,87%
100,00%
Jumlah
92
100%
NO
KELAS INTERVAL
FREKUENSI
1
72 - 78
2
Skor Komunikasi Interpersonal
Berdasarkan
data
yang
diperoleh,
135,838.
skor
Banyak
kelas
yang
diperoleh dalam
untuk
penelitian ini terdiri dari tujuh kelas dengan panjang
Komunikasi Interpersonal memperoleh nilai tertinggi
delapan. Distribusi skor frekuensi Lingkungan Kerja
120 dan terendah 65 dengan rentangan nilai 55dan
secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di
hasil perhitungan statistik diperoleh nilai rata- rata
bawah ini:
sebesar 99,174, median = 101, modus = 95,
standar deviasi = 11,655 dan varians sebesar
107
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal
1
65 - 72
1
1,09%
FREKUENSI
KUMULATIF
(%)
1,09%
2
73 - 80
5
5,43%
6,52%
3
81 - 88
11
11,96%
18,48%
4
89 - 96
18
19,57%
38,04%
5
97 - 104
24
26,09%
64,13%
6
105 - 112
23
25.00%
89,13%
7
113 - 120
10
10,87%
100,00%
NO
KELAS INTERVAL
FREKUENSI
Jumlah
92
Pengujian persyaratan analisis yang dimaksud
100%
berdistribusi normal jika Ho diterima dan tidak
adalah persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis
regresi
dapat
dilakukan,
berdistribusi normal jika H0 ditolak.
untuk keperluan
baik
FREKUENSI
RELATIF%
H0 = Data berasal dari populasi berdistribusi normal
prediksi maupun untuk keperluan pengujian hipotesis.
H1 = Data berasal dari populasi tidak berdistribusi
Ada tiga syarat yang
normal
harus
dipenuhi
sebelum
linier
Pengujian persyaratan normalitas galat taksiran variabel
sederhana maupun regresi ganda, yaitu: pertama,
terikat terhadap variabel bebas dilakukan dengan
syarat normalitas galat taksiran (Ŷ-Y) dari suatu
menggunakan uji Lilliefors dengan kriteria uji:
regresi sederhana; kedua, syarat homogenitas varians
H0 = diterima, jika Lhitung < Ltabel
kelompok-kelompok skor Y yang dikelompokkan
H0 = ditolak, jika Lhitung > Ltabel
melakukan
analisis
regresi,
baik regresi
berdasarkan kesamaan data variabel prediktor (X i);
Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X 1
dan ketiga, syarat kelinieran untuk regresi Y atas Xi
Pertama-tama dihitung persamaan regresi Y
untuk regresi sederhana.
Dari
ketiga
persyaratan
tersebut
ada
atas X1. Selanjutnya dicari nilai Ŷ i untuk setiap Xi.
dua
Kemudian
persyaratan yang disajikan pengujiannya pada bagian
dicari
Y
galat
(Ŷ-Y)
berdasarkan
pasangan data tersebut. Selanjutnya dihitung nilai
ini, yaitu uji persyaratan normalitas galat taksiran
zi, F(zi), S(zi) dan L = F(zi)-S(zi). Lhitung
regresi Y atas Xi dan uji persyaratan homogenitas
diambil dari nilai L tertinggi.
varians kelompok-kelompok skor Y berdasarkan
Berdasarkan
kesamaan data X i, sedangkan uji kelinieran bentuk
analisis
regresi
diperoleh
persamaan regresi Ŷ = 44,326 + 0,558 X1. Untuk
regresi sederhana Y atas Xi akan diuji pada
selanjutnya
bagian pengujian hipotesis penelitian.
dilakukan
perhitungan
dengan
menggunakan bantuan program excel for windows,
Uji Normalitas Galat Taksiran
sehingga diperoleh nilai-nilai L hitung tertinggi =
Pengujian normalitas galat taksiran regresi Y
0,041 dan L tabel = 0,092. Dengan demikian karena
atas X 1, X2, dimaksudkan untuk menguji apakah
L hitung (0,041) < L tabel (0,092), maka dapat
populasi berdistribusi normal atau tidak. Ketentuan
disimpulkan Ŷ galat dengan persamaan Ŷ = 44,326
pengujiannya
+ 0,558 X1 mempunyai distribusi yang normal.
adalah
galat
taksiran
(Ŷ–Y)
108
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
hitung (0,040) > L tabel (0,092), maka dapat
Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X 2
Berdasarkan
analisis
regresi
disimpulkan Ŷ galat dengan persamaan regresi Ŷ =
diperoleh
persamaan regresi Ŷ = 51,42 + 0,463 X2. Untuk
51,42 + 0,31463 X2
selanjutnya
normal.
dilakukan
perhitungan
dengan
mempunyai distribusi yang
menggunakan bantuan program excel for windows,
Secara ringkas hasil pengujian persayaratan
sehingga diperoleh nilai-nilai L hitung tertinggi =
normalitas galat taksiran dapat dilihat pada Tabel 4.4.
0,040 dan L tabel = 0,092. Dengan demikian karena L
berikut:
Tabel 4.4. Rangkuman Analisa Uji Normalitas Galat Taksiran
Galat Taksiran
Regresi Y atas
X1
X2
n
92
92
Lhitung
L tabel (α= 0,05)
0,042
0,040
0,092
0,092
Keterangan
Normal
Normal
Keterangan :
Y
X1
X2
n
= Produktivitas Kerja
= Supervisi
= Komunikasi Interpersonal
= Banyak sampel
dalam persamaan regresi Ŷ =
Pengujian Hipotesis Penelitian
yang ditunjukkan
Hubungan antara Supervisi dengan Produktivitas
44,326 + 0,558 X1. Uji signifikansi dan kelinieran
Kerja
regresi tersebut tercantum dalam Tabel 4.6. sebagai
Hipotesis pertama menyatakan terdapat hubungan
berikut:
positif antara supervisi dengan produktivitas kerja
Tabel 4.5. Tabel ANAVA Untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi Ŷ = 44,326 + 0,558 X1
Sumber
Varians
Total
dk
JK
RJK
92
887.648
Koefisien (a)
1
871.068,552
Regresi (b/a)
1
4.935,195
4.935,195
Sisa
90
11.644,253
129,38
Tuna Cocok
34
1.883,753
55,404
Galat
56
9.760,5
174,294
Fhitung
Ft =
6,85
ns
= Non-signifikan, regresi berbentuk linier, Fhitung < Ftabel pada α = 0,05 (0,3179 < 1,63)
Dk
= Derajat Kebebasan
JK
= Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
produktivitas kerja dan supervisi yang digambarkan
Fhitung model regresi seherhana sebesar 38,145 <
melalui persamaan regresi Ŷ = 44,326 + 0,558 X1
sebesar 6,85. Kesimpulannya bentuk hubungan antara
adalah sangat signifikan. Selanjutnya nilai Fhitung
109
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif
=0,05
Tuna Cocok sebesar 0,3179 < Ftabel pada
sebesar 1,63, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk
antara supervisi dengan produktivitas kerja
regresi sederhana produktivitas kerja dan kupervisi
terbukti. Artinya, makin tinggi supervisi maka
produktivitas
yang digambarkan dalam persamaan regresi sederhana
Ŷ = 44,326 + 0,558 X1 adalah linier.
kerja
makin
baik.
telah
Koefisien
2
2
determinasinya adalah r y1 = (0,549) = 0,301 atau
disimpulkan
30,1%. Dengan koefisien determinasi 0,301 atau
bahwa setiap kenaikan satu satuan supervisi akan
30,1% menunjukkan bahwa supervisi memberikan
diikuti dengan kenaikan produktivitas kerja sebesar
kontribusi terhadap produktivitas kerja sebesar 30,1%.
Dari
persamaan
regresi
tersebut
Dengan mengontrol pengaruh variabel komunikasi
0,558 satuan pada konstanta 44,326. Kekuatan hubungan
antara
supervisi
interpersonal
produktivitas kerja ,
dengan
didapatkan
korelasi
parsial
antara
ditentukan oleh koefisien korelasi ry1 sebesar 0,549
supervisi dan produktivitas kerja, yaitu r y1.2 = 0,549.
dengan nilai t-hitung (6,23) > t tabel (2,63) pada α=
Uji keberartian korelasi parsial diperoleh harga thitung
0,01. Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi
sebesar 4,87 dan harga ttabel sebesar 1,95 pada α = 0,05.
tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi
Karena
antara supervisi dengan produktivitas kerja sebesar
disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan.
t-hitung
(4,87)
>
t-tabel
(1,95),
maka
0,549 sangat signifikan. Dengan demikian dikukuhkan
Tabel 4.6. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Supervisi dengan Produktivitas Kerja
ttabel
Sumber
Koefisien Korelasi
thitung
α = 0,05
α = 0,01
ry1
0,549
6,23 **
1,95
2,64
r y1.2
0,459
4,87**
1,95
2,64
Keterangan:
** = Regresi sangat signifikan, t-hitung > t-tabel pada α = 0,01 (6,23 >2,64), t-hitung >t-tabel pada α = 0,01 (4,87 >
2,64)
regresi Ŷ = 51,42 + 0,463 X2. Uji signifikansi dan
dengan Produktivitas Kerja
Hipotesis
positif
kedua
antara
menyatakan
komunikai
terdapat
interpersonal
ditunjukkan dalam persamaan
produktivitas kerja
Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal
kelinieran regresi tersebut tercantum dalam Tabel 4.7.
hubungan
sebagai
dengan
berikut:
Tabel 4.7. Tabel ANAVA Untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi Ŷ = 51,42 + 0,463 X2
Sumber
Varians
Total
dk
JK
RJK
92
887.648
Koefisien (a)
1
871.068,522
Regresi (b/a)
1
2.647,958
Sisa
90
13.931,52
154,795
Tuna Cocok
42
6.362,22
151,481
Galat
48
7.569,3
157,693
110
Fh
2.647,958 17,062**
0,96
ns
Ft =
0,05
Ft =
0,01
3,95
6,85
1,62
1,90
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
Keterangan:
**
= Regresi sangat signifikan, Fhitung > Ftabel, pada α =0,01 (17,062 > 6,85
ns
=Non-signifikan, regresi berbentuk linier, Fhitung < Ftabel pada α =0,05 (0,96
kerja sebesar 0,415 sangat signifikan. Dengan demikian
sebesar 6,85. Kesimpulannya bentuk hubungan antara
hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif
produktivitas kerja dan komunikasi interpersonal yang
antara komunikasi interpersonal dengan produktivitas
digambarkan melalui persamaan regresi Ŷ = 51,42 +
kerja
0,463 X2 adalah sangat signifikan. Selanjutnya nilai
mengandung makna bahwa, makin baik dan inten
Fhitung Tuna Cocok sebesar 0,96 < F-tabel pada α
komunikasi maka tinggi pula produktivitas kerja
=0,05 sebesar 1,6, maka dapat disimpulkan bahwa
pegawai.
terbukti
kebenarannya.
Hal
ini
dapat
bentuk regresi sederhana produktivitas kerja dan
Koefisien determinasinya adalah r2y2 = (0,415)2 =
komunikasi interpersonal yang digambarkan dalam
0,172 atau 17,2%. Dengan koefisien determinasi 0,172
persamaan regresi sederhana Ŷ = 51,42 + 0,463 X2
atau
adalah linier.
interpersonal
17,2%
menunjukkan
bahwa
memberikan
kontribusi
komunikasi
kepada
Dari persamaan regresi tersebut mengandung arti
produktivitas kerja sebesar 17,2%. Apabila dengan
bahwa setiap kenaikan satu satuan unit komunikasi
mengontrol pengaruh supervisi didapatkan korelasi
interpersonal diikuti dengan kenaikan
parsial
produktivitas
antara
komunikasi
interpersonal
produktivitas kerja, yaitu r y2.1
kerja sebesar 0,463 satuan pada konstanta 51,42.
dan
= 0,333. Uji
komunikasi
keberartian korelasi parsial diperoleh harga thitung
interpersonal dengan produktivitas kerja , ditentukan
sebesar 3,34 dan harga ttabel sebesar 1,95 pada α =
oleh koefisien korelasi r y2 sebesar 0,415 dengan nilai
0,05. Karena t-hitung (3,34) > t-tabel (1,95), maka
t- hitung (4,33) > t- tabel (2,63) pada α = 0,01.
disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan.
Berdasarkan
Secara ringkas hasil perhitungan dan uji signifikansi
Kekuatan
hubungan
uji
signifikansi
antara
koefisien
korelasi
korelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi
Tabel 4.8. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Komunikasi Interpersonal
dengan Produktivitas Kerja
ttabel
Koefisien
thitung
Sumber
Korelasi
α = 0,05
α = 0,01
ry2
0,415
4,33**
1,95
2,64
ry2.1
0,333
3,334**
1,95
2,64
Keterangan:
** = Regresi sangat signifikan, thitung > ttabel pada α = 0,01 (4,33 > 2,64) thitung > ttabel pada α = 0,01 (3,334 > 2,64)
111
Hubungan antara Supervisi dan Komunikasi
terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan
Interpersonal dengan Produktivitas Kerja
regresi Ŷ = 17,641 + 0,493 X1 + 0,329 X2. Sebelum
Perhitungan lengkap regresi jamak dari variabel
digunakan untuk keperluan prediksi persamaan regresi
terikat produktivitas kerja didapat arah regresi b 1
ini harus dilakukan uji keberartian regresi. Untuk
sebesar 0,493 X1 dan b2 sebesar 0,329 X2 serta
mengetahui derajat keberartian persamaan regresi,
konstanta a sebesar 17,641. Dengan demikian bentuk
dilakukan uji F hasilnya dapat ditelaah pada Tabel 4.7
hubungan antara variabel bebas dengan variabel
berikut:
Tabel 4. 9. Uji Signifikasi Regresi Ganda Ŷ = 17,641 + 0,493 X1 + 0,329 X2.
Sumber
Variasi
Total
RJK
F hitung
F tabel
α=0,05 α=0,01
5.339,539
2.669,769
21,13**
3,097
11.239,939
126,291
dk
JK
91
16.579,478
JK (reg)
2
JK(S)
89
4,66
Keterangan:
**
JK
RJK
= 0,01 (21,13
= Regresi signifikan, Fh > Ft pada
= Jumlah Kuadrat
= Rata-rata Jumlah Kuadrat
Perhitungan korelasi ganda antara X1 dan X2
4,66) dk
sebesar
= derajat kebebasan
F hitung =
21,13.
Untuk
lebih jelasnya
dengan Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar R
mengenai hubungan X1, X2 dengan Y dapat dilihat
= 0,567. Uji keberartian dengan menggunakan uji F
pada Tabel 4. 10 berikut:
Tabel 4.10. Rangkuman Uji Korelasi Jamak antara X1,X2 dengan Y
Ftabel
Fhitung
Korelasi
R
α= 0,05
α= 0,01
Ry.12
0,567
21,13**
3,097
4,66
Keterangan :
**= Korelasi signifikan (Fh = 21,13 > Ft = 4,66) Ry.12
= Korelasi X1, X2 dengan Y
Dari hasil pengujian signifikansi regresi ganda
terjadi pada produktivitas kerja dapat dijelaskan oleh
seperti pada Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa
supervisi dan komunikasi interpersonal melalui regresi
koefisien
korelasi
jamak
Ŷ = 17,641 + 0,493 X1 + 0,329 X2.
yang diperoleh dalam
penelitian ini sangat signifikan. Dengan demikian dapat
Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial pada
dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat
pembahasan di atas dapat diketahui bahwa masing-
hubungan positif antara
masing variabel bebas mempunyai hubungan yang
supervisi dan komunikasi
interpersonal secara bersama- sama dengan produktivitas
signifikan
kerja, teruji kebenarannya.
produktivitas kerja. Namun untuk mengetahui peringkat
2
2
Koefisien determinasi adalah sebesar R = (0,567)
terhadap
variabel
terikatnya
yaitu
hubungan tersebut maka secara ringkas dapat dilihat
= 0,322. Ini menunjukkan bahwa 32,2% variasi yang
pada tabel berikut:
112
Tabel 4.11. Analisis Korelasi Parsial
Korelasi
X1 dengan Y
Dikontrol
X2
X2 dengan Y
X1
langsung maupun tidak langsung. Tetapi sebaliknya
data dan pengujian hipotesis diperoleh bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini
tersebut
produktivitas
kerja
mencegah
mengandung
pengertian
bahwa
positif
Dari
supervisor
Supervisi
memberikan
pegawai.
Apabila
karena
dijelaskan
bahwa
peranan
penting
dalam
kerja pegawai, motivasi
Kekuatan hubungan antara komunikasi interpersonal
supervisor
aktifitas
memegang
dapat
komunikasi interpersonal dengan produktivitas kerja.
dengan produktivitas kerja ditentukan oleh koefisien
korelasi ry2 sebesar 0,415 dengan nilai t hitung (4,
dan terencana, maka produktivitas kerja pegawai akan
meningkat,
atas
Kedua Terdapat hubungan yang positif antara
melaksanakan fungsi supervisinya secara terprogram
semakin
di
karena akan mempengaruhi kualitas kerja.
kontribusi
mempunyai tugas yang salah satunya meningkatkan
kerja
teori
sangat mempengaruhi produktivitas kerja bawahan,
terhadap produktivitas kerja sebesar 30,1 % . Supervisor
produktivitas
akan menurunkan
dari supervisor juga sangat diperlukan dan akan
supervisor, maka produktivitas kerja pegawai akan
baik.
sehingga
meningkatkan produktivitas
sering
supervisi yang dilakukan oleh kepala BLKPI atau
semakin
dalam
improving quality, and preventing accident.”
tersebut,
semakin
disiplinan
motivation, using machinery and equipment better,
mengarah ke hasil yang sebaik mungkin bagi klien.
yang
tugas
ketidak
workers’skills through training, improving worker
guna
professional yang tepat dan beretika professional yang
hubungan
pekerjaannya
can take to increase productivity including upgrading
memastikan bahwa karyawan/pegawai bekerja secara
Terdapatnya
hasil
akan
oleh Donald C. Moesley et.al (2005: 440) ”supervisors
melakukan
supervisi
semua
pegawai
produktivitas kerja, sebagaimana yang di kemukakan
implemented leading to the best possible clilnical
kegiatan
seorang
itu
tindakan
melaksanakan
appropriate and ethical professional practices are
terhadap
Selain
Supervisi yang dilakukan atasan berguna untuk
monitor the supervisee’s conduct to ensure that
pemantauan
maka
secara tertulis.
and Robin ( 2006: 6) menyatakan, “supervisor is to
Supervisor
pegawai,
bukti fisik tersebut dijadikan sebagai bahan laopran
menguatkan teori yang di kemukakan oleh Hawkins
client”.
pada
fungsinya
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dimana
dengan
hitung (6,23) > t tabel (2,63) pada α = 0,01. Hal ini
the
benar
dan
melaksanakan
sebagai bukti fisik bahwa ia telah melaksanakan tugas
koefisien korelasi ry1 sebesar 0,549 dengan nilai t
for
baik
mengadmisnistrasikan
Pertama Supervisi terbukti mempunyai hubungan
outcome
secara
atasannya.
dapat
dijelaskan sebagai berikut:
positif dengan
tidak
dengan penuh kesungguhan karena diawasi oleh
komunikasi interpersonal. Untuk lebih jelasnya hasil
hipotesis
supervisor
adanya supervisi, maka seorang pegawai akan bekerja
varabel-nariabel produktivitas kerja, supervisi dengan
pengujian
apabila
produktivitas kerja pegawai akan menurun dengan
berarti terdapat hubungan langsung yang positif antara
yang
Kedua
dilakukannya diawasi oleh atasannya baik secara
Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis
dan
Peringkat
Pertama
0,333
PEMBAHASAN
analisis
Koefisien Korelasi
0,459
33) > t tabel (2,63) pada α = 0,01. Hal ini berarti
yang
kenaikan satu satuan unit komunikasi interpersonal akan
113
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
with customer satisfaction and negatively
associated with employee intentions to quit”.
Ketiga hubungan langsung supervisi, komunikasi
diikuti oleh produktivitas kerja sebesar 0,463 satuan
pada konstanta 51,41.
Semakin baik komunikasi interpersonal, maka
semakin
tinggi
pula
tingkat
produktivitas
interpersonal dengan produktivitas kerja. Terdapat
kerja
hubungan yang positif antara supervisi, komunikasi
pegawai. Hasil penelitian ini menguatkan teori yang di
interpersonal dengan produktivitas kerja. Hubungan
kemukakan oleh Robbins (2006: 409) yang menyatakan
yang
bahwa:
cukup
signifikan
tersebut
diketahui
dari
perhitungan korelasi ganda antara variabel supervisi
There is evidence that demonstrates a positive
relationship between effective communication
(which includes factors such as perceived trust,
perceived accuracy, desire for interaction, top
management
receptiveness,
and
upward
and
worker
information
requirements
productivity)”
dan
variabel
komunikasi
interpersonal
dengan
produktivitas kerja yang menghasilkan koefisien korelasi
R sebesar 0,567.
Hasil uji keberartian yang menggunakan uji F
menghasilkan F hitung sebesar 21,13. Dari hasil
antara
pengujian signifikansi regresi ganda diatas didapat
komunikasi yang efektif menganut faktor kepercayaan
hubungan yang sangat signifikan. Koefisien R2=
yang dianut, kecermatan yang dirasakan, keinginan
(0,567)2 = 0,322 menunjukkan bahwa 32,2% variasi
untuk berinteraksi, kemauan menerima dari manajemen
yang terjadi pada produktivitas kerja berhubungan
puncak, dan persyaratan informasi ke atas dengan
dengan supervisi dan komunikasi interpersonal.
Terdapat
hubungan
yang
positif
produktivitas kerja. Dengan adanya komunikasi yang
Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang
efektif, adanya kepercayaan antara pegawai dan saling
dikemukakan Cherrington dalam jurnal Susan Fowler
terbuka akan memberikan dampak yang positif dalam
Fouts (2004: 42)
“Communicate clear expectations about productivity
and high-quality crafmanship. Supervisors, peers
and subordinates have clear expectations of
performance. These expectations often become
selffulfilling prophecies. Additionally, performance
expectations are effectively communicated during
the assignment of regular tasks and especially
during the orientation of new employees. This
communications
includes
teaching
and
explaining the values of work the dignity of labor,
and the joy of service.
organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik maka
akan
meningkatkan
kinerja
pegawai
artinya
produktivitas kerja pegawai baik pula. Komunikasi
antar pegawai harus tetap ditegakkan agar tidak terjadi
miscommunication yang akan menghambat jalannya
kelancaran organisasi. Jika produktivitas digabungkan
di dalam suatu organisasi, produktivitas merupakan
sarana untuk memonitor kemajuan, mengadakan umpan
balik, menetapkan tujuan yang dapat diukur, dan
Komunikasi yang jelas diduga berkisar antara
mengevaluasi kinerja manajerial yang dilaksanakan oleh
produktivitas dan keahlian yang berkualitas tinggi.
seorang pemimpin. Komunikasi antara pimpinan dan
Supervisor, rekan kerja serta bawahan mempunyai
bawahan
dimana
mendengarkan
manajemen
karyawan.
Seperti
juga
harus
ekspektasi kinerja. Ekspektasi tersebut bahkan menjadi
pendapat
yang
acuan penyelesaian bagi dirinya sendiri. Komunikasi
ini mencakup pengajaran dan penjelasan nilai-nilai
diungkapkan oleh Kinicki-Kreitner (2008: 309)
martabat kerja karyawan, dan kesenangan dalam
“Some communication experts contend that
listening is the keystone communication skill for
employees involved in sales, customer service, or
management. In support of this conclusion,
listening effectiveness was positively associated
bekerja. Bila pegawai merasa nyaman dan senang
dalam bekerja dikarenakan komunikasi antar pegawai
juga terjaga dengan baik makan akan menghasilkan
114
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
dampak
yang
baik
otomatis
produktivitas juga
dengan menunjukkan kepercayaan dan bersikap ramah
terhadap pegawai,
meningkat.
memahami
masalah bawahan,
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh manajer
membantu mengembangkan karir bawahan, selalu
atau pimpinan kepada tim kerjanya yaitu pegawai,
menyampaikan informasi, menghargai ide bawahan, dan
sangat diperlukan untuk kelangsungan
organisasi.
membiarkan bawahan mempunyai otonomi dalam
Suatu organisasi harus mengadakan interaksi antar
bekerja. Supervisor yang dekat dengan para pegawai
pegawai maupun pimpinannnya. Komunikasi yang
akan menimbulkan kesan yang mendalam dalam
inten harus dilakukan terus menerus. Tanpa ada
menciptakan
komunikasi pegawai tidak akan tahu apa yang sedang
menciptakan situasi
terjadi, manajemen tidak dapat menerima informasi dan
bersemangat.
suasana
yang
kerja
kerja yang
kondusif,
bergairah dan
sebaliknya, supervisor tidak dapat memberi instruksi.
Komunikasi membantu menyelesaikan semua fungsi
manajemen
organizing),
dasar,
yaitu: planning
leading
SIMPULAN
(perencanaan),
controlling
para pegawai, sehingga meskipun supervisor tidak
(pengawasan), sehingga organisasi dapat mencapai
berada ditempat kerja atau meninggalkan tempat kerja
tujuannya.
untuk suatu keperluan, karyawan akan tetap melakukan
Pengawasan
(kepemimpinan,
Semangat kerja akan menimbulkan disiplin bagi
(supervisi)
yang
dilakukan
pekerjaan dengan penuh tanggung jawab dan akan tetap
oleh
manajer kepada bawahannya bertujuan agar tercapai
bekerja dengan produktif.
suatu hasil kerja yang maksimal secara effektif dan
akan
efesien,
dengan
memperbaiki
kesahalan
bawahan
sedini
terjadi
Suasana yang demikian
apabila hubungan
para
pekerja
antara
(pegawai)
supervisor
terjalin
secara
mungkin, dan meningkatkan kerja tim. Semakin baik
harmonis dengan dukungan komunikasi antar pegawai
tingkat pengawasan yang dilakukan pimpinan kepada
yang baik.
bawahan, maka pegawai akan melaksanakan kerja
secara tertib dan efektif, yang berati terciptanya suatu
DAFTAR RUJUKAN
produktivitas yang tinggi dalam melaksanakan suatu
Carol
A.
Falender
and
Edward
P. Shafranske,
pekerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh Garry Yukl
2004.Clinical Supervision A Competency-Based
(2010: 107) “The effective managers were also
Approach, Washsington, American Psychological
supportive and helpful with subordinates. Supportive
Association.
effective
Donald C. Moesly, Leon C. Megginson, Paul H. Pietri,
leadership included showing trust and confidence,
2005. Supervisory Management, South-Western,
acting friendly and considerate, trying to understand
Thomson.
behaviors
that
were
subordinate
problems,
subordinates
and
subordinate
correlated
helping
further
informed,
with
to
their careers,
showing
FX.Suwarto,
develop
Perilaku
Keorganisasian,
Yogyakarta, Universitas Atma Jaya.
keeping
appreciation
1999.
Fred Luthans, 1992. Organizational Behavior , New
for
York, Mc.Graw-Hill, Inc.
subordinates’ ideas,, allowed considerably autonomy
Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1995. Organization
in how subordinates so the work”.
Behaviors, Structure, Process. USA, Business,
Pemimpin/manajer yang efektif juga mendukung
Publications, INC. fith edition.
dan membantu bawahanya. Sikap mendukung yang
berkaitan dengan kepimpinan yang efektif mencakup
115
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Pengembangan Supervisi Pendidikan, Jakarta,
GR. Terry dan L.W. Rue, 2009. Dasar-Dasar
Manajemen, alih bahasa- GA Ticoalu, Jakarta,
PT Rineka Cipta.
Bumi Aksara.
Robert Kreitner, Angelo kinicki, 2007. Organizational
Hadari Nawawi, 1983. Administrasi Pendidikan, Jakarta,
Behavior, New York, The Mc. Graw-Hill, 2007.
Gunung Agung.
Herjanto,
Eddy,
Robbin, Stephen, Timothy A. Judge, organizational
1999.Manajemen
Produksi
dan
Behavior; New York, Prentice Hall
Robbin, Stephen, 2006. Perilaku Organisasi, Jakarta,
Operasi, Jakarta, PT Gramedia Widia Sarana
PT. Indeks, edisi kesepuluh
Indonesia, Edisi kedua.
Kinicki
and
Kreitner,
Behavior,Key
2008.
Concepts,
Roberth
Organizational
Skills
and
Sergiovani dan Starrat, yang dikutip oleh E. Mulyasa,
Pearson Education, Inc
Newstrom,
Organizational
2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional,
Keith
Behavior,
Davis,
New
2002.
York,
Bandung, PT. Rosda Karya.
Mc.
Sedarmayanti, 2009. Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja, CV Mandar Maju.
Graw-Hill.
Sedarmayanti. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, 1999.
Joseph Propopenko, 1987. Productivity Management,
A Practical handbook : International Labour
CV. Mandar Maju.
Organization.
Sulthon, 2009.
Made Pidarta, 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual,
Sondang P. Siagian, M.P.A, 2002. Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja, Jakarta, PT.Rineka Cipta.
Mucharsyah Sinungan, 2005. Produktivitas, Apa dan
Bagaimana, Jakarta, Bumi Aksara.
Laurie
J,
Organizational
2005.
Sudjana, 2005. Metoda Statistika Edisi ke. 6, Bandung:
Management
Behaviour,
and
Tarsito
Edinburgh Gate,
Thomas J. Sergiovanni & Robert J. Starratt, 2002.
Supervision A Redefinition, New York, Mc Graw-
Prence Hall Financial Times.
and
Behavior,
Glinow,
Fourth
2008.
Edition,
Hill
Organizational
New
York,
Mc.Graw-Hill, Inc
Mukhtar dan Iskandar, 2009. Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press.
Ngalim Purwanto, 2008. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Onong Uchjana, 1987. Human Relations dan Public
Relations dalam Manajemen, Bandung: Alumni.
Piet A. Sahertian, 2008. Konsep Dasar dan Teknik
Superviso
Pendidikan
Membangun Semangat Kerja Guru,
Yogyakarta: LaksBang Pressindo.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Shane
2001.
Wiley & Sons, Inc
in Organizations, Ninth Edition, New Jersey,
Mc.
Jackson,
Schermerhorn, 2005. Management, New York, John
Jerald Greenberg and Robert A. Baron, 2008. Behavior
Mullins
H.
PT Salemba Emban Patria, edisi pertama.
Hill, Inc
W,
John
Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta,
Best
Practices Third Edition, New York, Mc Graw-
John
L.Mathis,
Dalam
Rangka
116
PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI BALAI LATIHAN KERJA
PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO JAKARTA
Rini Iswanti
Karyawan BLKPI Pasar Rebo Jakarta
Rini_BPLKI@yahoo.com
Abstract: This study aims to determine the relationship between 1) the supervision of the work
ethic, 2) communication with work productivity, and 3) monitoring and communication together
with the work ethic. This research was conducted in BLKPI Pasar Rebo, conducted from April
to May 2012. The methodology of this study using survey methodology. The study used
samples of 92 employees BLKPI Pasar Rebo, and 20 employees on a trial were selected based
on a random sample technique (random sampling) to the employee BLKPI Pasar Rebo Jakarta.
Data collection techniques using the instrument in the form of a questionnaire. This instrument
calibration by using the tool test the validity and reliability coefficients. Test test valliditas using
Pearson Product Moment correlation, while the coefficient of reliability was calculated using
Cronbach Alpha formula. Results of research in showing that: First, there is a positive
relationship between the supervision of the work ethic; Secondly there is a positive relationship
between communication with work ethic, and; Thirdly there is a positive relationship between
surveillance and communication together with the work ethic. The implication of this study is
an effort to improve employee work ethic can be done through monitoring and communication.
Keyword: Supervision, Interpersonal Communication, Work Productivity
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 1) pengawasan dengan
etos kerja, 2) komunikasi dengan produktivitas kerja, dan 3) pengawasan dan komunikasi
secara bersama-sama dengan etos kerja. Penelitian ini dilakukan di BLKPI Pasar Rebo,
dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Mei 2012. Metodologi penelitian ini
menggunakan methodology survey. Penelitian ini memakai sampel 92 pegawai BLKPI
Pasar Rebo, dan 20 pegawai sebagai uji coba yang dipilih berdasarkan tehnik sample acak
(random sampling) terhadap pegawai BLKPI Pasar Rebo Jakarta. Tehnik pengumpulan
data dengan menggunakan instrument dalam bentuk kuesioner. Kalibrasi instrument ini dengan
menggunakan alat test koefisien validitas dan reliabilitas. Uji test valliditas dengan
menggunakan korelasi Pearson Product Moment, sementara untuk koefisien reliabilitasnya
dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Hasil penelitian in menunjukkan
bahwa: Pertama, terdapat hubungan yang positif antara pengawasan dengan etos kerja; Kedua
terdapat hubungan yang positif antara komunikasi dengan etos kerja, dan; Ketiga terdapat
hubungan yang positif antara pengawasan dan komunikasi secara bersama-sama dengan etos
kerja. Implikasi dari penelitian ini adalah sebuah upaya untuk memperbaiki etos kerja pegawai
dapat dilakukan melalui pengawasan dan komunikasi.
Kata kunci: supervisi, komunikasi interpersonal, produktivitas kerja
103
Respon terhadap perubahan benar-benar bergantung
bagi calon tenaga kerja yang produktif, sehingga
pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam
lulusannya mampu bersaing dalam dunia kerja.
kapasitas individu, keluarga, kelompok masyarakat,
maupun
sebagai
bangsa.
Kualitas
sumber
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri
daya
(BLKPI)
institusi
merupakan
pemerintah
yang
manusia sebagai penentu pembangunan diperlukan
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di
pendidikan
harus
bidang pelatihan, tenaga kerja dan perluasan tenaga
klasik
kerja, dan produktifitas tenaga kerja, pengawasan tenaga
mengatakan bahwa pendidikan berkembang untuk
kerja. Pengembangan sumber daya manusia dalam
membentuk masyarakat yang berkualitas, akan tetapi
suatu organisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan
masyarakatpun berkemampuan membentuk pendidikan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hal
yang berkualitas.
ini pula yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja
sebagai
diperhatikan
semua
ikhtiar
sentral
pihak.
yang
Paradigma
Pengembangan
Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan
berat
bagi
pengelola pendidikan/pelatihan
mempersiapkan
sumber
daya
manusia
untuk
terhadap
Industri
para
pegawai.
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui
yang
pelayanan diklat yang diselenggarakan secara berkala.
berkualitas, cerdas, berakhlak mulia, jujur, terampil dan
Sebagai lembaga pelatihan professional yang
professional dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan
melaksanakan pelatihan calon tenaga kerja Balai
serta
Latihan Kerja Pengembangan Industri harus tanggap
kemampuan
manajerial
yang
handal,
berwawasan ke depan dengan mengingat masa lalu dan
terhadap
masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link
kebutuhannya. Oleh karena itu Balai Latihan Kerja
and match yang menekankan bahwa pengelolaan
Pengembangan
pendidikan/pelatihan
mengembangkan
ilmu
dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan industri
pendidikan/pelatihan
agar
dan kebutuhan
dilaksanakan dapat menunjang kualitas kehidupan
harus
ditingkatkan
dan
perkembangan
masyarakat.
masyarakat, dengan tanpa meninggalkan identitas,
Industri
masyarakat
harus
Kepekaan
dan
siap
selalu
dan
teknologi
program-program
menanggapi
yang
kebutuhan
norma agama dan budaya luhur bangsa, baik untuk
masyarakat merupakan keharusan agar eksistensinya
situasi dan kondisi masa kini dan masa yang akan
sebagai lembaga profesional penghasil calon tenaga
datang.
kerja diterima dan mendapat dukungan masyarakat.
Pelatihan
merupakan
pekerjaan
karena lapangan pekerjaan ini
khusus
yang
ketrampilan
menuntut
membutuhkan
teknis,
prasyarat
keahlian
membentuk calon tenaga kerja yang handal dengan
baik
dasar,
apabila
lembaga
yang bersangkutan
secara
keseluruhan memiliki kondisi yang dinamis untuk
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui
mampu bergerak menunjang proses pencapaian tujuan
proses pendidikan dan latihan yang berkualitas. Proses
lembaga
tersebut diselenggarakan dalam suatu Balai Latihan
Pengembangan Industri dituntut meng- gembangkan
Kerja Pengembangan Industri, yaitu suatu lembaga
manajemen kelembagaan yang didasarkan pada prinsip-
yang bentuk organisasi, program, dan pengelolaannya
prinsip kepedulian terhadap mutu, inovatif, dedikasi
tertata
mengembangkan
sistemik.
teori
sikap
Dalam rangka melaksanakan peran dan kewajiban
kepribadian.
secara
dan
profesional,
organisasi.
Balai
Latihan
Kerja
ini
mampu
dan dukungan pimpinan. Pengembangan manajemen
praktek
pelatihan
kelembagaan/organisasi diarahkan untuk meningkatkan
Lembaga
maupun
atau
kinerja
104
manajemen
organisasi/lembaga
secara
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
menyeluruh, sehingga memiliki kemampuan untuk
dan pengembangan yang akan menjamin kinerja dan
meningkatkan produktivitas, daya saing, dan mutu
produktivitas kerja agar semakin meningkat.
layanan organisasi. Untuk mewujudkan
tujuan ini,
Berdasarkan
maka fokus pengembangan dipusatkan pada aspek
pegawai/instruktur
manajerial seluruh unsur pimpinan, sistem supervisi,
produktivitasnya
pengelolaan sumber daya, dan sistem informasi dan
menjalankan perannya dengan baik instruktur tetap
komunikasi.
membutuhkan bantuan-bantuan yang dapat mendukung
uraian
di
atas
dapat
dengan
diharapkan
menunjukkan
baik.
Untuk
dapat
manajemen organisasi,
peningkatan produktivitasnya. Dalam hal ini Kepala
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri dituntut
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri merupakan
selalu melakukan pembaharuan pelatihan, khususnya
penanggung jawab terhadap manajemen lembaga,
dalam pengelolaan proses pembelajaran. Komponen
memiliki
penting yang harus dipersiapkan dan dibina untuk
mengembangkan kesanggupan- kesanggupan mereka
melakukan pembaharuan meliputi: kurikulum, sarana,
secara maksimal dalam membangun produktivitas
dan pegawai dalam hal ini instruktur.
kerjanya dan menciptakan suasana kantor yang sehat.
Selain pengembangan
tugas
membantu
para
pegawai
untuk
Instuktur merupakan komponen utama dalam
Kepala BLKPI sebagai supervisor yang memberikan
proses pembelajaran dan mempengaruhi hasil belajar.
peluang, fasilitas, dan dorongan terhadap instruktur
Instruktur
yang
melatih
calon
kerja
tenaga
untuk
menunjukkan
kinerja
terbaiknya
sangat
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar
dibutuhkan oleh pegawai/instruktur dalam bekerja
lagi karena penampilannya akan menjadi contoh bagi
dengan baik sehingga dapat meraih produktivitasnya
peserta
pelatihan.
tidak
Intruktur
cukup
hanya
dengan optimal.
mempunyai kemampuan teori dan praktek tetapi harus
mampu
mengaktualisasikan
penampilan
dalam
dalam kegiatan
perbuatan
pembelajaran.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan
dan
kemampuan, keterampilan, sikap, motivasi dan perilaku
Oleh
maka perlu dilakukan penilaian atas
pekerjaan
yang
karena itu pegawai/instruktur perlu me- ningkatkan
telah
kompetensinya
pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu sistem yang
secara
terus
menerus
terutama
dilaksanakan
oleh
pegawai. Penilaian
kompetensi tugas yang berkaitan dengan pekerjaannya,
digunakan
untuk menilai hasil fisik yang telah
sehingga dengan ke- mampuanya tersebut pegawai
dihasilkan
oleh
dalam menjalankan perannya dengan baik.
meliputi berbagai aspek seperti: kemampuan kerja,
pendidikan
memproduksi
keluaran
Pelaksanaan
pekerjaan
kerajinan, disiplin, hubungan kerja, dan lain-lain sesuai
Menurut (Sedarmayanti, 2009: 48) Berhasil
tidaknya
pegawai.
dengan tugas dan kewajiban yang telah ditentukan.
yang
berkualitas, juga akan ditentukan oleh faktor manusia
Hal
sebagai sub sistem yang
produktivitas kerja para pegawai secara teratur dan
akan
turut
mewarnai
tersebut
diharapkan
rutin,
yang lebih baik, yang diharapkan akan merupakan
produktivitas kerja pegawai yang dinilai maupun
sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam mengisi
lembaga
pembangunan jangka panjang. Sumber daya manusia
globalisasi
diharapkan
kualitas
manusia dan kelembagaan, baik di sektor swasta.
hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan
Sumber daya manusia yang bermutu tersebut memiliki
akan
mampu
meningkatkan
secara
keseluruhan.
diperlukan
bagi
menunjukkan
keberhasilan pendidikan dalam meraih mutu lulusan
sehingga
bermanfaat
dapat
Untuk
kemampuan
pengembangan
menghadapi
sumber
keimanan dan ketakwaan serta menguasai
105
daya
ilmu,
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan
besar bagi setiap pegawai dalam menjalankan tugasnya
mampu membangun budaya kerja yang produktif.
dengan baik.
Menurut Akhyar Efendi (2009: 36) dalam jurnal
Dari uraian di atas, menarik untuk dikaji lebih
Manajemen PNS yang efektif bahwa dari segi kualitas
lanjut mengenai hubungan supervisi dan komunikasi
sumber daya manusia, profil PNS memperhatikan masih
interpersonal
rendahnya kualitas, kapasitas dan mentalitas PNS
Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri Pasar
sebagai
Rebo, Jakarta.
akibat
dari
rendahnya
rasionalitas
dan
dengan
produktivitas kerja
pegawai
keterkaitan antara sub sistem dalam manajemen PNS.
METODE
Permasalahan kinerja dan profesiomalisme kinerja PNS
Penelitian ini
selalu menjadi sorotan banyak pihak. Lebih lanjut
dengan
cara
dengan
relatif masih nrendah antara lain tercermin dari disiplin,
mengumpulkan
semangat
rendah.
tersebut digunakan untuk menguji hubungan antara
Produktivitas kerja pegawai merupakan hal yang
dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dalam
menarik untuk dikaji lebih lanjut,
meski
banyak
penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu
faktor
namun
faktor
supervisi (X1), dan komunikasi interpersonal (X2),
dianggap
sedangkan variabel terikatnya adalah produktivitas
yang
supervisi
produktivitas
perlu
dan
yang
diperhatikan
komunikasi
interpersonal
kore-
lasional
menurut Latief (2002: 58) etos kerja bangsa Indonesia
kerjaan,
teknik
menggunakan metode survey,
data
melalui
instrumen.
Metode
untuk
kerja (Y). Hubungan dalam variabel terikat dan
dianalisis. Supervisi sangat berperan dalam membina
variabel bebas penelitian digambarkan dalam bentuk
pegawai
konstelasi hubungan antar variabel seperti gambar
merupakan
faktor
untuk
yang paling
meningkatkan
sehingga produktivitas akan
dominan
kualitas
kerja,
berikut :
meningkat. Demikian
juga komunikasi interpersonal yang berkaitan sangat
X1
Y
X2
Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan antara Variabel Penelitian
Keterangan:
X1 : Supervisi
X2 : Komunikasi Interpersonal
Y
: Produktivitas Kerja
106
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
Distribusi skor frekuensi Produktivitas Kerja
HASIL
1.
secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1. di
Skor Produktivitas Kerja
Hasil
pengambilan
data
lapangan
untuk
bawah ini:
Produktivitas Kerja mempunyai nilai tertinggi 125 dan
2.
terendah 70 dengan rentangan nilai 55. Dari hasil
frekuens
frekuensi
no kelas interval frekuensi i relatif
kumulatif
(%)
(%)
1
70 – 77
9
9,78%
9,78%
2
78 – 85
8
8,70%
18,48%
3
86 - 93
26
28,26%
46,74%
4
94 - 101
13
14,13%
60,87%
5
102 - 109
18
19,57%
80,43%
6
110 - 117
8
8,7%
89,13%
7
118 - 125
10
10,87%
100,00%
Jumla
9
100%
h
2
sebesar 174,124. Banyak kelas yang diperoleh dalam
perhitungan statistik diperoleh nilai rata-rata sebesar
97,3043, median = 96, modus = 87, standar deviasi
= 13,498 dan varians sebesar 182,192. Banyak kelas
yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari tujuh
kelas dengan panjang kelas delapan.
3.
Skor Supervisi
Berdasarkan data yang diperoleh, skor
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Produktivitas
Kerja
untuk
Supervisi mempunyai nilai tertinggi 120 dan terendah
penelitian ini terdiri dari tujuh kelas dengan panjang
72 dengan rentangan nilai 48 dari hasil perhitungan
kelas tujuh. Distribusi skor frekuensi Supervisi secara
statistik diperoleh nilai rata-rata sebesar 94,913 median
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
= 94 modus = 94, standar deviasi = 13,196 dan varians
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Supervisi
4.
10
FREKUENSI
RELATIF (%)
10,87%
FREKUENSI
KUMULATIF (%)
10,87%
79 - 85
17
18,48%
29,35%
3
86 - 92
11
11,96%
41,30%
4
93 - 99
20
21,74%
63,04%
5
100 - 106
14
15,22%
78,26%
6
107 - 113
10
10,87%
89,13%
7
114 - 120
10
10,87%
100,00%
Jumlah
92
100%
NO
KELAS INTERVAL
FREKUENSI
1
72 - 78
2
Skor Komunikasi Interpersonal
Berdasarkan
data
yang
diperoleh,
135,838.
skor
Banyak
kelas
yang
diperoleh dalam
untuk
penelitian ini terdiri dari tujuh kelas dengan panjang
Komunikasi Interpersonal memperoleh nilai tertinggi
delapan. Distribusi skor frekuensi Lingkungan Kerja
120 dan terendah 65 dengan rentangan nilai 55dan
secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di
hasil perhitungan statistik diperoleh nilai rata- rata
bawah ini:
sebesar 99,174, median = 101, modus = 95,
standar deviasi = 11,655 dan varians sebesar
107
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal
1
65 - 72
1
1,09%
FREKUENSI
KUMULATIF
(%)
1,09%
2
73 - 80
5
5,43%
6,52%
3
81 - 88
11
11,96%
18,48%
4
89 - 96
18
19,57%
38,04%
5
97 - 104
24
26,09%
64,13%
6
105 - 112
23
25.00%
89,13%
7
113 - 120
10
10,87%
100,00%
NO
KELAS INTERVAL
FREKUENSI
Jumlah
92
Pengujian persyaratan analisis yang dimaksud
100%
berdistribusi normal jika Ho diterima dan tidak
adalah persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis
regresi
dapat
dilakukan,
berdistribusi normal jika H0 ditolak.
untuk keperluan
baik
FREKUENSI
RELATIF%
H0 = Data berasal dari populasi berdistribusi normal
prediksi maupun untuk keperluan pengujian hipotesis.
H1 = Data berasal dari populasi tidak berdistribusi
Ada tiga syarat yang
normal
harus
dipenuhi
sebelum
linier
Pengujian persyaratan normalitas galat taksiran variabel
sederhana maupun regresi ganda, yaitu: pertama,
terikat terhadap variabel bebas dilakukan dengan
syarat normalitas galat taksiran (Ŷ-Y) dari suatu
menggunakan uji Lilliefors dengan kriteria uji:
regresi sederhana; kedua, syarat homogenitas varians
H0 = diterima, jika Lhitung < Ltabel
kelompok-kelompok skor Y yang dikelompokkan
H0 = ditolak, jika Lhitung > Ltabel
melakukan
analisis
regresi,
baik regresi
berdasarkan kesamaan data variabel prediktor (X i);
Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X 1
dan ketiga, syarat kelinieran untuk regresi Y atas Xi
Pertama-tama dihitung persamaan regresi Y
untuk regresi sederhana.
Dari
ketiga
persyaratan
tersebut
ada
atas X1. Selanjutnya dicari nilai Ŷ i untuk setiap Xi.
dua
Kemudian
persyaratan yang disajikan pengujiannya pada bagian
dicari
Y
galat
(Ŷ-Y)
berdasarkan
pasangan data tersebut. Selanjutnya dihitung nilai
ini, yaitu uji persyaratan normalitas galat taksiran
zi, F(zi), S(zi) dan L = F(zi)-S(zi). Lhitung
regresi Y atas Xi dan uji persyaratan homogenitas
diambil dari nilai L tertinggi.
varians kelompok-kelompok skor Y berdasarkan
Berdasarkan
kesamaan data X i, sedangkan uji kelinieran bentuk
analisis
regresi
diperoleh
persamaan regresi Ŷ = 44,326 + 0,558 X1. Untuk
regresi sederhana Y atas Xi akan diuji pada
selanjutnya
bagian pengujian hipotesis penelitian.
dilakukan
perhitungan
dengan
menggunakan bantuan program excel for windows,
Uji Normalitas Galat Taksiran
sehingga diperoleh nilai-nilai L hitung tertinggi =
Pengujian normalitas galat taksiran regresi Y
0,041 dan L tabel = 0,092. Dengan demikian karena
atas X 1, X2, dimaksudkan untuk menguji apakah
L hitung (0,041) < L tabel (0,092), maka dapat
populasi berdistribusi normal atau tidak. Ketentuan
disimpulkan Ŷ galat dengan persamaan Ŷ = 44,326
pengujiannya
+ 0,558 X1 mempunyai distribusi yang normal.
adalah
galat
taksiran
(Ŷ–Y)
108
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
hitung (0,040) > L tabel (0,092), maka dapat
Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X 2
Berdasarkan
analisis
regresi
disimpulkan Ŷ galat dengan persamaan regresi Ŷ =
diperoleh
persamaan regresi Ŷ = 51,42 + 0,463 X2. Untuk
51,42 + 0,31463 X2
selanjutnya
normal.
dilakukan
perhitungan
dengan
mempunyai distribusi yang
menggunakan bantuan program excel for windows,
Secara ringkas hasil pengujian persayaratan
sehingga diperoleh nilai-nilai L hitung tertinggi =
normalitas galat taksiran dapat dilihat pada Tabel 4.4.
0,040 dan L tabel = 0,092. Dengan demikian karena L
berikut:
Tabel 4.4. Rangkuman Analisa Uji Normalitas Galat Taksiran
Galat Taksiran
Regresi Y atas
X1
X2
n
92
92
Lhitung
L tabel (α= 0,05)
0,042
0,040
0,092
0,092
Keterangan
Normal
Normal
Keterangan :
Y
X1
X2
n
= Produktivitas Kerja
= Supervisi
= Komunikasi Interpersonal
= Banyak sampel
dalam persamaan regresi Ŷ =
Pengujian Hipotesis Penelitian
yang ditunjukkan
Hubungan antara Supervisi dengan Produktivitas
44,326 + 0,558 X1. Uji signifikansi dan kelinieran
Kerja
regresi tersebut tercantum dalam Tabel 4.6. sebagai
Hipotesis pertama menyatakan terdapat hubungan
berikut:
positif antara supervisi dengan produktivitas kerja
Tabel 4.5. Tabel ANAVA Untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi Ŷ = 44,326 + 0,558 X1
Sumber
Varians
Total
dk
JK
RJK
92
887.648
Koefisien (a)
1
871.068,552
Regresi (b/a)
1
4.935,195
4.935,195
Sisa
90
11.644,253
129,38
Tuna Cocok
34
1.883,753
55,404
Galat
56
9.760,5
174,294
Fhitung
Ft =
6,85
ns
= Non-signifikan, regresi berbentuk linier, Fhitung < Ftabel pada α = 0,05 (0,3179 < 1,63)
Dk
= Derajat Kebebasan
JK
= Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
produktivitas kerja dan supervisi yang digambarkan
Fhitung model regresi seherhana sebesar 38,145 <
melalui persamaan regresi Ŷ = 44,326 + 0,558 X1
sebesar 6,85. Kesimpulannya bentuk hubungan antara
adalah sangat signifikan. Selanjutnya nilai Fhitung
109
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif
=0,05
Tuna Cocok sebesar 0,3179 < Ftabel pada
sebesar 1,63, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk
antara supervisi dengan produktivitas kerja
regresi sederhana produktivitas kerja dan kupervisi
terbukti. Artinya, makin tinggi supervisi maka
produktivitas
yang digambarkan dalam persamaan regresi sederhana
Ŷ = 44,326 + 0,558 X1 adalah linier.
kerja
makin
baik.
telah
Koefisien
2
2
determinasinya adalah r y1 = (0,549) = 0,301 atau
disimpulkan
30,1%. Dengan koefisien determinasi 0,301 atau
bahwa setiap kenaikan satu satuan supervisi akan
30,1% menunjukkan bahwa supervisi memberikan
diikuti dengan kenaikan produktivitas kerja sebesar
kontribusi terhadap produktivitas kerja sebesar 30,1%.
Dari
persamaan
regresi
tersebut
Dengan mengontrol pengaruh variabel komunikasi
0,558 satuan pada konstanta 44,326. Kekuatan hubungan
antara
supervisi
interpersonal
produktivitas kerja ,
dengan
didapatkan
korelasi
parsial
antara
ditentukan oleh koefisien korelasi ry1 sebesar 0,549
supervisi dan produktivitas kerja, yaitu r y1.2 = 0,549.
dengan nilai t-hitung (6,23) > t tabel (2,63) pada α=
Uji keberartian korelasi parsial diperoleh harga thitung
0,01. Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi
sebesar 4,87 dan harga ttabel sebesar 1,95 pada α = 0,05.
tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi
Karena
antara supervisi dengan produktivitas kerja sebesar
disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan.
t-hitung
(4,87)
>
t-tabel
(1,95),
maka
0,549 sangat signifikan. Dengan demikian dikukuhkan
Tabel 4.6. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Supervisi dengan Produktivitas Kerja
ttabel
Sumber
Koefisien Korelasi
thitung
α = 0,05
α = 0,01
ry1
0,549
6,23 **
1,95
2,64
r y1.2
0,459
4,87**
1,95
2,64
Keterangan:
** = Regresi sangat signifikan, t-hitung > t-tabel pada α = 0,01 (6,23 >2,64), t-hitung >t-tabel pada α = 0,01 (4,87 >
2,64)
regresi Ŷ = 51,42 + 0,463 X2. Uji signifikansi dan
dengan Produktivitas Kerja
Hipotesis
positif
kedua
antara
menyatakan
komunikai
terdapat
interpersonal
ditunjukkan dalam persamaan
produktivitas kerja
Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal
kelinieran regresi tersebut tercantum dalam Tabel 4.7.
hubungan
sebagai
dengan
berikut:
Tabel 4.7. Tabel ANAVA Untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi Ŷ = 51,42 + 0,463 X2
Sumber
Varians
Total
dk
JK
RJK
92
887.648
Koefisien (a)
1
871.068,522
Regresi (b/a)
1
2.647,958
Sisa
90
13.931,52
154,795
Tuna Cocok
42
6.362,22
151,481
Galat
48
7.569,3
157,693
110
Fh
2.647,958 17,062**
0,96
ns
Ft =
0,05
Ft =
0,01
3,95
6,85
1,62
1,90
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
Keterangan:
**
= Regresi sangat signifikan, Fhitung > Ftabel, pada α =0,01 (17,062 > 6,85
ns
=Non-signifikan, regresi berbentuk linier, Fhitung < Ftabel pada α =0,05 (0,96
kerja sebesar 0,415 sangat signifikan. Dengan demikian
sebesar 6,85. Kesimpulannya bentuk hubungan antara
hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif
produktivitas kerja dan komunikasi interpersonal yang
antara komunikasi interpersonal dengan produktivitas
digambarkan melalui persamaan regresi Ŷ = 51,42 +
kerja
0,463 X2 adalah sangat signifikan. Selanjutnya nilai
mengandung makna bahwa, makin baik dan inten
Fhitung Tuna Cocok sebesar 0,96 < F-tabel pada α
komunikasi maka tinggi pula produktivitas kerja
=0,05 sebesar 1,6, maka dapat disimpulkan bahwa
pegawai.
terbukti
kebenarannya.
Hal
ini
dapat
bentuk regresi sederhana produktivitas kerja dan
Koefisien determinasinya adalah r2y2 = (0,415)2 =
komunikasi interpersonal yang digambarkan dalam
0,172 atau 17,2%. Dengan koefisien determinasi 0,172
persamaan regresi sederhana Ŷ = 51,42 + 0,463 X2
atau
adalah linier.
interpersonal
17,2%
menunjukkan
bahwa
memberikan
kontribusi
komunikasi
kepada
Dari persamaan regresi tersebut mengandung arti
produktivitas kerja sebesar 17,2%. Apabila dengan
bahwa setiap kenaikan satu satuan unit komunikasi
mengontrol pengaruh supervisi didapatkan korelasi
interpersonal diikuti dengan kenaikan
parsial
produktivitas
antara
komunikasi
interpersonal
produktivitas kerja, yaitu r y2.1
kerja sebesar 0,463 satuan pada konstanta 51,42.
dan
= 0,333. Uji
komunikasi
keberartian korelasi parsial diperoleh harga thitung
interpersonal dengan produktivitas kerja , ditentukan
sebesar 3,34 dan harga ttabel sebesar 1,95 pada α =
oleh koefisien korelasi r y2 sebesar 0,415 dengan nilai
0,05. Karena t-hitung (3,34) > t-tabel (1,95), maka
t- hitung (4,33) > t- tabel (2,63) pada α = 0,01.
disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan.
Berdasarkan
Secara ringkas hasil perhitungan dan uji signifikansi
Kekuatan
hubungan
uji
signifikansi
antara
koefisien
korelasi
korelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi
Tabel 4.8. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Komunikasi Interpersonal
dengan Produktivitas Kerja
ttabel
Koefisien
thitung
Sumber
Korelasi
α = 0,05
α = 0,01
ry2
0,415
4,33**
1,95
2,64
ry2.1
0,333
3,334**
1,95
2,64
Keterangan:
** = Regresi sangat signifikan, thitung > ttabel pada α = 0,01 (4,33 > 2,64) thitung > ttabel pada α = 0,01 (3,334 > 2,64)
111
Hubungan antara Supervisi dan Komunikasi
terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan
Interpersonal dengan Produktivitas Kerja
regresi Ŷ = 17,641 + 0,493 X1 + 0,329 X2. Sebelum
Perhitungan lengkap regresi jamak dari variabel
digunakan untuk keperluan prediksi persamaan regresi
terikat produktivitas kerja didapat arah regresi b 1
ini harus dilakukan uji keberartian regresi. Untuk
sebesar 0,493 X1 dan b2 sebesar 0,329 X2 serta
mengetahui derajat keberartian persamaan regresi,
konstanta a sebesar 17,641. Dengan demikian bentuk
dilakukan uji F hasilnya dapat ditelaah pada Tabel 4.7
hubungan antara variabel bebas dengan variabel
berikut:
Tabel 4. 9. Uji Signifikasi Regresi Ganda Ŷ = 17,641 + 0,493 X1 + 0,329 X2.
Sumber
Variasi
Total
RJK
F hitung
F tabel
α=0,05 α=0,01
5.339,539
2.669,769
21,13**
3,097
11.239,939
126,291
dk
JK
91
16.579,478
JK (reg)
2
JK(S)
89
4,66
Keterangan:
**
JK
RJK
= 0,01 (21,13
= Regresi signifikan, Fh > Ft pada
= Jumlah Kuadrat
= Rata-rata Jumlah Kuadrat
Perhitungan korelasi ganda antara X1 dan X2
4,66) dk
sebesar
= derajat kebebasan
F hitung =
21,13.
Untuk
lebih jelasnya
dengan Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar R
mengenai hubungan X1, X2 dengan Y dapat dilihat
= 0,567. Uji keberartian dengan menggunakan uji F
pada Tabel 4. 10 berikut:
Tabel 4.10. Rangkuman Uji Korelasi Jamak antara X1,X2 dengan Y
Ftabel
Fhitung
Korelasi
R
α= 0,05
α= 0,01
Ry.12
0,567
21,13**
3,097
4,66
Keterangan :
**= Korelasi signifikan (Fh = 21,13 > Ft = 4,66) Ry.12
= Korelasi X1, X2 dengan Y
Dari hasil pengujian signifikansi regresi ganda
terjadi pada produktivitas kerja dapat dijelaskan oleh
seperti pada Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa
supervisi dan komunikasi interpersonal melalui regresi
koefisien
korelasi
jamak
Ŷ = 17,641 + 0,493 X1 + 0,329 X2.
yang diperoleh dalam
penelitian ini sangat signifikan. Dengan demikian dapat
Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial pada
dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat
pembahasan di atas dapat diketahui bahwa masing-
hubungan positif antara
masing variabel bebas mempunyai hubungan yang
supervisi dan komunikasi
interpersonal secara bersama- sama dengan produktivitas
signifikan
kerja, teruji kebenarannya.
produktivitas kerja. Namun untuk mengetahui peringkat
2
2
Koefisien determinasi adalah sebesar R = (0,567)
terhadap
variabel
terikatnya
yaitu
hubungan tersebut maka secara ringkas dapat dilihat
= 0,322. Ini menunjukkan bahwa 32,2% variasi yang
pada tabel berikut:
112
Tabel 4.11. Analisis Korelasi Parsial
Korelasi
X1 dengan Y
Dikontrol
X2
X2 dengan Y
X1
langsung maupun tidak langsung. Tetapi sebaliknya
data dan pengujian hipotesis diperoleh bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini
tersebut
produktivitas
kerja
mencegah
mengandung
pengertian
bahwa
positif
Dari
supervisor
Supervisi
memberikan
pegawai.
Apabila
karena
dijelaskan
bahwa
peranan
penting
dalam
kerja pegawai, motivasi
Kekuatan hubungan antara komunikasi interpersonal
supervisor
aktifitas
memegang
dapat
komunikasi interpersonal dengan produktivitas kerja.
dengan produktivitas kerja ditentukan oleh koefisien
korelasi ry2 sebesar 0,415 dengan nilai t hitung (4,
dan terencana, maka produktivitas kerja pegawai akan
meningkat,
atas
Kedua Terdapat hubungan yang positif antara
melaksanakan fungsi supervisinya secara terprogram
semakin
di
karena akan mempengaruhi kualitas kerja.
kontribusi
mempunyai tugas yang salah satunya meningkatkan
kerja
teori
sangat mempengaruhi produktivitas kerja bawahan,
terhadap produktivitas kerja sebesar 30,1 % . Supervisor
produktivitas
akan menurunkan
dari supervisor juga sangat diperlukan dan akan
supervisor, maka produktivitas kerja pegawai akan
baik.
sehingga
meningkatkan produktivitas
sering
supervisi yang dilakukan oleh kepala BLKPI atau
semakin
dalam
improving quality, and preventing accident.”
tersebut,
semakin
disiplinan
motivation, using machinery and equipment better,
mengarah ke hasil yang sebaik mungkin bagi klien.
yang
tugas
ketidak
workers’skills through training, improving worker
guna
professional yang tepat dan beretika professional yang
hubungan
pekerjaannya
can take to increase productivity including upgrading
memastikan bahwa karyawan/pegawai bekerja secara
Terdapatnya
hasil
akan
oleh Donald C. Moesley et.al (2005: 440) ”supervisors
melakukan
supervisi
semua
pegawai
produktivitas kerja, sebagaimana yang di kemukakan
implemented leading to the best possible clilnical
kegiatan
seorang
itu
tindakan
melaksanakan
appropriate and ethical professional practices are
terhadap
Selain
Supervisi yang dilakukan atasan berguna untuk
monitor the supervisee’s conduct to ensure that
pemantauan
maka
secara tertulis.
and Robin ( 2006: 6) menyatakan, “supervisor is to
Supervisor
pegawai,
bukti fisik tersebut dijadikan sebagai bahan laopran
menguatkan teori yang di kemukakan oleh Hawkins
client”.
pada
fungsinya
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dimana
dengan
hitung (6,23) > t tabel (2,63) pada α = 0,01. Hal ini
the
benar
dan
melaksanakan
sebagai bukti fisik bahwa ia telah melaksanakan tugas
koefisien korelasi ry1 sebesar 0,549 dengan nilai t
for
baik
mengadmisnistrasikan
Pertama Supervisi terbukti mempunyai hubungan
outcome
secara
atasannya.
dapat
dijelaskan sebagai berikut:
positif dengan
tidak
dengan penuh kesungguhan karena diawasi oleh
komunikasi interpersonal. Untuk lebih jelasnya hasil
hipotesis
supervisor
adanya supervisi, maka seorang pegawai akan bekerja
varabel-nariabel produktivitas kerja, supervisi dengan
pengujian
apabila
produktivitas kerja pegawai akan menurun dengan
berarti terdapat hubungan langsung yang positif antara
yang
Kedua
dilakukannya diawasi oleh atasannya baik secara
Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis
dan
Peringkat
Pertama
0,333
PEMBAHASAN
analisis
Koefisien Korelasi
0,459
33) > t tabel (2,63) pada α = 0,01. Hal ini berarti
yang
kenaikan satu satuan unit komunikasi interpersonal akan
113
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
with customer satisfaction and negatively
associated with employee intentions to quit”.
Ketiga hubungan langsung supervisi, komunikasi
diikuti oleh produktivitas kerja sebesar 0,463 satuan
pada konstanta 51,41.
Semakin baik komunikasi interpersonal, maka
semakin
tinggi
pula
tingkat
produktivitas
interpersonal dengan produktivitas kerja. Terdapat
kerja
hubungan yang positif antara supervisi, komunikasi
pegawai. Hasil penelitian ini menguatkan teori yang di
interpersonal dengan produktivitas kerja. Hubungan
kemukakan oleh Robbins (2006: 409) yang menyatakan
yang
bahwa:
cukup
signifikan
tersebut
diketahui
dari
perhitungan korelasi ganda antara variabel supervisi
There is evidence that demonstrates a positive
relationship between effective communication
(which includes factors such as perceived trust,
perceived accuracy, desire for interaction, top
management
receptiveness,
and
upward
and
worker
information
requirements
productivity)”
dan
variabel
komunikasi
interpersonal
dengan
produktivitas kerja yang menghasilkan koefisien korelasi
R sebesar 0,567.
Hasil uji keberartian yang menggunakan uji F
menghasilkan F hitung sebesar 21,13. Dari hasil
antara
pengujian signifikansi regresi ganda diatas didapat
komunikasi yang efektif menganut faktor kepercayaan
hubungan yang sangat signifikan. Koefisien R2=
yang dianut, kecermatan yang dirasakan, keinginan
(0,567)2 = 0,322 menunjukkan bahwa 32,2% variasi
untuk berinteraksi, kemauan menerima dari manajemen
yang terjadi pada produktivitas kerja berhubungan
puncak, dan persyaratan informasi ke atas dengan
dengan supervisi dan komunikasi interpersonal.
Terdapat
hubungan
yang
positif
produktivitas kerja. Dengan adanya komunikasi yang
Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang
efektif, adanya kepercayaan antara pegawai dan saling
dikemukakan Cherrington dalam jurnal Susan Fowler
terbuka akan memberikan dampak yang positif dalam
Fouts (2004: 42)
“Communicate clear expectations about productivity
and high-quality crafmanship. Supervisors, peers
and subordinates have clear expectations of
performance. These expectations often become
selffulfilling prophecies. Additionally, performance
expectations are effectively communicated during
the assignment of regular tasks and especially
during the orientation of new employees. This
communications
includes
teaching
and
explaining the values of work the dignity of labor,
and the joy of service.
organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik maka
akan
meningkatkan
kinerja
pegawai
artinya
produktivitas kerja pegawai baik pula. Komunikasi
antar pegawai harus tetap ditegakkan agar tidak terjadi
miscommunication yang akan menghambat jalannya
kelancaran organisasi. Jika produktivitas digabungkan
di dalam suatu organisasi, produktivitas merupakan
sarana untuk memonitor kemajuan, mengadakan umpan
balik, menetapkan tujuan yang dapat diukur, dan
Komunikasi yang jelas diduga berkisar antara
mengevaluasi kinerja manajerial yang dilaksanakan oleh
produktivitas dan keahlian yang berkualitas tinggi.
seorang pemimpin. Komunikasi antara pimpinan dan
Supervisor, rekan kerja serta bawahan mempunyai
bawahan
dimana
mendengarkan
manajemen
karyawan.
Seperti
juga
harus
ekspektasi kinerja. Ekspektasi tersebut bahkan menjadi
pendapat
yang
acuan penyelesaian bagi dirinya sendiri. Komunikasi
ini mencakup pengajaran dan penjelasan nilai-nilai
diungkapkan oleh Kinicki-Kreitner (2008: 309)
martabat kerja karyawan, dan kesenangan dalam
“Some communication experts contend that
listening is the keystone communication skill for
employees involved in sales, customer service, or
management. In support of this conclusion,
listening effectiveness was positively associated
bekerja. Bila pegawai merasa nyaman dan senang
dalam bekerja dikarenakan komunikasi antar pegawai
juga terjaga dengan baik makan akan menghasilkan
114
Hubungan Supervisi Dan Komunikasi Interpersonal
Rini Iswanti
dampak
yang
baik
otomatis
produktivitas juga
dengan menunjukkan kepercayaan dan bersikap ramah
terhadap pegawai,
meningkat.
memahami
masalah bawahan,
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh manajer
membantu mengembangkan karir bawahan, selalu
atau pimpinan kepada tim kerjanya yaitu pegawai,
menyampaikan informasi, menghargai ide bawahan, dan
sangat diperlukan untuk kelangsungan
organisasi.
membiarkan bawahan mempunyai otonomi dalam
Suatu organisasi harus mengadakan interaksi antar
bekerja. Supervisor yang dekat dengan para pegawai
pegawai maupun pimpinannnya. Komunikasi yang
akan menimbulkan kesan yang mendalam dalam
inten harus dilakukan terus menerus. Tanpa ada
menciptakan
komunikasi pegawai tidak akan tahu apa yang sedang
menciptakan situasi
terjadi, manajemen tidak dapat menerima informasi dan
bersemangat.
suasana
yang
kerja
kerja yang
kondusif,
bergairah dan
sebaliknya, supervisor tidak dapat memberi instruksi.
Komunikasi membantu menyelesaikan semua fungsi
manajemen
organizing),
dasar,
yaitu: planning
leading
SIMPULAN
(perencanaan),
controlling
para pegawai, sehingga meskipun supervisor tidak
(pengawasan), sehingga organisasi dapat mencapai
berada ditempat kerja atau meninggalkan tempat kerja
tujuannya.
untuk suatu keperluan, karyawan akan tetap melakukan
Pengawasan
(kepemimpinan,
Semangat kerja akan menimbulkan disiplin bagi
(supervisi)
yang
dilakukan
pekerjaan dengan penuh tanggung jawab dan akan tetap
oleh
manajer kepada bawahannya bertujuan agar tercapai
bekerja dengan produktif.
suatu hasil kerja yang maksimal secara effektif dan
akan
efesien,
dengan
memperbaiki
kesahalan
bawahan
sedini
terjadi
Suasana yang demikian
apabila hubungan
para
pekerja
antara
(pegawai)
supervisor
terjalin
secara
mungkin, dan meningkatkan kerja tim. Semakin baik
harmonis dengan dukungan komunikasi antar pegawai
tingkat pengawasan yang dilakukan pimpinan kepada
yang baik.
bawahan, maka pegawai akan melaksanakan kerja
secara tertib dan efektif, yang berati terciptanya suatu
DAFTAR RUJUKAN
produktivitas yang tinggi dalam melaksanakan suatu
Carol
A.
Falender
and
Edward
P. Shafranske,
pekerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh Garry Yukl
2004.Clinical Supervision A Competency-Based
(2010: 107) “The effective managers were also
Approach, Washsington, American Psychological
supportive and helpful with subordinates. Supportive
Association.
effective
Donald C. Moesly, Leon C. Megginson, Paul H. Pietri,
leadership included showing trust and confidence,
2005. Supervisory Management, South-Western,
acting friendly and considerate, trying to understand
Thomson.
behaviors
that
were
subordinate
problems,
subordinates
and
subordinate
correlated
helping
further
informed,
with
to
their careers,
showing
FX.Suwarto,
develop
Perilaku
Keorganisasian,
Yogyakarta, Universitas Atma Jaya.
keeping
appreciation
1999.
Fred Luthans, 1992. Organizational Behavior , New
for
York, Mc.Graw-Hill, Inc.
subordinates’ ideas,, allowed considerably autonomy
Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1995. Organization
in how subordinates so the work”.
Behaviors, Structure, Process. USA, Business,
Pemimpin/manajer yang efektif juga mendukung
Publications, INC. fith edition.
dan membantu bawahanya. Sikap mendukung yang
berkaitan dengan kepimpinan yang efektif mencakup
115
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Pengembangan Supervisi Pendidikan, Jakarta,
GR. Terry dan L.W. Rue, 2009. Dasar-Dasar
Manajemen, alih bahasa- GA Ticoalu, Jakarta,
PT Rineka Cipta.
Bumi Aksara.
Robert Kreitner, Angelo kinicki, 2007. Organizational
Hadari Nawawi, 1983. Administrasi Pendidikan, Jakarta,
Behavior, New York, The Mc. Graw-Hill, 2007.
Gunung Agung.
Herjanto,
Eddy,
Robbin, Stephen, Timothy A. Judge, organizational
1999.Manajemen
Produksi
dan
Behavior; New York, Prentice Hall
Robbin, Stephen, 2006. Perilaku Organisasi, Jakarta,
Operasi, Jakarta, PT Gramedia Widia Sarana
PT. Indeks, edisi kesepuluh
Indonesia, Edisi kedua.
Kinicki
and
Kreitner,
Behavior,Key
2008.
Concepts,
Roberth
Organizational
Skills
and
Sergiovani dan Starrat, yang dikutip oleh E. Mulyasa,
Pearson Education, Inc
Newstrom,
Organizational
2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional,
Keith
Behavior,
Davis,
New
2002.
York,
Bandung, PT. Rosda Karya.
Mc.
Sedarmayanti, 2009. Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja, CV Mandar Maju.
Graw-Hill.
Sedarmayanti. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, 1999.
Joseph Propopenko, 1987. Productivity Management,
A Practical handbook : International Labour
CV. Mandar Maju.
Organization.
Sulthon, 2009.
Made Pidarta, 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual,
Sondang P. Siagian, M.P.A, 2002. Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja, Jakarta, PT.Rineka Cipta.
Mucharsyah Sinungan, 2005. Produktivitas, Apa dan
Bagaimana, Jakarta, Bumi Aksara.
Laurie
J,
Organizational
2005.
Sudjana, 2005. Metoda Statistika Edisi ke. 6, Bandung:
Management
Behaviour,
and
Tarsito
Edinburgh Gate,
Thomas J. Sergiovanni & Robert J. Starratt, 2002.
Supervision A Redefinition, New York, Mc Graw-
Prence Hall Financial Times.
and
Behavior,
Glinow,
Fourth
2008.
Edition,
Hill
Organizational
New
York,
Mc.Graw-Hill, Inc
Mukhtar dan Iskandar, 2009. Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press.
Ngalim Purwanto, 2008. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Onong Uchjana, 1987. Human Relations dan Public
Relations dalam Manajemen, Bandung: Alumni.
Piet A. Sahertian, 2008. Konsep Dasar dan Teknik
Superviso
Pendidikan
Membangun Semangat Kerja Guru,
Yogyakarta: LaksBang Pressindo.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Shane
2001.
Wiley & Sons, Inc
in Organizations, Ninth Edition, New Jersey,
Mc.
Jackson,
Schermerhorn, 2005. Management, New York, John
Jerald Greenberg and Robert A. Baron, 2008. Behavior
Mullins
H.
PT Salemba Emban Patria, edisi pertama.
Hill, Inc
W,
John
Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta,
Best
Practices Third Edition, New York, Mc Graw-
John
L.Mathis,
Dalam
Rangka
116