Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

(1)

TESIS

Oleh

MELYSA NATALIA Y. Br. TOBING

107011052/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MELYSA NATALIA Y. Br. TOBING

107011052/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nama Mahasiswa : MELYSA NATALIA Y. Br. TOBING

Nomor Pokok : 107011052

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS


(5)

Nama : MELYSA NATALIA Y. Br. TOBING

Nim : 107011052

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS FAKTOR PENGHAMBAT

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM

MELINDUNGI KREDITUR (STUDI PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO), TBK BALAI KOTA MEDAN) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : MELYSA NATALIA Y. Br. TOBING Nim :107011052


(6)

usahanya, khususnya dalam perjanjian kredit yang pengikatannya menggunakan objek jaminan fidusia. Dimana jaminan fidusia adalah jaminan yang disukai oleh Bank. Adapun objek jaminan fidusia yang diterima oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk seperti : Benda bergerak, yaitu jaminan tunai berupa deposito berjangka dan tabungan (diatur dalam ketentuan produk), piutang dagang atau hak tagih atas pendapatan yang akan diterima, persediaan barang (stock), mesin-mesin pabrik dan inventaris kantor yang tidak ditanam, kendaraan bermotor (apabila sebagai barang dagangan), hak sewa atas toko termasuk ruko (rumah toko). Dan benda tak bergerak antara lain : tanah (Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, serta jenis-jenis hak atas tanah lainnya yang dapat diikat Hak Tanggungan atau diikat secara fidusia serta bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut), bangunan yang diikat secara fidusia, karena tidak dapat diikat Hak Tanggungan, mesin-mesin dan inventaris kantor yang ditanam, kendaraan bermotor (bukan sebagai barang dagangan), Hak milik atas satuan rumah susun, sertaPersonal guaranteeatau jaminan perorangan.

Perjanjian kredit yang mengalami wanprestasi ataupun kredit macet yang dilakukan oleh nasabah sebagai debitur masih bisa terjadi hambatan dalam melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tersebut. Dalam hal ini mengangkat beberapa permasalahan antara lain : Bagaimana perlindungan hukum kreditur dalam eksekusi jaminan fidusia? Apa saja faktor penghambat dalam eksekusi jaminan fidusia? Bagaimana penyelesaian dalam mengatasi faktor penghambat eksekusi jaminan fidusia di Bank?

Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis empiris. Sebagai pendukung penelitian normatif dilakukan wawancara dengan salah satu narasumber melalui wawancara kepada pihak PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Dan dengan menggunakan metode kualitatif serta disajikan dalam bentuk deskriptif analitis.

Pengikatan objek jaminan fidusia harus diikat dengan Akta Jaminan Fidusia dan harus didaftarkan pada kantor lembaga fidusia oleh notaris. Hal ini merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap bank sebagai kreditur bila debitur mengalami kredit macet. Beberapa macam faktor penghambat dalam eksekusi jaminan fidusia seperti musnahnya objek jaminan fidusia, penurunan nilai objek jaminan fidusia, ataupun gaji buruh yang belum dibayar. Sehingga bank akan melakukan eksekusi terhadap objek jaminan yang lain yang telah diikat dalam perjanjian kredit, seperti hak tanggungan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk keamanan dan menghindari faktor penghambat dalam eksekusi objek jaminan fidusia tersebut, maka bank sebagai kreditur akan meminta penandatanganan perjanjian yaitu Surat Kuasa Jual atas objek jaminan fidusia yang telah diikat sebagai jaminan terhadap bank. Sehingga bila terjadi kredit macet, kreditur dapat melakukan eksekusi langsung terhadap objek jaminan fidusia tersebut.


(7)

object which is the most favorite collateral for banks. Fiduciary collateral objects received by PT Bank Mandiri (Persero) Tbk are movement properties such as cash guarantee in time deposit and savings (regulated in product provision), accounts reveivable or the right of claim for payment on the income which will be received, stock, factory machines, office inventory which is not invested, motor vehicles (as merchandise), and right to lease on the store, including storehouse and real estates such as land (Ownership, Leasehold, Building Rights, Right of Use, other Land Rights which can be bound to Security Rights or fiduciary bound and building set up on the land), buildings which is fiduciary bound because it cannot bound to Security Rights, invested machines and office inventory, motor vehicles (not as merchandise), housing ownership, and personal guarantee.

A default in credit contract or nonperforming credit of a client as the debtor can be an obstacle in conducting execution on the fiduciary collateral object. This problem raised some problems in the research: How was the legal protection for creditor in the execution of fiduciary collateral? How was the solution of handling the retarding factor in executing fiduciary collateral by the Bank?

The research was descriptive with judicial empirical approach. Interviews were conducted with one of the source persons through interviews held at PT Bank Mandiri (Persero) Tbk to support the normative research. The main data were secondary data by gathering primary, secondary, and tertiary legal materials, using qualitative method, presented in descriptive analytical form.

The binding of fiduciary collateral must be bound to Fiduciary Collateral Deed and registered to fiduciary board office by a notary. This constitutes legal protection for the Bank as the creditor when the debtor breaches the contract. Some types of retarding factors in executing fiduciary collateral are the disappearance of fiduciary collateral object, the decrease of the value of fiduciary collateral object, or the delay in paying employees’ wages. Consequently, the Bank will execute other collaterals which have been bound in credit contract such as security rights. Regarding this case, for the sake of security and preventing from retarding factor in the execution of fiduciary collateral object, the Bank as the creditor will ask the client to sign the contract, Proxy Letter of Sale, on the fiduciary collateral object which has been bound as collateral to the Bank so that when default occurs, creditor can directly execute the fiduciary collateral object.


(8)

kasih dan anugrah, karena atas kasih karunia-Nya juga sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah berbentuk Tesis dengan judul “Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)”,dalam rangka memenuhi persyaratan akademik pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya Tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulis atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan dalam proses penyusunan hingga rampungnya tesis ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., sebagai Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Anggota Komisi Pembimbing.


(9)

Sofyan, SH, MKnselaku Komisi Penguji Tesis.

7. Seluruh dosen yang mengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Pada Staff Sekretariat Program Studi Magister Kenotariatan yang telah banyak membantu penulis selama menekuni kuliah sampai menyelesaikan kuliah di Universitas Sumatera Utara.

9. Rekan-rekan sekelas regular khusus angkatan 2010, yang sudah mendukung dan menjadi teman-teman yang saling melengkapi dan sangat baik.

10. Mertua tersayang Amang Drs. Sanggam Hutagalung, MM dan Inang Prof. Dr. Prihatin Lumbahnraja, M.Si, dukungan, bimbingan dan dan dukunganmu takkan bisa penulis lupakan, terima kasih banyak Nang, I Lov U Mom….kiranya sehat selalu, murah rejeki. Amin.

11. Orang tua tercinta, Papi Ir. Reinhard M.P.L. Tobing dan Mami Y. Rismauli Hutabarat, SE. Terima kasih Papi dan Mama lewat dukungan dan perhatiannya hingga penulis bisa menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini semua penulis persembahkan untukmu, kiranya sehat selalu, murah rejeki dan dalam perlindunganNya selalu. Amin. I Lov U Mom & Dad.

12. Suami penulis Arga J. P Hutagalung, SH yang tercinta yang dengan penuh kasih sayang dan mendukung penulis mulai kuliah sampai dengan selesai dan putra


(10)

dan saling mencintai selalu hari demi hari dan dalam perlindunganNya selalu. Amin.

13. Bapak Basril selaku Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk yang telah memberikan waktu dan ketika melakukan wawancara sebagai penyempurnaan tesis ini.

Di samping itu, penulis juga menyadari bahwa masih banyak teman, kerabat dan pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung dan menoakan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih disertai doa semoga Tuhan Yang Maha Kasih memberkati dan membalas semua budi baik mereka semuanya.

Medan, Mei 2013 Penulis


(11)

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Melysa Natalia Y. Tobing

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang/23 Desember 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status : Menikah

Alamat : Jl. Bakti No. 20 Gaperta Ujung Medan

Telepon/Hp : 081376666624

II. KELUARGA

Nama Ayah : Ir. Reinhard M.P.L. Tobing Nama Ibu : Y. Rismauli Hutabarat, SE

III. PENDIDIKAN FORMAL

SD Swasta Kalam Kudus Medan : Lulus Tahun 2000 SMP Swasta Santo Thomas IV Medan : Lulus Tahun 2003 SMA Swasta Santo Thomas I Medan : Lulus Tahun 2006

S1 Fakultas Hukum USU : Lulus Tahun 2009


(12)

vii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Teori dan Konsepsi ... 14

1. Kerangka Teori ... 14

2. Konsepsi ... 24

G. Metode Penelitian ... 27

1. Sifat Penelitian ... 27

2. Pendekatan Penelitian ... 28

3. Sumber Data Penelitian ... 29

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 30

5. Analisis Data ... 32

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA BANK ... 33

A. Jaminan Fidusia ... 33

B. Eksekusi Jaminan Fidusia ... 44

C. Perlindungan Hukum Kreditur Dalam Eksekusi Jaminan Fidusia ... 50


(13)

viii

C. Proses Eksekusi Jaminan Fidusia ... 73

D. Faktor Penghambat Dalam Eksekusi Jaminan Fidusia ... 84

BAB IV PENYELESAIAN FAKTOR PENGHAMBAT DALAM EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA... 90

A. Pembuatan Akta Jaminan Fidusia ... 90

B. Prosedur Pendaftaran Jaminan Fidusia ... 93

C. Penyelesaian Faktor Penghambat Dalam Eksekusi Jaminan Fidusia ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114


(14)

usahanya, khususnya dalam perjanjian kredit yang pengikatannya menggunakan objek jaminan fidusia. Dimana jaminan fidusia adalah jaminan yang disukai oleh Bank. Adapun objek jaminan fidusia yang diterima oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk seperti : Benda bergerak, yaitu jaminan tunai berupa deposito berjangka dan tabungan (diatur dalam ketentuan produk), piutang dagang atau hak tagih atas pendapatan yang akan diterima, persediaan barang (stock), mesin-mesin pabrik dan inventaris kantor yang tidak ditanam, kendaraan bermotor (apabila sebagai barang dagangan), hak sewa atas toko termasuk ruko (rumah toko). Dan benda tak bergerak antara lain : tanah (Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, serta jenis-jenis hak atas tanah lainnya yang dapat diikat Hak Tanggungan atau diikat secara fidusia serta bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut), bangunan yang diikat secara fidusia, karena tidak dapat diikat Hak Tanggungan, mesin-mesin dan inventaris kantor yang ditanam, kendaraan bermotor (bukan sebagai barang dagangan), Hak milik atas satuan rumah susun, sertaPersonal guaranteeatau jaminan perorangan.

Perjanjian kredit yang mengalami wanprestasi ataupun kredit macet yang dilakukan oleh nasabah sebagai debitur masih bisa terjadi hambatan dalam melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tersebut. Dalam hal ini mengangkat beberapa permasalahan antara lain : Bagaimana perlindungan hukum kreditur dalam eksekusi jaminan fidusia? Apa saja faktor penghambat dalam eksekusi jaminan fidusia? Bagaimana penyelesaian dalam mengatasi faktor penghambat eksekusi jaminan fidusia di Bank?

Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis empiris. Sebagai pendukung penelitian normatif dilakukan wawancara dengan salah satu narasumber melalui wawancara kepada pihak PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Dan dengan menggunakan metode kualitatif serta disajikan dalam bentuk deskriptif analitis.

Pengikatan objek jaminan fidusia harus diikat dengan Akta Jaminan Fidusia dan harus didaftarkan pada kantor lembaga fidusia oleh notaris. Hal ini merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap bank sebagai kreditur bila debitur mengalami kredit macet. Beberapa macam faktor penghambat dalam eksekusi jaminan fidusia seperti musnahnya objek jaminan fidusia, penurunan nilai objek jaminan fidusia, ataupun gaji buruh yang belum dibayar. Sehingga bank akan melakukan eksekusi terhadap objek jaminan yang lain yang telah diikat dalam perjanjian kredit, seperti hak tanggungan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk keamanan dan menghindari faktor penghambat dalam eksekusi objek jaminan fidusia tersebut, maka bank sebagai kreditur akan meminta penandatanganan perjanjian yaitu Surat Kuasa Jual atas objek jaminan fidusia yang telah diikat sebagai jaminan terhadap bank. Sehingga bila terjadi kredit macet, kreditur dapat melakukan eksekusi langsung terhadap objek jaminan fidusia tersebut.


(15)

object which is the most favorite collateral for banks. Fiduciary collateral objects received by PT Bank Mandiri (Persero) Tbk are movement properties such as cash guarantee in time deposit and savings (regulated in product provision), accounts reveivable or the right of claim for payment on the income which will be received, stock, factory machines, office inventory which is not invested, motor vehicles (as merchandise), and right to lease on the store, including storehouse and real estates such as land (Ownership, Leasehold, Building Rights, Right of Use, other Land Rights which can be bound to Security Rights or fiduciary bound and building set up on the land), buildings which is fiduciary bound because it cannot bound to Security Rights, invested machines and office inventory, motor vehicles (not as merchandise), housing ownership, and personal guarantee.

A default in credit contract or nonperforming credit of a client as the debtor can be an obstacle in conducting execution on the fiduciary collateral object. This problem raised some problems in the research: How was the legal protection for creditor in the execution of fiduciary collateral? How was the solution of handling the retarding factor in executing fiduciary collateral by the Bank?

The research was descriptive with judicial empirical approach. Interviews were conducted with one of the source persons through interviews held at PT Bank Mandiri (Persero) Tbk to support the normative research. The main data were secondary data by gathering primary, secondary, and tertiary legal materials, using qualitative method, presented in descriptive analytical form.

The binding of fiduciary collateral must be bound to Fiduciary Collateral Deed and registered to fiduciary board office by a notary. This constitutes legal protection for the Bank as the creditor when the debtor breaches the contract. Some types of retarding factors in executing fiduciary collateral are the disappearance of fiduciary collateral object, the decrease of the value of fiduciary collateral object, or the delay in paying employees’ wages. Consequently, the Bank will execute other collaterals which have been bound in credit contract such as security rights. Regarding this case, for the sake of security and preventing from retarding factor in the execution of fiduciary collateral object, the Bank as the creditor will ask the client to sign the contract, Proxy Letter of Sale, on the fiduciary collateral object which has been bound as collateral to the Bank so that when default occurs, creditor can directly execute the fiduciary collateral object.


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkatnya dunia usaha atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap. Awal pemikiran dari Undang-Undang Jaminan Fidusia inilah, yang menjadikan acuan dikembangkannya Jaminan Fidusia dari landasan yurispudensi menjadi alur hukum yang konkrit dalam perundang-undangan. Berbicara tentang sejarah fidusia, tidak terlepas dari berbicara tentang Hukum Jaminan, dan bila membahas Hukum Jaminan sebagai yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Perdata, kita tidak bisa meninggalkan prinsip pembagian benda sebagai yang dianut oleh Kitab Undang-Undang Perdata.1 Maka dengan adanya Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut, maka lembaga ini merupakan lembaga alternatif tentang jaminan, jika oleh lembaga jaminan yang lain seperti Hak Tanggungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, Hipotek dan Gadai tidak dapat dilayani. Ciri khusus dari lembaga Jaminan Fidusia ini terlihat pada masalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda, dimana

1 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, PT Citra Adytia Bhakti,


(17)

ciri khusus tersebut tidak dimiliki dan tidak dijumpai pada Hak Tanggungan, Hipotek, dan Gadai.2

Menurut Undang-Undang Jaminan Fidusia, yang dimaksud dengan benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, serta yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan atau Hipotek.3 Sebagai kita ketahui, benda di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata antara lain dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak atau benda tetap (Pasal 504 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Pembagian benda dalam 2 (dua) kelompok seperti itu, mendapat penjabarannya lebih lanjut dalam Hukum Jaminan, yaitu untuk masing-masing kelompok benda oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diberikan lembaga jaminannya masing-masing. Untuk Benda Bergerak disediakan Lembaga Jaminan Gadai (Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) sedangkan untuk Benda Tidak Bergerak atau Benda Tetap disediakan Lembaga Hipotik (Pasal 1162 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Karena gadai dan hipotik merupakan lembaga jaminan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, fidusia merupakan reaksi atas ketentuan tentang gadai.4

2 Ignatius Ridwan Widyadharma, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, 1999, hal.2

3Pasal 1 ayat (4), Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 4J. Satrio,Op.Cit, hal.4


(18)

Seorang kreditur terhadap fidusia sebagai pemberi kredit berbentuk badan usaha seperti bank, perusahaan pembiayaan atau lembaga sejenisnya, sedangkan debitur umumnya adalah penjual berbentuk badan usaha, dimana kreditur mencoba melindungi diri terhadap kemungkinan kerugian yang dapat menimpa seorang kreditur jika debiturnya dalam kesulitan membayar.5 Dalam keadaan tersebut, para kreditur ini mencari perlindungan mereka pada lembaga hak milik atas benda bergerak. Hak milik atas benda yang berada pada pihak ketiga dapat digunakan secara lebih sederhana dan dengan resiko lebih kecil.6 Sehingga dalam kaitan dengan kebebasan yang dimiliki oleh debitur untuk membuat keputusan itu, berlaku kesepakatan para pihak. Apabila tidak ada kesepakatan yang tegas, sifat dan/ atau peruntukan benda-benda yang diserahkan akan sangat menentukan besarnya tingkat kewenangan memutus si debitur. Tindakan membuat keputusan yang dilakukan oleh debitur secara tak berwenang sepanjang menyangkut pihak pemegang objek jaminan pada umumnya dilindungi oleh Pasal 1198 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu : “Kreditur yang memegang hipotek yang telah terdaftar, dapat menuntut haknya atas barang tak bergerak yang terkait itu, biar di tangan siapa pun barang itu berada, untuk diberi urutan tingkat dan untuk dibayar menurut urutan pendaftarannya.”7

5 O.K. Brahn, fiduciare Overdracht, Stille Verpanding En Eigendomsvoorbehoud Naar Huidig En Komend Recht (Fidusia, Penggadaian Diam-Diam dan Retensi Milik Menurut Hukum Yang Akan Datang), PT.Tatanusa, Jakarta,1998, hal.67

6Ibid.

7


(19)

Kreditur dapat menuntut benda-benda itu sebagai pemilik, dan bahkan dalam hal kepailitan debitur, hak ini masih tetap utuh berdasarkan posisi separatis yang diberikan kepadanya. Pembagian hak milik antara milik yuridis di tangan kreditur dan milik ekonomis yang masih tetap berada pada debitur ini pada umumnya disebut orang dengan istilah milik fidusier, artinya orang lebih cenderung melihat milik fidusier sebagai sinonim dari milik yang semata-mata digunakan sebagai jaminan untuk kepentingan kreditur. Penyamaan ini tidak seluruhnya benar, misalnya hubungan milik fidusier yang tidak ditujukan bagi penciptaan jaminan. Sehingga dalam rangka kejelasan kita tidak boleh begitu saja menyebut milik jaminan sebagai milik fidusier atau milik fidusier jaminan.8

Pemberian jaminan ini erat kaitannya dengan kreditur yang merupakan fungsi perbankan di Indonesia dimana dewasa ini dituntut untuk menjadi media alur pembangunan, guna mendukung pelaksanaan program pembangunan nasional.

Setiap pemberian kredit perbankan yang disalurkan kepada pengusaha dapat menimbulkan resiko. Bank sebagai kreditur memberikan kredit didasarkan pada prinsip kehati-hatian yang terlihat dalam sistem penilaian yang dilakukan Bank dengan prinsip keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya.9Dalam hal inilah kreditur memerlukan perlindungan hukum dalam memberikan kredit. Oleh karena itu, perlu unsur pengamanan dalam pengembaliannya. Salah satu unsur pengamanan (safety) adalah salah satu prinsip

8O. K.Brahn,Op.Cit, hal.14

9 Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002, hal. 183


(20)

dasar dalam peminjaman kredit selain unsur keserasian (suitability) dan keuntungan (profitability), sehingga bentuk pengamanan kredit dalam praktik perbankan dilakukan dengan pengikatan jaminan.10 Tetapi dalam praktek pada Bank dipergunakan sistem penilaian yang menggunakan prinsip 5 (lima) C’s yaitu

Character (watak), Capital (modal), Collateral (jaminan, agunan), Capacity

(kemapuan), dan Conditions of Economic (kondisi ekonomi).11 Dari 5 (lima) faktor penilaian yang dilakukan di bank, faktor terpenting yang berfungsi sebagai pengaman yuridis dari kredit yang disalurkan adalah jaminan kredit, dimana fungsi yuridis ini berkaitan erat dengan tujuan jaminan yakni sebagaimana dikatakan bahwa the purpose of a security interest is to confer property rights upon someone to whom a debt is due (tujuan kepentingan keamanan untuk memberikan hak milik atas seseorang kepada siapa utang tersebut jatuh tempo), sehingga dalam hal ini menurut kalangan perbankan dan notaris, secara yuridis hak tanggungan dan jaminan fidusia memiliki fungsi pengaman yang sama dalam perjanjian kredit yakni sebagai jaminan kebendaan yang diakui dalam hukum positif.12

Jaminan fidusia pada kenyatannya yang sudah diagunkan kepada bank sebagai kreditur, masih bisa terjadi permasalahan bahwa jaminan fidusia tersebut tidak dapat dieksekusi oleh kreditur, dimana jaminan fidusia tersebut telah

10 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2001, hal. 50

11Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk, Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 21 Januari 2013


(21)

didaftarkan pada lembaga fidusia.13 Realisasi ini akan lebih jelas ketika debitur melakukan wanprestasi yakni tidak memenuhi kewajiban untuk membayar hutang14.

Pengikatan jaminan fidusia yang berdasarkan perjanjian kredit yang telah disepakati antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur masih saja dapat terjadi permasalahan, khususnya dalam melakukan eksekusi jaminan fidusia, dalam hal debitur mengalami kredit macet.

Secara teoritis, jika seorang debitur pemberi fidusia wanprestasi terhadap objek jaminan fidusia dapat dilakukan eksekusi. Dalam hal eksekusi, kalau harga jual benda jaminan melebihi hutang debitur, kreditur penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan sisa uang penjualan kepada debiturnya. Sebaliknya, apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk membayar hutang, debitur tetap bertanggung jawab atas sisa hutang tersebut.15 Yang selalu dipersoalkan, apabila benda yang dijadikan jaminan fidusia tidak mencukupi untuk membayar hutang debitur. Kalau tidak mencukupi, dapatkah kreditur penerima fidusia meminta pertanggungjawaban harta kekayaan debitur lainnya yang tidak turut dijaminkan. Jika dibenarkan secara yuridis, apakah kedudukan kreditur penerima fidusia masih sebagai kreditur preferen. Pertanyaan yuridis tersebut harus diberikan solusi hukumnya oleh hakim dengan pertimbangan hukum yang logis dan rasional,

13 Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk, Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 21 Januari 2013.

14Ibid.


(22)

sehingga tidak merugikan kepentingan hukum debitur pemberi fidusia.16 Menurut pihak bank, apabila ternyata objek jaminan fidusia tidak mencukupi untuk membayar hutang, bank dapat menyita barang-barang lain milik debitur.17 Selain jaminan fidusia, adakalanya bank meminta jaminan lainnya yang diikat dengan surat kuasa memasang hak tanggungan atau surat kuasa menjual atau hak tanggungan atas objek tanah belum bersertifikat, hak milik atau jaminan yang bersifat perorangan.18 Sebaliknya pihak debitur beranggapan bahwa hutang kredit tidak dapat melibatkan harta kekayaan lainnya, tetapi benda yang dijaminkan itu saja yang disita.19

Menurut R. Subekti, Eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna mendapatkan yang menjadi haknya dengan bantuan kekuatan hukum, memaksa pihak yang dikalahkan untuk melaksanakan putusan, dimana Eksekusi atau pelaksanaan putusan juga mengadung arti bahwa pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan tersebut secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan padanya dengan bantuan dengan kekuatan hukum.20

Hukum jaminan yang bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengandung prinsip bahwa harta kekayaan debitur menjadi jaminan hutang untuk segala perikatan yang dibuatnya dan prinsip ini juga kurang memberikan rasa perlindungan yang cukup aman bagi kreditur, untuk menutupi adanya kelemahan itu, perlu diperjanjikan secara khusus benda-benda tertentu dari debitur yang diikat

16Tan Kamelo,Op.Cit, hal.331

17 Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk, Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 21 Januari 2013.

18Ibid. 19Ibid.


(23)

sebagai jaminan hutang.21 Hukum jaminan yang diperjanjikan adalah hipotik, hak tanggungan, gadai, jaminan fidusia, dan jaminan perorangan. Kreditur sebagai penerima jaminan fidusia memiliki hak preferen, dimana hak preferen merupakan sifat yang melekat pada jaminan fidusia. Hak preferen adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak preferen bukanlah hak kebendaan melainkan hak terhadap benda dan hak tersebut tidak timbul karena undang-undang tetapi diperjanjikan. Perlu diketahui, hak preferen lahir pada saat pendaftaran jaminan fidusia, sehingga bila jaminan fidusia tidak didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia, kreditur penerima fidusia tidak memiliki hak preferen melainkan hak konkuren, dan dalam hal ini penerima jaminan fidusia tidak mendapatkan perlindungan hukum.22

Jaminan fidusia pada dasarnya memberikan kemudahan bagi para pihak penggunanya, khususnya bagi pemberi fidusia, walau demikian karena tidak ada ketentuan hukum yang mewajibkan jaminan fidusia ini didaftarkan, maka hal itu menyebabkan kepentingan pihak yang memberikan fidusia menjadi kurang terjamin. Untuk itu, setiap jaminan fidusia perlu didaftarkan, dimana dalam undang-undang ini benda didaftarkan atau dengan kata lain benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan di kantor pendaftaran jaminan fidusia.23

21Ibid. 22Ibid.


(24)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut yang telah dikemukakan diatas, adapun beberapa rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan tesis ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum kreditur dalam eksekusi jaminan fidusia? 2. Apa saja faktor penghambat dalam eksekusi jaminan fidusia?

3. Bagaimana penyelesaian dalam mengatasi faktor penghambat eksekusi jaminan fidusia di Bank?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur dalam eksekusi jaminan fidusia.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam eksekusi jaminan fidusia.

3. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian dalam mengatasi faktor penghambat eksekusi jaminan fidusia di Bank.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penulisan yang dibuat pada dasarnya diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siapa saja yang membacanya, begitu juga yang diharapkan dari penulisan ini.

Adapun manfaat yang didapat dari hasil penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis hasil penelitian ini merupakan sumbangan bagi perkembangan


(25)

pengikatan jaminan fidusia dan dalam eksekusi jaminan fidusia tersebut, serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmiah baik secara umum maupun secara khusus.

2. Secara praktis bahwa penulisan ini juga dapat memberikan referensi bagi bank ataupun lembaga keuangan dalam memberikan kredit ataupun dalam membiayai pembelian atas barang yang dapat dibebankan fidusia, dan menambah pengetahuan mengenai sikap tanggung jawab baik sebagai debitur maupun sebagai kreditur dalam hal pengikatan jaminan fidusia di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sehingga menumbuhkan sikap kritis terhadap pengikatan jaminan fidusia dan eksekusi terhadap jaminan fidusia tersebut agar tidak terjadi permasalahan.

E. Keaslian Penelitian

Penulisan thesis ini berdasarkan pada ide, gagasan maupun pemikiran dimulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya. Hal ini dapat tumbuh dan dipaparkan tertulis dalam tesis ini berdasarkan perkembangan pengikatan jaminan fidusia yang memiliki prosedur semakin baik terutama di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk serta permasalahan yang timbul di dalamnya.

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara khususnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Studi Magister Kenotariatan, diketahui bahwa penelitian tentangAnalisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada


(26)

PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)”, belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama, maka tesis ini dapat dinyatakan keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Beberapa penelitian sebelumnya ada ditemukan mengenai perpajakan jaminan fidusia, namun topik permasalahan dan bidang kajiannnya berbeda dengan penelitian ini, peneliti tersebut antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Marlina, Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan”.

Pokok masalah dari penelitian adalah :

a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek jaminan fidusia pada lembaga pembiayaan konsumen?

b. Hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet?

c. Bagaimana prosedur eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil?

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yosephina Hotma Vera, Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Diikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri di Atas Tanah Otorita Batam”.


(27)

Pokok masalah dari penelitian adalah :

a. Apakah pengaturan objek yang dapat di jadikan jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah mengakomodasi perkembangan masyarakat khususnya di Pulau Batam? b. Bagaimanakah akibat hukumnya terhadap benda tidak bergerak sebagai objek

jaminan fidusia khususnya terhadap bangunan yang berdiri diatas lahan Hak Pengelolaan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam?

c. Bagaimanakah pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam?

3. Penelitian yang dilakukan oleh Gomsalati, Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Tinjauan Atas Pelaksanaan Penghapusan Jaminan Fidusia (Studi Pada Lembaga Pendaftaran Fidusia Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Propinsi Aceh)”.

Pokok masalah dari penelitian adalah :

a. Apakah yang melatarbelakangi pembuatan akta jaminan fidusia secara notariil?

b. Kenapa jaminan fidusia tidak dilakukan penghapusan/pencoretan fidusia oleh para pihak?

c. Apakah hal-hal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan/penghapusan Pencoretan Fidusia?

Dari judul dan permasalahan penelitian di atas, maka terdapat perbedaan di dalam pembahasan permasalahan. Penulisan ini adalah asli karena sesuai


(28)

dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif, dan terbuka sehingga penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah dan terbuka atau masukan serta saran-saran yang membangun. Apabila dikemudian hari ternyata penelitian ini telah melanggar asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif, dan terbuka, maka Peneliti bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja, Mahasiswa Sarjana Strata Satu (1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur dalam Terjadi Eksekusi Jaminan Fidusia”.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Made Wiratha, Mahasiswa Sarjana Strata Satu (1) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Pada Perjanjian Jaminan Fidusia Dalam Praktek”.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Anita Lidya, mahasiswa Sarjana Strata Satu (I) Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur, dengan judul “Perlindungan Hukum Kreditur Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999”.

F. Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan


(29)

atau pegangan teoritis dalam penelitian.24 Menurut Kerlinger, teori adalah :

A set of interrelated construct (concepts) definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relation among variables, with the purpose of expalining and predicting the phenomena(satu set konsep yang membangun, defenisi dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel dengan tujuan ekspalining dan memprediksi fenomena) .25

Penelitian ini menggunakan teori hukum dalam ranah empiris (teori yuridis sosiologis), yang dikemukakan oleh Oliver Wendell Holmes yang beraliran realisme.26 Teori ini sesungguhnya dibangun berdasarkan teori hukum yang dihubungkan dengan kondisi sosial di mana hukum dalam arti sistem norma itu diterapkan.27 Adapun teori sebagai Temuan Penelitian (Grounded Theory) bahwa teori dibangun dari data yang berupa temuan fakta-fakta hukum berdasarkan observasi langsung kelapangan atau dengan istilah teoretisasi data, dimana teori awal yang digunakan hanya sebagai rujukan, namun tidak ada pengaruhnya terhadap hasil penelitian.28 Penggunaan teori semacam ini dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, sehingga dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe

24M. Solly Lubis,Fisafat Ilmu dan Penelitian,Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994,

hal 80

25Maria SW. Sumardjono, Hak Tanggungan Dan Fidusia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume I,

Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1997, hal.13

26 Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manulang, Pengantar ke Filsafat Hukum, Fajar

Interpratama Offset, Jakarta, 2007, hal. 158

27Ibid. 28Ibid.


(30)

penelitian yuridis empiris.29

Ilmu hukum dalam perkembangannya tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai ilmu lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Soejono Soekanto bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga semangat ditentukan oleh teori.30 Suatu teori harus diuji dengan mengahadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benaranya.31 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.32

Perlunya ungkapan mengenal kausal yang logis diantara perubahan variabel dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka pikir (frame of thinking) dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut.33

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.34Adapun tujuannya yaitu : “mewujudkan keadilan (rechtsgerchtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan

29Ibid.

30 Soejono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 6

31 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting M. Hisman, UI Press

Jakarta, 1996, hal. 203

32 Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, Undip, Semarang, 2006,

hal. 6

33Bintoro Tjokroamidjojo,Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, CV. Haji Mas Agung,

Jakarta, 1998, hal. 12

34 Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993,


(31)

kepastian hukum (rechtszekerheid).”35 Adapun tujuan untuk mewujudkan keadilan (rechtsgerchtigheid) atau justice yang juga dikemukakan oleh Adam Smith bahwa keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian (the end of justice is to secure from injury).36

Dalam hal ini adapun kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis dari para penulis ilmu hukum di bidang hukum jaminan fidusia dan jaminan kebendaan lainnya, sistem hukum benda dan perjanjian kredit bank, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal bagi penulisan tesis ini.37

Jaminan fidusia merupakan jaminan yang lebih berdasarkan pada kepercayaan, sesuai dengan asal katanya yang berasal dari kata ”fides” yaitu kepercayaan. Oleh karena itu, hubungan hukum yang terjadi antara debitur (pemberi fidusia) dan kreditur (penerima fidusia) merupakan hubungan hukum berdasarkan kepercayaan. Hal ini dapat dilihat Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia yang memberi pengertian mengenai jaminan fidusia yaitu pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jaminan fidusia mempunyai sifat sebagai perjanjian assesoir yaitu sebagai perjanjian yang

35 Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung

Agung, Jakarta, 2002, hal. 85

36Bismar Nasution,Mengkaji Ulang Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada

Pengukuhan sebagai Guru Besar, USU Medan, 17 april 2004, hal 4-5, dikutip dari Neil Mac Cormick, “Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol.15, 1981, hal. 244


(32)

mengikuti perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak kepada para pihak lain untuk memenuhi suatu prestasi. Dari penjelasan tersebut diperoleh pemahaman bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok, yang bila jaminan fidusia ini dituangkan dalam akta fidusia dan didaftarkan, pada kantor pendaftaran fidusia, barulah timbul hak preferen dan secara otomatis pula kepada kreditur memiliki kedudukan istimewa yakni bila debitur ingkar janji, maka kreditur berdasarkan parate eksekusi dapat melakukan pengambilalihan kendaraan bermotor tersebut, karena akta fidusia dapat dipersamakan dengan putusan pengadilan.

Berdasarkan beberapa jenis jaminan tersebut terdapat beberapa azas jaminan dari hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan, antara lain :

1. Azas publiciteit, yaitu azas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertahanan Nasional Kabupaten/Kota, pendaftaran fidusia terdapat di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama yaitu syahbandar.


(33)

2. Azasspecialiteit, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan pada barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu.

3. Azas tak dapat dibagi-bagi, yaitu azas dapat dibaginya hutang yang tidak mengakibatkan dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan sebagai pembayaran.

4. Azas inbezittstelling, yaitu barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai.

5. Azas horizontal, yaitu bangunan dan tanah yang bukan merupakan satu kesatuan, dan dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain berdasarkan hak pakai.38

Sifat terbuka dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengandung azas kebebasan berkontrak, maksudnya ialah setiap orang bebas yang menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 Kitab

Undang-38 HS.Salim,Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,


(34)

Undang Hukum Perdata. Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu :

a. Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian. b. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian,

walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.

c. Unsur accidentalia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian.39

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754 yang berbunyi : pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.40

a. Objek Jaminan Fidusia

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, disebutkan bahwa benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah :

1) Benda bergerak, antara lain : benda berwujud maupun tidak berwujud dan benda terdaftar maupun yang tidak terdaftar.

39

R. Subekti,Aneka Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, 1985, hal.20


(35)

2) Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996.

Selanjutnya ketentuan mengenai objek jaminan fidusia antara lain terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, menyebutkan bahwa objek jaminan fidusia antara lain :

1) Benda tersebut harus dapat memiliki dan dialihkan secara hukum 2) Dapat atas benda berwujud

3) Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang 4) Benda bergerak

5) Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan 6) Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hipotek

7) Baik atas benda yang sudah ada maupun benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan suatu akta pembebanan fidusia tersendiri 8) Dapat atas satuan atau jenis berbeda

9) Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda 10) Hasil dari benda yang telah menjadi objek jaminan fidusia

11) Hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia 12) Benda persediaan (inventory, stockperdagangan)

Objek jaminan fidusia meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak tertentu, yang tidak bisa dijaminkan melalui lembaga jaminan hak tanggungan atau hipotek, tetapi kesemuanya dengan syarat bahwa objek lembaga jaminan fidusia berbeda dengan objek hak tanggungan dan hipotek sehingga tidak akan saling tumpang tindih.

Menurut Satrio bahwa syarat benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus bisa dimiliki dan dialihkan, berkaitan erat dengan hak-hak dari kreditur penerima fidusia, dalam hal debitur cidera janji atau wanprestasi. Bila jaminan tidak bisa dimiliki oleh orang lain atau dialihkan, maka ketentuan Pasal 15, Pasal 27, Pasal 29,


(36)

Pasal 31, Pasal 32 dan Pasal 34 Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak mempunyai arti apa-apa.41

Pemberian jaminan fidusia selalu berupa penyediaan bagian dari harta kekayaan si pemberi fidusia untuk pemenuhan kewajibannya, konsep harta kekayaan meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum. Pemberi fidusia telah melepaskan hak kepemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut.42Kekuasaan yang dimaksud bukanlah melepaskan kekuasaan benda ekonomis melainkan secara yuridis, artinya pemberi fidusia tetap memiliki hak ekonomis atas benda bergerak yang dijaminkannya itu, akan tetapi pemberi fidusia tersebut tidak dapat mengalihkan maupun mengagunkan benda bergerak yang dijaminkannya itu kepada pihak lain, sebelum kewajibannya tersebut terhadap kreditur penerima fidusia terpenuhi, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa benda jaminan masih dapat dipergunakan oleh si pemberi fidusia untuk melanjutkan usaha bisnisnya. Dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat, sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis.

b. Pendaftaran Jaminan Fidusia

Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran jaminan fidusia dan sebagai buktinya adalah diterbitkannya

41J.Satrio,Op.Cit, hal.180

42 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan,Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994,


(37)

jaminan fidusia.43 Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia adalah bersifat perorangan. Tahap proses perjanjian jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter tersendiri dengan segala akibat hukumnya. Perjanjian fidusia seperti halnya dengan perjanjian atau lembaga jaminan lainnya yaitu bersifataccesoir,maka perjanjian/hak fidusia hapus dapat disebabkan oleh hapusnya perikatan pokoknya, yaitu perjanjian kredit atau perjanjian hutang-piutang yang mendahuluinya. Selain itu jaminan fidusia juga hapus karena pelepasan hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, termasuk musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999.

Uraian tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa suatu perjanjian pembiayaan/kredit sangatlah membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum, baik bagi si kreditur maupun debitur. Bagi kreditur, salah satunya adalah adanya jaminan yang dapat dibuat dengan perjanjian jaminan fidusia, yang merupakan suatu perjanjian jaminan yang tunduk pada asas konsensualisme yang dianut oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Konsensualisme adalah perjanjian sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya kata sepakat mengenai apa yang telah diperjanjikan antara kreditur dan debitur. Kata


(38)

sepakat mengenai kredit antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit dinyatakan dengan cara menandatangani surat perjanjian pembiayaan.44

Penelitian ini berusaha untuk memahami jaminan fidusia secara yuridis, artinya memahami objek penelitian sebagai hukum yaitu sebagai kaidah hukum sebagai yang ditentukan dalam yurispudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum jaminan, sistem hukum benda dan perjanjian kredit bank.45

Penelitian lebih lanjut mengenai lembaga jaminan fidusia menjadi semakin penting. Dalam perjalanannya sebagai lembaga jaminan yang dibutuhkan masyarakat, dahulu eksistensi fidusia didasarkan kepada yurispudensi,46 dan sekarang jaminan fidusia sudah diatur dalam undang-undang tersendiri.47

c. Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

Akta Jaminan fidusia adalah akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.48

Walaupun tidak ada kata-kata “harus” atau “wajib” dalam redaksi Pasal 5 Undang-Undang Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris, akan tetapi dalam Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara

44Sutan Remy Sjahdeni,Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, PT. Grafindo, Jakarta, 1993, hal.182-183.

45Soerjono Soekanto,Teori Yang Murni Tentang Hukum, PT. Alumni, Bandung, 1985, hal.

96

46Yurispudensi di Belanda (Bierbrowerij Arrest), tanggal 25 Januari 1929 dan di Indonesia

dengan putusan Mahkamah Agung tanggal 18 Agustus 1932 dalam kasus Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) vs Pedro Clignett.

47 Jaminan Fidusia diatur dalam UU No.42 Tahun 1999. Sebelumnya Fidusia diatur secara

sporadis dalam UU No.16 Tahun1985 dan UU No.4 Tahun 1992.

48 http://www.mitra.net.id/hukum/isi konsultasi.php?id=36, diakses pada tanggal 22 Januari


(39)

Pendaftaran Fidusia dan biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia, ditentukan bahwa hanya terhadap jaminan fidusia yang dibuat dengan akta notaris saja yang diterima pendaftarannya oleh kantor pendaftaran fidusia, sehingga pembuatan jaminan fidusia dengan akta notaris ini harus di artikan sebagai suatu keharusan. Menurut Satrio bahwa dipilihnya bentuk akta notariil, biasanya dimaksudkan agar suatu tindakan yang membawa akibat hukum yang gegabah dan dari kekeliruan, karena seorang notaris, biasanya juga bertindak sebagai penasehat bagi kedua belah pihak, dan melalui nasehatnya diharapkan agar para pihak sadar akan akibat hukum yang bisa muncul dari tindakan-tindakan mereka, disamping itu adanya kewajiban notaris untuk membacakan isi akta yang bersangkutan, bisa juga berfungsi sebagai perlindungan akan tindakan gegabah.49

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut denganoperational definition.50Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.51 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Peranan

49J.Satrio,Op.Cit, hal.191

50 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 10.

51 Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara., Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002, hal 35


(40)

konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.52

Bentuk jaminan secara garis besar dikenal dua macam, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan, dan jaminan yang paling disukai bank adalah jaminan kebendaan.53Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif adalah Jaminan Fidusia, dimana sebagai lembaga jaminan atas benda bergerak, jaminan fidusia banyak dipergunakan oleh masyarakat bisnis.54

Beberapa serangkaian defenisi operasional dalam penulisan ini perlu dirumuskan antara lain sebagai berikut :

a. Jaminan adalah kemampuan debitur untuk melunasi hutangnya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap krediturnya.55

b. Fidusia adalah pengalihan hak kemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.56

52 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989,

hal.34

53Tan Kamelo,Op.Cit, hal 2 54Ibid.

55Rachmadi Usman,Hukum Jaminan Keperdataan, Cetakan II, Sinar Grafika, Jakarta, 2009,

hal. 66

56 Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999 (dalam pasal ini,

pembentuk undang-undang mengidentifikasi bangunan merupakan benda tidak bergerak sebagai objek fidusia)


(41)

c. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan bangunan/rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.57

d. Benda bergerak adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau karena ditentukan undang-undang.

e. Kreditur adalah pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang.58

f. Debitur adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang.59

g. Akta Perjanjian Kredit adalah akta otentik yang berisi perjanjian hak dan kewajiban debitur dan kreditur mengenai jumlah hutang beserta bunga, denda, dan biaya-biaya lain, dan sebagainya.

h. Akta Jaminan Fidusia adalah akta dibawah tangan dan akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan utangnya.60

57Ibid, Pasal 1 ayat 2

58Pasal 1 (8), Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999 59Ibid, Pasal 1 ayat 9


(42)

i. Pendaftaran Jaminan Fidusia adalah penyerahan dokumen awal berupa syarat-syarat pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh notaris yang telah dilegalisasi kepada kantor pendaftaran fidusia dalam bentuk form yang berisi keterangan objek jaminan fidusia tersebut.61

j. Eksekusi adalah upaya kreditur merealisasi hak secara paksa karena debitur tidak mau secara sukarela memenuhi kewajibannya. Dengan demikian eksekusi merupakan bagian dari proses penyelesaian sengketa hukum.62

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analitis, yaitu analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data dengan sseperangkat data yang lain. Bersifat deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis mengungkapkan karakteristik objek dengan cara menguraikan dan menafsirkan fakta-fakta tentang konvensi bahasa dan pokok persoalan yang diteliti.63

61

Irma Devita Purnamasari,Hukum Jaminan Perbankan, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2011, hal.88

62Mochammad Dja’is,Hukum Eksekusi Sebagai Wacana Baru Dibidang Hukum, Fakultas

Hukum Undip, 2000, hal.7

63 Metode Penelitian Hukum, www.universitaspendidikanIndonesiaonline.com, diakses


(43)

2. Pendekatan Penelitian

Permasalahan yang telah dirumuskan di atas akan dijawab atau dipecahkan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, yaitu dilakukan dengan cara meneliti di lapangan dengan cara wawancara dengan responden yang merupakan data primer dan meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan.64

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa faktor penghambat dan penyelesaiannya dalam eksekusi jaminan fidusia serta perlindungan hukum bagi kreditur sebagai pemberi kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kantor Wilayah I, Medan.

Penelitian yuridis empiris menitikberatkan pada penelitian lapangan yang menjelaskan situasi serta hukum yang berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh, sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dokumen-dokumen berbagai teori,65 yang semuanya berhubungan dengan judul tesis.

64 Ibrahim Joh11...ni, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media

Publishing, Malang, 2005, Hal. 336

65 Rony Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,


(44)

3. Sumber Data Penelitian

Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber kepustakaan.66 Data skunder yang dipakai adalah bahan hukum.

Berdasarkan kekuatan yang mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh data terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

a. Bahan hukum primer yaitu hukum yang mengikat dari sudut norma dasar peraturan dasar dan perundang-undangan,67yang berhubungan dengan perjanjian, jaminan kebendaan, jaminan fidusia.

Penulisan ini mengkaji ketentuan yang berasal dari perundang-undangan yang mengatur perlindungan hukum terhadap perlindungan kreditur dan jaminan fidusia :

1. Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

b. Bahan hukum sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.68 Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, yang terdiri atas :

66 Soejono dan H. Abdurahman,Op. Cit., Hal. 57

67Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, Hal. 55


(45)

1) Buku-buku literatur atau bacaan yang menjelaskan mengenai pengeksekusian jaminan fidusia dan perlindungan hukum terhadap kreditur

2) Pendapat ahli yang berkompeten dengan penelitian peneliti.

3) Tulisan dari para ahli yang berkaitan dengan hukum jaminan fidusia

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan tambahan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdapat dalam penelitian yaitu :69

1) Kamus Bahasa Indonesia 2) Kamus Ilmiah Populer 3) Surat Kabar

4) Hasil seminar hukum jaminan

5) Internet, makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan thesis ini adalah menggunakan :

1. Metode penelitian kepustakaan(library research).

Metode ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalaui literatur atau dari sumber bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan thesis ini untuk digunakan sebagai dasar ilmiah pembahasan materi. Metode Penelitian


(46)

Kepustakaan (library research) merupakan studi kepustakaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.70

2. Wawancara

Untuk melengkapi data yang diperoleh disamping data sekunder untuk menambah data dalam penelitian ini akan dipergunakan cara memperoleh data dari informan melalui wawancara71.

Wawancara berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai pendukung penelitian hukum empiris dalam eksekusi jaminan fidusia yang mengunjuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Balai Kota Medan untuk mencari fakta-fakta yang nyata pada perjanjian kredit terlebih dalam pengikatan jaminan fidusia dan penghambat eksekusi jaminan fidusia tersebut mengingat PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk merupakan salah satu Bank terbesar dan diminati debitur dalam melakukan perjanjian kredit, yaitu dengan melakukan wawancara dengan salah satu pegawai yaitu Bapak Basril selaku Regional Credit Recovery di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Balai Kota, Medan.

70Riduan,Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bina Cipta, Bandung, 2004, hal. 97 71Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal. 91


(47)

5. Analisis Data

Seluruh data hasil penelitian yang berupa data hasil studi dokumen (data sekunder), data hasil pengamatan dan wawancara dianalisis dengan metode kualitatif.72 Termasuk bahan hukum yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh dari lapangan dianalisa secara kualitatif dengan mempelajari seluruh data dari bahan hukum yang memberikan telaah yang mengkritik, mendukung, menambah atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan dibantu dengan teori yang dikuasai.73

Hasil pengumpulan data akan ditabulasi dan di sistematisasi. Kemudian menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum untuk permasalahan yang bersifat rasio/logika berfikir deduktif induktif.74

Selanjutnya bahan hukum yang telah ada akan dianalisis sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik pula,75 dan melihat ketentuan perlindungan hukum terhadap kreditur dan eksekusi atas objek jaminan fidusia yang dijaminkankan terhadap bank.

72Ibid.

73 Mukti Ali et al, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Fajar,

Yogyakarta, 2010, hal.183.

74Ibrahim Jhony,Op. Cit.hal. 393

75Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.


(48)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA BANK

A. Jaminan Fidusia

Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang semula berasal dari zaman Romawi. Di negeri asalnya tersebut, selain bentuk jaminan juga sebagai lembaga titipan.76 Fidusia adalah lembaga yang berasal dari sistem hukum perdata barat yang perkembangannya selalu dikaitkan dengan sistem civil law.77 Istilah civil law berasal dari kata Latin “jus civile”, yang diperlakukan kepada masyarakat Romawi. Selainjus civileterdapat pula hukum yang mengatur warga Romawi dengan orang asing yang dikenal dengan“jus gentium”.78Jus civilediartikan sebagai hukum sipil yaitu hukum yang dibuat oleh rakyat untuk kalangan warga sendiri (jus civile est quod sibi populus constituit), sedangkanjus gentiumartinya hukum bangsa-bangsa.79 Dalam proses perkembangannya, sistemcivil lawtidak saja dijumpai di benua Eropa melainkan berlaku secara luas di berbagai negara di luar Eropa antara lain Indonesia.80 Istilah “fidusia” ini berasal dari bahasa Latin, yang merupakan kata

76Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.150 77 Di Indonesia dalam pandangan tradisionil, potensi fidusia ini sudah cukup lama dikenal

dalam kehidupan masyarakat dengan sebutan”boreh”. Lihat R. Subekti, Suatu Tinjauan Tentang Sistem Hukum Jaminan Nasional, Kertas Kerja pada Seminar Hukum Jaminan tahun 1978, Binacipta, Bandung, 1981, hal.29

78 Ranuhandoko, Terminologi Hukum Inggris-Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996,

hal.364-365.

79Ibid.


(49)

benda, artinya kepercayaan terhadap seseorang atau sesuatu, pengharapan yang besar. Selain itu terdapat kata ”fido” merupakan kata kerja yang berarti mempercayai seseorang atau sesuatu.81 Dan Subekti mengatakan bahwa dalam fidusia terkandung kata”fides” berarti kepercayaan, dimana pihak yang berhutang percaya bahwa pihak yang berpiutang memiliki barangnya itu hanya untuk jaminan.82 “Fiduciair” adalah kepercayaan yang diberikan secara bertimbal balik oleh satu pihak kepada yang lain, bahwa apa yang keluar ditampakkan sebagai pemindahan milik, sebenarnya hanya suatu jaminan saja untuk suatu hutang.83Dapat diartikan, fidusia adalah suatu istilah yang berasal dari hukum Romawi, yang memiliki dua pengertian, yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sebagai kata benda, istilah fidusia memiliki arti seseorang yang diberi amanah untuk mengurus kepentingan pihak ketiga dengan itikad baik, penuh ketelitian, bersikap hati-hati dan berterus terang, dan sebagai kata sifat, istilah fidusia menunjukkan pengertian tentang hal yang berhubungan dengan kepercayaan(trust).84

Fidusia dikenal dua bentuk dalam hukum Romawi, yaitu fiducia cum creditore dan fiducia cum amico.85 Dari kata “cum creditore’ dapat diduga bahwa penyerahan bukan dimaksudkan untuk sungguh-sungguh merupakan peralihan pemilikan tetapi hanya sebagai jaminan saja.86 Dalam bentukfiducia cum creditore,

isi janji yang dibuat oleh debitur dengan krediturnya adalah bahwa debitur akan

81Mahadi,Hak Milik Dalam Hukum Perdata Nasional, Proyek BPHN, Medan, 1981, hal.100 82R. Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1982, hal.82

83 R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia,

PT. Alumni, Bandung, 1982, hal.76

84Tan Kamelo,Loc.Cit, hal.40 85J. Satrio,Loc.Cit,hal. 167 86Ibid.


(50)

mengalihkan kemilikan atas suatu benda kepada krediturnya sebagai jaminan untuk hutangnya dengan kesepakatan bahwa debitur tetap akan mengalihkan kembali pemilikan tersebut kepada debitur bilamana hutangnya sudah dibayar lunas.87 Sedangkanfiducia cum amico merupakan suatu lembaga titipan yang dikenal dalam hukum Romawi,88 yang merupakan hubungan yang tidak ditujukan untuk kepentingan jaminan hutang, dimana hubungan antara pemberi dan penerima adalah bersifat kepengurusan harta benda.

Tahun 1884 dikeluarkan undang-undang darurat Hindia Belanda yang mengatur lembaga jaminan baru, yang disebut dengan lembagaOogstverband(ikatan panen), yaitu satu jenis jaminan kebendaan yang diakui dalam hukum positif di Indonesia.89 Oogstverband adalah suatu hak kebendaan atas hasil-hasil pertanian yang belum dipetik atau sudah beserta perusahaan serta peralatan yang digunakan untuk pengolahan hasil pertanian itu, untuk jaminan agar dipenuhi perjanjian untuk menyerahkan produk-produk itu kepada pemberi uang untuk dijual dalam komisi dengan tujuan membayar uang-uang persekot, bunga-bunga, ongkos-ongkos dan uang provisi dari hasil penjualan.90 Persoalan yang timbul dalam hal ini adalah mengenai objek Oogstverband itu termasuk dalam benda bergerak atau benda tidak bergerak, dimana hal ini berkaitan dengan masalah lembaga jaminannya, sebab menurut

87 Fred B.G Tumbuan, Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Fidusia, Makalah dalam

Up-Grading & Refreshing Course Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta 1999 26-27 Nopember 1999, hal. 1

88Ibid.

89R. Subekti,Op.Cit, hal.30 90Ibid.


(51)

J.Satrio, hasil panen merupakan benda bergerak.91 Tetapi pendapat tersebut tidak memberikan alasan yang jelas mengenai hasil panen dikategorikan sebagai benda bergerak, karena hasil panen itu harus dibedakan antara hasil panen pertanian yang belum dipetik dan hasil panen pertanian yang sudah dipetik.92 Hasil panen pertanian yang sudah dipetik merupakan benda bergerak sedangkan hasil panen pertanian yang belum dipetik merupakan benda tidak bergerak, yang didasarkan pada Pasal 506 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.93

Kelemahan lain dari lembaga ini, menurut R. Subekti antara lain adalah tentang hapusnya Oogstverband, yaitu apabila hasil panen yang dijadikan jaminan musnah yang menyebabkan Oogstverband sebagai jaminan dalam lalu lintas kredit kehilangan fungsinya sehingga tidak digemari masyarakat.94 Kemudian lembaga fidusia diakui dengan putusan H.R tertanggal 25 Januari 1929 yang selanjutnya dikenal denganBierbrouwerij Arrestdan menjadi yurisprudensi fidusia pertama yang lahir di Belanda. Pengakuan fiduciaire eigendoms overdracht tersebut adalah mengikuti jejak praktik hukum di Jerman yang dibenarkan oleh yurisprudensi dengan nama “Sicherheits uberrignung”.95Kehadiran lembaga fidusia yang diakui H.R, ada 3 (tiga) hal yang dapat disimpulkan96:

91J.Satrio,Op.Cit,hal.168 92Tan Kamelo,Op.Cit, hal 50 93Ibid.

94R. Sutterheim,(disadur dari Tan Kamello),Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, PT.Alumni, Bandung, 2004, hal. 5

95Vollmar,Hukum Benda, (disadur : Chidir Ali), Tarsito, Bandung, 1980, hal.317 96Tan Kamelo,Op.Cit, hal 54-55


(52)

1. Perkembangan masyarakat di bidang perkreditan lebih cepat dibandingkan dengan pengaturan hukum jaminan.

2. Hukum jaminan dan masyarakat merupakan dua variabel yang saling berkaitan satu sama lain dan bersifat saling pengaruh mempengaruhi, dimana perubahan dalam masyarakat bakan selalu diikuti oleh perubahan hukum jaminan.

3. Adanya penemuan hukum oleh hakim. Hakim menemukan konstruksi baru dalam memecahkan problem hukum yang memperluas kaidah hukum dari jaminan gadai.

Setelah kemerdekaan, jaminan fidusia kembali mendapat pengakuan yurisprudensi dalam putusan Pengadilan Tinggi Surabaya tahun 1951 dengan menetapkan pembatalan perjanjian fidusia atas benda-benda tidak bergerak milik pihak ketiga.97

Menurut Soedarsono, dengan pengukuhan fidusia dalam Undang-Undang Rumah Susun, harapan masyarakat telah terpenuhi dan pengertian fidusia telah dibakukan.98Pengakuan fidusia tersebut juga diikuti dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Pemukiman dan Perumahan, yang menitikberatkan objek fidusia adalah rumah terlepas dari hak atas tanahnya, dimana pengaturan jaminan fidusia secara parsial dalam kedua undang-undang tersebut dirasakan kurang memadai dan belum sempurna untuk menjawab tantangan perkembangan hukum masyarakat

97Ibid,hal.56

98 Soedarsono, Tanggapan Terhadap A.P Parlindungan “Fiducia Sebagai Hak Jaminan”,


(53)

khususnya dalam lalu lintas perkreditan. Sehingga pada tahun 1999, persoalan jaminan fidusia dapat dituntaskan dengan mengundangkannya dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang-Undang-Undang Jaminan Fidusia (UUJF). Pengertian fidusia yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 yaitu : “Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa yang hak kepemilikannya dislihksn tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.”99

Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, pembentuk undang-undang tidak mencantumkan secara tegas asas-asas hukum jaminan fidusia yang menjadi fundamen dari pembentukan norma hukumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan teori dari asas hukum tersebut di atas, maka asas hukum jaminan fidusia dapat ditemukan dengan mencarinya dalam pasal-pasal Undang-Undang Jaminan Fidusia. Dan asas-asas itu adalah sebagai berikut :

1. Asas bahwa kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya. Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Di dalam pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 tahun 1999 dijelaskan pengertian tentang hak yang didahulukan terhadap kreditur-kreditur lainnya. Hak yang didahulukan adalah hak penerima fidusia untuk


(54)

mengambil pelunasan-pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia.100

2. Asas bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada. Asas ini disebut dengan “droit de suite atau zaaksgevolg”101, dimana hak jaminan fidusia dapat dipertahankan terhadap siapapun juga dan berhak untuk menuntut siapa saja yang mengganggu hak tersebut. Apabila terjadi peralihan benda jaminan fidusia, kreditur pemegang jaminan fidusia tidak dapat dilindungi berdasarkan asas droit de suite, yaitu pemegang jaminan fidusia berkedudukan sebagai kreditur konkuren bukan krediturpreferen. Pemberlakuan asasdroit de suitetidak berlaku terhadap semua objek jaminan fidusia, tetapi terdapat pengecualiannya yaitu tidak berlaku bagi objek jaminan fidusia berupa benda persediaan. Pembentuk Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak menjelaskan benda-benda apa saja yang termasuk dalam kategori benda persediaan, tetapi dijelaskan dengan memberikan contoh tentang benda-benda yang tidak merupakan benda persediaan, antara lain mesin produksi, mobil pribadi, atau rumah pribadi.102Pada prinsipnya, pemberi jaminan fidusia dilarang untuk mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain objek jaminan fidusia, tetapi terhadap benda persediaan, prinsip tersebut dikecualikan.103

100Tan Kamelo,Loc.Cit, hal.159 101Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit, hal.39

102Penjelasan Pasal 23 ayat (2), Undang-Undang Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999 103Pasal 23 ayat (2), Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999


(55)

3. Asas bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian yang lazim disebut asas asesoritas. Asas ini mengandung makna bahwa keberadaan jamian fidusia ditentukan oleh perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian principal. Perjanjian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang yang melahirkan hutang yang dijamin dengan jaminan fidusia. Dimana hapusnya jaminan fidusia juga ditentukan oleh hapusnya hutang atau karena pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh kreditur penerima jaminan fidusia.104

4. Asas bahwa jaminan fidusia dapat diletakkan atas hutang yang baru akan ada. Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia ditentukan bahwa objek jaminan fidusia dapat dibebankan kepada hutang yang telah ada dan yang akan ada.105 Asas ini adalah untuk menampung aspirasi hukum dari dunia bisnis perbankan, misalnya hutang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk kepentingan debitur dalam rangka pelaksanaan garansi bank.106

5. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada. Undang-Undang Jaminan Fidusia bukan saja menetapkan objek jaminan fidusia terhadap benda yang akan ada, bahkan memberikan aturan terhadap piutang yang akan ada juga dapat dibebani dengan jaminan fidusia.107

6. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap bangunan atau rumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain. Dalam ilmu hukum asas ini disebut

104Pasal 25, Undang-Undang Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999 105Pasal 7, Undang-Undang Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999

106Penjelasan Pasal 7 huruf b, Undang-Undang Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999 107Tan Kamelo,Loc.Cit, hal 162


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU – BUKU

Ali Achmad, Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung Agung, Jakarta, 2002

Ali Mukti, Dualisme Penelitian Hukum normatif dan Empiris, PT. Pustaka Fajar, Yogyakarta, 2010

Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manulang, Pengantar ke Filsafat Hukum, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2007

Ashshofa Burhan, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Badrulzaman Mariam Darus,Perjanjian Kredit Bank,Alumni, Bandung, 1978 ______________, Menuju Hukum Perikatan, Fakultas Hukum USU, Medan, 1986 ______________, Bab-Bab tentang Credietverband, Gadai dan Fidusia,Citra Aditya

Bhakti, Bandung, 1991

______________, Perjanjian Kredit Bank, Buku Cetakan ke III, PT. Citra Adityabakti, Bandung, 1991

______________, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Brahn MR. O. K,Fiduciare Overdracht, Stille Verpanding En Eigendomsvoorbehoud Naar Huidig En Komend Recht (Fidusia, Penggadaian Diam-Diam dan Retensi Milik Menurut Hukum Yang Sekarang Dan Yang Akan Datang), PT. Tatanusa, Jakarta, 1988

B.G Fred Tumbuan, Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Fidusia, Makalah dalam Up-Grading& Refreshing Course ikatan Notaris Indonesia, Jakarta 1999 26-27 Nopember 1999

Dja’is Mochammad, Hukum Eksekusi Sebagai Wacana Baru Dibidang Hukum, Fakultas Hukum, Undip, Semarang, 2000


(2)

______________, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005

Hadi Mudofir,Hukum Jaminan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1986

Harahap M.Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia, Jakarta, 1991

______________, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Gramedia, Jakarta, 2009

Johni Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing, Malang, 2005

Kamelo Tan, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara., Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002

__________, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, 2004

__________,Hukum Perjanjian Fidusia,PT. Alumni, Bandung, 2006

Kusmayadi M.Yonna Ayunani, Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Oleh Bank Selaku Kreditur Separatis Dalam Kepailitan, Tesis F.H Atma Jaya, Jakarta, 2009

Lubis M. Solly,Fisafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994

Mahadi,Hak Milik Dalam Hukum Perdata Nasional, Proyek BPHN, Medan, 1981 Marzuki Petter Mahmud,Penelitian Hukum, Praditya Paramitha, Jakarta, 2005 Mertokusumo Sudikno,Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Jogyakarta, 1989 Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,

1993

Muhammad Abdul Kadir, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994


(3)

Nasution Bismar,Mengkaji Ulang Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan sebagai Guru Besar, USU Medan, 17 april 2004, hal 4-5, dikutip dari Neil Mac Cormick, “Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol.15, 1981

Prayudi Guse,Hukum Pidana dan Jaminan, Tora Book, Yogyakarta, 2012 Purnamasari Irma Devita, Hukum Jaminan Perbankan, Kaifa, Bandung, 2011 Ranuhandoko,Terminologi Hukum Inggris-Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996 Riduan,Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bina Cipta, Bandung, 2004

Salindeho John, Sistem Jaminan Kredit Dalam Era Pembangunan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Satrio J,Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan. Buku II, PT Citra Adytia Bhakti, Bandung, 1998

Setiawan,Konsep-konsep Dasar serta Pengertian Kepailitan, Varia Peradilan Nomor 156, 1998

Sibarani Bachtiar,Aspek Hukum Jaminan Fidusia, Makalah Pada Seminar Sosialisasi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Jakarta, 2000

Singarimbun Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989

Situmorang Victor M. dan Cormentyna Sitanggang,Grosse Akta Dalam Pembuktian Dan Eksekusi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1999

Siregar Mustafa, Pengantar Beberapa Pengertian Hukum Perbankan, USU Press, Medan, 1991

Sjahdeni Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, PT. Grafindo, Jakarta, 1993


(4)

_______________,Beberapa Permasalahan Undang-Undang Hak Tanggungan Bagi Perbankan,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996

_______________,Hak Tanggungan: Azas-Azas, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah-Masalah Yang Dihadapi Perbankan, Alumni, Bandung, 1999

Soedarsono, Tanggapan Terhadap A.P Parlindungan Fiducia Sebagai Hak Jaminan, Sinar Harapan, 1986

Soekanto Soerjono,Teori Yang Murni Tentang Hukum, PT. Alumni, Bandung, 1985 ________________,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986

Soekanto Soerjono dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995

Soemitro Rony Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990

Sofwan Sri Soedewi Masjchoen,Himpunan Karya Tentang Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta, 1981

Subekti R,Pokok-Pokok Hukum Perdata,Intermasa, Jakarta, 1982

________, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1982

________,Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1985

_________,Hukum Acara Perdata,PT. Bina Cipta, Bandung, 1989

Subhan M. Hadi , Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma Dan Praktik Di Pengadilan, Kencana, Jakarta, 2008

Supramono Gatot,Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, 1995 Sutarno,Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank Alvabeta, Jakarta, 2005

Sumardjono Maria SW,Hak Tanggungan Dan Fidusia, Jurnal hukum Bisnis, Volume I, Yayasan pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1997


(5)

Tjokroamidjojo Bintoro, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, CV. Haji Mas Agung, Jakarta, 1998

Tumbuan B.G, Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Fidusia, Makalah dalam Up-Grading & Refreshing Course Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta 1999 Tunggal Hadi Setia,Jaminan Fidusia, Harvarindo, Jakarta, 2006

Usman Rachmadi, Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001

_________, Usman Rachmadi,Hukum Jaminan Keperdataan,Sinar Grafika, Jakarta, 2008

_________,Hukum Jaminan Keperdataan, Cetakan II, Sinar Grafika, Jakarta, 2009 Vollmar,Hukum Benda, (disadur :Chidir Ali), Tarsito, Bandung, 1980

Widyadharma Ignatius Ridwan, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1997

Widyono Try,Agunan Kredit, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009

Wiratha Made, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, Undip, Semarang, 2006

Wuisman J.J.J. M., Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting M. Hisman, UI Press Jakarta, 1996

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Undang-Undang Perbankan Tahun 1992

Undang-Undang Rumah Susun Nomor 16 Tahun 1985 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(6)

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.07.10 Tahun 2002

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

C. Internet

http://www.mitra.net.id/hukum/isi.konsultasi.php?id=36 www.tatacarapendaftaranfidusia.com

http://www.google.co.id.peranan

http://medianotaris.com/fidusia_on_line_dan_tanggung_jawab_notaris_berita237.htm l


Dokumen yang terkait

Kedudukan Benda Jaminan Yang Di Bebani Jaminan Fidusia Jika Terdapat Eksekusi Dalam Hal Debitur Pailit (Studi Bank CIMB Niaga Cabang Ir. H. Juanda Medan)

8 183 110

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

2 115 132

Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Pt Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Zainul Arifin Medan

1 37 97

Eksekusi Barang Jaminan Fidusia Yang Lahir Dari Perjanjian Kredit Bank

0 27 2

Analisis Putusan Hakim Tentang Jaminan Fidusia ( Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan )

10 112 117

Eksekusi Barang Jaminan Fidusia Yang Lahir Dari Perjanjian Kredit Bank (Studi Pada Bank-Bank Di Kota Medan)

0 16 152

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

2 73 113

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA BANK A. Jaminan Fidusia - Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

0 0 32

Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

1 1 13