ANALISIS GENDER DAN HUKUM DALAM ISLAM

ANALISIS GENDER DAN HUKUM DALAM ISLAM
Latipa Piranti
Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Jurai Siwo Metro
E-mail:pirantilatifa@gmail.com
Abstarak
Tulisan ini menjelaskan tentang sebuah kesetaraan dan keadilan gender berdasarkan Al-qur’an
dan hadis, islam sendiri sangat menjunjung tinggi nilai sebuah keadilan dan kesetaraan antara kaum
laki-laki dan perempuan. Sejak datangnya ajaran islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW
status perempuan mulai berubah, yang dulunya sebelum ajaran Islam hadir kesenjangan gender
sangat memprihatinkan, seorang perempuan dijadikan layaknya budak nafsu kaum leleki. Dan juga
perempuan selalu di perlakukan bagaikan budak oleh para suami, pada saat itu juga harga
perempuan laksana seperti barang dagangan yang biasa di perjual belikan,Perempuan bebas
diberikan kepada siapa saja yang mengingin kannya bahkan dijaman itu ketika lahirnya bayi
perempuan maka mereka tidak akan segan-segan mengubur bayi tersebut hidup-hidup.
Karena itulah pada kesempatan kali ini akan membahas sedikit banyak tentang bagaimana
kesetaraan gender yang berlaku saat ini.
Kata Kunci: Gender,Kesetaraan dan Keadilan
Abstarak
This paper describes a gender equality based on the Qur'an and the Hadith, Islam itself is
upholding a justice and equality between men and women. Since the arrival of the teachings of
Islam that brought by the Prophet Muhammad of women began to change, once before Islam was

present gender gap is very alarming, a woman used like slaves lust of the leleki. Women's freely
given to anyone who wanted that even an age when the birth of the baby girl they will not hesitate
to bury the baby alive. So on this occasion will discuss a little more about how gender equality is
true today.
Keywords: Gender, Equality and Justice
A. Pendahuluan
Konteks khalifatullah fi al-ardh secara terminologis, berarti1 kedudukan kepemimpinan
Sejak pertama kali datangnya, ajaran islam telah menghilangkan diskriminasi terhadap kaum
wanita. Di Arab sendiri tepatnya pada zaman jahiliah banyak sekali terjadinya pembunuhan sadis
terhadap bayi perempuan yang baru lahir seperti dikubur hidup-hidup. Namun setelah datangnya
islam maka tradisi tersebut dihapuskan karena ajaran islam sendiri sangat menghargai dan
menghormati status perempuan. Islam juga memberikan hak kepada perempuan dalam memilih
pasangannya dan menentukan maskawin yang diinginkanya, serta dengan memberikan harta
1 H. Abd. Muin, Fiqih Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al- Qur’an, (Cet. I; Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1992), h. 114. dalam jurnal Sarifah Suhrah.

warisan yang sebelumnya hanya berlaku untuk kaum laki-laki2. Walaupun memang dalam islam
statatus wanita tetap memiliki perbedaan dengan laki-laki. seperti pembagian hak, peran dan
tanggung jawab. Kesetaraan gender sendiri telah banyak di bahas dan di jelaskan dalam kitab suci
umat islam yakni al-Quran, oleh karena itu, Membutuhkan adanya sebuah sikap


yang

implementatif guna mengilhami ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang hal-hal tersebut.
Sikap yang bersifat misogini (kebencian terhadap perempuan) seringkali tumbuh pada kehidupan
sosial, sehingga sering kali menimbulkan masalah untuk kaum hawa.karena itulah, al-Quran datang
sebagai kitab suci yang menunjukan bahwasanya sseluruh umat manusia yang haq memiliki
peranan yang penting dalam membantu optimalisasi kesetaraan jender dalam berbaga aspek
kehidupan, sehingga setiap individu akan selalu merasa terjamin dengan adanya kontribusi dari AlQuran, Pada saat itu semua sudah beranggapan bahwa tidak ada lagi diskriminasi terhadap kaum
wanita setelah kedatangan ajaran islam, tetapi ketika peradaban barat mulai masuk kedalam syariat
islam mereka mulai mengkritik dan menyebarkan isu tentang masalah kesetaraan gender dalam
ajaran islam. Mereka menuding bahwasanya islam memberikan hak atau porsi lebib banyak kepada
kaum laki-laki. Alasan mereka dalam menyebarkan isu tersebut yakni untuk memberikan kesetaran
kepada perempuan dalam segala aspek atau bidang 3. Dengan segala cara mereka mulai
menyebarkan isu-isu yang bisa memojok kan islam, Tulisan ini diharapkan mampu mengkaji
bentuk kepedulian kita dalam memahami kekeliruan yang telah menyebar di kalangan masyarakat,
tentang isu gender yang di ajarkan oleh agama islam.

B. Pengertian Gender
Kata gender sendiri berasal dari bahasa inggris yang artinya jenis kelamin4.dalam kamus dunia

gender sendiri di artikan sebagai suatu perbedaan yang terlihat antara kaum laki-laki dan
perempuan yang di tinjau dari segi nilai dan tingkahlaku 5.dalam Women’s Studies Encyclopedia
menjelaskan bahwasanya gender yakni suatu konsep kultural yang biasanya berusaha dalam
membuat suatu perbedaan dalam bidang peran,prilaku, mental dan karakteristik antara wanita dan
laki-laki yang berkembang dalam kehidupan masyarakat6.

2Musdah Mulia, Muslimah Sejati; Menempuh Jalan Islami Meraih Ridha Ilahi, (Bandung: MARJA, 2011),
45-49. dalam jurnal M.Hajir Mutawakkil.
3Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), 68.
dalam jurnal M.Hajir Mutawakkil.
4 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia (Cet. I; Jakarta: Gramedia, cet. XII, 1983),
h. 265. dalam jurnal Srifah Suhra.
5 Victoria Neufeldt (ed.), Webster’s New World Dictionary (New York: Webster’s New World Cleveland,1984),
h.561. dalam jurnal srifah suhrah.
6 Helen Tierney (Ed.), Women’s Studies Encyclopedia Vol. I (NewYork: Green Wood Press), h. 153. dalam
jurnal sarifa suhrah.

Istilah gender ini biasanya dihuraikan sebagai perbezaan antara lelaki dan wanita hasil daripada
konstruksi sosio-budaya. Menurut Corsini, gender ditakrifkan sebagai aspek-aspek sosial atau
kemasyarakatan yang berkaitan dengan seks. Ia merujuk kepada sifat maskulin dan feminin yang

dipengaruhi dengan kebudayaan, simbolik, stereotaip dan Sedangkan Helary M Lips pengenalan
diri.
meberikan arti bahwasanya gender adalah suatu harapan budaya terhadap kaum laki-laki dan
kaum perempuan. Pendapat ini juga di dukung oleh kaum feminis seperti Lindsey yang
beranggapan bahwasanya penetapan masyarakat mengenai penentuan seorang perempuan atau lakilaki yang termasuk kedalam bidang kajian gender7.
Selain itu gender juga lebih mengutamakan kunsekuensi sosial, budaya ,psokologis, dan beberapa
aspek yang bersifat non biologis lainnya8. Gender juga memiliki arti perbedaan sosial diantara
kaum laki-laki dan kaum perempuan yang di topang pada perilaku, fungsi serta peranan kaum
masing-masing yang ditentukan oleh sebuah kebiasaan masyarakat itu sendiri dalam menentukan
sebuah kesetaraan sosial9, dan dibutuhkan pula adanya suatu kebiasan atau aklak yang baik.
proses pembelajaran aklak di lakukan sebagian besar dengan metode hafalan,ceramah,dan
mencatat sehingga proses pendidikan mengalami kejenuhan dalam melakukan proses pembelajaran.
Materi pembelajaran yang begitu banyaknya hanya di sampaikan saja oleh guru10.
Karena perbedaan yang sangat signifikan itulah sehingga melahirkan sebuah pemisahan fungsi
dan tanggung jawab dalam gender sebagai contoh yang sering kita jumpai di kalangan masyarakat,
bahwasanya laki-laki slalu mengurusi urusan luar rumah seperi bekerja sedangkan wanita hanya
mengurusi urusan rumah tangga yang dikenal sebagai istilah masyarakat pemburu (hunter) untuk
laki-laki, dan peramu (gatherer) untuk perempuan11. Dengan demikian gender adalah sebuah
penafsiran atau perbedaan antara laki-laki dan perempuan ,yang secara biologis kedua jenis kelamin
ini mempunyai karakteristik yang berbeda sebagaimana laki-laki dengan sifat yang maskulinya

sedangkan perempuan mempunyai sifat lemah lembut.
Lebih jauh membahas tentang gender, menurut Oakley gender itu bukan berbicara tentang
perbedaan biologis dan kodrat Tuhan, perbedaan biologis yaitu ketidak samaan sex yang sudah
menjadi kodrat yang diberikan oleh sang pencipta kepada setiap manusia di dunia ini karena itu
sejara permanen sangat jauh berbeda. Sedangkan gender sendiri ialah sebuah prilaku yang berbeda
7 Linda L. Lindsey, Gender Roles a Sociological Perspective (New Jersey: Prentice Hall, 1990), h. 2. dalam
jurnal Srifa suhrah.
8Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 35.
dalam jurnal Fatimah Zuhrah.
9 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005),
h. 103. dalam jurnal Prabowo Adi Widayat.
10 Dedi Wahyudi,Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Pendidikan Akhlak Dengan Program
Prezi Studi SD.
11Ibid., h. 302-302 dalam jurnal fatimah zuhrah.

antara laki-laki dan perempuan yang di kodratkan secara sosial, bukan ketentuan tuhan atau kodrat
melainkan diciptakan oleh manusia itu sendiri dan melalui proses yang panjang. Dari beberapa
pengertian di atas dafat di simpulkan bahwa gender ialah suatu sifat atau keadaan yang dapat di
klasifikasikan dalam suatu perbedaan antara kaum perempuan maupun laki-laki yang di pandang
dari asfek atau kondisi sosial dan budaya.

C. Definisi Hukum
Istila hukum islam sendiri berasal dari dua kataa yakni hukum dan islam menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata ‘hukum’ memiliki makna (1) konstitusi atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat;(2)undang-undang, peraturan dan lain sebagainya yang diperuntukkan guna
mengatur berbagai pergaulan hidup yang akan dijalani oleh masyarakat; (3) kaidah patokandan
ketentuan yang menjelaskan tentang suatu peristiwa tertentu. Sederhananya hukum Mampu kita
pahami sebagai sebuah bentuk peraturan-peraturan atau norma-norma guna Mengatur baik
buruknya tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik itu peraturan Maupun norma
semuanya berupa kenyataan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan masyarakat maupun
peraturan atau norma yang dibuat secara tertent dan ditegakkan oleh penguasa .dalam bentuk
aslinya, hukum ada yang tertulis dalam bentuk undangundang seperti hukum modern (hukum
Barat) dan ada pula yang tidak tertulis seperti hukum adat dan hukum Islam.
kata yang kedua, yakni Islam, menurut Mahmud Syaltout islam di jelaskan sebagai agama
Allah yang dipercayakan kepada Nabi Muhammad saw. Agar mengajarkan berbagai dasar-dasar
dan syariatnya dan juga Menyebarkannya kepada seluruh umat manusia serta mengajak mereka
untuk Menganutnya. Dari penggabungan dua kata di atas yakni hukum dan Islam maka munculah
istilah Yang disebut dengan hukum Islam. Dengan meresapi arti dari kedua kata tersebut istilah
hukum Islam ini, dapatlah kita pahami bahwasanya hukum Islam merupakan Sebuah paket norma
atau peraturan yang berasal dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad Salaullah Alai Wasalam
untuk seluruh umat manusia yang ada di dunia. Dalam rangka mengatur semuah tingkah laku

manusia di tengah-teng masyarakatnya. Dengan kalimat yang lebih singkat, hukum Islam inidapat
diartikan sebagai hukum yang bersumber dari ajaran Islam.
Hukum digambarkan sebagai suatu perangkat aturan, bersifat wajib, disahkan oleh otoritas resmi
untuk

pengamatan dan keuntungan bersama, guna menjaga ke amanan 12. Dalam arti umum

undang-undang hampir sama dengaan kontitusi, Disahkannya oleh badan-badan pembuat UU
negara atau perlementer dan oleh badan badan pembuat UU setempat disahkan oleh cabang
eksekutif

termasuk

Presiden,

Perdana

Menteri,

dan


menteri-menteri

dan

Keputusan

12 Rufus Rodriguez, Introduction to Law, Manila, Rex Book Store, 2001. p.2 dalam jurnal Rea Abada
Chiongsonv.

pengadilan.akan tetapi di beberapa wilayah negara besar istilah hukum hanya di legislasi atau di
sahkan oleh pembuat undang-undang negara, setiap negara pun bisa dengan bebasnya menentukan
undang-undang sesuai dengan keadaan negara masing-masing, begitupun dengan ajaran islam ia
mempunyai hukum sendiri yang bersifat sangat tegas dan adil, sehingga apa bila tidak mematuhi
hukum tersebut maka akan dikenakan sangsi yang berat ketika kita di alam kematian kelak.
Istilah lain mengenai dengan hukum Islam yang juga digunakan dalam literatur Barat adalah
Islamic Jurisprudence. Istilah ini juga digunakan untuk melakukan padanan ushul fikih. Ada
beberapa buku yang ditulis dalam bahasa Inggristerkait dengan istilah ini, di antaranya merupakan
dua buku yang di tulisan Ahmad Hasan seperti di atas, The Origins of Muhammadan Jurisprudence
(1950) karya Joseph Schacht, The Principles of Muhammadan Jurisprudence (1958) karya Abdur

Rahim, dan juga ada dua karya Ahmad Hasan seperti yang di atas, yaitu The Early Development of
Islamic Jurisprudence (1970) dan The Principles of Islamic Jurisprudence (1994), serta karya
Norman Calder, Islamic Jurisprudence in the Classical Era yang diedit oleh Colin Imber (2010).
Dari penjelasan di atas, bisa di lihat adanya ketidakpastian atau kekaburan makna dari Islamic law
(hukum Islam) antara syariah dan fikih. Jadi, kata hukum Islam artinya yang sering ditemukan pada
literatur hukum yang berbahasa Indonesia.
secara jelas secara umum mencakup syariah dan fikih, bahkan terkadang bisa mencakup ushul
fikih. Oleh karena itu, sering juga ditemukan dalam literatur tersebut kata syariah Islam dan fikih
Islam untuk menghindari kekaburan penggunaan istilah hukum Islam untuk padanan dari kedua
istilah tersebut.
Dengan berlandaskan pada hukum-hukum yang terdapat dalam al-Quran, Abdul Wahhab Khallaf
membagi hukum menjadi tiga, yaitu hukumhukum i’tiqadiyyah (keimanan), hukum-hukum
khuluqiyyah (akhlak), danmhukum-hukum ‘amaliyyah (aktivitas baik ucapan maupun perbuatan).
Hukum-hukum ‘amaliyyah inilah yang identik dengan hukum Islam yang 20 dimaksud di sini.
Abdul Wahhab Khallaf membagi beberapa hukum-hukum ‘amaliyyah menjadi dua, yakni hukumhukum ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan hukum-hukum muamalah
yang mengatur tentang hubungan antara manusia dengan sesamanya
D. Ketimpangan Dan Kesetaraan Gender Dalam Islam
realitas sosial mereka. Mereka belum bisa menerimaa bahwasanya gender tidak hanya berpusat
pada laki-laki saja tetapi perempuan juga, tanggung jawab serta fungsi sosial antara perempuan dan
laki-laki. Dalam kondisi ini dapat menyebabkan sebuah kesenjangan sosial serta peran tanggung

jawab sehingga dapat menyebabkan sebuah diskriminasi antara laki-laki dan perempuan.
Faktor utama penyebab kesejenjangan gender ialah susunan tatanilai sosial budaya yang di
terapkan oleh masyarakat itu sendiri. Yang mana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban

dari ketidak adilan yang mereka ciptakan sendiri, ketidak adilan ini terhubung dalam berbagai
bentuk perspektif kehidupan yakni: (1) marginalisasi atau suatu bentuk proses pemiskinan ekonomi
Dalam bidang keagamaan ada berbagai aspek-aspek ketidakadilan yanng mengakibatkan kerugian
bagi kaum wanita, contohnya wanita tidak di pebolehkan memegang jabatan tertentu, tidak boleh
bekerja serta selalu beradadi rumah dan wanita mendapat warisan separuh daripada bagian lelaki,
(2) surbonisasi atau tanggapan yang di anggap tidak penting oleh masyarakat. yaitu golongan
bawahan atau sering disebut dengan kelas kedua pada salah satu jenis seks, yang biasanya secara
umum terjadi kepada kaum wanita. Di dalam hubungan rumah tangga, masyarakat atau pun negara,
banyak yang membuat keputusan tanpa memikirkan kepentingan bagi kaum wanita. Misalnya
seperti domestifikasi wanita dengan tanggapan tidak gunanya untuk wanita belajar tinggi-tinggi,
karena pada akhirnya akanmengurus rumah tangga juga. Itilah Bentuk atau mekanisme dari sebuah
proses subordinasi dari waktu ke waktu dan dari tempat lain ke tempat lainnya 13,(3)sterotipe atau
sebuah cap yang di anggap negatif oleh publik terhadap suatu jenis kelamin tertentu, dan akibat dari
stereotaip ini yakni terjadinya diskriminasi serta berbagai tindakan yang bersifat tidakadil. Dalam
masyarakat sendiri sterotipe dilabelkan terhadap kaum wanita sehingga akibatnya membatasi,
menyulitkan, dan merugikan kaum wanita14,(4)burden yakni beban kerja yang lebih panjang, serta

sosialisasi ideologi, gender berperan terhadap wanita yang berganda. Ini dikerenakan peran
terhadap golongan wanita yang di peruntuk kan untuk menguruskan rumahtangga, dan pada masa
yang sama wanita juga di berikan beban kerja di luar rumah. Dengan kata lain bahwa peranan
gender wanita yang mempertahankan kerapian itu, telah menyebabkan timbulnya suatu tradisi dan
keyakinan dalam masyarakat bahawa mereka tetap harus bertanggungjawab dalam segala urusan
rumahtangga. Sosialisasi peranan gender ini juga menyebabkan rasa bersalah mereka terhadap
sekiranya, karena apa bila tidak melaksanakan tanggungjawab tersebut mereka tetap harus turut
terlibat dalam pekerjaan luar rumah15.
Pergaulan sebuah kehidupan dalam masyarakat yang menerapkan sistem perbedaan gender , ada
sebuah norma dan tata nilai sebuah hukum yang menjadi sebuah pembeda antara laki-laki dan
perempuan. Karena kebiasaan itulah sehingga setiap orang di tuntut untuk mempunyai perasaan
gender dalam pergaulan. Sehingga apabila seseoranh itu menyalahi nilai-nilai norma maka harus
menerima sebuah resiko dalam kehidupan bermasyarakat.
Dominasi kaum laki-laki dalam kehidupan masyarakat tidak hanya semata-mata karena mereka
jantan saja, akan tetapi karena mereka mempunyai akses kekuasaan yang lebih banyak
dibandingkan kaum perempuan, seperti contah laki-laki yang dipercaya untuk mengontrol lembaga
legislatif, tidak hanya itu laki-laki juga mendominasi lembaga hukum dan peradilan, pemilik

13 Mansour Fakih, Analisis Gender, 73. dalam jurnal Mohd Anuar Ramli.
14 Ibid.
15Mansour Fakih, Analisis Gender, 75. dalam jurnal muhd anur ramli.

sumber-sumber produksi, menguasai profesi dan lembaga pendidikan,dan juga mendominasi
organisasi keagamaan.
Sedangkan perempuan mereka hanya diberikan tempat yang inferior, sehingga akses dan peran
merreka terbatas, sehingga status perempuan jauh lebih renda dari laki-laki, mereka hanya
diberikan peran sebagai ibu rumah tangga atau istri yang tugasnya hanya mengurusi urusan rumah
semata sehinggga merreka tidak mempunyai aksses untuk menuju dunia luar, kaum perempuan
juga tidak mempunyai penghasilan sendiri melainkan bergantung kepada penghasilan suaaminya,
hak-hak nya jauh lebih terbatas daripada hak yang dimiliki oleh suaminya 16. Untuk mewujudkan
perubahan sosial ke arah kehidupan
yang setara, maka gerakan ini memakai landasan dari teori sosialkonflik17, Dengan demikian
dapat kita definisikan bahwa pada dasarnya peran gender tidak bisa berdiri sendiri, melainkan
berkaitan dengan sebuah identitas dan karakter yang di anut oleh kaum laki-laki dan kaum wanita.
Karena penyebab dari ketimpangan status antara laki-laki dan perempuan bukan hanya dari faktor
biologis saja,akan tetapi nilai sosial dan budaya yang di anut oleh masyarakat itu sendiri lah yang
mengambil peran penting dalam ketimpangan gender.
Keadilan sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu ‘ada’lah yang mempunyai berbagai arti. Dalam
kamus Lisan al-‘Arab yang artinya lurus18. Namun sampai sekarang kenyataannya Masih
banyaknya ketidak adilan yang didapat kan oleh kaum perempuan mencerminkan bahwasanya
masih banyaknya ketimpangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, di indonesia sendiri
masih ada begitu banyak kondisi ketimpangan gender yang di alami oleh kaum perempuan.
Sebenarnya perbedaan gender dengan pemilahan sifat, peran, dan posisi tidak akan menjadi sebuah
masalah apabila tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada realitanya perbedaan gender ini telah
memunculkan berbagai ketidak adilan, tidak hanya bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi kaum
laki-laki.
Berbagai pembedaan seperti peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta sebuah kedudukan
antara kaum laki-laki dan kaum perempuan baik itu secara langsung atau pun secara tidak
langsung, dan dampak dari peraturan perundang-undangan maupun kebijakan bisa menimbulkan
berbagai macam ketidakadilan karena telah mendarah daging dalam sebuah aturan adat, norma
maupun struktur masyarakat. Gender sendiri masih diartikan oleh kebanyakan masyarakat sebagai
sebuah perbedaan jenis kelamin saja. Masyarakat belum mengerti arti gender yang sesungguhnya
mereka masih memandang gender berdasarkan adat dan kebiasaan mereka saja. Kondisi yang
demikian mengakibatkan terjadinya sebuah kesenjangan sosial dan tanggung jawab sehingga

16 Nasaruddin Umar, ibid., h.75. dalam jurnal Fatimah Zuhrah.
17 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?..., 76. dalam jurnal M. Hajir Mutawakkil.
18 Ibn Manzur, Lisan al-“Arab, (Kairo: Dar al-Ma”arif, T. Th), 2838 dalam jurnal m. hajir mutawakkil.

terjadi lah diskriminasi, terhadap kaum laki-laki dan kaum perempuan. Akan tetapi apabila
dibandingkan dengan diskriminasi yang di alami oleh kaum perempuan semua itu belum seberapa,
Sebelum datangnya ajaran Islam, peranan perempuan berada pada tatanan sosial yang sangat tidak
seimbang apabila dibandingkan dengan tatanan sosial kaum laki-laki. Selama berabad-abad
lamanya kondisi status kaum perempuan terus menerus berada di bawah dominasi kaum laki-laki.
Nasib perempuan kala itu sangat sengsara dan memprihatinkan. Perempuan slalu dijadikan seperti
mainan diistana guna untuk memuaskan nafsu para raja atau penguasa, perempuan diperlakukan
seperti barang yang dapat diperjual belikan oleh para lalaki yang mempunyai kekuasaan. Di dalam
kehidupan rumah tangga, status perempuan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan suaiminya,
Perempuan bahkan tidak diberikan hak-hak yang semestinya. Karena kondisi perempuan seperti ini
hampir sama di berbagai dunia seperti beberapa bangsa terkenal di dunia pada waktu itu, yakni
bangsa Yunani, Romawi, Cina, India,Persia, dan lain sebagainya.
Namun ketika Islam datang untuk melepaskan kaum perempuan dari belenggu-belenggu kenistaan
dan perbudakan yang sangat keji terhadap sesama manusia. Islam datang dan memandang status
sosial perempuan sebagai makhluk yang sangat mulia dan terhormat, dartangnya islam juga guna
memberikan peringatan tentang haramknya sebuah tindakan perbudakan dan berbuat aniaya
terhadap perempuan. Islam memandang sama tanpa membeda-bedakan antara kaum laki-laki dan
kaum perempuan dalam berbagai aspek kemanusiaannya seperti yang tercantum dalam Al-Quran
(Q.S.al-Hujurât (49): 13). Islam juga menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan lakilaki dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban keagamaan dijelaskan dalam

(Q.S. al-Taubat

(9):71), memikul beban-beban keimanan (Q.S. al-Burûj (85): 10), menerima balasan di akhirat
(Q.S. al-Nisâ’ (4): 124), dan pada masalah-masalah lainnya yang banyak disebutkan dalam AlQuran.akan tetapi, dalam bagian ini harus di akui bahwasanya massih terdapat sedikit perbedaan
antara kaum perempuan dan kaum laki-laki, seperti halnya dalam masalah status perempuan dalam
menjadi saksi, perempuan dalam hal warisan masih tidak setara dengan warisannya laki-laki, dan
kesempatan perempuan dalam hal menjadi kepala negara. Akan tetapi yang pasti, memang tidak
dapat di pungkiri bahwasanya secara kodrati perempuan itu jauh berbeda dengan laki-laki.Hanya
perempuan yang mampu menstruasi, hamil, melahirkan, serta menyusui.
Denganbegitu, sudah jelasl bahwasanya Islam itu memberikan kedudukan yang tinggi kepada
perempuan sama halnya dengan kedudukan yang diberikan untuk laki-laki.akan tetapi kesetaraan
ini juga bukan berarti bisa menjadikan perempuan sama persis dengan laki-laki dalam segala
bidang, yang tentunya masih ada beberapa bidang yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan.Setelah munculnya kesadaran baru terhadap kaum perempuan, mulai lah bermunculan
para pakar untuk membela kasetaraan bagi wanita,

menyuarakan hak-hak perempuan ini melaluiberbagai tulisan-tulisan mereka. Mulai dari dekade
1980-an antara para -pakar Muslim pun mulai banyak membahas mengenai hak-hak perempuan .

E. Solusi Dari Permasalahan Gender
Kesetaraan gender dalam hak merupakan tujuan pembangunan yang memiliki nilainya sendiri.
Hak- hak hukum, sosial, dan ekonomi menyediakan suatu 'atmosfer' (environment) yang
memungkinkan perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi secara produktif dalam masyarakat,
mencapai dasar kualitas hidup, dan mengambil keuntungan dari kesempatan-kesempatan baru yang
ditawarkan oleh pembangunan. Kesetaraan hak yang lebih besar juga secara konsisten dan
sistematis dihubungkan dengan kesetaraan gender yang lebih besar dalam pendidikan, kesehatan,
dan partisipasi politik, dampak-dampak yang tidak ada hubungannya dengan pendapatan
Pada saat Konferensi Wanita Sedunia keempat yang dilaksanakan di Beijing pada tahun 1995,
istilah Gender Mainstreaming memang tercantum di dalam Beijing Platform of Action. Semua
negara peserta yang mengikuti acara tersebutb termasuk Indonesia dan organisasi-organisasi yang
hadir pada konferensi itu, secara eksplisit mampu menerima tugas untuk mengimplementasikan
Gender Mainstreaming di negara mereka masing-masing.
Guna untuk menjadikan sebuah kepentingan serta pengalaman kaum perempuan dan kaum
laki-laki menjadi kan dunia integral dalam perencanaannya, pelaksanaan, pemantauan dan
pengambilan

kebijakan-kebijakan dalam bentuk pembangunan guna mencapai suatu nilai

Kesetaraan serta Keadilan Gender maka dari itu pemerintah Indonesia melalui GBHN 1999
Menjelaskan bahwa pengaruh utamaan gender yakni tergantung dengan kebijakan nasional yang
Musti di ambil oleh lembaga yang mengatur dalam terbentuknya sistem kesetaraan dan keadilan
gender.walau pun demikian, usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan
gender nyatanya masih mempunyai berbagai hambatan yang sangat sulit guna dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan khususnya oleh perempuan.
Pada khirnya konfrensi tersebut disepakati akan tetapi harus adanya strategi yang tepat agar
mampu menjangkau seluruh lapisan instansi pemerintah baik swasta,maupun kalangan masyarakat
kalangan bawah. Strategi ini dikenal dengan sebutan pengarusutamaan gender. Strategi-strategi ini
sangat berperan

penting sehingga pemerintah

selanjutnya dikenal Dengan sebutan

harus memandang serta mengeluarkan Inpres

Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 mengenai masalah

pengarusutamaan gender dalam bentuk pembangunan.
Dengan adanya suatu bentuk pengarusutamaan gender ini, pemerintah mampu mempekerjakan
perempuan sesuai dengan efisiyensi dan efektifitasnya. Keadilan serta kesetaraan gender

ini

menginginkan bahwasanya kaum laki-laki dan kaum perempuan sama-sama mempunyai

kesempatan yang setara dengan kaum laki-laki berpartisipasi dalam segala bentuk proses
pembangunan, memiliki jalan serta kesempatan yang sama rata bagi pelayanan dan juga tingkatan
status sosial yang setara dengan laki-laki.pemerintah juga bias mengurangi kesenjangan gender
dengan cara-cara seperti Menetapkan insentif untuk mengurangi diskriminasi gender. Struktur
institusi-institusi ekonomi juga secara signifikan mempengaruhi kesetaraan gender.dinia
memasukan berbagai sifatn yang insentif, cukup kuat dalam mempengaruhi berbagai keputusankeputusan untuk bekerja, menabung, berinvestasi, dan konsumsi. Gaji yang diterima laki-laki
dan perempuan, laba dari aset-aset produktif, dan harga barang dan jasaseperti pada umumnya
umumnya

yang slalu ditentukan oleh bagian struktur pasar. Bukti-bukti dari Negara-negara

Meksiko dan Amerika Serikat mampu menunjukkan bukti bahwasanya perusahaan-perusahaan
yang beroperasi dalam pasar.
Bebas bias memperlakukan perempuan menjadi lebih baik dan adil dalam hal perekrutan dan
jumlah upah daripada perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai kekuasaan pasar yang
signifikan, yang mampun beroperasi dalam pasar terproteksi.begitu pun, baik itu di daerah
perkotaan maupun pedesaan di Cina, perempuan slalu menghadapi diskriminasi upah yang lebih
besar dalam pekerjaan yang telah diberikan secara administrative daripada dalam pekerjaan yang
diperolehnya melalui jalur-jalur kompetitif.secara susunannya kebijakan dan investasi lah yang
membuat pasar bias berkembang dan Memperbaiki adanya ketidak setaraan gender dalam berbagai
akses informasi-dikombinasi dengan Menindak tegas kan sangsi bagi mereka yang

masih

melakukan diskriminasi terhadap kaum tertentu ,dalam hal ini turut memperkuat insentif bagi
kesetaraan gender di pasar tenaga kerja.
ada pun cara berikutnya yakni dengan cara Merancang berbagai pelayanan service delivery
untuk memfasilitasi kesetaraan, Rancangan pelayanan ini di programnya berbagai system seperti
system persekolahan, pusat perawatan kesehatan, organisasi keuangan, dan program penyuluhan
pertanian, dapat memfasilitasi atau menghambat kesetaraan akses sehingga antara perempuan dan
laki-laki bias merasakan semua fasilitas yang disiapkan oleh negara. Lebih jauh lagi, upaya ini
mampu melibatkan masyarakat dalam perancanganan pelayanan sehingga membantu permintaan
dalam mengakoidasi khususnya dalam konteks lokal, yang biasanya memberikan berpengaruh
positif terhadap perempuan dalam berbagai akses dan pemanfaatannya.
Selanjutnya dengan cara Meningkatkan kesetaraan gender yang ada dalam berbagai akses ke
segala sumber daya produktif dan kapasitas pendapatan. Upaya-upaya ini digunakan

untuk

memperbesar kesetaraan yang ada dalam mengakses dan mengendalikan semua sumber daya
produktif baik itu dalam hal pendidikan, sumber-sumber finansial, ataupun tanah-dan untuk
menjamin berbagai akses yang setara dan adil atas kesempatan kerja dalam memajukan kesetaraan
gender baik tu meningkatkan efisiensi ekonomi.

Para pembuat kebijakan mempunnyai beberapa pintu masuk yang ber potensial untuk melakukan
intervensi;(1) dengan cara Mengurangi biaya pendidikan, emperhatikan kecemasan orangtua dalam
memberikan

kelayakan dan keamanan anak perempuan, dan meningkatnya penghasilan

rumahtangga dari penanaman investasi pada bidang pendidikan yang di jalani oleh perempuan
melalui berbagai kemajuan- kemajuan kualitas pendidikan, semuanya itu mampu menghentikan
hambatan sosial dan ekonomi dalam bidang pendidikan anak perempuan. Bahkan, pada masyarakat
yang masih sangat patriarkis sekalipun.
Dengan cara merancang institusi keuangan di berbagai daerah, seperti empertimbangkan
berbagai kendala-kendala khas gender baik itu dengan
menggunakan tekanan anggota kelompok guna menggantikan bentuk-bentuk agunan tradisional,
dengan menyederhanakan prosedur perbankan, ataupun baik dengan cara menyediakan jasa
pelayanan keuangan yang lebih dekat ke rumah, pasar, dan tempat kerja-dapat meningkatkan akses
perempuan pada proses perbankan seperti tabungan dan kredit.
; (1) selanjutnya mengadakan reformasi tanah yang mengatur hak-hak milik bersama bagi suami
dan istri atau yang memungkinkan perempuan untuk memegang secara otonom hak milik atas
tanah, sehingga dapat meningkatkan berbagai kontrol perempuan atas tanah yang diatur oleh
undang-undang. Di mana hukum adat dan hukum sering terjadi interaksi antar keduabelah pihak
sehingga

perlu diperhatikan apabila ingin berhasil dalam upaya untuk memantapkan akses

perempuan atas bidang pertanahan. (2) Di berbagai negara yang pasar tenaga kerjanya sertaa
kemampuan penegakan hukumnya relatif berkembang, program-program penyediaan lapangan
kerja mampu meningkatkan berbagai akses bagi perempuan untuk pekerja di sector formal. Di
mana masih adanya diskriminasi yang serius dalam perekrutan dan promosi, tindakan afirmatif ini
juga dapat memberikan kemajuan

produktifitas dalam perusahaan- perusahaan dan dalam

berrbagai sector perekonomian.

F. Simpulan

Gender merupakan suatu kondisi yang memberikan sebuah peluang untuk kesamaan Kondisin
dalam berbagai aspek kehidupan

baik laki-laki maupun perempuan demi mencapai dan

memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai individu untuk ikut serta dalam semua bagian
kehidupan serta menikmati hasil-hasil pembangunan. Gender juga memiliki arti tentang perbedaan

social antara laki-laki dan perempuan yang dititik beratkan pada semua perilaku, fungsi serta
peranan masing-masing yang dan ditentukan oleh sebagai mana kebiasaan yang ada pada
masyarakat dimana ia berada atau konsep yang digunakan secara turun-temurununtuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya.
Dengan adanya ketetapan al-Quran dan al-Sunnah mampu i menjamin keabsahannya
dalam memperjuangkan keadilan sosial bagi kalangan wanita maupun lelaki. Akan tetapi,
realitanya kedudukan dan tinkatan wanita dalam masyarakat Muslim itu berbeda antara satu sama
lain dan ia perlu mendapatkan tanggapan dengan cara yang cermat dari dari ahli ilmu tafsir,karena
dalam masyarakat itu sendiri (ethnocentrism) menggunakan kacamata eurocentrism (berpusatkan
sudut pandang barat atau Eropah) sehingga mungkin akan memberikan kesalah fahaman dalam
mentafsirkan tentang keadilan dalam budaya masyarakat Muslim pada umumnya dan hukum Islam
khasnya. Ini

dikeranakan tidak semua aspek menggambarkan ketidakadilan, dan tidak pula

semuanya menggambarkan keadilan. Dan Sebaliknya dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya
itu sudah termasuk ke dalam asas keadilan dalam Islam.

Referensi
Dedi Wahyudi,Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Pendidikan Akhlak Dengan
Program Prezi Studi SD.
H. Abd. Muin, Fiqih Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al- Qur’an, (Cet. I; Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1992), h. 114. dalam jurnal Sarifah Suhrah.

Helen Tierney (Ed.), Women’s Studies Encyclopedia Vol. I (NewYork: Green Wood Press), h. 153.
dalam jurnal sarifa suhrah.
Ibid., h. 302-302 dalam jurnal fffatimah zuhrah.
Ibn Manzur, Lisan al-“Arab, (Kairo: Dar al-Ma”arif, T. Th), 2838 dalam jurnal m. hajir
mutawakkil.
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia (Cet. I; Jakarta: Gramedia, cet. XII,
1983), h. 265. dalam jurnal Srifah Suhra.
Linda L. Lindsey, Gender Roles a Sociological Perspective (New Jersey: Prentice Hall, 1990), h. 2.
dalam jurnal Srifa suhrah.
Mansour Fakih, Analisis Gender, 73. dalam jurnal Mohd Anuar Ramli.
Mansour Fakih, Analisis Gender, 75. dalam jurnal muhd anur ramli.
Musdah Mulia, Muslimah Sejati; Menempuh Jalan Islami Meraih Ridha Ilahi, (Bandung: MARJA,
2011), 45-49. dalam jurnal M.Hajir Mutawakkil.
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001),
68. dalam jurnal M.Hajir Mutawakkil.
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 1999),
h. 35. dalam jurnal Fatimah Zuhrah,MA.
Nasaruddin Umar, ibid., h.75. dalam jurnal Fatimah Zuhrah.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?..., 76. dalam jurnal M. Hajir Mutawakkil.
Rufus Rodriguez, Introduction to Law, Manila, Rex Book Store, 2001. p.2 dalam jurnal Rea Abada
Chiongsonv.
Victoria Neufeldt (ed.), Webster’s New World Dictionary (New York: Webster’s New World
Cleveland,1984), h.561. dalam jurnal sarifah suhrah.
Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, (Yogyakarta: Elsaq
Press, 2005), h. 103. dalam jurnal Prabowo Adi Widayat.