Hubungan Nilai CURB-65 Dengan Mortalitas Pada Pasien Pneumonia Komunitas di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi saluran pernafasan bawah masih tetap menjadi masalah
utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan bawah yang masih
menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 429.2 juta angka
kesakitan dan 94.5 juta kecacatan akibat penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah. Pneumonia komunitas (PK) merupakan jenis pneumonia yang bersama
dengan Influenza menjadi penyebab ke-8 kematian di Amerika serikat dan
merupakan penyakit infeksi yang sering menyebabkan kematian di negara
berkembang (Brown et al., 2012). Menurut hasil survey kesehatan rumah tangga
Depkes, penyakit infeksi saluran pernafasan bawah menempati urutan ke-2
sebagai penyebab kematian di Indonesia serta menduduki peringkat keempat dari
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun. (PDPI, 2003)
Upaya

dalam


pencegahan,

penegakan

diagnosis,

dan

terapi dalam

penanggulan PK terus berkembang, namun angka kesakitan dan kematian akibat
PK tetap tinggi (Broulette et al., 2013). Angka kejadian mortalitas PK pada orang
dewasa bervariasi (4-21%) yang dilaporkan dari tempat rawatan yang berbeda,
dimana angka mortalitas meningkat pada pasien yang menjalani rawat inap dan
mencapai 50% pada pasien di unit perawatan intensif / ICU (Moghaddam et al.,
2013). Kondisi ini tidak hanya berdampak terhadap pasien, tetapi juga pada sistem
kesehatan terkait dengan peningkatan biaya kesehatan baik untuk mendiagnosis
maupun penatalaksanaan pasien. Hal tersebut mendasari pentingnya keputusan
dokter di pelayanan kesehatan primer maupun sekunder dalam membuat
keputusan klinis seperti menentukan tempat awal perawatan (rawat jalan, rawat

inap, atau perawatan intensif / ICU), intensitas perawatan (kebutuhan terapi
intravena dan derajat monitoring jika rawat inap), serta rencana pengobatan.

Universitas Sumatera Utara

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka mortalitas PK. Salah
satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menilai derajat penyakit pasien
saat awal masuk segera setelah didiagnosis PK. Penilaian awal saat pasien masuk
sangat penting dalam menentukan prognosis pasien. Dokter sering menilai resiko
mortalitas PK yang berlebihan, sehingga menyebabkan pasien rawat inap yang
sebenarnya tidak perlu, dan pada pasien lain, gagal menyadari kegawatan penyakit
pada penilaian awal (Rahmawati et al., 2013). Penilaian klinis rutin terhadap
derajat penyakit yang dilakukan secara subjektif saat awal masuk dapat
menghasilkan terapi yang tidak tepat (under-estimate atau over-estimate) sehingga
memberikan prognosis yang buruk terhadap pasien.
Pentingnya penilaian awal pasien PK menyebabkan dikembangkannya sistem
penilaian prognostik pada pasien PK. Berbaga prediktor telah dikembangkan dan
diuji di berbagai negara. PSI (Pneumonia Severity Index) dan CURB-65
(Confusion, Urea, Respiratory rate, Blood pressure, Age > 65 years) merupakan
prediktor yang telah divalidasi dan dikenal luas dalam menentukan derajat

penyakit PK. Kedua prediktor tersebut bertujuan untuk menstratifikasi pasien PK
berdasarkan derajat penyakit yang didapat secara skoring melalui beberapa
variabel klinis dan dihubungkan dengan tingkat resiko mortalitas selama 30 hari
serta menentukan tempat rawatan pada pasien.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan perbedaan sensitivitas dan spesifisitas
antara PSI dan CURB-65 dalam memprediksi prognosis pasien PK. Hasil
penelitian oleh Moghaddam et al (2013) menunjukkan bahwa walaupun terdapat
perbedaan sensitivitas dan spesifisitas diantara keduanya, CURB-65 lebih mudah
diterapkan khususnya pada unit emergensi dan di negara berkembang karena
sistem ini menggunakan variabel klinis yang lebih sedikit. Sedangkan di
Indonesia, belum banyak didapatkannya data mengenai penerapan sistem
penilaian prognosis pada pasien PK.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, PK masih menjadi masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan, sementara beberapa penelitian terhadap sistem
penilaian skoring pada pasien PK menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan
hal tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan

Universitas Sumatera Utara

jumlah nilai CURB-65 dengan mortalitas pada pasien pneumonia komunitas di

RSUP. H Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah:
-

Apakah terdapat hubungan nilai CURB-65 dengan kejadian mortalitas
pada pasien pneumonia komunitas (PK)?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
-

Mengetahui karakteristik dan hubungan nilai CURB-65 dengan mortalitas
pada pasien PK di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus
-

Mengetahui karakteristik pasien PK di RSUP H. Adam Malik Medan.


-

Mengetahui hubungan nilai CURB-65 dengan mortalitas pada pasien PK
di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat penelitian
-

Membantu tenaga medis untuk mengambil tindakan klinis awal yang tepat
dalam menangani PK.

-

Membantu tenaga medis untuk mengetahui prognosis PK.

-

Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.


Universitas Sumatera Utara