KONTRIBUSI KOMPETENSI KERJA GURU DAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN (INSTRUCTIONAL LEADERSHIP) KEPALA TK TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU TK DI KOTA BANDUNG.

(1)

KONTRIBUSI KOMPETENSI KERJA GURU DAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN

(INSTRUCTIONAL LEADERSHIP) KEPALA TK

TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU TK DI KOTA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh : IIS FARIDAH

1101172

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

==========================================================

Kontribusi Kompetensi Kerja Guru

dan Kepemimpinan Pembelajaran

(Instructional Leadership) Kepala TK

Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK

di Kota Bandung

Oleh Iis Faridah

S.Si FMIPA UNPAD Bandung, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan

© Iis Faridah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Prof. H.Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D NIP. 195306121981031003

Pembimbing II,

Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd NIP. 197106092005011001

Diketahui Oleh,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan,

Prof. H.Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D NIP. 195306121981031003


(4)

ABSTRAK

Kontribusi Kompetensi Kerja Guru

dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung

Iis Faridah/1101172

Penelitian ini beranjak dari adanya indikasi guru TK di Kota Bandung belum menunjukkan kinerja mengajar yang memadai. Untuk mewujudkan kinerja mengajar guru TK yang baik diperlukan adanya kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru TK di Kota Bandung yang berjumlah 2.216 orang. Sampel diambil dengan menggunakan metode proportionate stratified random sampling dan diperoleh sampel sejumlah 299 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi dan teknik kuesioner. Data yang terkumpul selanjutnya diolah menggunakan teknik analisis regresi linier.

Adapun hasil penelitian menunjukkan kompetensi kerja guru berada pada kategori cukup, sedangkan kecenderungan umum variabel kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK dan kinerja mengajar guru TK berada pada kategori sangat baik. Hasil uji korelasi ketiga variabel menunjukkan tingkat hubungan yang positif dan signifikan. Kompetensi kerja guru berkontribusi cukup tinggi terhadap kinerja mengajar guru TK, sedangkan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK berkontribusi tinggi terhadap kinerja mengajar guru TK dan variabel kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK secara bersama-sama berkontribusi tinggi terhadap kinerja mengajar guru TK.

Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. Adapun rekomendasi: 1) perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi kerja guru TK baik melalui jalur individual maupun jalur kelembagaan, 2) kepala TK di Kota Bandung untuk mempertahankan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) dan meningkatkan pemantauan serta pemberian umpan balik/feedback

terhadap proses belajar mengajar, 3) penyelenggara pendidikan TK saat melakukan rekrutmen guru dan kepala TK hendaknya mempertimbangkan kualifikasi pendidikan calon guru TK dan kepala TK, 4) bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba mengkaji kompetensi kerja guru yang mencakup keterampilan (domain psikomotor) yang dimiliki oleh guru dan mengkaji variabel lain yang mempengaruhi kinerja mengajar guru TK.

Kata Kunci : kompetensi kerja guru, kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership), kinerja mengajar guru


(5)

ABSTRACT

CONTRIBUTION OF TEACHER’S WORK COMPETENCY AND

PRINCIPAL’S INSTRUCTIONAL LEADERSHIP ON KINDERGARTEN TEACHER’S TEACHING PERFORMANCE IN BANDUNG

Iis Faridah/1101172

This research moved from the indication of kindergarten teachers in Bandung have not shown adequate teaching performance. To realize good teacher’s work performance required teacher’s work competency and principal’s instructional leadership. The purpose of this study to determine the contribution of teacher’s work competency and principal’s instructional leadership on kindergarten theacher’s work performance in Bandung.

This study was conducted using descriptive and quantitave approach. The population in this study was kindergarten teacher in Bandung which amounted to 2.216 people. Samples were taken using a proportionate stratified random sampling method and obtained a sample of 299 people. Data was collected using a competency test and questionnaire technique. The collected data is then processed using linear regression analysis.

The research results are as follows: kindergarten teacher’s work competency in Bandung are in enough category, while the general trend principal’s instructional leadership and kindergarten teacher’s teaching performance variables are in the very well category. The results from the correlation test from the three variables in this study indicate the level of a positive and significant relationship. Teacher’s work competency is high enough to contribute to the kindergarten teacher’s teaching performance, principal’s instructional leadership high contribute on kindergarten teacher’s teaching performance, and teacher’s work competency and principal’s instructional leadership high contribute simultaneously on kindergarten teacher’s teaching performance .

Based on the research findings, it can be concluded that teacher’s work competency and principal’s instructional leadership has a contribution on the kindergarten teacher’s teaching performance. As for the recommendations : 1) need to be made kindergaten teacher’s work competency improvement through individual and institutional lines, 2) the head of kindergarten (principal) in Bandung maintain instructional leadership and improve the monitoring and providing feedback on the teaching learning process, 3) kindergarten institutions should consider the qualification of education kindergarten teacher and kindergarten principal candidates, and 4) for further research is suggested to try to assess teacher’s work competency in skills aspect (psychomotor domain) and examine other variables that affect the teacher’s teaching performance.

Key words : teacher’s work competency, instructional leadership, teacher’s


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...8

1. Identifikasi Masalah ...8

2. Perumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...11

E. Struktur Organisasi Tesis ...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...13

A. Kinerja Mengajar Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan ...13

1. Definisi Kinerja ...14

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ...15

3. Kinerja Mengajar Guru ...16

4. Kinerja Mengajar Guru TK ...20

B. Kompetensi Kerja Guru ...23

1. Definisi Kompetensi ...23

2. Konsep Dasar Kompetensi dalam Konteks Keprofesian ...24

3. Kompetensi Guru TK ...28

C. Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala Sekolah ...37

1. Definisi Kepemimpinan ...37

2. Gaya Kepemimpinan ...38

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………41

4. Definisi Kepemimpinan Pembelajaran ………41

5. Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran ...42

6. Pentingnya Kepemimpinan Pembelajaran ...42

7. Dimensi Kepemimpinan Pembelajaran ...43

8. Standar Kepemimpinan Pembelajaran ...49

9. Kompetensi Pemimpin Pembelajaran ...54

D. Kerangka Pemikiran ...58

E. Hipotesis Penelitian ...60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...61


(7)

B. Populasi dan Sampel ...61

1. Populasi ...62

2. Sampel ...63

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...65

1. Teknik Pengumpulan Data ...65

a. Tes ...66

b. Kuesioner ...66

2. Instrumen Penelitian ...66

a. Definisi Operasional ...67

b. Kisi-Kisi Instrumen ...70

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...77

a. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes ...74

b. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Berbentuk Kuesioner ...78

D. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ...87

1. Seleksi Data ...88

2. Tabulasi Data ...89

3. Analisis Data Hasil Tes ...89

4. Analisis Kecenderungan Distribusi Data Kuesioner ...91

5. Uji Homogenitas Variabel X2 ...92

6. Uji Normalitas Distribusi Data ...93

7. Uji Linieritas ...94

8. Analisis Korelasi ...94

9. Uji Hipotesis ...95

10.Paradigma Penelitian ...98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...99

A. Hasil Penelitian ...99

1. Hasil Analisis Data Deskriptif ...99

a. Kompetensi Kerja Guru (X1) ...99

b. Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2) ...101

1. Uji Homogenitas Variabel KepemimpinanPembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2) ...101

2. Gambaran Umum Variabel Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2) ...102

c. Kinerja Mengajar Guru TK (Y) ...106

2. Uji Persyaratan Analisis Korelasi dan Regresi ...110

a. Uji Normalitas ...110

1. Uji Normalitas Variabel Kompetensi Kerja Guru (X1) ...110

2. Uji Normalitas Variabel Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2) ...112

3. Uji Normalitas Variabel Kinerja Mengajar Guru TK (Y) ...114

b. Uji Linieritas ...116 1. Uji Linieritas Kompetensi Kerja Guru (X1) atas Kinerja Mengajar


(8)

2. Uji Linieritas Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2) atas

Kinerja Mengajar Guru TK (Y) ...117

3. Hasil Pengujian Hipotesis ...118

a. Kontribusi antara Kompetensi Kerja Guru (X1) dengan Kinerja Mengajar Guru TK (Y) ...118

1. Analisis Koefisien Korelasi ...118

2. Uji Signifikansi Korelasi ...119

3. Analisis Koefisien Determinasi ...120

4. Analisis Regresi ...121

b. Kontribusi antara Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2) dengan Kinerja Mengajar Guru TK (Y) ...122

1. Analisis Koefisien Korelasi ...122

2. Uji Signifikansi Korelasi ...123

3. Analisis Koefisien Determinasi ...124

4. Analisis Regresi ...125

c. Kompetensi Kerja Guru (X1) dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK(X2) Secara Bersama-Sama Memiliki Kontribusi Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK (Y) ...126

1. Analisis Koefisien Korelasi Ganda ...127

2. Uji Signifikansi Korelasi Ganda ...127

3. Analisis Koefisien Determinasi ...128

4. Analisis Regresi Ganda ...129

4. Interpretasi Hasil Analisis Korelasi dan Regresi ...130

B. Pembahasan ...131

1. Gambaran Kompetensi Kerja Guru TK di Kota Bandung ...131

2. Gambaran Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK di Kota Bandung ...135

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung ...138

4. Analisis Kontribusi Kompetensi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung ...143

5. Analisis Kontribusi Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung ...146

6. Analisis Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Secara Bersama-sama Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung ...149

C. Keterbatasan Penelitian ...150

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...152

B. Rekomendasi ...153

DAFTAR PUSTAKA ...157


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut dengan masa emas pekembangan (golden age). Saat ini kesadaran dan komitmen terhadap PAUD baik secara nasional maupun internasional semakin bertambah. Salah satu pendorong kesadaran dan komitmen terhadap PAUD adalah temuan hasil-hasil riset tentang dampak PAUD terhadap peningkatan sumber daya manusia dan bidang kehidupan lain. UNESCO (Kemendiknas, 2011:38) menyatakan bahwa PAUD berkontribusi terhadap : (1) meningkatnya efisiensi pendidikan, yaitu menurunnya angka mengulang kelas serta meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi, (2) meningkatnya produktivitas kerja dan kesejahteraan hidup, dan (3) menurunnya angka kejahatan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Berbagai peraturan perundangan telah dikeluarkan sebagai perwujudan komitmen membina anak usia dini secara utuh. Komitmen tersebut antara lain tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, pasal 1, butir 14, yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

PAUD bukanlah bidang yang dapat dianggap ringan karena PAUD memerlukan penanganan yang khas dibandingkan dengan pendidikan lainnya. Hal ini disebabkan karakteristik perkembangan dan cara belajar anak usia dini berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih tua, sehingga diperlukan bimbingan yang khas pula agar anak berkembang secara optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, kajian tentang guru PAUD perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh


(10)

Taman Kanak-Kanak yang selanjutnya disingkat TK merupakan satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 - ≤ 6 tahun. Secara filosofis, pendidikan TK bertujuan membantu anak agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki sesuai dengan keunikan masing-masing. Sementara itu, dalam PP RI No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dikatakan

bahwa “Program pembelajaran TK, RA, dan bentuk lain yang sederajat

dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki SD, MI atau bentuk

lain yang sederajat”.

Penelitian yang dilakukan oleh Subandrijo dan Hidayanto (Bungai, 2008:75) menggambarkan bahwa anak-anak yang menjalani pendidikan di TK memiliki sikap-sikap positif seperti percaya diri, kemampuan bekerjasama, kemampuan bersosialisasi, kemampuan konsentrasi serta kemampuan berkomunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan TK. Mengingat pentingnya pendidikan TK, maka penyelenggaraan pendidikan TK harus dikelola semaksimal mungkin.

Salah satu sumber daya/komponen yang harus dikelola dalam pendidikan TK adalah guru. Guru mendapatkan perhatian yang besar karena guru merupakan sumber daya potensial yang turut berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan ujung tombak berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan nasional karena guru merupakan pihak yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di dalam kelas serta memiliki peran yang sangat vital dalam meningkatkan kualitas anak didiknya.

Guru TK adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan, pengasuhan, dan perlindungan anak didik. Kualifikasi dan kompetensi guru TK didasarkan pada Pasal 26 PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Berdasarkan peraturan tersebut, guru TK harus memiliki kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam


(11)

bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Morrison (Yufiarti dan Chandrawati, 2011:16) menyatakan bahwa salah satu tolak ukur guru TK sebagai tenaga pendidik yang profesional adalah kinerja guru dalam mengajar. Penyelenggaraan proses pembelajaran menuntut kinerja guru yang optimal karena peran guru yang sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Guru memainkan berbagai peran dalam situasi pembelajaran, baik sebagai pendidik, fasilitator, mediator, instruktur atau moderator. Anak akan memberikan kerjasama yang baik jika guru menunjukkan keseriusan, etika mengajar, dan membuat prakarsa untuk meningkatkan kemampuan anak dengan sabar dan berkomitmen tinggi. Bagaimanapun, apa yang anak pelajari, akan bergantung pada kinerja mengajar guru itu sendiri (Enueme dan Egwunyenga, 2008:1).

Kinerja mengajar guru merupakan unjuk kerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya memberikan bimbingan belajar berupa pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi anak didik. Kinerja mengajar guru meliputi kegiatan merancang/merencanakan pembelajaran, menciptakan lingkungan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran serta menilai dan mengkomunikasikan hasil belajar (Kentucky Education Professional Standards Boards, 2003:1-4). Sementara itu, Majid (2011:91), menyatakan bahwa

“Jika proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru

memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang

berhubungan dengan perencanaan, implementasi, dan penilaian/evaluasi”.

Danim (2002:123) menyatakan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja yang memadai. Bagaimanapun, kita masih banyak menemukan proses belajar mengajar dimana guru masih menggunakan metode lama seperti pembelajaran satu arah, alat bantu pengajaran yang tidak menarik, dan lemahnya guru dalam meningkatkan motivasi anak. Hasilnya, kreativitas anak dalam proses pembelajaran tidak akan meningkat.


(12)

Bandung dan hal ini berimplikasi terhadap rendahnya kualitas pembelajaran dan pendidikan yang diselenggarakan di lembaga-lembaga TK. Sebagai contoh hingga saat ini masih terjadi praktik-praktik pendidikan bagi anak TK yang dipandang kurang tepat sehingga menimbulkan kritik. Misalnya pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran yang terlalu akademis, terstruktur dan kaku atau kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan membaca, menulis, dan berhitung sementara di sisi lain masih banyak aspek perkembangan anak yang belum mendapatkan perhatian yang seimbang seperti pengembangan kreativitas, pengembangan konsep diri yang positif serta perilaku-perilaku positif lainnya (Setiasih, 2009:16).

Bandung merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan lembaga TK yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak (IGTK) Kota Bandung, pada Tahun 2012 tercatat lembaga TK yang ada di Kota Bandung berjumlah 496 (493 merupakan lembaga TK yang dikelola oleh swasta dan sisanya, 3 lembaga merupakan TK Negeri yang dikelola oleh pemerintah). Namun sayangnya, jumlah lembaga TK yang cukup besar di Kota Bandung ini tidak diimbangi dengan kondisi pendidik yang kompeten di bidangnya (jabar.tribunnews.com, 2012).

Kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh guru TK di Kota Bandung sebagian besar belum memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Gambaran mengenai kualifikasi pendidikan guru TK di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Kualifikasi Pendidikan Guru TK di Kota Bandung Tahun 2012

No. Kualifikasi

Pendidikan

Jumlah Persentase

1. SMA 651 29,4%

2. Diploma 795 35,9%

3. Sarjana 770 34,7%

Total 2.216 100%


(13)

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa layanan TK di Kota Bandung sebagian besar dilakukan guru dengan kualifikasi pendidikan yang bervariasi. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar yang ditampilkan oleh masing-masing guru TK.

Beberapa penelitian mengenai kinerja mengajar guru sudah dilakukan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2009) terhadap guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru. Sampel diambil sebanyak 359 orang guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru memberikan kontribusi sebesar 19,36% terhadap kinerja mengajar guru (tergolong sangat kecil). Penelitian Kinerja mengajar guru TK juga pernah diteliti oleh Huda (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Malang.

Kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah kompetensi kerja yang dimilikinya. Menurut PP No. 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, yang dimaksud dengan kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik harus memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang baik. Castetter (2007:291) menyatakan bahwa “knowledge, skills, attitudes require for effective performance” yang berarti pengetahuan, keterampilan dan sikap dibutuhkan untuk


(14)

Agar pembelajaran TK dapat berjalan efektif dan efisien, guru TK dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya, hal ini sejalan dengan pendapat Bhargava dan Pathy (2011:77) yang menyatakan

bahwa “...it is established beyond doubt that there lies a strong relationship between teacher competency and effective teaching”.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru TK berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2013:5) pada sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA) di Jayapura, Papua, menunjukkan bahwa kompetensi guru memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Penelitian lain mengenai kontribusi kompetensi guru terhadap kinerja mengajar guru dilakukan juga oleh Meriana (2011:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru memberikan kontribusi sebesar 51,6% terhadap kinerja mengajar guru TK pada Yayasan Pendidikan GMI Manuel.

Sementara itu, dari sisi eksternal, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah kepemimpinan kepala sekolah. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru memiliki implikasi bahwa perlu mengalihkan perhatian dari sekedar melakukan pembinaan administratif menjadi pusat pembinaan profesional dengan perhatian pada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah harus dapat memainkan peranannya sebagai pemimpin pembelajaran (instructional leader) (Daryanto, 2011:71).

Smith dan Andrew (Enueme dan Egwunyenga, 2008:13) menyatakan bahwa

Instructional leadership is often conceived of as a blend of supervision, staff development, and curriculum development facililitates school improvement‟.

Kepemimpinan pembelajaran sering dianggap sebagai perpaduan dari supervisi, pengembangan staf, dan pengembangan kurikulum yang memfasilitasi perbaikan sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Enueme dan Egwunyenga (2008:16) pada semua sekolah menengah pertama di Asaba Metopolis Negara Bagian Delta,


(15)

menunjukkan bahwa kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah yang tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Obi (2002:18-25) menyatakan bahwa untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berhasil, kepala sekolah harus memberikan perhatian yang utama terhadap program pengembangan staf, yang terdiri dari teknik kepemimpinan dan prosedur yang dirancang untuk mengubah kinerja mengajar guru. Dia menyatakan bahwa peran kepala sekolah dalam hal ini meliputi: kunjungan kelas, observasi, konferensi, seminar dan lokakarya, asosiasi profesional, program pendidikan in-service, dll. Semua ini akan meningkatkan kinerja mengajar guru.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa lembaga TK di Kota Bandung diperoleh informasi yang menyatakan bahwa kepala TK memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan dan meningkatkan kinerja mengajar guru. Bimbingan, pembinaan, arahan dan dukungan dari kepala TK dirasakan oleh sebagian guru masih kurang serta kepala TK lebih menekankan pembinaan pada sisi administratif, kurang menyentuh pada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kepala TK sibuk dengan semua tanggung jawabnya dalam menjalankan sekolah dan mereka kurang memiliki waktu untuk melaksanakan kepemimpinan pembelajaran seperti yang diharapkan.

Berkaitan dengan pernyataan-pernyataan di atas dan berdasarkan penelitian sebelumnya serta masih terbatasnya penelitian mengenai kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah pada jenjang pendidikan TK dan kompetensi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung.


(16)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Inti kajian penelitian ini adalah kinerja mengajar guru TK dimana kinerja mengajar guru TK itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: motivasi kerja guru, kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK, sistem kompensasi, fasilitas belajar, kompetensi kerja guru, lingkungan belajar, persepsi guru, dan komitmen guru. Agar lebih memahami identifikasi masalah tersebut, peneliti gambarkan secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru berdasarkan hasil penelitian terdahulu ke dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 1.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru (Ainsworth et al., 2002; Arifin, 2013; Enueme dan Egwunyenga, 2008;

Gibson et al., 2000; Mangkunegara, 2007)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru, yang paling menonjol adalah kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK.

Upaya meningkatkan kinerja mengajar guru TK dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi kerja guru. Kompetensi pada dasarnya merupakan

Kompetensi Kerja Guru Sistem Kompensasi

Kinerja Mengajar

Guru TK Lingkungan Belajar

Persepsi guru Komitmen Guru

Motivasi Kerja Guru Kepemimpinan

Pembelajaran Kepala TK


(17)

gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku, dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan (Sudrajat, 2008:2). Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kemampuan yang tinggi pada diri guru akan sangat menentukan kinerja mengajar guru dan memungkinkan terjadinya pengelolaan kegiatan pembelajaran yang semakin efektif dan efisien.

Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja mengajar guru adalah melalui kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah (Enueme dan Egwunyenga, 2008:16). Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala TK secara rutin melakukan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil kunjungan kelas ini, dapat diketahui kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan hal ini tentu berkaitan dengan tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan yang selanjutnya diupayakan solusi, tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran (Sudrajat, 2008:3).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirinci faktor-faktor teridentifikasi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Masih rendahnya kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung yang tercermin dalam perilaku yang ditampilkan guru saat mengajar.

2. Kompetensi kerja sebagian guru yang rendah, hal ini dapat dilihat dari kualifikasi pendidikan dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru TK.

3. Peran kepala TK dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dirasa oleh guru masih kurang. Kepala TK lebih menekankan pembinaan pada sisi administratif, kurang menyentuh pada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.


(18)

Secara kontekstual, peneliti memilih lokasi penelitian di TK yang ada di Kota Bandung karena dekat dengan wilayah kerja peneliti dan peneliti memiliki kemudahan akses informasi dan data dalam melakukan penelitian di Kota Bandung.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian faktor-faktor tersebut maka kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung merupakan fokus masalah yang memerlukan penelaahan empirik.

Adapun permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Seberapa Besar Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung?”.

Pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kompetensi kerja guru TK di Kota Bandung? 2. Bagaimanakah gambaran kepemimpinan pembelajaran (instructional

leadership) kepala TK di Kota Bandung?

3. Bagaimanakah gambaran kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung? 4. Seberapa besar kontribusi kompetensi kerja guru terhadap kinerja mengajar

guru TK di Kota Bandung?

5. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TKdi Kota Bandung? 6. Seberapa besar kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan

pembelajaran (instructional leadership) kepala TK secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :


(19)

1. Mendeskripsikan kompetensi kerja guru TK di Kota Bandung.

2. Mendeskripsikan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK di Kota Bandung.

3. Mendeskripsikan kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung.

4. Menganalisis kontribusi kompetensi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung.

5. Menganalisis kontribusi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. 6. Menganalisis kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang secara lebih rinci penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Pendidikan terutama dalam peningkatan kinerja mengajar guru TK.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang terkait dengan kajian kompetensi kerja guru, kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah, dan kinerja mengajar guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala TK, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi/masukan dalam upaya meningkatkan peran kepala TK terutama sebagai pemimpin pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan kinerja mengajar guru pada lembaga TK yang dipimpinnya.


(20)

b. Bagi guru TK, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam upaya mengembangkan kompetensi kerja guru dalam rangka peningkatan kinerja mengajar guru menuju pendidikan anak usia dini yang berkualitas.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab.

Bab I Pendahuluan, dimulai dengan latar belakang yang menjelaskan tentang dasar alasan masalah diteliti, dilanjutkan dengan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.

Bab II Kajian Pustaka yang berisi penjelasan konsep/teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yakni posisi teoritik peneliti yang diturunkan dalam kerangka penelitian dan hipotesis. Dalam kajian pustaka pada penelitian ini diuraikan teori yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti yakni Kinerja Mengajar Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan, Kompetensi Kerja Guru, dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala Sekolah.

Bab III Metodologi Penelitian yang menjabarkan secara rinci mengenai metode dan pendekatan penelitian, lokasi/tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, proses pengembangan instrumen serta teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri atas dua hal utama, yakni pengolahan atas analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, hipotesis, dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan Saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(21)

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Hal ini sejalan dengan pendapat Mc.Millan dan Schumacher (2001:283) yang menyatakan bahwa:

Descriptive research is concerned with the current or past status of something. This type of research simply describes achievement, attitudes, behaviors, or other characteristics of a group of subjects. A descriptive study asks what or what was; it report things the way they are or were. Descriptive research does not involve manipulation of independent variables.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dasar pertimbangan dalam melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah dimensi variabel-variabel yang akan diteliti dapat diukur dengan metode statistik terapan. Selain itu, dengan pendekatan kuantitatif pengumpulan dan pengolahan data dengan komputerisasi dapat lebih mudah dilakukan, lebih cepat dan akurat.

Sugiyono (2008:14) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai berikut: Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Populasi dan Sampel

Sebagaimana telah disebutkan dalam latar belakang masalah, inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah kinerja mengajar guru TK. Penulis melihat bahwa aspek tersebut diduga sebagai kekuatan strategis yang perlu dibina dan


(23)

dikembangkan secara simultan dalam rangka meningkatkan kinerja mengajar guru TK yang akhirnya akan berdampak terhadap mutu pendidikan TK. Perspektif atau sudut pandang yang penulis gunakan untuk mengkaji masalah kinerja mengajar guru TK ini adalah dari kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK.

Pemilihan lokasi penelitian di TK yang berada di kota Bandung didasarkan atas pertimbangan objektif sesuai dengan tujuan penelitian serta didasarkan atas kemudahan mencari data.

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru TK di kota Bandung yang berjumlah 2.216 orang dari 496 TK Negeri dan Swasta.

Tabel 3.1

Jumlah Guru TK di Kota Bandung Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Tahun 2012

No. Kecamatan Jumlah Guru TK

SMA Diploma S1

L P Jumlah L P Jumlah L P Jumlah

1. Sumur Bandung 0 20 20 0 5 5 1 18 19 2. Gede Bage 0 20 20 1 15 16 2 17 19 3. Cinambo 1 9 10 1 5 6 2 14 16 4. Cidadap 0 9 9 0 9 9 0 14 14 5. Cibeunying Kidul 0 28 28 0 24 24 0 22 22 6. Bojong Loa Kidul 1 14 15 0 15 15 0 21 21 7. Astana Anyar 0 9 9 0 17 17 0 36 36 8. Bandung Wetan 1 17 18 0 40 40 0 41 41 9. Batu Nunggal 0 21 21 0 23 23 1 22 23 10. Ujung Berung 1 40 41 1 19 20 0 27 27 11. Antapani 0 24 24 0 27 27 4 22 26 12. Cicendo 2 26 28 2 56 58 0 17 17 13. Buah Batu 2 23 25 0 44 44 2 7 9 14. Rancasari 2 12 14 0 81 81 0 41 41 15. Coblong 1 43 44 0 31 31 0 39 39 16. Sukasari 0 24 24 1 48 49 1 23 24 17. Babakan Ciparay 2 7 9 3 28 31 0 28 28 18. Sukajadi 1 9 10 0 19 19 0 21 21 19. Mandalajati 2 20 22 1 15 16 1 19 20 20. Bandung Kulon 10 26 36 1 29 30 1 22 23


(24)

No. Kecamatan Jumlah Guru TK

SMA Diploma S1

L P Jumlah L P Jumlah L P Jumlah

22. Lengkong 0 26 26 1 31 32 1 48 49 23. Cibeunying Kaler 1 21 22 0 34 34 0 37 37 24. Andir 2 47 49 1 13 14 2 44 46 25. Kiaracondong 1 24 25 0 30 30 2 25 27 26. Panyileukan 0 23 23 0 23 23 1 17 18 27. Bojong Loa Kaler 0 18 18 0 22 22 0 33 33 28. Cibiru 2 16 18 2 14 16 1 15 16 29. Lengkong 1 9 10 0 19 19 0 21 21 30. Regol 0 20 20 0 5 5 1 18 19 Jumlah 34 617 651 16 779 795 23 747 770

Jumlah total 2.216

Keterangan Kepala TK pada data ini dihitung sebagai guru TK (sebagian sekolah memiliki kepala TK yang merangkap juga sebagai guru TK)

Sumber : IGTK (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak) Kota Bandung

Adapun jumlah TK di Kota Bandung berdasarkan akreditasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah TK di Kota Bandung Berdasarkan Akreditasi Tahun 2012

No. Status Akreditasi Jumlah Lembaga TK

1. Tidak Terakreditasi 389

2. B 27

3. A 80

Jumlah 496

Sumber : Badan Akreditasi Nasional Tahun 2012

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Probability Sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dikarenakan populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsioal, maka teknik Probability Sampling

yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling.

Sementara itu, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:


(25)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi = 2.216 orang guru TK

d2 = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh sampel guru TK sebesar:

n = 338,8orang = 339 orang (dibulatkan)

Jumlah sampel yang diperlukan ternyata dapat terpenuhi dengan menyebarkan instrumen penelitian pada 40 lembaga TK. Dengan demikian jumlah guru TK yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah = 339 – 40 (kepala TK) = 299 orang. Karena populasi berstrata, maka sampelnya pun berstrata. Stratanya ditentukan menurut kualifikasi akademik. Berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel guru TK sebagai berikut:

1. Guru TK dengan kualifikasi akademik SMA

651/2.216 x 299 = 87,8 (dibulatkan menjadi 88 orang) 2. Guru TK dengan kualifikasi akademik Diploma

795/2.216 x 299 = 107,3 (dibulatkan menjadi 107 orang) 3. Guru TK dengan kualifikasi akademik Sarjana (S1)

770/2.216 x 299 = 103,9 (dibulatkan menjadi 104 orang)

Persentase sampel (guru dan kepala TK) dari populasi adalah sebesar = 339/2.216 X 100% = 15,29% (dibulatkan menjadi 15%). Jumlah sampel sebesar 15% sesuai dengan pendapat Arikunto (2002:112) yang menyatakan bahwa “apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara


(26)

10%-15% atau 20%-25%.”. Jumlah sampel 15% ini menjadi dasar dalam pengambilan sampel lembaga TK.

Pada penelitian ini dipandang perlu untuk mengelompokkan TK menurut kesamaan kondisi atau karakteristik di dalamnya. Yang dimaksud dengan pengelompokkan berdasarkan karakteristik di dalamnya adalah pengelompokkan atau klasifikasi TK menurut kesamaannya dalam mengimplementasikan standar nasional pendidikan yang menyangkut kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Dengan kata lain klasifikasi ini didasarkan nilai akreditasi TK.

Sampel dengan menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling bukan hanya digunakan untuk menghitung jumlah sampel individu, tetapi juga digunakan untuk menghitung sampel lembaga TK berdasarkan akreditasi. Dari perhitungan diperoleh jumlah sampel lembaga TK sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Lembaga TK

No. Status Akreditasi Jumlah Lembaga TK Jumlah Sampel TK

1. Tidak Terakreditasi 389 15% x 389 = 58,35

(dibulatkan menjadi 58)

2. B 27 15% x 27 = 4,05

(dibulatkan menjadi 4)

3. A 389 15% x 80 = 12

Jumlah 496 74

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013

Untuk memenuhi jumlah responden guru TK sesuai dengan akreditasi sekolah ternyata dapat terpenuhi dengan menyebarkan instrumen penelitian pada 40 lembaga TK dan secara proporsional dapat dilihat pada tabel yang terdapat dalam Lampiran 2.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


(27)

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas pengumpulan data dan kualitas instrumen penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa tes pengetahuan dan kuesioner.

a. Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis (prestasi, hasil belajar, minat, bakat, sikap, dan lain-lain). Pada penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang berfungsi untuk mengetahui/mengukur kompetensi kerja guru yakni pengetahuan dalam bidang pedagogik dan profesional. Tes pilihan ganda adalah tes yang berisikan pertanyaan atau pernyataan pada setiap butirnya telah disediakan beberapa pilihan jawaban dan salah satunya merupakan kunci jawaban. Tes objektif pilihan ganda terdiri dari suatu pertanyaan atau pernyataan yang kurang lengkap dan beberapa pilihan jawaban (Susetyo, 2011:9-11).

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008:199). Indikator-indikator pertanyaan merupakan penjabaran dari variabel-variabel kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK dan kinerja mengajar guru TK. Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner ini berskala pengukuran ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social (Sugiyono, 2008:134). Dalam penelitian ini, fenomena sosial yang dimaksud telah ditetapkan secara spesifik yakni berupa variabel penelitian.

2. Instrumen Penelitian


(28)

tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen penelitian dalam bidang pendidikan yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.

Sesuai dengan jumlah variabel yang terdapat dalam penelitian ini, maka instrumen dikontruksi menjadi tiga instrumen variabel, yaitu: kompetensi kerja guru, kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK dan kinerja mengajar guru TK.

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka perlu digunakan “kisi-kisi instrumen”.

a. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan di lapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi kerja guru

Kompetensi kerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam bentuk pengetahuan di bidang pedagogik dan profesional yang harus dimiliki guru sebagai bekal melakukan pekerjaannya. Adapun indikatornya adalah:

a. Pengetahuan dalam bidang pedagogik

1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, bahasa, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

2) Memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan TK.


(29)

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik serta mengembangkan nilai pendidikan (nilai tanggung jawab, kasih sayang, dan kepercayaan guru terhadap anak).

5) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

6) Memanfaatkan hasil penilaian.

b. Pengetahuan dalam bidang profesional

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan. 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang

pengembangan TK.

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007; New Mexico Teacher Assesment – Early Childhood Teacher Competency (2012:11-17) dan Illinois Certification Testing System for Early Childhood (2006:3-10).

2. Kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK

Kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran dan diukur berdasarkan tiga dimensi, yakni: menetapkan dan mengkomunikasikan tujuan bersama, memantau dan memberikan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar, dan mendorong iklim pembelajaran yang positif. Adapun indikatornya adalah:

a. Menentukan dan mengkomunikasikan tujuan sekolah

1) Bekerja secara kolaboratif dengan staf untuk menetapkan tujuan dan menggunakan data yang akan mendorong tujuan bersama. 2) Menyelaraskan praktek pembelajaran dengan kurikulum.

b. Memantau dan memberikan umpan balik/feedback terhadap proses belajar dan mengajar

1) Melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum.

c. Mendorong iklim pembelajaran yang positif


(30)

2) Menyediakan sumber daya bagi guru.

Sumber : Jana Michelle Alig – Mielcarex, The Ohio State University (2003:48) Hallinger (2005:2-5), dan Lunenburg (2010:1).

3. Kinerja mengajar guru TK

Pengertian kinerja mengajar guru TK dalam penelitian ini adalah unjuk kerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang dilandasi oleh kompetensi, dikokohkan oleh motivasi, dan diikat oleh komitmen, dimana kinerja mengajar guru itu sendiri meliputi kegiatan merancang/merencanakan pembelajaran, menciptakan lingkungan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran serta menilai dan mengkomunikasikan hasil belajar.

a. Merancang/merencanakan pembelajaran

1) Merancang kurikulum yang komprehensif dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan selaras dengan tujuan pendidikan.

2) Memilih strategi yang tepat dengan perkembangan dan individu serta menyediakan sumber daya untuk memberikan pengalaman belajar yang berbasis aktivitas.

b. Menciptakan lingkungan pembelajaran

1) Menciptakan lingkungan fisik dan sosial untuk melibatkan anak-anak dan memaksimalkan pembelajaran.

2) Menggunakan teknik bimbingan positif untuk mendorong regulasi diri anak.

c. Melaksanakan pembelajaran

1) Melaksanakan berbagai aktivitas yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.

2) Mendorong keterlibatan anak dalam berbagai kegiatan pembelajaran terstruktur dan tidak terstruktur.

3) Menggunakan strategi pembelajaran yang memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak.


(31)

4) Menyediakan bimbingan dan umpan balik yang positif kepada anak-anak.

d. Menilai dan mengkomunikasikan hasil belajar

1) Secara sistematik mengumpulkan, mengorganisasikan, dan mencatat data penilaian yang berkelanjutan untuk memonitor perkembangan anak.

2) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan kemajuan anak berkelanjutan dengan keluarga dan anggota tim lainnya.

Sumber: Kentucky Education Profession Standards Board (2003:1-4), District of Columbia Public School (2008:14-15) dan North Carolina Department of Public Instruction (1990:1-6)

b. Kisi-Kisi Instrumen

Pada penelitian ini instrumen berbentuk tes yang digunakan untuk mengukur kompetensi kerja guru disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAUD berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Item-item pertanyaan yang terdapat dalam instrumen diadaptasi dari soal uji kompetensi guru anak usia dini yang terdapat dalam New Mexico Teacher Assesment Study Guide – Teacher Competency Early Childhood (2012:20-29) dan

Illinios Certification Testing System Early Childhood Education (2006:11-19). Soal tes kompetensi kerja ini kemudian dikonsultasikan pada ahli untuk mendapatkan expert judgment dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi di lapangan. Berikut adalah kisi-kisi instrumen untuk variabel kompetensi kerja guru (X1).


(32)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Kerja Guru (X1)

Variabel Sub variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Nomor

Item Kompetensi Kerja Guru Pengetahuan dalam bidang pedagogik (kompetensi Pedagogik)

1. Memahami

karakteristik peserta didik dari aspek fisik, bahasa, moral, sosial , kultural, emosional dan intelektual

 Memahami karakteristik peserta didik anak usia TK yang berkaitan dengan aspek fisik, bahasa, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

(Pada penelitian ini hanya dua aspek saja yang diukur yakni aspek fisik dan intelektual)

1,2

2. Memahami teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik

 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar sambil bermain yang mendidik yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan TK  Menerapkan berbagai pendekatan, strategi,dan teknik bermain sambil belajar yang bersifat holistik dan bermakna yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan TK 3,4 5,6,7 3.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan  Memahami prinsip-prinsip pengembangan 8


(33)

bidang

pengembangan TK

kurikulum  Menentukan

kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak

9,10

Variabel Sub variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Nomor

Item

untuk mencapai tujuan

pengembangan 4. Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan yang mendidik serta mengembangkan nilai pendidikan (nilai tanggung jawab, kasih sayang, dan kepercayaan guru terhadap anak)  Menyusun rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas maupun kegiatan di luar kelas

11,12, 13

 Memanfaatkan media yang sesuai dengan pendekatan bermain sambil belajar  Menerapkan tahapan bermain anak dalam kegiatan pengembangan di TK 14 15

5. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik  Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun kepada peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi

pembelajaran

16

6. Memanfaatkan hasil penilaian  Memanfaatkan informasi hasil evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran 17


(34)

Variabel Sub variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Nomor

Item Pengetahuan dalam bidang profesional (Kompetensi Profesional) 1.Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir kelimuan

 Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan sosial, agama, seni, pendidikan jasmani, kesehatan, dan gizi sebagai sarana

pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak TK

(Pada penelitian ini yang diukur adalah penguasaan guru terhadap konsep kesehatan, matematika, sains dan bahasa) 18,19, 20,21, 22

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang pengembangan TK  Memahami kemampuan anak TK dalam setiap pengembangan

23

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007; New Mexico Teacher Assesment – Early Childhood Teacher Competency (2012:11-17)

dan Illinois Certification Testing System for Early Childhood (2006:3-10).

Sementara itu, variabel kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK dan kinerja mengajar guru TK diukur menggunakan kuesioner. Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK (X2) dan kinerja mengajar guru TK (Y), berskala pengukuran ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut:


(35)

Pernyataan positif (+) : Pernyataan negatif (-) :

SL = Selalu diberi skor 5 SL = Selalu = 1

S = Sering diberi skor 4 S = Sering = 2

K = Kadang-Kadang diberi skor 3 K = Kadang-kadang = 3

J = Jarang diberi skor 2 J = Jarang = 4

TP = Tidak Pernah diberi skor 1 TP = Tidak pernah = 5

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2)

Variabel Sub

Variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Skala Nomor Item

(+) (-) Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Menentukan dan Mengkomuni-kasikan Tujuan Sekolah

1. Bekerja secara kolaboratif dengan staf untuk menetapkan tujuan dan menggunakan data yang akan mendorong tujuan bersama

 Melibatkan guru dalam

pengembangan tujuan sekolah  Menyusun tujuan

sekolah secara jelas  Menggunakan data

dalam

mengembangkan tujuan sekolah

Ordinal 1,2

3 5,6

4

2. Menyelaraskan praktek

pembelajaran dengan kurikulum

 Mengkomunikasikan visi, misi, dan tujuan sekolah

Ordinal 7,8, 9,10 Memantau dan Memberikan Umpan Balik/ Feedback Terhadap Proses Belajar dan Mengajar 1. Melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum

 Melakukan supervisi terhadap

pembelajaran  Melakukan evaluasi

terhadap pembelajaran  Memantau kemajuan

anak

Ordinal 11, 12, 13 14, 16 17, 18 15


(36)

Variabel Sub Variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Skala Nomor Item

(+) (-)

Mendorong Iklim Pembelajaran

yang Positif

1. Memberikan kesempatan pengembangan profesional yang selaras dengan tujuan sekolah  Mendukung pengembangan profesional guru  Bersikap positif

kepada guru

 Memberikan dorongan /insentif kepada guru

Ordinal 21, 22 23, 24 25 19, 20 26

2. Menyediakan sumber daya bagi guru

 Menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh guru untuk

mengembangkan kemampuan profesional mereka

Ordinal 27, 28

Sumber: Mielcarex (2003:48), Hallinger (2005:2-5) dan Lunenburg (2010:1)

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen inerja Mengajar Guru TK (Y)

Variabel Sub Variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Skala Nomor Item

(+) (-) Kinerja Mengajar Guru TK Merancang/ Merencanakan Pembelajaran 1.Merancang kurikulum yang komprehensif dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak serta sesuai dengan tujuan pendidikan

 Menyusun Rencana Program

Pembelajaran (RPP)

Ordinal 1,2, 3,4

5

2.Memilih strategi yang tepat dengan perkembangan dan individu serta menyediakan sumber daya untuk

 Merancang strategi pembelajaran  Memilih media

pembelajaran dan sumber belajar yang

Ordinal 6,7


(37)

memberikan pengalaman belajar yang berbasis aktivitas sesuai dengan kebutuhan anak

Variabel Sub Variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Skala Nomor Item

(+) (-) Menciptakan Lingkungan Pembelajaran 1.Menciptakan lingkungan fisik dan sosial untuk melibatkan anak-anak dan

memaksimalkan pembelajaran

 Mengelola /menata lingkungan main

Ordinal 10, 11, 12, 13 14 2.Menggunakan teknik bimbingan positif untuk mendorong regulasi diri anak

 Mendorong anak untuk mengatur diri mereka saat bermain

Ordinal 15, 16, 17, 18 Melaksanakan Pembelajaran 1.Melaksanakan berbagai aktivitas yang konsisten dengan tujuan pembelajaran

 Mengelola waktu pembelajaran

Ordinal 19, 20, 21, 22 2.Mendorong keterlibatan anak dalam berbagai kegiatan pembelajaran terstruktur dan tidak terstruktur  Mendorong keterlibatan aktif anak untuk bertanya, berkomentar dan bereksplorasi saat pembelajaran berlangsung

Ordinal 24, 26 23, 25 3.Menggunakan strategi pembelajaran yang memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak  Menggunakan strategi pembelajaran yang efektif

 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran

Ordinal 27 28, 29 4.Menyediakan

bimbingan dan umpan balik yang positif kepada anak-anak

 Memberikan umpan balik kepada anak saat menutup pembelajaran

Ordinal 30, 31, 32 Menilai dan Mengkomunika-sikan Hasil Belajar

1.Secara sistematik mengumpulkan, mengorganisasika n, dan mencatat

 Mengamati dan menilai kemajuan anak

Ordinal 33, 34


(38)

data penilaian yang berkelanjutan untuk memantau perkembangan anak

Variabel Sub Variabel (Dimensi)

Indikator Sub Indikator Skala Nomor Item

(+) (-)

2.Mengkomunikasi kan hasil

penilaian dan kemajuan anak berkelanjutan dengan keluarga dan anggota tim sekolah lainnya

 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan kemajuan anak kepada orang tua

Ordinal 35, 36

Sumber : Kentucky Education Profession Standards Board (2003:1-4), District of Columbia Public School (2008:14-15) dan North Carolina Department of Public Instruction (1990:1-6)

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan kuesioner yang disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian. Instrumen yang berbentuk kuesioner terdiri dari variabel independent (kepemimpinan pembelajaran kepala TK) dan variabel dependent (kinerja mengajar guru TK) disusun dengan menggunakan skala ordinal yang berbentuk model skala Likert.

Instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner kemudian diujicobakan dan data yang diperoleh diolah menjadi data mentah hasil uji coba, lalu tiap item dianalisis untuk diketahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut dengan menggunakan SPSS For Windows. Kemudian item yang tidak valid dan reliabel direvisi atau dibuang. Sedangkan item yang benar-benar valid dan reliabel dihimpun lalu digunakan dalam penelitian yang sebenarnya.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk


(39)

mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Pada penelitian ini terdapat dua macam instrumen, yakni instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur kompetensi guru dan instrumen non tes yakni kuesioner untuk mengukur kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK dan kinerja mengajar guru TK.

Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Sedangkan instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (Sugiyono, 2008:174).

a. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen tes 1. Pengujian validitas isi instrumen tes

Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila butir-butir yang disusun sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Adapun cara untuk mengetahui validitas isi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pengujian validitas seluruh butir.

Validitas isi alat ukur dilakukan dengan mengecek secara keseluruhan alat ukur yang dinilai oleh dua ahli atau pakar. Indek validitas ditentukan oleh kecocokan hasil penilaian dua ahli terhadap seluruhan butir tidak butir demi butir (Susetyo, 2011:97). Adapun rumus yang digunakan adalah:

Perangkat ukur dinyatakan valid jika diperoleh harga di atas 0,50.

Berikut adalah hasil penilaian dua ahli terhadap keseluruhan item/butir soal tes:


(40)

Tabel 3.7

Penilaian Ahli Terhadap Keseluruhan Item/Butir Tes

Penilai I Penilai II

Item Kategori Item Kategori Item Kategori Item Kategori

1. Penting 13. Penting 1. Penting 13. Penting 2. Kurang

penting

14. Penting 2. Kurang penting

14. Penting 3. Penting 15. Penting 3. Penting 15. Penting 4. Penting 16. Penting 4. Penting 16. Penting 5. Penting 17. Penting 5. Penting 17. Penting 6. Penting 18. Penting 6. Penting 18. Penting 7. Kurang

penting

19. Penting 7. Kurang penting

19. Penting 8. Penting 20. Penting 8. Penting 20. Penting 9. Penting 21. Penting 9. Penting 21. Penting 10. Penting 22. Penting 10. Penting 22. Penting 11. Penting 23. Penting 11. Penting 23. Kurang penting

12. Penting 12. Penting

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Berdasarkan penilaian ahli di atas, kemudian dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8

Validasi Isi yang Dilakukan Ahli Terhadap Keseluruhan Item/Butir Tes

Penilai/Kategori Penilai I

Kurang Penting Penting

Penilai II Kurang penting 2 1

Penting 0 20

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013


(41)

= 0,869

Instrumen tes dinyatakan valid karena memiliki validitas di atas 0,5 (Susetyo, 2011:97)

2. Pengujian reliabilitas instrumen tes

Penyusunan perangkat tes selain dipersyaratkan adanya ketepatan dalam sasaran yang diukur diperlukan juga ketetapan atau kestabilan perangkat ukur. Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan reliabel. Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes digunakan indeks angka yang menunjukkan sejauh mana alat ukur atau tes yang dibuat dapat dipercaya atau diandalkan hasilnya. Reliabilitas suatu perangkat ukur didasarkan pada skor yang diperoleh peserta tes.

Perhitungan reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini menggunakan perhitungan reliabilitas Kuder Richardson (KR) yang menggunakan perhitungan secara langsung pada seluruh butir tes dan tidak membagi butir tes pada perangkat ukur menjadi dua bagian pada teknik Spearman Brown, Rulon, dan Flanagan. Data yang dipergunakan dalam perhitungan KR berbentuk dikotomi.

Suatu perangkat tes dinyatakan reliabel jika telah mencapai sekurang-kurangnya memperoleh koefisien korelasi sebesar 0,50 (Susetyo, 2011:107) dan dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika mencapai angka 0,70. Perhitungan koefisien reabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 18 memakai teknik Alpha (pada SPSS, koefisien reliabilitas jika menggunakan skor butir yang dikotomi, 1 dan 0 akan menjadi koefisien reliabilitas Kuder Richardson). Dari hasil perhitungan diperoleh indeks angka sebesar 0,715 yang berarti instrumen tes reliabel.

Tabel 3.9

Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Reliability Statistics


(42)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.715 23

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Coba 2013

Dengan demikian, instrumen tes sudah memiliki validitas dan reliabilitas sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

b. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Berbentuk Kuesioner

Pengujian validitas tiap butir (item) digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun (Sugiyono, 2008:179) menyatakan:

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk memenuhi syarat jika r = 0,3.

Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan kurang valid.

Sementara itu, berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Riduwan (2010:97-118) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.


(43)

Pada penelitian ini, tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian berbentuk kuesioner diukur dengan SPSS versi 18 menggunakan rumus Alpha. Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas masing-masing kuesioner:

1. Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah nomor 3, 13, 15, 20, 26, 27, 28, dan 29. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10

Uji Validitas Item Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2)

Item Corrected Item-Total

Correlation (r)

Keputusan

No.1 .627 Valid

No.2 .335 Valid

No.3 .225 Tidak Valid

No.4 .550 Valid

No.5 .522 Valid

No.6 .386 Valid

No.7 .410 Valid

No.8 .758 Valid

No.9 .396 Valid

No.10 .602 Valid

No.11 .782 Valid

No.12 .465 Valid

No.13 .294 Tidak Valid

No.14 .563 Valid

No.15 .237 Tidak Valid

No.16 .325 Valid

No.17 .533 Valid

No.18 .300 Valid

No.19 .483 Valid

No.20 .141 Tidak Valid


(44)

No.22 .590 Valid

No.23 .540 Valid

No.24 .674 Valid

No.25 .656 Valid

No.26 .089 Tidak Valid

No.27 .226 Tidak Valid

No.28 .227 Tidak Valid

No.29 .065 Tidak Valid

No.30 .531 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Coba 2013

Untuk item yang tidak valid yaitu nomor 3, 13, 15, 20, 26, 27, 28, dan 29 dihilangkan atau dihapus. Sementara itu, item nomor 14 dan 21 meskipun dinyatakan valid, item dihapus karena sub indikator telah terwakili oleh item yang lain. Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas kuesioner tersebut.

Cara pengambilan keputusan:

 Jika rAlpha positif dan lebih besar dari batas minimal (0,700) maka reliabel.  Jika rAlpha negatif atau rAlpha lebih kecil batas minimal (0,700) maka tidak

reliabel.

Bila dibandingkan dengan rAlpha dapat dilihat pada akhir analisis, yaitu bernilai 0,871 sedangkan batas minimal = 0,700.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK (X2) tersebut adalah reliabel. Seperti terlihat pada Tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11

Uji Reliabilitas Item Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .871 30

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Coba 2013 Kesimpulan:


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Achwarin. (2009). The Study of Teacher Competence of Teachers at School in Three Southern Provinces of Thailand. [Online]. Tersedia: http://www.journal.au.edu/scholar/2009/word/nareeAwareAchwarin156.doc .[5 Maret 2013].

Ainsworth, M. et al. (2002). Managing Performance, Managing People: Understanding and Improving Team Performance. Australia: French Forest NSW.

Arifin, M. (2013). The Influence of Competence and External Motivation Factor toward Teachers Working Performance in Jayapura – Papua Indonesia. Journal of Business and Management. 7, (5), 1-7.

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Barnett, S. (2004). Better Teachers, Better Preschool: Student Achievement

Linked to Teacher Qualifications. Preschool Policy Matters. 2, 1-11.

Bhargava dan Pathy. (2011). Perception of Student Teachers about Teaching Competencies. American International Journal of Contemporary Research.

1, (1), 77-81.

Biesta, G. (2010). Good Education in An Age of Measurement: Ethics, Politics, Democracy. Boulder: Paradigm Publishers.

Bungai, J. (2008). Peningkatan Pemerataan, Mutu, Relevansi, Tata Kelola, dan Akuntabilitas Pendidikan Taman Kanak-Kanak. Jurnal Ilmu Pendidikan.

15, (2), 74-81.

Castetter,W.B. (2007). The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Merril, an Imprint of Prentice Hall.

Daryanto. (2011). Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Deutsch, L. (2008). Corporate Communication Problems: A Study to Find Obstacles and Chances. Norderstedt Germany: GRIN Verlag.


(2)

District of Columbia Public School. (2009). Teaching and Learning Framework.

[Online]. Tersedia:

http://dc.gov/DCPS/Files/downloads/TEACHING%20&%20LEARNING/T eaching-Learning-Framework/DCPS-Teaching-Learning-Framework Binder-Resources-September-2009.pdf.[5 Mei2013].

Dubrin, A.J. (2001). Leadership Research Findings, Practice, and Skills. South Western: Cengage Learning.

Engkoswara dan Komariah. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Enueme, C.P dan Egwunyenga. (2008). Principal’s Instructional Leadership Roles

and Effect on Teacher’s Job Performance: A Case Study of Secondary Schools in Asaba Metropolis, Delta State, Nigeria. Journal Social Science.

16, (1), 13-17.

Gibson, et al. (2000). Organizations: Behavior, Structure, and Process. Boston: Mc.Graw Hill Co.

Grote, D. (1996). The Complete Guide to Performance Appraisal. New York: AMACOM.

Hallinger, P. dan Leithwood, K. (2006). “Introduction: Exploring the Impact of Principal Leadership School Effectiveness and School Improvement”. Journal of Research, Policy, and Practice. 5, (3).

Hallinger, P. (2005). Principal Instructional Management Rating Scale. [Online]. Tersedia:http://alex.state.al.us/leadership/Principals%20%20Files/I12,%20H allinger,%20PMRS%20Teacher%20Form11_13_07.pdf. [23 Januari 2013]. Hoy dan Miskel. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and

Practice. New York: Mc. Graw Hill.

Huda, A. (2011). Hubungan Keterampilan Supervisi Pengajaran, Iklim Organisasi Sekolah, Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak di Kota Malang. Tesis Pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

IAAP. (2009). Leadership Theories and Styles. [Online]. Tersedia: http://www.etsu.edu/ahsc.pdf. [6 November 2013].

Illinois State Board of Education. (2006). Illinois Certification Testing System, Study Guide, Early Childhood Education. [Online]. Tersedia: http://www.icts.nesinc.com/PDFs/IL_field107_SG.pdf. [22 Maret 2013]. Ingvarson, L. (2003). Building a Learning Profession. ACER: Policy Brief.


(3)

Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Kerangka Besar Pembangunan PAUD Indonesia Periode 2011 – 2025. Jakarta: Kemediknas.

Kentucky Education Professional Standards Board. (2003). Kentucky Teacher Standards for Preparation and Certification: Interdisciplinary Early Childhood Education Birth to Primary. [Online]. Tersedia: http://www.epsb.ky.gov/teacherprep/iecestandards.asp.[7 April 2013].

Lunenburg, F.C. (2010). The Principal as Instructional Leader. National Forum of Educational and Supervision Journal. 27, (4).

Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maryland State Board of Education. (2005). Maryland Instructional Leadership Framework. Maryland: Division for Leadership Development.

Mathis, R. dan Jackson. (2006). Human Resource Management. Singapore: Cencage Learning.

Mc. Millan,J. dan Schumacher,S. (2001). Research In Education: A Conceptual Introduction (Fifth ed.). New York: Wesley Longman, Inc.

Meriana. (2011). Analisis Pengaruh Kompetensi Guru dan Peran Motivasi dalam Menentukan Kinerja Guru TK, SD, SMP, dan SMA (Studi Kasus : Yayasan Pendidikan GMI Imanuel). Tesis Pada Program Pascasarjana Universitas Binus.

Mielcarex, J.M.A. (2003). A Model of School Success: Instructional Leadership, Academic Press, and Student Achievement. Dissertation: Graduate School of The Ohio State University.

Muliati. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif Bagi Kepala Sekolah.

[Online]. Tersedia:

http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/201_Kepemimpinan%20Pembela jaran%20yang%20efektif.pdf. [23 Januari 2013].

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(4)

NAEYC. (2009). NAEYC Standards for Early Childhood Professional Preparation Programs. Position Statement Approved by the NAEYC Governing Board.

Nawawi, H. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

New Mexico Public Education Department. (2012). New Mexico Teacher Assesment, Study Guide.

North Carolina Department of Public Instruction. (1990). Rowan Salisbury School, Pre-K Through Kindergarten Teacher Performance Appraisal

Instrument. [Online]. Tersedia:

http://www.rss.k12.nc.us/rssys/Documents/forms/PreK-TPAI.pdf. [7 April 2013].

Northouse, P.G. (2003). Leadership: Theory and Practice. New Delhi: Respon Book. Obi, E. (2002). Motivation and Organisational Behaviour. Onishta : Meks

Publisher Ltd.

Ogbodo, C.M. dan Ekpo. (2005) Principal Managerial Effectiveness and Tescher’s Work Performance in Akwa-Ibom State Secondary Shools. Delsu Journal of Educational Research and Development. 4, (1), 62-73.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2010.

Rakhmat, J. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Robbins, S.P. (2001). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Index Gramedia. Rood, J. (2006). Leadership in Early Childhood. Sydney: Allen & Unwim.


(5)

Safrudin. (2010). Analisis Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dan Kualifikasi Akademik Guru Terhadap Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Satu Atap Se-Kabupaten Indramayu. Tesis Pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Satori, D. dkk. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Saud, U.S. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Setiasih, O. (2009). Etika Profesi. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196007071986012-OCIH_SETIASIH/Hand_Out_Etika_Profesi.pdf. [23 Desember 2012]. Slutsky dan Pistorova. (2009). Making High Quality Early Childhood Settings

Visible: Life at Little Garden Preschool. Journal Scholarlypartnershipedu.5, (2), 45-56.

Smith, C. (2005). Servant Leadership: The Leadership Theory of Robert K. Greenleaf. [Online]. Tersedia: http://www.greenleaf.org.uk/whatissl.html. [6 November 2013].

Spencer dan Spencer. (1993). Competency at Work – Model for Superior Performance. New York: Prentice Hall.

Sudrajat, A. (2008). Peran Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kompetensi

Guru. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-dan-peran-kepala-sekolah/. [3 Februari 2013].

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra. (2009). Pengembangan Kinerja Guru. [Online]. Tersedia: http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/.[4 April 2013].

Sulistyornini. (2009). Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Jurnal Ta’allum. 19, (1), 11 halaman. [Online]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/191094555.pdf. [21 Desember 2012]. Suryadi, I. (2009). Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala

Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri Kabupaten Majalengka. Tesis Pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.


(6)

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV. Cakra.

Sutarmanto. (___). Kompetensi dan Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan. 16 halaman. [Online]. Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jvip/article/download/42/40. [21 Desember 2012].

Timpe, D.A. (2002). Memimpin Manusia, Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media.

Tribun Jabar. (2012). PAUD Menjamur, Hanya 20% Sarjana. [Online]. Tersedia : http://jabar.tribunnews.com/2012/06/04/paud-menjamur-hanya-20-persen-sarjana. [5 November 2012].

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. U.S. Department of Education. (2005). What Is Instructional Leadership and Why

Is It So Important?. [Online]. Tersedia: www.sedl.org/pubs/reading100/RF-NB-2005-Spring.pdf. [25 Desember 2012].

Villegas dan Reimers. (2003). Teacher Professional Development: An International Review of The Literature. Paris: IIEP/UNESCO.

Yufiarti dan Chandrawati, T. (2009). Profesionalitas Guru PAUD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

KINERJA GURU SMPN KOTA SURAKARTA (Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Persepsi tentang Kinerja Guru SMPN Kota Surakarta (Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kedisip

0 3 19

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI KOTA SURAKARTA Kontribusi Gaya Kepemimpinan, Kompetensi Pedagogik Danmotivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri Kota Surakarta.

0 1 16

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU TK DI KOTA SERANG.

1 1 61

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Sek

0 1 16

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Sek

0 1 14

KONTRIBUSI KOMPETENSI DAN MOTIVASI GURU TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN MOTORIK DI TK SE KOTA CIMAHI.

0 2 53

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA TK DAN KEPUASAN KERJA GURU TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR GURU TK SE-KABUPATEN KUDUS.

0 7 81

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 37

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU TK DI KOTA SERANG - repository UPI S ADP 1007123 Title

0 0 3

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

0 0 14