TANGGUNG JAWAB PT. PARADISE BALI TOUR AND TRAVEL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI KONSUMEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA KLAUSULA-KLAUSULA DALAM PENAWARAN.

(1)

i

TANGGUNG JA

TRAVEL A

KONSUMEN

KLAUSULA

ANAK AGUN

i

SKRIPSI

JAWAB PT. PARADISE BALI TO

ATAS KERUGIAN YANG DIALA

EN AKIBAT TIDAK TERPENUHI

A-KLAUSULA DALAM PENAWA

AGUNG NGURAH DINDA PUTRA NARENDRA NIM. 1116051013

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

i

OUR AND

LAMI

HINYA

ARAN


(2)

ii

TRAVEL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI

KONSUMEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA

KLAUSULA-KLAUSULA DALAM PENAWARAN

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

ANAK AGUNG NGURAH DINDA PUTRA NARENDRA NIM. 1116051013

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

iii Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 1 DESEMBER 2015

Pembimbing I

Dr. Dewa Gde Rudy, SH.,M.Hum. NIP. 19590114 198601 1 001


(4)

iv

PADA TANGGAL : 11 JANUARI 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 1206/UN14.4E/IV/PP/2015

Ketua : Dr. Dewa Gde Rudy, SH.,M.Hum.

Sekretaris : Suatra Putrawan, SH.,MH.

Anggota : 1. Dr. I Ketut Westra, SH.,MH.

2. Ni Putu Purwanti, SH.,MH.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta anugrah Beliau-lah skripsi

yang berjudul “TANGGUNG JAWAB PT. PARADISE BALI TOUR AND TRAVEL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI KONSUMEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA KLAUSULA-KLAUSULA DALAM PENAWARAN” dapat

terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi program dan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dorongan, serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.


(6)

vi Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak Dewa Gde Rudy, SH., M.Hum, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

7. Bapak Suatra Putrawan, SH., MH, Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Ibu Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, SH., MH, Dosen pembimbing akademik

yang telah banyak memberikan dorongan, arahan, dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan serta petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

10. Bapak I Gusti Alit Oka selaku President Director PT. Paradise Bali Tour and Travel yang telah memberikan ijin penelitian dan informasi untuk melengkapi skripsi ini.

11. Kedua orang tua tercinta, A. A. Ngr. Bagus Truna Jaya dan Ni Luh Putu Krisna Dewi, SE., terima kasih banyak untuk kasih sayang, doa, serta semangat yang tiada tara, dan dukungan baik moral maupun materiil. Selain itu terima kasih


(7)

vii

kepada seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. I Gst Ayu Agung Jennie Asmika beserta keluarga yang telah menasihati serta mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman angkatan 2011 di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan nuansa dan warna selama menjalani masa perkuliahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka kritik, saran, dan bimbingan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pemikiran di masa mendatang.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 1 Desember 2015


(8)

viii HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN DAFTAR ISI... viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... xi

ABSTRAK... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

a. Tujuan umum ... 11

b. Tujuan khusus ... 12

1.6 Manfaat penelitian ... 12

a. Manfaat teoritis ... 12


(9)

ix

1.7 Landasan Teoritis ... 13

1.8 Metode Penelitian ... 20

a. Jenis penelitian ... 21

b. Jenis pendekatan ... 21

c. Sifat penelitian ... 21

d. Sumber data ... 22

e. Teknik pengumpulan data ... 23

f. Teknik pengolahan dan analisis data ... 24

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PT. PARADISE BALI TOUR AND TRAVEL SEBAGAI PELAKU USAHA 2.1 Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha ... 25

2.2 Pengertian Biro Perjalanan Wisata ... 32

2.3 Deskripsi PT. Paradise Bali Tour and Travel Sebagai Pelaku usaha ... 36

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM PT. PARADISE BALI TOUR AND TRAVEL TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA KONSUMEN 3.1 Pengertian dan Bentuk Perlindungan Hukum ... 41

3.2 Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan Pengguna Jasa Berdasrkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Kepariwisataan ... 44


(10)

x

Diberikan Oleh PT. Paradise Bali Tour And Travel ... 49 BAB IV TANGGUNG JAWAB PT. PARADISE BALI TOUR AND

TRAVEL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN KLAUSULA-KLAUSULA DALAM PENAWARAN

4.1 Kerugian Konsumen Terkait Dengan Klausula-Klausula Dalam Promosi Penawaran ... 55 4.2 Prinsip Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen ... 58 4.3 Tanggung Jawab PT. Paradise Bali Tour And Travel

Terhadap Konsumen Akibat Tidak Terpenuhinya Klausula-Klausula Dalam Penawaran... 62 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 72 5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(11)

xi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 1 Desember 2015 Yang menyatakan,

(Anak Agung Ngurah Dinda Putra Narendra) NIM. 1116051013


(12)

xii

Dengan meningkatnya mobilitas masyarakat maka bisnis biro perjalanan semakin marak di berbagai kota besar. Kemudahan pelayanan dan harga yang kompetitif dengan fasilitas yang maksimal merupakan promosi yang banyak disampaikan oleh biro-biro travel. Semakin gencarnya pelaku usaha biro travel

melakukan promosi, tidak jarang informasi yang diberikan terlalu berlebihan sehingga membuat pengguna jasa sangat tertarik. Pada kenyataannya akan banyak pengguna jasa yang dirugikan. Pelaku usaha biro travel seharusnya tidak cukup menginformasikan berupa paket-paket wisata saja kepada pengguna jasa. Akan tetapi yang harus diinformasikan juga adalah mekanisme penyelesaian pengaduan pengguna jasa sehingga pengguna jasa bisa mengetahui hak-haknya apabila dirugikan oleh biro jasa travel tersebut. Jadi disinilah diperlukan adanya rasa tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan hukum yang berlaku demi tercapainya keadilan bagi kedua belah pihak.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan melihat kesenjangan teori dan praktek yang sesuai dengan hasil di lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Data hukum yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, dan data hukum sekunder berupa dokumen-dokumen seperti peraturan perundang-undangan dan literatur hukum.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa PT. Paradise Bali Tour and Travel bertanggung jawab secara kontraktual terhadap konsumen yang mengalami kerugian, yang mana mengacu kepada prinsip tanggung jawab profesional atau dikenal denganproffesional liability. Hal tersebut disebabkan karena sebelumnya telah terjadi hubungan hukum kontraktual antara pihak travel dengan wisatawan pengguna jasa. Jadi, pihak travel bertanggung jawab sebatas profesinya saja atau perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dengan wisatawan pengguna jasa atau akibat kelalaian penyedia jasa profesi mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum.

Kata kunci : Perlindungan Konsumen, Tanggung Jawab, Biro Perjalanan Wisata


(13)

xiii ABSTRACT

With the increasing mobility of society, the business travel agency increasingly prevalent in many big cities. Ease of service and a competitive price with a maximum facility is much promotion submitted by travel agencies. The vigorous businessmen travel agency promotions, not infrequently given too much information so as to make the service users are very interested. In fact, many users of services will be harmed. Travel agency business operators should not be sufficient to inform the form of tour packages only to service users. But who should be informed also the service user complaints resolution mechanism so that service users can know their rights when harmed by the travel service bureau. So here is necessary for a sense of responsibility for the actions undertaken with regard to the applicable law to achieve justice for both parties.

The research method used is empirical legal research. Empirical legal research is a scientific research done by looking at the gaps theory and practice in accordance with the results on the field because the data collected through by interviews and observations. Legal data used is primary data obtained from the field research, and the data in the form of secondary legal documents such as legislation and legal literature.

Based on the results of research conducted to these problems can be concluded that PT. Paradise Bali Tour and Travel contractually responsible to the consumer at a disadvantage, which refers to the principles of professional responsibility or liability known proffesional. This is because there have been previous contractual legal relationship between the parties travel agency with the service user tourists. Thus, the travel agency responsible for the extent of his profession or agreements that have been agreed in advance with the tourists the service user or due to negligence of professional service providers resulting in tort.


(14)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan salah satu andalan suatu negara dalam memperoleh devisa bagi pembangunan baik nasional maupun daerah. Sehingga pembangunan pariwisata Indonesia harus mampu menciptakan inovasi baru untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing secara berkelanjutan.1 Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha.2

Perkembangan wisata saat ini sangatlah pesat, setiap tahunnya wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata selalu semakin meningkat. Sebagai penunjang kemajuan dalam dunia pariwisata, salah satu bagian yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah jasa pengangkutan. Sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang maju dan mobilitas penduduk yang tinggi, dimana dituntut jasa transportasi yang cepat, efisien, dan yang terpenting adalah kenyamanan. Masalah pada masa kini bagaimanakah cara memajukan transportasi yang dapat menghasilkan jasa produksi yang baik murah dapat ditawar dan dapat

1

Made Metu Dhana, 2012, Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan, Paramita, Surabaya, hal. 1.

2

Ismayanti, 2010,Pengantar Pariwisata, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hal. 1.


(15)

2

memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan dapat menyamaratakan baik harga maupun mutu pelayanan dan waktu dibutuhkan sehingga memadai untuk masyarakat.3

Sarana transportasi merupakan faktor penting dalam mewujudkan proses kelancaran dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan angkutan umum. Pentingnya sarana transportasi tersebut dapat tercermin dari meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan umum. Apalagi dikota-kota besar, kebutuhan akan jasa angkutan umum seolah sudah menjadi bagian dari masyarakat kota yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Berbanding lurus dengan angkutan darat, angkutan udara pun berusaha menyaingi dominasi angkutan darat yang dikenal lebih murah dari angkutan lainnya yakni dengan penyediaan tiket yang lebih murah dibandingkan angkutan darat.

Menurut H.M.N Purwosutjipto bahwa Pengangkutan berfungsi memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna dan menambah nilai guna.4 Tujuan kegiatan usaha pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan atau laba; tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan pihak-pihak.5

Seiring dengan perkembangan jaman dan perkembangan kebutuhan akan masyarakat yang semakin meningkat, angkutan umum tidak hanya dimanfaatkan

3

Soegijatna Tjakrangera, 1995,Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 3.

4

H.M.N Purwosutjipto, 1991, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pengangkutan, Cetakan IV, Djambatan, Bandung, hal. 1.

5

Abdulkadir Muhamad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 1.


(16)

hanya menjadi sarana penghubung dari trayek yang satu ke trayek yang lainnya. Akan tetapi lebih dari itu, saat ini angkutan umum banyak dimanfaatkan oleh biro-biro perjalanan atau lazim disebut travel untuk bekerja sama dengan ketentuan-ketentuan yang saling menguntungkan masing-masing pihak. Travel dianggap sebagai salah satu cara transportasi antar daerah yang lebih nyaman dibanding dengan kereta atau bus karena tidak harus berdesakan atau berdiri sepanjang perjalanan seperti yang biasa terjadi pada transportasi umum.

Dengan meningkatnya mobilitas masyarakat maka bisnis biro perjalanan semakin marak di berbagai kota besar. Biro travel merupakan jasa pelayanan transportasi yang menyediakan paket-paket liburan, rekreasi, seminar dan lain sebagainya dengan sekaligus penyediaan penginapan dan ada juga yang menyediakan

tour guide (pemandu wisata). Kemudahan pelayanan dan harga yang kompetitif dengan fasilitas yang maksimal merupakan promosi yang banyak disampaikan oleh biro-birotravelini.

Kegiatan usaha kepariwisataan yang dilakukan oleh biro travel tersebut jelas memberikan dampak positif bagi perekonomian bangsa. Promosi yang dilakukan serta penyediaan jasa perencanaan perjalanan dapat menambah pendapatan negara dari pajak yang dikenakan atas produk yang dijual, serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan usaha seperti ini diharapkan dapat berkembang demi kemajuan negara.

Kegiatan promosi banyak dilakukan oleh biro travel untuk mengenalkan atau menyebarluaskan informasi dari produk yang dibuat untuk menarik minat pengguna


(17)

4

jasa terhadap produk yang ditawarkan. Semakin gencarnya pelaku usaha biro travel

melakukan promosi, tidak jarang informasi yang diberikan terlalu berlebihan sehingga membuat pengguna jasa sangat tertarik atau mungkin bahkan membingungkan bagi pengguna jasa sendiri. Pada kenyataannya akan banyak pengguna jasa yang dirugikan.

Kelemahan konsumen semakin terasa ditengah semakin meningkatnya teknologi pemasaran. Pada kondisi semacam ini konsumen seringkali bingung menentukan pilihan, karena tidak mengetahui bagaimana sebenarnya sistem kerja teknologi pemasaran dari pelaku usaha dan bagaimana sebab dan akibat yang ditimbulkan dari sistem tersebut. Kondisi demikian jelas merupakan faktor-faktor yang turut memperlemah para konsumen. Faktor tersebut dapat dimanfaatkan secara tidak wajar oleh pelaku usaha.

Promosi yang dilakukan oleh para pelaku usaha biro travel tersebut banyak sekali ragamnya, yakni melalui internet, brosur maupun melalui proposal penawaran. Melalui internet pelaku usaha biro travel tersebut memperkenalkan berbagai hal mulai dari profil perusahaan, paket wisata, kontakonline, sampai penyediaan fasilitas untuk tanya jawab.

Melalui brosur yang disebarkan, biro travelkebanyakan menawarkan apa saja paket wisata yang mereka tawarkan. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak jarang terjadi pelanggaran hak-hak pengguna jasa, diantaranya mengenai hak-hak individual pengguna jasatravelseperti mutu angkutan dibawah standar, paket wisata yang tidak sesuai dan tidak tepatnya waktu pemberangkatan. Misalnya fasilitas yang


(18)

diperjanjikan menggunakan bus ber-AC, tersedianya layanan internet, dan terdapat kamar mandi di dalam bus akan tetapi pada kenyataannya tidak. Contoh lainnya adalah apabila sudah disepakati akan berangkat pukul 08:00 pagi ternyata malah tertunda sampai satu bahkan dua jam dengan berbagai alasan.

Seharusnya informasi pada brosur, proposal maupun iklan-iklan tersebut harus didukung dengan fakta-fakta yang ada dan relavan dalam masyarakat. Sehingga apabila apa yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya hal tersebut merupakan suatu bentuk iklan yang menyesatkan dan sangat merugikan konsumen.

Kondisi dan fenomena tersebut diatas dapat mengakibatkan kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, sehingga konsumen berada pada posisi yang paling dirugikan. Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan hak-hak yang dimilikinya masih rendah. Konsumen tidak mengetahui seberapa besar hak yang dimilikinya akan tetapi konsumen diharuskan untuk memenuhi kewajiban yang diberikan oleh pelaku usaha, walaupun mungkin hal tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Konsumen atau masyarakat adalah pelaksana pembangunan, untuk kelangsungan pembangunan nasional mutlak diperlukan perlindungan kepada konsumen itu.6 Oleh karena itu, Undang-Undang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) diharapkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga

6

Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 4.


(19)

6

perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Salah satu prinsip dasar lahirnya UUPK adalah adanya pemahaman bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya sendiri, serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

UUPK memberikan kewajiban-kewajiban kepada pelaku usaha biro travel dalam melakukan kegiatan usaha, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa. Kewajiban-kewajiban pelaku usaha biro travel secara tegas ditentukan dalam pasal 7 huruf b dan d UUPK, yang menentukan :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

b. Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan/ atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/ atau jasa yang berlaku;

Adanya kewajiban-kewajiban tersebut di atas, maka pelaku usaha biro travel

tidak diperkenankan memberikan informasi dalam brosur, proposal penawaran maupun iklan-iklannya di media massa ataupun di website yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Penawaran produk melalui media promosi yang tidak sesuai dengan kenyataannya jelas akan menimbulkan kerugian bagi pihak masyarakat selaku pengguna jasa jasatravel.


(20)

Upaya pemberdayaan ini menjadi penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha. Para produsen atau pelaku usaha akan mencari keuntungan yang setinggi-tingginya sesuai dengan prinsip ekonomi.7 Dalam rangka mencapai untung yang setinggi-tingginya itu, para produsen/pelaku usaha harus bersaing antar sesama mereka dengan perilaku bisnisnya sendiri-sendiri yang dapat merugikan konsumen.

Produk hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru perlindungan konsumen dapat mendorong perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan jasa yang berkualitas. Dengan sendirinya perubahan kearah yang lebih baik akan terjadi bagi para pelaku usaha dan jelas akan mempersempit ruang gerak bagi para pelaku usaha yang memiliki itikad tidak baik dalam menjalankan usahanya.

Kepuasan pengguna jasa juga diukur dari ketaatan pelaku usaha biro travel

memenuhi ganti rugi kepada pengguna jasa yang merasa haknya dilanggar. Pelaku usaha biro travel seharusnya tidak cukup menginformasikan berupa paket-paket wisata saja kepada pengguna jasa. Akan tetapi yang harus diinformasikan juga adalah mekanisme penyelesaian pengaduan pengguna jasa sehingga pengguna jasa bisa mengetahui hak-haknya apabila dirugikan oleh biro jasatraveltersebut.

Jadi disinilah diperlukan adanya rasa tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan hukum yang berlaku demi tercapainya

7


(21)

8

keadilan bagi kedua belah pihak. Sehingga tidak hanya melihat dan mementingkan hak-haknya saja yang dipenuhi oleh konsumen, akan tetapi melaksanakan kewajiban sepenuhnya terhadap konsumen pemakai jasa biro perjalanan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang tanggung jawab biro perjalanan wisata dalam bentuk skripsi dengan judul :

“Tanggung Jawab PT. Paradise Bali Tour and Travel Atas Kerugian yang dialami Konsumen Akibat Tidak Terpenuhinya Klausula-Klausula dalam Penawaran”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan di dalam penulisan ini. Permasalahan tersebut apabila dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Paradise Bali Tour and Travel apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen?

2. Bagaimana pertanggungjawaban PT. Paradise Bali Tour and Travel apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen akibat tidak terpenuhinya klausula-klausula dalam promosi penawaran yang disampaikannya?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan suatu ketegasan mengenai materi yang diuraikan, hal ini bertujuan untuk mecegah agar materi yang dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk menghindari agar tidak terlalu


(22)

meluas dan nantinya pembahasan diuraikan terarah dan tertuju pada pokok permasalahan.8Adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :

Pembahasan pertama membahas mengenai bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku usaha biro travel apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen. Sedangkan pembahasan kedua yaitu pertanggungjawaban pelaku usaha biro travel apabila terjadi kerugian yang diderita oleh konsumen akibat tidak terpenuhinya klausula-klausula dalam promosi penawaran yang disampaikan.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Sejauh ini penelitian tentang “Tanggung Jawab PT. Paradise Bali Tour and Travel Atas Kerugian yang dialami Konsumen Akibat Tidak Terpenuhinya Klausula-Klausula dalam Penawaran” ini belum pernah dilakukan, fakta ini

diperoleh dengan observasi di Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada terdahulu dengan penelitian penulis, dapat penulis sajikan sebagai berikut :

Tabel I. Penelitian Sejenis

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1 Tanggung Jawab Bali Happy Tour and Travel Atas Kecelakaan Bus

Ketut Wiwit Triani, Fakultas Hukum Universitas

1. Bagaimana

hubungan hukum antara wisatawan dengan Bali

8

Bambang Sunggono, 2005, Metode Penelitian Hukum, Cetakan 7, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 111.


(23)

10

yang Dialami Oleh Wisatawan Dalam Perjalanan Wisata

Udayana, Denpasar, Tahun 2014

Happy Tour and Travel sebagai biro perjalanan wisata?

2. Apakah pihak Bali Happy Tour and Travel bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami oleh wisatawan dalam perjalanan wisata?

2 Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Jasa Rekreasi (Studi Kasus : Robohnya Wahana X di Tempat Rekreasi Y)

Maria Monica B. Napitupulu, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Tahun 2012

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan

konsumen bagi

pengunjung tempat rekreasi?

2. Pelanggaran hak konsumen apa saja yang dilakukan PT. Z (studi kasus : Robohnya Wahana X di Tempat Rekreasi Y) 3. Apakah PT. Z sebagai pelaku usaha telah


(24)

melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

3 Pelaksanaan

Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU. Nomor 8 Tahun

1999 Tentang

Perlindungan konsumen

Wiwin Azmi

Harahap, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, Tahun 2008

1. Bagaimanakah

perlindungan hukum bagi pemakai jasa biro perjalanan secara umum jika terjadi hal-hal yang merugikan konsumen? 2. Bagaimana

pelaksanaan tanggung jawab pelaku usaha yakni PT. Winaya Travel terhadap pemakai jasa biro perjalanan jika terjadi hal yang merugikan?


(25)

12

1.5 Tujuan Penelitian

Pada penulisan suatu karya tulis ilmiah, haruslah mempunyai tujuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

a. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh biro travel

apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pelaku usaha biro travel apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen akibat tidak terpenuhinya klausula-klausula dalam promosi penawaran yang disampaikannya.

b. Tujuan khusus

1. Untuk mendalami bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Paradise Bali Tour and Travel apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen.

2. Untuk mendalami pertanggungjawaban PT. Paradise Bali Tour and Travel apabila terjadi kerugian yang diderita konsumen akibat tidak terpenuhinya klausula-klausula dalam promosi penawaran yang disampaikannya.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis

Hasil dari pembahasan-pembahasan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu


(26)

pengetahuan, meningkatkan wawasan, dan pedoman tentang perlindungan konsumen dan pengangkutan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dari penulis dalam perkembangan Hukum Perdata dan bermanfaat untuk dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian yang serupa.

b. Manfaat praktis

Sebagai bentuk nyata kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang tanggung jawab pelaku usaha biro perjalanan. Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bentuk perlindungan hukum bagi konsumen jasa biro travel apabila terjadi kerugian yang diderita. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman tentang tanggung jawab pelaku usaha biro perjalanan bila terjadi kerugian yang diderita konsumen akibat tidak terpenuhinya klausula-klausula dalam penawaran yang disampaikan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan data bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pelaku usaha biro jasa travel, dan wisatawan mengenai hal-hal yang harus dilaksanakan untuk meminimalisir sengketa dalam pemberian tanggung jawab terhadap konsumen atas kerugian yang dialami dalam perjalanan dengan tetap menjunjung tinggi penegakan hukum perlindungan konsumen.


(27)

14

1.7 Landasan Teoritis

Istilah pengangkutan berasal dari kata ”angkut” yang berarti ”mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan sebagai pembawaan barang-barang atau orang-orang (penumpang). Rangkaian peristiwa pemindahan ini meliputi memuat atau menaikan barang atau penumpang ke dalam alat pengangkut, selanjutnya membawa barang atau penumpang tersebut ke tempat tujuannya dan menurunkan penumpang atau melakukan pembongkaran muatan setelah sampai ditempat tujuannya. Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan proses dalam arti luas.

Menurut Abdul Kadir Muhammad menyatakan bahwa “pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang kedalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan”.9 Perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian yang biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu perjanjian pada umumnya. Ketentuan tersebut terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata tentang perikatan, selama tidak ada pengaturan khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan dibidang angkutan.10 Perjanjian adalah sumber perikatan, menurut Pasal 1313 KUHPerdata dirumuskan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

9

Abdul Kadir Muhamad,op.cit, hal. 28.

10

Siti Nurbaiti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat : Jalan dan Kereta Api, Universitas Trisakti, PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta, hal. 13.


(28)

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut dengan perikatan yang didalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam Pasal 1320 KUHPerdata dirumuskan, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, artinya yang dimaksud kesepakatan disini adalah adanya rasa iklas atau saling memberi dan menerima atau sukarela diantara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Jadi sepakat merupakan pertemuan dua kehendak dimana kehendak pihak yang satu saling mengisi dengan apa yang dikehendaki pihak lain. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan, atau kekhilafan.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, artinya kecakapan disini berarti para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Sedangkan yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan dibawah pengawasan, dan orang sakit jiwa.

3. Suatu hal tertentu, artinya obyek yang diatur kontrak harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan. Obyek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian bersangkutan. Prestasi itu sendiri bisa berupa perbuatan untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.


(29)

16

4. Suatu sebab yang halal, artinya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang bersifat memaksa, ketertiban umum dan atau kesusilaan. Sebab yang dimaksud disini bukanlah sebab yang mendorong orang tersebut melakukan perjanjian, melainkan tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para pihak.11

Ada beberapa asas yang dapat ditemukan dalam hukum perjanjian, namun ada 3 (tiga) diantaranya yang merupakan asas terpenting dan karenanya perlu untuk diketahui, yaitu:

1. Asas konsensualitas, yaitu bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan lain. Asas ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan berkontrak.

2. Asas kebebasan berkontrak, yaitu bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan isi dari perjanjian tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. Asas ini tercermin jelas dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas dari sifat Buku III KUHPerdata

11

Salim H.S. dkk, 2007,Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, hal. 24.


(30)

yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak dapat mengesampingkannya, kecuali terhadap pasal-pasal tersebut sifatnya memaksa.12 3. AsasPacta Sunt Servandaatau asas kepastian hukum

Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian dan tersimpul dalam kalimat

“berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” pada akhir Pasal

1338 ayat (1) KUHPerdata. Jadi perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikat para pembuatnya sebagai undang-undang. Oleh karenanya asas ini disebut juga asas kepastian hukum.

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum pengangkutan adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.13

Definisi perjanjian pengangkutan menurut Purwosutjipto adalah sebagai perjanjian timbal balik dengan mana pengangkut mengikatkan untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.14 Konsep tanggung jawab timbul karena pengangkutan tidak terjadi sebagaimana mestinya atau pengangkut tidak memenuhi

12

Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak Perencanaan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 4.

13

Abdul Kadir Muhamad,op.cit, hal. 59.

14


(31)

18

kewajibannya sebagaimana termuat dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Tetapi dalam perjnjian pengangkutan ada beberapa hal yang bukan tanggung jawab pengangkut. Apabila timbul kerugian, pengangkut bebas dari pembayaran ganti kerugian. Beberapa hal tersebut diakui baik dalam Undang-Undang maupun dalam doktrin ilmu hukum, ketiga hal tersebut adalah:

1. Keadaan memaksa(overmacht/force majeure); 2. Cacat pada barang atau penumpang itu sendiri; 3. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau penumpang.

Usaha jasa perjalanan wisata dalam penjelasan Pasal 14 huruf d Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dirumuskan bahwa, usaha jasa perjalanan wisata yaitu usaha biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata. Adapun pengertian usaha jasa transportasi wisata dalam penjelasan Pasal 14 huruf c UU Par adalah usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi umum.

Istilah hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen sudah sering terdengar. Az Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah bersifat


(32)

mengatur dan juga sifat-sifat yang melindungi konsumen.15 Menurut pasal 1 ayat (1)

UUPK, dirumuskan bahwa, “Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.”

Perlindungan konsumen cenderung untuk memberikan kepastian hukum bagi konsumen yang selama ini masih dalam posisi yang lemah dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain, aspek tentang pengetahuan produk, bagaimana pemakaian yang tepat, isi dan susunan produk, dan aspek pengetahuan hukum mengenai upaya yang ditempuh untuk mempertahankan hak-hak konsumen. Dibukanya ruang penyelesaian sengketa secara khusus oleh UUPK memberikan manfaat tidak hanya kepada konsumen sendiri, melainkan bagi pelaku usaha sendiri. Manfaat yang dirasakan baik bagi konsumen maupun pelaku usaha adalah:

1. Mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang diderita.

2. Melindungi konsumen lain agar tidak mengalami kerugian yang sama. Pengaduan yang diajukan konsumen dan mendapat liputan media masa akan mendorong tanggapan yang lebih positif dari kalangan pelaku usaha.

3. Menunjukkan sikap kepada kelompok pelaku usaha agar lebih memperhatikan kepentingan konsumen.

4. Bagi pelaku usaha, penegakan hukum perlindungan konsumen memiliki arti dan dampak tertentu. Manfaatnya adalah pengaduan dapat dijadikan tolak ukur untuk

15

Az. Nasution, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, hal 5.


(33)

20

memperbaiki mutu pelayanan jasa dan memperbaiki kekurangan yang lain dalam berhubungan dengan konsumen.

Pengertian pelaku usaha menurut Pasal 1 angka 3 UUPK dirumuskan:

“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”

Dari pengertian pelaku usaha diatas, biro jasa perjalanan termasuk kedalam kategori pelaku usaha. Pelaku usaha biro perjalanan merupakan pihak yang memulai kegiatan penawaran produk jasa kemudian melakukan perencanaan perjalanan dan melakukan kegiatan melayani konsumennya dalam hal penyediaan jasa perjalanan maupun jasa penyediaan akomodasi perjalanan. Berdasarkan terminologi atau peristilahan, biro perjalanan tidak mengenal kata konsumen, kata konsumen dalam biro perjalanan adalah client, costumer, penumpang (passenger), hotel guest dan peserta tour, dengan terminologi tersebut maka biro perjalanan wisata berkewajiban untuk membela dan melindungi client yang telah melakukan transaksi di biro perjalanan. Selain itu wisatawan disini bisa disebut dengan konsumen karena wisatawan merupakan pengguna jasa dari biro perjalanan wisata yang merupakan pelaku usaha.

Dalam rangka untuk memperkuat pemberdayaan konsumen, UUPK telah mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha terhadap produksi (product liability)


(34)

barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dan pengguna jasa. Tanggung jawab tersebut perlu diperhatikan karena mempersoalkan kepentingan konsumen harus disertai pula analisis mengenai siapa yang semestinya dibebani tanggung jawab dan sampai batas mana pertangungjawaban itu dibebankan padanya.

Seperti diketahui berlaku prinsip hukum bahwa setiap orang yang melakukan suatu akibat kerugian bagi orang lain, harus memikul tanggungjawab yang diperbuatnya. Setiap orang yang mengalami kerugian, berhak mengajukan tuntutan kompensasi dan ganti rugi pada pihak yang mengakibatkan terjadinya kerugian itu. 1.8 Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah, mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.16 Penelitian digunakan untuk mengkaji permasalahan dari segi hukum dan segi sosiologisnya yang artinya membahas penelitian tersebut didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Tanpa adanya penelitian hukum maka pengembangan hukum tidak akan berjalan maksimal.17

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis skripsi ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan melihat kesenjangan teori dan praktek yang sesuai dengan

16

Rianto Adi, 2004,Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, Granit, Jakarta, hal. 1.

17

Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, 2014, Penelitian Hukum (Legal Research), Cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 7.


(35)

22

hasil di lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.18

b. Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan(the statute approach) yaitu dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan Fakta(the fact approach) dengan melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat atau di lapangan dalam pengangkutantravel.

c. Sifat penelitian

Penelitian hukum empiris yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam karya tulis ini adalah penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mengkaji hukum yang tertulis lalu mengkaitkannya dengan fakta-fakta yang ada di lapangan.

d. Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersumber pada : 1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis di lapangan(Field Research) melalui responden dengan cara observasi dan wawancara. Penulis langsung mengadakan penelitian kelapangan tempat dimana pelaksanaan tanggung

18

Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metode Penulisan Hukum, Cetakan pertama, Ghalian Indonesia, hal. 24.


(36)

jawab perlindungan hukum bagi konsumen ini akan diteliti, yaitu dengan mengadakan penelitian ke salah satu biro perjalanan wisata yang ada di wilayah Denpasar yaitu PT. Paradise Bali Tour and Travel. Dengan metode penelitian wawancara, mengajukan sejumlah pertanyaan dan memperoleh data-data yang langsung berhubungan sebagai perbandingan dapat membantu tersusunnya skripsi ini. 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dan dokumen-dokumen resmi pemerintah. Adapun jenis-jenis data sekunder antara lain :

a. Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis seperti pendapat para sarjana, tulisan para ahli, pejabat,pakar hukum, dan bahan hukum lainnya.

b. Bahan hukum primer merupakan bahan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer adalah semuat aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi oleh suatu lembaga negara, dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk penegakannya diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh aparat negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi undang-undang yaitu :

- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.


(37)

24

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(Burgerlijk Wetboek). e. Teknik pengumpulan data

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnyan dikenal 2 jenis alat pengumpulan data, yaitu bahan pustaka dan wawancara atauinterview.19

1. Teknik studi dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan mengklarifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian.

2. Teknik wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan dengan permasalahan penelitian.20

f. Teknik pengolahan dan analisis data

Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa, diklasifikasi, dihubungkan antara

19

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 67.

20

Lexy J. Moleong, 1995, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 135.


(38)

satu dengan yang lainnya. Kemudian nantinya ditarik kesimpulan untuk menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif analisis.21

21

Hadi Sutrisno dan Sri Diamuli, 1997, Metodologi Research, Jilid III, Gama University Press, Yogyakarta, hal. 159.


(39)

26

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI KONSUMEN DAN PT. PARADISE BALI TOUR AND TRAVEL SEBAGAI PELAKU USAHA

2.1 Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha 2.1.1 Pengertian Konsumen

Setiap konsumen berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan pemenuhan yang maksimal. Jumlah dan keanekaragaman barang yang dapat dipenuhi bergantung pada besar pendapatan/penghasilan. Tingkat kemakmuran dan kesejahteraan seseorang atau masyarakat bergantung pada tingkat konsumsi yang digunakan. Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Sedangkan menurut Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Pasal 1 angka 2 dirumuskan bahwa, ”Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Istilah dari konsumen adalah “pembeli”, istilah ini terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen jelas lebih luas daripada


(40)

pembeli. Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari barang dan jasa. Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir (konsumen antara) dan konsumen pemakai terakhir. Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria ini, sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai terakhir. Oleh karena itu, disimpulkan terdapat 3 pengertian konsumen yakni :

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan. Melihat pasa sifat penggunaan barang dan/atau jasa tersebut, konsumen antara ini sesungguhnya adalah pengusaha, baik pengusaha perorangan maupun pengusaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum, baik pengusaha swasta maupun pengusaha publik (perusahaan milik Negara).

c. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, keluarga dan/atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan.1

Jadi yang dimaksud di dalam UUPK sebagai konsumen adalah konsumen akhir. Karena konsumen akhir memperoleh barang dan/atau jasa bukan untuk dijual

1

Susanti Adi Nugroho, 2008,Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta, hal. 69.


(41)

28

kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain.

Biro perjalanan wisata atau travel tidak mengenal kata konsumen, kata konsumen dalam biro perjalanan digantikan dengan istilah client, costumer, penumpang (passenger), hotel guest dan peserta tour. Tetapi secara umum di Bali biro perjalanan wisata mengenal konsumennya dengan sebutan wisatawan. Pengertian wisatawan secara umum adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata dengan lama tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Tetapi orang yang dalam perjalanannya melalui sebuah negara tanpa berhenti di negara tersebut, meskipun di negara tersebut lebih dari 24 jam tidak bisa disebut dengan wiatawan. Dengan pengertian tersebut maka biro perjalanan wisata berkewajiban untuk membela, melindungi, serta memberikan rasa aman dan nyaman kepada wisatawannya (client) yang telah melakukan transaksi dengan biro perjalanan wisata yang bersangkutan.

a. Hak dan Kewajiban Konsumen

Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketingsudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. Sampai saat ini diakui adanya hak-hak konsumen secara universal pula harus dilindungi, dan dihormati yaitu:

1. Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan. 2. Hak untuk mendapat informasi.


(42)

3. Hak untuk memilih. 4. Hak untuk didengar.

5. Hak atas lingkungan hidup.2

Secara universal, hak-hak tersebut adalah hak yang melekat pada setiap konsumen. Bagaimana hak-hak tersebut dinikmati, dipertahankan dan kapan adanya jaminan perlidungan dirumuskan dalam hak konsumen menurut Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999. Hak-hak konsumen tersebut adalah :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

2

Erman Rajagukguk, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan I, Mandar Maju, Bandung, hal. 39.


(43)

30

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Membahas masalah hak maka tidak akan terasa lengkap tanpa membahas masalah kewajiban. Hal ini karena disetiap hak seseorang selalu berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Sebaliknya, disetiap kewajiban seseorang selalu berkaitan dengan hak orang lain. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang erat antara hak dan kewajiban. Jadi ketika konsumen ingin menuntut hak-haknya kepada pelaku usaha maka sebaiknya konsumen memenuhi apa yang menjadi kewajibannya terlebih dahulu. Adapun kewajiban konsumen menurut Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, yaitu :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;

b. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

2.1.2 Pengertian Pelaku Usaha

Pengertian pelaku usaha dirumuskan menurut pasal 1 angka 3

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 adalah “setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik


(44)

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.” Kemudian di dalam penjelasan,

dijelaskan bahwa pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain-lain.

Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian pelaku usaha menurut UUPK sangat luas, yang dimaksud dengan pelaku usaha bukan hanya produsen, melainkan hingga pihak terakhir yang menjadi perantara antara produsen dan konsumen, seperti agen, distributor dan pengecer (konsumen perantara). Berdasarkan penjelasan tersebut, Biro Perjalanan Wisata dapat dinyatakan sebagai produsen dan wisatawan dapat dinyatakan sebagai konsumen, yang tentunya menunjukkan adanya hubungan hukum antara pihak-pihak tersebut.

a. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Dalam dunia perdagangan pelaku usaha juga mempunyai hak-hak yang harus dihargai dan dihormati oleh konsumen dan pemerintah, karena tanpa melindungi hak-haknya maka akan mengakibatkan macetnya aktivitas perusahaan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, hak pelaku usaha antara lain:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;


(45)

32

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Sedangkan dipihak lain, pelaku usaha juga dibebani dengan kewajiban dan tanggung jawab terhadap konsumen. Kewajiban pelaku usaha menurut pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standart mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;


(46)

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian. 2.2 Pengertian Biro Perjalanan Wisata

Industri Pariwisata merupakan suatu industri yang memiliki pengaturan yang cukup kompleks, karena mencakup pengaturan perjalanan wisatawan dari tempat asalnya menuju tempat wisata yang diinginkannya, hingga kembali lagi ke tempat asalnya. Dalam proses tersebut, terdapat berbagai bidang jasa pariwisata yang terlibat, seperti misalnya penginapan, restoran, transportasi, bahkan pemandu wisata, apabila diperlukan.

Biro perjalanan wisata merupakan elemen yang penting dalam kegiatan pelayanan terhadap wisatawan. Sebagian besar wisatawan yang melakukan kegiatan wisata menggunakan jasa biro perjalanan wisata. Peranan biro perjalanan adalah sebagai salah satu jembatan bagi para wisatawan untuk menikmati obyek wisata pada suatu daerah tujuan wisata. Hal ini ditegaskan oleh McIntosh dan Goeldner bahwa biro perjalanan wisata berperan sebagai jembatan yang sangat penting antara penyedia jasa utama produk wisata, seperti halnya terhadap jasa angkutan dengan para konsumennya.3

Biro perjalanan wisata merupakan jenis usaha jasa pariwisata yang merencanakan, menyelenggarakan, dan melayani berbagai jenis paket-paket perjalanan wisata dengan tujuan ke dalam negeri maupun ke luar negeri termasuk di

3

Robert W. McIntosh dan Charles R. Goeldner, 1995,Tourism, John Wiley and Sons, New York, hal. 67.


(47)

34

dalamnya jasa pengurusan dokumen perjalanan seperti tiket, paspor visa atau dokumen lain yang diperlukan. Produk pokok dari biro perjalanan wisata adalah transportasi, akomodasi, dan paket perjalanan (package tour), serta yang lebih pokok lagi adalah menjual tiket pesawat. Dari hasil penjualan jasa-jasa tersebut, biro perjalanan wisata memperoleh keuntungan berupa komisi-komisi yang diperoleh dari mitra kerja yang ikut bekerjasa.

Secara umum pengertian biro perjalanan wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Menurut Oka A. Yuti, yang dimaksud dengan biro perjalanan (travel) adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan cara menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa pelayanan yang diberikannya kepada para pelanggannya.4 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat terlihat bahwa kegiatan usaha yang diutamakan oleh suatu biro perjalanan wisata adalah perencanaan perjalanan wisata

(tours) yang dikombinasikan dengan penawaran-penawaran jasa usaha pariwisata lainnya, dan dikemas dalam suatu paket wisata yang dijual langsung kepada wisatawan ataupun disalurkan melalui travel agent.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 pada Pasal 1 ayat (7) dirumuskan bahwa usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Biro perjalanan wisata merupakan usaha penyedia jasa perencanaan dan atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata. Sedangkan menurut Nyoman S.

4


(48)

Pendit, yang dimaksudkan dengan biro perjalanan wisata adalah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan suatu perjalanan (dalam bahasa asingnya trip

atau travel) bagi orang-orang atau seseorang yang merencanakan untuk mengadakannya.5

Cooper berpendapat bahwa biro perjalanan wisata sebagai intermediary

(sebagai penghubung) karena fungsinya untuk mempertemukan pembeli dan penjual secara bersama, juga untuk menciptakan pasar yang sebelumnya tidak ada, serta untuk membuat kegiatan yang telah ada menjadi lebih aktif dan efisien, dan juga untuk memperluas pemasaran itu sendiri.6 Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Biro Perjalanan Wisata adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa pariwisata, dan memiliki kegiatan usaha utama berupa perencanaan dan penyelenggaraan paket wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan. Apabila paket wisata tersebut sudah laku terjual, maka Biro Perjalanan Wisata wajib untuk melaksanakan tour tersebut kepada wisatawan, sesuai dengan tour itinerary yang telah disepakati.

Sebuah biro perjalanan wisata dalam melaksanakan aktifitasnya haruslah memiliki ijin usaha yang disebut Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.85/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata dirumuskan bahwa, “Tanda Daftar Usaha Pariwisata adalah dokumentasi

5

Nyoman S. Pendit, 1990,Ilmu Pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 21.

6


(49)

36

resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha telah tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata.”

Setelah mengetahui definisi dari biro perjalanan wisata, ada beberapa aktifitas usaha yang bisa dilakukan melalui biro perjalanan wisata ini, antara lain adalah:

1. Biro perjalanan wisata dapat membuat suatu paket perjalanan wisata. Setelah itu biro perjalanan wisata juga berhak untuk menjual dan menyelenggarakan paket wisata tersebut.

2. Biro perjalanan wisata juga menyediakan transportasi bagi orang atau kelompok orang yang memakai paket wisata dari biro perjalanan tersebut. 3. Biro perjalanan wisata juga berhak melayani pemesanan dari orang atau

kelompok orang tentang penginapan, rumah makan,ataupun sarana wisata lain yang dibutuhkan.

4. Biro perjalanan wisata juga berhak untuk menyelenggarakan pemanduan terhadap suatu perjalanan wisata, termasuk didalamnya mengurus surat-surat dari suatu perjalanan wisata.

5. Hal terakhir dan yang paling penting dari kegiatan yang dilakukan oleh biro perjalanan wisata adalah memberikan kenyamanan dan keamanan terhadap orang atau kelompok orang yang menggunakan jasa dari biro perjalanan wisata tersebut.

Dalam menyelenggarakan sebuah paket perjalanan wisata, Biro Perjalanan Wisata harus berkoordinasi dengan beberapa pihak agar program yang dibuat dapat berjalan dengan lancar. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :


(50)

1. Airlines/maskapai penerbangan. 2. Penginapan/Hotel.

3. Penyedia Jasa transportasi darat. 4. Rumah makan ataupun restoran. 5. Pemandu Wisata/Guide.

6. Perusahaan-perusahaan maupun instansi-instansi yang mengurus dokumen perjalanan.

7. Penyedia barang oleh-oleh atau cinderamata/Art shop.

2.3 Deskripsi PT. Paradise Bali Tour and Travel

Dewasa ini usaha dalam industri pariwisata tidak dipungkiri memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Salah satu usaha dalam industri pariwisata yang berkembang pesat adalah jasa biro perjalanan wisata. Banyaknya wisatawan yang ingin mengunjungi daerah wisata, menimbulkan kebutuhan akan suatu tempat yang dapat melayani dan mengatur perjalanan wisata mereka. Hal ini membuka peluang kepada para pengusaha untuk mendirikan biro perjalanan wisata yang dapat mengelola perjalanan para wisatawan.

Berdasarkan data yang diberikan oleh Bapak I Gusti Alit Oka, selaku

President Director pada PT. Paradise Bali Tour and Travel, pada wawancara yang dilakukan tanggal 24 Agustus 2015 menjelaskan bahwa biro perjalanan wisata PT. Paradise Bali Tour and Travel ini didirikan pada tanggal 9 Mei 1989. Adapun akta pendirian yaitu Akta Notaris No. 10 yang dilegalisir oleh Ketut Rames Iswara. Dalam menjalankan usahanya di bidang pariwisata, PT. Paradise Bali Tour and Travel telah


(51)

38

mendapat ijin biro perjalanan wisata dari Dinas Pariwisata berupa Tanda Daftar Usaha Pariwisata Nomor 48/T/PARPOSTEL/1999. Modal kerja pada saat pendiriannya berjumlah US$ 250.000. (dua ratus lima puluh ribu dolar Amerika Serikat), terbagi atas 50 (lima puluh) lembar saham masing-masing sebesar US$ 5000 (lima ribu dolar Amerika Serikat). Semua modal dasar tersebut telah ditempatkan serta diambil bagian dan disetor penuh dengan uang tunai oleh para pendiri kedalam kas perusahaan. Dengan adanya dasar hukum pendirian perseroan diatas, maka PT. Paradise Bali Tour and Travel mempunyai hak melakukan kegiatan usahanya untuk melayani konsumen dan konsumen berhak mendapat pelayanan sesuai dengan apa yang diperjanjikan dan dapat juga menuntut haknya apabila tidak terpenuhi melalui jalur hukum.

Bidang usaha yang digeluti oleh PT. Paradise Bali Tour and Travel sebagian besar adalah berupa jasa pelayanan yaitu memberikan pelayanan kepada wisatawan yang ingin melakukan perjalanan wisata. Dalam perkembangannya opersional perusahaan ini meliputi :

1. Membuat, menjual, dan menyelenggarakan paket wisata.

2. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan atau kelompok orang yang diurusnya.

3. Melayani pemesanan akomodasi, restoran, tiket pertunjukan seni budaya, dan sarana wisata lainnya.

4. Mengurus dokumen perjalanan.


(52)

6. Melayani penyelenggaraan konvensi.

Meningkatnya jumlah biro perjalanan wisata membuat persaingan antar biro semakin ketat. Hal ini perlu diimbangi dengan strategi pemasaran yang baik agar calon konsumen tertarik dengan produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran merupakan aspek yang sangat penting dalam mempromosikan produk yang dijual atau dimiliki sebuah biro perjalanan wisata. Pada jaman sekarang yang serba cepat dan praktis, kemudahan dalam proses pemesanan paket wisata merupakan salah satu strategi pemasaran yang baik. Berdasarkan data yang diberikan oleh Bapak I Gusti Alit Oka, beliau menjelaskan bahwa mekanisme pemesanan paket tour pada PT. Paradise Bali Tour and Travel dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pertama adalah dengan pemesanan secara langsung yaitu konsumen yang bersangkutan datang langsung ke kantor PT. Paradise Bali Tour and Travel yang beralamat di Jalan Raya Tuban No. 99 X, Kuta untuk memesan paket tour dan melakukan proses booking paket perjalanan wisata. Proses pembayaran dilakukan apabila telah tercapai kesepakatan antara konsumen dengan pihak

travel, yang dituangkan dalam surat perjanjian (final confirmation). Isi perjanjian tersebut adalah menyangkut ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara konsumen dengan pihaktravel.

2. Kedua adalah melalui telefon yaitu konsumen yang bersangkutan melakukan

bookingpaket tour dengan cara menghubungi ke kantor PT. Paradise Bali Tour and Travel dan melakukan pembayaran dengan cara transfer ke rekening Bank milik PT. Paradise Bali Tour and Travel setelah tecapai kesepakatan antara


(53)

40

pihak travel dengan konsumen secara lisan. Surat perjanjian (final confirmation) akan dikirimkan kepada konsumen melalui fax atau e-mail

setelah melakukan proses pembayaran.

3. Bagi wisatawan dari luar negeri (khususnya wisatawan yang berasal dari Jepang), dapat memesan tiket melalui travel agent yang telah bekerjasama dengan PT. Paradise Bali Tour and Travel. Pembayaran dilakukan melalui

transfer ke rekening Bank milik PT. Paradise Bali Tour and Travel, setelah sebelumnya terjadi kesepakatan antara konsumen dengan pihak travel agent

yang bersangkutan dalam bentuk perjanjian secara lisan. Surat perjanjian(final confirmation) akan dikirimkan kepada pihak travel agent yang bersangkutan melalui fax atau e-mail untuk kemudian diteruskan kepada konsumen yang telah melakukan pembayaran, setelah pihak travel agent tersebut melakukan proses pembayaran pada PT. Paradise Bali Tour and Travel.

Struktur organisasi merupakan hal penting yang harus dimiliki perusahaan agar semua kegiatan operasional perushaan berjalan dengan baik dan teratur. Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pada PT. Paradise Bali Tour and Travel struktur organisasi berfungsi sebagai pembagi tata kerja antara manager dengan pegawai dibawahnya, dan sebagai gambaran adanya tugas serta tanggungjawab yang berbeda pada setiap bagian sesuai


(54)

dengan jenjang jabatan dalam kegiatan operasional perushaan. Berikut adalah skema dari struktur organisasi PT. Paradise Bali Tour and Travel :


(1)

resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha telah tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata.”

Setelah mengetahui definisi dari biro perjalanan wisata, ada beberapa aktifitas usaha yang bisa dilakukan melalui biro perjalanan wisata ini, antara lain adalah:

1. Biro perjalanan wisata dapat membuat suatu paket perjalanan wisata. Setelah itu biro perjalanan wisata juga berhak untuk menjual dan menyelenggarakan paket wisata tersebut.

2. Biro perjalanan wisata juga menyediakan transportasi bagi orang atau kelompok orang yang memakai paket wisata dari biro perjalanan tersebut. 3. Biro perjalanan wisata juga berhak melayani pemesanan dari orang atau

kelompok orang tentang penginapan, rumah makan,ataupun sarana wisata lain yang dibutuhkan.

4. Biro perjalanan wisata juga berhak untuk menyelenggarakan pemanduan terhadap suatu perjalanan wisata, termasuk didalamnya mengurus surat-surat dari suatu perjalanan wisata.

5. Hal terakhir dan yang paling penting dari kegiatan yang dilakukan oleh biro perjalanan wisata adalah memberikan kenyamanan dan keamanan terhadap orang atau kelompok orang yang menggunakan jasa dari biro perjalanan wisata tersebut.

Dalam menyelenggarakan sebuah paket perjalanan wisata, Biro Perjalanan Wisata harus berkoordinasi dengan beberapa pihak agar program yang dibuat dapat berjalan dengan lancar. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :


(2)

1. Airlines/maskapai penerbangan. 2. Penginapan/Hotel.

3. Penyedia Jasa transportasi darat. 4. Rumah makan ataupun restoran. 5. Pemandu Wisata/Guide.

6. Perusahaan-perusahaan maupun instansi-instansi yang mengurus dokumen perjalanan.

7. Penyedia barang oleh-oleh atau cinderamata/Art shop. 2.3 Deskripsi PT. Paradise Bali Tour and Travel

Dewasa ini usaha dalam industri pariwisata tidak dipungkiri memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Salah satu usaha dalam industri pariwisata yang berkembang pesat adalah jasa biro perjalanan wisata. Banyaknya wisatawan yang ingin mengunjungi daerah wisata, menimbulkan kebutuhan akan suatu tempat yang dapat melayani dan mengatur perjalanan wisata mereka. Hal ini membuka peluang kepada para pengusaha untuk mendirikan biro perjalanan wisata yang dapat mengelola perjalanan para wisatawan.

Berdasarkan data yang diberikan oleh Bapak I Gusti Alit Oka, selaku President Director pada PT. Paradise Bali Tour and Travel, pada wawancara yang dilakukan tanggal 24 Agustus 2015 menjelaskan bahwa biro perjalanan wisata PT. Paradise Bali Tour and Travel ini didirikan pada tanggal 9 Mei 1989. Adapun akta pendirian yaitu Akta Notaris No. 10 yang dilegalisir oleh Ketut Rames Iswara. Dalam menjalankan usahanya di bidang pariwisata, PT. Paradise Bali Tour and Travel telah


(3)

mendapat ijin biro perjalanan wisata dari Dinas Pariwisata berupa Tanda Daftar Usaha Pariwisata Nomor 48/T/PARPOSTEL/1999. Modal kerja pada saat pendiriannya berjumlah US$ 250.000. (dua ratus lima puluh ribu dolar Amerika Serikat), terbagi atas 50 (lima puluh) lembar saham masing-masing sebesar US$ 5000 (lima ribu dolar Amerika Serikat). Semua modal dasar tersebut telah ditempatkan serta diambil bagian dan disetor penuh dengan uang tunai oleh para pendiri kedalam kas perusahaan. Dengan adanya dasar hukum pendirian perseroan diatas, maka PT. Paradise Bali Tour and Travel mempunyai hak melakukan kegiatan usahanya untuk melayani konsumen dan konsumen berhak mendapat pelayanan sesuai dengan apa yang diperjanjikan dan dapat juga menuntut haknya apabila tidak terpenuhi melalui jalur hukum.

Bidang usaha yang digeluti oleh PT. Paradise Bali Tour and Travel sebagian besar adalah berupa jasa pelayanan yaitu memberikan pelayanan kepada wisatawan yang ingin melakukan perjalanan wisata. Dalam perkembangannya opersional perusahaan ini meliputi :

1. Membuat, menjual, dan menyelenggarakan paket wisata.

2. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan atau kelompok orang yang diurusnya.

3. Melayani pemesanan akomodasi, restoran, tiket pertunjukan seni budaya, dan sarana wisata lainnya.

4. Mengurus dokumen perjalanan.


(4)

6. Melayani penyelenggaraan konvensi.

Meningkatnya jumlah biro perjalanan wisata membuat persaingan antar biro semakin ketat. Hal ini perlu diimbangi dengan strategi pemasaran yang baik agar calon konsumen tertarik dengan produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran merupakan aspek yang sangat penting dalam mempromosikan produk yang dijual atau dimiliki sebuah biro perjalanan wisata. Pada jaman sekarang yang serba cepat dan praktis, kemudahan dalam proses pemesanan paket wisata merupakan salah satu strategi pemasaran yang baik. Berdasarkan data yang diberikan oleh Bapak I Gusti Alit Oka, beliau menjelaskan bahwa mekanisme pemesanan paket tour pada PT. Paradise Bali Tour and Travel dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pertama adalah dengan pemesanan secara langsung yaitu konsumen yang bersangkutan datang langsung ke kantor PT. Paradise Bali Tour and Travel yang beralamat di Jalan Raya Tuban No. 99 X, Kuta untuk memesan paket tour dan melakukan proses booking paket perjalanan wisata. Proses pembayaran dilakukan apabila telah tercapai kesepakatan antara konsumen dengan pihak travel, yang dituangkan dalam surat perjanjian (final confirmation). Isi perjanjian tersebut adalah menyangkut ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara konsumen dengan pihaktravel.

2. Kedua adalah melalui telefon yaitu konsumen yang bersangkutan melakukan bookingpaket tour dengan cara menghubungi ke kantor PT. Paradise Bali Tour and Travel dan melakukan pembayaran dengan cara transfer ke rekening Bank milik PT. Paradise Bali Tour and Travel setelah tecapai kesepakatan antara


(5)

pihak travel dengan konsumen secara lisan. Surat perjanjian (final confirmation) akan dikirimkan kepada konsumen melalui fax atau e-mail setelah melakukan proses pembayaran.

3. Bagi wisatawan dari luar negeri (khususnya wisatawan yang berasal dari Jepang), dapat memesan tiket melalui travel agent yang telah bekerjasama dengan PT. Paradise Bali Tour and Travel. Pembayaran dilakukan melalui transfer ke rekening Bank milik PT. Paradise Bali Tour and Travel, setelah sebelumnya terjadi kesepakatan antara konsumen dengan pihak travel agent yang bersangkutan dalam bentuk perjanjian secara lisan. Surat perjanjian(final confirmation) akan dikirimkan kepada pihak travel agent yang bersangkutan melalui fax atau e-mail untuk kemudian diteruskan kepada konsumen yang telah melakukan pembayaran, setelah pihak travel agent tersebut melakukan proses pembayaran pada PT. Paradise Bali Tour and Travel.

Struktur organisasi merupakan hal penting yang harus dimiliki perusahaan agar semua kegiatan operasional perushaan berjalan dengan baik dan teratur. Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pada PT. Paradise Bali Tour and Travel struktur organisasi berfungsi sebagai pembagi tata kerja antara manager dengan pegawai dibawahnya, dan sebagai gambaran adanya tugas serta tanggungjawab yang berbeda pada setiap bagian sesuai


(6)

dengan jenjang jabatan dalam kegiatan operasional perushaan. Berikut adalah skema dari struktur organisasi PT. Paradise Bali Tour and Travel :