BK 2 bimbingan konseling

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang membahas tentang “Pengertian,
Tujuan, dan Arah Pelayanan Bimbingan dan Konseling” meskipun bentuknya sangat jauh dari
kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.
Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan materi
yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh pembaca.
Sebagai manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini dengan
baik, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari guru
pembimbing mau pun pembaca.

Petaling , 19 September 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Sangat banyak masalah – masalah di sekolah terutama pada siswa itu sendiri yang tidak dapat
diselesaikan dengan pengajaran oleh guru biasa di sekolah, untuk menyelesaikan masalah pada setiap
siswa di sekolah sangat di perlukan Bimbingan dan Konseling, tapi sebelum itu agas Bimbingan dan
Konseling dapat terlaksana dengan baik, salah satu syarat yang perlu dan mutlak adalah di kuasainya
pengertian yang tepat mengenai Bimbingan dan Konseling itu oleh semua personil sekolah yang
terlibat dalam kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang seolah – olah selalu di pakai dalam saat
yang bersamaan, sehingga sepintas lalu orang banyak menganggap keduanya memiliki arti yang
sama. Dalam hal tertentu istilah Bimbingan dan Konseling itu dapat berarti sama, namun dalam hal
tertentu pula istilah tersebut akan mempunyai arti yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebaga berikut:
1. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling?
2. Apa saja tujuan Bimbingan dan Konseling?
3. Pelayanan apa saja yang ada dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah?\

C. TUJUAN
Dapat menjelaskan keterkaitan, tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, serta pelayanan

yang ada pada Bimbingan dan konseling kepada calon tenaga pendidik agar tidak terjadi kesalah
pahaman mengenai identifikasi Bimbingan dan konseling yang sebenarnya.

BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling
memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka
sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian
bantuan.
Definisi atau pengertian Bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Menurut Prayitno & Erman Amti (1994:99) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Menurut Rochman Natawidjaja (1981) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai

dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel &
3.

Sri Hastuti 2007:29).
Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di
berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu

4.

itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara

5.

maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau

pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman
tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana
sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti

2007:29).
6. Donald G.Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan, “Guidance may be defined
as that part of the total educational program that helps provide the personal apportunities and
specializedstaff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities
and capacities in term of the democratic idea”.

2.1.2 Pengertian konseling
Definisi Konseling menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1.

Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada individhu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan wawancara,
dengan cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya untuk mencapai

hidupnya.
2. Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976:19) Konseling adalah suatu

pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor) membantu yang
lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan
masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
3. Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 , konseling merupakan suatu proses dimana
konselor membantu konselor membuat interprestasi – interprestasi tetang fakta-fakta yang
berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
4. Shertzer dan Stone (1980) menyimpulkan bahwa “Counseling is an interaction process which
facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establishment
and/or clarification of goals and values of future behavior.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan konseling yaitu
suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin secara mandiri.
2.2 Konsep Bimbingan dan Konseling
2.2.1 Konsep bimbingan
1. Tujuan bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan yaitu agar individu dapat :
a. merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada
masa yang akan datang.
b. mengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.

c. menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan
kerjanya.
d. mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi.

2. Fungsi bimbingan
a. Fungsi pengembangan, merupakan fungsi
potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.

bimbingan dalam mengembangkan seluruh

b.

Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan
memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri

c.

kepribadian lainnya.
Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru/dosen,
wali kelas untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,

minat, kemampuan dan kebutuhan siswa. Dengan menggunakan informasi yang memadai
mengenai sisa, pembimbing dapat membatu para guru dalam memperlakukan siswa secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi, memilih metode dan proses pembelajaran,

maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
3. Prinsip-prinsip bimbingan
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapt membantu dirinya
b.
c.
d.
e.

sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Bimbingan berfokus pada individu yang dibimbing.
Dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
Bimbingan harus luwes sesuai kebutuhan.
Program bimbingan dalam lembaga tertentu harus sesuai dengan program pada lembaga

f.


yang bersangkutan.
Dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.

2.2.2 Konsep Konseling
1. Tujuan Konseling
a. Mengadakan perubahan pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif
b.
c.
d.
e.

dan memuaskan.
Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.
Penyelesaian masalah.
Mencapai keefektivan pribadi.
Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.
Jadi, dapat disimpulkan, kosep bimbingan meliputi : tujuan yaitu, memberi layanan
terhadap klien agar dapat mengembangkan masa depannya; fungsi yaitu, fungsi
pengembangan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian; dan prinsip.
Sedangkan konsep konseling meliputi tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami

diri dan lingkungan, mampu membuat keputusan menyelesaikan masalah konselor.

2.3 Tujuan, Prinsip dan Fungsi Bimbingan Konseling
2.3.1 Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan bimbingan konseling adalah membantu idividu dalam mencapai :
1. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing.
2. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien.
3. Membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan
lingkungannya.
4. Membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, klien harus mendapatkan kesempatan untuk :
1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
2. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah tingkat perkembangan
yang optimal.
3. Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
4. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.
5. Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun
lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
6. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

7. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku yang tidak sesuai.
2.3.2 Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses
bimbingan konseling. Prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofi tentang kemanusiaan
yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun
di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan diperuntutkan bagi semua individu (guidance is for all individuals)
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah. Pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih
bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif) dan lebih diutamakan
teknik kelompok daripada perseorangan (individual).
2. Bimbingan bersifat individualisasi
Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga
berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan
bimbingannya menggunakan kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif
Bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan,
karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri
sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

4. Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru
dan kepala sekolah. Mereka dalam teamwork juga terlibat dalam proses bimbingan.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
Bimbingan diarahkan unutk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan
nasihat kepada individu, itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.
Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk
mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan
keputusan yang tepat.
6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di
lingkungan keluarga dan masyarkat pada umumnya. Bidang layanan bimbinganpun bersifat
multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan dan pekerjaan.
2.3.3 Fungsi Bimbingan Konseling
Dalam kelangsungan proses bimbingan konseling, terdapat berbagai pelayanan yang
sengaja diciptakan dan diselenggarakan. Keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya
suatu pelayanan merupakan hasil dari fungsi sebuah pelayanan. Suatu pelayanan dikatakan
tidak akan berfungsi jika ia tidak bisa memperlihatkan kegunaan ataupun tidak bisa
memberikan manfaat atau keuntungan tertentu. Dalam bimbingan konseling, fungsi
bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat. Ataupun keuntungan-keuntungankeuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Berikut ini adalah beberapa
fungsi bimbingan konseling, yaitu sebagia berikut :
1. Fungsi Pemahaman
Fungsi bimbingan konseling dimana klien diharapkan mampu memahami segala
potensi yang dimilikinya, lingkungan sekitar klien, serta permasalahan yang sedang
dihadapinya. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan klien. Pemahaman sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan
bimbingan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh
klien sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien (konselor), serta pemahaman
tentang lingkungan klien dan klien.
2. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan
terhindarnya klien dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat
mengganggu,

menghambat

ataupun

menimbulkan

kesulitan

tertentu

dalam

perkembangannya. Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bagi konselor profesional yang misi tugasnya
dipenuhi dengan perjuangan untuk menyingkirkan berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangan individu, pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah
suatu keharusan yang bersifat etis (Horner & Mc.Elhaney, 1993). Oleh karena itu
pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya
yang amat penting.
Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi klien agar
terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang
berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier,

inventarisasi data, dan sebagainya. Berikut ini adalah arah upaya pencegahan yang perlu
dilakukan oleh konselor, yaitu:
a.

Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap

b.
c.

individu yang bersangkutan.
Mendorong perbaikan kondisi pada diri pribadi klien.
Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi

d.

perkembangan dan kehidupannya.
Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang

besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
e. Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja
klien masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami masalah akan
merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya. Klien yang mengalami masalah akan
datang pada konselor dengan tujuan untuk dituntaskannya masalah yang tidak mengenakkan
dari dirinya. Di sinilah fungsi pengentasan (perbaikan) itu berperan, yaitu fungsi bimbingan
dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan
yang dialami klien.
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap
masalah adalah unik. Masalah-masalah yang dihadapi individu yang berbeda tidak boleh
disamakan. Dengan demikian penanganannyapun harus secara unik disesuaikan terhadap
kondisi masing-masing dari masalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan dari
berbagai bahan dan keterampilan dalam menangani berbagai masalah yang beraneka ragam.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah
dicapai selama ini. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun,
pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan
pengembangan tidak dapat dipisahkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan
program.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan ini berarti bahwa layanan bimbingan dan
konseling

yang

diberikan

dapat

membantu

para

klien

dalam

memelihara

dan

mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam
fungsi ini hal – hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan
demikian klien dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang
positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Jika memperhatikan kaitan anatara ketiga fungsi bimbingan dan konseling, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan tampaknya bersifat lebih umum dan dapat terkait pada
ketiga fungsi lainnya. Jika dikaji lebih jauh, dapatlah dimengerti bahwa “pemeliharaan”
dalam arti yang luas dan pelayanan pemuliaan manusia, khususnya bimbingan dan konseling.
Dengan demikian, sewaktu konselor menjalankan fungsi pemahaman, pencegahan dan
pengentasan, ia perlu menyadari bahwa pelayanan yang diberikannya itu sebenarnya juga
mengemban fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Pemeliharaan dan pengembangan
segenap potensi individu dalam keempat dimensi kemanusiaan.
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling memiliki tujuan
untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing, membantu
mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu mengembangkan perilakuperilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, membantu klien
menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Bimbingan konseling juga mempunyai prinsip diantaranya adalah, bimbingan
diperuntukkan bagi semua individu, bimbingan bersifat individualisasi, bimbingan
menekankan hal yang positif, bimbingan merupakan usaha bersama, pengambilan keputusan
merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai
setting (adegan) kehidupan.
Fungsi bimbingan konseling diantaranya, fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi
pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

Cara Mengatasi Masalah yang melanggar aturan di Sekolah
Cara Mengatasi Masalah Disiplin Siswa
2. Jenis-jenis Masalah
Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu mengalami
perubahan yang besar yang dimulai sejak datangnya fase masa puber. Hurlock (1980:192)
menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi
pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimaksudkan adalah :


Ingin menyendiri



Bosan



Inkoordinasi



Antagonism social



Emosi yang meninggi



Hilangnya kepercayaan diri

Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugastugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja, dan sebagai akibatnya anak
akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja.
Beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain:
a) Masalah Emosi
Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak
terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang tampak pada
mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya meledak-ledak dan tidak
mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai
permasalahan remaja.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawabuntuk membantu
subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-langkah
konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalahemosional ini. Dalam layanan bimbingan dan
konseling kelompok anak dapat berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara
mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah
sesama anggota maupun masalahnya sendiri.
b) Masalah Penyesuaian Diri
Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama-sama temannya
sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam segala pola
perilaku , sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga.
Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah
apabila mereka salah dalam bergaul,dalam keadaan demikian remaja cenderung akan
mengikuti pergaulan yang salahtersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat yang akan
menimpa dirinya karenakebutuhan akan penerimaan dalam kelompok sebaya dianggap paling
penting.
c) Masalah Perilaku Seksual
Pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis sehingga
timbul keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis,
sebagai akibatnya, remaja mempunya minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka
mencari atau memperoleh informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi
kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut dapat
menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak
layak untuk dilakukan. Untuk menanggulangi dan mangatasi masalah tersebut, sekolah
hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya pendidikan seks.

d) Masalah Perilaku Sosial
Adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama,atau sosial ekonomi
yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja yang pembentukannya
berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama,suku, dan sosial ekonomi, hal ini dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi
masalah tersebut , sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan
tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras dan sosial ekonomi.
e) Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan remaja membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidak konsistenan dalam
konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah
sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi
pekerti.
f) Masalah Keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa
remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap
yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan modern berbeda.
Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka.Yang dimaksud
dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang dan
mengenai teman-teman remaja yang dapat berhubungan terutama teman-teman lawan jenis.
Untuk itu sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua.
3. Pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di sekolah sangat mungkin
mengalami masalah-masalah yang dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya, maka
untuk menanggulangi permasalahan tersebut dapat dilakukan beberapa pendekatan dalam
bimbingan dan konseling yaitu:
a) Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang
diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan
mengarasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan ini,
pembimbing menunggu individu yang dating. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan
sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
b) Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu
yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuannya adalah untuk membantu
memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Pembimbing memfokuskan

tujuannya pada
memperbaikinya.

kelemahan-kelemahan

individu

dan

selanjutnya

berupaya

untuk

c) Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalahmasalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu.
Pembimbing memberikan upaya seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah
tersebut.
d) Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan kepada pengembangan potensi dan kekuatan yang
ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan tertentu
melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian kekuatan-kekuatan tersebut
dikembangkan. Layanan bimbingan ini diberikan kepada setiap individu bukan hanya yang
memiliki masalah.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari satu segi dapat kita lihat bahwa Bimbingan dan Konseling memiliki arti yang sama yaitu
proses pemberian bantuan terhadap seseorang, atau sekelompok orang. Dari segi lain konseling
merupakan alat dalam pemberian bimbingan, konseling juga merupakan alat yang paling ampuh
dalam keseluruhan program bimbingan atau dengan kata lain konseling merupakan titik sentral dari
keseluruhan kegiatan bimbingan. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling yaitu (a) Untuk dapat
mewujudkan diri sendiri. (b) Untuk dapat mengarahkan diri sendiri. (c) Untuk dapat mengambil
keputusan sendiri tentang berbagai hal. (d) Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara
positif dan dinamis. (e) Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya. Bimbingan dan Konseling
memiliki arah pelayanan seperti pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, terapeutik, dan
peminatan.

B. SARAN
Seorang guru bisa dinilai memiliki mutu kerja yang berkualitas jika bisa membimbing siswa
dengan baik, jadi hendaknya mendalami dan menguasai bidang Bimbingan dan Konseling agar jika
terjadi masalah yang di hadapi peserta didik hendaknya membimbing mereka agar menjadi pribadi
yang berkualitas pula.

DAFTAR PUSTAKA
Geldard, Kathryn, David, Geldard. 2011. Konseling Keluarga. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Nurihsan, Achmad, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT
Refika Aditama
Prayitno, H. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-bimbingan-dankonseling/