ILMU MAKKI DAN MADANI Diajukan guna memu

ILMU MAKKI DAN MADANI
Diajukan guna memuhi tugas mata kuliah Ilmu Al-Qur’an
Dosen Pengampu: MARWINI, S.Hi., MA. M.Si

DISUSUN OLEH :


FERA DWI RENGGANIS

NIM : 12380008



ARISKA

NIM : 12380010



INTAN OKTAVIA


NIM : 12380011



NUR MAKHFUDHOH

NIM : 12380012

PRODI MUAMALAH (A)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012

0

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia –NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
ILMU MAKKI DAN MADANI” ini dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai
pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan
harapan, walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena
keterbasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Marwini selaku dosen pembimbing Ilmu Al-Quran . Dan juga kepada
teman –teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami.
Kami menyadari

bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak

kekurangan,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan
agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman –teman dan pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 22 Oktober 2012

Penyusun

1


Daftar Isi

Halaman
Cover..........................................................................................................................

i

Kata Pengantar................................................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................3
A. Latar belakang ....................................................................................................3
Bab II Pembahasan ........................................................................................................4
A.
B.
C.
D.
E.

Pengertian Makki dan Madani............................................................................4
Perhatian Para Ulama’ terhadap Surah Makki dan Madani................................7

Perbedaan Makki dengan Madani.......................................................................8
Tanda-Tanda Surat Makiyah dan Madaniyah.....................................................9
Macam-Macam Surah Makiyah Dan Madaniyah dan Dasarnya........................11
a. Macam-Macam Surah Makiyah dan Madaniyah .........................................11
b. Dasar-Dasar Penetapan Makiyah dan Madaniyah........................................13
F. Faedah Mengetahui Makki dan Madani.............................................................14
Bab III Kesimpulan ........................................................................................................18
Daftar Pustaka ................................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

2

A. Latar Belakang
Dalam bab sebelumnya, ya’ni dalam bab Ilmu Nuzulul Quran yaitu
tentang preodesasi turunnnya Al-Quran dapatlah diketahui, bahwa kitab suci AlQuran itu ada fase-fase dalam proses turunnya Al-Quran tersebut, fase-fase
tersebut terkenal dengan istilah Makki dan Madani.
Untuk lebih jelasnya dalam bab ini akan diterangkan ihwal Makki dan
Madani yang sekarang ini menjadi disiplin Ulumul Qur’an yang berdiri sendiri,

sebagai salah satu cabang dari Ulumul Qur’an secara Mudawwan.
Dalam ilmu Makki dan Madani ini akan dijelaskan pengertian Makki dan
Madani, cara-cara mengetahui Makki dan Madani, tanda-tanda keduanya dan
macam-macam surat-surat Makiyah dan Madaniyah serta faedah mengetahui
Makki dan Madani.

BAB II
PEMBAHASAN

3

A. Pengertian Makki dan Madani
Yang dimaksud dengan Ilmu Makki dan Madani ialah ilmu yang
membahas ihwal bagian Alquran yang Makki dan bagian yang Madani, baik dari
segi arti dan maknanya, cara-cara mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya,
maupun macam-macamnya.Sedangkan yang dimaksud dengan Makki dan
Madani adalah bagian-bagian kitab suci Alquran, di mana ada sebagiannya
termasuk Makki dan ada yang termasuk Madani.1Dalam memberikan kriteria
bagian mana yang termasuk Makki dan Madani ada beberapa teori yang
berbeda-beda karena ada perbedaan orientasi yang menjadi dasar tinjauan

masing-masing.
Sedikitnya ada empat teori dalam menentukan teori tersebut untuk
memisahkan nama bagian Alquran yang Makki dan Madani.
Teori-teori itu ialah sebagai berikut:
a) Teori Mulaahazatu Makaanin Nuzuli (teori geografis)
Yaitu teori yang berorientasi pada tempat turun Alquran atau tempat
turun ayat.
Teori ini mendefinisikan Makki dan Madani, sebagai berikut:
Alquran Makki/surah Makki/ayat Makiyah ialah yang turun di
Mekkah dan sekitarnya, baik waktu turunnya itu Nabi Muhammad SAW
sebelum hijrah ke Madinah atau pun sesudah hijrah. Termasuk kategori
Makki/Madani menurut teori ini ialah ayat-ayat yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW ketika beliau berada di Mina, Arafah,Hudaibiyah, dan
sebagainya. Termasuk Madani atau Madaniyah menurut teori Geografis ini
ialah ayat-ayat / surah yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sewaktu
beliau di Badar, Qubq, Madina, Uhud. Dalil dari teori ini ialah riwayat Abu
Amr dan Utsman bin Said Ad-Darimi:

1Prof. Dr. H. Abdul Jalal H.A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000. Hal.77


4

‫عل وي يهه ووسلم‬
‫وما ن ههلزول هبومك لووة وووما ن ههلزول هفيي وطهري يهق اهولي ال يومهدي ين وهة وقبيول ا وين ي وبيل هوغ الن لوهب لهي وص ل ولي اللهه و‬
‫عولي الن لوهبهلي صلي الله عليه وسلم هفي ا ويسوفاهرهه بويعود وما وقهدوم‬
‫ وووما ن ه ل وزول و‬.‫ال يومهدي ين ووة وفههوو همون ال يومهكهلي‬
‫ال يومهدي ين ووة وفههوو همون ال يومودهني‬
Yang artinya :
Alquran diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan dalam perjalanan
hijrah ke Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW sampai ke Madinah
adalah termasuk Makki. Dan Alquran yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam perjalanan-perjalanan beliau, setelah tiba di
Madinah adalah termasuk Madani.
b) Teori Mulaahazatul Mukhaathobiina Fin Nuzuuli (teori subjektif)
Yaitu teori yang berorientasi pada subjek siapa yang dikhitob atau
dipanggil dalam ayat. Jika subjeknya orang-orang Mekkah maka ayatnya
dinamakan Makiyah. Dan jika subjeknya orang-orang Madinah maka
ayatnya disebut Madaniyah.
Menurut teori subjektif ini, yang dinamakan Quran Makki / surah /
ayat Makiyah ialah yang berisi khitab / panggilan kepada penduduk Mekkah

dengan memakai kata-kata:” Yaa Ayyuhan Nassu” (wahai manusia) atau
“Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” (wahai orang-orang kafir) atau “Yaa Banii
Aadama” (hai anak cucu Nabi Adam), dan sebagainya. Sebab kebanyakan
penduduk Mekkah adalah orang-orang kafir, maka dipanggil dengan wahai
orang-orang kafir atau wahai manusia, meski orang-orang kafir atau wahai
manusia, meski orang-orang kafir dari lain-lain daerah ikut dipanggil juga.
Sedangkan yang dimaksud dengan Quran Madani / surah dan ayat
Madaniyah ialah yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah. Semua
ayat yang dimulai dengan nida’ (panggilan):”Yaa Ayyuhal Ladzina
Aaamanu” (wahai orang-orang yang beriman)adalah termasuk ayat / surah
Madiniah. Sebab, mayoritas penduduk Madinah adalah mukminin, sehingga
dipanggil dengan wahai orang-orang yang beriman, meski sebenarnya kaum
mukminin dari daerah-daerah lain juga ikut dipanggil pula.

5

Teori subjek ini mendasarkan kriterianya pada dalil riwayat dari Abu
‘Ubaid dari Maimun bin Mihran dalam kitab Fadhilul Qur’an yang berbunyi:
‫نمانكانن إفى ال وقهوراإن إبنيآي نهنها ال نناهس أ نوو نيانبإنى آندنم نفإإن نهه نمكإ ن ن ىى نونما نكانن إبنيآي نهنها ال وإذي ونن آنمن هووا نفإإن نهه‬
‫نمندإن ن ىي‬

Artinya : “bagian dalam Alquran yang dimulai dengan : “Yaa Ayyuhan
Nassu” atau “Yaa Banii Aadama” adalah surah Makki. Dan yang dimulai
dengan: “Yaa Ayyuhal Ladzzina Aaamanu” adalah Madani.”
c) Teori Mulaahazatul Zamaanin Nuzuuli (teori historis)
Yaitu teori yang berorientasi pada sejarah waktu turunnya Alquran.
Yang dijadikan tonggak sejarah oleh teori ini ialah hijrah Nabi Muhammad
SAW dari Mekkah ke Madinah.
Pengertian Makiyah menurut teori ini, ialah ayat-ayat Alquran yang
diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah, meski
turunnya ayat itu di luar kota Mekkah, seperti ayat-ayat yang turun di Mina,
Arafah, Hudaibiyah, ialah ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad
SAW hijrah ke Madinah, meski turunnya di Mekkah atau sekitarnya, seperti
ayat-ayat yang diturunkan di Badar, Uhud, Arafah, dam Mekkah.
Teori ini berpegang kepada dali riwayat Abu Amr dan Utsman bin
Sa’id Ad-Darmi:
‫عل وي يهه ووسلم‬
‫وما ن ههلزول هبومك لووة وووما ن ههلزول هفيي وطهري يهق اهولي ال يومهدي ين وهة وقبيول ا وين ي وبيل هوغ الن لوهب لهي وص ل ولي اللهه و‬
‫عولي الن لوهبهلي صلي الله عليه وسلم هفي ا ويسوفاهرهه بويعود وما وقهدوم‬
‫ وووما ن ه ل وزول و‬.‫ال يومهدي ين ووة وفههوو همون ال يومهكهلي‬
‫ال يومهدي ين ووة وفههوو همون ال يومودهنهلي‬

Artinya : “Alquran yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan
dalam perjalanan hijrah ke Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW
sampai ke Madinah adalah termasuk Makki. Dan Alquran yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan-perjalanan beliau setelah
tiba di Madinah adalah termasuk Madani.”
d) Teori Mulaahazatul Ma Tadhammanat As-Suuratu (teori content analysis)
Yaitu teori yang mendasarkan kriterianya dalam membedakan
Makiyah dan Madaniyahnya kepada isi daripada ayat atau surat yang

6

bersangkutan.2 Yang dinamakan Makiyah menurut teori contet analysis ini
ialah surah / ayat yang berisi cerita-cerita umat dan para Nabi / Rasul dahulu.
Sedangkan yang disebut Madaniyah adalah surah / ayat yang berisi hukum
hudud, faraid, dan sebagainya. Dalil yang menjadi landasan teori ini Riwayat
Hisyam dari ayahnya (Al-Hakim)
‫حهديويد ووال يوفورهئهض وفههوى ومودهني لوةة ووك ه لهل وما وكاون هفي يهه ذهكور ال يهقهريوهن ال يوماضي لوهة‬
‫ت هفي يوها ال ي ه‬
‫ك ه لهل هسيوورةة ذهكور ي‬
‫وفههي وم هك لي لوةة‬

Artinya : “setiap surah yang didalamnya disebutkan hukum-hukum
faraid adalah Madaniyah, dan setiap surah yang di dalamnya disebutkan
kejadian-kejadian masa lalu adalah Malkiyah:
B. Perhatian Para Ulama’ terhadap Surah Makki dan Maadani
Para Ulama’ begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah Makki dan
Madani. Mereka meneliti Al-Quran ayat demi ayat dan surah demi surah untuk
diterbitkan sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan
pola kalimat.
Memang suatu usaha besar bila seorang peneliti menyelidiki turunnya
wahyu dalm segala tahapannya, mempelajari ayat-ayat quran sehingga dapat
menentukan waktu serta tempat turnnya dan dengan bantuan dengan tema surah
atau ayat, merumuskan kaidah-kaidah analogis untuk menentukan apakah
sebuah seruan itu termasuk Makki atau Madani, ataukah ia merupakan tematema yang menjadi titik tolak dakwah di Makkah atau di Madinah.
Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib an-Naisaburi
menyebutkan dalam kitabnya at-Tanbih ‘ala fadli ‘Ulumul Quran: di antara
ilmu-ilmu Quran yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul Quran dan
daerahnya, urutan turunnya di Mekah dan Madinah, tentang yang diturunkan di
Mekah tetapi hukumnya Madani dan sebaliknya, yang serupa dengan diturunkan
di Mekah mengenai penduduk Madinah dan sebaliknya, yang serupa dengan di

2Ibid.,hal. 78-86

7

turunkan di Mekah tetapi termasuk Madani dan sebaliknya, dan tentang di
turunkan di Juhfah, di Baitul Maqdis, di Thaif atau di Hudaibiyah.
Para Ulama’ sangat memperhatikan Qur’an dengan cermat. Mereka
menertibkan sesuai dengan tempat dan turunnya. Mereka mengatakan misalnya:
“ surah ini diturunkan setelah surah itu.” Dan bahkan lebih cermat lagi sehingga
mereka membedakan antara yg diturunkan di siang hari dan di malam hari, antar
yang diturunkan di musim panas dengan musim dingin, dan

antara yang

diturunkan di waktu sedang berada di rumah dengan yang diturunkan di saat
bepergian.3
C. Perbedaan Makki dengan Madani
Untuk membedakan Makki dengan Madani, para ‘Ulama’ mempunyai
tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Pertama. Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan
sebelum hijrah meskipun bukan di Mekah. Madani adalah yang diturunkan
sesudah hijrah sekalipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah
sekalipun di Mekah atau ‘Arafah, adalah Madani seperti yang diturunkan pada
tahun penaklukan kota Mekah, misalnya firman Allah
‫هإ لون اللوه ي وأ يهمهر أ وين تهوؤ لهدواال وومونا ه‬
58: ‫النساء‬-‫ت ةإولى أ ويهلهوها‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah
kepada yang berhak.”(an-Nisa’:58)
Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut, karena ia lebih
memberikan kepastian dan konsisten
Kedua: Dari segi tempatnya. Makki ialah yang turun di Mekah dan
sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani adalah turun di
Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sil’. Pendapat ini
mengakibatkan tidak adanya pembagian secara kongkrit yang mendua, sebab
yang turun dalam perjalanan , di Tabuk atau di Baitul Maqdis tidak termasuk ke
dalam salah satu bagiannya, sehingga ia tidak dinamakan Makki dan tidak juga
3

Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera AntarNusa, Bogor. 2001. Hal. 73

8

Madani. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah
disebut Makki.
Ketiga: Dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan
kepada penduduk Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakn
bahwa ayat Qur’an yang mengandung seruan ya ayyuhan nas (wahai manusia)
adalah Makki; sedang ayat yang mengandung seruan ya ayyuhal ladzina amanu
(wahai orang-orang yang beriman) adalah Madani.
Namun melalui pengamatan cermat, Nampak bagi kita bahwa
kebanyakan surah Qur’an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu. Dan
ketentuan demikian pun tidak konsisten. Misalnya, surah baqarah itu Madani,
tetapi di dalamnya terdapat ayat yang awal ayatnya berbunyi ya ayyuhan nasu.
Dan surah an-Nisa’ itu Madani, tetapi permulaannya “ya ayyuhan nas”. Surah
al-Hajj, Makki, tetapi di dalamnya juga terdapat ayat yang awalnya berbunyi ya
ayyuhal ladzina amanu.4
D. Tanda-tanda Surat Makiyah dan Madaniyah
a. Cara Mengetahui Makiyah dan Madani
Untuk mengetahui tanda-tanda suatu surah/ayat itu Makiyah dan
Madani, tidak ada jalan lain kecuali harus dengan dasar riwayat dari para
sahabat Nabi atau para tabi’in yang menjelaskan hal tersebut, karena mereka
sudah menyaksikan sendiri waktu-waktu turunnya wahyu, cara-cara
turunnya dan materinya serta kasus yang menyebabkan turunnya.5
b. Tanda-Tanda Makiyah dan Madaniyah
Dari keterangan para sahabat Nabi dan tabi’in, dapatlah diketahui
tanda-tanda dari surah-surah Makiyah ataupun Madaniyah.
1. Tanda-Tanda Surah Makiyah.

4 Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera AntarNusa, Bogor. 2001. Hal. 85
5Ibid.,hal. 87

9

Sesuatu surah/ayat adalah Makiyah, kalau surah/ayat itu mempunyai
tanda-tanda sebagai berikut:
1) Di mulai dengan Nida’ (panggilan): “Ya Ayyuhan Naasu” dan
sebangsanya.
2) Di dalamnya terdapat lafal: “Kalla.” Lafad tersebut terdapat
dalam seluruh Alquran ada 33 kali dalam 25 surah-surah dibagian
akhir Mushaf Utsman.
3) Di dalamnya terdapat ayat sajdah ( disunahkan bersujud tilawah
jika membacanya).
4) Di permulaannya terdapat huruf Tahajji (huruf yang terpotongpotong), seperti huruf: ‫ ن‬,‫ يس‬,‫ حم‬, ‫ الم‬dan sebagainya.
5) Di dalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan umat-umat
terdahulu, selain surah Al-Baqarah dan Al-Maidah.
6) Di dalmnya terdapat cerita-cerita terhadap kemusyrikan dan
penyembah-penyembah terhadap selain Allah.
7) Di dalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orangorang kafir

dan orang-orang musyrik yang suka mencuri,

merampok,

membunuh,

mengubur

hidupp-hidup

anak

perempuan, dan sebagainya.
2. Tanda-Tanda Surah Madaniyah.
Tanda-tanda dari surah Madaniyah ini banyak, antara lain
sebaigai berikut.
1) Di dalamnya berisi hokum-hukum pidana, seperti tindak pidana
pencurian, pembunuhan, perampokan, penyerangan, perzinaan,
kemurtadan, dan tuduhan zina.
2) Di dalamnya berisi hokum-hukum faraid.
3) Berisi izin jihad fi sabilillah dan hokum-hukumnya.
4) Berisi keterangan mengenai orang-orang munafiq dan sifat-sifat
serta perbuatan-perbuatannya.

10

5) Berisi hukum-hukum ibadah
6) Berisi hukum-hukum muamalah
7) Berisi hokum-hukum munakahat
8) Berisi hokum-hukum kemsyarakatan, kenegaraan.
9) Berisi dakwah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani
serta penjelasan aqidah-aqidah mereka yang menyimpang.
10) Berisi

ayat-ayat

nida’(panggilan)

yang

ditujukan

kepada

penduduk Madinah yang Islam, dan khithab (seruan): “ yaa
Ayyuhal Ladziina Aamanu”.
E. Macam-Macam Surah Makiyah dan Madaniyah dan Dasarnya
a. Macam-macam Surah Makiyah dan Madaniyah
Pada umumnya, para ulama’ membagi macam-macam surah Alquran
menjadi dua kelompok, yaitu surah-surah Makiyah dan Madaniyah.Mereka
berbeda

pendapat

dalam

menetapkan

jumlah

masing-masing

kelompoknya.Sebagian ulama’ mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah
ada 94 surah, sedang surah Madaniyah ada 20 surah. Sebagian ulama’ lain
mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 84 surah, sedangkan yang
Madaniyah ada 30.6
Dr. Abdullah Syahhatah dalam bukunya Al-Qaur’an Wat Tafsir
mengatakan, surah-surah Alquran yang disepakati para ulama’ sebagai surah
Makiyah ada 82, dan yang disepakati sebagai suran Madaniyah ada 20,
yaitu: 7
1) al-Baqarah,

11) al-Hujurat,

2) ali ‘Imran,

12) al-Hadid,

3) an-Nisa’,

13) al-Mujadalah,

4) al-Maidah,

14) al-Hasyr,

6Prof. Dr. H. Abdul Jalal H.A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000. Hal.98
7Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera AntarNusa, Bogor. 2001. Hal. 74

11

5) al-Anfal,

15) al-Mumtahanah,

6) at-Taubah,

16) al-Jumu’ah,

7) an-Nur ,

17) al-Munafiqun,

8) al-Ahzab,

18) at-Thalaq,

9) Muhammad,

19) at-Tahrim,

10) Al-Fath,

20) an-Nasr.

Sedang yang diperselisihkan ada 12 surah, yaitu:
1) al-Fatihah,

7) al-Qodar,

2) ar-Ra’d,

8) al-Bayyinah,

3) ar-Rahman,

9) az-zalzalah,

4) as-Shaff,

10)al-Ikhlas,

5) at-Taghabun,

11)al-Falaq,

6) at-Thafif,

12)an-Naas.

Sebagian ulama’ ada yang mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah
ada 58 surah, sedang surah Madaniyah ada 29 surah.8
Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’ itu dikarenakan adanya
sebagian surah yang seluruh ayat-ayatnya Makiyah dan Madaniyah, dan ada
sebagian surah lain yang tergolong Makiyah atau Madaniyah, tetapi di
dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Karena itu, dari segi
Makiyah dan Madaniyah ini, maka surah-surah Alquran itu terbagi menjadi
empat macam, sebagai berikut:
a) Surah-surah Makiyah Murni (‫) مكية كلها‬
Yaitu surah-surah Makiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus
Makiyah semua, tidak ada satu pun yang Madaniyah.Surah-surah yang
berstatus Makiyah murni ini seluruhnya ada 58 surah, yang berisi 2.074
ayat.
b) Surah-surah Madaniyah Murni ( (‫مدنية كلها‬
Yaitu surah-surah Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaiyah
semua, tidak ada satu ayat pun yang Makiyah. Surah-surah yang
8Sayyid ‘Alwi bin Sayyid ‘Abbas al Maliki, Faidlu al Khabir wa Khulashotu at Taqriin,Hidayah, Surabaya. Hal.36-39

12

berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya menurut penelitian penulis
ada 18 surah, yang terdiri dari 737 ayat
c) Surah-surah Makiyah yang Berisi Ayat Madaniyah (‫)مكية فيها مدنية‬
Yaitu surah-surah yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah
Makiyah, sehingga berstatus Makiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit
ayatnya yang berstatus Madaniyah.Surah-surah yang demikian ini dalam
Alquran ada 32 surah, yang terdiri dari 2699 ayat.
d) Surah-surah Madaniyah yang Berisi Ayat Makiyah (‫)مكيةفيها مدنية‬
Yaitu

surah-surah

yang

kebanyakan

ayat-ayatnya

berstatus

Madaniyah.Surah-surah yang demikian ini dalam Alquran hanya ada
enam surah, yang terdiri dari 726 ayat.
b. Dasar-dasar Penetapan Makiyah dan Madaniyah
Adapun dasar yang dapat menentukan sesuatu surah itu Makiyah
atau Madaniyah, seperti di atas itu ada dua hal, yaitu:
a) Dasar Aghlabiyah (mayoritas), yakni sesuatu surah itu mayoritas atau
kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyah, maka disebut sebagai surah
Makiyah. Sebaliknya, jika yang terbanyak ayat-ayat dalam sesuatu surah
itu adalah Madaniyah, atau diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah,
maka surah tersebut disebut sebaai surah Madaniyah.
b) Dasar taba’iyah (kontinuitas), yakni kalau permulaan sesuatu surah itu
didahului dengan ayat-ayat yang turun di Mekkah / turun sebelum hijrah,
maka surah tersebut disebut atau berstatus sebagai surah-surah Makiyah.
Begitu pula sebaliknya jika ayat-ayat pertama dari suatu surah itu
diturunkan di Madinah atau yang berisi hukum-hukum syari’at, maka
surah tersebut dinamakan sebagai surah Madaniyah.9
Dasar kedua ini didasarkan kepada hadits riwayat Ibnu Abbas r.a.:
9Prof. Dr. H. Abdul Jalal H.A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000. Hal.100

13

‫ كتبت بمكة ثم يزيد الله فيها ما يشا ء‬,‫كانت اذا انز لت فاتحة صورة بمكة‬
Artinya:
“kalau awal surah itu diturunkan di Makkah, maka dicatat sebagai surah
Makiyah, lalu Allah menambahkan dala surah itu ayat-ayat yang
dikehendaki-Nya”.
F. Faedah Mengetahui Makki dan Madani
Dengan mengetahui Ilmu Makki dan Madani ini akan banyak membawa
hikmah dan faedah serta kegunaan yang bermacam-macam, antara lain sebagai
berikut:
a) Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat
yang turun belakangan dari kitab suci Alquran.
b) Mudah diketahui mana ayat-ayat Alquran yang hukum/bacaannya telah
dinaskh (dihapus dan diganti), dan mana ayat-ayat yang menashknya,
khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah,
tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. Dalam hal
seperti itulah harus dicari mana ayat yang turun lebih dahulu, yaitu mana
yang Makiyah, sehingga mungkin ayat itulah yang telah dihapus dan diganti
hukum atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian atau yang Madaniyah
sebagai nasikh atau penghapus/penggantinya.
c) Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hokum-hukum Islam
(taarikhut tasyri’) yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturanperaturan.
d) Mengetahui hikmah disyari’atkannya sesuatu hukum (hikmatut tasyri’).
Sebab, dengan Ilmu Makki dan Madani dapat diketahui tarekh tasyri’ yang
dalam mensyariatkan hukum-hukum Islam itu secara bertahap, sehingga
dapat pula diketahui mengapa sesuatu hukum itu disyariatkan secara
demikian. Contohnya, seperti diharamkanya minuman keras, yang penetapan
hukumnya itu secara bertahap. Mula-mulahanya diterangkan ada bahanya

14

yang lebih besar daripada manfaatnya, sebagaimana siterangkan dalam
firman Allah SWT:
‫قل فيهما اثم كبير و منفع الناس واثمهما اكبر من نفعهما‬
Artinya:
“katakanlah: pada keduanyan (khamr dan judi) itu terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar
daripada manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah: 219)
Kemudian dijelaskan keharaman khamr pada waktu-waktu tertentu, seperti
yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
‫يا ايها الذين امنوا لتقربوا الصلوة وانتم سكرى حتى تعلموا ما تقولون‬
Artinya:
“hai orang-orang yang beriman, jangan lah kalian shalat, sedang kalian
dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian
ucapkan”. (QS. An-Nisa’: 43)
Setelah itu, baru ditegaskan keharaman khamr pada firman Allah SWT:
‫وياأ وي لهوها ل والهذي يون امنوا انما الخمر والميسر والنصاب والزلم رجس من عمل الشيطن فاجتنبوه لعلكم‬
‫تفلحون‬
Artinya:
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi (berkorban
untuk) berhala dan mengundi nasib dengan panah itu adalah perbuatan keji
dari tindakan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian
mendapat keberuntungan”. (QS. Al-Maidah: 90)
e) Dengan mengetahui Ilmu Makki wal madani yang dapat mengetahui
hikmatut tasyri’ itu, akan bisa menambah kepercayaan orang terhadap
kewahyuan Alquran, karena melihat kebijaksanaannya dalam menetapkan
hukum-hukum ajarannya secara terhadap sehingga mudah dimengerti,
dihayati, dan diamalkan orang.

15

f) Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kenurnian dan keaslian
Alquran, melihat bahwa hukum-hukum ajarannya atau pun bentuk tulisannya
dan kata-kata serta kalimatnya masih tetap orsinil, tidak berkurang atau
bertambah satu huruf atau ketentuan satu huruf pun. Dengan demekian,
betul-betul merupakan realisasi dari jaminan Allah SWT, seperti diterangkan
firman Allah SWT:
‫انانحن نزلنا الذكر واناله لحفظون‬
Artinya:
“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya
Kami pulalah yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
g) Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah. Tahap-tahap
dakwah Islamiah yang diterangkan dalam ayat-ayat Makiyah adalah berbeda
dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat Madaniyah, seperti yang telah
diterangkan dalam tanda-tanda surah Makiyah dan Madaniyah di atas.
h) Mengerti perbedaan ushlub-ushlub (bentuk bahasa) Alquran, yang dalam
surah-surah Makiyah berbeda dengan yang dalam surah-surah Makiyah.
Sebab, dalam surah-surah Makiyah yang ditujukan kepada orang-orang kafir
Quraisy, yang banyak pakar ahli bahasa arabnya memakai ushlub singkat
dan padat, sedangkandalam surah-surah Madaniyah yang dituukan kepada
penduduk Madinah yang hiterogen, yang banyak orang-orang asing belum
mengenal bahasa arab, menggunakan ungkapan panjang dan lebar agar
mudah diserap mereka.
i) Dengan Ilmu Makki dan Madani situasi dan kondisi masyarakat kota
makkah dan madinah dapat diketahui, khususnya pada waktu turunnya
Alquran.10
j) Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Alquran, sebab pengetahuan
mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan
10Prof. Dr. H. Abdul Jalal H.A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000. Hal.101-104

16

menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi
pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus.
k) Meresapi gaya bahasa Alquran dan memanfaatkannya

dalam metode

berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa
tersendiri. Karakteristik gaya bahasa Makki dan madani dalam Alquran pun
memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam
penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan
berbicara dan menguasai pikiran dan perasaanya serta mengatasi apa yang
ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
l) Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Alquran, sebab turunnya
wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala
peristiwanya, baik pada periode Makkah maupun Madinah, sejak permulaan
turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan.11

.

BAB III
Kesimpulan
Dalam Sejarah Turunnya Al-Quran itu ada fase-fase proses turunya AlQuran yang mana itu berkaitan dengan tempat dan nama-nama surat Dalam bab
sebelumnya, ya’ni dalam bab Ilmu Nuzulul Quran yaitu tentang preodesasi
turunnnya Al-Quran dapatlah diketahui, bahwa kitab suci Al-Quran itu ada fase11Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera AntarNusa, Bogor. 2001. Hal. 81-82

17

fase dalam proses turunnya Al-Quran tersebut, fase-fase tersebut terkenal dengan
istilah Makki dan Madani, jadai dalam pembahasan di atas itu banyak teori-teori,
mulai dari pengertian, macam-macam surah makki dan madani, ciri-ciri surah
makki dan madani dan faedah dari mengetahui ihwal tentang makki dan madni
yang itu dapat memberikan penjelasan tentang Ilmu Makki dan Madani.
Jadi sngatlah jelas bahwa mempelajari Ilmu Makki dan Madani sangatlah
penting untuk di kaji agar supaya kita tahu sejarah proses turunyya Al-Quran
Baik dari segi tempat maupun ciri-ciri dari surah makki dan madani tersebut.
Mungkin itu yang bisa dapat kami simpulkan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abdul Jalal H. A. 2000. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu
Al Qattan, Manna’ Khalil. 2001. Studi Ilmu Qur’an. Bogor: Litera Antar Nusa
Al Maliki, Sayyid Alwi bin Sayyid Abbas. 2001. Faidlu al Khabir wa Khulashotu
at Taqriin. Surabaya: Hidayah

18

Buchori, Didin Saefuddin. 2005. Pedoman Memahami Kandungan Al qur’an.
Bogor: Granada Sarana Pustaka
Marzuki, Kamaluddin. 1992. Ulum al Qur’an. Bandung: Remaja Rosdakarya
Al quthan, Manna’. 1993. Pembahasan Ilmu Al qur’an. Yogyakarta: Rineka Cipta

19