Hubungan Patron Klien antara Petani Sawit Lahan Gambut dengan Buruh Tani di Desa Rokan Baru Kecamatan Pekaitan Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
A. Profil Informan
Dalam suatu penelitian, keberadaan informan tentunya menjadi elemen yang sangat penting dalam pengumpulan data dan menjadi kunci utama dalam penulisan laporan penelitian ini. Dalam pemilihan informan ini, peneliti menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.Singkatnya, berikut profil informan dalam penelitian ini:
1. Informan Kunci dari Kalangan Petani dari Luar Desa Rokan Baru a. Sumargo
Bapak Sumargo adalah seorang petani kelapa sawitsekaligus seorang toke getah karet asal Bagan Batu. Bapak ini berumur 51 tahun. Bapak Sumargo adalah seorang suami dari istri yang bernama Yani, dan seorang Bapak dari 1 orang putra dan 2 orang putri. Keluarga Bapak Sumargo adalah keluarga yang bersuku Jawa, dan hidup pada lingkungan yang bersuku Jawa juga.
Peneliti menjumpai bapak ini di rumahnya yang beralamat di Desa Bangun RejoKec. Bagan Sinembah. Saat di jumpai, bapak ini sedang beristirahat duduk-duduk bersama istrinya di beranda rumahnya yang besar. Bagi masyarakat sekitar, Bapak Sumargo adalah seorang petani yang sukses, ini dikarenakan ia memiliki banyak sekali lahan pertanian kelapa sawit. Pada saat sesi wawancara, Bapak Sumargo mengakui memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 15 hektar, dan juga seorang toke getah karet. Beberapa lahan kelapa sawit miliknya ia percayakan kepada orang lain/pekerja untuk mengelolanya. Seperti lahan kelapa sawit miliknya yang berada di Desa Rokan Baru, 5 hektar lahan kelapa sawitnya ia percayakan kepada Bapak Rendi untuk mengelolanya.
Bapak Sumargo telah mempercayakan lahan kelapa sawit miliknya kepada Bapak Rendi selama 2 tahun. Bapak Rendi adalah anak dari teman
(2)
Bapak Sumargo. Dikarenakan Bapak Rendi adalah seorang kepala keluarga dari hasil pernikahan muda, maka Bapak Sumargo berusaha membantu Bapak Rendi dengan memberikan pekerjaan menjaga ladang kepadanya. Dari hasil hubungan kepercayaan tersebut, Bapak Sumargo memberikan gaji sebesar Rp. 800.000 sampai Rp. 1.300.000 per bulannya, tergantung dari hasil lahan kelapa sawitnya. Bapak Sumargo juga kerap membantu Bapak Rendi di saat sedang susah dengan memberikan bantuan uang. Setiap kali berkunjung ke rumah Bapak Rendi, Bapak Sumargo kerap membawa beras dan minyak makan untuk dikonsumsi oleh keluarga Bapak Rendi.
b. Mansur
Bapak yang berumur 38 tahun ini peneliti temui di rumahnya yang beralamat di Desa Panca Mukti Kecamatan Bagan Sinembah. Saat ditemui, Bapak Mansur sedang bersama istri dan anak-anaknya. Bapak Mansur menyambut baik kedatangan peneliti, sebab peneliti telah membuat janji lewat telepon sebelum bertemu langsung dengan informan ini. Bapak Mansur berperawakan tinggi dengan kulit sawo matang. Ia mempunyai seorang istri yang bernama Lismayanti, dan dua orang putra yang bernama Alwi dan Azwan. Bapak ini memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 7 hektar, 4 hektar berada di Kecamatan Bagan Sinembah, dan 3 hektar lagi berada di Desa Rokan Baru Kecamatan Pekaitan.
Awalnya bapak ini hanya memiliki 2 hektar kelapa sawit di Desa Rokan Baru, 1 hektar lagi ia beli pada tahun 2014 yang lalu. lahan kelapa sawitnya yang berada di Desa Rokan Baru, pengelolaannya ia percayakan kepada Bapak Ambik. Bapak Mansur dengan Bapak Ambik merupakan saudara kandung, di mana Bapak Ambik adalah kakak laki-laki Bapak Mansur. Walaupun terdapat ikatan kekeluargaan di antara mereka, akan tetapi dalam hubungan kerja yang dibangun oleh keduanya tetap mengedepankan hubungan yang saling menguntungkan. Seperti dalam penetapan upah misalnya, Bapak Mansur tidak semena-mena menetapkan besaran upah yang akan diterima oleh Bapak Ambik, akan tetapi sistem pengupahan yang disepakati merupakan hasil kesepakatan bersama.
(3)
c. Irfan
Bapak Irfan adalah seorang petani kelapa sawit yang berasal dari Blok A Bagan Sinembah. Ia adalah seorang suami dari seorang istri dan seorang ayah bagi 3 orang anak. Anak Pak Irfan yang paling besar duduk di kelas 1 SMA di salah satu sekolah terbaik di Bagan Sinembah. Dua anaknya yang lain sedang duduk di bangku kelas 2 dan 5 SD. Bapak ini berperawakan tinggi dengan kulit sawo matang dan ber-etnis Jawa.
Saat diwawancarai, bapak ini sedang mengontrol lahan kelapa sawitnya yang berada di Desa Rokan Baru. Ia memiliki lahan kelapa sawit seluas 4 hektar, 2 hektar berada di Desa Blok A dan 2 hektar lagi berada di Desa Rokan Baru. Lahan kelapa sawitnya yang berada di Desa Blok A ia kelola sendiri, sedangkan yang di Desa Rokan Baru ia mempekerjakan seorang buruh tani yang bernama Bapak Sumardi.
Walaupun ia telah mempercayakan lahan kelapa sawitnya untuk di kelola oleh Bapak Sumardi, akan tetapi Bapak Irfan tetap setiap panen datang mengontrol lahan kelapa sawitnya dan terkadang ikut membantu proses memanen kelapa sawit.
d. Dayat
Bapak Dayat adalah seorang petani yang ber-etnis Batak, bermarga Rambe. Ia memiliki 3 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan. Istrinya bernama Santi yang ber-etnis Melayu Batu Bara. Ia dan keluarganya tinggal di Bangkinang Kabupaten Kampar. Peneliti mewawancarai informan melalui telepon, sebab tempat tinggal informan yang sangat jauh dengan tempat tinggal peneliti. Walaupun wawancara melalui telepon, peneliti memperoleh data yang sangat penting dari informan.
Informan mengatakan bahwa buruh tani yang ia kerjakan adalah adik iparnya atau adik kandung istrinya. Dikarenakan adanya ikatan keluarga di antara mereka, Bapak Dayat sering kali mengalami dilema ketika adik iparnya atau buruh tani yang ia kerjakan melakukan perbuatan curang terhadap pekerjaannya. Bapak Dayat mengatakan bahwa adik iparnya tersebut sering mencuri atau memanen buah kelapa sawitnya secara
(4)
diam-diam tanpa seizinnya, dan dijual untuk keperluan pribadi adik iparnya tersebut. Ketika adik iparnya melakukan perbuatan curang tersebut, Bapak Dayat kerap mengalami dilema, sebab informan mengatakan bahwa sangat sulit memecat atau menasehati orang yang yang punya ikatan keluarga dengan kita. Bapak Dayat lebih memilih mendiamkan permasalahan tersebut dari pada menciptakan konflik dengan adik iparnya.
e. Batu Bara
Informan adalah seorang pria berusia 42 tahun. Istrinya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu Puskesmas di Lubuk Pakam. Informan menyelesaikan pendidikannya sampai ke jenjang S1 Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara pada tahun 2003. Saat ini bapak Batu Bara memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta dengan membuka usaha warnet dan kedai sampah di rumahnya yang berada di Lubuk Pakam. Informan memiliki dua orang anak yang sekarang bersekolah di tingkat SD. Bapak informan mengakui bahwa penghasilan istri yang bekerja sebagai PNS dirasakan cukup membantu. Dari penghasilan istrinya dan ditambah dengan penghasilan dirinya dari pekerjaan wiraswasta dan petani sawit dapat ia tabung dan digunakan untuk membeli lahan kelapa sawit.
Bapak Batu Bara mengatakan bahwa pada awalnya (tahun 2008) ia memiliki lahan kelapa sawit di Desa Rokan Baru hanya berjumlah 3 hektar. 3 hektar lagi ia beli pada tahun 2013. Pengelolaan lahan kelapa sawitnya ia percayakan kepada adik iparnya yang tinggal di Desa Teluk Bano Kecamatan Bangko.
f. Saam
Informan adalah seorang pria berusia 51 tahun. Pendidikannya hanya sampai di tingkat SD (Sekolah Dasar). Informan mempunyai seorang istri dan empat orang anak. Dua orang anaknya telah bekerja sebagai tenaga honorer sedangkan dua orang lainnya sudah memiliki tanah/ladang sendiri. Ia memiliki lahan kelapa sawit seluas 6 hektar, 2 hektar berada di Teluk Panji Kota Pinang dan 4 hektar lagi berada di Desa Rokan Baru.
(5)
Lahan kelapa sawit miliknya yang berada di Desa Rokan Baru ia percayakan pengelolaannya kepada Bapak Giso. Setiap sebulan atau dua bulan sekali Bapak Saam datang mengontrol lahan kelapa sawitnya. Bapak Saam dan Bapak Giso tidak ada ikatan keluarga. Mereka saling kenal karena di kenalkan oleh teman Bapak Saam yang juga memiliki ladang di Desa Rokan Baru.
2. Informan Kunci dari Kalangan Buruh Tani a. Giso
Bapak Giso adalah seorang petani berusia 36 tahun yang juga ber-etnis Jawa. Bapak Giso telah menjadi petani kelapa sawit sejak 10 tahun yang lalu, yaitu sejak ia menikah dan menetap di Desa Rokan Baru. Sebelum menetap di desa tersebut, Bapak Giso merupakan penduduk asal Kota Kisaran. Menurutnya, menjadi petani merupakan satu-satunya pilihan pekerjaannya karena dia sangat menyadari betul akan keterbatasan pendidikan yang dikenyamnya hanya sebatas tamatan sekolah menegah pertama (SMP). Ia juga mengakui kalau Ia tidak banyak memiliki keterampilan lain, oleh sebab itu Ia memutuskan untuk menjadi seorang petani sejak ia berkeluarga.
Sekarang ia memiliki seorang istri dan 4 (empat) orang anak yakni 2 (dua) orang anak laki-laki dan 2 (dua) orang anak perempuan.Pak Giso hanya memiliki lahan kelapa sawit seluas 1 hektar. Lahan kelapa sawit itu ia peroleh dari hasil kerja kerasnya di masa lajang. Sebelum menikah Pak Giso bekerja sebagai buruh bangunan di Kota Kisaran. Setelah menikah, uang hasil kerja bangunannya tersebut ia gunakan untuk membeli lahan kelapa sawit 1 hektar di Desa Rokan Baru. Alasan beliau membeli lahan di desa ini dikarenakan harga lahan gambut di masa lalu masih sangat murah, yaitu sebesar Rp. 5.000.000 per hektar. Setelah membeli lahan kelapa sawit gambut, Pak Giso beserta istri pindah ke desa ini.
Meskipun Pak Gisotelah memiliki kelapa sawit seluas 1 hektar, akan tetapi hasil dari lahan kelapa sawitnya tersebut tidaklah cukup memenuhi kebutuhan keluarganya yang beraneka ragam. Untuk menutupi kebutuhan
(6)
yang kurang, Pak Giso bekerja menjadi buruh tani bagi petani-petani yang berasal dari luar Desa Rokan Baru. Saat ini ia menjadi buruh tani Bapak Saam, yaitu seorang petani yang berasal dari Kota Pinang.
b. Ambik
Bapak Kastari (47 Tahun) adalah sesosok petani padi yang cukup ulet, ia menanam padi di lahan miliknya yang tidak terlalu luas. Tidak hanya bergantung pada hasil panen padi dari lahan miliknya saja, tetapi ia juga memanfaatkan waktu luangnya dengan melakukan berbagai kegiatan lain, yg dapat menjadi penghasilan tambahan baginya kelak. Bapak Kastari bukan warga asli Desa Denai Kuala, ia lahir di Desa Sialang Bangun Purba. Pada tahun 1964 ketika ia masih bayi, kedua orangtuanya membawanya pindah dari Bangun Purba ke Desa Denai Kuala Lama.
Bapak Kastari menjadi penduduk Desa Denai Kuala pada tahun 1982, ketika ia menikahi seorang gadis asli Desa Denai Kuala lalu kemudian mereka tinggal di dusun III, Desa Denai Kuala. Bapak Kastari dan istri yang bersuku jawa dikaruniai 4 orang anak, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. 2 orang anaknya yang perempuan sudah menikah dan memiliki anak, hal ini dikarenakan umumnya warga Desa DenaiKuala menikah pada usia muda. Anaknya yang laki-laki belum menikah dan saat ini masih tinggal bersama bapak Kastari, dahulu anak bapak Kastari yang laki-laki
c. Sakimun
Bapak ini sudah bertani sejak masa lajang namun mulai mengolah lahan sendiri tahun 2003 dan menjadi buruh tani semenjak 2011. Bapak ini memiliki lahan seluas 3 hektar. Bapak Gisober-etnis Jawa dan telah tinggal di Desa Rokan Baru semenjak ia dilahirkan. Orang tua Bapak Sakimun adalah masyarakat transmigran yang pertama kali di datang dari Pulau Jawa dan menempati desa ini. Bapak Giso memiliki seorang istri dan 3 orang anak. Pendidikan yang dikenyamnya hanya sebatas tamatan sekolah dasar
(7)
(SD). Sulitnya ekonomi orang tua di masa kecil membuat Bapak Sakimun harus menamatkan sekolahnya sampai SD.
Meskipun Bapak Sakimunhanya tamat sekolah dasar (SD) namun Ia tidak ingin anak-anaknya tidak memiliki sekolah yang tinggi, ia selalu bertekad dan berusaha agar anaknya dapat mendapatkan pendidikan yang lebih baik darinya. Bahkan Bapak Giso sangat ingin melihat anaknya bisa kuliah. Anaknya yang pertama laki-laki sekarang ia sekolahkan di salah satu sekolah SMA di Kota duri. Sedangkan anaknya yang kedua adalah perempuan yang sekarang masih duduk di bangku SMP kelas 2. Kemudian anaknya yang ketiga yaitu seorang perempuan sekarang sedang duduk di kelas 6 SD yang ada di Desa itu.
Alasan Bapak Sakimun menjadi buruh tani adalah untuk menambah penghasilan keluarganya. Terutama untuk mencukupi kebutuhan sekolah anak-anaknya. Sebab, Bapak Sakimun mengatakan bahwa upah hasil menjadi buruh taninya kerap ia tabung untuk kebutuhan sekolah anaknya di masa depan. Akan tetapi uang yang ia tabung tersebut juga tidak jarang dipakai untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya yang beraneka ragam.
d. Sumardi
Informan ini adalah seorang petani yang juga bekerja sebagai buruh tani bagi petani dari luar Desa Rokan Baru. Ia adalah seorang kepala keluarga dari seorang istri yang bernama Ibu Riani dan memiliki dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Bapak Sumardi sering dipanggil dengan nama “Pak Bolon” oleh masyarakat Desa Rokan Baru, Sebab ia adalah seorang laki-laki Batak bermarga Simbolon.
Informan ini telah tinggal di Desa rokan Baru sejak tahun 2007, saat itu ia membeli 1 ½ hektar lahan kelapa sawit beserta rumah sederhana di dusun RejoMulyo Desa Rokan Baru. saat ini Pak Bolon telah memiliki 2 ½ hektar lahan sawit yang ia kelola sendiri. Untuk mengisi waktu luang dan menambah uang masuk untuk kebutuhan keluarganya, Pak Bolon juga bekerja sebagai buruh tani bagi petani-petani lain yang membutuhkan jasa memanen, memupuk, dan menyemprot rumput. Saat di wawancarai, Pak
(8)
Bolon mengatakan bahwa ia telah memiliki pekerjaan sambilan sebagai buruh tani sejak tahun 2011.
e. Rendi
Informan yang satu ini adalah seorang laki-laki kelahiran tahun 1994. Ia menikah muda dengan seorang perempuan yang kelahiran tahun 1997. Bapak Rendi dan istri telah di karuniai seorang putri yang pada saat penelitian ini dilakukan berumur 1 tahun. Bapak Rendi adalah seorang kepala keluarga yang hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP).
Latar belakang pendidikannya yang hanya tamatan SMP membuat Pak Rendi harus bekerja sebagai petani sekaligus menjadi buruh tani. Bapak Rendi memiliki lahan kelapa sawit pemberian orang tuanya yang memiliki luas 1 hektar di Desa Rokan Baru. Tanah pemberian orang tuanya tersebut ia tanami kelapa sawit dan ia bangun sebuah rumah sederhana sebagai tempat tinggal keluarganya. Pekerjaan sebagai buruh tani ia jalani karena adanya kebutuhan untuk menambah pemasukan kas keluarganya. Bapak Rendi mengakui bahwa keluarganya kerap mengalami kesulitan ekonomi, sehingga pekerjaan menjadi buruh tani menjadi pilihan yang harus ia jalani. Kondisi yang demikianpun semakin diperparah karena ia hanya memilik latar belakang pendidikan tamantan SMP.
B. Pedoman Wawancara
Wawancara mendalam (indepthinterview) dilakukan oleh peneliti untuk menggali secara langsung gambaran secara komprehensif yang berkaitan dengan aspek-aspek kajian. Catatan singkat ditulis dalam ruangan yang kosong di bawah aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara mendalam, untuk dikembangkan kemudian menjadi laporan
(9)
Nama : Data Informan
Umur :
Tingkat Pendidikan :
Alamat :
Jenis Kelamin : L/P*
Status : Kawin/Belum Kawin*
Status Pekerjaan :
Tanggal Wawancara :
Daftar Pertanyaan untuk Pemerintah Desa
Struktur Masyarakat Agraris Desa Rokan Baru
1. Bagaimana struktur masyarakat petani sawit di desa ini?
2. Apakah petani yang memiliki lahan yang luas ditempatkan pada status sosial yang tinggi?
3. Berapa luas lahan yang paling luas yang dimiliki petani di desa ini? 4. Berapa luas lahan yang paling sempit yang dimiliki petani di desa ini? 5. Berapa rata-rata luas lahan yang dimiliki petani di desa ini?
6. Petani pemilik lahan yang paling luas merupakan warga desa atau warga dari luar desa?
7. Berapa banyak warga luar desa yang memiliki lahan di desa ini?
8. Berapa rata-rata luas lahan yang dimiliki petani dari luar Desa Rokan Baru? 9. Apakah orang yang mengelola lahan milik petani dari luar desa juga memiliki
lahan sawit?
10. jika iya, Berapa rata-rata luas lahan yang dimiliki buruh tani tersebut? 11. Apa yang membuat orang mau menjadi buruh tani bagi petani lainnya?
(10)
Daftar Pertanyaan Untuk Buruh Tani
NO RUMUSAN MASALAH
INDIKATOR PERTANYAAN PENELITIAN
1 Bagaimana
pola hubungan patron klien antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani di Desa Rokan Baru Kecamatan Pekaitan?
1. Ikatan 1. Sejak kapan (Tahun) anda menjadi
buruh tani bagi petani lainnya (majikan)?
2. Anda menjadi buruh tani atas dasar
ikatan apa? 2. Ketidaksei
mbangan.
1. Mengapa anda mau menjadi buruh
tani?
2. Apakah pekerjaan ini merupakan
pekerjaan pokok atau sampingan?
3. Jika pekerjaan sampingan, pekerjaan
pokok anda apa?
4. Jika pekerjaan pokok, alasannya?
5. Apakah anda juga memiliki
perkebunan kelapa sawit?
6. Jika iya, berapa luas perkebunan
kelapa sawit yang anda miliki?
7. Berapa jumlah penghasilan yang
anda miliki dari hasil produksi perkebunan kelapa sawit milik anda?
8. Berapa luas perkebunan kelapa sawit
milik petani lain (majikan) yang anda rawat atau kelola?
3. Norma 1. Apakah ada peraturan-peraturan
yang ditetapkan oleh petani pemilik saat merekrut anda menjadi buruh taninya?
Jika ada, sebutkan.
(11)
oleh petani pemilik lahan kepada anda, apabila anda melanggar salah satu peraturan tersebut?
Jika ada sebutkan, dan apabila tidak ada alasannya?
3. Apakah ada peraturan-peraturan
yang anda tetapkan (sebagai buruh tani) kepada petani pemilik?
4. Apakah komitmen yang terjalin
dibuat secara tertulis atau hanya kesepakatan lisan?
4. Hubungan
Timbal Balik
1. Apa yang menjadi kewajiban
(tugas-tugas) anda sebagai buruh tani?
2. Selain bekerja, anda pernah
memberikan bantuan apa saja kepada petani pemilik?
3. Apa yang menjadi kewajiban petani
pemilik yang kebunnya ada rawat?
5. Jaminan
Sosial
1. Bagaimana sistem pemberian upah?
2. Berapa rata-rata besar upah yang
anda terima?
3. Upah yang anda terima digunakan
untuk apa saja?
4. Di antara semua kegunaan upah
tersebut, mana yang menjadi kebutuhan minimum bagi anda?
5. Apakah upah tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan minimum
keluarga anda?
6. Selain upah, apakah ada bentuk
penghargaan lainnya yang diberikan oleh pemilik lahan kepada anda?
(12)
2 Bagaimana implikasi hubungan tersebut dan cara mengelolanya yang berpengaruh terhadap kontinuitas hubungan antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani?
1. Eksploitasi 1. Apakah sesuai antara pekerjaan yang
anda lakukan dengan upah yang anda terima?
Jika sesuai, alasannya? Jika tidak sesuai, alasannya?
2. Pernahkah anda lalai dalam
melaksanakan tugas-tugas anda sebagai buruh tani?
3. Jika pernah, kelalaian apa yang anda lakukan?
4. Apakah hal itu menyebabkan
terjadinya pertentangan antara anda dengan petani pemilik (majikan)?
5. Jika iya, bagaimana
penyelesaiannya? 6. Jika tidak, alasannya? 2. Ketergantu
ngan
1. Apakah anda sangat tergantung
dengan petani pemilik (majikan)? 2. Jika iya, alasannya?
3. Apakah ketergantungan ini dijadikan
keuntungan bagi petani pemilik lahan (majikan)?
4. Apakah petani pemilik lahan
(majikan) tergantung dengan anda (buruh tani)?
5. Jika iya, alasannya?
6. Apakah ketergantungan petani
pemilik lahan (majikan) ini anda jadikan keuntungan?
3. Kontinuitas hubungan dan Usaha
1. Apakah akibat adanya
pertentangan/perselisihan dapat mengakibatkan kemandekan proses
(13)
produksi pada perkebunan petani pemilik (majikan)?
2. Apakah besar atau kecilnya hasil
produksi kebun kelapa sawit milik majikan berpengaruh terhadap jumlah upah yang anda terima?
Jika berpengaruh, alasannya? Jika tidak berpengaruh, alasannya?
3. Apa yang anda lakukan, agar besar
atau kecilnya hasil produksi kebun kelapa sawit milik majikan tidak berpengaruh terhadap upah yang akan anda terima?
Daftar Pertanyaan Untuk Petani Pemilik Lahan (Majikan)
NO RUMUSAN MASALAH
INDIKATOR PERTANYAAN PENELITIAN
1 Bagaimana
pola hubungan patron klien antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani di Desa Rokan Baru Kecamatan Pekaitan?
1. Ketidaksei mbangan
1. Sejak kapan anda mulai
mengusahakan kelapa sawit di lahan gambut?
2. Berapa total luas perkebunan kelapa
sawit yang ada miliki?
3. Berapa total penghasilan yang anda
peroleh dari semua perkebunan kelapa sawit yang anda miliki tersebut?
4. Di daerah mana saja lokasi
perkebunan kelapa sawit yang anda miliki?
(14)
kelapa sawit, apakah anda memiliki usaha lain?
2. Ikatan 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang
anda persiapkan untuk mengelola perkebunan kelapa sawit anda?
2. Apakah tenaga kerja tersebut adalah
pekerja musiman atau pekerja tetap? Jika musiman berapa banyak? Jika pekerja tetap berapa banyak?
3. Anda merekrut tenaga kerja atas
dasar ikatan apa?
3. Norma 5. Adakah syarat khusus yang harus
diperhatikan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya?
6. Adakah sanksi yang anda tetapkan
apabila pekerja melanggar syarat khusus yang anda buat tersebut?
7. Apakah komitmen komitmen
tersebut dibuat secara tertulis atau hanya kesepakatan lisan?
4. Hubungan
Timbal Balik
4. Apa yang menjadi kewajiban
(tugas-tugas) anda sebagai pemilik lahan?
5. Apa yang menjadi kewajiban
pekerja?
6. Selain tenaga, para pekerja pernah
memberikan apa kepada anda?
7. Mengapa anda mempekerjakan
orang lain untuk mengelola perkebunan kelapa sawit anda?
5. Jaminan
Sosial
7. Selain mendapatkan upah, pekerja
mendapatkan apa?
(15)
implikasi hubungan tersebut dan cara
mengelolanya yang
berpengaruh terhadap kontinuitas hubungan antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani?
kecilnya upah yang diterima pekerja?
8. Antara anda dengan pekerja,
pernah/tidak terjadi perselisihan mengenai upah?
9. Pernahkah anda memberikan sanksi
kepada pekerja yang lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya?
10. Jika pernah, kelalaian apa yang
mereka lakukan?
11. Apakah hal itu menyebabkan
terjadinya pertentangan antara anda dengan pekerja?
12. Sanksi apa yang anda berikan?
13. Apakah pekerja sangat tergantung
dengan anda?
14. Jika iya, apakah ketergantungan
pekerja tersebut menjadi sebuah keuntungan bagi anda?
2. Kontinuitas hubungan dan Usaha
4. Apakah akibat adanya
pertentangan/perselisihan dapat mengakibatkan kemandekan proses produksi pada perkebunan petani pemilik (majikan)?
(16)
C. Dokumentasi Lapangan
Gambar I: Anggota Bapak Ambik (Buruh Tani) sedang Mengangkut Buah Kelapa Sawit yang Dipanen dari Pohon ke Tempat Pengumpulan Sementara
Gambar II: Buah sawit yang dikumpulkan di tempat sementara kemudian dimasukkan ke dalam keranjang untuk dibawa ke tempat timbangan (pengumpulan akhir)
(17)
Gambar III: Buah kelapa sawit diangkut ke tempat timbangan (pengumpulan akhir)
(1)
2 Bagaimana implikasi hubungan tersebut dan cara mengelolanya yang berpengaruh terhadap kontinuitas hubungan antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani?
1. Eksploitasi 1. Apakah sesuai antara pekerjaan yang anda lakukan dengan upah yang anda terima?
Jika sesuai, alasannya? Jika tidak sesuai, alasannya?
2. Pernahkah anda lalai dalam melaksanakan tugas-tugas anda sebagai buruh tani?
3. Jika pernah, kelalaian apa yang anda lakukan?
4. Apakah hal itu menyebabkan terjadinya pertentangan antara anda dengan petani pemilik (majikan)?
5. Jika iya, bagaimana
penyelesaiannya? 6. Jika tidak, alasannya? 2. Ketergantu
ngan
1. Apakah anda sangat tergantung dengan petani pemilik (majikan)? 2. Jika iya, alasannya?
3. Apakah ketergantungan ini dijadikan keuntungan bagi petani pemilik lahan (majikan)?
4. Apakah petani pemilik lahan (majikan) tergantung dengan anda (buruh tani)?
5. Jika iya, alasannya?
6. Apakah ketergantungan petani pemilik lahan (majikan) ini anda jadikan keuntungan?
3. Kontinuitas hubungan dan Usaha
1. Apakah akibat adanya
pertentangan/perselisihan dapat mengakibatkan kemandekan proses
(2)
produksi pada perkebunan petani pemilik (majikan)?
2. Apakah besar atau kecilnya hasil produksi kebun kelapa sawit milik majikan berpengaruh terhadap jumlah upah yang anda terima?
Jika berpengaruh, alasannya? Jika tidak berpengaruh, alasannya? 3. Apa yang anda lakukan, agar besar
atau kecilnya hasil produksi kebun kelapa sawit milik majikan tidak berpengaruh terhadap upah yang akan anda terima?
Daftar Pertanyaan Untuk Petani Pemilik Lahan (Majikan)
NO RUMUSAN
MASALAH
INDIKATOR PERTANYAAN PENELITIAN
1 Bagaimana pola hubungan patron klien antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani di Desa Rokan Baru Kecamatan Pekaitan?
1. Ketidaksei mbangan
1. Sejak kapan anda mulai mengusahakan kelapa sawit di lahan gambut?
2. Berapa total luas perkebunan kelapa sawit yang ada miliki?
3. Berapa total penghasilan yang anda peroleh dari semua perkebunan kelapa sawit yang anda miliki tersebut?
4. Di daerah mana saja lokasi perkebunan kelapa sawit yang anda miliki?
(3)
kelapa sawit, apakah anda memiliki usaha lain?
2. Ikatan 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang anda persiapkan untuk mengelola perkebunan kelapa sawit anda?
2. Apakah tenaga kerja tersebut adalah pekerja musiman atau pekerja tetap? Jika musiman berapa banyak? Jika pekerja tetap berapa banyak? 3. Anda merekrut tenaga kerja atas
dasar ikatan apa?
3. Norma 5. Adakah syarat khusus yang harus diperhatikan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya?
6. Adakah sanksi yang anda tetapkan apabila pekerja melanggar syarat khusus yang anda buat tersebut? 7. Apakah komitmen komitmen
tersebut dibuat secara tertulis atau hanya kesepakatan lisan?
4. Hubungan Timbal Balik
4. Apa yang menjadi kewajiban (tugas-tugas) anda sebagai pemilik lahan? 5. Apa yang menjadi kewajiban
pekerja?
6. Selain tenaga, para pekerja pernah memberikan apa kepada anda?
7. Mengapa anda mempekerjakan orang lain untuk mengelola perkebunan kelapa sawit anda?
5. Jaminan Sosial
7. Selain mendapatkan upah, pekerja mendapatkan apa?
(4)
implikasi hubungan tersebut dan cara
mengelolanya yang
berpengaruh terhadap kontinuitas hubungan antara petani sawit lahan gambut dengan buruh tani?
kecilnya upah yang diterima pekerja?
8. Antara anda dengan pekerja, pernah/tidak terjadi perselisihan mengenai upah?
9. Pernahkah anda memberikan sanksi kepada pekerja yang lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya?
10. Jika pernah, kelalaian apa yang mereka lakukan?
11. Apakah hal itu menyebabkan terjadinya pertentangan antara anda dengan pekerja?
12. Sanksi apa yang anda berikan? 13. Apakah pekerja sangat tergantung
dengan anda?
14. Jika iya, apakah ketergantungan pekerja tersebut menjadi sebuah keuntungan bagi anda?
2. Kontinuitas hubungan dan Usaha
4. Apakah akibat adanya
pertentangan/perselisihan dapat mengakibatkan kemandekan proses produksi pada perkebunan petani pemilik (majikan)?
(5)
C. Dokumentasi Lapangan
Gambar I: Anggota Bapak Ambik (Buruh Tani) sedang Mengangkut Buah Kelapa Sawit yang Dipanen dari Pohon ke Tempat Pengumpulan Sementara
Gambar II: Buah sawit yang dikumpulkan di tempat sementara kemudian dimasukkan ke dalam keranjang untuk dibawa ke tempat timbangan (pengumpulan akhir)
(6)
Gambar III: Buah kelapa sawit diangkut ke tempat timbangan (pengumpulan akhir)