PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN MENULIS MELALUI SISTEM PEMBELAJARAN MODUL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA.

(1)

vii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ……… ABSTRAK ……….. PERNYATAAN ………. KATA PENGANTAR ……… DAFTAR ISI ……….. DAFTAR LAMPIRAN ………..

i ii iii iv vii ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………. B. Identifikasi Masalah ……… C. Rumusan Masalah ………. D. Tujuan Penelitian ……….. E. Manfaat Penelitian ………. F. Hipotesis Penelitian ………. G. Definisi Operasional ... H. Metode Penelitian ... I. Lokasi dan Sumber Data ...

1 7 7 8 8 9 10 11 11

BAB II STUDI LITERATUR

A. Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia ……… B. Konsep Dasar Kemampuan Menyimak di Sekolah Dasar.. C. Konsep Dasar Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar... D. Konsep Media Audio Visual ……… E. Sistem Pembelajaran Modul (SPM) ………

13 24 32 41 46

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Dasar Penelitian ……….. B. Definisi Oprasional ... ……….. C. Sumber Data Penelitian ………..

54 54 56


(2)

viii

D. Langkah – langkah Penelitian ……… E. Data Penelitian ………….. ………. F. Teknik Pengumpulan Data ……… G. Teknik Analisis Data ...

56 58 58 65

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Primer Hasil Penelitian ……… B. Analisis Data Hasil Penelitian ……… C. Pembahasan ………

69 138 145

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………. B. Saran ………

151 154

DAFTAR PUSTAKA ……….. RIWAYAT HIDUP ………. LAMPRAN-LAMPIRAN ………

156 159 159


(3)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Riwayat hidup ……… 159

LAMPIRAN B

Hasil Menyimak Siswa Kls V ……….. 161

LAMPIRAN C

Foto Kegiatan Menyimak Siswa Kls V ... 177

LAMPIRAN D

Daftar Siswa Kls V ... 180

LAMPIRAN E

Data Hasil Penelitian ... 183

LAMPIRAN F

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kls Kontrol.... ………. 188 LAMPRAN G

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kls Eksperimen... 192 LAMPRAN H


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi seluruh siswa pendidikan dasar di Indonesia. Mata pelajaran ini bertujuan agar siswa mampu menguasai kemampuan berbahasa dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian ternyata sebagian besar siswa SD merasa bahwa bahasa Indonesia lebih formal. Sebagian besar penyajian materi Bahasa Indonesia oleh guru menggunakan metode ceramah. Guru kurang mampu menyusun sumber belajar bagi siswa. memilih pendekatan dan metode yang sesuai, serta memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada konsep tertentu. Kondisi ini dirasa kurang menarik bagi siswa sehingga dapat menyebabkan rendahnya gairah dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia, terlihat pada saat observasi sementara di kelas seperti berikut.

1. Siswa kurang berminat terhadap pelajaran bahasa Indonesia ini ditunjukkan oleh sikap mereka saat mereka menerima pelajaran.

2. Siswa di kelas cenderung pasif (saat pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran.

3. Siswa tidak mau bertanya selama dalam proses pembelajaran.


(5)

5. Siswa tidak mau mempelajari kembali hasil pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa ditanya tentang pelajaran yang lalu mereka masih bingung lalu membuka catatannya

Berbagai keadaan di atas akhirnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar bahasa Indonesia.

Kenyataan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan bagaimana seharusnya pengajaran bahasa dilaksanakan di sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan sebagai sarana pembinaan dan kesatuan bangsa, peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia siswa, sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan, dan sarana pengembangan penalaran. Tujuan ‘idealis’ itu selanjutnya diturunkan ke dalam tujuan umum: (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara; (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; (3) siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial; dan (4) siswa mampu menikmati, memahami, dan memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Lalu, dalam konteks kecenderungan pemikiran seperti itu, bagaimanakah seharusnya pembelajaran bahasa Indonesia dikemas? Pendekatan pembelajaran yang bagaimanakah yang tepat untuk diterapkan?


(6)

Mengikuti pandangan di atas, pengajaran bahasa Indonesia seharusnya dikembalikan pada kedudukan yang sebenarnya, yaitu melatih siswa membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan mengapresiasi sastra yang sesungguhnya. Tugas guru adalah melatih siswa membaca sebanyak-banyaknya, menulis sebanyak-banyaknya, berdiskusi sebanyak-banyaknya. Artinya, guru harus menghindari pengajaran yang berisi pengetahuan tentang bahasa Indonesia (using

the language, bukan talk about the language). Apa yang diajarkan seharusnya

dekat dengan kebutuhan berbahasa Indonesia siswa.

Prinsip yang mendasari guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dengan siswa. Prinsip pertama menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang diperoleh, berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar dihindari penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam komunikasi sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis. Prinsip kedua menekankan bahwa melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan. Sedangkan prinsip ketiga mengharapkan agar di kelas bahasa tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Tidak ada peran guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai ‘pemicu’ kegiatan berbahasa lisan dan tulis.


(7)

Peran guru sebagai orang yang tahu atau pemberi informasi pengetahuan bahasa Indonesia agar dihindari.

Di dalam berkolaborasi dengan guru ketika merencanakan, mengerjakan, dan melaporkan projek misalnya, siswa secara simultan belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Mereka belajar berbahasa dengan menggunakan bahasa melalui mendengar, membaca, berdiskusi, dan membuat suatu perencanaan (menulis). Mereka juga belajar melalui bahasa, yakni ketika mempelajari dunia perkebunan, misalnya, dari buku-buku atau bacaan. Peristiwa mengobservasi dan kemudian melaporkannya adalah contoh belajar melalui bahasa.

Sejalan dengan tuntutan di atas, khususnya dalam pembelajaran menyimak di sekolah dasar, sudah barang tentu guru harus mampu memilih strategi, model, dan media pembelajaran yang tepat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pembelajaran mendatang harus berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan siswa, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial. Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial mesyarakat. Dalam kaitannya dengan ini, maka pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas mengaktifkan, menyentuhkan dan mempertautkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi


(8)

yang berlangsung secara dinamis. Sementara itu, belajar pada dasarnya merupakan proses menyadari sesuatu, memahami permasalahan, proses adaptasi dan organisasi, proses asimilasi dan akomodasi, proses menghayati dan memikirkan, proses mengalami dan merefleksikan, proses membuat komposisi dan membuka ulang secara terbuka dan dinamis. Itulah sebabnya, dalam kelas mendatang, pemanfaatan sumber belajar yang alamiah itu penting. Siswa diharapkan belajar dengan berbagai cara dan berbagai sumber.

Dalam konteks itu, sumber-sumber belajar yang dapat digunakan sangat bervariasi. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi belajar dari apa dan siapa saja. Sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya adalah media pembelajaran berupa multi media. Dalam pengajaran, alat peraga media pendidikan memegang peranan penting sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (1982 : 77), bahwa maksud dan tujuan penggunaan media pendidikan ialah memberikan variasi dalam cara kita mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, sehingga lebih tertuju pada pencapaian tujuan.

Bertolak dari pendapat di atas, penulis mencoba untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan penggunaan Media Audio Visual sebagai alat bantu dalam sistem pembelajaran modul untuk meningkatkan Keterampilan belajar bahasa Indonesia siswa di Kelas V Sekolah Dasar (SD). Penggunaan modul ini didasari oleh kenyataan bahwa sistem pembelajaran modul dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang dapat mendorong siswa lebih aktif untuk belajar mandiri di bawah pengawasan dan bimbingan guru karena di dalam modul sudah tercantum


(9)

tujuan pembelajaran khusus, isi bahan pelajaran sesuai dengan GBPP yang tersusun secara sistematis dan mengarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, serta terdapat lembar kegiatan siswa yang di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal yang dapat digunakan untuk latihan dan penguatan bagi siswa. Dengan demikian, modul dapat memupuk sikap dinamis dan aktif, karena siswa dituntut lebih giat memecahkan masalah-masalah dan terhindar dari kegiatan yang tidak berguna.

Penggunaan di sekolah juga sangat diperlukan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa penggunaan sarana praktikum kurang memadai, sehingga penggunaan media Audio Visual ini dapat mendemonstrasikan kegiatan praktikum pada konsep tertentu, yang tidak dapat dilakukan di sekolah tanpa menggeser kegiatan praktikum yang lain. Melalui media audio visual ini diharapkan materi pembelajaran dapat dilihat siswa dalam jumlah yang relatif besar, dapat merangkum beberapa jenis media dalam satu program, dapat digunakan berbagai efek dan teknik yang tidak dipunyai oleh media lain, dan dapat menghadirkan sumber yang sukar danlangka (Rahardjo, 1998 : 278). Selain itu, penggunaan media diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih menyukai benda yang nyata dan pada informasi atau gambar yang dibuat oleh guru, karena dapat membantu memperkuat daya ingat siswa. Terlebih, media audio visual dapat membuat konkret konsep yang abstrak, dan dapat diintegrasikan dengan sistem pembelajaran modul.


(10)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengemukakan beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya dalam hal keterampilan berbahasa menyimak. Beberapa masalah yang dapat teridentifikasi tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak dan menulis masih terhitung rendah.

b. Proses pembelajaran menyimak dan menulis belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

c. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak dan menulis selama ini masih cenderung belum mampu mendorong anak untuk benar-benar mampu menyimak dan menulis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah kemampuan menyimak dan menulis siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual?

b. Bagaimanakah kemampuan menyimak dan menulis siswa kelas V SD yang tidak mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual?


(11)

c. Apakah terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan menyimak dan menulis antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. kemampuan menyimak dan menulis siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual;

2. kemampuan menyimak dan menulis siswa kelas V SD yang tidak mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual; dan

3. perbedaan antara kemampuan menyimak dan menulis antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara empiris maupun secara teoretis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan memberikan mafaat untuk mendukung teori pembelajaran bahasa khususnya dalam penerapan


(12)

pembelajaran sistem modul melalui audio visual. Secara empiris penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.

1. Bagi guru

a. Membantu guru untuk dapat memilih media yang tepat dalam mengajarkan konsep bahasa Indonesia.

b. Membantu guru untuk mengatasi keterbatasan sarana praktikum di sekolah karena media Audio Visual ini dapat menggantikan (mendemostrasikan) kegiatan praktikum pada konsep tertentu.

2. Bagi siswa

a. Membantu siswa dalam memahami konsep-konsep bahasa Indonesia yang abstrak, agar menjadi lebih kongkrit.

b. Membantu siswa untuk dapat aktif dan dinamis bekerja mandiri di bawah pengawasan dan bimbingan guru.

3. Bagi lembaga

Memberikan permodelan tentang sistem pembelajaran yang mengintegrasikan antara penggunaan media yang tepat dengan unit program belajar mengajar bagi guru.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan menyimak dan menulis antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media


(13)

audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual ”

G. Definisi Operasional

Berikut ini pengertian istilah-istilah yang digunakan pada perumusan masalah dan hipotesis secara operasional.

1. Sistem Pembelajaran Modul (SPM), adalah sistem pembelajaran dengan

menggunakan modul dan peran guru membantu memberikan bimbingan kepada siswa yang memiliki kesulitan. Modul, adalah suatu paket program belajar mengajar yang berisi: tujuan pembelajaran khusus, topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, materi pokok yang mengacu pada tujuan pembelajaran, lembar kerja yang berisi pertanyaan dan soal-soal latihan, media sebagai alat bantu dalam pembelajaran, serta program evaluasi yang akan dilaksanakan.

2. Media Audio Visual dalam penelitian ini adalah alat-alat fisik yang

menggunakan kemampuan audio visual berjenis video yang dapat digunakan untuk menjelaskan isi pembelajaran berupa film tentang cerita rakyat Malin Kundang.

3. Kemampuan menyimak adalah kemampuan siswa menceritakan kembali bahan

simakan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan menyimak ini diukur dengan tes hasil belajar dengan menggunakan tiga indikator ketepatan menceritakan kembali isi bahan simakan yaitu (1) keruntutan alur, (2) kelengkapan peristiwa, dan (3) kejelasan tokoh.


(14)

4. Kemampuan menulis adalah kemampuan siswa mencurahkan gagasan yang

diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia yang diukur melalui tes hasil belajar. Kemampuan menulis ini diukur dengan tes hasil belajar dengan menggunakan tiga indikator kemampuan menulis yaitu (1) penggunaan kalimat efektif, (2) pilihan kata, dan (3) penggunaan tanda baca.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian aplikatif kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen. Gambaran tentang desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

A O1 X1 O2

B O1 O2

Keterangan:

A : Kelas Eksperimen B : Kelas Kontrol O1 : Pretes (Tes awal)

X1 : Perlakuan Pembelajaran Menyimak dengan Modul dengan alat bantu Media Audio Visual

O2 : Postes (Tes akhir)

I. Lokasi dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Cirebon. Pemilihan sumber data dilakukan secara acak dan dipilih sebanyak satu kelas untuk aplikasi tindakan yang telah dirancang penulis dan satu kelas kontrol. Dari hasil pemilihan


(15)

terpilih kelas V SD Negeri Argasunya Cirebon yang terdiri atas dua kelas yakni kelas V A sebagai kelas eksperimen yaitu siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan modul dengan alat bantu audio visual dan kelas V B sebagai kelas kontrol.


(16)

54 BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian aplikatif karena peneliti ingin mengetahui penerapan suatu perlakuan terhadap suatu variabel. Perlakuan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Modul dengan alat bantu Media Audio Visual, sedangkan variabel yang diamati adalah prestasi belajar siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kuasi eksperimen. Gambaran tentang desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

A O1 X1 O2

B O1 O2

Keterangan:

A : Kelas Eksperimen B : Kelas Kontrol O1 : Pretes (Tes awal)

X1 : Perlakuan Pembelajaran Menyimak dengan Modul dengan alat bantu Media Audio Visual

O2 : Postes (Tes akhir)

B. Definisi Operasional

Berikut ini pengertian istilah-istilah yang digunakan pada perumusan masalah dan hipotesis secara operasional.

1. Sistem Pembelajaran Modul (SPM) adalah sistem pembelajaran dengan

menggunakan modul dan peran guru membantu memberikan bimbingan kepada siswa yang memiliki kesulitan. Modul, adalah suatu paket program belajar mengajar yang berisi: tujuan pembelajaran khusus, topik yang akan


(17)

dijadikan pangkal proses belajar mengajar, materi pokok yang mengacu pada tujuan pembelajaran, lembar kerja yang berisi pertanyaan dan soal-soal latihan, media sebagai alat bantu dalam pembelajaran, serta program evaluasi yang akan dilaksanakan.

2. Media Audio Visual dalam penelitian ini adalah alat-alat fisik yang

menggunakan kemampuan audio visual berjenis video yang dapat digunakan untuk menjelaskan isi pembelajaran berupa film tentang cerita rakyat Malin Kundang.

3. Kemampuan menyimak adalah kemampuan siswa menceritakan kembali bahan

simakan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan menyimak ini diukur dengan tes hasil belajar dengan menggunakan tiga indikator ketepatan menceritakan kembali isi bahan simakan yaitu (1) keruntutan alur, (2) kelengkapan peristiwa, dan (3) kejelasan tokoh.

4. Kemampuan menulis adalah kemampuan siswa mencurahkan gagasan yang

diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia yang diukur melalui tes hasil belajar. Kemampuan menulis ini diukur dengan tes hasil belajar dengan menggunakan tiga indikator kemampuan menulis yaitu (1) penggunaan kalimat efektif, (2) pilihan kata, dan (3) penggunaan tanda baca.

5. Kemampuan menyimak dan menulis dalam penelitian ini dinilai secara integratif artinya dinilai secara bersamaan dari setiap karangan yang dihasilkan siswa. Kemampuan menyimak ditinjau dari aspek isi karangan dan


(18)

kemampuan menulis dinilai dari aspek kebahasaan karangan. Dengan demikian hasil penilaian setiap siswa hanya satu sebagai perpaduan kemampuan menyimak dan menulis dengan bobot 70 untuk menyimak dan 30 untuk menulis dan skor totalnya adalah 100.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Cirebon. Pemilihan sumber data dilakukan secara acak dan dipilih sebanyak satu kelas untuk aplikasi tindakan yang telah dirancang penulis dan satu kelas kontrol. Dari hasil pemilihan terpilih kelas V SD Negeri Argasunya Cirebon yang terdiri atas dua kelas yakni kelas V A sebagai kelas eksperimen yaitu siswa yang memperoleh pembelajaran menyimak dan menulis melalui penggunaan modul dengan alat bantu audio visual dan kelas V B sebagai kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran menyimak dan menulis melalui penggunaan metode ceramah dan penugasan.

D. Langkah - langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut.


(19)

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian

PEMBUATAN RANCANGAN PENELITIAN

PEMBUATAN RANCANGAN PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN INSTRUMEN VALIDASI

Teoretis : Pertimbangan Ahli Empiris : Uji coba dan dianalisa

PELAKSANAAN PENELITIAN

PRETES KELAS KONTROL

POSTES KELAS KONTROL

ANALISIS DATA

Rata-rata Kelompok

Uji t-tes Standar Deviasi

Kelompok

SIMPULAN DAN SARAN

Aplikasi Pembelajaran melalui metode ceramah dan penugasan PRETES KELAS EKSPERIMEN

POSTES KELAS EKSPERIMEN Aplikasi Pembelajaran melalui


(20)

E. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Secara terperinci kedua data ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Data primer dihasilkan dari hasil kemampuan siswa menyimak dan menulis yang dinilai secara intergratif dari sebuah karangan hasil siswa menceritakan kembali bahan simakan yang dikumpulkan dengan cara tes kemampuan menyimak dan menulis berbentuk kemampuan menceritakan kembali.

2. Data sekunder yang diolah yakni data statistik sebagai tindak lanjut pengolahan data dari penilaian kemampuan menyimak dan menulis yang dinilai secara intergratif dari sebuah karangan hasil siswa menceritakan kembali bahan simakan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan desain penelitian yang telah ditetapkan, pengumpulan data diawali dengan uji coba instrumen, hasil analisis uji coba ditetapkan sebagai instrumen penelitian, observasi yang terdiri atas pretes, treatment, dan postes. 1. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian terdiri dari tes prestasi belajar bahasa Indonesia yang digunakan untuk mengukur apakah ada peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia secara signifikan setelah siswa mengikuti Sistem Pembelajaran Modul dengan alat bantu Media Audio Visual dan apakah ada perbedaan yang signifikan antara Sistem Pembelajaran Modul dengan alat bantu Media Audio Visual dengan Sistem Pembelajaran Ceramah dan Penugasan.


(21)

Tes kemampuan menyimak disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan konsep-konsep yang terdapat di KTSP. Dari hasil uji coba instrumen akan diperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukarannya yang akan dijadikan ukuran kelayakan digunakannya instrumen penelitian yang dibuat.

a. Validitas Soal

Validitas merupakan salah hal yang penting dalam menentukan instrumen penelitian. Menurut Suherman (1990: 24) suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Menurut Ruseffendi (1994: 76) suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur.

Menurut Fraenkel (1990: 156) validitas suatu instrumen yaitu kebenaran yang digambarkan sebagai acuan pada kepantasan penuh arti dan kegunaan sebuah instrumen yang menyangkut kebenaran atau keabsahan dalam penarikan kesimpulan secara spesifik berdasarkan pada data yang dikumpulkan.

1) Validitas Muka

Validitas muka suatu alat evaluasi berkenaan dengan keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain (Suherman, 1990: 87).

Untuk mengukur validitas muka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mencobakan instrumen kepada siswa lain yang tidak menjadi sampel dalam penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah


(22)

            −             −             − =

= = = = = = = 2 1 1 2 1 2 1 2

1 1 1

n i i n i i n i n i i i n i n i i n i i i i xy y y n x x n y x y x n r

instrumen yang digunakan dapat difahami dengan benar oleh siswa dan tidak menimbulkan salah pengertian.

2) Validitas Isi

Penentuan tingkat validitas isi soal dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara item/aspek penilaian soal dengan skor total yang diperoleh siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas adalah:

dengan: rxy = koefisien validitas

xi = skor tiap item/aspek penilaian soal

yi = skor total kemampuan menulis dan menyimak

xiyi = perkalian skor x dan y perorangan

xi = jumlah skor tiap item/ aspek penilaian soal

∑yi = jumlah skor total kemampuan menulis dan menyimak xiyi = jumlah perkalian nilai x dan y perorangan

xi2 = jumlah kuadrat skor tiap item/aspek penilaian soal

∑yi2 = jumlah kuadrat skor total kemampuan menulis dan menyimak


(23)

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Korelasi Menurut Suherman (1990: 147) Besarnya rxy Interpretasi 0,90 < rxy ≤ 1,00

0,70 < rxy ≤ 0,90 0,40 < rxy≤ 0,70 0,20 < rxy ≤ 0,40 0,00 < rxy ≤ 0,20 rxy = 0,00

Validitas sangat tinggi (sangat baik) Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup) Validitas rendah (jelek)

Validitas sangat rendah (sangat jelek) Tidak valid

Ada dua langkah yang dilakukan dalam perhitungan validitas soal, yaitu menghitung validitas soal secara keseluruhan dan menghitung validitas item soal.

Perhitungan validitas soal secara keseluruhan diperoleh nilai validitas instrumennya adalah 0,71. Berdasarkan kriteria pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat memiliki validitas tinggi.

Selanjutnya untuk menentukan validitas item, maka digunakan perhitungan korelasi antara skor masing-masing item dengan skor total. Perolehan nilai korelasi tersebut disajikan pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Korelasi antara Skor Masing-masing Item Soal dengan Skor Total No Soal Korelasi Pearson Sig (2-tailed) Kategori

1 0,637 0,000 Sedang

2 0,542 0,000 Sedang

3 0,5 0,001 Sedang

4 0,597 0,000 Sedang

5 0,473 0,002 Sedang

6 0,459 0,003 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, disimpulkan bahwa nilai korelasi masing-masing item termasuk ke dalam kategori sedang. Perhitungan secara terperinci dengan menggunakan program SPSS.


(24)

          −       − =

= 2 1 2 11 1 1 total n i i s s n n r

b. Reliabilitas Soal

Selain validitas, reliabilitas juga mempengaruhi terhadap pemilihan instrumen. Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan suatu instrument yang digunakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Suherman (1990: 156), suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda.

Selanjutnya menurut Ruseffendi (1994: 276), reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut.

Menurut Fraenkel (1990: 312), reliabilitas mengacu pada konsistensi atau ketetapan nilai yang diperoleh untuk setiap individu, artinya ketetapan pada perhitungan dari suatu instrumen ke instrumen lainnya dan dari satu materi ke materi lainnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas yaitu rumus Alpha:

dengan: n = banyaknya soal

2

i

s = varians skor tiap soal

2

total


(25)

SMI x x DP= ab

Tabel 3.3

Klasifikasi Derajat Reliabilitas Menurut Suherman (1990, h.177) Besarnya r11 Interpretasi

r11≤ 0,20 0,20 < r11≤ 0,40 0,40 < r11≤ 0,70 0,70 < r11 ≤ 0,90 0,90 < r11≤ 1,00

Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan data diperoleh nilai reliabilitasnya adalah 0,82. Berdasarkan kriteria pada Tabel 3.3 menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki reliabilitas tinggi.

c. Daya Pembeda

Menurut Suherman (1990: 78) Daya Pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dan siswa yang tidak dapat menjawab soal.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah:

dengan xa = rata-rata skor kelompok atas xb = rata-rata skor kelompok bawah


(26)

SMI x

IK =

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda (dalam Suherman, 1990, h.202) Besarnya DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat jelek Jelek

Cukup Baik

Sangat baik

Berdasarkan perhitungan data yang diperoleh pada Tabel A.2, diperoleh prosentase daya pembeda soal menunjukkan kriteria daya pembeda cukup (65%) dan daya pembeda baik (35%).

d. Indeks Kesukaran

Menurut Suherman (1990: 189) Indeks Kesukaran menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran yaitu

dengan x = nilai rata-rata tiap butir soal SMI = skor maksimal ideal

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran (dalam Suherman, 1990:213) Besarnya IK Interpretasi

IK = 0,00

0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK < 1,00

IK = 1,00

Soal terlalu sukar Soal sukar

Soal sedang Soal mudah Soal terlalu mudah


(27)

Berdasarkan perhitungan data yang diperoleh pada Tabel A.2 diperoleh prosentase indeks kesukarannya adalah soal mudah (5%), soal sedang (85%) dan soal sukar (10%).

Dari hasil pengujian instrumen yang dilakukan oleh peneliti, dengan memperhatikan nilai validitas soal, nilai reliabilitas soal, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dibuat cukup baik untuk digunakan dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Primer

Analisis data primer dilakukan terhadap karangan sebagai bentuk dari hasil kemampuan menyimak dan menulis siswa pada kegiatan pretes maupun postes. Data tersebut diolah untuk diberikan penilaian dengan menggunakan dua aspek penilaian utama yakni aspek menyimak yang ditinjau dari indikator ketepatan isi meliputi (a) keruntutan alur dengan skor maksimal 30, (b) kelengkapan peristiwa dengan skor maksimal 30, (c) kejelasan tokoh dengan skor maksimal 10 dan aspek kemampuan menulis yang ditinjau dari indikator bahasa meliputi (a) kalimat dengan skor maksimal 10, (b) pilihan kata dengan skor maksimal 10, dan (c) tanda baca yang digunakan dengan skor maksimal 10. Dengan demikian perbandingan bobot kedua aspek penilaian tersebut adalah 70:30 dan nilai total kemampuan menyimak dan menulis secara integratif adalah 100.


(28)

2. Analisis Data Sekunder (Statistik)

Langkah-langkah analisis data tes awal adalah sebagai berikut. a. Menguji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tes yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah:

dengan dk = n-1

Oi = hasil pengamatan

Ei = hasil yang diharapkan

N = banyaknya siswa

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika χtabel2 <χhitung2 dan terima H0 untuk

kondisi lainnya pada taraf signifikansi yang telah ditentukan. b. Menguji Homogenitas.

Uji ini digunakan untuk menentukan apakah sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang varians yang sama.

Tes yang digunakan untuk menghitung homogenitas adalah:

2 ) 1 ( 2 1 2

2 ( )

dk tabel n i i i i hitung E E O α χ χ χ − = = − =

) 2 , 1 ( 2 1 tabel 2 2 v v k b hitung F F S S F α = =


(29)

penyebut kebebasan derajat pembilang kebebasan derajat kecil lebih yang sampel varians besar lebih yang sampel varians : dengan 2 1 2 2 = = = = v v S S k b

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika Ftabel <Fhitung dan terima H0 untuk kondisi lainnya pada taraf signifikansi yang telah ditentukan.

c. Menguji Perbedaan Dua Rata-rata untuk Prestasi Belajar Awal

Uji ini digunakan untuk menentukan apakah data kelas eksperimen dan kelas

kontrol memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak.

1. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka

digunakan uji t' dengan rumus:

postes siswa jumlah pretes siswa jumlah postes varians pretes varians postes rata -rata nilai pretes rata -rata nilai dengan ) / ( ) / ( ' 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 = = = = = = + − = n n s s x x n s n s x x t

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika t tabel t hitung

1

1 <

dan terima H0

untuk kondisi lainnya dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan.

2. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan tidak homogen,

maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ztabel < zhitung dan terima H0 untuk kondisi lainnya dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan.


(30)

3. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji t dengan rumus:

1 ) 1 ( ) 1 ( dan 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 gab 2 1 gab 2 1 hitung − + − + − = + − = n n s n s n S n n S x x t

dengan : x1 = nilai rata-rata eksperimen

2

x = nilai rata-rata kontrol

n1 = banyaknya siswa

n2 = banyaknya siswa 2

1

s = varians eksperimen

2 2

s = varians kontrol

Sgab= simpangan gabungan

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ttabel <thitung dan terima H0 untuk kondisi lainnya dengan taraf signifikansi 0,05.


(31)

151

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Hasil pembelajaran pada kelas eksperimen yakni kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul dan media audio visual dapat dikemukakan bahwa kemampuan menyimak siswa pada kelas eksperimen pada saat pretes memiliki rata-rata sebesar 35 satuan skala nilai 70 atau 50 dalam skala nilai 100. Setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul dan media audio visual kemampuan menyimak siswa kelas eksperimen pun mengalami kenaikan menjadi rata-rata sebesar 52,5 dalam skala nilai 70 atau menjadi 75 dalam skala nilai 100. Berdasarkan kedua rata-rata tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa menyimak mengalami peningkatan. Besarnya perbedaan rata-rata antara pretes dan postes adalah sebasar 17,5 dalam skala nilai 70 atau 25 dalam skala nilai100.

Kemampuan menulis siswa pada kelas eksperimen pada saat pretes memiliki rata-rata sebesar 12,5 satuan nilai skala 30 atau 41,67 dalam nilai skala 100. Setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul dan media audio visual kemampuan menyimak siswa kelas eksperimen pun mengalami kenaikan menjadi rata-rata sebesar 18,75 dalam skala 30 atau menjadi 62,5 dalam skala 100. Berdasarkan kedua rata-rata tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa menulis mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul dan media audio


(32)

visual. Besarnya perbedaan rata-rata antara pretes dan postes adalah sebasar 6,25 dalam skala nilai 30 atau 19,83 dalam skala nilai100.

2. Hasil pembelajaran pada kelas kontrol yakni kelas yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul dan audio visual atau kelas yang mendapatkan pembelajaran melalui penggunaan metode ceramah dan penugasan secara deskritif dapat dikemukakan bahwa kemampuan menyimak siswa pada kelas kontrol pada saat pretes memiliki rata-rata sebesar 35,38 satuan nilai skala nilai 70 atau 50,76 dalam nilai skala nilai 100. Nilai ini lebih tinggi dari nilai kelas eksperimen walaupun tidak memiliki tingkat perbedaan yang signifikan. Setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan kemampuan menyimak siswa kelas kontrol pun mengalami kenaikan menjadi rata-rata sebesar 48 dalam skala nilai 70 atau menjadi 68,57 dalam skala nilai 100. Berdasarkan kedua rata-rata tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa menyimak mengalami peningkatan. Besarnya perbedaan rata-rata antara pretes dan postes adalah sebasar 12,62 dalam skala nilai 70 atau 20,57 dalam skala nilai100. Ternyata kenaikan rata kelas kontrol lebih rendah dibanding dengan kenaikan rata-rata pada kelas eksperimen.

Kemampuan menulis siswa pada kelas kontrol pada saat pretes memiliki rata-rata sebesar 12,125 satuan nilai skala 30 atau 40,42 dalam nilai skala 100. Nilai ini lebih rendah dari nilai kelas eksperimen walaupun tidak memiliki tingkat perbedaan yang signifikan Setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan kemampuan menyimak siswa


(33)

kelas kontrol pun mengalami kenaikan menjadi rata-rata sebesar 15 dalam skala 30 atau menjadi 50 dalam skala 100. Berdasarkan kedua rata-rata tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa menulis mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan. Besarnya perbedaan rata-rata antara pretes dan postes adalah sebasar 2,975 dalam skala nilai 30 atau 9,58 dalam skala nilai100. Ternyata kenaikan rata-rata kelas kontrol lebih rendah dibanding dengan kenaikan rata-rata pada kelas eksperimen.

3. Berdasarkan analisis statisik dengan uji t dapat dikemukakan bahwa hasil uji perbedaan rata-rata kemampuan menyimak antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar 2,64. Besaran nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,03. Ternyata nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dibanding taraf signifiksi (alfa) 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan menyimak antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual. Pada kemampuan menulis, berdasarkan analisis statisik dengan uji t dapat dikemukakan bahwa hasil uji perbedaan rata-rata kemampuan menulis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar 2,717. Besaran nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,00. Ternyata nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dibanding taraf signifiksi (alfa) 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan menulis antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran dengan


(34)

menggunakan sistem modul melalui media audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual.

B. Saran

Berikut penulis kemukakan bebera saran penelitian.

1. Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan modul melalui audio visual dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa. Oleh sebab itu, hendaknya guru dapat menggunakan pendekatan modul melalui audio visual sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu para peneliti yang tertarik melakukan penelitian lanjutan hendaknya melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui apakah mereka (guru) memahami pendekatan modul melalui audio visual, dan kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan modul melalui audio visual.

2. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan pembelajaran dengan menguasai berbagai pendekatan pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan modul dan media audio visual guna dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan modul dan media audio visual mampu meningkatkan pemahaman siswa serta menghindarkan siswa dari verbalisme.


(35)

3. Kepala sekolah hendaknya meningkatkan motivasi dan pengetahuan guru melalui berbagai kegiatan baik yang sifatnya pembinaan, supervisi, klinis maupun pendidikan dan latihan agar mereka mampu mengimplementasikan pembelajaran modern di kelas guna meningkatkan mutu proses pembelajaran . 4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih jauh penerapan sistem

pembelajaran modul dan audio visual pada aspek lain dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama aspek membaca.


(36)

156

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk

Pembelajaran.Jakarta: Rajawali Pers. Team Penerjemah Yusufhadi Miarso

dkk.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Bley-Vroman 1989. Methods for Effective Teaching. New York: Allyn and

Bacon.

Chaudron, 1990. An Interactive Web-based Model for the Professional

Development of Teachers in Contextual Teaching and Learning. Bowling

Green, OH : Bowling Green State University.

Cronbach, L. J. 1954. Educational Psychology. New York : Harcourt, Brace and Company.

Dahar. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas, 2007. Naskah Akademik Bahasa Indonesia. Jakarta: Depsiknas. Duff, 1993.Fudamental of Language Teaching. New York: Allin and Bacon Ellis .1985. Second Language Acquisition. New York: Allin and Bacon

Gagne, N. L. & Berliner. D. C. 1979. Educational Psychology (2ed ed). Boston:

Houghton Miff Lin Company

Hamijaya. 1990. Pedoman Pelaksanaan CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Nine Karya.

Johnson . 2002. Cooperative Learning in the Classroom. Virginia: ASCD

Kemp, Jerrold E. & Smellie, Don C. 1989. Planing, Producing and Using

Instructional Media. New York: Harper & Row, Publishers, Inc.

Koyo, Karta Suya. 1998. Perananan Media dalam Pembelajaran (Makalah). Bandung.


(37)

Loschky dan Bley-Vroman, 1993. “Implementing Contextual Teaching and Learning” Makalah pada Seminar Contextual Teaching and Learning in

Preservice Teacher Education and Studies of Novice Teachers’ Implementation of CTL Approaches in the Classroom. University of

Georgia

Madden dan Reinhart 1987. Contextualizing Teaching. New York:Longman, Inc. Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nunan 1989. Language Teaching Methodology. New York:Longman, Inc Nunan 1993. Research for Language Teaching. New York:Longman, Inc

Pica, Kanagy, dan Falodun 1993. Language Teaching for Primary Class. New York:Longman, Inc

Plomp, Tjeerd. 1996. International Encyclopedia of Educational Technology. Prented and bound in Great Britain by Cambridge University Press, Cmbridge, UK.

Rahardjo, 1998. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Richard dan Nunan. 1990. Approaches and Methods for Language Teaching. New York:Longman, Inc

Romiszowski, AJ 1988. Developing Auto Instructional Materials from

Programmed Texts to CAL and Interactive Video. London: Prented and

bound in Great Britain by Anchor Brendon Ltd, Tiptree, Essex.

Romiszowski, AJ 1988. The Selection and Use of Instructional Media. London: Kogan Page Ltd.

Rubin, Dorothy. 1995. Teaching Elementary Language Arts.Boston : Allyn and Bacon.

Russeffendi. 1994. Prosedur Penelitian Ilmiah. Semarang: IKIP Semarang Press. Rutherford 1987. Second Language Teaching. New York:Longman, Inc


(38)

Sardiman, Arief S. 1990. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Ajfabeta.

Suherman. 1990. Pengantar Statistik Pendidikan. Bandung IKIP Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryobroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yogyakarta: PT Bina Aksara.

Talbert, J.E. & McLaughlin, M.E. 1999. Teaching Listening. New Jersey: by. Prentice-Hall,Inc.

Tompkins dan Hoskinsson. 1994. Teaching Language Arts. California: Allyn and Bacon.

Ur 1988. Teaching Listening Comprehension. New Jersey: by. Prentice-Hall,Inc. Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

Yusufhadi Miarso, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali.


(1)

153

kelas kontrol pun mengalami kenaikan menjadi rata-rata sebesar 15 dalam skala 30 atau menjadi 50 dalam skala 100. Berdasarkan kedua rata-rata tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa menulis mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan. Besarnya perbedaan rata-rata antara pretes dan postes adalah sebasar 2,975 dalam skala nilai 30 atau 9,58 dalam skala nilai100. Ternyata kenaikan rata-rata kelas kontrol lebih rendah dibanding dengan kenaikan rata-rata pada kelas eksperimen.

3. Berdasarkan analisis statisik dengan uji t dapat dikemukakan bahwa hasil uji perbedaan rata-rata kemampuan menyimak antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar 2,64. Besaran nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,03. Ternyata nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dibanding taraf signifiksi (alfa) 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan menyimak antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual. Pada kemampuan menulis, berdasarkan analisis statisik dengan uji t dapat dikemukakan bahwa hasil uji perbedaan rata-rata kemampuan menulis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar 2,717. Besaran nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,00. Ternyata nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dibanding taraf signifiksi (alfa) 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan menulis antara siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran dengan


(2)

154

menggunakan sistem modul melalui media audio visual dengan yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul melalui media audio visual.

B. Saran

Berikut penulis kemukakan bebera saran penelitian.

1. Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan modul melalui audio visual dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa. Oleh sebab itu, hendaknya guru dapat menggunakan pendekatan modul melalui audio visual sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu para peneliti yang tertarik melakukan penelitian lanjutan hendaknya melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui apakah mereka (guru) memahami pendekatan modul melalui audio visual, dan kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan modul melalui audio visual.

2. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan pembelajaran dengan menguasai berbagai pendekatan pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan modul dan media audio visual guna dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan modul dan media audio visual mampu meningkatkan pemahaman siswa serta menghindarkan siswa dari verbalisme.


(3)

155

3. Kepala sekolah hendaknya meningkatkan motivasi dan pengetahuan guru melalui berbagai kegiatan baik yang sifatnya pembinaan, supervisi, klinis maupun pendidikan dan latihan agar mereka mampu mengimplementasikan pembelajaran modern di kelas guna meningkatkan mutu proses pembelajaran . 4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih jauh penerapan sistem

pembelajaran modul dan audio visual pada aspek lain dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama aspek membaca.


(4)

156

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.Jakarta: Rajawali Pers. Team Penerjemah Yusufhadi Miarso dkk.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Bley-Vroman 1989. Methods for Effective Teaching. New York: Allyn and

Bacon.

Chaudron, 1990. An Interactive Web-based Model for the Professional Development of Teachers in Contextual Teaching and Learning. Bowling Green, OH : Bowling Green State University.

Cronbach, L. J. 1954. Educational Psychology. New York : Harcourt, Brace and Company.

Dahar. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas, 2007. Naskah Akademik Bahasa Indonesia. Jakarta: Depsiknas. Duff, 1993.Fudamental of Language Teaching. New York: Allin and Bacon Ellis .1985. Second Language Acquisition. New York: Allin and Bacon

Gagne, N. L. & Berliner. D. C. 1979. Educational Psychology (2ed ed). Boston: Houghton Miff Lin Company

Hamijaya. 1990. Pedoman Pelaksanaan CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Nine Karya.

Johnson . 2002. Cooperative Learning in the Classroom. Virginia: ASCD

Kemp, Jerrold E. & Smellie, Don C. 1989. Planing, Producing and Using Instructional Media. New York: Harper & Row, Publishers, Inc.

Koyo, Karta Suya. 1998. Perananan Media dalam Pembelajaran (Makalah). Bandung.


(5)

157

Loschky dan Bley-Vroman, 1993. “Implementing Contextual Teaching and Learning” Makalah pada Seminar Contextual Teaching and Learning in Preservice Teacher Education and Studies of Novice Teachers’ Implementation of CTL Approaches in the Classroom. University of Georgia

Madden dan Reinhart 1987. Contextualizing Teaching. New York:Longman, Inc. Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nunan 1989. Language Teaching Methodology. New York:Longman, Inc Nunan 1993. Research for Language Teaching. New York:Longman, Inc

Pica, Kanagy, dan Falodun 1993. Language Teaching for Primary Class. New York:Longman, Inc

Plomp, Tjeerd. 1996. International Encyclopedia of Educational Technology. Prented and bound in Great Britain by Cambridge University Press, Cmbridge, UK.

Rahardjo, 1998. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Richard dan Nunan. 1990. Approaches and Methods for Language Teaching. New York:Longman, Inc

Romiszowski, AJ 1988. Developing Auto Instructional Materials from Programmed Texts to CAL and Interactive Video. London: Prented and bound in Great Britain by Anchor Brendon Ltd, Tiptree, Essex.

Romiszowski, AJ 1988. The Selection and Use of Instructional Media. London: Kogan Page Ltd.

Rubin, Dorothy. 1995. Teaching Elementary Language Arts.Boston : Allyn and Bacon.

Russeffendi. 1994. Prosedur Penelitian Ilmiah. Semarang: IKIP Semarang Press. Rutherford 1987. Second Language Teaching. New York:Longman, Inc


(6)

158

Sardiman, Arief S. 1990. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Ajfabeta.

Suherman. 1990. Pengantar Statistik Pendidikan. Bandung IKIP Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryobroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yogyakarta: PT Bina Aksara.

Talbert, J.E. & McLaughlin, M.E. 1999. Teaching Listening. New Jersey: by. Prentice-Hall,Inc.

Tompkins dan Hoskinsson. 1994. Teaching Language Arts. California: Allyn and Bacon.

Ur 1988. Teaching Listening Comprehension. New Jersey: by. Prentice-Hall,Inc. Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

Yusufhadi Miarso, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Media Audio terhadap Pembelajaran Menyimak Puisi di Kelas X SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 4 175

Efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun pelajaran 2013-2014

2 20 195

Pengaruh penggunaan media audio visual Terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX MTS Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun pelajaran 2014/2015

3 14 115

Pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor : penelitian tindakan kelas

1 11 111

Media audio visual, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara.

0 4 26

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRODUKSI MENYIMAK INTENSIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL.

0 3 43

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menyimak Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Karanganyar 02 Tahun Ajaran

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menyimak Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Karanganyar 02 Tahun Ajaran

1 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENGARANG MELALUI METODE PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN MEDIA AUDIO Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Mengarang Melalui Metode Pembelajaran Interaktif dengan Media Audio Visual pada Siswa

0 0 14

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA JERMAN DI SMA.

0 9 24