Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Komite Cadbury 1, Good Corporate Governance atau yang
selanjutnya disebut GCG adalah prinsip mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar mengembalikan keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders
khususnya dan stakeholders pada umumnya. 2 Sedangkan menurut Center of
European Policy Studies (CEPS) GCG ialah merupakan seluruh sistem yang
dibentuk mulai dari hak, proses serta pengendalian baik yang ada didalam maupun
diluar manajemen perusahaan. Sejumlah negara juga memiliki definisi tersendiri
tentang GCG. Beberapa negara mendefinisikannya dengan pengertian yang agak
mirip walaupun ada sedikit perbedaaan istilah. Kelompok negara maju (OECD)
mendefinisikan GCG sebagai cara-cara manajemen bertanggung jawab pada
shareholder. 3
Munculnya GCG dapat dikatakan dilatarbelakangi dari berbagai skandal
besar yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di Inggris maupun Amerika

1

Komite Cadbury (Cadbury Committee) adalah komite bentukan sebuah inisiatif oleh

profesi akuntansi dan sponsornya (Pelaporan Keuangan Dewan, London Stock Exchange dan Bank
of England) untuk membantu meningkatkan standar tata kelola perusahaan dan tingkat
kepercayaan dalam pelaporan dan audit keuangan. Komite ini memberikan laporan akhir yang
diterbitkan pada tahun 1992 berisi seperangkat rekomendasi benchmark tentang tata kelola yang
secara luas dianggap sebagai praktik terbaik termasuk:
1. Pemisahan jabatan chairman dan chief executive officer.
2. Penunjukan komisaris independen.
3. Mengurangi konflik kepentingan di tingkat dewan karena bisnis atau hubungan lainnya.
4. Pembentukan komite audit independen.
5. Peninjauan efektivitas pengendalian internal perusahaan.
2

Tantan, https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/
(diakses pada 6 Februari 2016)
3
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya Dalam
Konteks Indonesia (Ray Indonesia,Jakarta : 2006), hlm 7

Universitas Sumatera Utara


Serikat pada tahun 1980an dikarenakan tindakan yang cenderung serakah
dan mementingkan tujuan pihak-pihak tertentu saja. Hal ini tidak terlepas dari
pertentangan kepentingan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif
atau kepentingan bersama dari organisasi dimana hal ini menjadikannya sebagai
pemicu dari kebutuhan akan corporate governance. 4
Di Indonesia, diberlakukannya GCG bermula dari usulan penyempurnaan
peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia)
yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ yang
mewajibkan untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk komite
audit pada tahun 1998, GCG mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka economy recovery, pemerintah
Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan
mengintroduksi

konsep

GCG

sebagai


tata

cara

perusahaan

yang

sehat. 5Pemerintah Indonesia mendirikan satulembaga khusus yang bernama
Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui
Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri
Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. 6
Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman umum GCG di tahun
2001, pedoman CG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris
Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada tahun
2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan

4

Anonim,http://faith1991.blogspot.co.id/2013/06/latar-belakang-corporategovernancedan.html (diakses pada 20 September 2016)

5
Sri Sulistyanto dan Rika Lidyah, Good Corporate Governance: Antara Idealisme dan
Kenyataan, Modus, Vol.14 (1), Februari,2002, hlm 2.
6
Anonim,http://gustiphd.blogspot.co.id/2011/10/sejarahlahirgcgdanperkembangannya.ht
ml (diakses pada 18 September 2016)

Universitas Sumatera Utara

Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004
tentang pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Terakhir
diperbaharui dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian RI No: KEP14/M.EKON/03/TAHUN 2008 tentang Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) yang memperluas cakupan tugas KNKG bukan hanya di sektor korporasi
tapi juga di sektor pelayanan publik. 7
Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan
nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang
corporate governance di Indonesia.Sejalan dengan hal tersebut. Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaanperusahaan di Indonesia mempunya tanggung jawab untuk menerapkan GCG
yang telah diterapkan di tingkat Internasional. 8
KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman CG yang telah

diterbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman
GCG tahun 2001 hal-hal yang dikedepankan adalah mengenai pengungkapan dan
transparansi, sedangkan hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum GCG
tahun 2006 adalah:
1. Memperjelas peran tiga pilar pendukung (negara, dunia usaha, dan masyarakat)
dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan GCG;
2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku;
3. Kelengkapan organ perusahaan seperti komite penunjang dewan komisaris
(komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan remunerasi,
komite kebijakan corporate governance);
7
8

Anonim, http://www.knkg-indonesia.com, diakses pada 2 Januari 2012.
Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm3.

Universitas Sumatera Utara

4. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam
kerangka penerapan GCG yaitu kepengurusan, manajemen risiko,pengendalian

internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial;
5. Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang
saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk
dan jasa;
6. Pernyataan tentang penerapan GCG;
7. Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG 9
Dalam pelaksanaan GCG, pemerintah menciptakan berbagai produk
hukum yang mengharuskan badan usaha untuk menerapkan GCG dalam
perusahaannya. Misalnya saja dalam UU Perseroan Terbatas, undang-undang dan
peraturan perbankan, serta undang-undang Pasar Modal. Dalam UU BUMN, kita
dapat menemukan dasar hukum penerapan GCG dalam BUMN yaitu pada Pasal 5
ayat 3 dimana disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi
harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta
wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian,akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran. Selain itu
pemerintah juga menerapkan GCG dalam BUMN sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002. Lima prinsip dari GCG,
adalah :
1. Transparansi (Transparency);
Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang relevan mengenai
9

GustiAmri,http://gustiphd.blogspot.com/2011/10/sejarah-lahir-gcg-danperkembangannya.html, (diakses pada 20 September 2016)

Universitas Sumatera Utara

perusahaan.
2. Kemandirian (Independency);
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
beraturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.
3. Akuntabilitas (Accountability);
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
4. Pertanggungjawaban (Responsibility);
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (Fairness).
Merupakan keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak Stakeholder

lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 10
Penerapan praktek-praktek GCG merupakan salah satu langkah penting
bagi

Badan

Usaha

Milik

Negara

(BUMN)

untuk

meningkatkan

dan


memaksimalkan nilai perusahaan (corporate value), mendorong pengelolaan
perusahaan
meningkatkan

yang

profesional,

prinsip

transparan

keterbukaan,

dan

efisien

akuntabilitas,


dengan

dapat

cara

dipercaya,

bertanggungjawab dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban secara baik
kepada pemegang saham, dewan komisaris, mitra bisnis, serta stakeholders lainnya.

10

Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 pasal 5

Universitas Sumatera Utara

Salah satu isu penting yang mengemuka dalam wacana GCG adalah
pembentukan Komisaris Independen dan Komite Audit. Dalam Keputusan

Menteri BUMN tersebut, tidak disebutkan secara langsung bahwa BUMN harus
memiliki Komisaris Independen, namun disebutkan bahwa paling sedikit 20
persen dari Komisaris atau Dewan Pengawas perusahaan, harus berasal dari
kalangan di luar BUMN yang bersangkutan dengan beberapa persyaratan. Hal
tersebut dapat dibaca bahwa dari jajaran Dewan Komisaris yang dibentuk oleh
BUMN yang bersangkutan, 20 persennya adalah Komisaris Independen.

11

Menurut Susiana dan Arleen Herawaty, elemen-elemen yang terkandung
dalam pengukuran mekanisme GCG adalah:
1. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi;
2.Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen;
3.Keberadaan komite audit dalam perusahaan;
4.Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan. 12
PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II” atau
“Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak
dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait
bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan
kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan
mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang
kiniberubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta
Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984. 13
11

Anonim,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol6560/bumn-wajib-terapkanigood-corporate-governancei (diakses pada 20 September 2016)
12
Susiana dan Arleen Herawaty, Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate
Governance,dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Simposium Nasional
Akuntansi X.Unhas Makasar 26-28 Juli 2007

Universitas Sumatera Utara

Sebagai BUMN, PT.Angkasa Pura juga menerapkan GCG dalam
operasional perusahaan. Hal ini dapat kita temukan dalam website PT. Angkasa
Pura II yang menyebutkan bahwa untuk mewujudkan perusahaan yang tumbuh
berkembang dan berdaya saing tinggi, Angkasa Pura II telah mengembangkan
struktur dan sistem tata kelola perusahaan (GCG) dengan memperhatikan prinsipprinsip GCG sesuai ketentuan dan peraturan serta best practice yang berlaku.
Pelaksanaan GCG merupakan tindak lanjut Keputusan Menteri BUMN No.
117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 yang kemudian diperbarui dengan
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER 01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus
2011 tentang Penerapan Tata Kelola yang Baik pada BUMN, yang menyebutkan
bahwa “BUMN wajib melaksanakan operasional perusahaan dengan berpegang
pada prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas,
independensi dan kewajaran”. 14
Oleh sebab itu sebagai salah satu BUMN yang menerapkan GCG dalam
perusahaannya, maka sudah seharusnya PT.Angkasa Pura II memiliki komisaris
independen di dalam struktur organ perusahaan.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah mekanisme pengangkatan struktur komisaris independen
pada PT. Angkasa Pura II?

13

Anonim, http://www.angkasapura2.co.id/id/tentang/sejarah (diakses pada 20 September

14

Anonim, http://www.angkasapura2.co.id/id/tentang/gcg (diakses pada 20 September

2016)
2016)

Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimanakahmekanisme pengawasan oleh komisaris independen pada
PT.Angkasa Pura II?
3. Bagaimanakah penerapan prinsip kemandirian GCG terkait dengan
pengangkatan struktur komisaris independen?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas
maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui aspek hukum GCG menurut UU No.40 Tahun 2007
2.Untuk mengetahui tinjauan umum terhadap komisaris independen.
3.Untuk mengetahui penerapan prinsip kemandirian GCG terkait dengan
pengangkatan struktur komisaris independen pada PT. Angkasa Pura II
D. Manfaat Penulisan
Mengenai manfaat akan hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan
masalah yang telah diuraikan, dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat yaitu:
1. Manfaat teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan teoretis bagi
penulis dan pembaca untuk menambah pengetahuan beserta pemahaman
mengenai penerapan GCG terkhusus prinsip kemandirian pada BUMN di
Indonesia;
b. Merupakan bahan untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan dasar
maupun bahan perbandingan bagi penelitian yang lebih luas.
2. Manfaat praktis

Universitas Sumatera Utara

Agar BUMN dalam melakukan pengangkatan komisaris independen dapat
sesuai dengan Peraturan perundang-undangan maupun dengan kebutuhan
perusahaan.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian
merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji
serta mengembangkan ilmu pengetahuan. 15 Untuk melengkapi penulisan skripsi
ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:
1.Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum empiris. Dalam penelitan
ini hukum dipandang dalam kaitannya dengan masyarakat atau sebagai sebuah
gejala sosial. Jadi dalam klasifikasi ini hukum tidak dipandang sebagai sebuah
norma atau kaidah yang otonom. 16
2.Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.Data primer atau data dasar (primary data atau basic data) diperoleh
langsung dari sumber pertama, yakni perilaku warga masyarakat melalui
penelitian. Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-

15

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia (UI)
Pers, 1986), hlm.250.
16
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm.55.

Universitas Sumatera Utara

buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya. 17
Adapun ciri-ciri dari data sekunder adalah:
a. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready-made);
b. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti
terdahulu;
c. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan
tempat. 18
3. Metode pengumpulan data
a. Studi Kepustakaan ( library research)
Yaitu dengan mencari, mengumpulkan data yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan, buku,majalah, surat kabar, internet dan pendapat-pendapat
sarjana yang berhubungan dengan tulisan ini untuk dijadikan landasan berfikir
demi keilmiahan dari skripsi ini.
b.Studi Lapangan (field research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke PT.Angkasa Pura II yang
bergerak yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan
pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Penelitian tersebut
dilakukan untuk mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
materi skripsi dan dengan cara wawancara langsung dengan karyawan
PT.Angkasa Pura II.
4. Analisis data

17

Soerjono Soekanto,op.cit, hlm 12.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, PenelitianHukumNormatif, (Jakarta:PT.
RajaGrafindoPersada, 2011), hlm.24.
18

Universitas Sumatera Utara

Analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif, yaitu data-data
yang diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, bahan hukum tersier maupun hasil wawancara dengan narasumber akan
dipilih, diatur dan disusun secara sistematis sehingga akan memperoleh gambaran
mengenai permasalahan yang diteliti. Berdasarkan data-data yang diperoleh
tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif
yaitu penulis akan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal
yang bersifat khusus.
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai
“Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait
Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen ( Riset Pada PT.
Angkasa Pura II Medan)”. Oleh karena itu penulisan skripsi ini merupakan ide
asli, kalaupun terdapat judul yang hampir sama dengan judul ini tetapi substansi
pembahasannya berbeda. Adapun judul yang hampir sama dengan skripsi ini
adalah Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada BUMN Di PTPN II
(Persero) Sei Sikambing Medan, yang dibuat oleh M. Ansyori Syabana R,
Mahasiswa Hukum USU Stambuk 2004. Letak perbedaan substansi pembahasan
skripsi kami adalah dalam skripsi beliau membahas prinsip GCGsecara umum dan
melakukan riset

pada

BUMN di PTPN II (Persero) Sei Sikambing

Medan.Sedangkan penulis hanya memfokuskan pembahasan pada salah satu
prinsip GCG yaitu kemandirian pada pengangkatan dewan komisaris independen

Universitas Sumatera Utara

pada PT.Angkasa Pura 2. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini
dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara ilmiah atau secara akademik.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan
kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh
manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang paling
berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penulisan,

manfaat

penulisan,

keaslian

penulisan,

tinjauan

kepustakaan,metode penulisan,n sistematika penulisan.
BAB II ASPEK HUKUM GCG MENURUT UU NO 40 TAHUN 2007
Bab ini berisi tentang pengertian dan dasar hukum GCG, sejarah
GCG di Indonesia, prinsip-prinsip GCG, dan penerapan GCG pada
BUMN.
BAB III

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMISARIS INDEPENDEN
Bab ini berisi tentang pengertian dan dasar hukum komisaris
independen, tugas, fungsi dan kewenangan komisaris independen,
tata cara pengangkatan dan pemberhentian komisaris independen
dan pengawasan komisaris independen dalam BUMN.

BAB IV

PENERAPAN PRINSIP
DENGAN

KEMANDIRIAN

PENGANGKATAN

GCG TERKAIT

STRUKTUR

KOMISARIS

Universitas Sumatera Utara

INDEPENDEN (STUDI KASUS PT.ANGKASA PURA II
MEDAN)
Bab ini berisi tentang mekanisme pengangkatan struktur komisaris
independen pada PT. Angkasa Pura II, mekanisme pengawasan
oleh komisaris independen pada PT.Angkasa Pura II dan penerapan
prinsip kemandirian GCG terkait dengan pengangkatan struktur
komisaris independen.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan pada bab-bab sebelumnya dan
disertai dengan saran-saran yang dapat penulis berikan mengenai
kesimpulan yang diuraikan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia)

5 95 103

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Perusahaan ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012)

4 15 119

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)

1 9 0

Pengaruh good corporate governance : GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah : studi kasus pada BANK umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 24 0

Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)

0 0 9

Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)

0 0 1

Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)

0 0 31

Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan) Chapter III V

0 0 41

Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)

1 2 4