Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pengemasan merupakan hal penting yang diperlukan pada suatu produk
makanan.Selain untuk melindungi produk dari kontaminasi lingkungan, juga
dapat memberikan tampilan yang menarik.Untuk digunakan sebagai kemasan
pangan (food grade), diperlukan persyaratan kemasan yaitu tanpa adanya
pengaruh kontaminasi kemasan terhadap produk yang dikemas, sehingga aman
bagi kesehatan manusia (Manuhara, 2003).

Pengemas pangan yang umum digunakan saat ini adalah plastik.Meskipun
sangat terjangkau dari segi harga dan memiliki sifat yang fleksibel, tidak korosif,
tidak mudah pecah, dan dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain, plastik
dapat

membahayakan

kesehatan


dan

menimbulkan

pencemaran

lingkungan.Plastik juga memiliki sifat fisikokimia yang sangat stabil dan baru
dapat terurai dalam rentang waktu 200–400 tahun, bahkan membutuhkan waktu
hingga 1.000 tahun untuk dapat terurai secara sempurna (Anugrahati, 2001).Untuk
memenuhi permintaan bahan pengemas yang aman dan ramah lingkungan, maka
dikembangkan

edible

packaging.Edible

packaging

merupakan


pengemas

biodegradable dan dapat menjaga kualitas bahan pangan saat mengalami
penyimpanan.

Edible film, telah digunakan sejak beberapa abad sebelumnya untuk
menghindari terjadinya kehilangan kelembapan pada bahan pangan.Penelitian
demi penelitian mengenai hal ini telah dilakukan bahkan hingga sekarang.Edible
film sangat berhubungan dengan bidang pangan sejak 50 tahun belakangan.Fungsi
dari film ini adalah untuk membungkus bahan pangan menggunakan lapisan tipis
dari komposisi bahan tertentu.Pada saat ini, edible film digunakan untuk
memperbaiki kualitas dari berbagai jenis bahan pangan (Embuscado, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Edible film dapat dibuat dari tiga jenis bahan penyusun yang berbeda yaitu
hidrokoloid, lipid, dan komposit dari keduanya. Beberapa jenis hidrokoloid yang
dapat dijadikan bahan pembuat edible film adalah protein (gelatin, kasein, protein
kedelai, protein jagung, dan gluten gandum) dan karbohidrat (pati, alginat, pektin,

gum arab, dan modifikasi karbohidrat lainnya), sedangkan lipid yang digunakan
adalah lilin/wax, gliserol dan asam lemak (Irianto dkk: 2006). Polisakarida seperti
pati dapat digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan edible film.Pati sering
digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan
polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan
karakteristik fisik yang baik (Bourtoom, 2007).

Biji nangka sebagai limbah dari buah nangka mempunyai kandungan gizi
yang hampir sama dengan pati singkong, namun pemanfaatan biji buah nangka
oleh masyarakat sangat terbatas, yaitu dengan merebus maupun menyangrai dan
belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga tidak memiliki nilai lebih.
Pemanfaatan biji nangka untuk berbagai produk makanan merupakan upaya untuk
meningkatkan

penganekaragaman

pangan,

yang


sangat

penting

untuk

menghindari ketergantungan pada suatu jenis bahan makanan, misalnya tepung
terigu dan beras. Hal ini memungkinkan pemanfaatan biji nangka diolah menjadi
bahan baku industri makanan atau sebagai. Bahan Makanan Campuran (BMC)
pengganti tepung terigu, di antaranya adalah untuk bahan dasar membuat edible
film (Wadlihah, 2010).

Pati digunakan sebagai perekat pada pembuatan edible film pada penelitian
ini.Pati adalah polisakarida simpanan yang terdapat pada tumbuhan tinggi, terdiri
dari 2 komponen yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida
linier dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α (1,4 glukosida)
(Girindra, 1986).

Tepung tapioka dibuat secara langsung dari singkong segar, pada proses
pembuatannya tepung tapioka tersisa limbah yang masih dapat dimanfaatkan

untuk ampas singkong hasil ekstraksi meskipun hanya sedikit. Tepung tapioka

Universitas Sumatera Utara

adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan dihaluskan.Singkong yang
diolah menjadi tepung dapat bertahan selama 1-2 tahun dalam penyimpanan.
Tepung tapioka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan
bakunya (singkong) yaitu lebih tahan dalam penyimpanan, lebih mudah
didistribusikan karena praktis, ringan dan aman (Suprapti,2005).

Kitosan merupakan produk yang dihasilkan dari kulit hewan Crustaceae
yang didapatkan dengan deasetilasi kitin.Kitosan merupakan polisakarida kationik
dengan masa molekuler yang besar, kemampuan membentuk lapisan film yang
baik serta aktivitas anti mikroba (Zhong, 2008). Kitosan merupakan kopolimer β(1,4)-2-asetamido D-glukosa. Kitosan mampu membentuk pelapis (coating)
semipermeabel yang tahan terhadap pertukaran atmosfer, menunda pemasakan
dan mengurangi laju transpirasi didalam buah dan makanan (Bourtoom,2007).
Pada masa sekarang, polimer dengan bahan-bahan sintetik,biokompatibel, dan
biodegradable sangat terbatas dibandingkan polimer alamiah seperti selulosa,
kitin, kitosan, dan turunannya (Kumar, 2000).


Kehadiran zat pemlastis dibutuhkan untuk meningkatkan sifat-sifat
mekanik dari edible film yang dibuat. Zat pemlastis yang pada umumnya
digunakan untuk edible film adalah, gliserol, sorbitol, dan senyawa-senyawa
polihidroksi dengan berat molekuler rendah. Biasanya gliserol dan sorbitol secara
luas digunakan juga sebagai pemlastis karena kestabilan dan kelarutannya
(Cerqueira, 2011).

Dari penelitian sebelumnya, Menurut Maulana Karnawidjaja Wahyu
(2008) yang berjudul “Pemanfaatan pati singkong sebagai bahan baku Edible Film
menjelaskan bahwa Edible film yang dibuat dari pati singkong dapat digunakan
untuk mengemas apel potong sehingga dapat mempertahankan kecerahan warna
apel.
Menurut Evi Sulistiani (2011) yang berjudul “pembuatan Edible film dari
campuran kanji dengan ekstrak wortel (Daucus Carota L.) dan Gliserin sebagai
Bahan Pengemas” menghasilkan permukaan edible yang lentur dengan uji kuat

Universitas Sumatera Utara

tarik 0,015


/mm2, kemuluran 24%, dan permukaan berpori-pori kecil,rapat dan

KgF

halus.

Menurut Arini Aulia (2012) yang berjudul “pembuatan Edible Film Dari
Ekstrak Buah Pepaya (carica papaya L) Dangan Campuran Tepung Tapioca,
Tepung

Terigu,

dan

Gliserin”menghasilkan

permukaan

edible


dengan

perbandingan 7,5 gram tepung tapioca dan 2,5 g tepung terigu yang optimalkan
dibuktikan dari uji kuat tarik 0,1442

/mm2, kemuluran 48,82 %, dan permukaan

KgF

yang rata serta kompatibel.

Menurut Zoraya Masithah (2012) yang berjudul “KarakterisasiEdible Film
dari Campuran Ekstrak Wortel (Daucus Carota L.) Dengan Tepung Tapioka,
Tepung terigu, Dan Gliserin” menghasilkan permukaan Edible dengan
perbandingan 5 g tepung tapioca dan 5 g tepung terigu yang optimal dibuktikan
dari uji kuat tarik 0,1028

/mm2, kemuluran 39,83 %, dan permukaan halus,

KgF


berpori-pori kecil, rapat, dan kompatibel.

Menurut Muhammad Saddani (2014) yang berjudul “Karakterisasi Edible
Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Dan Ekstrak Jambu Biji (psidium
Guajava L.) Dengan Pemlastis Gliserin menjelaskan bahwa Edible Film pada
variasi tepung tapioca dangan penambahan 3,5 g tepung tapioca, 2% kitosan, 10 g
ekstrak jambu biji dan 2 ml gliserin lebih tinggi yaitu kuat tarik 0,0743

/mm2

KgF

dan kemuluran 15,11%, hal ini disebabkan karena proses pencampuran yang lebih
stabil sehingga permukaan film yang dihasilkan merata dan tidak mudah patah
jika di tarik serta pada penambahan 3,5 g tepung tapioca, 2% kitosan, 10 g
Ekstark jambu biji dan 2 ml gliserin dihasilkan Edible Film pada titik jenuh.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin memanfaatkan pati biji nangka
(Artocarpus heterophyllus) sebagai bahan pembuatan edible film dengan

penambahan tepung tapioka, kitosan, dan gliserin sebagai pembungkus dodol.

Universitas Sumatera Utara

1.2

Perumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik fisik dari edible film yang meliputi ketebalan,
kuat tarik, uji SEM, dan Uji FT-IR.
2. Bagaimana kadar nutrisi dari edible film yang meliputi kadar air, abu,
protein, lemak, karbohidrat dan uji antibakteri.
3. Apakah pembuatanedible film dari campuran tepung tapioka, pati biji
nangka, kitosan dan gliserin dapat diaplikasikan sebagai pembungkus
dodol.

1.3

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, dalam penelitian ini, masalah

dibatasi sebagai berikut:
1. Sampel buah nangka yang digunakan berasal dari pasar gambir tembung
dengan nama latin (Artocarpus heterophyllus)
2. Kitosan yang digunakan memiliki persentase Derajat Deasetilasi 90,2%
3. Gliserin yang digunakan diperoleh dari Laboratium Kimia Fisika PTKI
4. Parameter yang diteliti adalah sifat mekanik (ketebalan, persen
pemanjangan film/ elongation dan kuat tarik/ tensile strength), dan sifat
fisik

(analisa

scanning

electron

microscope/

SEM

dan

analisa

Spectroscopy FT-IR.
5. Analisa kadar nutrisi yang dilakukan adalah analisa kadar air, kadar abu,
kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat.
6. Pada aplikasi edible film dilakukan uji antibakteri

1.4

Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk menentukan karakteristik fisik dari edible film yang meliputi
ketebalan, kuat tarik, uji SEM, dan Uji FT-IR .
2. Untuk menentukankadar nutrisi dari edible film yang meliputi kadar air,
abu, protein, lemak, dan karbohidrat.
3. Untuk menentukan hasil uji antibakteriedible filmsetelah diaplikasikan
sebagai pembungkus dodol.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan edible film sebagai bahan pembungkus dodol yang bersifat
mudah terdegradasi secara alami serta ramah lingkungan.
2. Menghasilkan edible film dengan penambahan pati biji nangka yang
bermanfaat bagi kesehatan berdasarkan kandungan nutrisi dari biji nangka
(Artocarpus heterophyllus).
3. Memberikan

informasi

tentang

pengembangan

ilmu

khususnya

pemanfaatan edible film.

1.6

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika PTKI-Medan.Uji kuat tarik, %
Kemuluran dan pengukuran ketebalan dilakukan di laboratorium penelitian
Teknik Kimia Fakultas Teknik USU. Uji Kadar Nutrisi dilakukan di laboratorium
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan USU.

1.7

Metodologi Penelitian

Penelitianbersifat eksperimental laboratorium, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Edible film dibuat dengan melarutkan tepung tapioka kedalam beaker
gelas yang berisi akuades pada suhu ±65 0C, lalu di tambah pati biji
nangka diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan larutan kitosan
2% pada saat campuran homogen sambil diaduk diikuti dengan
penambahan gliserin, kemudian didiamkan hingga mengental, dicetak di
atas plat akrilik, dikeringkan didalam oven pada suhu ± 30 0C selama ± 2
hari.
2. Edible

Film

yang

dihasilkan

dilakukan

pengukuran

ketebalan

menggunakan jangka sorong.
3. Edible Film yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian kuat tarik dan
kemuluran menggunakan alat Torsee’s Electronic System Tokyo Testing
Machine.
4. Edible Film yang dihasilkan dilakukan analisa SEM dengan penentuan
secara mikroskopi.
5. Edible Film yang dihasilkan dilakukan analisa FT-IR dengan penentuan
secara spektroskopi.
6. Edible Film yang dihasilkan dilakukan uji kadar nutrisi dan uji aktivitas
antibakteri

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pembuatan Edible Film dari Tepung Tapioka dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.), Kitosan, dan Gliserin Sebagai Pembungkus Dodol dan Sosis

0 1 13

Pembuatan Edible Film dari Tepung Tapioka dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.), Kitosan, dan Gliserin Sebagai Pembungkus Dodol dan Sosis

0 0 2

Pembuatan Edible Film dari Tepung Tapioka dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.), Kitosan, dan Gliserin Sebagai Pembungkus Dodol dan Sosis

1 3 6

Pembuatan Edible Film dari Tepung Tapioka dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.), Kitosan, dan Gliserin Sebagai Pembungkus Dodol dan Sosis

0 1 18

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol

0 0 13

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol

0 0 2

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol

0 0 19

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol Chapter III V

0 0 34

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol

0 0 4

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dengan Penambahankitosan,Gliserin dan Pati Biji Nangka (Arthocapus Heterophyllus ) Sebagai Pembungkus Dodol

0 0 11