ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN RETAIL TRADE YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP

HARGA SAHAM PERUSAHAAN RETAIL TRADE YANG

GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Untuk Manajemen Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0412010297/FE/EM Ekaprila Susanti

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

i

telah melimpahkan kenikmatan yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi. berkat rahmatnya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN RETAIL TRADE YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA”

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4. Bapak Drs.Ec. Suwaidi, MS, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya.


(3)

ii

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Januari 2010


(4)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Manajemen Keuangan ... 10

2.2.2. Manajemen Keuangan Investasi ... 11

2.2.3. Pasar Modal ... 12

2.2.3.1. Peranan Pasar Modal ... 14

2.2.3.2. Investasi di Pasar Modal ... 16


(5)

iv

2.2.4.3. Harga Saham ... 21

2.2.4.4. Penilaian Harga Saham ... 22

2.2.5. Net Profit Margin ... 23

2.2.6. Return On Equity ... 24

2.2.7. Earning Per Share ... 25

2.2.8. Price Earning Ratio ... 26

2.2.9. Teori Yang Melandasi Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham ... 27

2.2.10.Teori Yang Melandasi Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham ... 28

2.2.11.Teori Yang Melandasi Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham ... 29

2.2.12.Teori Yang Melandasi Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham ... 30

2.3. Kerangka Konseptual ... 32

2.4. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 34

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 35


(6)

v

3.3.1. Jenis Data ... 37

3.3.2. Sumber Data ... 37

3.3.3. Pengumpulan Data ... 38

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 38

3.4.1. Teknik Analisis ... 38

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 39

3.4.3. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 46

4.1.2. Gambaran Umum PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk ... 47

4.1.3. Gambaran Umum PT.Tigaraksa Tbk ... 48

4.1.4. Gambaran Umum PT. Toko Gunung Agung Tbk ... 50

4.1.5. Gambaran Umum PT.Wicaksana Overseas International Tbk .. 51

4.2. Penyajian Data ... 52

4.2.1. Variabel Net Profit Margin (X1 4.2.2. Variabel Return On Equity (X ) ... 52

2 4.2.3. Variabel Earning Per Share (X ) ... 53

3 4.2.4. Variabel Price Earning Ratio (X ) ... 55

4 4.2.5. Harga Saham ... 58

) ... 56


(7)

vi

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 63

4.3.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.4.1. Hasil Pengujian Pengaruh Simultan Net Profit Margin (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3) dan Price Earning Ratio (X4 4.3.4.2. Hasil Pengujian Pengaruh Parsial ... 67

) Terhadap Harga Saham ... 66

4.4. Pembahasan ... 70

4.4.1. Implikasi Hasil Penenlitian ... 72

4.4.2. Perbedaaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Drengan Penelitian Terdahulu ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA


(8)

vii

Tabel 4.1. : Data Net Profit Margin Perusahaan Retail Trade Tahun

2003 s/d 2007 ... 52

Tabel 4.2. : Data Return On Equity Perusahaan Retail Trade Tahun 2003 s/d 2007 ... 54

Tabel 4.3. : Data Earning Per Share Perusahaan Retail Trade Tahun 2003 s/d 2007 ... 55

Tabel 4.4. : Data Price Earning Ratio Perusahaan Retail Trade Tahun 2003 s/d 2007 ... 57

Tabel 4.5. : Data Harga Saham Perusahaan Retaol Trade Tahun 2003 s/d 2007 ... 58

Tabel 4.6. : Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.7. : Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 61

Tabel 4.8. : Hasil Pengujian Multikolinier ... 64

Tabel 4.9. : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 65

Tabel 4.10. : Hasil Uji F ... 66


(9)

ix

Ekaprila Susanti

Abstraksi

Perusahaan yang go publik selalu mempunyai tujuan yang bersifat normatif yaitu memaksimalkan kemakmuran atau kesejahteraan ekonomi para pemegang saham. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Net Profit Margin, Return On Equity, Earning Per Share dan Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Variabel penelitian ini adalah Net Profit Margin, Return On Equity,

Earning Per Share, Price Earning Ratio dan harga saham. Sample dalam

penelitian ini adalah perusahaan retail trade yang go public di PT. Bursa Efek Indonesia yang mempunyai data laporan keuangan tahun 2003-2007 yang berjumlah 4 perusahaan. Teknik analisis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial Net Profit Margin, Earning Per Share, dan Price

Earning Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan

Retail Trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Return On Equity tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Retail Trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Keywords: Net Profit Margin, Return On Equity, Earning Per Share, Price Earning Ratio dan harga saham


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak pertengahan tahun 1997, dunia usaha di Indonesia mulai terguncang akibat melemahnya nilai tukuar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menimbulkan krisi terhadap rupiah dan disusul lunturnya kepercayaan rupiah, hal ini mengakibatkan nilai tukar rupiah terus merosot tajam dan menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan yang berimbas pada krisis politik dan krisis kepercayaan kepada pemerintah.

Perekonomian Indonesia yang terpuruk oleh berbagai macam krisis, membutuhkan dana yang cukup besar untuk bangkit kembali. Pemerintah mulai membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan baru untuk menggairahkan kembali perekonomian Indonesia, diantaranya adalah peluang bagi investor asing untuk memiliki mayoritas saham perusahaan yang telah go publik, baik di Bursa Efek Indonesia maupun Bursa Efek Indonesia. (Moestika & Andhaniwati, 2002:27)

Perusahaan yang go publik selalu mempunyai tujuan yang bersifat normatif yaitu memaksimalkan kemakmuran atau kesejahteraan ekonomi para pemegang saham. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan.


(11)

Dalam memaksimalkan kemakmuran atau kesejahteraan ekonomi para pemegang saham, adalah dengan terus berusaha memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kenaikan harga saham. Peningkatan harga saham ini berarti akan terjadi juga peningkatan pembayaran deviden bagi pemegang saham. Tujuan normatif tersebut tidak mudah dicapai karena hampir setiap hari terjadi fluktuasi indeks harga saham yang menggambarkan perubahan harga saham yang ada di bursa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi menjadi tiga yaitu faktor yang bersifat fundamental, teknis, serta faktor lingkungan sosial, ekonomi dan politik (Usman, 1990:166). Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh terhadap transaksi saham perusahaan, sehingga harga saham perusahaan akan mengalami berbagai kemungkinan kenaikan atau penurunan harga. Hasil penelitian Natarsyah (2000) memberi bukti bahwa pergerakan harga saham tidak dapat ditentukan atau dipengaruhi sepenuhnya hanya dengan mengendalikan sepenuhnya faktor fundamental saja, tetapi ditentukan pula oleh faktor nonfundamental.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis fundamental berkaitan yang dengan pertimbangan utama yaitu kinerja yang baik maka harga saham perusahaan akan tinggi dan sebaliknya apabila kinerja perusahaan tidak baik maka harga saham akan rendah. Untuk Dapat memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan


(12)

saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya (Stoner et al. 1995). Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Gitman 2003). Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Dengan adanya motivasi untuk mengetahui faktor-faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, diadakan penelitian pada perusahaan yang go publik di Indonesia terutama yang tercatat pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), lebih lanjut penelitian ini difokuskan pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2003-2007. guna memperjelas pernyataan tersebut berikut ini akan disajikan pergerakan harga saham dari perusahaan Retail Trade Tahun 2003-2007, selengkapnya sebagai berikut :


(13)

Tabel 1 : Harga Saham Perusahaan Retail Trade Tahun 2003-2007

No. Emiten

2003 (Rp)

2004 (Rp)

2005 (Rp)

2006 (Rp)

2007 (Rp) 1. PT. Alfa Retailindo Tbk. 1.250 1.000 1.900 1.450 2.100 2. PT. Hero Supermarket Tbk. 1.000 2.800 8.050 6.000 4.500 3. PT. Matahari Putra Prima Tbk. 525 575 960 800 690 4. PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. 4.350 775 810 870 850 5. PT. Rimo Catur Lestari Tbk. 100 55 75 65 180 6. PT. Toko Gunung Agung Tbk. 270 270 250 250 250 7. PT. FKS Multi Argo Tbk 215 180 250 300 600 8. PT. Tigaraksa Satria Tbk. 3.250 3.700 290 275 320 9. PT. Wicaksana Overseas International Tbk 175 155 125 110 86 10. PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk - 180 170 165 135 Sumber

Dari data tersebut diatas diketahui bahwa harga saham dari kesepuluh perusahaan retail tersebut yang cenderung mengalami penurunan adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk., PT. Toko Gunung Agung Tbk., PT. Tigaraksa Satria Tbk., PT. Wicaksana Overseas International Tbk, PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. Melihat naik turunya nilai harga saham sebuah perusahaan akan dapat mendatang atau menurunkan investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut, dengan semakin banyak investor yang membeli saham perusahaan tersebut maka nilai dari saham perusahaan akan semakin tinggi, begitu pula dengan sebaliknya. Berdasarkan keadaan tersebut diatas menunjukkan bahwa keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa rasio keuangan yang


(14)

mempengaruhinya, diantaranya adalah : 1) Net Profit Margin yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualannya (Arifin, 2007:38). Menurut Harahap (2001:304) Net Profit Margin digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi, kenaikan ini tercermin dalam harga saham perusahaan, demikian pula sebaliknya.

2) Return On Equity yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk mengembalikan modal investor yang diinvestasikan pada perusahaannya (Jumingan, 2008:245). Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan, sehingga mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut yang akan berdampak pada meningkatnya permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. 3) Earning Per Share yang dapat memberikan informasi seberapa besar laba bersih terhadap jumlah lembar saham (Harahap, 2001:305). EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. 4) Price Earning Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh satu rupiah pendapatan dari suatu saham (Harahap, 2001:310). Price Earning Ratio


(15)

merupakan salah satu rasio yang digunakan oleh investor sebagai informasi, karena Price Earning Ratio menunjukkan harga yang investor bersedia membayar untuk setiap nilai laba perusahaan. Dan tidak menutup kemungkinan terdapat rasio keuangan lainnya yang mempengauhi naik turunnya harga saham pada perusahaan-perusahaan tersebut.

Apabila transaksi perdagangan saham yang terjadi di pasar modal merupakan kegiatan investasi bagi investor, maka informasi yang diperlukan adalah informasi mengenai laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan perusahaan akan menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif.

Atas dasar hal tersebut di atas maka timbul minat penulis untuk mengadakan penelitian di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) berkaitan dengan fluktuasi harga saham yaitu “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail Trade Yang Go Publik di PT. Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia ?


(16)

b. Apakah Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perus ahaan r et ai l trad e yang go publ ik di PT. Bursa Efek Indonesia ?

c. Apakah Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia ?

d. Apakah Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk menguji apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk menguji apakah Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

c. Untuk menguji apakah Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

d. Untuk menguji apakah Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Bagi investor

Dapat menambah informasi dan referensi tentang pasar modal guna mempermudah mengambil keputusan untuk investasi.

b. Bagi peneliti

Dengan mengadakan penelitian secara langsung serta dihadapkan pada kenyataan yang ada, maka didapatkan pengetahuan mengenai pemecahan masalah yang sesungguhnya.

c. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Universitas sebagai darma bakti terhadap perguruan tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.


(18)

8

2.1. Penelitian Terdahulu

A. Syahib Nartasyah (2000, Vol.15, No.3)

1. Judul: Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham

2. Rumusan Masalah:

a. Apakah faktor-faktor fundamental seperti return on assets, return on equity, devidenn pay out ratio, debt to equity ratio, book value equity pershare, dan risiko sistematik secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham perusahaan pada kelompok industri barang konsumsi di pasar modal ?

b. Varaibel manakah yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi di pasar modal ? c. Seberapa besar kontribusi faktor funsdamental dan risiko

sistematik mampu menjelaskan variasi harga saham perusahaan pada kelompok industri barang konsumsi yang go publik di pasar modal Indonesia?

3. Tujuan Penelitian:

a. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor fundamental seperti return on assets, return on equity, devidenn pay out ratio, debt to equity ratio, book value equity pershare, dan risiko sistematik secara


(19)

bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham perusahaan pada kelompok industri barang konsumsi di pasar modal

b. Untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi di pasar modal

c. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi faktor funsdamental dan risiko sistematik mampu menjelaskan variasi harga saham perusahaan pada kelompok industri barang konsumsi yang go publik di pasar modal Indonesia

4. Kesimpulan:

a. Faktor fundamental yang mempunyai pengariuh signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-pulik di pasar modal adalah return on assets, return on equity, dan nilai buku, sednagkan devidend pay out ratio tidak signifikan. Faktor lain yang ditambahkan selain faktor fundamental yang mempunyai pengaruh siginifikan terhadap harga saham adalah risiko sistematik yang diukur dengan indeks beta.

b. Kontribusi faktor fundamental dan risiko sistematik dalam menjelaskan variansi harga saham mempunyai hubungan dan pengaruh pola lemah dimana R=0,56086 dengan keofisien determinansi R2= 0,3146 uji signifikansi statistik F.


(20)

c. Rendahnya nilai R-Square, memebrikan petunjuk bahwa variansi (pola pergerakan) harga saham bersifat acak, tidak dapat ditentukan (diekspektasi) dan atau dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan faktor fundamental perusahaan. d. Pergerakan harga saham lebih banyak ditentukan oleh aspek

psikologi pasar ketidakstabilan emosi para pemodal menyebabkan rekasi yang belrebihan.

B. Rina Moestika S. dan Erry Andhaniwati (2002 Vol.2, No3)

1. Judul: Pengaruh Beberapa rasio keuangan Terhadap Harga pasar Saham perusahaan Kertas Yang Go-Publik di Bursa Efek Surabaya 2. Perumusan Masalah: apakah rasio Earning Per Share, Price Earning

Ratio, dan Market to Book ratio berpengaruh secara nyata terhadap harga pasar saham perusahaan kertas yang go publik di Bursa Efek Surabaya.

3. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui apakah rasio Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Market to Book ratio berpengaruh secara nyata terhadap harga pasar saham perusahaan kertas yang go publik di Bursa Efek Surabaya.

4. Kesimpulan: Dari hasil analisis secara parsial dan simultan maka rasio Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Market to Book ratio berpengaruh secara nyata terhadap harga pasar saham perusahaan kertas yang go publik di Bursa Efek Surabaya.


(21)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Keuangan

Peranan manajer keuangan telah berubah selama kurun waktu belakangan ini. Hal ini disebabkan karena perkembnagan yang pesat dalam bidang ekonomi dan bisnis. Perusahaan-perusahaan telah berkembang menjadi semakin besar dan kompleks. Secara tradisional peranan manajer keuangan ilaha mencari dana untuk perusahaan bila diperlukan oleh perusahaan dan membelanjakannya. Dengan perkembangan itu manajer keuangan harus mengubah pandangan tradisional ke arah keputusan-keputusan yang berhubungan dengan semua aspek dari pengerahan modal. Dalam hal ini manajer keuangan harus memperhatikan aktiva, alokasi dana terhadap berbagai macam proyek dan kegiatan, pengukuran hasil dari masing-masing kegiatan, pemupukan dana dalam perusahaan, serta pemeliharaan struktur kapital yang rasional. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:3)

Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan keseluruhan yaitu kemakmuran yang maksimal, manajer keuangan haraus menjabarkan tujuan perusahaan itu ke dalam tujuan-tujuan yang lebih rinci. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:7)

Tujuan manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan nilai saham dan peningkatan kekayaan perusahaan. Value atau nilai perusahaam dimaksud, nilai perusahaan saat


(22)

ini dan nilai pada waktu yang akan datang, oleh karenanya perlu pertimbangan nilai waktu dan uang. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:7)

Pertimbangan nilai waktu dan uang dipergunakan untuk menilai pengeluaran atau pemasukan yang akan diterima di waktu yang akan datang, sedangkan evaluasi dan keputusan harus dilakukan sekarang (present value). untuk itu diperlukan perhitungan tingkat diskonto dalam pengeluaran atau pemasukan yang akan datang.

2.2.2. Manajemen Keuangan Investasi

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.

Investasi menurut Sunariyah (2003:4) adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.

Dalam membicarakan tentang investasi, perlu lebih dahulu dibahas tentang nilai uang pada waktu yang akan datang terutama adalah faktor bunga dan diskonto. Hal tersebut mengingat investasi akan berjalan dalam


(23)

waktu yang relatif lama pada waktu yang akan datang, sehingga penerimaan pada waktu yang akan datang mempunyai nilai berbeda-beda bila dinilai sekarang. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:121)

Apabila proyek investasi akan dibiayai sebagain dari uang pinjaman, maka perusahaan akan membayar sebagai kompensasi terhadap sesuatu yang diperoleh dengan penggunaan yang tersebut, yang dinamakan bunga, dan penerimaan tahun yang akan datang nilainya akan berkurang sekaligus rasio tingkat bunga untuk tiap-tiap tahun atau tingkat diskonto yang berjalan.

2.2.3. Pasar Modal

Pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbikan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 1993:3).

Berikut ini dijelaskan secara singkat berbagai lembaga dan profesi yang diperlukan agar kegiatan pasar modal dapat berjalan dengan baik (Husnan, 1993:9).

1. BAPEPAM

Keberadaan BAPEPAM dimaksudkan agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, dan melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.


(24)

2. Bursa Efek

Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek adalah Bursa Efek. Di Indonesia Bursa Efek harus berbentuk Perseroan. Di bursa inilah dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut. Dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung, tetapi harus melewati anggota di Bursa Efek.

3. Lembaga Kliring dan Penjamin

Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa untuk jual beli efek di bursa efek.

4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa kostudian (penyimpanan efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek.

5. Perusahaan Efek

Perusahaan efek dapat menjalankan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek dan atau Manajer Investasi setelah memperoleh ijin usaha dari BAPEPAM. Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek berarti bahwa perusahaan efek tersebut menjamin agar penerbitan sekuritas oleh suatu perusahaan yang dilakukan di pasar perdana dapat terjual semua.


(25)

6. Reksa Dana

Reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang snagat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait. Pasar modal juga dapat dikatakan sebagai wadah dan monopoli wadah dan monopoli pemilikian perusahaan karena setelah perusahaan go public dan memanfaatkan pasar modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga mejadi milik publik. (Gitosudarmo dan Bisri, 2002:239)

2.2.3.1.Peranan Pasar Modal

Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar kodal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dnegan menjuak saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bung dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati. (Jogiyanto, 2003:11)


(26)

Untuk menarik pembeli dan penjual untuk beraprtisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.

Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari menejemennya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun. dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang saham mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil atau proksi. Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka dapat terjadi perang proksi untuk mengganti manajemen. (Jogiyanto, 2003:12)

Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke pinjaman. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih


(27)

produktif yang membutuhkan dana. sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada.

2.2.3.2.Investasi di Pasar Modal

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.

Investasi menurut Sunariyah (2003:4) adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.

Investasi menurut Jogiyanto (2003: 5) merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.


(28)

Di dalam Investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi di bursa efek yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya diatas harga belinya. Deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi oleh perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika harga jual saham dibawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak bias negatif. (Anogara dan Pakarti, 2003: 81).

Menurut Usman (1990: 144), setiap pemodal memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambil., secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan. Namun dikaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada dasarnya ada 5 (lima) sasaran yang ingin dicapai oleh pemodal, antara lain :

1. Kemampuan. 2. Pendapatan. 3. Pertumbuhan. 4. Fasilitas pajak. 5. Spekulasi.

2.2.4. Saham

2.2.4.1.Pengertian Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (perseroan terbatas). Secara fisik, saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik


(29)

kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. (Arifin, 2007:127)

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:265), saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas. sedangkan menurut Riyanto (1999:240), bahwa saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas.

2.2.4.2.Jenis-Jenis Saham

Menurut Jogiyanto (2003:67), saham (stock) yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam dua (2) jenis saham, yaitu:

1. Preferred Stock (saham preferensi), merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.

Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.

2. Common Stock (saham biasa), ialah saham yang tidak memberikan suatu keistimewaan kepada pemiliknya.

Jika perusahaan hanya mengeluarkan kelas aham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak.


(30)

Sedangkan menurut Riyanto (1999:240), jenis-jenis saham dibedakan ke dalam 3 bentuk sebagai berikut:

1. Saham Biasa (common stock)

Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau kalau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen, dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian ini belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen.

2. Saham Preferen (preferred stock)

Pemegang saham jenis ini mempunyai beberapa “preferensi” tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal:

a. Pembagian dividen

Dividen dari saham preferen diambilkan lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa (common stock). Dividen saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya.

b. Pembagian kekayaan

Apabila kekayaan di likuidasi, maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa. Tetapi kelemahannya, pemegang saham jenis ini tidak mempunyai hak


(31)

suara dalam rapat umum pemegang saham. Kesamaannya adalah berhak menerima dividen apabila perusahaan mendapatkan keuntungan.

3. Saham kumulatif preferen (cummulative preferred stock)

Saham jenis ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengijinkan atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan di waktu-waktu lampau

2.2.4.3.Harga Saham

Harga saham ditentukan oleh adanya permintaan dan penawaran. Pembentukan harga saham dibedakan menjadi pasar lelang (auction market) dan pasar negosiasi (negotiated market).

Pada perdagangannya, harga terbentuk sesuai dengan harga lelang, dengan proses tawar menawar didasarkan atas prioritas harga dan prioritas waktu, sedangkan pembentukan harga pasar saham negosiasi dilakukan dengan cara negosiasi antara pihak penjual dengan pihak pembeli.

Harga saham merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi fundamental emiten, faktor penawaran dan permintaan saham dan kemampuan analisis efek. Harga saham naik atau turun tergantung dari perubahan satu atau lebih faktor-faktor yang


(32)

mempengaruhinya. Apabila kondisi perusahaan memburuk hal ini akan mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut ikut memburuk dan sebaliknya, jika kondisi perusahaan membaik, maka harga sahamnya juga ikut meningkat.

Menurut Sunariyah (2000:154) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana. 1. Harga pasar (market value) yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada

saat itu.

2. Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam sertifikat saham, dimana yang telah ditetapkan oleh emiten serta dengan mendapatkan persetujuan dari Bapepam (Badan Pemeriksa dan Pengawas Pasar Modal).

Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.

2.2.4.4.Penilaian Harga Saham

Menurut G. Foster (1986) dalam Gitosudarmo dan Basri (2002:268), analisis terhadap saham melalui manajemen investasi aktif dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Teknikal

Pendekatan teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk


(33)

berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan.

Pendekatan ini menggunakan data yang sudah dipublikasikan serta faktor-faktor lain yang sasarannya adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham maupun indikator pasar. Penekanan analis adalah pada perubahan harga daripada tingkat harga untuk meramalkan trend perubahan harga tersebut.

2. Pendekatan Fundamental

Analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai nyata suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan penerbit saham. Menurut Braham et la. (1986), nilai inatrinsik adalah nilai yang tercermin pada faktor seperti pendapatan deviden, prospek perusahaan, aspek manajemen dan sebagainya.

2.2.5. Net Profit Margin

Net Profit Margin merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Net Profit Margin selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2001;224) Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah


(34)

memperhitungankan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan.

Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak (Edy Suwito dan Arleen Herawaty; 2005). Rasio laba operasi bersih terhadap penjualan banyak digunakan oleh para praktisi keuangan sebagai “penentu nilai” (value driver) kunci yang mempengaruhi penilaian atas sebuah perusahaan.

Net Profit Margin digunakan untuk mengukur keuntungan neto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukkan kinerja yang semakin baik. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah (Arifin, 2007:38):

Net Profit Margin =

eto enjualan

ajak ersih

N P

P Setelah B

Laba

2.2.6. Return On Equity

Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan


(35)

modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Return on Equity =

Equity Income Net

(Jumingan, 2008:245) Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, perusahaan dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri.

Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. (Harahap, 2001:305)

2.2.7. Earning Per Share

Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harahap, 2001:305):

EPS =

Saham Lembar

Jumlah

Bersangku Saham

Bagian


(36)

Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

Menurut Skousen (1995:184) laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi. (Skousen, 1995:184)

2.2.8. Price Earning Ratio

Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus deviden dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang populer yang menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER (Price Earnings Ratio) atau disebut juga pendekatan earning multiplier. PER (Price Earnings Ratio) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. (Jogiyanto, 2003:105)

Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Harahap, 2001:310):


(37)

PER =

ersih asar arga

B Laba

Saham P

H

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. (Harahap, 2001:311)

2.2.9. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham

Menurut Harahap (2001:304) Net Profit Margin digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Net Profit Margin digunakan untuk mengukur keuntungan neto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukkan kinerja yang semakin baik. Jadi apabila profit margin suatu perusahaan meningkat investor menganggap perusahaan tersebut mempunyai prospek yang cerah di masa mendatang, sehingga nilai perusahaan akan naik. Kenaikan ini tercermin dalam harga saham perusahaan, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain pencapaian tingkat Net Profit Margin yang tinggi akan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin besar pula deviden yang akan dibagikan.


(38)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), menemukan bahwa net profit margin merupakan salah satu rasio yang berpengaruh terhadap harga saham.

2.2.10.Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham

Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitinya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.


(39)

Return On Equity dapat dijadikan suatu tolak ukur oleh investor untuk mengetahui produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan rentabilitas dan efisiensi modal sendiri. Makin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau rentabilitas modal sendiri yang semakin baik, sehingga para investor percaya bahwa dikemudian hari perusahaan akan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar, akibatnya harga saham dapat naik di pasar modal, demikian juga keadaan sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nartasyah (2000), menemukan bahwa faktor fundamental yang mempunyai pengariuh signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-pulik di pasar modal salah satunya adalah return on equity.

2.2.11.Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham

Earning Per Share adalah rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Menurut Skousen (1995:184) Earning Per Share merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk


(40)

mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi. (Skousen, 1995:184)

Menurut Tuanakotta (1985:213) Earning Per Share adalah angka yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moestika dan Andhaniwati (2002), menemukan bahwa dari hasil analisis secara parsial rasio Earning Per Share berpengaruh secara nyata terhadap harga pasar saham perusahaan kertas yang go publik di Bursa Efek Surabaya.

2.2.12.Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham

PER (Price Earnings Ratio) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. (Jogiyanto, 2003:105). PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. (Harahap, 2001:311)


(41)

Sebelum menginvestasikan dananya investor perlu melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, karena investor harus selalu waspada terhadap berbagai kemungkinan seperti adanya ketidakpastian (risiko). Analisis tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor dapat diketahui dari informasi laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

Price Earning Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan oleh investor sebagai informasi, karena Price Earning Ratio menunjukkan harga yang investor bersedia membayar untuk setiap nilai laba perusahaan. Makin tinggi Price Earning Ratio, makin besar harapan investor untuk meraih keuntungan berupa pendapatan investasi atas saham yang berarti pula bahwa nilai perusahaan itu makin tinggi. Sebaliknya, makin kecil Price Earning Ratio, makin kecil harapan investor untuk meraih keuntungan investasi atas saham itu. Umumnya, saham-saham dengan Price Earning Ratio tinggi diperdagangkan dengan harga yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moestika dan Andhaniwati (2002), menemukan bahwa dari hasil analisis secara parsial rasio Price Earning Ratio berpengaruh secara nyata terhadap harga pasar saham perusahaan kertas yang go publik di Bursa Efek Surabaya.

2.3.Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat disampaikan dalam gambar sebagai berikut :


(42)

Kecenderungan penurunan/fluktuatif terhadap harga saham, maka investor ini bermaksud memadukan pengaruh rasio keuangan diambil (Net Profit Margin, Return On Equity, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio), pada perusahaan retail yang terdaftar di BEI

Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungankan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut memberitahukan penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukkan kinerja yang semakin baik.

Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. ROE dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Earning Pers Share ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal.

Price Earnings Ratio merupakan rasio yang menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

NPM

Harga Saham

EPS

ROE PER

Regresi Linier Berganda

Uji t Uji F

Tidak Pengaruh Ada Pengaruh


(43)

2.4. Hipotesis

1. Diduga bahwa Net Profit Margin berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

2. Diduga bahwa Return On Equity berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

3. Diduga bahwa Earning Per Share berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

4. Diduga bahwa Price Earning Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia


(44)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional setiap variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas (X), terdiri dari: a) Net Profit Margin (X1

Adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Dan satuan pengukuran yang digunakan adalah ratio. Rumus :

)

Net Profit Margin =

Penjualan

ak SetelahPaj LabaBersih

(Arifin, 2007:38) b) Return On Equity (X2

Adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu.

)

Return on Equity =

Equity Income Net

(Jumingan, 2008:245) c) Earning Per Share (X3

Adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan Laba per saham. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah rupiah. Rumus :


(45)

EPS =

Saham Lembar

Jumlah

Bersangku Saham

Bagian

Laba tan

(Harahap, 2001:305) d) Price Earning Ratio (X4

Adalah rasio yang menunjukkan nilai harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.

PER =

)

ersih asar arga

B Laba

Saham P

H

(Harahap, 2001:310) Variabel Terikat (Y), adalah :

Harga saham merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi fundamental emiten, faktor penawaran dan permintaan saham dan kemampuan analisis efek.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantiats dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari perusahaan retail trade yang go publik di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini yang berjumlah 10 perusahaan.


(46)

1) PT. Alfa Retailindo Tbk. 2) PT. Hero Supermarket Tbk. 3) PT. Matahari Putra Prima Tbk. 4) PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. 5) PT. Rimo Catur Lestari Tbk.

6) PT. Toko Gunung Agung Tbk. 7) PT. FKS Multi Argo Tbk 8) PT. Tigaraksa Satria Tbk

9) PT. Wicaksana Overseas International Tbk 10) PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. 3.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun pengertian non probability sampling adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2005:61)., maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. b. Memiliki data laporan keuangan tahun 2003-2007.


(47)

c. Memiliki aktifitas perdagangan yang sama aktifnya. d. Yang mengalami penurunan harga saham perusahaan.

Berdasarkan kriteria diatas, terdapat 4 perusahaan yang dijadikan sampel. Perusahaan tersebut adalah :

1) PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk. 2) PT.Tigaraksa Satria Tbk.

3) PT. Toko Gunung Agung Tbk.

4) PT.Wicaksana Overseas International Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 10 perusahaan retail trade yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 sampai tahun 2007.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian. Data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan telah diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, meliputi harga saham dan


(48)

data laporan keuangan perusahaan retail trade yang go publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 (Umar, 2004:41).

3.3.3. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi yaitu melihat, mempelajari, dan mengutip catatan-catatan dari dokumen yang ada pada laporan keuangan perusahaan retail trade yang go publik di Bursa Efek Indonesia, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dari tahun 2003-2007.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana distribusi sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e), apabila residual (e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1

Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah = 0 dengan varaian sebesar σ

juga berdistribusi normal. (Gujarati, 1995:66)

2

. Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov


(49)

Smirnov. Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier dari uI

3.4.2. Teknik Analisis

(residual).

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang dilakukan, maka keterkaitan antara variabel penelitian dapat digambarkan secara spesifik dalam model regresi linier berganda. Analisis ini dapat digunakan untuk menerangkan tingkat ketergantungan

satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Dalam anlisis ini juga dapat diukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Adapun model regresi linier berganda secara umum adalah sebagai berikut :

Y =β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4+ e Keterangan :

Y = Harga Saham

X1 = Net Profit Margin (NPM) X2 = Return On Equity (ROE) X3 = Earning Per Share (EPS) X4 = Price Earning Ratio (PER) β 0 = Konstanta

e = Kesalahan baku


(50)

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Regresi linier berganda dengan persamaan Y =β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4

a. Tidak terdapat multikolinieritas

+ e harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui Uji F dan Uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut :

b. Tidak terjadi heteroskedastisitas c. Tidak ada autokorelasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui Uji F dan Uji t menjadi bias. Dibawah ini asumsi dasar dari BLUE sebagai berikut :

a. Multikolinieritas

Merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variable bebas berkorelasi sempurna dengan variable bebas lainnya. Multikolinieritas dapat dilihat dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah (Santoso, 2002:203) :

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1


(51)

3) Koefisien korelasi antara variable bebas haruslah lemah (di bawah 0,5 ). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multiko.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas (Santoso, 2002:208).

Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Panduan untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada table D-W (Durbin-Watson).

Deteksi adanya autokorelasi :


(52)

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

3.4.4. Uji Hipotesis

a. Pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel X1, X2, X3, dan X4

1) H

terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut : 0 : β 1 = β 2 = ... = β j ? 0 ( X1, X2, X3, X4

H

secara bersama tidak berpengaruh terhadap Y ).

1 : Salah satu dari β j ? 0 ( X1, X2, X3, X4

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

secara bersama berpengaruh terhadap Y ).

3) Dengan F hitung sebesar : R2

F

/(k – 1) hit =

(1 – R2)/(n – k)

Sumber : Gujarati (1995:141) Keterangan :

F hi t= F hasil perhitungan R2 = koefisien regresi k = jumlah variabel n = jumlah sampel


(53)

4) Daerah kritis H0 H

melalui kurva distribusi F.

0 diterima jika Fhit < Ftab, artinya variabel X secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Y.

H0 ditolak jika Fhit > Ftab

b. Untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial variabel X , artinya variabel X secara bersama-sama berpengaruh terhadap Y.

1, X2 X

, 3, X4

1) H

terhadap Y digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut: 0 : bj = 0 ( tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3, atau X4

dap Y) H

terha

1 : bj ? 0 ( terdapat pengaruh X1, X2, X3, atau X4

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas ( n-k ), dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

terhadap Y ) Dimana j = 1, 2, 3, ...., k : Variabel ke J sampai ke k.

3) Dengan nilai t hitung : bj

t hit =

se (bj)

Sumber : Gujarati (1995) Keterangan :

t hit = t hasil perhitungan bj = Koefisien regresi se (bj) = Standart error


(54)

4) Daerah kritis H0 H

melalui kurva distribusi t.

0 diterima jika-t tab < thit < ttab, artinya variabel X secara parsial tidak berpengaruh terhadap Y.

H0 ditolak jika t hit < -ttab atau t hit > ttab, artinya variabel X secara parsial berpengaruh terhadap Y.


(55)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952. program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956, mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.


(56)

Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.

Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.

4.1.2. Gambaran Umum PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1983 berdasarkan akta notaris R. Muh. Hendarmawan S.H. Nomor 60 pada tanggal yang sama. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dalam surat keputusan No. C2-5877.HT.01.01.TH.85 tanggal 17 Desember 1985 dan diumumkan dalam


(57)

berita negara Nomor 09 tambahan Nomor 589 tanggal 3 Oktober 1985. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H. Nomor 37 tanggal 18 Juni 2004, mengenai perubahan anggaran dasar perusahaan sehubungan dengan pemecahan nilai nominal sham dari Rp. 250 (rupiah penuh) per saham menjadi Rp. 50 (rupiah penuh) persaham. Perubahan ini telah diterima dan dicacat oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI melalui surat keputusan No. C2-21365 HT.01.04.TH.2004 tanggal 24 Agustur 2004dan diumumkan dalam berita negara No.82 Tambahan No.875 tanggal 12 Oktober 2004.

4.1.3. Gambaran Umum PT.Tigaraksa Satria Tbk.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1987, ketika Grup Tigaraksa mengkonsolidasikan fungsi distribusi dan pemasaran melalui pembentukan anak perusahaan dengan otonomi yang memadai untuk memfasilitasi langkah ekspansi dengan pertumbuhan yang cepat di pasar produk konsumen Indonesia. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sejak tahun 1990. Pada akhir 2000, perusahaan mengadakan saham utama dalam perusahaan berikut: PT Tira Fashion (99,9%), PT Tira Satria Properti (99,9%), PT Dunia Ilmu Satria (99,2%), PT Inti Karya Agrosatria (66,7% ), dan PT Blue Gas Indonesia (55%). Perusahaan juga mengadakan saham minoritas di perusahaan berikut: Airess Mega Utama (49%), TNT Logistik Indonesia (45%), Cartisa Properti Indonesia (30%), dan Carti Satria Megaswalayan (30%).


(58)

Perseroan mencatat laba bersih IDR19.547 miliar di tahun 2005, meningkat tajam dari IDR3.916 miliar pada tahun 2004. Peningkatan laba bersih ini didukung oleh penjualan bersih yang lebih tinggi naik ke IDR2.515 triliun dari IDR2.032 triliun.

Jumlah saham yang di tempatkan dan di setor penuh sejak tanggal 10 Juli 2006 sampai dengan 31 Desember 2007 tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 918.492.750 saham. Sejak go public di tahun 1990, jumlah saham yang di tempatkan dan di setor penuh perseroan telah mengalami beberapa kali peningkatan. Di tahun 1990 jumlah saham di setor sebanyak 13.500.000, kemudian ditingkatkan menjadi 40.500.000 saham di tahun 1991. Banyaknya saham disetor tidak berubah hingga dilaksanakannya konversi obligasi tahun 1995. Hasil konversi obligasi menjadi saham telah meningkatkan saham disetor menjadi 48.597.500 saham dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham. Pada tahun 1996, perseroan membagikan saham bonus sebanyak 4 (empat) saham baru untuk setiap pemilik 5 (lima) saham lama. Dengan demikian di akhir tahun 1996, jumlah saham disetor meningkat lagi menjadi 87.475.500 saham. Dan sehubungan dengan adanya pemecahan saham di tahun 2005 jumlah saham yang disetor menjadi 874.755.000 saham dengan nilai nominal Rp. 100,- per saham. Berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 31 Mei 2006, telah disetujui penggunaan Laba Perseroan tahun 2005 untuk melakukan pembagian Dividen Final dalam bentuk Dividen Tunai sebesar Rp. 10,- per saham dan Dividen Saham


(59)

sebesar Rp. 15,- per saham atau sebesar 43.737.750 saham, sehingga jumlah saham yang di tempatkan dan di setor penuh pada tanggal 10 Juli 2006 berubah menjadi 918.492.750 saham.

4.1.4. Gambaran Umum PT. Toko Gunung Agung Tbk.

PT Toko Gunung Agung Tbk (“Perusahaan” atau “Induk Perusahaan”) didirikan dengan nama CV Ayumas Jakarta pada tahun 1973 dan diubah menjadi perseroan terbatas berdasarkan akta No. 30 tanggal 6 Juni 1980 dari Darsono Purnomosidi, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/83/20 tanggal 30 Januari 1981 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 2092 tanggal 6 Juni 1980, Tambahan No. 47. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 17 tanggal 13 Juni 2003 dari Sjaaf De Carya Siregar, S.H., notaris di Jakarta, antara lain mengenai perubahan Anggaran Dasar pasal 11 ayat 1 dan Pasal 12 ayat 8.b dan perubahan susunan Direksi dan Komisaris Perusahaan. Perubahan Anggaran Dasar ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dan telah diterima dan dicatat oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan registrasi No. C-17591.HT.01.04.TH.2003 tanggal 28 Juli 2003.


(60)

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang perdagangan eceran buku-buku, alat tulis dan alat kantor serta usaha sejenis lainnya.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juni 1980. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan mempunyai 28 cabang yang tersebar di 7 kota di Indonesia. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jalan Kwitang 6, Jakarta. Pada tahun 2004, Perusahaan menambah satu cabang baru di Jakarta dan menutup satu cabang di Jawa Barat.

4.1.5. Gambaran Umum PT.Wicaksana Overseas International Tbk.

PT. Wicaksana Overseas International perdagangan dan terutama perusahaan distribusi produk konsumen, didirikan pada tahun 1973 dengan nama PT. Wicaksana Overseas Import. Perseroan masih membukukan kerugian bersih tahun 2005 senilai IDR114.466 miliar atau meningkat dibandingkan dengan kerugian bersih tahun 2004 yang mencapai IDR64.743 miliar. Kerugian bersih yang lebih rendah disebabkan oleh penurunan penjualan bersih dari IDR1.084 triliun untuk IDR793.898 miliar

PT. Wicaksana Overseas International Tbk .

merupakan bermarkas d Perusahaan ini menghasilka lainnya.


(61)

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Variabel Net Profit Margin (X1

Net Profit Margin merupakan suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai net profit margin sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Net Profit Margin Perusahaan Retail Trade Tahun 2003 s/d 2007

)

No. Nama Perusahaan Tahun Net Profit Margin

1 PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk 2003 0,085299429

2004 0,082042116

2005 0,070309023

2006 0,069793755

2007 0,074971452

2 PT.Toko Gunung Agung Tbk 2003 0,000854325

2004 -0,001628224

2005 0,000214203

2006 -0,006256728

2007 0,001799637

3 PT.Tigaraksa Satria Tbk 2003 0,035093176

2004 0,001926712

2005 0,007770347

2006 0,009219807

2007 0,013195057

4 PT.Wicaksana Overseas International Tbk 2003 -0,02347934

2004 -0,059673718

2005 -0,144208702

2006 -0,005680704

2007 -0,050386776

Sumber : Bursa Efek Indonesia pada lampiran 2

Dari net profit margin perusahaan retail trade dapat diketahui bahwa peningkatan nilai net profit margin terbesar terjadi pada perusahaan PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk dari tahun sebelumnya tahun 2006


(62)

yaitu sebesar 0,069793755 menjadi sebesar 0,074971452 pada tahun 2007. Peningkatan net profit margin tersebut menunjukkan bahwa persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang diperoleh perusahaan mengalami peningkatan.

Sedangkan penurunan nilai net profit margin tersebesar terjadi pada PT.Wicaksana Overseas International Tbk dari sebelumnya tahun 2004 sebesar -0,059673718 menjadi -0,144208702 pada tahun 2005. Penurunan nilai net profit margin tersebut menunjukkan bahwa persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang diperoleh perusahaan juga ikut menurun. Peningkatan dan penurunan pada nilai net profit margin dimungkinkan karena tingkat biaya, termasuk bunga dan pajak semakin besar. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

4.2.2. Variabel Return On Equity (X2

Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai return on equity sebagai berikut:


(63)

Tabel 4.2. Data Return On Equity Perusahaan Retail Trade Tahun 2003 s/d 2007

No. Nama Perusahaan Tahun Return On

Equity 1 PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk 2003 20,10

2004 18,82

2005 17,15

2006 16,06

2007 17,03

2 PT.Toko Gunung Agung Tbk 2003 6,94

2004 -19,39

2005 3,03

2006 634,73

2007 65,85

3 PT.Tigaraksa Satria Tbk 2003 21,22

2004 1,64

2005 7,96

2006 10,05

2007 16,05

4 PT.Wicaksana Overseas International Tbk 2003 -11,52

2004 -18,95

2005 -25,1

2006 2,87

2007 29,74

Sumber: Bursa Efek Indonesia pada lampiran 2

Dari data return on equity perusahaan retail trade dapat diketahui bahwa peningkatan nilai return on equity terbesar terjadi pada perusahaan PT.Toko Gunung Agung Tbk dari tahun sebelumnya tahun 2005 yaitu sebesar 3,03 menjadi sebesar 634,73 pada tahun 2006. Peningkatan return on equity menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu cukup tinggi.

Sedangkan penurunan return on equity terbesar terjadi pada PT.Toko Gunung Agung Tbk dari sebelumnya tahun 2006 sebesar 634,73 menjadi 65,85 pada tahun 2007. Penurunan return on equity menunjukkan


(64)

bahwa laba yang dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan pada modal saham juga mengalami penurunan. Semakin tinggi nilai return on equity akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau rentabilitas modal sendiri yang semakin baik, sehingga para investor percaya bahwa dikemudian hari perusahaan akan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar, akibatnya harga saham dapat naik di pasar modal, demikian juga keadaan sebaliknya.

4.2.3. Variabel Earning Per Share (X3

Earning Per Share merupakan laba per lembar saham dari suatu perusahaan Laba per saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai earning per share sebagai berikut:

Tabel 4.3. Data Earning Per Share Perusahaan Retail Trade Tahun 2003 s/d 2007

)

No. Nama Perusahaan Tahun Earning

Per Share 1

PT.Ramayana Lestari Sentosa Tbk 2003 217

2004 45

2005 43

2006 44

2007 52

2

PT.Toko Gunung Agung Tbk 2003 12

2004 -27

2005 4

2006 126

2007 38

3

PT.Tigaraksa Satria Tbk 2003 658

2004 4

2005 22

2006 30


(65)

No. Nama Perusahaan Tahun Earning

Per Share 4

PT.Wicaksana Overseas International Tbk 2003 115

2004 233

2005 412

2006 12

2007 96

Sumber: Bursa Efek Indonesia pada lampiran 2

Dari data earning per share perusahaan retail trade dapat diketahui bahwa peningkatan nilai earning per share terbesar terjadi pada perusahaan PT.Wicaksana Overseas International Tbk dari tahun sebelumnya tahun 2004 yaitu sebesar 233 menjadi sebesar 412 pada tahun 2005. Peningkatan earning per share menunjukkan bahwa kemampuan per lembar saham menghasilkan laba mengalami peningkatan.

Sedangkan penurunan earning per share terbesar terjadi pada PT.Tigaraksa Satria Tbk dari tahun sebelumnya tahun 2003 yaitu sebesar 658 menjadi sebesar 4 pada tahun 2004. Penurunan earning per share menunjukkan bahwa kemampuan per lembar saham menghasilkan laba mengalami penurunan. Peningkatan dan penurunan pada earning per share menunjukkan perbandingan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal.

4.2.4. Variabel Price Earning Ratio (X4

Price Earning Ratio merupakan rasio yang menunjukkan nilai harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.


(1)

Variabel Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham, dengan nilai thitung

Variabel Earning Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham, dengan nilai t

yang diperoleh adalah -0,480 dan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,638, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut tidak mampu untuk mengelola modal perusahaan sendiri untuk menghasilkan laba bersih, sehingga dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai dari equity perusahaan lebih besar daripada nilai laba bersih perusahaan. Dengan nilai equity yang lebih besar menunjukkan bahwa manajemen tidak mampu memanfaatkan investasi para pemilik perusahaan untuk mendapatkan laba bersih yang tinggi, sehingga mengakibatkan hilangnya kepercayaan para investor, karena para pemilik atau investor sebenarnya dapat menghasilkan lebih banyak uang jika melakukan investasi di tempat lain. Dengan tidak berpengaruhnya return on equity perusahaan terhadap harga saham menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan modalnya sendiri untuk kepentingan perusahaan dalam meningkatkan laba perusahaan.

hitung yang diperoleh adalah 5,431 dan taraf signifikan sebesar 0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil untuk meningkatkan laba bersih yang akan membuat para investor tertarik untuk berinvestasi dan berdampak pula pada peningkatan harga saham perusahaan. Karena investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi


(2)

72

perusahaan guna mengambil keputusan investasi. EPS merupakan rasio yang sangat penting karena mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. Berpengaruhnya earning per share perusahaan terhadap harga saham menunjukkan bahwa perusahaan mampu meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan laba melalui per lembar saham perusahaan sehingga akan berdampak pada peningkatan harga saham perusahaann.

Pada variabel Price Earning Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah 5,557 dan taraf signifikan sebesar 0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hasil ini didukung oleh Harahap (2001:311), yang menyatakan nilai PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. Price Earning Ratio menunjukkan harga yang investor bersedia membayar untuk setiap nilai laba perusahaan. Makin tinggi Price Earning Ratio, makin besar harapan investor untuk meraih keuntungan berupa pendapatan investasi atas saham yang berarti pula bahwa nilai perusahaan itu makin tinggi. Dengan berpengarunya price earning ratio terhadap harga saham menunjukkan bahwa investor memiliki harapan yang cukup tinggi terhadap prestasi perusahaan, dengan harapan yang tinggi dari para investor tersebut akan berdampak pada meningkatkanya harga saham perusahaan tersebut.


(3)

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti dapat memberikan implikasi kepada investor dengan cara menunggu perkembangan ekonomi, politik dan keamanan yang membaik sebelum penanaman modal. Tindakan ini dilakukan oleh investor karena investor cenderung menghindari risiko terlalu tinggi karena ketidakstabilan keadaan negara. Keadaan ini yang seharusnya menjadi tantangan bagi perusahaan untuk selalu mengeluarkan informasi keuangan yang akurat dan dapat dipercaya sehingga para investor dan pemakai informasi lain tidak ragu lagi dalam meginvestasikan kelebihan dananya terhadap penjual saham, yaitu dengan cara meningkatkan keuntungan atau laba yang tinggi sehingga investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut.

4.4.2. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Syahib Nartasyah (2000) melalui penelitiannya “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandungan return on assets, return on equity, devidenn pay out ratio, debt to equity ratio, book value equity pershare, dan risiko sistematik harga saham. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa faktor fundamental yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang


(4)

74

konsumsi yang go-pulik di pasar modal adalah return on assets, return on equity, dan nilai buku, sedangkan devidend pay out ratio tidak signifikan. Faktor lain yang ditambahkan selain faktor fundamental yang mempunyai pengaruh siginifikan terhadap harga saham adalah risiko sistematik yang diukur dengan indeks beta.

Selanjunya penelitian yang dilakukan oleh Rina Moestika S. dan Erry Andhaniwati (2002) melalui penelitiannya “Pengaruh Beberapa rasio keuangan Terhadap Harga pasar Saham perusahaan Kertas Yang Go-Publik di Bursa Efek Surabaya”. Dimana dalam peneitiannya menggunakan varaibel rasio Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Market to Book ratio dan harga saham. Dari hasil analisis secara parsial dan simultan maka rasio Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Market to Book ratio berpengaruh secara nyata terhadap harga pasar saham perusahaan kertas yang go publik di Bursa Efek Surabaya.

Penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada dimensi waktu dan objek penelitiannya, serta variabel-variabel yang digunakan, juga hasil dari penelitian yang diperoleh.

Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu penggunaan harga saham sebagai variabel terikatnya (dependent variabel) dan teknik analisis linier berganda sebagai metode pengujiannya. Penelitian terdahulu hanya dipakai sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang mendukung penelitian ini.


(5)

75

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Net Profit Margin, Return On Equity, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio mempunyai pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap harga saham pada perusahaan Retail Trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Net Profit Margin berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

2. Return On Equity tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. 3. Earning Per Share berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada

perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

4. Price Earning Ratio berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan retail trade yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

5.2. Saran

1. Disarankan bagi investor untuk lebih meningkatkan kemampuan pendekatannya yang rasional dalam melakukan investasi saham mengingat investasi saham memiliki risiko yang tinggi.


(6)

76

2. Disarankan bagi investor sebelum melakukan investasi, para investor melakukan analisis yang mendalam dan menyeluruh terhadap semua aspek dari kinerja keuangan perusahaan, tetapi dapat juga dengan melihat nilai rasio-rasio yang lainnya.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ).

0 2 10

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 8

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA).

0 1 109

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 87

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TEKSTIL YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 124

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TEKSTIL YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 24

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN RETAIL TRADE YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22