PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TEKSTIL YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

OCKYVIDYA KURNIAWAN 0613010211/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan

OCKYVIDYA KURNIAWAN

0613010211 / FE / EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Dwi Suhartini, MAks

Tanggal : ………

Mengetahui,

Ketua Progdi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi

NIP. 030 217 167


(3)

Yang diajukan

OCKYVIDYA KURNIAWAN

0613010211 / FE / EA

disetujui untuk ujian lisan oleh :

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Dwi Suhartini, MAks

Tanggal : ………

Mengetahui,

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi

NIP. 030 194 437


(4)

Di susun Oleh :

Ockyvidya Kurniawan

0613010211/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh

Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Pada Tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing :

Tim Penguji :

Pembimbing Utama :

Ketua

Dra.Ec. Dwi Suhartini, MAks

Dr.Indrawati Yuhertiana, MM,Ak

Sekretaris

Dra.Ec. Dwi Suhartini, MAks

Anggota

Drs.Ec. Eko Riyadi, MAks

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “

Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM,

NIP. 030 202 389


(5)

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul : “Pengaruh

Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada

Perusahaan Tekstil yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”. dengan baik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat

menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4.

Ibu Dra. Ec. Dwi Suhartini, MAks, selaku Dosen Pembimbing dan sekaligus

Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama

penyusunan penulisan ini.

5.

Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.


(6)

ii

penulisan di Bursa Efek Indonesia dan telah memberikan data-data perusahaan

yang dibutuhkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan

limpahan Rahmat-Nya yang berlipat ganda, Amin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran”

umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya,

13

Mei

2010


(7)

KATA PENGANTAR... ……… i

DAFTAR ISI... ……… iii

DAFTAR TABEL ... ……… viii

DAFTAR GAMBAR... ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ……… x

ABSTRAK ... ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Latar Belakang ... 1

1.2.

Perumusan Masalah ... 7

1.3.

Tujuan Penelitian ... 7

1.4.

Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.

Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2.

Landasan Teori ... 13

2.2.1.

Pasar Modal ... 13

2.2.1.1.

Definisi Pasar Modal ... 13

2.2.1.2.

Peranan Pasar Modal ... 13

2.2.1.3.

Instrumen Pasar Modal ... 14


(8)

2.2.2.1.Pengertian Saham ... 18

2.2.2.2.Jenis-Jenis Saham ... 19

2.2.2.3.Harga Saham ... 20

2.2.3.

Laporan Keuangan ... 22

2.2.3.1.

Pengertian Laporan keuangan ... 22

2.2.3.2.

Tujuan Laporan Keuangan ... 22

2.2.3.3.

Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 23

2.2.4.

Rasio Keuangan ... 24

2.2.4.1.

Pengertian Rasio Keuangan ... 24

2.2.4.2.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 25

2.2.5.

Return On Asset (ROA) ... 26

2.2.6.

Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap

Harga Saham ... 27

2.2.7.

Debt to Equity Ratio (DER) ... 28

2.2.8.

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)Terhadap

Harga Saham ... 28

2.2.9.

Risiko ... 30

2.2.9.1.

Pengertian Risiko ... 30

2.2.9.2.

Jenis-Jenis Risiko ... 31

iv


(9)

2.2.11.

Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to equity (DER)

dan Risiko Sistematik terhadap harga saham ... 33

2.3.

Kerangka Pikir ... 35

2.4.

Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.1.1.

Definisi Operasional ... 38

3.1.2.

Pengukuran Variabel ... 38

3.2.

Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 41

3.2.1.

Populasi ... 41

3.2.2.

Sampel ... 42

3.3.

Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1.

Jenis Data ... 43

3.3.2.

Sumber Data ... 44

3.3.3.

Pengumpulan Data ... 44

3.4.

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44

3.4.1.

Teknik Analisis ... 44

3.4.2.

Uji Hipotesis ... 45


(10)

3.5.1. Uji Normalitas... 47

3.6. Uji Asumsi Klasik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

4.2.1.

Return On Assets (ROA) ... 62

4.2.2.

Debt to Equity Ratio (DER) ... 64

4.2.3.

Risiko

Sistematik ...

66

4.2.4.

Harga

Saham...

67

4.3. Uji Kualitas Data Sebelum Perbaikan Data... 69

4.3.1.

Uji

Normalitas ...

69

4.4. Uji Asumsi Klasik Sebelum Perbaikan Data... 71

4.5. Analisis dan Uji Hipotesis Sebelum Perbaikan Data ... 74

4.5.1.

Persamaan

Regresi...

74

4.5.2. Koefisien Determinasin (R Square) ... 76

4.5.3. Hasil Pengujian Hipotesis... 76

4.5.3.1. Uji f... 76

4.5.3.2. Uji t ... 79


(11)

vii

4.8. Analisis dan Uji Hipotesis Sebelum Perbaikan Data ... 85

4.8.1.

Persamaan

Regresi...

86

4.8.2. Koefisien Determinasin (R Square) ... 88

4.8.3. Hasil Pengujian Hipotesis... 89

4.8.3.1. Uji f... 89

4.8.3.2. Uji t ... 90

4.9. Pembahasan ... 92

4.9.1.

Implikasi ...

92

4.9.2. Perbedaan Hasil Penelitian dengan

Penelitian

Sebelumnya...

97

4.9.3.

Keterbatasan

Penelitian ...

98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1. Kesimpulan... 99

5.2. Saran

... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

4.1. : Deskripsi variabel Return On Assets pada Perusahaan Tekstil yang

Go Public di BEI Tahun 2005-2008 ... 63

4.2. : Deskripsi variabel Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Tekstil yang

Go Public di BEI Tahun 2005-2008 ... 64

4.3. : Deskripsi variabel Risiko Sistematik pada Perusahaan Tekstil yang

Go Public di BEI Tahun 2005-2008 ... 66

4.4. : Deskripsi variabel Harga Saham pada Perusahaan Tekstil yang

Go Public di BEI Tahun 2005-2008 ... 67

4.5 : Hasil Uji Normalitas SetiapVariabel ... 69

4.6. : Hasil Uji Normalitas dengan Nilai Residual ... 70

4.7. : Hasil Uji Multikolinieritas ... 71

4.8. : Hasil Uji Heteroskedasitas ... 72

4.9. : Hasil Uji Autokorelasi ... 73

4.10. : Koefisien Regresi ... 74

4.11. : Koefisien Determinasi ... 77

4.12. : Uji f... 78

4.13. : Uji t ... 79

4.14. : Nilai Korelasi Parsial... 81

4.15 : Hasil Uji Normalitas ... 82

4.16. : Hasil Uji Multikolinieritas ... 83

4.17. : Hasil Uji Heteroskedasitas ... 84

4.18. : Hasil Uji Autokorelasi ... 85

4.19. : Koefisien Regresi ... 86

4.20. : Koefisien Determinasi ... 88

4.21. : Uji f... 89

4.22. : Uji t ... 90


(13)

Gambar 2

Kerangka Pemikiran ... 38


(14)

Tahun 2005-2008

Lampiran 2

:

Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) pada Perusahaan

Tekstil Tahun 2005-2008

Lampiran 3

:

Perhitungan Risiko Sistematik (Beta) pada Perusahaan Tekstil

Tahun 2005-2008

Lampiran 4 : Perhitungan Harga Saham pada Perusahaan Tekstil Tahun

2005-2008

Lampiran 5

:

Uji Normalitas Sebelum Perbaikan Data

Lampiran 6

:

Asumsi Klasik

Lampiran 7

:

Koefisien Regresi

Lampiran 8

:

Uji Hipotesis

Lampiran 9

:

Uji Normalitas Sesudah Perbaikan Data

Lampiran 10 :

Asumsi Klasik

Lampiran 11 :

Koefisien Regresi

Lampiran 12 :

Uji Hipotesiss


(15)

Oleh :

OCKYVIDYA KURNIAWAN

Abstrak

Krisis keuangan global telah berdampak negatif pada perkonomian dunia.

Efek negatif dari resesi ekonomi global ini bagi peindustrian tekstil di Indoneisa

yaitu menurunnya ekspor ke negara lain, kerusakan infrastruktur, menurunnya

daya beli masyarakat, kalah bersaing dengan barang import, mahalnya harga

bahan baku, dan berfluktuasinya harga saham perusahaan tekstil yang go public di

Bursa Efek Indonesia. Perusahaan harus berani memainkan harga sahamnya agar

menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu faktor internal

sebagai faktor fundamental yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat

dikendalikan oleh manajemen perusahaan, dan faktor eksternal yang bersifat

makro seperti situasi politik dan keamanan, perubahan nilai tukar mata uang, naik

turunnya suku bunga bank dan lain-lain.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 8 perusahaan tekstil

yang telah Go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2005 –

2008, sedangkan jenis data yang digunakani adalah data kuantitatif, sedangkan

dilihat dari cara memperolehnya, data yang dipergunakan merupakan data

sekunder yaitu data keuangan perusahaan seperti Return On Assets (ROA), Debt to

Equity Ratio (DER), dan Resiko Sistematik (Beta Saham) serta data Harga saham.

Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dan untuk

menguji hipótesis digunakan teknik análisis regresi linier berganda.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linier berganda

adalah Return On Assets (X

1

), Debt Equity Ratio (X

2

) dan Risiko Sistematik (X

3

)

tidak berpengaruh sigifikan terhadap Harga Saham (Y) baik secara simultan dan

parsial, dan tidak adanya variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap harga saham perusahaan tekstil yang go public di Bursa Efek

Indonesia., sehingga hipotesis ke-1 dan 2 tidak teruji kebenarannya.

Keyword : Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Resiko

Sistematik dan Harga Saham


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

    Dalam melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan, bangsa Indonesia memerlukan dana yang cukup besar bukan hanya mengandalkan

sumber dana dari pemerintah saja tetapi juga partisipasi masyarakat melalui

pihak swasta dalam menggerakkan perekonomian. Banyak cara melakukan

investasi, salah satu instrumennya adalah melalui pasar modal sebagai salah

satu instrumen investasi yang sangat populer, terutama pada tahun-tahun

terakhir ini dimana bangsa Indonesia mengalami resesi ekonomi global atau

yang dikenal dengan krisis keuangan global yang membuat kemampuan

pemerintah dalam hal penyediaan dana semakin berkurang, apalagi kebutuhan

akan investasi untuk tahun-tahun yang akan datang semakin besar.

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak

negara terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar.

Pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena pasar

modal dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank.

Keunggulan pasar modal dibanding bank adalah untuk mendapatkan dana


(17)

oleh bank, melainkan menunjukkan prospek yang baik maka surat berharga

akan laku terjual di pasar modal.

Dengan melakukan investasi pada surat berharga, seorang pemodal

berharap mendapatkan keuntungan atau dalam hubungannya dengan

kepemilikan saham melalui pemodal, masyarakat dapat ikut menikmati

keberhasilan perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga

saham yang diharapkan, sesuatu yang sangat mungkin terjadi di pasar modal,

namun potensi keuntungan di depan mata dapat saja berbalik menjadi sebuah

kerugian yang tidak diduga sebelumnya. Dunia pasar modal memang tidak

lepas dua sisi ”mata uang” yaitu return dan risk. Kemampuan dan kejelian

dalam mengelola dua hal tersebut merupakan bagian dari seni tersendiri dari

investasi.

Sumber informasi yang dapat digunakan investor adalah laporan

keuangan, karena dengan memanfaatkan informasi laporan keuangan

diharapkan investor dapat memprediksi jumlah, waktu dan ketidakpastian

(resiko) perusahaan selain itu informasi tersebut dapat dipergunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan untuk memberikan return dalam bentuk

dividen dan capital gain.

Perusahaan yang go publik selalu mempunyai tujuan yang bersifat

normatif yaitu memaksimalkan kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi para

pemegang saham. Tujuan normatif tersebut tidak mudah dicapai karena


(18)

perubahan harga saham yang ada di bursa. Harga saham sebagai salah satu

indikator untuk mengukur keberhasilan pengelolaan perusahaan, dimana

kekuatan pasar di bursa saham ditunjukkan dengan adanya transaksi jual beli

saham perusahaan tersebut di pasar modal. Terjadi syarat transaksi tersebut

didasarkan pengamatan para investor terhadap prestasi perusahaan dalam

meningkatkan keuntungan. Pemegang saham yang tidak puas terhadap

kinerja manajemen dapat menjual saham yang dimiliki dan menginvestasikan

uangnya ke perusahaan lain. Jika hal ini dilakukan, maka akan menurunkan

harga saham suatu perusahaan.

Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan di mata

masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai

perusahaan di mata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya. Oleh

karena itu harga saham merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan

(Nirawati, 2003: 105).

Krisis keuangan global telah berdampak pada perekonomian dunia.

Indonesia sebagai negara yang terkena imbas dari krisis keuangan global.

Efek negatif dari krisis keuangan global ini yaitu omzet manufaktur

mengalami penurunan, kerusakan infrastruktur, pelemahan nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS, sulitnya tambahan likuiditas modal kerja, dan masih

rumitnya proses birokrasi menjadi kendala utama penurunan aktivitas

perdagangan. Keadaan ini bisa turut berperan memangkas pendapatan negara.

Berdasarkan informasi sejumlah asosiasi usaha, mayoritas industri yang


(19)

berbasis ekspor, seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), industri hasil hutan,

kayu olahan dan furnitur, elektronik, alas kaki, pulp dan kertas, sarung tangan

karet, dan minyak sawit mentah. (www.Inaplas.org, 2008)

Dipilihnya perusahaan tekstil sebagai sampel dikarenakan perusahaan

tersebut merasakan efek negatif dari krisis keuangan global saat ini. Efek

negatif dari resesi ekonomi global juga mempengaruhi aktivitas perdagangan

perusahaan tekstil yang listed di BEI yang secara tidak langsung berpengaruh

pada harga saham perusahaan tersebut. Perusahaan harus berani memainkan

harga sahamnya agar menarik para investor untuk berinvestasi pada

perusahaan tersebut.

Perkembangan harga saham perusahaan industri tekstil selama tahun 2005

- 2008 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :


(20)

Sumber : Jakarta Stock Exchange 2005-2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa harga saham selama

tahun 2005 – 2008 , mengalami perubahan yang berfluktuasi, hanya PT. Argo

Pantes, Tbk dan PT. Panasia Indosyntec, Tbk yang pergerakan sahamnya

selalu stabil. Permasalahan yang timbul adalah sejauh mana perusahaan

mampu mempengaruhi harga saham di pasar modal dan faktor atau variabel

apa saja yang dapat dijadikan indikator, sehingga memungkinkan perusahaan

untuk mengendalikannya, dan tujuan meningkatkan nilai perusahaan melalui

peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal dapat tercapai.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pergerakan harga

saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebut juga


(21)

dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Faktor internal ini

berkaitan dengan pendapatan yang akan diperoleh para pemodal baik berupa

dividen maupun capital gain. Faktor eksternal merupakan faktor non

fundamental biasanya bersifat makro seperti situasi politik dan keamanan,

perubahan nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bunga bank dan serta

rumor-rumor yang sengaja oleh spekulan atau orang-orang yang ingin

mengeruk keuntungan dari situasi tersebut (Nirawati, 2003: 105).

Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran masyarakat

atas saham yang diperdagangkan di pasar modal. Sehingga juga

mempengaruhi harga saham dari perusahaan, apakah akan terjadi peningkatan

harga saham atau sebaliknya.

Dari faktor-faktor diatas dapat dikatakan bahwa faktor fundamental

merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap harga pasar

saham. Bagi perusahaan, faktor ini menjadi tanggung jawab pihak manajemen

perusahaan khususnya kepada para pemegang saham.

Dengan analisis fundamental kita dapat mengetahui kemampuan

perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan secara

efisien dan efektif, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan

selanjutnya akan mempengaruhi juga penilaian investor terhadap saham

perusahaan yang ada pada pasar modal.

Penelitian ini hanya menganaliasis faktor–faktor fundamental yang bersifat


(22)

perubahan kecenderungan yang terjadi, dimasukkan indeks beta sebagai

indikator pengukuran risiko sistematik dari aspek pasar yang mencerminkan

sensitivitas saham perusahaan terhadap indeks pasar. Rasio keuangan yang

digunakan dalam pendekatan fundamental adalah Pertama, Return On Assets

(ROA) mewakili efektifitas ”earning power” perusahaan yang mencerminkan

kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan aset yang

ada. Kedua, Debt to Equity Ratio (DER) mewakili proporsi hutang terhadap

modal usaha, dan untuk menggambarkan risiko sistematik dengan

menggunakan model CAPM yang dimasukkan adalah variabel Beta.

Faktor-faktor diatas digunakan sebagai variabel bebas dikarenakan bahwa

faktor tersebut menggambarkan return dan risk yang akan diterima investor

atas investasinya pada saham perusahaan. Menurut Anastasia (2003: 128),

Faktor fundamental akan menjadi pedoman pasar di dalam menentukan harga

saham perusahaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil judul : ”PENGARUH

FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TEKSTIL YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”.


(23)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan permasalahan, yaitu apakah Return On Assets, Debt to Equity

Ratio dan Risiko Sistematik (Beta saham) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris

pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Risiko Sistematik (Beta

saham) terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang go publik di Bursa

Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang disebutkan diatas maka hasil penelitian ini

akan mempunyai manfaat diantaranya:

1. Bagi Peneliti.

Penelitian ini sangat berguna bagi peneliti untuk menambah wawasan

serta pengetahuan peneliti tentang dunia pasar modal khususnya tentang

masalah yang berkaitan dengan pengaruh faktor fundamental dan risiko


(24)

2. Bagi Perusahaan.

Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia pasar

modal khususnya bagi pihak manajemen perusahaan dalam pembuatan

kebijakan dalam mengendalikan harga saham perusahaan.

3. Bagi Akademik.

Sebagai bahan masukan yang bermanfat bagi kemajuan studi dan sebagai


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan harga saham, juga pernah dilakukan oleh :

1. Natarsyah(2000)

Judul :

“Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham”.

Permasalahan :

1. Apakah ROA, ROE, DPR, DER, BV dan resiko sistematik

berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan industri yang go publik di Bursa Efek Jakarta ?

2. Manakah dari faktor atau variabel tersebut yang berpengaruh

signifikan dan dominan terhadap harga saham ?

Hipotesis :

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) dari beberapa faktor fundamental terhadap harga saham


(26)

perusahaan kelompok industri barang konsumsi di pasar modal Indonesia.

H2: Diduga Return On Assets mempunyai pengaruh yang dominan

terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi di pasar modal Indonesia.

Kesimpulan :

Bahwa variabel bebas (X1,X3,X4,X5 dan Dummy indeks beta) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini ditunjukan dengan nilai F-hitung sebesar 13,36440 jauh lebih besar dari nilai F-tabel sebesar 2,00354.

Bahwa Book Value Equity Per Share berpengaruh dominan terhadap

harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-publik di pasar modal Indonesia, bukan Return On Assets (Hipotesis kedua

tidak terbukti).

2. Nirawati (2003)

Judul :

”Pengaruh Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan

Return On Asset terhadap Harga Saham pada Perusahaan Properti yang Go

Publik di Bursa Efek Jakarta”.

Permasalahan :

1. Apakah DER, CR, EPS dan ROA berpengaruh secara simultan dan


(27)

2. Manakah dari faktor atau variabel tersebut yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap harga saham ?

Hipotesis :

H1: Diduga terdapat pengaruh baik secara simultan dan parsial terhadap harga saham.

H2: Diduga Return On Assets mempunyai pengaruh yang dominan

terhadap harga saham.

Kesimpulan :

1. Secara simultan, Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per

Share dan Return On Asset berpengaruh nyata terhadap harga saham.

2. Secara parsial, Debt To Equity Ratio dan Current Ratio,

berpengaruh nyata terhadap harga saham. Sedangkan Earning Per

Share dan Return On Asset tidak mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap harga saham.

3. Variabel Return On Assets mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap harga saham tidak terbukti.

3. Anastasia (2003)

Judul :

”Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta”.


(28)

Apakah faktor-faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER, r) dan risiko sistematik (beta) mempengaruhi harga saham perusahaan properti baik secara bersama-sama maupun secara parsial?

Hipotesis :

H1: Faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER, r) dan risiko sistematik (beta) berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan properti.

H2: Faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER, r) dan risiko sistematik (beta) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan properti.

Kesimpulan :

1. Secara empiris terbukti bahwa faktor fundamental (ROA, ROE,

BV, DER, r) dan risiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama.

2. Secara empiris terbukti bahwa hanya variabel Book Value yang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara parsial.

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan faktor–faktor yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Perbedaannya yaitu terletak pada periode penelitian yaitu tahun 2005 – 2008 dan objek penelitian yaitu perusahaan tekstil yang go publik di


(29)

Bursa Efek Jakarta, maka penelitian yang pernah dilakukan tersebut di atas digunakan sebagai pendukung penelitian yang dilakukan sekarang ini, oleh karena itu penelitian sekarang bukan merupakan duplikasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Definisi Pasar Modal

Pasar modal diasumsikan sebagai tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan emiten (Sunariyah, 2006: 5).

Menurut Husnan (1998: 3), pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbikan pemerintah, public authorities, maupun

perusahaan swasta.

2.2.1.2. Peranan Pasar Modal

Menurut Sunariyah (2006: 9-10), peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut :


(30)

1. Fungsi Tabungan

Investasi adalah alternatif bagi para penabung untuk mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimilikinya. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dana.

2. Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali.

3. Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para

pemegang surat berharga.

4. Fungsi Pinjaman

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber


(31)

pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.

2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal

Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 18-22), beberapa sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal antara lain :

1. Saham

Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan asset-asset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki suatu saham perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi pembayaran semua kewajiban perusahaan.

2. Obligasi

Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo.

3. Reksadana.

Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa


(32)

untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang.

4. Instrumen Derivatif (Opsi dan Futures).

Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas yang lain yang ditetapkan sebagai patokan.

2.2.1.4. Lembaga - Lembaga Pendukung Pasar Modal

Menurut Suad Husnan (1998: 9-13), Lembaga-lembaga pendukung pasar modal antara lain :

1. BAPEPAM

Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengawasi pasar modal indonesia. Keberadaan BAPEPAM dimaksudkan agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur wajar dan efisien, dan melindungi kepentingan pemodal dari masyarakat.


(33)

Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di bursa itulah bertemu pembeli dan penjual sekuritas.

3. Lembaga Kliring dan Penjamin

Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa untuk jual beli efek di bursa efek.

4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa kostudian (penyimpanan efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek.

5. Perusahaan Efek

Perusahaan efek dapat menjalankan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek dan atau Manajer Investasi setelah memperoleh ijin usaha dari BAPEPAM.

6. Reksa Dana

Reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.


(34)

Disamping lembaga-lembaga tersebut, sesuai dengan UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, juga dikenal Lembaga Penunjang Pasar Modal antara lain:

1. Kustodian

Kustodian berperan dalam menyelenggarakan kegiatan penitipan dan bertanggung jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara kustodian dan pemegang rekening tadi.

2. Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek memberikan jasa dalam pemeliharaan perubahan-perubahan catatan tentang pemilik saham akibat dilakukannya jual beli saham.

3. Wali Amanat (Trustee)

Jasa Wali Amanat diperlukan untuk melakukan penilaian terhadap keamanan obligasi yang akan dibeli oleh para pemodal.

4. Akuntan

Peran akuntan publik adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat wajar tanpa syarat yang berarti laporan keuangan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akutansi Indonesia tanpa suatu catatan atau kekurangan.


(35)

5. Notaris

Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.

6. Konsultan Hukum

Konsultan hukum diperlukan jasanya agar perusahaan yang akan

menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain.

7. Penilaian (appraisal)

Penilai merupakan perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar.

2.2.2. Saham

2.2.2.1. Pengertian Saham

Menurut Fakhruddin (2001: 6), saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (1997: 240), saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham adalah surat berharga sebagai bukti


(36)

penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) (Sunariyah, 2006: 127).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga sebagai bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan.

2.2.2.2. Jenis-Jenis Saham

Menurut Riyanto (1997: 240-242), jenis-jenis dari saham dibedakan tiga bentuk yaitu :

1. Saham Biasa (Common Stock).

Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau kalau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen, dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian ini belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen.


(37)

Pemegang saham jenis ini mempunyai beberapa “preferensi” tertentu

di atas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal:

a. Pembagian dividen

Dividen dari saham preferen diambilkan lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa (common stock).

Dividen saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya.

b. Pembagian kekayaan

Apabila kekayaan di likuidasi, maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa.

3. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative

Preferred-Stock)

Jenis saham jenis ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengijinkan atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari


(38)

apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan di waktu yang terdahulu.

2.2.2.3. Harga Saham.

Pasar modal atau Bursa Efek merupakan suatu tempat dimana terjadi tawar menawar atas harga suatu efek atau saham suatu perusahaan, maka harga yang terjadi dipasar modal tersebutlah yang disebut harga pasar saham atau kurs saham. Menurut Widoatmodjo (2001 : 43), harga saham adalah nilai dari kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Sunariyah (2007: 128), harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

1. Harga Nominal

Harga ini merupakan harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha dan merupakan harga yang sudah diotorisasi oleh RUPS (shareholders).

2. Harga Perdana

Harga ini merupakan harga saham ketika saham tersebut dijual saat pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten.


(39)

Harga ini merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek.

Dalam penelitian ini harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (Closing Price) rata-rata bulanan.

Rumus Harga Saham :

12

Bulan Akhir Penutup Saham

Harga Saham

Harga 

2.2.3. Laporan Keuangan

2.2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2008: 7), laporan keuangan yaitu laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Baridwan (1989: 14), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi.


(40)

Dari beberapa pengaertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi di dalam perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2.2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan

Bahwa laporan keuangan perusahaan dibuat untuk memiliki tujuan tertentu. Menurut Kasmir (2008: 11), tujuan penyusunan laporan keuangan adalah :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva, kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.

5. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.


(41)

7. Sebagai informasi keuangan lainnya.

2.2.3.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Di dalam penyajian suatu informasi keuangan perusahaan, biasanya mencakup semua laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Berikut ini akan dijelaskan masing-masing komponen laporan keuangan yang dihasilkan setiap periode tertentu, sebagai berikut :

1. Neraca

Menurut Kasmir (2008: 8), neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva, kewajiban dan modal perusahaan pada periode tertentu.


(42)

Menurut Kasmir (2008: 8), laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Modal

Menurut Kasmir (2008: 9), laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.

4. Laporan Arus Kas

Menurut Kasmir (2008: 9), laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008: 9), catatan atas laporan keuangan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.

2.2.4. Rasio Keuangan

2.2.4.1. Pengertian Rasio Keuangan

Agar laporan keuangan yang disajikan dapat diartikan dari angka-angka yang ada di laporan keuangan, maka perlu dianalisis. Alat analisis


(43)

yang dapat digunakan adalah rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yaitu suatu alat untuk mengidikasikan apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tercapai (Sartono, 2001: 113). Sedangkan menurut Kasmir (2007: 120), rasio keuangan yaitu suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan sehingga menjadi berarti dan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan.

Dari beberapa pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio keuangan yaitu suatu alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan.

2.2.4.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut Sartono (2001: 114), rasio keuangan dibagi empat kelompok yaitu sebagai berikut :


(44)

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.

2. Rasio Aktivitas.

Rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan.

3. Financial Leverage Ratio.

Rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Rasio Profitabilitas.

Rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan. Assets maupun laba bagi modal sendiri.

2.2.5. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Kasmir (2007: 139), Return On Assets (ROA) yaitu suatu rasio yang

menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal


(45)

pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini, semakin tidak baik, demikian pula sebaiknya.

Return On Assets (ROA) ini dihitung dengan menggunakan rumus

(Sutrisno, 2003: 254) :

Return On Assets (ROA) 100%

Assets Total

(EAT) pajak setelah Laba

 

2.2.6. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham

Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabiitas

yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan bagi investor. Teori Path Goal yang

dikembangkan House (1970), menyatakan bahwa merupakan tugas

pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau

organisasi secara keseluruhan (www.blog.uny.ac.id). Dan dapat

disimpulkan penilaian kinerja ini dapat memberikan umpan balik bagi manajemen bawah dan manajemen menengah tentang bagaimana


(46)

manajemen puncak menilai kinerja mereka dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor, sehingga bahwa semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik.

Return on Assets merupakan “earning power” dari aset perusahaan.

Jika earning power dari perusahaan semakin tinggi maka akan semakin

efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan dan implikasinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan maka secara tidak langsung akan berpengaruh dengan harga saham perusahaan tersebut (Natarsyah, 200: 307).

2.2.7. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio financial Leverage yang

digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Menurut Kasmir (2007: 128), Debt to Equity Ratio (DER)

yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang.

Debt to Equity Ratio (DER) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus (Sartono, 2001: 121) :

Debt to Equity Ratio = 100%

Sendiri Modal

Total

Hutang Total


(47)

2.2.8. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Debt to Equity Ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai

struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat rasio tidak tertagihnya suatu utang. Pengaruh penggunaan utang perusahaan di sini juga tidak kalah pentingnya dengan faktor-faktor yang lain karena investor tidak hanya melihat kemungkinan tingkat pengembaliannya tetapi juga melihat seberapa besar resiko yang ditanggung perusahaan.

The Trade-Off Theory Of Leverage (Brigham dan Houston, 2006:

36-38) menyatakan bahwa :

1. Bunga adalah beban pengurang pajak menjadikan utang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, secara tidak langsung pemerintah telah membayarkan sebagian biaya dari modal utang atau dengan cara lain, utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Jadi, penggunaan utang menyebabkan lebih banyak laba operasi perusahaan yang diterima oleh para investor. Karenanya, semakin banyak perusahaan mempergunakan utang, maka semakin tinggi nilai dari harga sahamnya.


(48)

a. Apabila di bawah tingkat batasan utang kemungkinan mengalami kebangkrutan menjadi rendah, sehingga menjadi tidak penting. Sedangkan di atas tingkat batasan utang, biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan menjadi semakin penting, dan biaya-biaya tersebut mengurangi manfaat pajak atas utang dengan tingkat yang semakin tinggi.

b. Apabila biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan

berkurang tetapi tidak sepenuhnya menutupi manfaat pajak atas utang, sehingga harga saham perusahaan naik seiring dengan naiknya rasio utangnya. Sedangkan biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan telah melebihi manfaat pajak, sehingga peningkatan rasio utang akan menurunkan nilai saham.

Menurut Teori Modigliani dan Miller (1963), menyatakan bahwa nilai perusahaan akan semakin baik apabila menggunakan hutang semakin besar. Tetapi bukan berarti perusahaan dapat menentukan tingkat proporsi hutang dengan setinggi-tingginya, karena proporsi hutang yang semakin besar, akan menimbulkan risiko yang juga besar, dan para pemodal akan menetapkan tingkat keuntungan yang lebih besar lagi terhadap setiap rupiah yang ditanamkan di perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan cenderung akan turun (Natarsyah, 200: 309).


(49)

2.2.9. Risiko

2.2.9.1.Pengertian Risiko

Di dalam menghitung return yang akan diperolehnya, investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko terkait dengan ketidakpastian hasil atas peristiwa di masa depan. Menurut Tandelilin (2001: 48), risiko adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko adalah suatu kondisi ketidakpastian yang terjadi di masa depan yang menimbulkan perbedaan antara pengembalian keuntungan yang diharapkan dengan pengembalian keuntungan yang diterimanya.

2.2.9.2. Jenis-Jenis Risiko

Menurut Wild (2006: 53), risiko investasi terdiri dari dua macam risiko yaitu :

1. Risiko Sistematik

Risiko yang terkait dengan pergerakan pasar yang dominan. Risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dana dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara diversifikasi.


(50)

2. Risiko Tidak Sistematik

Suatu cara investor untuk menghindari risiko dan berusaha mendiversifikasikan risiko tidak sistematik yang dimiliki oleh efek. Jadi Risiko sistematik adalah risiko khusus untuk efek tertentu dan dapat didiversifikasi.

2.2.9.3 Beta Sebagai Pengukur Risiko Saham

Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variable yang harus ditaksir dan penggunaan beta juga memungkinkan kita mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut (Husnan, 2001: 112).

Besarnya nilai beta merupakan ukuran tingkat risiko pasar (risiko sistematik) dari suatu saham. Secara umum, jika beta saham lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih besar dibandingkan risiko pasar, sebaliknya jika betanya lebih kecil dari 1, maka risiko individualnya lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar (Martin, 1999: 132)

Dalam penelitian ini untuk menghitung variabel beta yang dimaksudkan yang menggambarkan risiko sistematis menggunakan rumus (Tandelilin, 2001: 68)


(51)

Ri= αi + bi Rmi Keterangan :

bi = Beta saham

Ri = Return sekuritas I

αi = Bagian return sekuritas yang tidak dipengaruhi kinerja pasar

Rmi = Return indeks pasar

2.2.10.Pengaruh Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham

Para investor sebelum menanamkan modalnya, mereka harus mengetahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan tersebut, hal ini dilakukan untuk memperkecil risiko yang akan dihadapi dimasa yang akan dating. Risiko adalah suatu kondisi ketidakpastian yang terjadi di masa depan yang menimbulkan perbedaan antara pengembalian keuntungan yang diharapkan dengan pengembalian keuntungan yang diterimanya.

Sedangkan Seorang investor dalam melakukan investasinya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga semakin rendah tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat kepercayaan


(52)

investor pada perusahaan tersbut. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat harga saham.

Stephen A.Ross (1976) merumuskan suatu teori yang disebut Arbitrage Pricing Theory (APT) yang menyatakan bahwa tingkat

keuntungan yang diharapkan suatu portofolio harus dihubungkan dengan risiko dan pendapatan Risiko ini kadang-kadang sebagai faktor. Jadi model ini menghubungkan antara tingkat keuntungan yang diharapkan suatu saham dengan faktor-faktor tertentu, seperti pergerakan pasaran, tingkat suku bunga, dan lain-lain yang semuanya dapat berubah dari satu jangka waktu ke satu jangka waktu lain (Yong dan Roboni, 2002: 2).

Dalam penelitian Natarsyah (2000) menyatakan bahwa risiko sistematik (beta) berpengaruh negatif terhadap harga saham. Implikasinya adalah jika beta semakin besar maka semakin kecil tingkat keuntungan yang didapat, akibatnya harga saham akan semakin tinggi.

2.2.11.Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan

Resiko Sistematik terhadap Harga Saham

Analisis terhadap faktor-faktor fundamental perusahaan bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, dimana alat utama dalam analisis keuangan adalah rasio keuangan.


(53)

Dari berbagai rasio yang umum digunakan dalam pendekatan

fundamental diantaranya adalah Return On Assets (ROA) mewakili

efektifitas ”earning power” perusahaan yang mencerminkan kinerja

manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan asset yang ada. Kedua Debt to Equity Ratio (DER) mewakili proporsi hutang terhadap

modal usaha, dan untuk menggambarkan resiko sistematik dengan menggunakan model CAPM yang dimasukkan adalah variabel Beta (Natarsyah, 2000: 300). Variabel tersebut kemudian di analisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham dan faktor mana yang dominan pengaruhnya terhadap harga saham.

Pemilihan faktor-faktor di atas sebagai variabel bebas didasarkan pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan resiko dan return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham perusahaan,.meskipun terdapat faktor lain yang bersifat psikologis berpengaruh terhadap kekuatan pasar, akan tetapi faktor yang bersifat fundamental ini akan menjadi pedoman utama bagi pasar untuk menentukan harga saham perusahaan.

Natarsyah (2000) mengadakan penelitian mengenai pengaruh bebarapa faktor fundamental yang diwakili oleh ROA, ROE, DPR, DER, BV dan resiko sistematik terhadap harga saham pada perusahaan industri yang go publik di Bursa Efek Jakarta, Dalam penelitiannya membuktikan bahwa secara simultan ROA, ROE, DPR, DER, BV dan resiko sistematik


(54)

berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan industri yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

Menurut Natarsyah (2000), ROA mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan industri barang konsumsi di pasar modal, karena ROA adalah indikator ”earning power” perusahaan yang

mencerminkan kinerja manajemen dalam menggunakan aset yang dimiliki perusahaan.

2.3. Kerangka Pikir.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas maka dapat di buat premis-premis sebagai berikut :

Premis 1 : ROA mempunyai pengaruh paling dominan terhadap harga saham pada perusahaan industri yang go publik di Bursa Efek Jakarta (Natarsyah, 2000).

Premis 2 : DER mempunyai pengaruh paling dominan terhadap harga saham.pada perusahaan properti yang go publik di Bursa Efek Jakarta (Nirawati, 2000).

Premis 3 : Bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan suatu portofolio harus dihubungkan dengan risiko dan pendapatan (”Arbitrage


(55)

Premis 4 : Faktor–faktor fundamental (ROA, ROE, Book Value, DER) dan risiko sitematik (beta) mempengaruhi harga saham perusahaan properti (Anastasia, 2003).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun sebuah kerangka pikir seperti ini ditunjukkan pada gambar 2, sebagai berikut :

Gambar 2

Bagan Kerangka Pikir

Uji Regresi Linier Berganda Return On Assets

(X1)

Debt to Equity Ratio (X2)

Harga saham (Y)

Resiko Sistematik (X3)


(56)

2.2. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis yang dapat digunakan sebagai dugaan sementara adalah

1. H1 : Bahwa Return On Asset, Debt Equity Ratio, dan Risiko

Sistematik berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

2. H2 : Bahwa Return On Assets berpengaruh dominan terhadap harga

saham pada perusahaan tekstil yang go publik di Bursa Efek Indonesia.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005: 126)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel bebas (X) dan 1 variabel terikat (Y). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas (X)


(58)

Adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan tingkat aktiva yang dipergunakan dalam aktivitasnya. Variabel ini diukur dengan skala ratio dalam satuan persentase (%).

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono, 2000: 123) sebagai berikut :

Return On Assets (ROA) 100%

Assets Total (EAT) pajak setelah Laba  

b. Debt to Equity Ratio (DER) (X2).

Adalah rasio yang menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya dengan menggunakan modal yang dimiliki. Variabel ini diukur dengan skala ratio dalam satuan persentase (%).

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono, 2000: 121) sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio = 100% Sendiri Modal Total Hutang Total x

c. Risiko Sistematik (X3)

Risiko sistematis merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang


(59)

bersangkutan. Risiko sistematis tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui deversifikasi sekalipun.

Variabel X2 ini diukur dengan menggunakan koefisien Beta (β), dimana koefisien beta (β) merupakan indeks risiko sistematis suatu sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Variabel X2 ini diukur dengan menggunakan skala rasio.

Dengan menggunakan rumus :

β = 2 2

) X ( X n.

Y X. -XY n.

 

  

Dimana :

β = Koefisien beta

n = Jumlah periode yang dianalisis

X = Tingkat keuntungan indeks pasar

Y = Tingkat keuntungan saham

Dari rumus diatas terdiri dari 2 kompenen yakni :


(60)

Ri = 1 1    t t t P P P Dimana :

R = Tingkat Pengembalian Saham

P = Harga Saham Pada Periode Sekarang

Pt-1 = Harga Saham Pada Periode Lalu

b. Untuk menentukan tingkat keuntungan pasar (X) :

Rm =

1 1    t t t IHSG IHSG IHSG Dimana :

Rm = Tingkat Keuntungan Pasar

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan Periode Akhir

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan Periode Awal

2. Variabel Terikat (Y)

a. Harga Saham (Y)

Harga saham adalah harga yang diberikan pasar pada sekuritas yang dikeluarkan oleh perusahaan yang ada di bursa efek berdasarkan kurs resmi yang terakhir ditentukan berdasarkan harga


(61)

penutupan. Variabel Y ini diukur dengan skala ratio dalam satuan rupiah (Rp).

Rumus Harga Saham :

12

Bulan Akhir Penutup Saham

Harga Saham

Harga    

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek/obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono,2004: 44). Dalam peneltian ini, populasi yang digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan tekstil yang telah go publik dan terdaftar pada PT. Bursa Efek Ibndonesia mulai tahun 1979 sampai dengan tahun 2010 berjumlah 20 perusahaan (BEI, 2010). Data laporan keuangan yang digunakan dalam populasi ini sebanyak 80 laporan keuangan dari tahun 2005 sampai 2008.


(62)

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 56). Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling“ dengan metode

purposive sampling”. Non probability sampling adalah cara pengambilan

sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007: 60). Sedangkan

metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan

sampel dengan menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki sampel (Sumarsono, 2004: 52).

Adapun pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut yaitu antara lain :

1. Perusahaan sampel

adalah Perusahaan tekstil yang telah Go publik dan terdaftar di PT.

Bursa Efek Indonesia yang mempunyai laporan keuangan lengkap, valid dan telah diaudit oleh auditor independen tahun 2005-2008.

2. Untuk laporan

keuangan tahun 2009 tidak dijadikan sampel, dikarenakan adanya keterbatasan data yang diberikan oleh pihak Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk laporan

keuangan tahun 2010 belum dilakukannya tindakan audit oleh auditor independen.


(63)

Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 perusahaan dengan 32 laporan keuangan. Adapun perusahaan tersebut adalah :

1. PT. Argo Pantes, Tbk

2. PT. Century Textille Industry, Tbk

3. PT. Eratex Djaja, Tbk

4. PT. Panasia Filament Inti, Tbk

5. PT. Panasia Indosyntec, Tbk

6. PT. Roda Vivatex, Tbk

7. PT. Sunson Textile Manufacture, Tbk

8. PT. TIFICO, Tbk

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan disajikan dalam bentuk tabel atas pehitungan-perhitungan matematis maupun statistik.


(64)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder. Dalam hal ini penulis memperoleh data sekunder dari pihak Bursa Efek Indonesia, berupa laporan keuangan perusahaan, indeks saham individual dan indeks

saham gabungan periode tahun 2005 s/d tahun 2008.  

 

3.3.3. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu dengan cara melihat, mempelajari, dan mengutip catatan-catatan yang diperoleh dari dokumen Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan peusahaan, indeks saham individual dan indeks saham gabungan periode tahun 2005 s/d 2008.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda yaitu analisis yang berkaitan dengan studi ketergantungan


(65)

satu variabel (yang disebut variabel tidak bebas) dengan dua atau lebih

variabel lainnya (yang disebut variabel bebas). 

Adapun model yang digunakan sebagai model dasar penentuan harga saham di atas adalah (Sugiyono, 2007: 251) :

i

e  

 

β0 β1X1 β2X2 β3X3 Y

Keterangan :

Y : Harga Saham

X1 : Return On Assets (ROA)

X2 : Debt to Equity Ratio (DER)

X3 : Resio Sistematik (Beta Saham)

β0 : Konstanta

β1...4 : Koefisien regresi

ei : Kesalahan pengganggu

3.4.2. Uji Hipotesis

3.4.2.1. Uji f

Uji f digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi


(66)

Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko

Sistematik (Beta Saham) terhadap Harga Saham pada industri tekstil yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan prosedur sebagai berikut :

1. H0 : β1,β2,β3, = 0 (artinya model regresi yang dihasilkan tidak

cocok guna melihat pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to

Equity Ratio (DER) dan Resiko Sistematik (Beta Saham) terhadap

Harga Saham)

H1 : β1,β2,β3, ≠ 0 (artinya model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER) dan Resiko Sistematik (Beta Saham) terhadap Harga Saham).

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05.

3. Dengan F hitung sebesar :

F hitung =

1

1 2

2

 

R n k

k R

( Sugiyono, 2006: 223 )

Dimana :

F hitung = F hasil perhitungan

R² = Koefisien determinasi

k = jumlah variabel independent


(67)

4. Kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.4.2.2. Uji t

Uji t bertujuan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko

Sistematik (Beta Saham) terhadap Harga Saham pada industri tekstil yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan prosedur sebagai berikut :

1. H0 : βj = 0 (artinya Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER) dan Resiko Sistematik (Beta Saham) tidak berpengaruh positif atau negatif terhadap Harga Saham)

H1 : βj ≠ 0 (artinya Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER) dan Resiko Sistematik (Beta Saham) berpengaruh positif atau negatif terhadap Harga Saham)

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05

3. Dengan nilai t hitung :

t hitung = Sb

b


(68)

b = koefisien regresi

Sb = Standart Error

4. Kriteria Pengujian sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.5. Uji Kualitas Data

3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov (Soemarsono, 2004: 42).

Dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi nirmal adalah (Sumarsono, 2004: 43) :

1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.


(69)

3.6. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier

Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak

boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi linier berganda, yaitu :

1. Tidak boleh ada Multikolinieritas

2. Tidak boleh ada Heteroskedastisitas

3. Tidak boleh ada Autokorelasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dibawah ini asumsi dasar dari BLUE sebagai berikut :

1. Multikolinieritas

Multikolinieritas artinya adanya hubungan linier yang ”sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).


(70)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance

Inflation Factor) < 1, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi

tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2002: 69).

Diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman,

dimana syarat pengujiannya adalah (Santoso, 2001: 242-243) : a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas b. Nilai probabilitas > 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas 3. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (Dw-Test). Suatu data observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi


(71)

jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2002: 61).

Pengambilan keputusan tidak adanya autokorelasi yaitu :

 Bila nilai Dw terletak diantara batas atas (du) dah (4-du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

 Bila nilai Dw lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien

autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.

 Bila nilai Dw lebih besar dari batas bawah (4-dl), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

 Bila nilai Dw terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (du)

atau Dw terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak


(72)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah singkat Industri Tekstil

Secara pasti sejak kapan awal keberadaan industri TPT di indonesia tidak dapat dipastikan, namun kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri sudah dimulai sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi/digunakan sendiri.

Industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 230 juta penduduk, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial. Tahun lalu kue pasar tekstil di dalam negeri diperkirakan mencapai Rp 80 triliun.


(73)

Industri tekstil merupakan industri padat karya, yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta pekerja. Dari sisi tenaga kerja, pengembangan atau penambahan kapasitas industri dapat dengan mudah terakomodasi oleh melimpahnya tenaga kerja dengan tingkat upah yang lebih kompetitif, khususnya dibandingkan dengan kondisi di negara industri maju. Industri tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor.

Di pasar global, produk tekstil Indonesia masih cukup diperhitungkan. Tahun 2006, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbesar dunia. Indonesia menempati posisi keempat dalam impor TPT di Amerika dengan nilai US$ 3,9 miliar. Tahun 2007 kinerja ekspor diperkirakan mencapai US$ 9,9 miliar, meningkatan sekitar 9% dibanding tahun sebelumnya yang US$ 9,2 milyar. Bagaimanapun, industri TPT masih menjadi penyumbang devisa non-migas terbesar. Di pasar global produk tekstil Indonesia menghadapi pesaing potensial seperti Vietnam, Cina, dan India. (www.mediadata.co.id).

Namun demikian, industri tekstil masik menghadapi hambatan dan kendala antara lain dengan maraknya produk impor, terutama dari China, baik yang masuk secara legal maupun illegal. Maraknya produk impor yang relatif miring telah mendistorsi pasar TPT di dalam negeri. Apalagi daya serap pasar dalam negeri masih lemah dengan belum pulihnya daya beli masyarakat. Sementara itu biaya produksi meningkat signifikan. Lonjakan harga minyak mentah dunia secara langsung mendongkrak


(74)

kenaikan harga bahan baku, khususnya serat sintetis. Kenaikan harga minyak juga mendorong kenaikan biaya energi (listrik dan BBM). Kondisi permesinan umumnya sudah tergolong tua (80% di atas 20 tahun) sehingga efisiensinya rendah.

Dengan adanya hambatan dan kendala baik itu dari internal ataupun eksternal perusahaan, bukan berarti tidak ada peluang di pasar. Dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahan dan peluang di pasar, perusahaan akan bisa menutup segala hambatan dan kendala tersebut. Adapun kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu sikap manajemen yang selalu mencari jalan keluar dari hambatan dan kendala yang dihadapi perusahaan merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Peluang yang ada, harus dimanfaatkan perusahaan sebaik mungkin, dimana peluang tersebut antara lain yaitu dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah dalam hal penyediaan dana untuk restrukturisasi mesin hendaknya diperoleh output yang benar-benar bersignfikan terhadap efisiensi produksi, adanya ACFTA bukan merupakan ancaman tetapi dengan keterbukaan perdagangan harus dianggap sebagai terbukanya peluang pasar ekspor yang luas sekaligus tersedianya bahan baku industri dari import yang murah, dengan menguatnya nilai mata uang Euro terhadap dolar AS juga membuat peluang peningkatan pasar ekspor TPT Indonesia semakin terbuka, karena hal ini mendorong pembeli asing (buyers) di kawasan Uni Eropa (UE) meningkatkan pembelian ke negara yang menggunakan transaksi dolar, seperti Indonesia, Vietnam, dan India.


(75)

Selain itu, Vietnam yang pertumbuhan ekspor TPT terutama garmen sangat tinggi mencapai sekitar 30% tahun 2007 membutuhkan sejumlah bahan baku, seperti kain dan benang dari Indonesia yang memiliki basis industri TPT yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Pada triwulan I 2008 ekspor TPT Indonesia tumbuh 5,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari US$2,45 miliar menjadi US$2,58 miliar. Jadi, peluang ekspor TPT nasional semakin terbuka lebar untuk pasar UE dan Jepang, menyusul perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia – Jepang (IJEPA) maupun ASEAN-Jepang.

4.1.2. Sejarah Singkat PT. Argo Pantes, Tbk

PT Argo Pantes Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 30 tanggal 12 Juli 1977 dari Darwani Sidi Bakaroedin, S.H., pada waktu itu notaris di Jakarta. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dirubah dengan akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 126 tanggal 16 April 2007 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan pasal 4 ayat 2 dan ayat 3. Akta perubahan ini telah diterima dan dicatat oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah DKI Jakarta tanggal 4 Mei 2007 No. W7-HT.01.04-6315.

Perusahaan berdomisili di Jakarta, pabriknya berlokasi di Tangerang, Banten dan Bekasi, Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan beralamat di


(76)

Wisma Argo Manunggal, Lantai 2, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22, Jakarta.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan meliputi bidang manufaktur produk tekstil. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1977. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan didalam dan diluar negeri termasuk ke Eropa, Amerika Serikat dan Asia.

4.1.3. Sejarah Singkat PT. Century Textille Industri, Tbk

Perseroan yang didirikan dengan nama PT. Century Textille Industry disingkat PT. Centex dalam rangka Penanaman Modal Asing (“PMA”) berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1967 jo. Undang-Undang No. 11 1970 dengan akte notaris Dian Paramita Tamzil (pengganti notaris Djojo Muljadi SH) tanggal 22 Mei 1970 No.52, yang di ubah dengan notaris Djojo Muljadi SH tanggal 25 Januari 1971 No. 90. Akte-akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A.5./19/19 tanggal 10 Februari 1971, didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta dengan No. 508 dan 509 tanggal 16 Februari 1971 dan diumumkan dalam Tambahan No. 150 pada Berita Negara No. 25 tanggal 26 Maret 1971. Anggaran dasar perseoran telah diubah beberapa kali. Mengenai perubahan nama PT. Century Textile Industry Tbk disingkat PT. CENTEX Tbk dilakukan dengan akte-akte notaris Singgih Susilo SH tanggal 20 September 1997 No. 65 dan 21 Oktober 1997 No. 100, serta akte notaries Irene Yulia Susilo SH


(77)

(pengganti notaris Singgih Susilo SH) tanggal 8 Januari 1998 No. 22. Akte-akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2-2028.HT.01.04.TH 98 tanggal 20 Maret 1998 dan diumumkan dengan tambahan No.2704 pada Berita Negara No.41 tanggal 22 Mei 1998. Perubahan terakhir dilakukan dengan akte notaris Haji Syarif Siangan Tanudjaja SH tanggal 4 Agustus 2008 No.2. Perubahan ini dibuat untuk mematuhi Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akte ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan No. AHU-59078.AH.01.02 Tahun 2008 Tanggal 4 September 2008.

Sesuai dengan pasal 3 dari Anggaran Dasarnya, Perseroan beroperasi dalam industry tekstil terpadu. Kegiatan operasionalnya dimulai pada tahun 1972

4.1.4. Sejarah Singkat PT. Eratex Djaja, Tbk

PT. Eratex Djaja Tbk. ("Perusahaan") didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 berdasarkan akta No. 7 tanggal 12 Oktober 1972 yang dibuat oleh Koerniatini Karim, Notaris di Jakarta. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, dan perubahan terakhir dengan akta No. 79 tanggal 15 Juni 2004 yang dibuat oleh Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta mengenai perubahan nama Perusahaan dari PT Eratex Djaja Ltd. Tbk. Menjadi PT Eratex Djaja Tbk. dan peningkatan modal dasar menjadi sebesar Rp


(78)

196.472.000. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-21010 HT.01.04.TH.2004 tanggal 20 Agustus 2004.

Perusahaan bergerak dalam bidang industri tekstil yang terpadu meliputi bidang-bidang pemintalan, penenunan, penyelesaian, pembuatan pakaian jadi serta menjual produknya di dalam maupun luar negeri. Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Pabrik berlokasi di Jalan Raya Soekarno-Hatta, Probolinggo, Jawa Timur. Kantor Perusahaan terdaftar di Jakarta dan kantor eksekutif di Surabaya. Mulai tahun 1990 Perusahaan membuka cabang di Hong Kong.

Pada tanggal 21 Agustus 1990, Perusahaan telah mencatatkan sebagian sahamnya di bursa efek di Indonesia sesuai dengan surat persetujuan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. SI-125/SHM/MK.10/1990 tanggal 14 Juli 1990. Sejak tahun 2000, seluruh saham telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

4.1.5. Sejarah Singkat PT. Panasia Filament Inti, Tbk

PT. Panasia Filament Inti Tbk didirikan dengan nama PT. Panasia Cotton Alam Mills sesuai dengan akta No.85 tanggal 31 Desember 1987 yang dibuat dihadapan Winarti Sukarjadi, Smm.Hk., sebagai notaries pengganti Nanny Sukarja, SH., notary di Bandung. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-11088.HT.01.01.TH.88 tanggal 1 Desember 1988 dan


(1)

104   

2. Periode penelitian ini hanya 4 tahun sehingga kurang memberikan informasi atau gambaran tentang pengaruh return on assets, debt to equity ratio, dan resiko sistematik terhadap harga saham.

3. Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu hanya terbatas pada variabel return on assets, debt to equity ratio dan resiko sistematik tidak melibatkan faktor teknis seperti perkembangan kurs, dan faktor sosial, ekonomi dan politik seperti tingkat inflasi, kebijakan moneter, menurunnya daya beli masyarakat, tingginya suku bunga, dan lain-lain.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


(2)

105   

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa uji hipotesis baik hipotesis satu dan hipotesis dua tidak teruji kebenarannya. Dimana baik secara simultan dan parsial variabel return on assets, debt to equity ratio dan resiko sistematik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang go public di Bursa Efek Indonesia. Tidak adanya variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang go public di Bursa Efek Indonesia.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh di atas, maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya yaitu :

1.    Berbagai keterbatasan yang dimiliki penelitian ini mudah-mudahan dapat diperbaiki lagi pada penelitian-penelitian berikutnya. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melanjutkan penelitian dengan menambahkan rasio yang lain sehingga dapat diketahui rasio apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2. Bagi Peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama, sebaiknya memperluas jangkauan penelitian, memperpanjang periode pengamatan sehingga data pengamatan menjadi lebih banyak,


(3)

106   

mengambil variabel independen yang berpengaruh pada variabel dependen.

3. Bagi perusahaan, dengan adanya pemfasilitasan dana dan didukung dari pemerintah hendaknya perusahaan memanfaatkan dana dari pemerintah dan pinjaman dana dari bank dalam merestrukturisasi mesin semaksimal mungkin untuk mengefisiensikan proses produksi dan menghasilkan output yang berkualitas dengan kuantitas yang tidak kalah bersaing dengan produk luar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU TEKS :

Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

Baridwan, Zaki, 1989, Intermediate Accounting, Edisi Kelima, Penerbit BPFE.Yogyakarta.

Fakhruddin, Hardianto, Sopian, M, 2001, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Buku Satu, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Penerbit Universitas Diponegoro.

Husnan, Suad, 1998, Dasar – Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, Edisi ke-2, Penerbit UPP-AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta

Kasmir, Jakfar, 2005, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Kencana, Jakarta.

Kasmir, 2008, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit PT. RajaGrafindo, Jakarta.

Martin, John, 1999, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Edisi Bahasa Indonesia), Penterjemah Chaerul D. Djakman, Buku Satu , Edisi Tujuh, Penerbit Salemba Empat.

Riyanto. Bambang, 1997, Dasar-Dasar pembelajaran Perusahaan, edisi 3, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sartono, Agus, 2000, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Keempat, Penerbit BPFE Yogyakarta

Sugiyono, 2007, Statistika untuk Penelitian, Cetakan kesepuluh, Penerbit CV. Alphabeta, Bandung


(5)

Sumarsono, 2004. Metode Penelitian Akuntansi, UPN “Veteran” Jatim.

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Cetakan ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Sutrisno, 2003. Manajemen Keuangan, Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus. 2001, Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio, UPFE UGM, Yogyakarta.

Wild. J, Subramanyam and Halsey, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Jilid satu, Edisi Delapan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Widiatmodjo, Sawidji, 2001, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Penerbit PT. Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta.

Yong, Othman dan Rodoni, Ahmad, 2002, Analisis Investasi dan Teori Portofolio, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

JURNAL :

Anastasia, Njo, 2003, Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti Di BEJ, Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra

Nirawati, Lia, 2003, Pengaruh Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Asset terhadap Harga Saham pada Perusahaan

Properi di BEJ, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, Volume 3, No.6.

Natarsyah, Syahib, 2000, Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 15, No. 3.

ALAMAT WEB :

Agus Salim, 2010, PT. Sunson Textile Manufakture, http://british-indonesie.blogspot.com

Bisnis, 2010, Pertumbuhan Industri Tekstil Cenderung Melambat, http://www.tempointeraktif.com


(6)

Bisnis, 2005, Risiko Industri Tekstil Masik Tinggi, http://www.tempointeraktif.com

Ekonomi, 2010, ACFTA Terbukti Berdampak Negatif, http://kompas.com Ekonomi, 2010,Bahan Baku Yang Bikin Kusut, http://majalahtrust.com Deni, 2008, Teori Path Goal, http://blog.uny.ac.id

IDX, 2010, Laporan Keuangan, http://idx.co.id

Industri, 2009, Depperin Cairkan Dana Restrukturisasi, http://www.kabarbisnis.com

Jomunity, 2008, Omzet Manufaktur Anjlok Stimulus Industri Harus Segera Cair, http://inaplas.org