Pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor : penelitian tindakan kelas

(1)

Skripsi

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

MERIYANI

NIM : 18090183000074

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

MERIYANI, 18090183000074: Pemanfaatan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor (Penelitian Tindakan

Kelas). Skripsi. Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau action research. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, dan pelaksanaan tes di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan tiga siklus, yang terdiri dari tiga pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di

MIS. Mathla’ul Anwar, khususnya siswa kelas IV (empat) dengan jumlah 30 siswa, laki-laki 14 dan perempuan 16, yang beralamat di Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari pembelajaran dengan memanfaatkan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (41,66%), siklus I (66,66%), siklus II (86,11%) dan siklus III (97,22%) dengan nilai rata-rata pada pra siklus adalah 6,19, sikus I adalah 6,69 pada siklus II adalah 7,31 sedangkan pada siklus III adalah 9,72.


(7)

ii

menyusun proposal penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor (Penelitian Tindakan Kelas)”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda yang tercinta Nabi Muhammad s.a.w.

Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang Penulis alami dalam menyusun Penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun Penelitian ini baik bantuan dalam bentuk moril ataupun materil. Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridoan Allah SWT. Khususnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, MA. Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd. Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Bapak pimpinan dan karyawan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kemudahan pinjaman buku-buku sebagai bahan acuan/referensi penyusunan PTK.


(8)

iii

7. Guru dan karyawan MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor. Terima kasih atas doanya.

8. Untuk ayahanda tercinta yang sangat menginginkan penulis melanjutkan studi. Semoga Allah membalas amal ibadahnya. Amin.

9. Untuk ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dan restu yang tiada henti. 10. Teristimewa untuk Suami dan Ananda tercinta. Semoga menjadi isteri dan

anak-anak yang sholihah yang bisa mendo’akan kepada kedua orang tuanya. 11. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun

telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bogor, Desember 2014 Penulis


(9)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN PENGUJI ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan/Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL, INTERVENSI TINDAKAN ... A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti... 7

1. Media Audio Visual ... 7

a. Pengertian Media ... 7

b. Fungsi dan Manfaat Media ... 11

c. Karakteristik dan Jenis-jenis Media Audio-Visual ... 13

d. Penggunaan Audio-Visual dalam Pembelajaran ... 17

e. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio-Visual ... 17

2. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 18

a. Hakekat Kurikulum Bahasa Indonesia Sekolah Dasar .. 18


(10)

v

A. Metode Penelitian ... 39

B. Subyek/Setting Penelitian ... 40

C. Alat Peraga/Bahan Pembelajaran ... 40

D. Instrument Penelitian ... 41

E. Prosedur Penelitian ... 41

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 46

G. Prosedur Pengolahan Data ... 46

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Data Sekolah ... 48

1. Sejarah Singkat ... 48

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 49

3. Struktur Organisasi ... 50

4. Kurikulum ... 51

5. Keadaan Personalia ... 51

6. Keadaan Siswa ... 51

7. Sarana Prasarana ... 52

B. Analisis Data, Intervensi Hasil Analisis dan Pembahasan ... 1. Prasiklus ... 52

2. Siklus I ... 55

3. Siklus II (Perbaikan) ... 59

4. Siklus III (Peningkatan) ... 64

C. Pembahasan ... 69

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 69

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 70

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran ... 71

BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... 72

B. Saran-saran ... 72


(11)

vi


(12)

vii

Tabel 5.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus I ... 56

Tabel 6.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I ... 58

Tabel 8.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus II... 60

Tabel 9.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II ... 61

Tabel 11.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus III ... 65

Tabel 12.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III ... 66


(13)

viii

Grafik 7.4. Hasil Tes Siswa Pada Siklus 1 ... 58 Grafik 10.4. Hasil Tes Siswa Pada Siklus 2 (Perbaikan)... 63 Grafik 13.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus 3 (Peningkatan) ... 68


(14)

ix Lampiran 2.` Hasil Validasi Instrumen

Lampiran 3. RPP Prasiklus, Siklus I, Siklus II Lampiran 4. Photo Kegiatan Belajar Siswa Lampiran 5. Profil Sekolah


(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada anak-anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pengajar akan banyak membantu anak didik dengan mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan media yang dapat dipilih.

Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anak-anak yang peka atau auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas hasil belajar bahan yang disajikan. Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan dengan bantuan media.

Media disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat dan didengar yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan penggunaan alat-alat ini guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap dan hidup serta interaksinya bersifat banyak arah. Media mengandung pesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Apapun yang disampaikan oleh guru sebaiknya menggunakan media, paling tidak yang digunakannya adalah media verbal yang berupa kata-kata yang diucapkan dihadapan siswa.


(16)

Perkembangan peralatan pendidikan sudah maju, maka pengajar dewasa

ini dapat dengan “mudah” memilihnya. Peralatan media yang pada mulanya

terbatas dan sangat mahal, dewasa ini dengan mudah dipelajari dan dipergunakan seperti kamera fotografi, kamera video, menjalankan proyektor slide, atau TV-video. Akan tetapi tanpa memperhatikan apakah media yang

digunakan bersifat “lama” atau “baru” maka yang terpenting adalah terletak pada kemampuan pengajar dalam mempelajari, keterampilan memilih, menggunakan, dan kemampuan mengembangkan perangkat lunak. Media yang tersedia di sekolah tentu ada yang cukup lengkap, tetapi tentu ada juga yang sangat minim dan terbatas. Jika minim, atau bahkan tidak tersedia, maka media-media sederhana dapat dibuat sendiri oleh pengajar dengan bantuan beberapa siswa, misalnya kliping, media grafis, peta, atau gambar

Guru sebagai ujung tombak yang menentukan keberhasilan pendidikan dan pengajaran di sekolah, sepertinya belum dapat mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa. Sebagian guru SD/MI masih menggunakan pembelajaran pola lama, yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominansi oleh guru melalui metode ceramah dan masih kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai pelaksana tugas dalam pembelajaran, bukan memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswanya. Guru pun jarang menciptakan model pembelajaran dengan pengamatan langsung, percobaan, ataupun simulasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru tidak boleh mendominasi pembelajaran di dalam kelas, dengan menganggap siswa tidak memiliki pengetahuan awal. Siswa tidak boleh dicekoki dengan hafalan, melalui transfer hal-hal yang tercantum dalam buku teks. Akan tetapi, siswa harus dilatih berpikir dan membuat konsep berdasarkan pengamatan dan percobaan. Jika siswa memberi input, guru harus mau menerimanya dan jangan memutus proses eksplorasi berpikir siswa hanya karena tidak sesuai dengan buku pegangan. Untuk menjadi ilmuwan ataupun untuk belajar diperlukan independensi berpikir. Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif dan inovatif


(17)

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu memenuhi keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya. Dengan demikian jelas bahwa tahap berpikir anak usia SD/MI harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya.

Sehubungan dengan hal tersebut media pembelajaran yang digunakan oleh guru hendaknya harus sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan media pembelajaran siswa akan bersemangat dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Media pembelajaran yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek seperti menyimak.

Kondisi objektif di MI. Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor pada saat sekarang ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV (empat) yang tidak mencapai nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan, yaitu 6,00. Hal ini diduga karena lemahnya penguasaan guru dalam menggunakan dan menerapkan media dan metode pembelajaran.

Usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa memerlukan media pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang


(18)

diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, media memiliki peran yang sangat penting menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan siswa dalam menyimak materi pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berupaya untuk menyusun

penelitian ini dengan judul: “Pemanfaatan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor (Penelitian Tindakan Kelas).

B. Identifikasi Fokus Penelitian

Sebagaimana yang terurai pada latar belakang, bahwa persoalan yang

terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya di MI. Mathla’ul

Anwar Leuwisadeng Bogor penyebabnya adalah :

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia pada aspek menyimak, hal ini dapat terlihat dari catatan hasil belajar khususnya pada siswa kelas IV (empat) yang kurang memuaskan.

2. Sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan, yaitu 5,50 sedangkan KKM yang ditentukan sekolah adalah 6,00.

3. Penggunaan media pembelajaran kurang tepat sasaran dengan tujuan dan materi yang diajarkan, sehingga siswa tidak dapat menguasai kompetensi yang diharapkan.

C. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana terurai di atas, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sarana

penunjang pembelajaran berupa vidio.

2. Kemampuan menyimak yang dimaksud adalah proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh siswa untuk memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara.


(19)

3. Materi pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini ialah mendengarkan/menyimak pengumuman dan pembacaan pantun (Standar Kompetensi), menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan (Kompetensi Dasar) dan mendengarkan/menyimak pengumuman dengan topik berbeda (Indikator Pembelajaran).

4. Siswa yang dimaksud yakni kelas IV MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor, tahun pelajaran 2013/2014.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana upaya pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor” ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang didapat dari segi teoritis dengan adanya penelitian ini adalah untuk memberikan motivasi kepada para guru di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan mengajarnya sehingga motivasi belajar siswa tetap terjaga, terlaksana dan terpelihara.


(20)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui media audio visual.

b. Bagi guru, melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode dan media dalam kegiatan pembelajaran.

c. Bagi sekolah, merupakan bahan evaluasi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi selama ini, sehingga akan terus dicari solusinya.


(21)

7

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Media Audio Visual

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin „medius‘ yang secara harfiah

berarti „tengah’, „perantara’, atau „pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah Wasaa’il atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely mengatakan bahwa media merupakan perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Association of Education and Communication Technology (AECT) memberi batasan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan peasan atau informasi. Media mempunyai kegunaan dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu verbal. Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. Dengan media akan menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara pembelajar dengan sumber belajar, memungkinkan pembelajar belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.1

Menurut Arief S. Sadiman, menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan.2

Menurut Djamarah kata “media berasal dari bahasa latin dan

merupakan bentuk jama dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti

1

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010).hlm.3

2

Arief. S, Sadiman. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). (Jakarta : Pustekkom Dikbud dan CV. Rajawali. 1986). hlm.6


(22)

“perantara” atau “pengantar”. Dengan demikian media merupakan

wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. 3

Menurut Wina Sanjaya, secara umum media merupakan kata jamak

dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media

berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.4

Secara umum media pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu media pandang (visual aids), media dengar (audio aids) dan media dengar pandang (audio-visual aids). Media pandang dapat berupa benda-benda alamiah, orang dan kejadian; tiruan benda-benda-benda-benda alamiah, orang dan kejadian; dan gambar benda-benda alamiah, orang dan kejadian. Media yang sering dipergunakan dan cukup populer adalah penggabungan antara media audio dan media video, sehingga dikenal dengan audio-video media atau kadang disebut dengan audio-visual aids. Menurut Martin dan Briggs mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajar. Hal ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.5

3

Syaiful Bahri Djamarah, Dkk. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hlm.120

4

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011). hlm.163

5


(23)

Dalam pembelajaran suatu media sangat berperan penting. Media pembelajaran mempunyai kontribusi yaitu: penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan, peran guru berubah kearah yang positif. Dengan demikian suatu media pembelajaran harus dapat berfungsi untuk kepentingan pembelajaran, berperan menggantikan fungsi dan tugas-tugas dalam pembelajaran, sehinggga bisa memberi manfaat lebih bagi peseta didik.

Media pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sarana untuk memperjelas penyampaian pelajaran pada siswanya dalam membantu peserta didik untuk memahami pelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Ruang lingkup media sangat luas tidak hanya alat pembelajaran yang biasanya berupa model, benda, gambar, tetapi lebih dari itu, media adalah segala sesuatu atau komponen yang memperjelas materi pelajaran. Sebagian orang berasumsi bahwa media itu hanya teknologi yang dapat diuraikan dalam kaitanya dengan perangkat keras, transmisi, produksi, dan penerimaan. Namun tidak demikian karena media mencakup seluruh komponen yang dapat digunakan guru untuk memperjelas materi pelajaran.

Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media


(24)

pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi diciptakan melalui kegiatan tukar menukar pernyataan-pernyataan oleh guru maupun murid. Dalam proses komunikasi agar tidak terjadi kesalahan arah, maka perlu digunakan sarana pembantu yang disebut media. Menurut Gerlach & Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah setiap orang atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar, mengajar cenderung diartikan sebagaialat-alat grafis, photografis, atau elektronis, untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.6 Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar. 7

Media audio-visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi ke dalam:

1) Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.

2) Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassete.8

6

Arsyad, Op.Cit.. hlm.17

7

Syeful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm 141

8


(25)

b. Fungsi dan Manfaat Media

Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.

Pemerintah telah lama menyadari bahwa peran media dalam proses pembelajaran amat penting. Oleh karena itu telah banyak dana diinvestasikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melalui pengadaan atau pendistribusian berbagai macam media pembelajaran ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Menurut Miarso, media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa yang belajar. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas dalam diri siswa

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan, pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan


(26)

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa meningkatkan hasil belajar , menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus dalam bukunya Attarbiyatu

wata’liim mengungkapkan sebagai berikut: “bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin hasil belajar ”.9

Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama, apabila media itu untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: memotivasi minat atau tindakan,menyajikan informasi, memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan, sehingga hasil yang diharapkan dapat melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak.

Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Dalam penyajiannya dapat menggunakan teknik motivasi. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral atau senang.

Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Adapun manfaat dari media pembelajaran sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:

9


(27)

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku; 2) Pembelajaran bisa lebih menarik

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisifasi siswa, umpan balik dan penguatan;

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat; 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan;

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diperlukan;

7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan;

8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.10

Jika dilihat dari indera (sensory channels), media pembelajaran dapat dikelompokkan atas media yang dapat didengar (audio), dapat dilihat (visual), dapat didengar dan dilihat (audio visual), dan dapat disentuh (touch). Jenis media tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Jenis Media Contoh Media

Audio (suara/bunyi) Visual (pandang)

Audio-Visual (pandang-dengar)

Touch (sentuhan)

Suara guru, Laboratorium bahasa, tape, siaran radio.

Papan tulis, gambar, photo, model/bagan, charts, hand-out, buku teks, film slide, transparansi, dsb. Televisi, video, film/bioskop. Contoh kain (tekstil)

c. Karakteristik dan Jenis-jenis Media Audio-Visual

Karakteristik media audio-visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Alat-alat audio visual merupakan alat-alat “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. 11 Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media yaitu media audio dan visual. Dilihat dari segi keadaannya, media audiovisual dibagi menjadi dua yaitu audio-visual

10

Arsyad, Loc.Cit.. hlm.21

11

Amir Hamzah Suleiman. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan (Jakarta: PT Gramedia, 1985). hlm,11


(28)

murni dan audio-visual tidak murni. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Audio-Visual Murni

Audio-visual murni atau sering disebut dengan audio-visual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara maupun unsur gambar tersebut berasal dari suatu sumber.

a) Film Bersuara

Film bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang digunakan untuk hiburan seperti film komersial yang diputar di bioskop-bioskop. Akan tetapi, film bersuara yang dimaksud dalm pembahasan ini ialah film sebagai alat pembelajaran. Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sehubungan dengan apa yang dipelajari. Oemar Hamalik mengemukakan prinsip pokok yang berpegang kepada 4-R yaitu : “ The right film in the right place at the right time used in the right way”.12

Secara singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film, vidio, ataupun televisi hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata kepada siswa. Film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Sesuai dengan tema pembelajaran (2) Dapat menarik minat siswa (3) Benar dan autentik

(4) Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan (5) Sesuai dengan tigkat kematangan siswa

(6) Perbendaharaan bahasa yang benar.13

12

. M. Basyirudin Usman dan Asnawir. Media pembelajaran. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm 96

13


(29)

b) Video

Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran.

c) Televisi

Selain film dan video, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak.

2) Audio-Visual tidak murni

Audio Visual tidak murni yaitu media yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda.14 Audio-visual tidak murni ini sering disebut juga dengan audio-visual diam plus suara yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti: Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media audio-visual saja atau media visual diam plus suara. Gabungan slide (film bingkai) dengan tape audio adalah jenis system multimedia yang paling mudah diproduksi.15

Media pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respon emosional. Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media

14

Syeful bahri, Op. Cit, hlm 141

15


(30)

pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak indra siswa yang terlibat ( visual, audio). Dengan semakin banyaknya indra yang terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Slide bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi komputer seperti: power point, camtasia, dan windows movie maker.

Perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya memiliki fungsi dan tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan pembelajaran yang mendapat dukungan media pendidikan yang tepat dan efektif.

Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum dan kemampuan siswa. Sebelum menggunakan media sebagai sarana penunjang pembelajaran, guru memiliki pengetahuan dan pemakaian media tersebut. Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi.

Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dengan mengandalkan indera telinga, mata atau penglihatan dari peserta didik,. Visualisasi informasi atau konsep yang ingin di sampaikan dapat di kembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/illustrasi, sketsa/gambar grafis, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghasilkan illustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek atau situasi. Sementara itu, grafik merupakan refresentasi simbolis dan artistis sesuatu obyek atau situasi.16

16


(31)

Pengajaran sebagai upaya terencana membina pengetahuan sikap dan keterampilan siswa dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru, pembelajaran dengan menggunakan media visual sangat penting untuk mengenal lambang-lambang verbal dan visual yang disampaikan guru supaya dapat diketahui makna yang terkandung dalam lambang tersebut. Lambang-lambang visual memperjelas lambang verbal sehingga siswa lebih dapat memahami makna pesan yang disampaikan.

d. Penggunaan Audio-Visual dalam Pembelajaran

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio-visual untuk pembelajaran yaitu:

1) Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio-visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

2) Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran.

3) Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.

4) Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.17

e. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio-Visual

Kelebihan menggunakan media audio-visual dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:

17


(32)

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

a) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau video.

b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame line atau high speed photografi.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e) Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.

Sedangkan kekurangan menggunakan media audio-visual dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:

1) Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena media audio-visual cenderung tetap di tempat.

2) Biaya pengadaannya relatif mahal.

3) Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung menikmati visualisasi dan suaranya saja. 18

2. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Hakekat Kurikulum Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem, artinya kurikulum merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri dari beberapa komponen dimana antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan kurikulum menggambarkan

18


(33)

kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan. Secara sederhana kurikulum diangggap sebagai sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah. Sedangkan dalam pengertian lebih luas kurikulum mencakup semua pengalaman belajar (learning experience) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi pihak pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Seperti guru, kepalas sekolah, pengawas orang tua, masyarakat dan siswa itu sendiri.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang digunakan untuk memperlancar proses belajar mengajar.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.


(34)

bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

b. Konsep Menyimak

Menyimak merupakan suatu proses yang diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung. Menyimak juga bisa diartikan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.19 Orangtua sering memberikan nasihat kepada putra-putrinya yang berbunyi, kalau orangtua sedang bicara, jangan hanya sekedar mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik, masukkan ke dalam hati.

Apabila kita memerhatikan cuplikan di atas, maka menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum

19

Qonita Alya. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. (PT. Indah Jaya Adi Pratama: Bandung, 2009).hlm.734


(35)

tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.

1) Pengertian Menyimak

Sutari, menyimpulkan bahwa: “mendengar mempunyai makna, dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga, sadar atau tidak. Kalau ada bunyi, alat pendengaran kita akan menangkap bunyi tersebut. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi datang secara kebetulan, mungkin juga tidak”. 20 Menurut Poerwadarminta:

“Menyimak adalah mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. 21

Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu. Dengan kata lain menurut Tarigan:

“Dalam proses menyimak juga terdapat proses mendengar, tetapi tidak selalu terdapat proses menyimak di dalam suatu proses

mendengar”. 22

Kalau keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.

20

Sutari. Menyimak. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1998). hlm.16

21

W.J.S.Poerwadarminta.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1984). hlm.941

22

Henry Guntur Tarigan. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa. 1993). hlm. 19


(36)

Tarigan mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut: Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan. 23

Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang disampaikan oleh si pembicara.

Dengan demikian, mendengar, mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda. Dalam mendengar, yang terlibat hanya fisik dan tidak ada unsur kesengajaan. Dalam menyimak, unsur mental terlibat lebih tinggi daripada mendengarkan.

2) Tujuan Pembelajaran Menyimak

Berdasarkan uraian terdahulu bahwa menyimak adalah suatu penerimaan pesan, gagasan atau pikiran seseorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh penyimak. Sebagai bukti ia memahami pesan itu, ia harus bereaksi memberi tanggapan atau respons. Jadi, kegiatan menyimak merupakan kegiatan disengaja, direncanakan

23


(37)

untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran untuk mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai. Proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara.

Berdasarkan dua aspek di atas kalau diperinci lebih jauh maka tujuan menyimak dapat disusun sebagai berikut:

a) mendapat fakta. b) menganalisis fakta. c) mengevaluasi fakta. d) mendapatkan inspirasi. e) mendapat hiburan.

f) memperbaiki kemampuan berbicara.24

3) Jenis-jenis Menyimak

Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Menyimak ekstensif (extensive listening). b) Menyimak intensif (intensive listening). c) Menyimak sosial (social listening).

d) Menyimak sekunder (secondary listening). e) Menyimak estetik (aesthetic listening). f) Menyimak kritis (critical listening).

g) Menyimak konsentratif (consentrative listening). h) Menyimak kreatif (creative listening).

i) Menyimak introgatif (introgative litening). j) Menyimak penyelidikan (exploratory listening).

24


(38)

k) Menyimak pasif (passive listening). l) Menyimak selektif (selective listening). 25

Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis menyimak sebagai dikemukakan di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Menyimak ekstensif (extensive listening).

Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya. Pada umunya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya b) Menyimak intensif (intensive listening).

Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid. c) Menyimak sosial (social listening).

Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik

25


(39)

perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.

d) Menyimak sekunder (secondary listening).

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan.

e) Menyimak estetik (aesthetic listening).

Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.


(40)

f) Menyimak kritis (critical listening).

Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.

g) Menyimak konsentratif (consentrative listening).

Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat.

h) Menyimak kreatif (creative listening).

Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya.

i) Menyimak introgatif (introgative litening).

Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.

j) Menyimak penyelidikan (exploratory listening).

Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan


(41)

informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.

k) Menyimak pasif (passive listening).

Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.

l) Menyimak selektif (selective listening)

Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan.

4) Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak.

Berikut ini adalah hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain:


(42)

a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca deberikan oleh guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.

b) Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahun-tahun permulaaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak daripada melalui membaca.

c) Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/memakai/menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.

d) Oleh karena, itu para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajaran itu baik.

e) Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.

f) Bagi para pelajar yang lebih besar atau tunggi kelasnya, korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.

g) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan membaca.

h) Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang diajukan oleh pembaca; bagi pelajar yang lebih tinggi


(43)

kelasnya, membaca lebih unggu daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci. 26

5) Teknik Pembelajaran Menyimak

Beberapa di antaranya teknik pembelajaran menyimak, dipaparkan di bawah ini.

a) Simak-Ulang Ucap

Teknik simak-ulang ucap biasanya digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, ungkapan, semboyan, kata mutiara dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah itu, siswa menirukan ucapan guru. Pengucapan ulang bunyi bahasa tersebut dapat dilakukan secara klasikal, kelompok, atau individual.

b) Bermain Tebak-Tebakan

Bermain tebak-tebakan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu. Tentu saja guru dapat memodifikasi permainan ini agar lebih menarik.

c) Mengidentifikasi Kata Kunci

Untuk menyimak kalimat yang panjang, siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertioan kalimat. Guru menyiapkan kalimat panjang dan disampaikan secara lisan. Setelah menyimak, siswa harus menentukan beberapa kata kunci yang mewakili pengertian kalimat.

26

Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Penerbit Angkasa: Bandung, 2008).hlm.734


(44)

d) Mengidentifikasi Kalimat Topik

Setiap paragraf dalam wacana mengandung dua unsur, yakni kalimat topik dan kalimat pengembang. Guru memperdengarkan sebuah wacana pendek (satu paragraf). Setelah menyimak, siswa disuruh menyebutkan kalimat topiknya.

e) Menjawab Pertanyaan

Melalui teknik ini siswa dilatih untuk memahami isi bahan simakan. Setelah menyimak, siswa diminta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi wacana yang diperdengarkan. Pertanyaan yang harus dijawab siswa tentu saja dikembangkan sesuai dengan bahan simakan. Adapun bahan simakan dapat berupa wacana nonsastra maupun wacana sastra. f) Menyelesaikan Cerita

Guru atau salah seorang siswa diminta menceritakan sebuah kisah yang sudah dipersiapkan, sedangkan siswa lain mendengarkan cerita tersebut. Setelah guru/siswa mengisahkan sebagian cerita, siswa lain diminta meneruskan cerita tersebut. Demikian seterusnya secara bergiliran siswa diminta melanjutkan cerita temannya sampai cerita itu berakhir. Dengan cara demikian, siswa harus menyimak jalan cerita yang disampaikan sebab pada giliran berikutnya setiap siswa mungkin ditunjuk guru untuk melanjutkan cerita.

g) Bisik Berantai

Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya. Siswa terakhir menyebutkan pesan itu dengan suara keras dan jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai kepada siswa terakhir atau tidak.


(45)

h) Merangkum

Merangkum atau menyingkat isi bahan simakan berarti menyimpulkan isi bahan simakan secara singkat. Siswa mencari inti bahan simakan. Bahan yang dilisankan dapat berupa wacana sastra maupun nonsastra.

i) Memparafrase

Parafrase berarti alih bentuk. Dalam pembelajaran sastra, parafrase diwujudkan dalam bentuk memprosakan puisi. Guru mempersiapkan puisi yang sesuai. Puisi dibacakan dengan suara dan intonasi yang tepat. Siswa menyimak dan kemudian menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. 27

Demikianlah sebagian dari beberapa teknik pembelajaran yang dapat dipilih dalam pembelajaran kemampuan mendengarkan. Tentu saja, dalam pelaksanaannya teknik-teknik tersebut dapat dimodifikasi, divariasi, digabungkan, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Di samping itu, teknik pembelajaran mendengarkan juga dapat dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan keperluan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan teknik pembelajaran, antara lain teknik yang dipilih hendaknya:

1) relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai 2) menantang dan merangsang siswa untuk belajar

3) mengembangkan kreativitas siswa secara individual/kelompok 4) memudahkan siswa memahami materi pelajaran

5) mengarahkan aktivitas belajar siswa pada tujuan pembelajaran 6) mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit, dan 7) menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

27


(46)

6) Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Murid Menyimak di Sekolah Dasar

Menurut Tarigan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keefektifan kemampuan menyimak antara lain: “(1)

faktor keterbatasan sarana, (2) faktor kebahasaan, (3) faktor biologis, (4) faktor lingkungan, (5) faktor guru, (6) faktor metodologi, (7) faktor kurikulum, dan (8) faktor-faktor tambahan.” 28

Keterbatasan sarana yang dimaksudkan di sini adalah belum tersedianya buku-buku dan alat-alat lainnya yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum kondusif turut pula mempengaruhi pengajaran menyimak dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas serta masih kurangnya sekolah yang memiliki laboratorium bahasa.

Kebahasaan yaitu mulai dari mengenal bunyi di tingkat fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana sampai kepada menangkap, menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil simakan. Di samping faktor-faktor ini masih ada faktor lain misalnya tanda baca serta tanda-tanda suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan intonasi yang juga merupakan masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari bahasa asing.

Biologis yang dimaksud adalah murid yang pendengarannya kurang baik, karena mungkin ada organ-organ pendengarannya tidak berfungsi dengan baik, sudah pasti akan mengalami kesulitan dalam menyimak. Dengan demikian dalam pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan muridnya. Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya didudukkan di bangku paling depan atau murid yang kurang baik pendengarannya di sebelah kiri jangan di tempatkan paling kanan ruangan kelas, demikian pula sebaliknya.

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah di mana sekolah itu berada. Kalau lingkungan sekolah atau kelas itu penuh dengan suara

28


(47)

kegaduhan, kebisingan, kehiruh-pikukan bunyi kendaraan lalu lintas di sekelilingnya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan sebaik apabila pengajaran menyimak itu dilaksanakan di dalam suasana kondusif atau lingkungan yang tenang.

Guru yang penampilannya simpatik, terampil menyajikan materi pengajaran dan menguasai bahan pengajaran akan lebih berhasil di dalam mengajar menyimak daripada guru yang mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dari sifat-sifat-sifat-sifat yang dikemukakan di atas. Jelasnya kemampuan professional berupa penguasaan bidang pengajaran yang disajikan, kemampuan personal berupa sikap mental atau akhlak pribadi yang terpuji, misalnya suka membantu murid, membimbing murid, memuji keberhasilan murid, menghargai hasil karya murid, bersifat bersahabat dengan murid serta mempunyai kemampuan sosial berupa pendekatan secara kemasyarakatan baik kepada murid-murid, maupun terhadap guru-guru lain dan juga orangtua murid. Kesemuanya ini akan turut menentukan keberhasilan pengajaran menyimak khususnya dan pengajaran-pengajaran lainnya di sekolah.

Metodologi. Guru yang kurang menguasai sesuatu metode yang digunakannya pasti kurang berhasil di dalam mengajar, demikian pula guru yang hanya mengetahui dan menggunakan hanya satu metode, sudah barang tentu hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang menguasai dan menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik.

Kurikulum yang disusun dengan baik dan jelas, akan sangat membantu guru-guru dalam mengajar menyimak. Materi menyimak di dalam kurikulum yang tidak terlalu padat atau berbelit-belit dan diorganisasikan dengan baik akan memudahkan guru mengajar menyimak. Begitu pula tingkat kesulitan bahan pengajaran menyimak dalam kurikulum hendaknya disesuaikan dengan perkembangan murid, baik perkembangan kebahasaan maupun


(48)

perkembangan kematangan psikologis. Bahan pengajaran yang terlalu sukar dapat memprustasikan murid dan sebaliknya bahan pengajaran yang terlalu mudah dapat membosankan murid. Tingkat kesukaran materi penyajian sebaiknya berada pada tingkat yang biasa, disebut teacheable (tingkat dapat diajarkan), artinya tingkat kesukaran dan kemudahannya sesuai dengan perkembangan kebahasaan dan psikologis murid. Dengan demikian pengajaran menyimak akan berhasil dengan baik.

Faktor tambahan, yaitu faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah atau faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah; tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian; dan karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Diantaranya:

1. Miskun. E-TA. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Kalimat Majemuk dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tambakreja 02 Kedungreja. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Sutji Wardhayani, S. Pd. M. Kes. Penelitian dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan ( perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi ) dalam dua siklus perbaikan pembelajaran. Dari hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini (1) Penggunaan media audio visual mampu meningkatkan hasil belajar siswa, (2) Penggunaan media audio visual mampu meningkatkan keaktifan siswa (3) Ada korelasi positif antara keaktifan belajar siswa dengan hasil belajar siswa, semakin tinggi keaktifan belajar siswa semakin tinggi pula angka


(49)

keberhasilan siswa dalam belajar, (4) Penggunaan media audio visual mampu meningkatkan kaktifitas guru dalam mengajar.

Setelah dilaksanakan pembelajaran, jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan menjadi 22 siswa dari 22 siswa (100%) dengan nilai rerata 79,5. Sedangkan siswa yang aktif dalam belajar naik menjadi 22 siswa dari 22 siswa (100%). Ini berarti ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 13,6%, kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 13,6% dan kenaikan nilai rerata sebesar 8,1. Perubahan posisi tempat duduk dan diskusi dalam kelompok dengan model peraga dapat meningkatkan pemahaman dan kesungguhan belajar siswa.

2. Retno Asih. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Rangkuman Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inkuiri Melalui media audio visual Pada Siswa Kelas VIII C SMP Islam Ungaran. Jurusan Bahasa & Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis rangkuman siswa kelas VIIIC SMP Islam Ungaran sebanyak 40 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data tes berupa menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik, sedangkan data nontes yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket, dan dokumentasi foto. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis data penelitian, keterampilan menulis rangkuman siswa dari pratindakan, siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan sebesar 36,26%. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas menulis rangkuman sebesar 54,78. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 18,46% dengan nilai rata-rata kelas 75,13. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis rangkuman juga diikuti dengan perubahan perilaku siswa ke arah yang


(50)

lebih baik. Siswa menjadi lebih fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Simpulan dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa kelas VIIIC SMP Islam Ungaran dalam menulis rangkuman mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis rangkuman dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri melalui media audio visual. Perilaku siswa juga mengalami perubahan menjadi lebih baik. Penulis menyarankan agar guru Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri khususnya menulis rangkuman. Selain itu, guru hendaknya dapat memilih metode yang tepat dalam menerapkan pembelajaran inkuiri dan menyesuaikannya dengan materi yang akan dibahas, karena pendekatan tersebut belum tentu sesuai diterapkan pada semua materi pelajaran. Siswa hendaknya banyak berlatih menulis agar terampil dalam menulis dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Maknun, 809018300048; Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Audio Dan Visual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V di MI. Hidayatus Shibyan Bogor. Penelitian Tindakan Kelas. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media audio visual dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen pengamatan atau observasi, catatan lapangan, angket dan pelaksanaan tes hasil belajar pada materi kebebasan berorganisasi di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari satu pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),


(51)

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di MI. Hidayatus Shibyan Bogor, pada siswa kelas V (Lima) yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual. Pada siklus I ketercapaian indikator rata-rata pembelajaran sebesar 63,5 dengan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 76,67 dan persentase aktivitas guru sebesar 82,14% dan kegiatan siswa sebesar 73,33%. Pada siklus II ketercapaian indikator rata-rata pembelajaran sebesar 70,03 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 86,67 dan persentase aktivitas guru sebesar 94,63% dan kegiatan siswa sebesar 91,45%. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan organisasi-organisasi di sekitar kita, khususnya siswa kelas V (lima) MI. Hidayatus Shibyan Ciasahan Cigudeg Bogor.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah merupakan titik tolak dari sebuah penelitin yang kebenarannya diakui oleh peneliti itu sendiri dan merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis sebagai argumentasi logis, rasional dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir pun tidak disusun berdasarkan pada common sense atau akal sehat si peneliti, namun berdasarkan pada hasil kajian yang handal.29

Untuk itu dalam penelitian ini peneliti merumuskan kerangka berpikir secara sederhana bahwa “Semakin baik pemanfaatan media audio visual, maka semakin tinggi pula kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”.

29

Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi.


(52)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik. Dengan demikian hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik.30

Secara sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa “Jika pemanfaatan media audio visual di terapkan, maka akan semakin meningkat kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI

Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”.

Bagan 1.2

Bagan Kerangka Berpikir

30

Ibid. hal.48

Guru:

Belum menerapkan pemanfaatan media audio visual

Guru:

Sudah menerapkan pemanfaatan media audio visual KONDISI AWAL TINDAKAN Siswa: Kemampuan siswa menyimak mata pelajaran

SIKLUS I : menerapkan pemanfaatan media audio visual

SIKLUS II : menerapkan pemanfaatan media audio visual

Diduga melalui pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI

Mathla’ul Anwar

Leuwisadeng Bogor KONDISI AKHIR


(53)

39 A. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan cara kerja yang berencana agar data yang dikumpulkan dapat mencapai maksud dan tujuan dari penelitian. Untuk itu peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan terlebih dahulu, karena metode merupakan cara kerja untuk mencapai tujuan yang akan memandu peneliti mengenai urutan-urutan sebagaimana penelitian ini dilakukan. Metode adalah prosedur atau tata cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan, sedangkan teknik adalah cara spesifik dalam melaksanakan prosedur untuk memecahkan suatu masalah. Jadi, teknik merupakan bagian metode. Metode terdiri atas beberapa teknik, misalnya teknik pengambilan contoh, teknik pengukuran, teknik analisis data, dan sebagainya. Teknik-teknik yang tergabung dalam suatu metode penelitian harus sesuai dengan rumusan hipotesis.

Sukmadinata, mengungkapkan bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis, dan idiologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Pemilihan dan penentuan metode tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perumusan masalah, kalau permasalahannya hanya difokuskan pada satu variabel atau aspek dan tujuannya ingin mendapatkan deskripsi dari variabel atau aspek tersebut, maka metodenya adalah metode deskriptif atau servei. Jika terdapat dua variabel dan ingin mengetahui hubungan diantara variabel tersebut, maka metodenya adalah metode korelasional atau komparatif. Jelasnya, bahwa pemilihan metode sangat tergantung kepada tujuan dan rumusan masalah yang sudah difokuskan pada bagian sebelumnya.31

31

Maifalinda Fatra. Bahan Ajar PLPG. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: FITK. UIN Syarif Hidayatullah.2010). Cet Ke-1.hlm.79


(54)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja. Sedangkan menurut Prof. Suhardjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan.32

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan dan mencapai suatu penelitian yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan penelitian.

B. Subyek/Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta, dalam hal ini MIS. Mathla’ul Anwar, khususnya siswa kelas IV (empat) dengan jumlah 30 siswa, laki-laki 14 dan perempuan 16, yang beralamat di Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah 1 bulan, yaitu antara bulan Februari 2014, dengan kata lain penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan (middle) semester 2 (genap) Tahun Pelajaran 2013/2014.

C. Alat Peraga/Bahan Pembelajaran

Alat peraga atau bahan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Media televisi dan video, karena media ini dapat menampilkan pesan secara audiovisual (pandang-dengar) dan gerak sehingga penyampaian pesannya dapat diterima langsung oleh siswa.

2. Buku paket pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV (empat).

32


(55)

D. Instrument Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang di selidiki pada perkembangan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pencatatan dilakukan sesuai dengan format yang telah disiapkan oleh peneliti. Untuk memperoleh data yang obyektif, peneliti menggunakan media audio visual ataupun dari hasil mengerjakan ulangan/tugas yang telah diberikan oleh guru dengan menggunakan media audio visual.

2. Tes Hasil Belajar

Yaitu mengadakan test kepada beberapa siswa. Dengan cara ini peneliti dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan siswa dalam mengikuti materi pelajaran dengan menggunakan media audiovisual. Adapun teknik test yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Pree Test, ini dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran sebelum

masuk pada kegiatan inti. Hal ini bertujuan untuk menguji kemampuan menyimak siswa dalam penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Post Test, ini dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran setelah selesai pada kegiatan inti. Hal ini bertujuan untuk menguji kemampuan menyimak siswa dalam penguasaan materi yang telah dipelajari pada waktu itu.

E. Prosedur Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami rencana tindakan secara keseluruhan dan untuk memberikan panduan bagi penulis, maka penulis perlu menampilkan model penelitian tindakan yang akan dilaksanakan, diadaptasi dari model penelitian tindakan John Elliot. Tujuannya supaya terdapat


(56)

kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf didalam pelaksanaan aksi atau proses belajar-mengajar33.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dalam 2 siklus (tiap siklus dilakukan 2 kali tatap muka /pertemuan). Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Awal (Pra Siklus) a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran diawali dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan.

b. Pelaksanaan

Langkah–langkah pelaksanaan kegiatan inti sebagai berikut : 1) Guru menjelaskan materi ajar dengan melibatkan siswa. 2) Siswa diberi kesempatan bertanya.

3) Siswa mengerjakan tes formatif.

4) Guru bersama siswa mengoreksi dan menganalisis hasilnya. c. Observasi

Dalam kegiatan ini yang diamati adalah :

1) Guru menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami. 2) Guru melakukan tanya jawab.

3) Guru memberikan tugas. 4) Guru melaksanakan evaluasi. d. Refleksi

Dari hasil diskusi dengan teman sejawat diperoleh refleksi sebagai berikut:

1) Secara keseluruan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar.

33

Enjah Takari, R. Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT. Ganesindo, 2008). Cet. Pertama.hlm.10


(57)

2) Belum menggunakan alat peraga.

3) Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus 1 adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 50% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal). 2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Menyiapkan sumber bahan dan media yang akan digunakan. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Merencanakan alat evaluasi yang berupa tes formatif. b. Pelaksanaan

Langkah-langkah dalam tahap ini adalah :

1) Guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru memberikan tes formatif.

4) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes formatif. 5) Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR).

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat menggunakan lembar observasi yang berisi kegiatan guru, peserta didik dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya.

d. Refleksi

Setelah mengadakan perbaikan pembelajaran siklus l, peneliti dan teman sejawat mengadakan refleksi. Hasil analisis kemudian didiskusikan bersama untuk mengetahui hambatan, kekurangan dan kendala selama pembelajaran. Setelah ketemu penyebabnya kemudian digunakan untuk mencari perbaikan pembelajaran selanjutnya.


(1)

Lampiran 5: Profil Sekolah

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Madrasah : MIS MATHLA’UL ANWAR 2. NSM/NPSN : 111232750061 / 20253439 3. Akreditasi Madrasah : Terakreditas-A

4. Alamat Lengkap Madrasah : Kp. Pamungguan Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

5. Nama Kepala : IKHWANUDDIN, A.Ma 6. Nama Yayasan : Perguruan Mathla’ul Anwar

7. Alamat Yayasan : Jalan Pemuda Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

8.

No. Akte Pendirian Yayasan :

C-1934.HT.01.02 TH. 2005

9. Kepemilikan Tanah : Wakaf

:a. Status Tanah : Wakaf

:b. Luas Tanah : 1.687 M2 10. Status Bangunan : Pemerintah

11. Luas Bangunan : 600 M2 12. Keadaan Siswa Tahun 2013/2014

Kelas Jumlah Murid

L P J

I 13 14 27

II 12 18 30

III 11 17 28

IV 16 24 40

V 16 16 32

VI 14 12 26

Jumlah 82 101 183

13. Data Sarana dan Prasarana a) Data Ruang Lainnya

No Jenis Prasarana Jumlah Kondisi

1 Ruang Kepala Sekolah/Madrasah 1 Baik

2 Ruang Guru 1 Baik

3 Ruang Administrasi 1 Baik

4 Ruang Komputer 1 Baik

5 Ruang Perpustakaan 1 Baik

6 Masjid 1 Baik

7 Lapangan Olahraga 1 Baik

8 Perlengkapan Olahraga 1 Baik

9 Lapangan Upacara 1 Baik

10 Kebun Sekolah 1 Baik

11 WC Guru 1 Baik


(2)

b) Keadaan Ruang Kelas Kelas

Jumlah Kondisi

Ket Rombel Ruang

Kelas Baik

Rusak

Ringan Sedang Berat

I 1 1 1 - - - -

II 1 1 1 - - - -

III 1 1 1 - - - -

IV 1 1 1 - - - -

V 1 1 1 - - - -

VI 1 1 1 - - - -

Jumlah 6 6 6 - - - -

14. Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha No Tenaga Pendidik dan Tata

Usaha

Jumlah Keterangan

1 Guru PNS (DPK) - -

2 Guru Bantu - -

3 Guru Tetap Yayasan (GTY) 5 Honor

4 Guru Tidak Tetap (GTT) - -

5 Guru yang sudah Sertifikasi - -

6 Pegawai Tetap Yayasan (PTY) -

7 Pegawai Tidak Tetap (PTT) - -

Bogor, Juli 2014 Kepala Madrasah

( IKHWANUDDIN, A.Ma ) NIP: -


(3)

(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

MERIYANI, Lahir di Bogor pada tanggal 01 Agustus 1979

anak ke satu dari pasangan Bapak Mulyadi dengan Ibu Yuyus.

Menuntaskan pendidikan dasar di SDN Pamungguan lulus

pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan kejenjang pendidikan

Sekolah

Menengah

Pertama

Sanawiyah

Nurul

Iman

Leuwiliang Bogor dan lulus tahun 2005. Setelah itu lanjutkan

kejenjang pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) Swasta

Nurul Iman Leuwiliang Bogor dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2011 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan S1 PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) dan Alhamdulillah berkat

ijin Allah. Penulis mendapatkan kesempatan tersebut di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun riwayat mengajar, penulis dimulai pada tahun 2003 dengan menjadi

tenaga pengajar honorer di Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Leuwisadeng

Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor sampai sekarang. Semoga karir saya

menjadi tenaga pengajar selalu mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Dan senan


Dokumen yang terkait

Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar PKN pada siswa kelas III di MI Dakwah Islamiyah Cawang Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 8 103

Penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor: Penelitian Tindakan Kelas

7 30 116

PENERAPAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATA PELAJARAN Penerapan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Peserta Didik Kelas V Mi Sudirman Kaliboto Mojoge

0 3 14

PENERAPAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA Penerapan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Peserta Didik Kelas V Mi Sudirman Kaliboto

0 3 14

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 0 14

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA SD KELAS I.

0 4 16

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA DINI.

15 65 50

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menyimak Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Karanganyar 02 Tahun Ajaran

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menyimak Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Karanganyar 02 Tahun Ajaran

1 1 16

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS IV SD NEGERI SELOMULYO

0 0 242