Seni Budaya Seni Rupa SMP KK I Prof

MODUL GURU PEMBELAJAR

GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU
Mata Pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)

MATA PELAJARAN SENI RUPA SMP

KELOMPOK KOMPETENSI I
Profesional :
Seni Lukis Realis dan Dekoratif
Pedagogik :
Pemanfaatan Informasi Hasil Penilaian
dan Evaluasi Pembelajaran

KELOMPOK KOMPETENSI I

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016


GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU

MATA PELAJARAN SENI RUPA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

SENI LUKIS
REALIS DAN DEKORATIF
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI I

Drs. Suwarna, M. Pd.

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016

GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU


MATA PELAJARAN SENI RUPA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

SENI LUKIS
REALIS DAN DEKORATIF
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI I

Penulis : Drs. Suwarna, M. Pd
Editor Substansi : I Gusti Ngurah S, M.Ds
Editor Bahasa : Sigit Purnomo, M.Pd.

Copyright c 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.


 

 
ii 

SAMBUTAN DIREKTORAT JENDERAL
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

 

iii 

 

 

 
iv 


KATA PENGANTAR

 



 

 

 
vi 

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN FRANCHISE ………………………………………………………

ii


SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN …………………………………………………….

iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………

v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….

ix

PENDAHULUAN ………………………………………………………………..

1


A.

Latar Belakang ………………………………………………………. 

1

B.

Tujuan ………………………………………………………….......... 

4

C.

Peta Kompetensi ……………………………………………………. 

9

D.


Ruang Lingkup ………………………………………………………. 

11

E.

Cara Penggunaan Modul …………………………………………... 

11

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. LUKISAN BERCORAK REALIS ……….

13

A.

Tujuan ………………………………………………………………... 

13


B.

Indikator Pencapaian Kompetensi ………………………………… 

13

C.

Uraian Materi ………………………………………………………… 

14

D.

Aktivitas Pembelajaran ……………………………………………... 

67

E.


Latihan/ Kasus/Tugas ………………………………………………. 

73

F.

Rangkuman ………………………………………………………….. 

85

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………… 

87

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. BEREKSPRESI SENI LUKIS
BERCORAK DEKORATIF …………………………………………………….

 


89

A.

Tujuan ………………………………………………………………... 

89

B.

Indikator Pencapaian Kompetensi ………………………………… 

89

C.

Uraian Materi ………………………………………………………… 

90


vii 

 

D.

Aktivitas Pembelajaran ……………………………………………...  101

E.

Latihan/ Kasus/Tugas ……………………………………………….  104

F.

Rangkuman …………………………………………………………..  106

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………  107
PENUTUP ……………………………………………………………………….  109
EVALUASI ………………………………………………………………...........  111
GLOSARIUM ……………………………………………………………………  119
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………  121
LAMPIRAN
A. Kunci Jawaban Evaluasi ………………………………………………

127

B. Kunci jawaban Kegiatan Pembelajaran 1: (Seni Lukis Bercorak
Realis) …………………………………………………………………..

128

C. Kunci jawaban Kegiatan Pembelajaran 2: (Berekspresi Seni Lukis
Bercorak Dekoratif) ……………………………………………………. 129

 

 
viii 

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1

Peta kompetensi seni lukis

Gambar 2

S. Soedjojono “ Di depan kelambu terbuka”

Gambar 3

Basoeki Abdulah “Pertempuran antara Gatotkaca dengan

14

Antaseno”

15

Gambar 4

R. Bonnet “Memotong padi di Bali”

16

Gambar 5

Melukis “Outdoor”

17

Gambar 6

Lukisan dengan konsep seni untuk ibadah

19

Gambar 7

“Berqurban”, Lukisan dengan konsep seni untuk ibadah 

21

Gambar 8

Lukisan babi hutan di gua Leang-Leang Sulawesi Selatan 

23

Gambar 9

I Ketut Marra “A Nice Morning in Bangil”

24

Gambar 10

Basoeki Abdullah “Diponegoro memimpin perang” 

25

Gambar 11

Suwarna “Kelinci menimbang kura-kura”

26

Gambar 12

Affandi “Potret diri”

26

Gambar 13

Oesman Effendi “The composition”

27

Gambar 14

Lukisan Jaques Louis David ”Sumpah Horati”

29

Gambar 15

Contoh lukisan Leonardo da Vinci

29

Gambar 16

Lukisan Romantisme Eugene Delacroix

30

Gambar 17

Lukisan Romantisme “Penangkapan P. Diponegoro”  

31

Gambar 18

Lukisan Realisme “Djalan Raja”

31

Gambar 19

S. Soedjojono “Seko (Perintis gerilya)”

32

Gambar 20

Lukisan realisme “Rini”, Soekarno

33

Gambar 21

Lukisan realism karya Udin Antara

33

Gambar 22

Vincent Van Gogh “ The starty nigh”

34

Gambar 23

Lukisan Realis Eksprsionisme, Affandi

35

Gambar 24

Lukisan Naturalisme Gustave Courbet

35

Gambar 25

Lukisan Naturalisme “Pronocitro-Roro Mendut”,

Gambar 26
 

9

Gambiranom 

36

Lukisan Naturalisme Basoeki Abdulah

37

ix 

 

 

Gambar 27

Lukisan dekoratif Bali klasik

38

Gambar 28

Lukisan dekoratif Bali ornamentik

38

Gambar 29

Lukisan dekoratif Bali Ida Bagus Made Poleng “Mohon
Berkah”  

38

Gambar 30

Lukisan dekoratif batik “Bakul-bakul”, Ida Hajar

39

Gambar 31

Lukisan kaca dekoratif Cirebon “Kereta Paksi Naga Liman” 

40

Gambar 32

Lukisan dekoratif wayang Beber “ Main dadu”

40

Gambar 33

Lukisan impresionisme karya Claude Monet

41

Gambar 34

Lukisan Pablo Picasso “ Guirnica”

42

Gambar 35

Lukisan Surealisme Hening Purnamawati “ What
happened Mom”  

43

Gambar 36

Lukisan Dadaisme karya Marcel Duchamp

44

Gambar 37

Lukisan Abstrak Ekspresionisme “ Gejolak”

44

Gambar 38

Lukisan Yon Indra, menghasilkan ilusi ruang

45

Gambar 39

AD. Pirous, kaligrafi huruf Arab

46

Gambar 40

Heri Dono “Dua perempuan dan satu bunga”

47

Gambar 41

Lukisan teknik usap-abur/dusel pastel “Terkejut”

49

Gambar 42

Lukisan teknik aquarel “Makam pahlawan tak dikenal”  

50

Gambar 43

Lukisan teknik poster “ Memulkul bedhug”

51

Gambar 44

Lukisan dengan cat minyak “Rakit Medusa”

52

Gambar 45

Lukisan Finger painting “Berjajar”

53

Gambar 46

Lukisan teknik gesek benang “Pepohonan”

54

Gambar 47

Lukisan teknik folder print “Kala”

55

Gambar 48

Cat minyak duabelas warna

56

Gambar 49

Lukisan pemandangan dengan cat minyak

56

Gambar 50

Cat air  

58

Gambar 51

Cat poster

58

Gambar 52

Lukisan teknik aquarel cat air

59

Gambar 53

Cat air bentuk bidang-bidang/batangan

60

Gambar 54

Cat acrylic duabelas warna

60

Gambar 55

Lukisan teknik basah acrylic

61

Gambar 56

Pastel minyak

62

Gambar 57

Kemasan cat super tempera

63

 


 

Gambar 58

Lukisan teknik bash super tempera

64

Gambar 59

Lukisan teknik kering pensil warna

65

Gambar 60

Botol tinta China

66

Gambar 61

Kuas cat minyak kecil dan besar

67

Gambar 62

Pallet cat minyak dan kuas

68

Gambar 63

Pisau pallet dari bahan plastik

70

Gambar 64

Paspartu, “Mengungsi”

72

Gambar 65

Pemandangan gunung Sumbing

74

Gambar 66

Keseimbangan simetris

80

Gambar 67

Keseimbangan asimetris

81

Gambar 68 

Irama lengkung gemulai

81

Gambar 69 

Center of interest tulisan Allah

82

Gambar 70 

Struktur keseimbangan asimetris

85

Gambar 71 

Lukisan bercorak realis “Menanti”

87

Gambar 72 

Kunci jawaban lukisan bercorak realis

95

Gambar 73 

Wayang Beber bercorak dekoratif

98

Gambar 74 

H. Widayat “ Seruling perindu”

100

Gambar 75 

H. widayat “ Ayam alas II”

101

Gambar 76 

Lukisan dekoratif ornamentik

102

Gambar 77 

Lukisan dekoratif “Adam Eva dan binatang-binatang”  

106

Gambar 78 

H. Widayat “Ke pasar”

107

Gambar 79 

Kuswadji Kawindrasusanta “Lampor” batik

108

Gambar 80 

TD Sudjana “Babad Agung”

108

Gambar 81 

G. Nj. Lempad Rama dan Shinta berjumpa Sarpakenaka  

109

Gambar 82 

Suwarna “Pengamalan”

109

Gambar 83

Widayat , “Piknik”

110

xi 

 

 

 
xii 

Pendahuluan 

 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modul diklat guru Seni Budaya KK I Seni Lukis corak realis dan dekoratif ini
berdasarkan pada latar belakang sebagai berikut:
1. Para guru Seni Budaya sekolah menengah pertama sangat memerlukan
penguasaan

kompetensi

dalam

aspek

pengetahuan

(kognitif),

keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Hal ini merupakan bekal
utama yang akan dipakai sebagai acuan di dalam pembelajaran di
sekolah. Di dalam pembelajarannya para guru berorientasi saintifik,
karena seni budaya sangat berkaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu
yang lain, misalnya ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam,
ilmu kebahasaan. Sebagai contoh adalah karya lukisan dipakai sebagai
ilustrasi yang terdapat pada berbagai disiplin ilmu tadi, mengandung
pesan menjelaskan suatu problem, cerita atau masalah, sehingga
pengguna akan lebih jelas pesan apa yang dikandung di dalamnya.
2. Seni Budaya, dengan sub-sub Seni Lukis merupakan salah satu
pembelajaran berbasis kompetensi yang berkaitan dengan kreativitas,
sensitivitas, fantasi, dan ekspresi, sehingga akan membentuk kepribadian
yang harmonis lahir dan batin.
3. Seni Lukis di sekolah menengah pertama, mempunyai kompetensi utama
pedagogik, estetis, artistik, dan humanis, hal ini sangat berguna untuk
mencapai kecerdasan emosional, intelektual, kemampuan berfikir, dan
sangat membantu perkembangan motorik halus maupun motorik kasar.
Hal ini mempunyai indikator esensial, menganalisis hasil penilaian
pembelajaran.

 



 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

4. Kompetensi guru mata pelajaran Seni Budaya adalah menggunakan
informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan
belajar, dan terkait dengan kompetensi inti: memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
5. Kompetensi guru mata pelajaran Seni Budaya menggunakan informasi
hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan
pengayaan.
6. Kompetensi guru mata pelajaran Seni Budaya yang lain adalah
menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan materi seni
rupa pada pembelajaran seni budaya sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
7. Kompetensi guru mata pelajaran Seni Budaya yang beraspek psikomotor
adalah mampu membuat karya seni lukis bercorak realis dan dekoratif.
8. Derasnya pengaruh perkembangan seni lukis secara nasional dan
internasional pada seniman, guru seni rupa, dan tidak mustahil pada
pembelajar sekolah menengah pertama, hendaknya dapat disaring
dengan filter budaya Indonesia, sehingga seni lukis tersebut tetap eksis
dan bermakna ganda, baik terhadap individu maupun terhadap
masyarakat akademik.
9. Proses pembelajaran seni lukis di sekolah menengah pertama bersifat
teori dan praktik, tidak lepas dari peningkatan nilai apresiatif, sehingga
diharapkan guru dan pembelajar secara bersama-sama dapat secara
periodik mengadakan: diskusi, studi pustaka, studi kancah dengan
mengunjungi berbagai objek keseni-lukisan di Indonesia (museum, galeri,
sanggar), sehingga akan terbuka pintu jendela seni lukis yang luas dan
lebih bermakna.

 
 



 

Pendahuluan 

 

10. Karya seni lukis mengandung berbagai nilai, di antaranya adalah:
a. Artistik, mengndung nilai seni (seni murni), seni lukis merupakan hasil
ekspresi pribadi, sehingga memuaskan perasaan batiniyah dan
lahiriyah.
b. Bernilai estetis, mengandung keindahan.
c. Bernilai penghias, menambah indahnya suatu ruang, sebagai hiasan
dinding di ruang-ruang sekolah, ruang tamu, ruang hotel, ruang
pertemuan, dan ruang pribadi.
d. Bernilai kenangan, sebagai cinderamata, ketika ada perpisahan,
pesta pernikahan, ulang tahun, tourisme.
e. Bernilai kepahlawanan (heroisme), misalnya lukisan S. Soedjojono di
masa revolusi fisik “Seko” menggambarkan seorang tentara Indonesia
membawa senapan laras panjang, dengan latar belakang, bangunan
yang rusak akibat perang dan sekawan pejuang yang lain tampak di
kejauhan.
f.

Bernilai religius, misalnya lukisan AD. Pirous Bandung yang
mengangkat tema-tema dari ayat suci Al Qur’an, begitu juga lukisan
kaligrafi pelukis Amri Yahya Yogyakarta, Syaiful Adnan Yogyakarta,
dan Amang Rahman Surabaya.

g. Bernilai ekonomis, lukisan yang bermutu tinggi, artistik, dari pelukis
bertaraf internasional Affandi misalnya, lukisannya dilelang di balai
lelang Jakarta, laku milyaran rupiah.
11. Guru dan para peserta didik sekolah menengah pertama, hendaknya
selalu aktif berkarya, atau lomba lukis, karya-karya yang termasuk
kategori pemenang Juara 1, 2, 3, maupun kategori harapan 1, 2, 3, dan
karya yang masuk nominasi, agar dipamerkan bersama, baik tingkat
sekolah, antar sekolah, tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi, regional,
maupun nasioanal, dan jika mungkin internasional. Dengan demikian
apresiasi seni semakin semarak, menunjukkan eksistensinya. Lomba dan
pameran karya seni lukis tingkat TK, SMP, SMA ini telah puluhan tahun
dilaksanakan di Yogyakarta - Indonesia dan Kyoto – Jepang, dan pada
tahun 2015 ratusan karya lukis tersebut dipamerkan di Galeri Jurusan
Pendidikan Seni Rupa FBS UNY.
 



 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

12. Museum H. Widayat, di Mungkid, Magelang, museum Affandi di
Yogyakarta,

museum Nyoman Gunarso di Papringan Yogyakarta dan

Bali, museum Nasional di Jakarta, telah ada dan menunjukkan
keberadaannya.

B. Tujuan
Tujuan penulisan modul ini adalah, sesuai dengan kompetensi yang terdapat
pada kisi-kisi paket keahlian Seni Budaya Seni Rupa jenjang SMP yang telah
ditentukan, yaitu para guru Seni Budaya di sekolah menengah pertama
diharapkan menguasai:
1. Kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik: menganalisis hasil
penilaian

pembelajaran,

menganalisis

penilaian

pembelajaran,

menggunakan informasi hasil penialaian dan evaluasi untuk menentukan
ketuntasan belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.
2. Kompetensi pedagogik, menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan
pengayaan. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan. Memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

3. Kompetensi inti guru (standar kompetensi): materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
4. Kompetensi guru mata pelajaran (kompetensi dasar): menguasai materi,
struktur, konsep dan pola pikir keilmuan materi seni rupa pada
pembelajaran seni budaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Kompetensi professional dengan Indikator esensial:
a. Menguraikan konsep seni lukis.
b. Menguraikan keteknikan, alat dan bahan dalam melukis.
 
 



 

Pendahuluan 

 

c. Membuat karya seni lukis bercorak realis.
d. Membuat karya seni lukis bercorak dekoratif.
Untuk mencapai tujuan yang pertama yaitu Kompetensi utama - kompetensi
pedagogik:

menganalisis

hasil

penilaian

pembelajaran,

menentukan

ketuntasan

belajar, untuk kepentingan pembelajaran, anda dimohon

membawa daftar nilai hasil pembelajaran Seni Budaya Sekolah Menengah
Pertama, baik kelas 7, 8, atau 9. Hal ini untuk mencapai kompetensi
pedagogik:

menganalisis

hasil

penilaian

pembelajaran,

menentukan

ketuntasan belajar, untuk kepentingan pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan yang pertama, yaitu kompetensi pedagogik dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi nilai-nilai hasil pembelajaran Seni Budaya sub Seni Rupa
tersebut dan klasifikasikan dalam kategori: nilai kurang, cukup, baik,
sangat baik. Hal ini untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan masingmasing peserta didik.
2. Deskripsikan rentang nilai tersebut, disesuaikan dengan ketentuan dalam
Kurikulum 2013.
3. Tentukan nilai ketuntasan kompetensi minimal (KKM) atau mastery
learning, sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013 Sekolah Menegah
Pertama.
4. Jika ada beberapa peserta didik yang belum mencapai KKM, maka perlu
diadakan remedial, dan bagi para pembelajar yang telah mencapai KKM,
diseyogyakan diadakan

program pengayaan dengan berkarya yang

sejenis tetapi dengan peningkatan kompetensi yang relevan, sehingga
yang bersangkutan dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
5. Adakan diskusi agar mendapatkan umpan balik dari teman sejawat,
maupun peserta didik, sangat baik untuk membenahi proses belajarmengajar yangkurang tepat, agar pada pembelajaran berikutnya bisa
lebih baik.
 



 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

6. Ketika kompetensi pedagogik akan dicapai secara ideal, maka setelah
diklat guru Seni Budaya dilakukan, perlu diadakan sitem penilaian uji
kompetensi guru sekolah menengah pertama dan apabila dana
mencukupi, alangkan lebih baik jika setiap guru seni budaya, proses
belajar mengajarnya dinilai oleh empat pakar (dosen yang kompeten
professor yang doktor, pejabat terkait dari dinas pendidikan, PPPPTK
dan dari pakar pendidikan). Hali ini dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan sekolah menengah pertama terdekat, secara teknis para
pembelajar didatangkan ke PPPPTK, atau para guru didatangkan ke
sekolah menengah pertama yang terdekat dan sudah diijinkan. Penilaian
menggunakan format yang telah disepakati. Hasilnya, dievaluasi terbuka,
diadakan diskusi, sehingga akan meningkatkan kompetensi pedagogik
dari para guru seni budaya sekolah menegah pertama. Hal ini dapat
dimasukkan dalam sistem penilaian angka kredit guru guna kenaikan
pangkat dan jabatannnya.
7. Untuk para peserta didik yang mendapat nilai tertinggi, pilih tiga karya
seni lukis bercorak realis dan dekoratif, dapat diberikan “penghargaan”.
Penghargaan tersebut dapat berupa pujian verbal misalnya “karya anda
sangat bagus”, dan diteruskan dengan motivasi: Giat belajar dan berkarya
seni rupa agar nilai anda semakin bagus! Atau, dapat berupa sertifkat
yang disahkan oleh kepala sekolah.
8. Adakan lomba seni lukis tiap tahun sekali, carilah event yang tepat,
misalnya pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, dengan uang
pendaftaran yang layak. Bagilah dalam tiga kelompok: Kelompok A untuk
kelas 7, Kelompok B untuk kelas 8, Kelompk C untuk kelas 9. Uang
tersebut dilola untuk penyelenggaraan, sebagian untuk menyediakan
hadiah, sertifikat, uang pembinaan, bingkai. Dengan demikian maka para
pembelajar termotivasi untuk lebih giat belajar Seni Lukis.
9. Lukisan hasil lomba yang sudah dibingkai, dipajang di papan pajang guna
meningkatkan

apresiasi

seni

peserta

didik,

ruang

tamu,

ruang

sidang/ruang rapat, ruang-ruang kelas. Demi tertib administrasi, lukisan
 
 



 

Pendahuluan 

 

lukisan tersebut diagenda dan diberi keterangan: Lomba Seni Lukis
dalam rangka HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke..., tanggal 17
Agustus tahun..., Juara ke...,, sekolah..., nama,,, dan kelas,,,, maupun
teknik. Keterangan tersebut dapat ditulis dengan komputer, ditaruh di
bawah lukisan sehingga tidak menggangu keberadaan lukisan tersebut.
Jika lukisan tersebut dengan bahan dasar kertas gambar, maka
hendaknya dibingkai berkaca, atau mika. Carilah bingkai dari bahan
fiberglass agar lebih awet. Jika dari bahan kayu, pilihlah kayu jati yang tua
(harga mahal) agar awet tidak dimakan teter (serangga kecil pemakan
kayu).
10. Lukisan-lukisan yang termasuk kategori juara 1, 2, 3 tersebut, dapat
diunggah di dalam web sekolah, agar tersosialisasi dan dapat
mengangkat harkat dan martabat sekolah. Atau, foto lukisan-lukisan
tersebut dapat dimuat di dalam Jurnal sekolah, dan media massa yang
relevan.
11. Rintislah galeri seni rupa/ museum seni rupa anak-anak, diisi dari hasil
karya anak sekolah menegah pertama yang meraih prestasi, dari hasil
lomba tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, regional, nasional
bahkan internasional, walaupun dalam bentuk karya duplikasi. Memang
hal ini merupakan sesuatau yang ideal, namun mau kapan lagi jika tidak
dimulai dari sekarang. Susun proposal yang baik, ajukan ke sekolah, dan
teruskan ke pemerintah melalui dinas pendidikan terkait. Perlu diadakan
studi banding ke Den Pasar, Bali, melihat bagaimana bentuk, isi, dan
manajemen Art Centre, maupun Museum Seni Lukis di Ubud. Dapat
melihat bagaimana pengelolaan museum Affandi di Yogyakarta, museum
Seni Lukis H. Widayat di Mungkid Magelang, museum Seni Lukis
Nyoman Gunarsa di Papringan Yogyakarta dan Bali, museum Nasional di
Jakarta. Dari hasil studi banding tersebut, dianalisa, dibahas, dipakai
sebagai bahan pelengkap dalam penyusunan proposal tersebut.
12. Setelah semua langkah–langkah tersebut selesai, kewajiban anda
sebagai guru Seni Budaya dan peserta diklat, kirimkan dokumentasi
kegiatan ke penyelenggara diklat, baik dalam bentuk jejaring sosial
 



 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

maupun fisik,

sebagai bukti autentik, bahwa anda telah mencapai

kompetensi pedagogik. Dengan demikian anda selalu terkait langsung
dengan PPPPTK Seni dan Budaya, akan terjadi jalinan mesra hubungan
timbal balik yang harmonis.
Untuk mencapai tujuan kedua, kompetensi pedagogik, menganalisis hasil
penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga
diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk
keperluan remedial dan pengayaan. Menggunakan informasi hasil penilaian
dan

evaluasi

untuk

merancang

program

remedial

dan

pengayaan.

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Tujuan ini dapat dicapai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dari hasil penilaian karya peserta didik dapat dilihat topik/kompetensi
dasar yang mana yang dirasa sangat sulit bagi peserta didik, misalnya
melukis realis. Untuk melukis corak realis peserta didik harus menguasai
anatomi manusia atau hewan, atau cirri-ciri tumbuh-tumbuhan, perspektif
dan pewarnaan yang sesuai dengan realita.
2. Dari jumlah peserta didik misalnya terdapat sebelas anak yang belum
mencapai kemampuan kompetensi minimal (KKM), dalam melukis realis,
maka sebelas anak tersebut perlu diadakan remedial sehingga mereka
mencapai KKM. Perlu disediakan buku anatomi manusia atau binatang,
berbagai macam gambar tumbuh-umbuhan yang detail, buku perpektif
praktis. Dengan disediakannnya fasilitas berbagai macam buku tersebut
diharapkan peserta didik mau dan termotivasi untuk belajar dan melukis
dengan corak realis dapat mendapat nilaiyangmemenuhi KKM.
3. Bagi peserta didik yang telah mencapai KKM dapat diberikan program
pengayaan, berupa tugas yang sejenis, namun beda konsep dan
idenya.Dengan demikian peserta didik ini akan mendapatkan suatu nilai
tambah, dapat pula diberikan suatu penghargaan, walupun sebuah
sertifikat misalnya.
 
 



 

Pendahuluan 

 

4. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
adalah dapat disimpulkan bahwa belajar Seni Budaya itu tidak sulit,
namun menyenangkan, menyegarkan, bahkan membina kreativitas
peserta didik, karena segala gejolak jiwa tersublimasi oleh karenanya.
5. Manfaat yang lain adalah bagi peserta didik yang berbakat dan mendapat
nilai tinggi, dapat diikut sertakan pada berbagai lomba melukis di
daerahnya, tingkat nasional atau tingkat internasional.

C. Peta Kompetensi
Peta kompetensi: sesuai dengan Permendikdas Nomor 16 tahun 2007
tentang peta kompetensi Seni Budaya adalah sebagai berikut:
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan (mencakup
materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasi/rekreasi) yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya (seni rupa, musik,
tari, teater) dan keterampilan. (Dalam hal ini khusus seni rupa).
2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang
relevan dengan pembelajaran Seni Budaya.
Dari peta kompetensi tersebut, kemudian lebih dikhususkan ke peta
kompetensi seni lukis bercorak realis dan dekoratif mencakup: konsep seni
lukis, keteknikan, alat, bahan melukis, membuat karya seni lukis bercorak
realis dan dekoratif, dapat dipetakan sebagai berikut.

 



 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

3. KOMPETENSI
PENGUASAAN TEKNIK:
TEKNIK KERING, USAPABUR/ DUSEL, BASAH,
MIXED MEDIA, FINGER
PAINTING, MONTAGE,
KOLLAGE, TARIK
BENANG, FOLDER PRINT

4. KOMPETENSI PENGUASAAN
ALAT DAN BAHAN
MELUKIS: STANDAR LUKIS,
KUAS, PALLET, GELAS,
PISAU PALLET, PENSIL,
ARANG, PASTEL, CAT AIR,
CAT POSTER, CAT ACRYLIC,
KERTAS, KARTON, KANVAS,
CAT MINYAK, MINYAK CAT,
BINGKAI

2. KOMPETENSI 
KONSEP SENI 
LUKIS 
5. LUKISAN
BERCORK
REALIS

6. LUKISAN
BERCORK
DEKORATIF
 

1. GURU SMP

7. Umpan Balik
Gambar 1. Peta kompetensi seni lukis

Keterangan: (1) Guru SMP harus mempunyai berbagai kompetensi; (2)
kompetensi konsep seni lukis, agar seorang guru dapat melukis, mereka
harus mempunyai lukisan; (3) teknik kering, basah, usap-abur/ dusel, mixed
media, finger painting, montage, kolage, tarik benang, folder print.
Kompetensi penguasaan teknik akan melahirkan suatu karya seni lukis
menggunakan bahan dan alat; (4) kompetensi penguasaan alat dan alat
melukis: standar lukis, kuas, pallet, gelas, pisau palet, pensil, arang, pastel,
cat air, cat poster, cat acrylic, kertas, karton, kanvas, cat minyak, minyak cat,
terpentin, dan bingkai; (5) lukisan bercorak realis, dan; (6) lukisan bercorak
dekoratif. Setelah guru SMP dapat melukis bercorak realisme dan dekoratif,
 
 

10 

 

Pendahuluan 

 

maka harus diadakan umpan balik; (7) Lukisan bercorak realis dan dekoratif,
sebagai umpan balik kepada guru diperlukan adanya kritik seni lukis dari
teman sejawat, apakah lukisan tersebut telah memenuhi kriteria lukisan realis
dan dekoratif? Jika masih terapat beberapa kekurangan, maka umpan balik
tersebut sebagai bahan untuk memperbaikinya.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul ini adalah sebagai berikut: bagian pendahuluan modul
ini berisikan tentang latar belakang, tujuan, peta kompetensi, ruang lingkup,
dan saran penggunaan modul. Selanjutnya pada kegiatan pembelajaan
berisikan tentang, tujuan pembelajaran seni lukis, indikator pencapaian
kompetensi seni lukis, uraian materi mencakup: tentang konsep seni lukis,
keteknikan, alat dan bahan dalam melukis. Berikutnya adalah aktivitas
pembelajaran berupa pengerjaan soal essai, diskusi dan latihan berkarya
seni lukis corak realis dan dekoratif, rangkuman, umpan balik dan tindak
lanjut, serta kunci jawaban.

E. Saran Cara Penggunaan Modul
1. Baca dengan saksama seluruh isi modul, kemudian kerjakan soal latihan,
dan apabila anda telah mencapai nilai 80 berarti anda telah mencapai
ketuntasan kompetensi minimal (KKM) atau mastery learning. Bobot soal
teori 40%, bobot karya seni lukis corak realis 30%, karya seni lukis
dekoratif 30%, total = 100%. Untuk penilaian karya seni lukis oleh
widyaiswara (tutor).
2. Apabila anda belum mencapai nilai 80 maka ulangi lagi baca dengan
saksama dan perbaiki lukisan anda, usahakan minimal anda mencapai
nilai 80.
3. Catat kata-kata kunci (istilah-istilah) dan fahami artinya.
4. Telaah segala perintah dalam tugas untuk mengerjakan praktik seni lukis.

 

11 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

5. Laksanakan tugas melukis dengan corak realis dan dekoratif, adakan
diskusi/kritik antar teman sejawat (dan dengan pembelajar SMP, jika saat
terjadi proses belajaran mengajar di sekolah).
6. Jika anda telah kembali ke sekolah menengah pertama, dalam
pembelajaran

diberikan

umpan

balik

kepada

pembelajar

agar

mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang seni lukis corak realis
dan dekoratif.
7. Jika anda telah kembali ke sekolah, laksanakan pameran seni lukis
minimal pada setiap akhir tahun di sekolah atau di luar sekolah secara
peripodik, unggah ke internet kegiatan pameran tersebut, agar lebih
tersosialisasikan keberadaannya.

 
 

12 

 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
LUKISAN BERCORAK REALIS
A. Tujuan
1. Para peserta diklat, setelah mempelajari isi modul ini, dapat menguasai
materi, struktur, konsep seni lukis bercorak realis dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Para peserta diklat PKB, setelah mempelajari berbagai teknik melukis,
alat, dan bahan dalam melukis dapat menguraikan keteknikan melukis
corak realis, alat, dan bahan dalam melukis bercorak realis sesuai
dengan sifat alat dan bahan untuk melukis.
3. Para peserta diklat PKB, setelah mempelajari isi modul ini, dapat
membuat karya seni lukis bercorak realis, sesuai dengan Kurikulum 2013,
dan konsep masing-masing.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Terkuasainya materi, struktur, konsep seni lukis bercorak realis dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Teruraikannya teknik melukis realis, penentuan konsep dan ide, skets
global, pewarnaan, finishing. Uraian konsep seni lukis realisme,
merupakan

pokok/utama

yang

medasari

keseluruhan pemikiran,

tentang lukisan yang akan diciptakan melukiskan sesuatu sesuai dengan
objek realita, berkesan nyata, bisa dengan teknik kering (pastel, arang,
konte, pensil), sifat pastel warna cemerlang, arang mudah rontok harus
dilapis fikasatif. Sifat pensil menghasilkan goresan garis-garis, jika untuk
membuat blok lama. Teknik basah (aquarel, poster, cat minyak, acrylic),
sifat teknik aquarel warna tipis-tipis transparan, sifat cat poster tutup
menutup kental, sifat cat minyak lama kering bisa tutup menutup, sifat cat
acrylic tutup menutup dan kental. Memperhatikan prinsip seni.
3. Teruraikannya alat dan bahan melukis, alat: kuas cat air, gelas, kuas cat
minyak, pallet cat air, pallet cat minyak, standar lukis, bingkai, paspartu,
 

13 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

kain lap, meja alas lukis, dingklik/kursi; bahan: cat air, air, cat minyak,
minyak cat, cat acrylic, terpentin, pastel, fiksatif, sesuai dengan sifatnya.

C. Uraian Materi
1. Konsep Seni Lukis Bercorak Realis
Pelopor seni lukis realis adalah Gustave Courbet (1819-1877), dengan
slogannya: “tunjukkan malaikat padaku dan aku akan melukisnya”. Dalam
melukis mengandalkan pencerapan panca idera dan meninggalkan
fantasi. Ada dua kecenderungan lukisan realisme, yang pertama pelukis
cenderung melukis objek-objek yang enak dilihat. Yang kedua adalah
pelukis yang memilih objek-objek yang jelek-jelek, kotor, kumuh. Pelopor
sebelumnya adalah adalah Francisco de Goya (1746-1825) dan Honore
Daumier (1808- 1979). Sedangkan di Indonesia aliran realisme dipelopori
oleh S. Soedjojono, Affandi, Hendra Gunawan, dan Trubus. Pada saat
revolusi

fisik

mengembangkan

seni

lukis

realisme

dan

mereka

membentuk Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Contoh:
Perhatikan lukisan S. Soedjojono sebagai berikut.

Gambar 2. S. Soedjojono “Di Depan Kelambu Terbuka”,
cat minyak di atas kanvas, 1939, 90 cm x 58 cm. Koleksi Presiden Soekarno.
(Sumber: M. Dwi Marianto. 2001: 285)

 
 

14 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 
Sebagaimana dikemukakan oleh Holt (1967), bahwa lukisan ini
merupakan master piece, dari S. Soedjojono. Seorang wanita yang patah
hati, rambut terurai lepas, duduk di atas kursi dengan tangan yang besar,
mata hitam dan sekatup mulut, adalah penjiwaan rasa sedih, celaan, dan
mungkin kebencian. Warna-warnaya kuat tetapi halus. Tentang lukisan
ini, Soedarso, Sp. (2006: 56) menyatakan bahwa lukisan berjudul” Di
Depan Kelambu Terbuka” ini menggambarkan S. Soedjojono ketika
menyampaikan slogan: “Seni adalah jiwa ketok”. Dia menasehatkan
kepada generasi muda agar jangan terikat teknik di dalam melukis, sebab
melukis adalah masalah ekspresi.
Contoh yang lain adalah lukisan Basoeki Abdullah, yang dinyatakan oleh
Mikke Susanto (2014: 252) sebagai lukisan bergaya realis-fantastik.

Gambar 3. Basoeki Abdullah “Pertempuran antara Gatotkaca dengan Antasena”.
1933, 200 cm x 300 cm, koleksi Istana Presiden Jakarta.
(Sumber: Mikke Susanto, 2014: 252)

Dalam lukisan tersebut tampak suasana sangat dasyat, Gatotkaca berada
di atas, sedang Antareja berada di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam cerita Mahabaratha, Gatotkaca dapat terbang berkat ajian “kutang
antrakusuma”, dan Antasena punya kesaktian dapat “ambles bumi”.
Keduanya adalah anak Bima.
Indikator yang lain lagi adalah contoh lukisan R. Bonnet, Bali, sebagai
berikut.

 

15 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

Gambar 4. R. Bonnet “Memotong Padi di Bali”, cat minyak.
(Sumber: Visual Art, 2008: 52)

Dalam lukisan R. Bonnet tersebut tampak sejumlah orang dewasa putra
dan putri yang sedang asyik bergotong-royong memotong padi secara
tradidional. Padipun disunggi, dipikul dibawa pulang dan kemudian akan
dikeringkan, setelah kering disimpan di lumbung.
Konsep seni lukis, sebagaimana dikemukakan oleh Mikke Susanto (2011:
227), adalah sebagai berikut:
a. Merupakan pokok/utama yang medasari keseluruhan pemikiran,
tentang lukisan yang akan diciptakan. Dalam pembelajaran Seni
Budaya di sekolah menengah pertama mengutamakan konsep
“education through art“ yaitu pendidikan lewat seni (Read, 1961).
Konsep pendidikan lewat seni rasionalnya adalah bahwa di dalam
Seni Budaya, sub Seni Rupa, sub-sub seni lukis bercorak realis
mengandung aspek kreativitas, sensitivitas, fantasi dan ekspresi.
Guru sebagai agen terjadinya proses pembelajaran di sekolah
menengah pertama yang mengajarkan seni lukis corak realisme
kepada pembelajar, mesti menekankan adanya kreativitas kepada
pembelajar, agar lukisannya dikategorikan kreatif. Suatu lukisan
bercorak realis merupakan hasil ekspresi pembelajar yang tidak lepas
dari

sensitivitas,

serta

fantasi

si

pembelajar,

dan

didukung

keterampilan teknik. Jadi, pembelajaran seni lukis bersifat realispun
sudah semestinya dapat dipakai sebagai media pendidikan (Widia
Pekerti, dkk. 2014: 1.22). Konsep seni lukis bercorak realis
merupakan suatu hal yang sangat pokok atau utama yang mendasari

 
 

16 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 
keseluruhan pemikiran tentang lukisan yang bercorak realis, tidak
meninggalkan suasana atau peristiwa yang sesuai dengan realita.
b. Pada prinsipnya dalam karya seni lukis ada dua unsur pokok yang
membentuk terwujudnya karya tersebut, yaitu unsur ideoplastis dan
fisioplastis. Unsur yang menyangkut aspek bentuk, warna, komposisi,
dan semua aspek yang dapat dilihat dalam suatu karya seni lukis
merupakan bagian dari unsur fisioplastis. Sedangkan unsur yang
menyangkut aspek ide, cerita, dan nilai yang terkandung dalam suatu
karya seni lukis merupakan bagian dari unsur ideoplastis. Tentang
unsur ideoplastis dan fisioplastis dapat diperhatikan pada gambar
berikut.

Gambar 5. “Melukis Outdoor” Lukisan dengan konsep sesuai dengan realita
(Sumber : Foto koleksi pribadi, 2013)

Unsur ideoplastis, dapat diperhatikan tentang: ide cerita, dan nilai
yang terkandung di dalam lukisan tersebut. Sedangkan ide, menurut
Mikke Susanto (2011: 187) merupakan: (1) Pokok isi yang dibicarakan
oleh perupa melalui karya-karyanya; (2) Idea tau pokok isi merupakan
sesuatu yang hendak diketengahkan. Pada gambar 5 pokok isi atau
sesuatu yang hendak dikemukakan oleh pelukis adalah suasana
melukis sesuai dengan realita yaitu melukis di luar studio: rumah dan
suasana sekitarnya. Tampak tiga anak sedang membuat skets di atas
kanvas, objek utama adalah rumah yang ada di depannya. Tidak
kertinggalan suasana di sekitar rumah, tampak ada pohon dan burung

 

17 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

yang bertengger. Hamparan tanah dengan rumput hijau dan di
dukung oleh hamparan langit yang biru berawan putih.
Cerita:

tentang

seorang

pelukis

memakai

topi

baret

orange

menunjukkan kebolehannnya dengan membuat skets di atas kanvas
di depan dua anak yang diajarnya. Sedangkan nilai yang terkandung
di dalam lukisan adalah nilai pedagogis, yaitu mendidik dua anak
untuk bisa melukis rumah dan suasana di sekitarnya.
Unsur fisioplastis, merupakan aspek bentuk, warna, komposisi, dan
semua aspek yang dapat dilihat dalam karya seni lukis, yaitu meliputi
bentuk rumah yang menjadi objek utama, bentuk tiga orang yang
sedang melukis, bentuk kanvas, bentuk pohon, burung, tanah dan
langit. Bentuk-bentuk tersebut dibuat dan disusun sedemikian rupa
sehingga menjadi suatu komposisi yang seimbang, enak dipandang
mata diantaranya adalah warna kuning untuk menyatakan baju anak
yang berada di sebelah kiri, dan untuk menyatakan dinding rumah.
Biru untuk menyatakan baju anak di sebelah kanan, dan coklat untuk
menyatakan celana kedua anak yang sedang melukis, atap rumah
dan pohon di sebelah kiri. Orange untuk menyatakan celana dan topi
baret pelukis yang sedang demonstrasi menyekets rumah. Hijau
untuk menyatakan rumput dan daun. Ungu untuk menyatakan baju
seniman. Biru untuk menyatakan langit yang cerah, disertai putih
untuk menyakatan awan. Agar hasil kukisan tidak seperti hasil potret
kemera, maka yang perlu diperhatikan adalah menyatukan seluruh
unsure warna. Warna-warna tersebut dipadukan dengan serasiharmonis dengan mempertimbangkan arah sinar dari sebelah kiri
sehingga timbul gelap terang yang dapat membantu pernyataan
plastis pada setiap objeknya. Perhatikan topi baret pelukisnya.
Komposisi,

termasuk

keseimbangan

asimetrris,

hal

ini

dapat

diperhatikan pada posisi rumah berada di belahan kanan, yang
diimbangi sebuah pohon besar di sebelah kiri, lebat dengan buahnya.
Sedangkan posisi pelukis berada di tengah dan diapit oleh dua anak
yang duduk melukis. Sedangkan kelengkapan yang lain, adalah
 
 

18 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 
bunga di sebelah kiri, burung bertengger di ranting, tampak pula
seekor kupu yang sedang terbang dengan sayap berwarna merah.
Kesemua unsur ini dipadukan dengan harmonis sehingga dapat
mencapai kesatuan yang baik. Titik pusat perhatian adalah pada
seorang pelukis yang sedang demonstrasi membuat skets rumah.
Dengan demikian konsep seni lukis yang menyangkut unsur
ideoplastis dan fisioplastis telah dikemukakan. Untuk contoh konsep
seni lukis yang lain dapat dirunut pembahsan berikut ini.
Sebagai contoh yang lain, konsep seni lukis bercorak realis dapat
diperhatikan pada contoh sebagai berikut:

“seni untuk ibadah”.

Perhatikan gambar berikut.

Gambar 6.Lukisan dengan konsep seni untuk ibadah, “Sholat”,
40 cm x 60 cm, Suwarna, 2010

Konsep “seni untuk ibadah”, tercermin di dalam lukisan tersebut,
tampak unsur fisioplastis adanya kegiatan ibadah sholat di masjid,
dan tiga lelaki terburu-buru karena sudah terlambat untuk berjamaah
sholat

di

masjid.

Tampak

pula

tulisan

dengan

huruf

Arab:

“Muhammmad Rasulullah”pada batu di sudut kanan atas. Dengan
demikian Pada hakekatnya manusia melukis untuk mengekspresikan
apa yang menjadi pemikiran, perasaan, pengamatan dan tanggapan
suasana, peristiwa dilingkungannya. Hasil lukisannya bernuansa
ibadah sesuai dengan pekerjaan maupun agama yang dipeluk
pelukisnya. Pelukis menyadari akan kebesaran Tuhan sang pencipta
 

19 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

alam seisinya, maka ia bersyukur dengan berkarya seni lukis dengan
didasari niat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sedangkan unsur
ideoplastis, tampak ide cerita, dan nilai yang terkandung di dalam
lukisan tersebut. Ide: menggambarkan suasana orang yang sedang
beribadah shalat di masjid, dan ada tiga orang yang terlambat. Cerita:
Nabi Muhammad SAW, mengajarkan tuntunan sholat berjamaah di
masjid, tampak jamaah putra di dalam liwan, dan jamaah putri di
serambi masjid. Bagaimanapun usaha manusia untuk berangkat
shalat berjamaah di masjid, tetap ada tiga orang yang terburu-buru
karena sudah terlambat berjamaah. Nilai yang terkandung di
dalamnya adalah “ibadah”, mendidik umat manusia untuk selalu
beribadah shalat menyembah Tuhan, mencari bekal untuk hidup di
akherat nanti. Sedangkan unsur yang lain adalah permainan sinar,
gelap-terang yang datang dari arah kanan tampak titik hitam sebagai
visualisasi Ka’bah. Dengan permainan sinar ini, maka tampak adanya
kesan plastis pada setiap objek dan mendukung kesan realisnya.
Contoh konsep “seni untuk ibadah“ yang lain adalah lukisan berjudul
“Berqurban” sebagai berikut.

Gambar 7. “Berqurban”, Lukisan dengan konsep seni untuk ibadah, cat minyak.
Suwarna, 2002 

Unsur fisioplastis: Di dalam lukisan di atas tertera tiga ekor kambing,
masing-masing dinaiki seorang, sedangkan seekor sapi dinaiki oleh
tujuh orang, hal ini mengandung makna jika seseorang muslim akan
berqorban seekor kambing untuk seorang, dan jika sapi bisa untuk
berqurban tujuh orang. Tampak jalan yang berliku-liku dan naik,
bermakna di dalam beribadah tentu banyak rintangannya, dan harus
 
 

20 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 
diatasi dengan bijaksana agar selalu mendapat ijin dari Tuhan. Jalan
naik juga mengisyaratkan agar manusia selalu meningkatkan taqwa
kepada Tuhan. Dengan konsep melukis “seni untuk ibadah”, maka
segala lukisannya dapat dinikmati oleh orang lain, dan dengan ijin
Tuhan, pelukis akan mendapat ganjaran.
Unsur ideoplastis: ide, cerita, nilai yang terkandung di dalam lukisan.
Di dalam lukisan tersebut tampak adanya ide untuk menyatakan
manusia berqurban dengan kambing atau sapi, dengan warna
kambing dan sapi putih, menandakan kesucian. Sedangkan ceritanya
adalah, jika manusia akan berqurban untuk menunjukkan tingkat
ketaqwaannya, berqurban dengan kambing untuk seorang diri (sat
keluarga), jika berqurban dengan sapi untuk tujuh orang (7 keluarga).
Warna hijau mendominasi lukisan tersebut, menandakan kesejukan,
kesegaran, kesuburan dan kedamaian. Kita hidup di dunia ini
hendaknya penuh dengan kedamaian. Nilai yang terkandung di dalam
lukisan tersebut adalah “nilai religius”, agar manusia taat berqurban
guna meningkatkan taqwa kepada Tuhan.
Demikian halnya para guru sekolah menegah pertama sebagai
peserta diklat ini hendaknya menerapakan konsep pendidikan lewat
seni di dalam pembelajarannya.
a. Konsep seni lukis tergambarkan dalam pikiran, dan jika ditulis
biasanya sangat singkat, misalnya, “pelestarian lingkungan”.
Lukisannya akan mencerminkan pelestarian lingkungan misalnya
reboisasi, agar hutan tidak gundul, dan tidak banjir.
b. Di dalam seni lukis, konsep dapat dirumuskan terlebih dahulu
sebelum melukis, walaupun hal ini tidak mutlak, misalnya
menanggapi adanya koruptor di suatu negara. Maka pelukis
berkonsep “berantas korupsi”, lukisannya akan menunjukkan
pemberantasan koruptor di negara tersebut, dapat juga bercorak
karikatur lukisannya.
c. Konsep seni lukis dapat menjadi jembatan antara kreator (pelukis)
dan penikmat dalam melihat atau mengapresiasi lukisan, sehingga
 

21 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

terjadi penafsiran yang mendekati sama. Misalnya konsep suatu
lukisan ditulis di dalam katalog pameran “aku cinta seni-budaya
Indonesia”. Visualisasi dalam lukisan menampilkan berbagai adat
dan tatacara di berbagai daerah di Indonesia, misalnya ngaben,
bekakak, sekaten, merti dusun, labuhan danlain-lain. Dalam hal ini
penikmat dapat mengapresiasi lukisan tersebut dengan mudah
dan akan terjadi keselarasan apa yang menjadi konsep dari
pelukisnya dengan penikmat tersebut. Dengan demikian antara
pelukis dan penikmat dapat memiliki persepsi dan kerangka
berpikir yang sejajar.
d. Untuk memperluas wawasan tentang konsep seni lukis, maka
perlu dikemukakan:
1) Konsep seni lukis primitif
Manusia primitif, di Indonesia hidup dengan kepercayaan
dinamisme dan animisme, serta memuja roh nenek-moyang,
namun mereka juga telah menghasilkan suatu lukisan yang
dilukis di dinding-dinding gua. Lukisan tersebut dianggap
mempunyai “mana”, yang dapat menimbulkan kekuatan gaib.
Suatu contoh misalnya lukisan babi hutan di gua Leang-leang
Sulawesi Selatan (Soekmono, 1955: 44). Penelitian Van
Heekeren menunjukkan bahwa tepat pada ulu hati lukisan babi
hutan, tampak bekas tonjokan benda tajam (sangat besar
kemungkinan ujung panah atau tombak). Umur lukisan
tersebut

diperkirakan

4000

tahun

bertepatan

dengan

berakhirnya zaman mesolithikum dan dimulainya zaman
Neolithikum. Hal ini dianalisis oleh para peneliti pra sejarah di
Indonesia, bahwa sebelum mereka berburu hewan (kijang
atau yang lain), ujung panah/ujung tombak ditonjokkan pada
ulu hati pada lukisan babi hutan, beberapa lama. Kemudian
setelah dianggap mempunyai kekuatan gaib, panah dan
tombak dipakai berburu agar mudah mengenai sasarannya.
Jadi, konsep seni lukis primitif adalah “seni mengandung
kekuatan gaib dan untuk hidup”. Perhatikan gambar berikut,
kepala babi hutan tidak tampak.
 
 

22 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 

Gambar 8. Luiksan babi hutan di gua Leang-leang Sulawesi selatan.
(Sumber:http://openmind4shared.blogspot.com/2012/09jaman -prasejarah- kehidupanmanusia-purba.html, 20-2-2014 )

2. Ide
Sedangkan ide, sebagaimana dikemukakan oleh Mikke Susanto (2011:
187) adalah (1) Pokok isi yang dibicarakan oleh perupa melalui karyakaryanya. (2) Idea atau pokok isi merupakan sesuatu yang hendak
diketengahkan. Banyak hal yang dapat dipakai sebagai ide di antaranya
adalah:

a. Benda dan alam, dapat menjadi lukisan stillife, dan landscape art.
Keadaan alam di Indonesia memang sangat indah, dikatakan oleh
orang sebagai sorga dunia, berbagai macam bunga, buah, berbagai
tumbuhan ada dan sangat menawan. Perhatikan contoh lukisan
landscape art. berikut,

Gambar 9. I Ketut Marra “A Nice Morning in Bangil” oil on kanvas, 140 cm x 207 cm
(Sumber: Visual Art, 2007: 1)

 

23 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

b. Peristiwa atau sejarah, dapat menjadi history painting. Berbagai
peristiwa heroik di berbagai pelosok Indonesia, dapat menjadi ide
penciptaan lukisan. Misalnya tokoh wanita Cut Nyak Din dari Aceh,
Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta, Boeng Tomo dari Surabaya.
Perhatikan lukisan Basuki Abdullah berikut:

Gambar 10. Basoeki Abdullah,
“Diponegoro memimpin perang”, cat minyak 1949.
(Sumber: Mikke Susanto, 2014: 131).

c. Proses teknis, biasanya menjadi lukisan mixed media, memadukan
berbagai bahan dan teknis melukis menjadi lukisan yang artistik.
Teknik melukis kolase, dengan menempelkan berbagai bahan yang
cocok untuk menyatakan objek, sehingga menjadi satu kesatuan dan
tidak meninggalkan kaidah seni: irama, keseimbangan, kesatuan, titik
pusat perhatian, harmoni pada gambar 11 untuk membuat latar
belakang, memanfaatkan teknik finger painting, menggunakan pasta
ajaib (jenang warna) perhatikan objek pelangi pada lukisan tersebut.
Demikian pula teknik lipat (origami dari Jepang), dimanfaatkan untuk
menyatakan objek burung yang sedang menyaksikan penimbangan
kura-kura tersebut. Begitu juga kura-kura dari bahan sendok plastik.
Timbangan dari bahan sedotan.
 
 

24 

Kegiatan Pembelajaran 1:  
Seni Lukis Bercorak Realis 

 
Perhatikan contoh lukisan berikut.

Gambar 11. Suwarna “Kelinci menimbang kura-kura”, 2014, Mixed media.

d. Pengalaman pribadi, biasanya menjadi lukisan reflektif. Perhatikan
lukisan potret diri Affandi sebagai berikut.

Gambar 12. Affandi ”Potret diri”, cat minyak di atas kanvas, teknik plototan.
(Sumber: Herawayi, Iriaji 1988-1989:76).

e. Kajian, formalisme seperti memanfaatkan unsur garis, tekstur, warna,
biasanya menjadi lukisan abstrak. Suatu contoh perhatikan lukisan
Oesman Effendi pada gambar 13, pengolahan warna kuning, merah,
biru, putih, hitam, coklat, tidak meninggalkan bentuk, garis, bidang,
 

25 

 

Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Lukis SMP 

 

tekstur, yang terorganisir, penuh dengan irama dinamis, harmonis,
dan sangat memperhatikan keseimbangan, sehingga menampilkan
suatu lukisan yang sangat mempesona. Di dalam melukis abstrak,
seorang pelukis berfantasi secara bebas tidak terikat oleh bentubentuk di alam ini, sehingga lukisannya kadangkala menampilkan
sesuatu keadaan yang di luar dugaan. Namun kadangkala, lukisannya
juga masih dapat dicerna secara harfiah dan masih mudah difahami
pula.

Gambar 13. Oesman Effendi “ The composition” oil on kanvas.
61 cm x 91 cm , 1975. (Sumber: Visual Art, 2008: 92)

Dari konsep dan ide tersebut maka anda dapat menciptakan suatu
lukisan yang mencerminkan gejolak jiwa anda, sehingga akan merasa
puas dan karya tersebut dapat dinikmati oleh penikmat, kolektor, dan
atau

pemesan.

Ekspresi

pribadi

tercurah

pada