Fenomena SŌSHOKUKEI DANSHI 「草食系男子」Dalam Serial Drama Otomen 「オトメン-乙男」.

(1)

序論

1980 年代に 日本 世界 経 支配 始 こ 期間 バ 経

知 い バ 経 社会生活に サ ー ン 姿 密接にあ

こ 時代 サ ー ン タ 一生懸命働い 日本 幹部 あ

暇 あ そ ビ 酒宴 あ 高級 ン

食 高級車 運転 ン 品 買う に 金 使い そ 町 外

夜旅 こ サ ー ン ー バ 経 に男性 あ こ

概念 表 こ に い 日本 サ ー ン 男性 さ 覇権的男

さ 知 い そ う 覇権的男 さ 攻撃性 強度 心

独立 い 指 い

1991 年 1 月に バ 経 いに台無 に バ 経 終

わ 後 サ ー ン男 さ 伝統的 考え方 拒絶 新世代 現

サ ー ン 男 さ タ いわ 世代草食系男子に変更さ

草食系男子 いう 最近 日本 生活 中 動的 男性 数

表 用語 あ 彼 女性 追い 自宅

そ 趣味 ョンにそ ネ ー そ 女々 い い

う 男性 タ ー そ ン さ ー 特徴

日本 に 草食系男子 今日 日本女性に好 い 男

入さ い ー こ 傾向 拾 一


(2)

本論

ン 日本男子 に日本 い男性 需要 反映

あ こ 要求に応答 こ 伝統的 日本 資質 男性

ン ャ ター 飛鳥 闘争 通 挑戦 再交 さ い

作成 日本男子に こ 誓 飛鳥 そ う 料理 裁

彼 女性 資質 隠

第1話 (00:20:28)

誰に 見 い い 絶対に隠 そう い い あ

日 誓 本当 自分 隠 時 誰 凛々

男 い 日本男 に

彼 こ 涼 いう転校生 好 時に そ 後飛鳥 身元 徐々に知

い こ 詳細 人 ンチ 関係 相互理解

構築 に 労 示 い 飛鳥 剣 能力に 彼

男性 う 見 飛鳥 女性 質 他人 助 こ あ

そ こ 飛鳥 魅力的 人間に い 理想的 男性 飛鳥

示 こ に ン 飛鳥 表さ 男 さ 代替形式

認識

こ に 草食系男子 同性愛者 女性 資質 い 示

こ ン に 要 セー 伝 さ べ

男 少 女 いに見え 場合 必 彼 いう意味


(3)

前世代 男 さ 概念 男 さ 反映 い 動作 外観に

制限さ こ に そ ンセ 涼 父さ 原則に反映さ

第2話 (00:08:26)

涼 : い 父 男 い人 一番こ わ

強 男 い人以外 男 認 い

こ に 特徴 男 さ 代替概念 高意識 示 こ

否定 い

第2話 (00:22:01)

銃多 :何悩 顔 飛鳥 ?わ あい あ 何 隠

? 本当 自分知 嫌わ 思 ?

飛鳥 : 何なん こ ?

銃多 :料理 裁 特異 そ ふあふあ ー

物い 甘い 大好 そ 乙女チ 思

飛鳥 こ に決き

飛鳥 : 前 う そ ?

銃多 :飛鳥 さあ 乙男

飛鳥 :乙男?

銃多 :そう 女 子に いいうわ い ン

うに 乙女チ そ 乙男!

飛鳥 :乙男 あ そ 男 恥 べ こ

銃多 :そう 俺 そう思わ い 草食系理想

男子 う

上記に書い あ 草食系男子 い い 女性 資質 持 い そ

理想的 男性 タ 見 さ い こ 伝え こ 理想的 男性

男 さ 強力 ャ ター 制約に 設定さ い いこ 表示


(4)

結論

ン 否定的 批判 草食系男子 守

手段 見 こ 草食系男子 理想的 男性 恋人 タ

いわ 社会的制約 自由 あ 人 女性 男性 自然 組 合わ

務 い 彼 い い 示 こ 男女 役割 破 試


(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….. ……….. i

Daftar Isi ……… v

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2. Pembatasan Masalah ……….…… 7

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4. Metode Penelitian ……….………… 7

1.5. Organisasi Penulisan ……….…… 9

BAB II SŌSHOKUKEI DANSHI 草 食 系 男 子 KONSEP BARU MASKULINITAS DI JEPANG ………. 11

2.1 Peran Gender Tradisional Jepang ………..11

2.2 Konsep Maskulinitas Jepang pada Era Baburu Keizai バ 経 .… 13 2.3 Sōshokukei Danshi – Konsep Baru Maskulinitas Jepang ………….……… 15

2.4 Sōshokukei Danshi – Gaya Hidup Metroseksualitas Jepang ……….……... 22

2.4.1 Metroseksual ………. 22

2.4.2 Sōshokukei Danshi dan Gaya Hidup Metroseksual ……….. 24

2.5 Sōshokukei Danshi– Hubungan Asmara dan Pernikahan ……… 28


(6)

BAB III MASKULINITAS SŌSHOKUKEI DANSHI 草 食 系 男 子 DALAM

SERIAL DRAMA OTOMEN オトメン-乙男 ………... 38

3.1 Representasi Sōshokukei Danshi Pada Serial Drama Otomen ………. 38

3.1.1 Representasi Sōshokukei Danshi pada Tokoh Masamune Asuka …... 38

3.1.2 Representasi Sōshokukei Danshi pada Tokoh Tonomine Hajime…... 50

3.1.3 Representasi Sōshokukei Danshi pada Tokoh Tachibana Juta ……… 55

3.1.4 Representasi Sōshokukei Danshi pada Tokoh Yamato Ariake ………61

3.1.5 Representasi Sōshokukei Danshi pada Tokoh Kurokawa Kitora …… 62

3.2 Nilai-nilai Seksualitas yang Terdapat pada Tokoh-tokoh dalam Serial Drama Otomen ………... 65

3.3 Maskulinitas Soshokukei Sebagai Konsep Peran Gender Baru yang Diakui Oleh Lingkungan Masyarakat yang Terdapat dalam Serial Drama Otomen ……….. 70

BAB IV KESIMPULAN ………... 79

SINOPSIS ……….. vii

DAFTAR PUSTAKA ……… xi


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vici Lucianti

Tempat tanggal lahir : Bandung, 16 Mei 1983 Nama Ayah : Ir. Joko Sutarjo

Nama Ibu : Dra. Linda Farida

Alamat : Jl. Batu Granit E-12 Gunung Batu Cimahi 40514

Pendidikan

 1988 – 1991 : SD Angkasa III, Bandung  1991 -1994 : SD YAKESWA, Bandung  1994 -1997 : SMP Negeri 15, Bandung  1997 – 2000 : SMU Negeri 15, Bandung

 2000 – 2002 : Universitas Pendidikan Indonesia, D3 Teknik Arsitektur Perumahan

 2002 : Tercatat sebagai mahasiswa Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perekonomian Jepang mulai menjadi sorotan dunia sejak tahun 1970an, dimana pertambahan nilai ekonominya mencapai 5% per tahun. Pada tahun 1980an, seiring dengan menguatnya indeks mata uang Yen, Jepang mulai mendominasi perekonomian dunia. Periode ini dikenal dengan istilah Baburu Keizai バブ 経済 atau “bubble economy”– gelembung ekonomi. 1

Baburu Keizai merujuk pada periode pertumbuhan perekonomian Jepang di awal Tahun 1980-an. Pada tahun 1986, gelembung ini kian bertambah besar ketika komoditi ekspor Jepang mencapai puncak dan menyebar hampir keseluruh dunia. Baburu Keizai berawal pada bulan desember 1986 hingga 1991, dan berlangsung selama 51 bulan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya gelombang ekspor kendaraan bermotor dan elektronik bermodal kecil ke hampir penjuru seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan Jepang membangun pabrik dengan jumlah yang bertubi-tubi, membeli banyak perusahaan dan properti, dan berinvestasi dalam berbagai macam jenis proyek pembangunan. Hal ini

berpengaruh pada gaya hidup para pebisnis Jepang yang memiliki “gudang uang”.

Mereka dapat menghambur-hamburkan uang rata-rata sebesar $30,000 dalam semalam dan $300,000 untuk pesta di setiap minggunya. Orang-orang terbang dengan pesawat dari Tokyo ke Sapporo hanya untuk membeli semangkuk ramen dan mengeluarkan ¥10,000 hanya untuk ongkos taksi. Para pegawai baru membeli setelan Armani saat menerima gaji


(9)

pertama mereka, dan para pria membelikan kalung Tiffany untuk wanita yang baru saja

ditemuinya, hanya karena mereka “terlalu banyak uang”.2

Kehidupan sosial pada era Baburu Keizai tidak lepas dari figur Sararīman

ーマン . Sararīman merupakan kata serapan dari bahasa Inggris Salaryman - orang

bergaji, yang merujuk kepada seseorang yang memiliki pendapatan atau gaji, khususnya mereka yang bekerja untuk perusahaan. Segera setelah Perang Dunia II, menjadi seorang

Sararīman dipandang sebagai pintu gerbang ke gaya hidup kelas menengah yang stabil.

Istilah Sararīman secara eksklusif merujuk kepada pria, sedangkan bagi wanita digunakan istilah career woman.

Citra sosial Sararīman mungkin berbeda-beda sesuai dengan periode waktu dan situasi ekonomi yang ada di Jepang. Stereotype Sararīman pada era ini adalah seorang eksekutif Jepang yang bekerja keras. Fokus utamanya adalah perusahaan yang akan menjaminnya seumur hidup. Bila tidak sedang bekerja, maka kepentingan mereka adalah golf, jam tangan bermerek, mobil mewah, dan menghabiskan malam di luar kota. Sebutan lain bagi Sararīman adalah oji-san yang secara harfiah berarti paman, namun sebutan tesebut menyiratkan seseorang yang ketinggalan jaman, dan berbau tubuh tidak sedap.

Pada bulan Januari 1991 Baburu Keizai akhirnya mengalami keruntuhan. Nilai properti menurun dan pertumbuhan ekonomi Jepang yang tinggi tiba-tiba menyusut dan hampir mati. Banyak orang-orang kaya di Jepang kehilangan uang dalam jumlah yang sangat besar dalam sekejap. Seorang pengusaha real estate bernama Kichiosuke Sasaki dikenal sebagai pengusaha terkaya yang tiba-tiba menjadi pengusaha termiskin. Para

Sararīman pun tak luput terkena dampaknya. Sararīman dalam periode pasca-Baburu

2


(10)

Keizai adalah seorang pekerja yang meringkuk dalam ketakutan akan pemotongan gaji atau pengurangan karyawan. Beberapa dari mereka kehilangan pekerjaan dan terpaksa bekerja di mini market, dan bahkan ada yang menjadi supir taksi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.

Merosotnya perekonomian ini berdampak pada banyak hal terutama dalam kehidupan sosial di Jepang. Sejumlah dampaknya terlihat pada kaum muda yang hidup di kala periode meletusnya gelembung ini, mereka yang bagaimana bertahan hidup tahun demi tahun dalam situasi ekonomi yang seolah meninggalkan mereka tanpa harapan.3 Generasi yang lebih muda kini tumbuh besar tanpa mengetahui bagaimana hidup dalam keadaan ekonomi yang baik. Hal ini yang kemudian membuat mereka menolak budaya

Sararīman yang sebelumnya dianggap macho. Generasi sebelum mereka, yang kini

kira-kira berusia di atas 35 tahun, memiliki masa kejayaannya selama Baburu Keizai di tahun 1980-an, ketika uang berlebih, pekerjaan mudah di dapat, dan orang-orang seolah tidak harus khawatir dengan masa depan mereka. Berbanding terbalik dengan generasi muda kini yang harus menjalani hidup dalam situasi yang sebaliknya.

Selama bertahun-tahun, kebudayaan laki-laki Jepang didefinisikan dengan menghabiskan waktu berjam-jam di kantor, dan pergi untuk minum-minum selepas bekerja dengan rekan kerja hingga larut malam. Bagi sebagian orang aktifitas tersebut kini memang masih berlangsung, namun akhir-akhir ini terdapat sekelompok masyarakat yang membuat sebuah terobosan baru dengan menolak promosi pekerjaan hanya untuk ditukar dengan waktu yang lebih pribadi. Berikut ini adalah sebuah artikel yang menggambarkan kondisi generasi muda Jepang saat ini yang dimuat di sebuah jurnal,


(11)

A recent survey by the Research institute of Industry and Regional Economy, which is under the umbrella of the influential business daily Nikkei, found that over 60 per cent of Japanese below 30 years of age spent most of their dates at shopping centres and outlet malls, or in the homes of their boyfriend or girlfriend.

Many of these young men and women also go on dates wearing just the sort of clothes they would wear every day – stuff likely to have been purchased at one of the country’s ubiquitous low-cost casual outfitters.

For them, going on a special dinner date or a long drive into the countryside in a flashy automobile is also no longer considered the cool thing to do. These young Japanese would rather just have a simple meal at home, one cooked in the microwave, and watch rented DVDs together.

…Other surveys have found that fewer young Japanese these days crave to have their own cars, a fact that spells trouble for Japanese carmakers.

…If the dating behaviour of young Japanese is not much different that that of married couples, singles are likely to see little merit or attraction in taking that final plunge. A decrease in marriages simply means that fewer babies will be born in Japan. 4

Sebuah survey yang dilakukan oleh Research institute of Industry and Regional Economy, yang berada di bawah naungan influential business daily Nikkei baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari 60 persen orang Jepang berusia di bawah 30 tahun banyak menghabiskan waktu kencan mereka di shopping centre dan outlet mall, atau di rumah kekasih mereka.

Banyak dari kaum muda ini pergi kencan hanya dengan mengenakan pakaian sehari-hari mereka, seperti pakaian santai yang dapat mereka peroleh di mana-mana dengan harga murah.

Bagi mereka, pergi kencan untuk special dinner atau berkendara ke pinggiran kota dengan mobil mewah bukan lagi merupakan hal yang keren untuk dilakukan. Kaum muda ini lebih memilih menyantap makanan sederhana di rumah, sesuatu yang bisa dimasak di microwave, dan menonton DVD sewaan bersama.

…Sebuah survey lain menemukan bahwa kini lebih sedikit kaum muda Jepang yang berambisi memiliki mobil pribadi, sebuah fakta yang akan menjadi masalah bagi perusahaan pembuat mobil di Jepang

jika perilaku kencan kaum muda Jepang tidak jauh berbeda dengan pasangan menikah, para lajang sepertinya tidak akan melangkah lebih jauh lagi untuk mengambil tindakan akhir.

Penurunan jumlah pernikahan ini kurang lebih berarti akan sedikit pula jumlah kelahiran di Jepang.

Berakhirnya Baburu Keizai memberi dampak psikologi terhadap generasi muda di Jepang. Generasi ini yang kemudian menolak konsep maskulinitas tradisional Sararīman


(12)

pada era Baburu Keizai. Setiap kelompok masyarakat memiliki terminologi sendiri bagi generasi muda yang dianggap sebagai generasi yang unik dan tidak terduga, biasanya media dengan cepat memberikan label yang mudah diingat oleh masyarakat. Satu kelompok kaum muda yang banyak dibicarakan di Jepang akhir-akhir ini adalah

Sōshokukei-danshi 草 食 系 男 子 atau “pria herbivora”5, sebuah istilah yang

mendeskripsikan banyaknya pria di Jepang kini yang semakin kurang ambisius dan pasif dalam kehidupan, mereka bahagia hanya dengan bersantai di rumah daripada mengejar para wanita, mengalihkan energi mereka pada hobi-hobi dan fashion. Jauh berbeda dengan tipikal pria pada generasi sebelumnya, tipikal Sōshokukei-danshi memiliki kecenderungan

 Tidak agresif terhadap wanita, cinta, dan seks

 Ramah, baik hati, dan kooperatif, tetapi tidak tertarik pada hubungan asmara  Senang beraktifitas bersama wanita, shopping sampai traveling, tetapi tidak

mengembangkan hubungan yang romantis

 Tidak berkeberatan untuk tidur bersama wanita, tetapi tidak dengan aktif menjalin hubungan secara seksual

 Memilih cocktail daripada bir

 Memilih tinggal di rumah daripada pergi berjalan-jalan keluar rumah  Sadar akan penampilan dan fashion

 Ramah lingkungan

 Makan dan minum dalam porsi yang kecil, berbobot tubuh kecil

5

Herbivora atau maundalam zoologi adalah hewan yang hanya makan tumbuhan dan tidak memakan daging


(13)

Istilah Sōshokukei-danshi 草 食 系 男 子 saling berhadap-hadapan dengan istilah Nikushokukei-joshi 肉 食 系 女 子 , trend sosial terkini mengenai “wanita

karnivora” yang lebih proaktif dalam kehidupan dan juga karirnya. Wanita-wanita ini berani mengutarakan perasaannya terhadap seorang pria dari pada menunggu pria-pria tersebut bertindak lebih dulu, dan secara aktif mengejar kisah cinta yang romantis bagi diri mereka sendiri.6 Istilah ini pertama kali dicetuskan pada tahun 2006 oleh seorang kolumnis bernama Fukasawa, dalam sebuah seri artikel tentang marketing products bagi pria berusia di bawah 35 tahun, untuk mendeskripsikan pria muda Jepang di masa kini. Media melaporkan bahwa 40-60% pria di Jepang termasuk dalam kategori Sōshokukei

草食系 .7

Media di Jepang memperkenalkan Sōshokukei-danshi sebagai tipe pria yang disukai oleh wanita Jepang. Hal ini menginspirasikan banyaknya produksi drama televisi Jepang yang menggunakan tema Sōshokukei-danshi untuk mendapatkan perhatian dari pemirsa wanitanya. Salah satu drama yang mengangkat trend ini sebagai tema adalah drama seri berjudul Otomen 乙男 . 乙男 merupakan sebuah kata yang berasal dari dua kanji yaitu kanji 乙 おつ yang berarti asing atau ganjil, dan kanji 男 おと こ yang berarti laki-laki. Umumnya kanji乙 おつ biasa digabungkan dengan kanji 女 おんあ , menjadi 乙女 おとめ yang berarti anak gadis atau perawan. Dalam serial drama ini kata 乙女 おとめ diplesetkan menjadi オトメン. Kata メン sendiri

diambil dari bahasa inggris “Men” yang berarti laki-laki. Maka Otomen merupakan bentuk kata plesetan dari laki-laki yang keperempuan-perempuanan atau pria Girly. Pria

6

Jan Bradsley & Laura Miller, Manner and Mischief: Gender, Power, and Etiquette in Japan, hal.133 7 Invasion of herbivorous ladylike men,


(14)

girly yaitu pria yang menyukai segala sesuatu yang girly, lucu, manis, dan terampil melakukan aktifitas yang identik dengan aktifitas wanita seperti kerajinan tangan, memasak, merajut pakaian, menjahit, dan sebagainya.

Tokoh utama dalam serial ini adalah Masamune Asuka, seorang siswa sekolah menengah atas yang tampan. Ia memimpin Kejuaraan Kendo Nasional, pandai dalam pelajaran sekolah, bertingkah laku sangat baik, dan sangat populer di antara rekan-rekan wanitanya, sekaligus dihormati oleh rekan-rekan prianya di sekolah. Di mata semua orang, Asuka adalah representasi dari pria Jepang jantan yang sempurna. Namun dibalik semua itu, sebenarnya Asuka adalah seorang Otomen.

Cerita dalam serial drama Otomen merepresentasikan fenomena Sōshokukei -danshi yang sedang banyak diperbincangkan di Jepang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh mengenai Sōshokukei-danshi yang terdapat pada serial drama tersebut lebih mendalam lagi.

1.2 PEMBATASAN MASALAH

Penulis akan membahas fenomena Sōshokukei danshi yang terdapat dalam salah satu serial drama terpopuler di Jepang yang berjudul Otomen 乙男 .

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gagasan baru mengenai konsep maskulinitas yang ditampilkan oleh para Sōshokukei-danshi melalui media penelitian serial drama Otomen 乙男 .


(15)

1.4 METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik.

Deskriptif analitik terdiri dari dua istilah, yaitu deskriptif dan analitik. Deskriptif ialah pemaparan atau penggambaran, sedangkan analitik berarti menganalisa suatu hal dengan tujuan mengetahui penyebabnya.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia8, deskriptif adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci serta menguraikannya untuk mencapai tujuan.

Penelitian deskriptif merupakan proposisi yang menyatakan keberadaan, besar, bentuk, atau disertai suatu variabel. Jika penelitiannya mencari tahu tentang siapa, apa, dimana, bilamana, atau berapa banyak, maka studi ini tergolong deskriptif9.

Dalam penelitian deskriptif, data diambil dari setiap naskah yang sesuai dengan ciri-ciri data secara alami dari setiap naskah. Dengan penelitian deskriptif, peneliti dapat memeriksa ciri-ciri, sifat-sifat, serta gambaran data melalui pemilahan data10.

Menurut Winarno Surakhmad, metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat dan sistematis tentang fenomena yang diteliti, lalu dianalisis dan diinterpretasikan.11

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hal.201

9 Donald R. Cooper & C. William Emory, 1995, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, PT. Erlangga Utama, hal.42 & 124

10

DR. T. Fatimah Djadjasudarma, 1993, Metode Linguistik, Bandung, PT.Eresco, hal.17

11 Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Penyelidikan Ilmiah: Dasar dan Metode, Bandung, Badan Penerbitan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, hal. 140


(16)

Penelitian deskriptif berarti data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Data-data pada umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman dokumen, memoranda, atau catatan resmi lainnya12.

Jadi penelitian deskriptif analitik ialah suatu metode yang memaparkan segala sesuatunya yang bersifat apa adanya dan terfokus pada sebuah struktur fenomena, menguraikan inti dari struktur tersebut dan menghasilkan sebuah jawaban dari yang tak terlihat menjadi terlihat, kemudian dianalisis13

1.5 ORGANISASI PENULISAN

Untuk mendapatkan karya tulis yang sistematis, penulis membagi penelitian ini dalam 4 bab, dimana setiap babnya terdiri atas beberapa subbab.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan subbab-subbab yaitu latar belakang masalah yang memaparkan tentang latar belakang mengapa penulis membahas

Sōshokukei-danshi 草 食 系 男 子 . Pembatasan masalah, yang membatasi ruang

lingkup bahasan yang hanya membahas fenomena Sōshokukei-danshi melalui media serial drama Otomen 乙 男 , tujuan penelitian, yaitu, menjelaskan tujuan dari pembuatan penelitian ini, metode penelitian yang memaparkan tentang metode apa yang penulis pakai dalam menganalisis penelitian ini, dan organisasi penulisan yang menjelaskan apa saja yang akan ditulis di dalam penelitian ini. Bab II merupakan landasan teori yang membahas mengenai Konsep Maskulinitas Jepang dan Sōshokukei -danshi. Bab III merupakan analisis fenomena Sōshokukei-danshi sebagai konsep

12

Prof. Drs. M. Atar Semi, 1990, Metode Penelitian,. Jakarta, Balai Pustaka, hal.63 13

Susann M. Laverty, Ph.D, 2003. Hermeneutic Phenomenology: A Comparison of Historical and Methodological Considerations Journal.


(17)

maskulinitas terbaru dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang modern. Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu akan dilampirkan pula daftar pustaka dan riwayat penulis.


(18)

BAB IV KESIMPULAN

Kemunculan Sōshokukei-danshi merupakan sinyal perubahan yang cukup signifikan di negara Jepang yang telah lama bercokol dalam konflik antara ideologi tradisional dan peran gender modern. Kini telah banyak kaum wanita di Jepang yang bekarir untuk mengubah fungsi dan peran mereka sebelumnya. Wanita-wanita Jepang kini mampu berpartisipasi dengan baik di lingkungan pribadi maupun masyarakat. Mereka memperluas kemungkinan dan peluang yang tersedia bagi mereka. Sebaliknya, sebagian besar kaum pria di Jepang masih terkendala dengan gaya hidup yang sebelumnya dipamerkan oleh Sararīman. Oleh karena itu, meningkatnya golongan kaum pria muda Jepang yang juga ingin dapat memiliki pilihan gaya hidup seperti yang terdapat pada sebagian besar wanita di Jepang kini tidak lagi dianggap mengherankan

Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa Sōshokukei-danshi merupakan tawaran kebebasan bagi kaum pria di Jepang dari penindasan peran yang ditetapkan kepada mereka sebagai pria. Satu-satunya cara memperoleh kebebasan ini adalah dengan berperilaku yang bertentangan dengan konsep ideal maskulinitas hegemonik yang sebelumnya diwakili oleh Sararīman, oleh karenanya perilaku-perilaku tersebut sering disalah artikan sebagai "feminin". Feminitas yang ditampilkan oleh para Sōshokukei-danshi ini dianggap terjadi karena mereka tidak lagi mengikat diri kepada nilai-nilai maskulinitas tradisional yang sudah ditetapkan. Tetapi, jenis feminitas yang disajikan para Sōshokukei-danshi tersebut sangat mendukung gaya hidup yang sehat baik


(19)

secara fisik maupun mental, yang secara pribadi tidak harus dibatasi pada satu jenis gender saja.

Kemunculan Sōshokukei-danshi pada awalnya mungkin saja kurang diterima dengan baik oleh banyak media, namun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ada beberapa media lain yang menyatakan bahwa kini keberadaan Sōshokukei-danshi sudah semakin diterima di dalam masyarakat Jepang modern. Melalui serial drama Otomen, Sōshokukei-danshi ditampilkan sebagai pria “normal”, yang diwujudkan dalam karakter Asuka dan rekan-rekannya. Karakter dalam serial drama ini dapat melepaskan diri dari label “feminin”, bahkan diterima sebagai bentuk lain dari konsep maskulinitas di Jepang.

Dengan mempertimbangkan bahwa serial drama ini ditayangkan di Jepang pada saat yang hampir bersamaan dengan waktu ketika media-media di Jepang, bahkan di dunia mulai menangkap fenomena Sōshokukei-danshi, Otomen dapat dilihat sebagai sarana untuk membela para Sōshokukei-danshi dari kecaman negatif oleh media massa. Sōshokukei-danshi malah disajikan sebagai tipe pria dan kekasih ideal yang menggabungkan sifat feminin dan maskulin untuk menjadi manusia yang bebas dari pembatasan sosial. Idealisasi dalam serial drama ini akhirnya dapat dicapai dengan menyelaraskan perasaan romantis Asuka terhadap Ryo, karena masalah yang melekat pada pribadi para Sōshokukei-danshi notabene kurang memiliki keinginan untuk mengejar cinta dalam hubungan asmara. Jika seandainya sepanjang episode serial drama ini Asuka tidak digambarkan memiliki minat terhadap Ryo, akan timbul banyak keraguan terhadap preferensi seksual Asuka, dan tentu saja Asuka tidak dapat menunjukkan manfaat dan daya tarik dari kualitas-kualitas femininnya. Karena perasaan cinta Asuka


(20)

terhadap Ryo, maka Asuka mampu menjadi karakter yang dikagumi meskipun ia adalah seorang Sōshokukei-danshi.

Perubahan yang ditonjolkan oleh Sōshokukei-danshi dalam serial ini bukanlah merupakan keinginan untuk sepenuhnya membentuk setiap orang agar mengikuti gagasan baru tersebut, tetapi lebih kepada ingin memberikan pilihan kepada kaum pria di Jepang tentang bagaimana mereka mendefinisikan diri mereka sebagai pria. Sama seperti pada wanita Jepang modern yang mampu mengidentifikasi diri mereka di luar konteks peran sebagai seorang istri atau seorang ibu, yang mana telah ditetapkan kepada mereka selama berabad-abad lamanya, para Sōshokukei-danshi juga ingin dapat keluar dari peran mereka sebagai ayah atau seorang suami. Apa yang mereka tunjukkan bukanlah sebuah upaya pemecahan peran gender, tetapi untuk menciptakan sebuah pilihan bagi setiap individu.

Saat ini masih ada beberapa media yang sudah mulai menyerah dalam merepresentasikan kualitas-kualitas baik dari sekelompok pria Sōshoku ini, kebanyakan masing-masing lebih menampilkan bagaimana reaksi masyarakat terhadap fenomena Sōshokukei-danshi tersebut. Berbagai media menyajikan beragam citra, sehingga akan timbul konsepsi masyarakat terhadap bagaimana cara memahami Sōshokukei-danshi. Namun, melalui analisis terhadap serial drama Otomen, penulis menangkap reaksi panik media di awal kemunculan kelompok pria Sōshoku ini secara bertahap mulai mereda, dan akhirnya digantikan dengan pola pikir yang sedikit lebih positif. Bukan hanya berfokus pada kekurangan minat mereka terhadap seks dan hubungan asmara, fokus media kini lebih kepada hal apa saja yang dapat para Sōshokukei-danshi lakukan untuk mengimprovisasi gaya hidup kaum pria muda di Jepang. Tidak hanya sekedar


(21)

berintegrasi ke dalam masyarakat, kini Sōshokukei-danshi dianggap sebagai salah satu jenis maskulinitas yang ideal.

Generasi Sōshokukei-danshi tumbuh di kalangan pria Jepang yang berusia antara akhir dua puluhan hingga awal tiga puluhan tahun. Menarik sekali untuk dilihat bagaimana mereka beradaptasi dengan satu set pengharapan yang berbeda yang sebelumnya telah ditanamkan kepada mereka. Generasi berikutnya yang akan berkembang di bawah generasi Sōshokukei-danshi akan tumbuh dengan informasi tentang berbagai jenis maskulinitas Bagaimana nantinya mereka bereaksi terhadap konsep maskulinitas yang ditampilkan oleh pendahulunya, mungkin akan mengindikasikan Sōshokukei-danshi sebagai ideologi gender yang dominan. Akan menarik juga untuk dilihat apakah di tahun-tahun mendatang fenomena shokukei-danshi meninggalkan kesan mendalam pada masyarakat, atau akan memudar seperti pada begitu banyak fenomena sensasional lain yang sering disorot oleh media massa.

Jika kemunculan Sōshokukei-danshi dapat dipahami sebagai konteks di luar "kejanggalan" atau "keunikan” Jepang, maka besar kemungkinan gagasan-gagasan yang mereka wakili dapat diadaptasi oleh negara-negara lain, di mana konsep maskulinitas mereka juga masih dibatasi oleh hegemonitas yang kaku seperti pada citra Sararīman, sehingga Sōshokukei-danshi di Jepang tidak hanya merupakan indikasi perubahan dalam satu negara, tetapi juga pada skala universal.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Jan Bradsley & Laura Miller, Manner and Mischief: Gender, Power, and Etiquette in Japan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka

Donald R. Cooper & C. William Emory, 1995, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, PT. Erlangga Utama

DR. T. Fatimah Djadjasudarma, 1993, Metode Linguistik, Bandung, PT.Eresco

Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Penyelidikan Ilmiah: Dasar dan Metode, Bandung, Badan Penerbitan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Moh. Nazir, Ph.D, 1983, Metode Penelitian, Jakarta, Balai Pustaka

Prof. Drs. M. Atar Semi, 1990, Metode Penelitian,. Jakarta, Balai Pustaka, PA George, Japanese Studies Changing Global Profile

Michael Flood, International encyclopedia of men and masculinities

Susann M. Laverty, Ph.D, 2003. Hermeneutic Phenomenology: A Comparison of Historical and Methodological Considerations Journal

几本和郎, 人生 仕事を豊かにする知恵, 京都 流儀

茂木健一郎, 脳 0.1 恋をする: 赤い糸 学

工藤代子, 余韻 ある生き方

本多信一, 自宅 始める自営業ガイド:自分 人生を歩くために

Economy of Japan, http://en.m.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Japan

Blurring the Boundaries As the future facing Japan's young people changes fast, so too are traditional gender identities, http://search.japantimes.co.jp/cgibin/fl20090510x1.html Lessons from when the bubble burst,


(23)

Are You a Grass Eating Male?, http://blogs.straitstimes.com/2009/4/24/are-you-a-grass-eating-male

Invasion of herbivorous ladylike men,

http://www.chirashi.wendytokunaga.com/2009/05/invasion-of-herbivorous-ladylike.html Masculinity, http://en.wikipedia.org/wiki/Masculinity

Feminity, http://en.wikipedia.org/wiki/Femininity

Where Did All the Manly Go?, http://moesucks.com/2009/06/28/where-did-all-the-manly-men-go/

The Rise of Herbivore in Japan, http://www.anxietyindex.com/2009/05/the-rise-of-herbivore-man-in-japan/

67% of Japanese men stand while urinating: survey, 33% of Japanese men sit while urinating: survey, http://vleeptronz.blogspot.com/2009/09/67-of-japanese-men-stand-while.html

Japan Generation XX, http://www.independent.co.uk/news/world/asia/japans-generation-xx-1704155.html

Japans Herbivore Men- Young American,

http://www.fundmymutualfund.com/2009/07/japans-herbivore-men-young-american.html

http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/asia/article6898611.ece http://www.japanrealtime.com


(1)

BAB IV KESIMPULAN

Kemunculan Sōshokukei-danshi merupakan sinyal perubahan yang cukup signifikan di negara Jepang yang telah lama bercokol dalam konflik antara ideologi tradisional dan peran gender modern. Kini telah banyak kaum wanita di Jepang yang bekarir untuk mengubah fungsi dan peran mereka sebelumnya. Wanita-wanita Jepang kini mampu berpartisipasi dengan baik di lingkungan pribadi maupun masyarakat. Mereka memperluas kemungkinan dan peluang yang tersedia bagi mereka. Sebaliknya, sebagian besar kaum pria di Jepang masih terkendala dengan gaya hidup yang sebelumnya dipamerkan oleh Sararīman. Oleh karena itu, meningkatnya golongan kaum pria muda Jepang yang juga ingin dapat memiliki pilihan gaya hidup seperti yang terdapat pada sebagian besar wanita di Jepang kini tidak lagi dianggap mengherankan

Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa Sōshokukei-danshi merupakan tawaran kebebasan bagi kaum pria di Jepang dari penindasan peran yang ditetapkan kepada mereka sebagai pria. Satu-satunya cara memperoleh kebebasan ini adalah dengan berperilaku yang bertentangan dengan konsep ideal maskulinitas hegemonik yang sebelumnya diwakili oleh Sararīman, oleh karenanya perilaku-perilaku tersebut sering disalah artikan sebagai "feminin". Feminitas yang ditampilkan oleh para Sōshokukei-danshi ini dianggap terjadi karena mereka tidak lagi mengikat diri kepada nilai-nilai maskulinitas tradisional yang sudah ditetapkan. Tetapi, jenis feminitas yang disajikan para Sōshokukei-danshi tersebut sangat mendukung gaya hidup yang sehat baik


(2)

secara fisik maupun mental, yang secara pribadi tidak harus dibatasi pada satu jenis gender saja.

Kemunculan Sōshokukei-danshi pada awalnya mungkin saja kurang diterima dengan baik oleh banyak media, namun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ada beberapa media lain yang menyatakan bahwa kini keberadaan Sōshokukei-danshi sudah semakin diterima di dalam masyarakat Jepang modern. Melalui serial drama Otomen, Sōshokukei-danshi ditampilkan sebagai pria “normal”, yang diwujudkan dalam karakter Asuka dan rekan-rekannya. Karakter dalam serial drama ini dapat melepaskan diri dari label “feminin”, bahkan diterima sebagai bentuk lain dari konsep maskulinitas di Jepang.

Dengan mempertimbangkan bahwa serial drama ini ditayangkan di Jepang pada saat yang hampir bersamaan dengan waktu ketika media-media di Jepang, bahkan di dunia mulai menangkap fenomena Sōshokukei-danshi, Otomen dapat dilihat sebagai sarana untuk membela para Sōshokukei-danshi dari kecaman negatif oleh media massa. Sōshokukei-danshi malah disajikan sebagai tipe pria dan kekasih ideal yang menggabungkan sifat feminin dan maskulin untuk menjadi manusia yang bebas dari pembatasan sosial. Idealisasi dalam serial drama ini akhirnya dapat dicapai dengan menyelaraskan perasaan romantis Asuka terhadap Ryo, karena masalah yang melekat pada pribadi para Sōshokukei-danshi notabene kurang memiliki keinginan untuk mengejar cinta dalam hubungan asmara. Jika seandainya sepanjang episode serial drama ini Asuka tidak digambarkan memiliki minat terhadap Ryo, akan timbul banyak keraguan terhadap preferensi seksual Asuka, dan tentu saja Asuka tidak dapat menunjukkan manfaat dan daya tarik dari kualitas-kualitas femininnya. Karena perasaan cinta Asuka


(3)

terhadap Ryo, maka Asuka mampu menjadi karakter yang dikagumi meskipun ia adalah seorang Sōshokukei-danshi.

Perubahan yang ditonjolkan oleh Sōshokukei-danshi dalam serial ini bukanlah merupakan keinginan untuk sepenuhnya membentuk setiap orang agar mengikuti gagasan baru tersebut, tetapi lebih kepada ingin memberikan pilihan kepada kaum pria di Jepang tentang bagaimana mereka mendefinisikan diri mereka sebagai pria. Sama seperti pada wanita Jepang modern yang mampu mengidentifikasi diri mereka di luar konteks peran sebagai seorang istri atau seorang ibu, yang mana telah ditetapkan kepada mereka selama berabad-abad lamanya, para Sōshokukei-danshi juga ingin dapat keluar dari peran mereka sebagai ayah atau seorang suami. Apa yang mereka tunjukkan bukanlah sebuah upaya pemecahan peran gender, tetapi untuk menciptakan sebuah pilihan bagi setiap individu.

Saat ini masih ada beberapa media yang sudah mulai menyerah dalam merepresentasikan kualitas-kualitas baik dari sekelompok pria Sōshoku ini, kebanyakan masing-masing lebih menampilkan bagaimana reaksi masyarakat terhadap fenomena Sōshokukei-danshi tersebut. Berbagai media menyajikan beragam citra, sehingga akan timbul konsepsi masyarakat terhadap bagaimana cara memahami Sōshokukei-danshi. Namun, melalui analisis terhadap serial drama Otomen, penulis menangkap reaksi panik media di awal kemunculan kelompok pria Sōshoku ini secara bertahap mulai mereda, dan akhirnya digantikan dengan pola pikir yang sedikit lebih positif. Bukan hanya berfokus pada kekurangan minat mereka terhadap seks dan hubungan asmara, fokus media kini lebih kepada hal apa saja yang dapat para Sōshokukei-danshi lakukan untuk mengimprovisasi gaya hidup kaum pria muda di Jepang. Tidak hanya sekedar


(4)

berintegrasi ke dalam masyarakat, kini Sōshokukei-danshi dianggap sebagai salah satu jenis maskulinitas yang ideal.

Generasi Sōshokukei-danshi tumbuh di kalangan pria Jepang yang berusia antara akhir dua puluhan hingga awal tiga puluhan tahun. Menarik sekali untuk dilihat bagaimana mereka beradaptasi dengan satu set pengharapan yang berbeda yang sebelumnya telah ditanamkan kepada mereka. Generasi berikutnya yang akan berkembang di bawah generasi Sōshokukei-danshi akan tumbuh dengan informasi tentang berbagai jenis maskulinitas Bagaimana nantinya mereka bereaksi terhadap konsep maskulinitas yang ditampilkan oleh pendahulunya, mungkin akan mengindikasikan Sōshokukei-danshi sebagai ideologi gender yang dominan. Akan menarik juga untuk dilihat apakah di tahun-tahun mendatang fenomena shokukei-danshi meninggalkan kesan mendalam pada masyarakat, atau akan memudar seperti pada begitu banyak fenomena sensasional lain yang sering disorot oleh media massa.

Jika kemunculan Sōshokukei-danshi dapat dipahami sebagai konteks di luar "kejanggalan" atau "keunikan” Jepang, maka besar kemungkinan gagasan-gagasan yang mereka wakili dapat diadaptasi oleh negara-negara lain, di mana konsep maskulinitas mereka juga masih dibatasi oleh hegemonitas yang kaku seperti pada citra Sararīman, sehingga Sōshokukei-danshi di Jepang tidak hanya merupakan indikasi perubahan dalam satu negara, tetapi juga pada skala universal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Jan Bradsley & Laura Miller, Manner and Mischief: Gender, Power, and Etiquette in Japan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka

Donald R. Cooper & C. William Emory, 1995, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, PT. Erlangga Utama

DR. T. Fatimah Djadjasudarma, 1993, Metode Linguistik, Bandung, PT.Eresco

Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Penyelidikan Ilmiah: Dasar dan Metode, Bandung, Badan Penerbitan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Moh. Nazir, Ph.D, 1983, Metode Penelitian, Jakarta, Balai Pustaka

Prof. Drs. M. Atar Semi, 1990, Metode Penelitian,. Jakarta, Balai Pustaka, PA George, Japanese Studies Changing Global Profile

Michael Flood, International encyclopedia of men and masculinities

Susann M. Laverty, Ph.D, 2003. Hermeneutic Phenomenology: A Comparison of Historical and Methodological Considerations Journal

几本和郎, 人生 仕事を豊かにする知恵, 京都 流儀

茂木健一郎, 脳 0.1 恋をする: 赤い糸 学

工藤代子, 余韻 ある生き方

本多信一, 自宅 始める自営業ガイド:自分 人生を歩くために

Economy of Japan, http://en.m.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Japan

Blurring the Boundaries As the future facing Japan's young people changes fast, so too are traditional gender identities, http://search.japantimes.co.jp/cgibin/fl20090510x1.html Lessons from when the bubble burst,


(6)

Are You a Grass Eating Male?, http://blogs.straitstimes.com/2009/4/24/are-you-a-grass-eating-male

Invasion of herbivorous ladylike men,

http://www.chirashi.wendytokunaga.com/2009/05/invasion-of-herbivorous-ladylike.html Masculinity, http://en.wikipedia.org/wiki/Masculinity

Feminity, http://en.wikipedia.org/wiki/Femininity

Where Did All the Manly Go?, http://moesucks.com/2009/06/28/where-did-all-the-manly-men-go/

The Rise of Herbivore in Japan, http://www.anxietyindex.com/2009/05/the-rise-of-herbivore-man-in-japan/

67% of Japanese men stand while urinating: survey,33% of Japanese men sit while urinating: survey, http://vleeptronz.blogspot.com/2009/09/67-of-japanese-men-stand-while.html

Japan Generation XX, http://www.independent.co.uk/news/world/asia/japans-generation-xx-1704155.html

Japans Herbivore Men- Young American,

http://www.fundmymutualfund.com/2009/07/japans-herbivore-men-young-american.html

http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/asia/article6898611.ece http://www.japanrealtime.com


Dokumen yang terkait

Perbandingan Struktur Manga Mezon Ikkoku (漫画めぞん刻)Dengan Anime Mezon Ikkoku(アニメめぞん一刻).

0 3 26

Analisis ~なければなりません Dalam Bahasa Jepang (Kajian Morfosintaksis dan Semantik).

0 6 42

é²è¿ ã€Šç‹‚äººæ—¥è®°ã€‹çš„å°å°¼æ–‡ç‰ˆçš„ç¿»è¯‘é—®é¢˜çš„åˆ†æž.

1 1 7

《当代中文----汉字本》的教学法.

0 1 8

Analisis Penggunaan 接続詞 それで, それに, それからDalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

0 2 69

Analisis Verba 習 なら う, 学 まな ぶ, 勉強 べんきょう する Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Semantik).

0 3 74

Analisis Kesinoniman Verba 理解する, 分かる dan 知る Dalam Kalimat Bahasa Jepang (kajian Semantik).

0 2 34

Peranan CHŌNAN(長男)Dalam Drama 'Hotman-2' (ホットマン-2) dan 'Brother Beat'(ブラザービート)(melalui Pendekatan Sosiologi Sastra).

0 0 58

Peranan Ninja Dalam Film Azumi dan Azumi 2 - 'Death Or Love' 『あずみ』と『あずみ2“Death or Loveâ€œã€ã®æ˜ ç”»ã®å¿è€ ã®å½¹å‰².

1 8 43

NILAI-NILAI MORAL DALAM CERPEN SHINYUU KARYA SATO KOYO ä½è—¤ç´ éŒ²ã«æ›¸ã‹ã‚ŒãŸçŸ­ç·¨å°èª¬ã€Œè¦ªå‹ã€ã«ã‚ã‚‹é“ç¾© - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 8