Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan Nasional demi mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam melanjutkan pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum, pasti memerlukan dana besar. Di samping itu, kehidupan masyarakat pun tidak terlepas dari berbagai kebutuhan dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan dana. Dana ini dapat berasal dari kekayaan sendiri maupun dari pinjaman yang bersumber dari lembaga keuangan baik lembaga keuangan bank maupun bukan bank. Lembaga keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan kredit dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan masyarakat dan jaminan ringan kepada masyarakat luas, khususnya kredit golongan ekonomi menengah ke bawah yang banyak menginginkan kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan digolongan ekonomi menengah ke atas dipergunakan untuk menambah modal usaha.1

Lembaga keuangan Bank (Bank Financial Institution) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

1

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2001, hlm. 156.


(2)

pinjaman. Lembaga keuangan bukan Bank (Nonbank Financial Institution) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan.2

Salah satu bentuk perusahaan lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit pada masyarakat terutama golongan ekonomi menengah ke bawah dengan menggunakan jaminan berupa barang bergerak yaitu Pegadaian. Perusahaan Umum (Perum) pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri Keuangan, di mana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

Perusahaan umum pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana kepada masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Perum Pegadaian berubah hukumnya menjadi PT Pegadaian (Persero) terhitung mulai tanggal 1 April 2012 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) 51/2011 tanggal 13 Desember 2011.3

Pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan berupa barang berharga. Meminjam uang ke Pegadaian bukan saja prosedurnya yang mudah dan cepat, biaya yang dibebankan pun lebih ringan apabila dibandingkan dengan

2

Muhammad Abdulkadir, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2000, hlm.18.


(3)

pelepas uang lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah satu tujuan dari Pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat dengan motto

Mengatasi Masalah Tanpa Masalah‟. Selain itu Pegadaian juga berperan untuk menghindarkan masyarakat dari rentenir dan bank gelap yang biasanya menetapkan suku bunga pinjaman yang sangat tinggi, yang nantinya hanya akan membuat mereka terjerat dalam masalah yang lebih rumit yaitu dalam hal pengembalian hutang.

Sejalan dengan semakin banyaknya kebutuhan masyarakat, semakin banyak pula muncul kasus seperti pihak debitur enggan menyerahkan kekuasaan atas barang tersebut kepada kreditur, sementara pihak kreditur tidak mempunyai kepentingan, bahkan kerepotan jika barang tersebut diserahkan kepadanya. Karena itulah dibutuhkan adanya satu bentuk jaminan hutang yang objeknya masih tergolong benda bergerak tetapi tanpa menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada pihak kreditur. Ada kalanya pihak kreditur dan pihak debitur sama-sama tidak berkeberatan agar diikatkan jaminan hutang berupa gadai atas hutang yang dibuatnya, tetapi barang yang dijaminkan karena sesuatu dan lain hal tidak dapat diserahkan kepemilikannya kepada hak kreditur.4

Pada akhirnya, muncullah bentuk jaminan baru yang objeknya benda bergerak, tetapi kekuasaan atas benda tersebut tidak beralih dari debitur kepada kreditur, inilah yang dinamakan jaminan fidusia. Terbentuknya lembaga fidusia yang tumbuh dalam praktek karena ada kebutuhan akan suatu lembaga jaminan kebendaan bagi benda bergerak berupa benda modal usaha dengan tidak perlu

4


(4)

melakukan penyerahan benda jaminannya dan cukup hanya menyerahkan hak miliknya secara kepercayaan.5

Salah satu kredit yang dijalankan sekarang oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan adalah perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang dikenal dengan jasa Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia) . Kebijakan tersebut diambil dalam rangka menyesuaikan perkembangan dunia usaha dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Jaminan fidusia merupakan salah satu bentuk jaminan yang timbul untuk melengkapi kekurangan pada gadai. Nasabah PT Pegadaian terdiri dari masyarakat golongan ekonomi lemah yang kurang mendapat pelayanan dari lembaga keuangan atau perbankan, sehingga masyarakat menengah ke bawah memerlukan pinjaman secara mudah dan cepat.

Jasa kredit dengan jaminan fidusia ini dibentuk agar barang jaminan tersebut masih bisa digunakan oleh debitur guna mendukung usahanya meskipun telah dijadikan sebagai objek jaminan. PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam memberikan pinjaman/kredit tersebut menerapkan jaminan fidusia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dunia, sehingga debitur dengan jaminan fidusia tersebut bisa diberikan pinjaman uang tanpa menyerahkan barang jaminannya kepada kreditur.

Pemberian kredit dengan jaminan fidusia ini terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu kreditur sebagai pihak yang menerima fidusia disebut “pemegang

fidusia” dan debitur sebagai pihak yang menjaminkan barang disebut “pemberi

fidusia”. Setiap pemberian kredit harus diikuti dengan suatu penjaminan guna pengamanan kredit yang telah diberikan. Debitur menyerahkan benda fidusia

5

Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penetapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung: 1996, hlm. 287.


(5)

sebagai jaminan atas pelunasan hutang-hutangnya terhadap kreditur dalam hal terjadi perjanjian kredit. Jaminan penting demi menjaga keamanan dan memberikan kepastian hukum bagi kreditur untuk mendapatkan kembali atau mendapatkan kepastian mengenai pengembalian uang pinjaman yang telah diberikan oleh kreditur kepada debitur sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Barang yang menjadi objek fidusia tersebut tidak diserahkan oleh debitur (masyarakat) kepada kreditur (pegadaian), sehingga barang-barang yang dijaminkan berada di bawah kekuasaan debitur.

Pihak debitur dalam pelaksanaannya hanya dapat mengisi blangko setelah isi perjanjian tersebut sudah disepakati oleh pihak debitur dan pihak kreditur (pegadaian). Setiap orang baik individu maupun kelompok dalam melakukan perjanjian kredit dengan pihak pegadaian harus mengetahui hak dan kewajibannya, karena suatu perjanjian akan menimbulkan hak dan kewajiban manakala kedua belah pihak telah sepakat. Pasal 1338 KUH Perdata disebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat para pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Syarat terpenting pula yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, maksudnya adalah si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Perjanjian biasanya memuat mengenai peminjam-pakai (pemilik asal) dapat mempergunakan benda fidusia sesuai dengan maksud dan tujuannya, dengan kewajiban untuk memelihara dan memperbaiki semua kerusakan benda fidusia


(6)

atas biaya dan tanggungan debitur atau peminjam sendiri. Peminjam-pakai dilarang untuk menyewakan benda fidusia kepada orang lain, tanpa izin dari penerima fidusia.6

Penerima fidusia memperjanjikan bahwa ia atau kuasanya sewaktu-waktu berhak untuk melihat adanya dan keadaan dari benda fidusia dan melakukan atau suruh melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemberi fidusia. Apabila ia lalai untuk melakukannya, maka kesemuanya dibebankan dan menjadi tanggungan pemberi fidusia tersebut.7

Banyak dijumpai berbagai masalah dalam pemberian kredit dengan jaminan fidusia pada PT. Pegadaian (Persero) seperti debitur yang tidak melaksanakan kewajibannya membayar angsuran atau cidera janji. Apabila debitur tidak mampu lagi melunasi utangnya dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia ini, maka pihak pegadaian berhak untuk melakukan eksekusi objek barang jaminan fidusia.

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia memberikan kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi. Eksekusi jaminan fidusia tersebut berbentuk penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Penyebab timbulnya eksekusi jaminan fidusia ini adalah karena debitur atau pemberi fidusia cidera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia, walaupun pemberi fidusia telah diberikan somasi.

6

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2003, hlm. 28.

7


(7)

Ada 3 (tiga) cara eksekusi benda jaminan fidusia yang diatur dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999, yaitu:

1. Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara:

a. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia;

b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;

c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

2. Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan pada PT. Pegadaian (persero) Kanwil I Medan, bahwa menurut bagian Humas Pegadaian tersebut, tidak semua benda yang dibebani dengan jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Praktik di lapangan membuktikan bahwa pihak pegadaian tetap melaksanakan eksekusi walaupun objek jaminan tersebut tidak didaftarkan yaitu dengan eksekusi di bawah tangan. Hal tersebut bertentangan dengan Undang-undang Jaminan Fidusia yang mewajibkan dilakukannya pendaftaran objek jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Jadi pihak pegadaian seharusnya tidak dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan tersebut.

Pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia yang telah didaftarkan juga tak luput dari berbagai hambatan. Hambatan yang muncul seringkali merugikan pihak pegadaian pada saat melakukan eksekusi karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak cukup melunasi utang debitur atau bahkan tidak jelas


(8)

keberadaannya. Hambatan tersebut juga tidak selamanya merupakan kesalahan debitur karena suatu hal yang diluar kuasa debitur, seperti terjadinya penurunan harga barang dan peristiwa alam yang mengakibatkan objek jaminan fidusia tersebut musnah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian guna penyusunan penulisan hukum dengan mengambil judul ”Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Fidusia (studi pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keabsahan eksekusi di bawah tangan yang dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet ? 2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia oleh Pihak PT.

Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet? 3. Apa saja hambatan-hambatan dalam eksekusi objek jaminan Fidusia pada PT.

Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dan upaya penyelesaiannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menjelaskan keabsahan eksekusi di bawah tangan yang dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet


(9)

b. Mengetahui dan mengkaji pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia oleh Pihak PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet

c. Mengetahui dan memberikan solusi hukum untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam eksekusi objek jaminan fidusia pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penulisan ini yang akan dicapai, yaitu: a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum jaminan yang berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dalam rangka penyelesaian kredit macet sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka mengetahui pelaksanaan eksekusi menangani kredit macet dalam pemberian kredit dengan jaminan fidusia di PT. Pegadaian (Persero).

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para praktisi dalam upaya penyelesaian kredit macet dalam jaminan fidusia. D. Keaslian Penulisan

Karya ilmiah merupakan karya asli dari penulis. Menelusuri kepustakaan memang telah banyak karya ilmiah dan hasil penelitian tentang jaminan fidusia.


(10)

Namun berdasarkan pengamatan penulis, penelitian dengan fokus penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia pada PT.Pegadaian (persero) Kanwil I Medan hingga saat ini belum pernah ada.

Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum USU juga telah dilakukan dan dapat dilewati, maka ini juga dapat mendukung tentang keaslian penulisan.

Judul-judul yang telah ada di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang mirip adalah “Penyelesaian Kredit Bermasalah melalui

Penjualan di Bawah Tangan atas Jaminan Fidusia di perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa (M. Syahril Ichlas 060200207) dan Penyelesaian Kredit Macet melalui Eksekusi atas Jaminan Fidusia (Tinjauan Yuridis dan Prektis pada PUPN Cabang Sumatera Utara / KP2LN Medan) (Hasintongan Pardede 990222019).

E. Metode Penelitian 1. Jenis dan sifat Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris, yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang atau kontrak. Metode penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan guna mendapatkan data primer dan untuk menunjangnya dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data sekunder.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, untuk menggambarkan fakta-fakta empiris di lapangan dengan menggunakan analisa normatif sehingga fakta-fakta


(11)

tersebut mempunyai makna dan kaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan empiris di lapangan, kemudian dianalisis dengan bertitik tolak dari perundang-undangan dan pendapat para ahli, dan akhirnya didapatkan solusi hukum berdasarkan data yang diperoleh.

2. Objek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen yang merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum dengan menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut tidak terstruktur karena hanya memuat garis besar tentang hal yang akan ditanyakan, selanjutnya dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan teknik wawancara bebas guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dengan Bapak Rendhi Prabowo, Legal Officer PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan.

4. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu dengan:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pada penelitian ini dilakukan pencarian dan pengumpulan bahan-bahan teori dari kepustakaan yang berhubungan dengan topik yang dibahas dari


(12)

berbagai buku dan literatur. Penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia yang berasal dari8:

1) Bahan hukum primer yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang meliputi:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia c) Akta Perjanjian Kredit yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero)

Kanwil I Medan

d) Memorandum-memorandum tentang jaminan kredit yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang meliputi:

a) Literatur yang membahas mengenai masalah pegadaian b) Literatur yang membahas mengenai hukum perjanjian c) Literatur yang membahas mengenai hukum jaminan d) Literatur yang membahas mengenai hukum eksekusi

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya.

8

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta: 1988, hlm. 19.


(13)

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara pengolahan sumber atau informasi yang digunakan seseorang dalam memecahkan masalah sebelum mendapatkan jawaban yang tepat. Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dengan mengadakan pengamatan terhadap data maupun informasi yang diperoleh. 9 Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deduktif, yang diperoleh dalam penelitian baik data lapangan maupun data studi kepustakaan dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait menyangkut permasalahan yang diteliti sehingga dihasilkan suatu kesimpulan umum.

F. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan dan memahami isi dari skripsi ini, berikut disajikan sistematika penulisannya yang terbagi dalam beberapa bab dan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa sub bab. Bab tersebut antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II PERJANJIAN KREDIT DAN KREDIT MACET

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum tentang perjanjian kredit yang terdiri dari pengertian perjanjian, asas-asas perjanjian,

9


(14)

syarat sah perjanjian, pengertian kredit, dan pengertian perjanjian kredit, serta mengenai tinjauan umum tentang kredit macet yang terdiri dari pengertian kredit, faktor, faktor-faktor penyebab munculnya kredit macet, dan penyelesaian kredit macet.

BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAN EKSEKUSINYA

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum tentang jaminan fidusia yang terdiri dari pengertian fidusia dan jaminan fidusia, asas-asas jaminan fidusia, subjek dan objek jaminan fidusia, proses terjadinya jaminan fidusia, dan hapusnya jaminan fidusia, serta tinjauan umum tentang eksekusi jaminan fidusia yang terdiri dari pengertian eksekusi, asas-asas eksekusi, eksekusi menurut HIR/Rbg, dan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.

BAB IV PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA (STUDI PT. PEGADAIAN (PERSERO) KANWIL I MEDAN

Pada bab ini diuraikan mengenai keabsahan eksekusi di bawah tangan yang dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet, pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia oleh pihak PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet, serta hambatan-hambatan dalam eksekusi objek jaminan fidusia pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dan upaya penyelesaiannya.


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibuat kesimpulan dari uraian yang terdapat dalam bab-bab sebelumnya berdasarkan data-data yang diperoleh dan kemudian diakhiri dengan saran-saran yang diharapkan akan berguna bagi pembaca.


(1)

Namun berdasarkan pengamatan penulis, penelitian dengan fokus penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia pada PT.Pegadaian (persero) Kanwil I Medan hingga saat ini belum pernah ada.

Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum USU juga telah dilakukan dan dapat dilewati, maka ini juga dapat mendukung tentang keaslian penulisan.

Judul-judul yang telah ada di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang mirip adalah “Penyelesaian Kredit Bermasalah melalui Penjualan di Bawah Tangan atas Jaminan Fidusia di perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa (M. Syahril Ichlas 060200207) dan Penyelesaian Kredit Macet melalui Eksekusi atas Jaminan Fidusia (Tinjauan Yuridis dan Prektis pada PUPN Cabang Sumatera Utara / KP2LN Medan) (Hasintongan Pardede 990222019).

E. Metode Penelitian 1. Jenis dan sifat Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris, yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang atau kontrak. Metode penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan guna mendapatkan data primer dan untuk menunjangnya dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data sekunder.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, untuk menggambarkan fakta-fakta empiris di lapangan dengan menggunakan analisa normatif sehingga fakta-fakta


(2)

tersebut mempunyai makna dan kaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan empiris di lapangan, kemudian dianalisis dengan bertitik tolak dari perundang-undangan dan pendapat para ahli, dan akhirnya didapatkan solusi hukum berdasarkan data yang diperoleh.

2. Objek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen yang merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum dengan menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut tidak terstruktur karena hanya memuat garis besar tentang hal yang akan ditanyakan, selanjutnya dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan teknik wawancara bebas guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dengan Bapak Rendhi Prabowo, Legal Officer PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan.

4. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu dengan:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pada penelitian ini dilakukan pencarian dan pengumpulan bahan-bahan teori dari kepustakaan yang berhubungan dengan topik yang dibahas dari


(3)

berbagai buku dan literatur. Penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia yang berasal dari8:

1) Bahan hukum primer yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang meliputi:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia c) Akta Perjanjian Kredit yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero)

Kanwil I Medan

d) Memorandum-memorandum tentang jaminan kredit yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang meliputi:

a) Literatur yang membahas mengenai masalah pegadaian b) Literatur yang membahas mengenai hukum perjanjian c) Literatur yang membahas mengenai hukum jaminan d) Literatur yang membahas mengenai hukum eksekusi

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya.

8

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta: 1988, hlm. 19.


(4)

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara pengolahan sumber atau informasi yang digunakan seseorang dalam memecahkan masalah sebelum mendapatkan jawaban yang tepat. Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dengan mengadakan pengamatan terhadap data maupun informasi yang diperoleh. 9 Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deduktif, yang diperoleh dalam penelitian baik data lapangan maupun data studi kepustakaan dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait menyangkut permasalahan yang diteliti sehingga dihasilkan suatu kesimpulan umum.

F. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan dan memahami isi dari skripsi ini, berikut disajikan sistematika penulisannya yang terbagi dalam beberapa bab dan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa sub bab. Bab tersebut antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II PERJANJIAN KREDIT DAN KREDIT MACET

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum tentang perjanjian kredit yang terdiri dari pengertian perjanjian, asas-asas perjanjian,

9


(5)

syarat sah perjanjian, pengertian kredit, dan pengertian perjanjian kredit, serta mengenai tinjauan umum tentang kredit macet yang terdiri dari pengertian kredit, faktor, faktor-faktor penyebab munculnya kredit macet, dan penyelesaian kredit macet.

BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAN EKSEKUSINYA

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum tentang jaminan fidusia yang terdiri dari pengertian fidusia dan jaminan fidusia, asas-asas jaminan fidusia, subjek dan objek jaminan fidusia, proses terjadinya jaminan fidusia, dan hapusnya jaminan fidusia, serta tinjauan umum tentang eksekusi jaminan fidusia yang terdiri dari pengertian eksekusi, asas-asas eksekusi, eksekusi menurut HIR/Rbg, dan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.

BAB IV PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA (STUDI PT. PEGADAIAN (PERSERO) KANWIL I MEDAN

Pada bab ini diuraikan mengenai keabsahan eksekusi di bawah tangan yang dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet, pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia oleh pihak PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dalam hal terjadinya kredit macet, serta hambatan-hambatan dalam eksekusi objek jaminan fidusia pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dan upaya penyelesaiannya.


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibuat kesimpulan dari uraian yang terdapat dalam bab-bab sebelumnya berdasarkan data-data yang diperoleh dan kemudian diakhiri dengan saran-saran yang diharapkan akan berguna bagi pembaca.