Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Diskripsi Profil Informan
Informan dalam penelitian ini adalah
pengusaha etnis Tionghoa yang sudah lama
berkecimpung di bidang usahanya serta memiliki
pengalaman berusaha sehingga dikenal luas di
wilayah
Boyolali
serta
informan
tersebut
memahami filosofi bisnis etnis Tionghoa yang
bisa diketahui saat proses wawancara dimana
informan bisa menjelaskan dan mengaplikasikan
di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat
orang pengusaha etnis Tionghoa yang telah
diwawancarai

dalam
penelitian
berkenaan
dengan masalah yang diteliti dimana profil
informan bisa dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Tabel Profil Informan
Kode

Jenis
Kelamin

Usia
(Tahun)

KI 1

Laki-laki

56


KI 2

Laki-laki

29

KI 3

Perempuan

53

KI 4

Laki-laki

60

Tempat

Lahir
Pangkalan
Bun
Surakarta
Malang
Boyolali

Tanggal Lahir
4 April 1960
20 April 1987
28 September
1963
23 April 1956

Sumber: Data diolah, 2016

Profil informan menjelaskan tentang jenis
kelamin, usia, tempat, tanggal lahir dan cerita
singkat mengenai kehidupan informan. Setelah
mengetahui tentang profil informan, peneliti

menggali informasi tentang profil usaha masingmasing informan yang bisa dilihat pada tabel
berikut:

19

Kode

Kegiatan Usaha

KI 1

Bengkel Motor:
-Penjualan Sparepart
-Service Motor

KI 2

KI 3

KI 4


Konter HP:
-Penjualan HP
-Penjualan Aksesoris
-Server Pulsa
dan Perdana
-Service HP

Tabel 4.2
Tabel Profil Usaha
Lama
Modal
Jenis
Usaha
Usaha
Usaha
(Tahun) (Juta)

Omzet/
bulan

(Juta)

Laba/
bulan
(Juta)

Jumlah
Karyawan
(Orang)

±250
±50

±300
±50

±60
±15

4

4

-Dagang
-Dagang
-Dagang

±200
±100
±150

±400
±60
±3000

±30
±30
±50

6
10

30

-Jasa

±50

±50

±15

4

16
-Dagang
-Jasa

9

Penjahit:
-Jasa Jahit Halusan


-Jasa

25

Toko Material:
-Penjualan Material

-Dagang

±100

±50

±30

11

±1000


±1000

±100

14

32

Sumber: Data diolah, 2016

20

Key Informan 1 (KI 1) merupakan
informan pertama yang peneliti wawancarai. K1
lahir di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada
tanggal 4 April 1960. Sejak kecil beliau mengikuti
ayahnya berpindah-pindah disekitar pulau jawa
karena bekerja sebagai tentara. Saat setelah
menikah, beliau memutuskan untuk menetap
dan tinggal di Boyolali membangun keluarga.

Saat pertama menikah, beliau bekerja sebagai
sopir “omprengan” pada tahun 80an. setelah
sekian lama akhirnya bisa membeli lima
angkutan sendiri, dan pada tahun 90an bisa
memiliki belasan angkutan. Pada krisis 1998,
bisnis angkutannya bangkrut dan pada akhirnya
membuka toko sparepart dan service motor pada
tahun 2000.
Alasan membuka toko sparepart dan
service ini dikarenakan background keahlian
sebelumnya mekanik saat sekolah dan bisa
memperbaiki
angkutan
sendiri
jika
ada
kerusakan. Selain itu dana yang digunakan
untuk membuka usaha pertama kali tidak cukup
jika membuka sparepart mobil. Modal pertama
kali saat membuka usaha ± 100 jutaan dengan
status lokasi usaha kontrak, sumber dana ini
didapat dari menjual seluruh angkutan yang ada.
Awal mula buka usaha pasar yang dituju
langsung
user
atau
pemakai.
Seiringnya
berjalannya waktu, banyak saingan antara usaha
sejenis yang bermodal kecil juga buka usaha
tersebut maka semenjak tahun 2012 pasar usaha
ini fokus pada penjualan partai atau suplaier
yang memasoki sparepart di penjual kecil di
Boyolali, selain penjualan partai juga masih
membuka penjualan langsung ke pemakai.
Toko sparepart dan service motor ini
berlokasi di Boyolali dengan jam buka pukul
09.00 – 16.00 WIB. Usaha mempunyai empat
21

karyawan di penjualan sparepart dengan gaji
harian dan empat teknisi dibagian service dengan
sistem bagi hasil 70% untuk teknisi dan 30%
untuk pemilik. Untuk sekarang ini modal usaha
keseluruhan jika dinominalkan oleh KI 1 ±
300jutaan dengan status lokasi usaha sekarang
ini sudah menjadi hak milik. Dengan keuntungan
bersih perbulan lebih dari 75 juta.
Key Informan 2 (KI 2), lahir di Surakarta
pada tanggal 20 April 1987. Ia sudah dari kecil
berdomisili di Boyolali. Ia bersekolah di SD
Kanisius Boyolali. Saat SMP, ia disekolahkan di
SMP Regina Pacis Solo. Awal masuk SMP dia
termasuk anak yang pintar yang mendapat
ranking di kelas, tetapi karena jauh dari
pantauan orang tua dan pergaulan yang kurang
baik maka pada akhirnya sempat tidak lulus
SMP. Akhirnya dipindahkan ke SMP Widya
Wacana dan lulus. SMA berada di Boyolali. Saat
SMA belum sampai satu semester, dia tidak mau
melanjutkan sekolah dikarenakan terlalu banyak
aturan disekolah. Saat SMA dia sudah
mempunyai usaha sampingan yaitu jualan pulsa
dan HP bekas di teman-temannya atau disebut
konter berjalan. Hal ini juga yang memperkuat
alasan, dia tidak mau sekolah karena sudah
merasa enak kalau memegang uang. Setelah
tidak sekolah, dia mulai mebuka usaha dengan
temannya dengan join tempat usaha. Usahanya
mulai berkembang dan cukup mempunyai nama,
akhirnya
meminta
dibukakan
toko
kecil
berukuran 4x4 meter di rumahnya semenjak
tahun 2007 sampai sekarang. Awal membuka
usaha diperkirakan modal belasan juta yang
didapat dari keuntungan usaha yang sudah
didapat sebelumnya.
Konter handphone (HP) ini, sekarang ini
menjadi konter HP terbesar dan terlengkap di
22

Boyolali. Luas bangunan sekarang diperbesar
kurang lebih 10x20 meter dengan berbagai
bidang usaha baik server pulsa, penjualan
aksesoris, perdana, handphone, service dan
semua seputar HP. Saat ini konter ini memiliki
sepuluh orang karyawan dibagian aksesoris HP,
enam karyawan dibagian penjualan HP, sepuluh
karyawan di bagian deposit dan penjualan pulsa,
delapan karyawan dibagian admin server, empat
karyawan di bagian service HP dan belasan sales
marketing kelilingan deposit pulsa di Boyolali dan
sekitarnya. Sistem kerja adalah shift dengan jam
kerja toko 08.00 – 21.00 WIB. Selain itu juga
terdapat empat cabang lain yaitu dua cabang di
swalayan daerah Boyolali dan tempat usaha
lainnya di Ampel dan Kartasura. Untuk sekarang
ini diperkirakan modal yang digunakan ± 500juta
dengan keuntungan bersih lebih dari 125jt
perbulan.
Key Informan 3 (KI 3) lahir di Malang
pada tanggal 28 September 1963. Pada saat
menempuh pendidikan SLTA, beliau pindah di
Boyolali. Tidak lama setelah lulus sekolah, beliau
langsung menikah. Setelah menikah, beliau
menjalani kursus ketrampilan menjahit dan
akhirnya membuka usaha menjahit seorang diri
dirumah dengan pelanggan tetangga-tetangganya.
Berawal dari mulut ke mulut, pelanggan
bertambah banyak dan akhirnya mempekerjakan
beberapa karyawan. Hingga pada sekarang ini
sudah memiliki karyawan sebelas orang yang
terbagi menjadi dua tugas yaitu delapan orang
menjahit dan tiga orang membuat pola beserta KI
3 sendiri.
Usaha yang dijalankan KI 3 ini adalah
penjahit halusan yang bertempat usaha di
Boyolali yang buka pada hari Senin sampai Sabtu
pukul 08.30 – 16.30 WIB. Penjahit halusan
23

berbeda dengan penjahit konveksi. Didalam
penjahit halusan, pelanggan datang sendiri serta
mengukur dan meminta model sebagaimana yang
diinginkan
sedangkan
penjahit
konveksi
cenderung sudah ada ukuran dan model yang
telah ada sebelumnya. Pelanggan beliau berasal
dari karyawan kantoran, PNS, dan keluarga yang
mempunyai hajatan. Menurut beliau, usaha
tersebut terbesar di Boyolali jika dilihat dari
jumlah karyawan yang dipekerjakan. Modal
usaha pertama kali membuka usaha ini hanya
bermodal sebuah mesin jahit, tetapi sekarang ini
beliau sudah memiliki belasan mesin jahit,
perlengkapan
menjahit
bahkan
sudah
mempunyai
tempat
usaha
sendiri
yang
diperkirakan nominalnya lebih dari 100juta
diluar tempat usaha. Penghasilan bersih usaha
perbulan diperkirakan lebih dari 30juta.
Key Informan 4 (KI 4) adalah informan
terakhir dalam penelitian ini. KI 4 lahir di
Boyolali pada tanggan 23 April 1956. Beliau dari
kecil hingga sekarang ini tinggal di Boyolali.
Usaha beliau adalah toko bangunan yang
menjual material bangunan. Toko beliau sudah
berdiri sekitar 32 tahun yang lalu dimana dari
awal sampai sekarang toko tersebut berada
disekitar pasar Boyolali. Pemilihan tempat di
dekat pasar didasarkan pada waktu itu pusat
berdagangan hanya ada disekitar pasar sehingga
apabila ingin laku harus mendekati keramaian.
Toko ini buka pada hari senin sampai sabtu dari
pukul 08.00 sampai 16.00 dengan memiliki
empat belas karyawan dimana terbagi menjadi
enam orang bagian toko, empat orang bagian
gudang dan empat orang bagian antar pesanan.
Toko material ini bisa dikatakan yang
pertama di Boyolali dan masih eksis sampai
sekarang ditengah persaingan bisnis yang ada.
24

Pelanggan dari usaha ini adalah orang individu
yang sedang membangun rumah dan sebagian
pengembang perumahan. Pembayarannya selain
tunai juga bisa secara kredit tetapi hanya pada
orang-orang tertentu yang dirasa bisa dipercaya.
Sistim kredit ini diberlakukan karena biasanya
orang-orang tersebut mengambil bahan dan
diberi nota dahulu dan biasanya pembayaran
dikemudian hari bisa seminggu sekali, sebulan
sekali, bahkan bisa tiga bulan sekali saat rumah
tersebut baru selesei. Untuk total modal pada
saat ini lebih 1 milyar sudah masuk disini yang
terdiri dari persediaan material dan alat
transportasi yaitu 1 truk dan 1 pick up. Dengan
keuntungan
kira-kira
100jutaan
perbulan.
Meskipun dana piutang juga besar, dikarenakan
untuk nominal-nominal transaksi besar biasanya
berbentuk kredit.
4.2

Diskripsi Profil Investasi
Setelah mengetahui profil singkat informan
dan usahanya, peneliti ingin menggali tentang
investasi apa saja yang sudah pernah dilakukan
masing-masing informan. Dimana hasilnya bisa
dilihat di tabel berikut :

25

Tabel 4.3
Tabel Profil Investasi
Kode
KI 1

KI 2

KI 3

KI 4

Macam-macam Investasi yang dimilik
Berkenaan dengan
Tidak berkenaan
usaha
dengan usaha
a. Bangunan Ruko
a. Deposito Bank
b. Peralatan Service
Daerah.
b. Investasi Tanah
Motor
a. Tempat Usaha Toko.
a. Tanah dan
b. Peralatan Server Pulsa
Bangunan Tempat
dan Service HP.
Tinggal.
c. Tempat Cabang Baru.
b. Deposito Bank
Swasta
a. Tempat Usaha Jahit.
a. Tanah dan
Bangunan Tempat
b. Peralatan Mesin Jahit
Tinggal.
b. Deposito Bank
Daerah.
c. Emas Perhiasan
a. Tempat Usaha Toko.
a. Tanah dan
b. Gudang Material.
Bangunan Tempat
c. Peralatan atau Mesin
Tinggal.
Pengolah Material.
b. Deposito Bank
d. Truk dan Pickup.
Daerah.
Sumber: Data diolah, 2016

Dari penjelasan informan, dapat diketahui
jenis investasi yang dilakukan terbagi menjadi
dua macam yaitu yang berkenaan dengan usaha
dan tidak berkenaan dengan usaha. Setiap
informan melakukan investasi dalam sektor
usaha yaitu tempat lokasi berusaha, untuk KI 3
dan KI 4 memiliki tempat usaha yang terpisah
dari rumah tempat tinggalnya, KI 1 memilih
tempat usaha yang gabung dengan rumah atau
rumah dan toko (ruko), sedangkan KI 2 tempat
usaha berada dibagian depan jalan dan rumah
ada dibagian belakang toko. Setiap informan
melakukan investasi di peralatan usaha yang
berbeda-beda sesuai jenis usaha yang digelutinya
seperti yang bisa dilihat di tabel diatas. Selain
tempat usaha dan peralatan usaha yang dimiliki
setiap informan, diketahui bahwa khusus untuk
26

KI 2 mempunyai beberapa cabang lokasi tempat
usaha meliputi di Kartasura, Ampel dan beberapa
lokasi di swalayan yang ada di sekitar Boyolali.
Untuk KI 4 mempunyai lokasi gudang guna
menyimpan material dan truk besar serta pickup
digunakan untuk mengantar material.
Dari penelitian ini terungkap bahwa
informan KI 1 dan KI 3 yang memiliki usaha lebih
lama, mereka sudah tidak terlalu banyak
melakukan investasi di usaha yang digeluti
untuk sekarang ini. Hal ini dikarenakan usaha
tersebut sudah mempunyai pasar tersendiri yang
sudah dibangun sejak puluhan tahun yang lalu.
Untuk KI 2 yang memiliki usaha yang terbilang
belum lama, ia masih melakukan investasi yang
sangat besar di sektor usaha sekarang ini
dikarenakan untuk memperbanyak alat-alat, stok
barang yang dijual, penambahan karyawan
bahkan pembukaan beberapa cabang guna
memperluas pasar. Disisi lain faktor usia juga
mempengaruhi tentang intensitas investasi yang
dilakukan. Usia yang relatif masih muda, melihat
masa depannya masih panjang sehingga sering
memanfaatkan
peluang-peluang
yang
ada.
Sedangkan usia yang sudah cukup tua yang lebih
suka menikmati hidupnya dan lebih nyaman
menjalani apapun yang sudah ada sehingga
mereka sudah tidak berfikir untuk melakukan
investasi besar-besaran. Terdapat hal yang
berbeda pada KI 4, meskipun terbilang berumur
KI 4 sekarang ini gencar investasi pada usahanya
dengan mempunyai rencana untuk memperbesar
gudangnya dan memperbanyak modal guna
memperbanyak persediaan bahan material, hal
ini dilakukan karena pembangunan di Boyolali
sedang berkembang pesat dan kebutuhan akan
bahan material terus melonjak.
Terdapat hal menarik saat ditanya soal
investasi yang telah dilakukan informan, selain
27

jawaban yang ada di tabel diatas diketahui
semua informan menjawab persediaan barang
dagang sebagai salah satu contoh investasi. Dari
hal tersebut diketahui bahwa informan belum
bisa membedakan pasti antara penganggaran
modal dimana pemanfaatan lebih dari satu tahun
atau modal kerja dimana pemanfaatannya
kurang dari satu tahun. Sehingga saat
wawancara, peneliti harus menjelaskan lebih
detail akan hal tersebut.
Sedangkan investasi tidak berkenaan
dengan kegiatan usaha bisa dilihat dari sisi
sektor keuangan, Semua informan diketahui
memiliki deposito. Mereka melakukan investasi
dalam bentuk deposito dikarenakan adanya
kelebihan dana diluar kebutuhan dana untuk
operasional usahanya. Terdapat perbedaan dalam
menanamkan
deposito
di
masing-masing
informan. Untuk KI 1, KI 3 dan KI 4
menanamkan dananya di Bank Daerah yaitu BPD
Boyolali sedangkan untuk KI 2 melakukan
kegiatan deposit di bank swasta BCA dan
Mandiri.
Meskipun KI 1, KI 3 dan KI 4 memilih
melakukan deposito di Bank Daerah tetapi
mereka tetap memiliki rekening di bank swasta
seperti KI 1 dan KI 4 di BCA dan KI 3 di BRI.
Pemilihan Bank Daerah tersebut dikarenakan
bunga deposito yang lebih tinggi yaitu 9.5%.
Peneliti selanjutnya juga bertanya apakah tidak
takut risikonya juga tinggi jika di Bank Daerah,
tetapi kedua informan ini menjawab hal yang
hampir sama yaitu mereka percaya dana yang
dimasukkan akan aman karena sudah lama
menjadi nasabah dan tidak pernah terjadi apaapa selain itu juga ada jaminan dari pemerintah
daerah jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
disisi lain juga mereka sudah menjadi nasabah
sudah lama yaitu sejak lama pertama merintis
28

usaha. Selain itu ada hal menarik yang
dijelaskan oleh informan, bahwa mereka
mempunyai suatu komunitas sesama etnis
Tionghoa di Boyolali biasanya dari teman-teman
gereja dikarenakan etnis Tionghoa di boyolali
relatif sedikit dan kebanyakan dalam satu gereja
yang sama yaitu Bethel. Komunitas ini dijadikan
sarana sharing informasi apapun, salah satunya
soal deposito di bank daerah ini. Sehingga etnis
Tionghoa di Boyolali cenderung memilih Bank
Daerah untuk kegiatan deposito dikarenakan
masukan sesama etnis Tionghoa.
Sedangkan untuk KI 2 diketahui tidak
memiliki rekening di Bank Daerah tetapi ia
memiliki semua rekening bank nasional lainnya
baik BCA, Mandiri, BII, BRI, Danamon, BNI, dll.
Hal ini dikarenakan untuk transaksi deposit
pulsa yang dijalankan bisa melalui transfer antar
bank sehingga ia memberikan fasilitas yang
lengkap di bank-bank yang downline miliki.
Tetapi untuk deposito KI 2 hanya mempunyai
deposito di Bank BCA dan Mandiri dikarenakan
di kedua bank ini sering terjadi transaksi dalam
operasional usaha yang nominal cukup besar
yaitu ratusan juta setiap harinya. Selain itu juga
KI 2 sudah menjadi nasabah prioritas di kedua
bank tersebut. Sehingga pemilihan melakukan
kegiatan deposito di BCA dan Mandiri tersebut
dikarenakan akses atau kemudahan yang diberi
kedua bank tersebut lebih daripada bank lain.
Sedangkan saat peneliti tanya apakah faktor
bunga deposito mempengaruhi dalam pemilihan,
ternyata tidak terlalu berpengaruh karena ia
memindahkan uang di deposito per tiga bulanan.
Akses yang paling utama, karena nanti kalau
sudah dana cair per tiga bulan pasti dana
tersebut digunakan untuk hal lainnya. Peneliti
terakhir bertanya apakah investasi di sektor
keuangan yang dimiliki hanya deposito, tidak ada
29

yang lain seperti saham dan sebagainya.
Diketahui keempat informan hanya memiliki
deposito, bahkan mereka tidak tahu menahu
bagaimana cara kerja investasi saham.
Investasi yang tidak berkenaan dengan
kegiatan usaha bisa dilihat dalam investasi
sektor riil yang dilakukan. Keempat informan
memilih investasi yang sama yaitu memiliki
tempat tinggal. Tetapi ada juga investasi lain
yang dilakukan selain itu serperti pada KI 1
menjelaskan bahwa sekarang ini beliau lebih
sering investasi tanah. Menurut beliau investasi
tanah dirasa memiliki risiko yang kecil jika
sedangkan peluang keuntungannya sangat besar,
ditambah lagi perekonomian di Boyolali yang
sedang tumbuh jadi kalau mau investasi yang
paling bagus sekarang di tanah. Saat ditanya soal
sumber dana yang digunakan investasi tanah, KI
1 menjelaskan hanya menggunakan uang dari
hasil keuntungan usaha sparepartnya yang
sudah berjalan puluhan tahun selain itu juga
keuntungan dari jual beli tanah yang ada. Beliau
juga menjelaskan tidak berani melakukan
peminjaman di bank, dikarenak tidak mau
seperti terkejar-kejar hutang dan tidak mau
usaha sparepart yang sudah ada ini nanti kena
dampak dari peminjaman hutang.
Investasi yang berbeda dilakukan oleh KI 3.
Dikarenakan beliau wanita maka lebih suka
melakukan investasi dalam bentuk emas atau
perhiasan. Hal ini dikarenakan selain melakukan
investasi, emas atau perhiasan juga bisa dipakai
dalam keseharian. Sehingga ada dua keuntungan
yang bisa didapat. Sedangkan untuk KI 2
mengaku tidak memiliki atau berfikiran dalam
waktu dekat ini investasi sektor riil karena
tenaga, waktu dan dana masih terkuras dalam
pengembangan usaha yang ada sekarang ini. Hal
hampir senada diutarakan KI 4 yang juga fokus
30

investasi pada usahanya, hal ini dikarenakan
kebutuhan akan bahan material yang tambah
besar, sehingga sekarang fokus pada mencukupi
permintaan itu dahulu.
4.3

Analisis Penelitan
Setelah mendapatkan hasil wawancara dari
informan,
selanjutnya
peneliti
melakukan
analisis dan menjelaskan secara terperinci
sebagai berikut :
4.3.1 Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa
Didalam penelitian ini, peneliti
pertama-tama ingin menggali pemahaman
informan tentang filosofi bisnis etnis
Tionghoa yang meliputi cuan, cengli dan
cincai. Pertama-tama yang dilakukan
peneliti adalah menanyakan apa arti yang
terlintas
pertama
kali
jika
peneliti
menyebutkan kata cuan, cengli dan cincai
(Top of mind) dimana hasilnya bisa dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Tabel Top of Mind
Pemahaman Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa
Kode

Top of Mind Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

KI 1

Cuan
Laba

Cengli
Jujur,
Terpercaya

KI 2

Laba

Terpercaya

KI 3

Laba

Kepercayaan

KI 4

Laba

Fair / adil

Cincai
Jangan "Saklek",
Jangan Kaku,
Monoton
Yang penting tidak
rugi
Sikap saling bantu
/ dermawan
Bisa memaklumi
keadaan

Sumber: Data diolah, 2016

31

Hal pertama kali yang terlintas dari
kata cuan, keempat informan menjawab
hal yang sama yaitu keuntungan/laba/
profit. Sedangkan saat diajukan kata cengli,
yang terlintas dipikiran informan adalah
kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan
keadilan. Tetapi ada hal yang menarik saat
peneliti ajukan kata cincai. Saat kata cincai
diajukan peneliti, keempat informan dalam
menjawab tidak selancar saat ditanya arti
kata cuan dan cengli sebelumnya. Keempat
informan seperti berfikir kata yang tepat
yang mewakili kata cincai. Hal ini terbukti
dengan jawaban informan tentang cincai
yang beragam. Informan pertama, KI 1 saat
diajukan kata cincai menjawab demikian,
“jangan “saklek”, jangan kaku”. Informan
kedua yaitu KI 2 menjelaskan cincai
dengan arti “yang penting sama-sama
jalan”. Informan ketiga, KI 3 menjelaskan
cincai
dengan
kata
“saling
bantu”.
Sedangkan
informan
terakhir
KI
4
menjelaskan cincai dengan kata “bisa
memaklumi keadaan”. Berdasarkan top of
mind masing-masing informan kata cuan,
cengli dan cincai diketahui jawaban yang
beragam, yang harus digali lagi apakah
maksud
kata
tersebut
mempunyai
kesamaan pemahaman atau tidak.
Setelah mengetahui top of mind dari
masing-masing
filosofi
bisnis
etnis
Tionghoa.
Selanjutnya
peneliti
ingin
menggali lagi apa maksud top of mind
tersebut. Keseluruhan informan menjawab
hal yang sama saat ditanyai maksud arti
cuan yaitu keuntungan, keuntungan disini
dijelaskan oleh keseluruhan informan
berupa profit atau materi atau uang seperti
apa yang dikemukakan oleh KI 1 sebagai
32

berikut “Kalau cuan semua orang sudah tau
ya soal keuntungan atau duitlah”. Jawaban
tersebut
peneliti
gali
terus
dengan
menanyakan apakah ada arti atau
penjelasan lainnya dari kata cuan, semua
informan seperti agak kesusahan dalam
menjelaskan arti lain dari cuan dan pada
akhirnya hanya menjelaskan hal sekitar
apa yang sudah dijelaskan tersebut.
Peneliti
masih
kurang
puas
dan
menanyakan apakah mempunyai banyak
pelanggan,
mempunyai
nama
baik,
mempunyai banyak relasi merupakan
sebuah keuntungan dalam usaha. Dan
apakah hal ini termasuk dalam cuan?
Respons dari keseluruhan informan seperti
baru mengetahui bahwa cuan tidak hanya
pada profit atau uang. Hal ini seperti
disampaikan KI 2 yaitu “ya bisa dikatakan
keuntungan juga berarti, termasuk cuan
juga berarti itu”.
Filosofi bisnis yang kedua adalah
cengli. Top of mind yang terbentuk dari
cengli adalah kepercayaan, terpercaya,
kejujuran dan keadilan. Penjelasan dari
keempat informan ini saling berhubungan,
arti kejujuran disini seperti yang dijelaskan
oleh KI 1 bahwa “kalau orang mau jualan
harus jujur, apa yang dijual kualitasnya
harus sesuai yang diomongkan jangan
sampai pelanggan seperti ditipu”. Keadilan
disini dimaksudkan KI 4 bahwa “orang
hidup harus fair/adil, misal orang sudah
bekerja keras untuk kita ya harus kita
hargai sesuai apa yang dia kerjakan, kalau
orang salah juga harus kita tegur jadi adil”.
Kejujuran dan keadilan ini merupakan
bagian dari integritas dan kredibelitas
seorang etnis Tionghoa sehingga nantinya
33

bisa dipercaya dan terpercaya. Sehingga
orang dalam berbisnis itu harus cengli,
harus
bisa
dipercaya
oleh
semua
stakeholder. Penjelasan diatas merupakan
satu kesatuan yang mendasari orang itu
cengli seperti yang diungkapkan oleh KI 1,
“kalau cengli yang om pahami, orang itu
harus
jujur,
berkualitas
dan
bisa
dipercaya”.
Filosofi terakhir adalah cincai. Top of
mind dari cincai dijawab beragam dari
masing-masing informan. Dari KI 1 tadi
menyebutkan bahwa cincai itu “jangan
“saklek”, jangan kaku”.Hal ini hampir sama
seperti yang dikemukakan oleh KI 4 yaitu
“bisa memaklumi keadaan”. Setelah peneliti
gali lebih lanjut dari kedua informan ini
ternyata dijelaskan kalau membuka usaha
harus fleksibel / tidak kaku/ memaklumi
keadaan terhadap perubahan dan keadaan
baik perubahan waktu dan zaman serta
keadaan sosial karena kalau kaku tidak
bisa menyesuaikan keadaan bakal susah
sendiri. Hal ini beliau contohkan dengan
pengalaman dahulu sampai sekarang
tentang keadaan etnis Tionghoa di Boyolali
seperti yang diutarakan KI 1 berikut:
“yang jelas yang om rasain disini kan etnis
minoritas gak bisa saklek disini. Kalau misal
kita keras/kaku nanti pasti ada yang seneng
buat-buat masalah dalam usaha. Suka tidak
suka kita harus pahami kita numpang disini,
jadi harus pintar-pintar atur suasana dengan
masyarakat asli sini.”

Jadi cincai yang beliau maksud
janganlah kaku, pintar-pintar membaca
keadaan dan membawa suasana saat
bersosialisasi dengan sekitar dikarenakan
etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas
34

di Boyolali sehingga usaha bisa berjalan
dengan lancar. Selain itu beliau juga
menjelaskan perubahan pergerakan bisnis
karena perubahan waktu, pesaing, dan
sebagainya. Seperti yang usaha beliau
lakukan yaitu dari yang awalnya hanya
melakukan
penjualan
langsung
ke
konsumen sekarang ditambah menjadi
penyuplai sparepart, hal ini ditempuh
karena dalam menajalankan usaha tidak
boleh kaku. Karena kalau kaku sekarang
ini pasti akan menurun dan bangkrut.
Sedangkan top of mind cincai
menurut KI 2 adalah “yang penting samasama jalan”. Maksud arti kata tersebut ia
jelaskan seperti ini :
“Meskipun disini harga agak tinggi, tapi kalau
ada pembeli yang suka nawar masih aku
kasih potongan juga. Yang penting dia beli,
barangku keluar. Untung dikit gak papa.
Daripada cuannya dikasih ke konter lainnya
mending buat aku aja.”

KI 2 menjelaskan bahwa target
konsumen
dari
usahanya
adalah
masyarakat mengengah keatas sehingga
dia menerapkan harga yang relatif lebih
mahal dibanding konter kecil lainnya.
tetapi jika ada yang menawar harga sering
kali ia kasih potongan yang penting barang
laku terjual. Prinsip dia selama tidak ada
yang dirugikan, tidak jadi masalah yang
penting sama-sama jalan.
KI 3 menjelaskan sekilas makna
cincai dengan kata “saling menolong. Saling
bantu” ini dijelaskan lebih mendetail seperti
yang diutarakan berikut :

35

“Cincai atau saling bantu ini tante pegang
teguh, ini prinsip hidup tante sih. Hidup
didunia ini ya harus saling bantu karena dulu
tante pas pertama jadi orang “kere” disini
juga sering dibantu orang sampai jadi begini,
makanya harus tante balas bantu orang juga.
Kalau dihubungkan sama usaha jahitan ini,
tadi misal karyawan sini udah gak kerja sini
tapi saya tetep tawarin kerjaan yang
dibawah kerumah itu kalau mau. Ini juga
anak-anak deket sini juga banyak yang cari
ilmu disini,tante terima karena biasanya
anak lulusan sma susah dapat kerjaan,
apalagi banyak juga cuman lulusan smp.
Keluarganya miskin,anak-anak ini kerja juga
bantu keluarganya. Saya dulu juga pernah
merasakan miskin soalnya.”

4.3.2 Pertimbangan
Keputusan
Investasi
Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa
Setelah
mengetahui
pemahaman
filosofi bisnis dan keputusan investasi dari
informan,
selanjutnya
peneliti
ingin
mengetahui apa penggunaan filosofi bisnis
etnis
Tiongha
dijadikan
sebagai
pertimbangan dalam membuat keputusan
investasi. Apakah penerapan filosofi cuan,
cengli dan cincai digunakan sebagai
pertimbangan dalam membuat keputusan
investasi. Filosofi pertama yang ditanyakan
peneliti adalah filosofi cuan diartikan
sebagai keuntungan yang berhubungan
dengan materi. Filosofi cuan ini merupakan
pertimbangan dalam membuat keputusan
investasi yang sangat penting seperti yang
dikemukakan oleh KI 3 berikut:
“Cuan itu kan keuntungan, jadi kalau mau
mengambil keputusan dalam investasi harus
hitung-hitungan. Untung rugi dihitung masakmasak kalau lebih banyak untungnya baru
diambil keputusan itu”.

36

Keseluruhan informan menjelaskan
hal yang sama yaitu dalam membuat
keputusan investasi hal yang harus
diperhatikan adalah cuan, mereka tidak
mau melakukan investasi jika tidak
menghasilkan cuan. Dan jika ada beberapa
alternatif investasi maka yang diutamakan
adalah yang menghasilkan cuan terbesar
seperti yang diutarakan KI 1 berikut:
“Kalau om invest di usaha om sekarang ini ya
mungkin gak ada variasinya. Gara-gara tau
invest tanah lebih menguntungkan ya boleh
lah om coba.”

Tetapi pada situasi-situasi tertentu
tidak hanya cuan yang dicari terus
menerus,
terkadang
juga
ada
pertimbangan-pertimbangan lain yang
diperhatikan yang berhubungan dengan
filosofi lainnya seperti cincai yaitu
dermawan contohnya meskipun mencari
cuan tetapi juga membantu orang yang
kesusahan. Seperti yang dikemukakan
oleh KI 1 berikut:
“Dalam situasi-situasi tertentu om tidak
melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu
tetangga yang orang pasar ada yang sedang
kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang
ditugaskan
cari
nasabah
dipasar.
Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia
dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar.
Mau gak mau harus kembalikan dana para
nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah
ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh
dana cepat, tapi om juga gak beli semurahmurahnya. Malah om pikir kasih harga lebih
itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir
cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka,
Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi
pusat kota tanah yang om beli dulu karena
kabupaten pindah”

37

Filosofi kedua yang ditanyakan
adalah cengli yang dipahami sebagai
kejujuran dan keadilan yang mengarah ke
integritas dan kredibelitas yang nantinya
membentuk kepercayaan. Kepercayaan ini
sangat dipegang teguh oleh etnis Tionghoa
dalam melakukan kegiatan usaha maupun
investasinya. Dari penuturan informan,
dapat diketahui bahwa kepercayaan ini
berhubungan
terhadap
pihak
lain.
Dikalangan etnis Tionghoa dikenal dengan
istilah hopeng (teman baik) dimana hopeng
ini sangat dipengaruhi dari cengli atau
kepercayaan. Hal ini seperti apa yang
terjadi pada pemilihan investasi sektor
keuangan berupa deposito dimana deposito
yang dipilih oleh K1, K3 dan K4 sama-sama
memilih deposit di bank daerah. K1, K3
dan K4 diketahui merupakan teman baik
sesama etnis Tionghoa di Boyolali dan
merupakan jemaat di gereja yang sama.
Setidaknya
seminggu
sekali
mereka
berkumpul menjadi satu meskipun dalam
acara komsel, selain beribadah di acara
tersebut juga dijadikan share informasi
mengenai hal-hal lainnya salah satunya
informasi soal deposito tersebut dimana
dari informasi tersebut mayoritas dalam
kelompok komsel tersebut melakukan
deposito di bank yang sama yaitu bank
daerah. Seperti yang dijelaskan oleh KI 3
berikut :
“kita sesama etnis Tionghoa di Boyolali harus
memiliki hopeng (teman baik) dan cengli (bisa
dipercaya) makanya kita kompak disini,
paling tidak seminggu sekali kumpul-kumpul
meskipun acara komsel gereja dimana
sebagai tempat sharing dan bertukar
informasi dalam bentuk apapun salah
satunya dalam usaha maupun bank tadi”.

38

Hopeng atau teman baik tidak selalu
harus se-etnis dengan etnis Tionghoa,
hopeng disini lebih mengarah pada
kejujuran,
fair,
integritas
maupun
kredibelitas yang berasal dari pengalaman
terhadap orang tersebut atau orang lain
sehingga nantinya bisa dipercaya dan
dijadikan
hopeng.
Seperti
yang
di
sampaikan oleh K1 :
“Om, pertama kali mau investasi tanah raguragu
awalnya.
Memang
tau
kalau
keuntungannya besar, tapi kurang tau
mengawalinya. Waktu itu om coba cari-cari
informasi, sampai ketemu temen om ini.
Temen om ini meskipun bukan dari etnis
Tionghoa, tapi om percaya sama dia. Dia
sudah lama kerja di bidang perumahan di
Boyolali, jadi sudah punya pengalaman soal
hal itu. Sampai sekarang pun, om kadangkadang masih minta nasihatnya kalau ada
tanah yang mau om beli, prospeknya
bagaimana buat pertimbangan jadi dibeli
atau tidak ”.

Filosofi ketiga adalah cincai yang
diartikan dengan keluwesan dan tidak
kaku dengan keadaan. Cincai juga bisa
diartikan
sikap
dermawan.
Keadaan
lingkungan yang terus berubah-ubah maka
penerapan filosofi cincai sangat penting
dalam keputusan investasi. Menurut KI 1
dalam mengambil keputusan investasi
tidak selalu hanya didasarkan pada cuan
semata, melainkan ada nilai-nilai lain yang
bisa dipakai dalam mengambil keputusan
tersebut seperti yang dikemukakan berikut:

39

“Dalam situasi-situasi tertentu om tidak
melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu
tetangga yang orang pasar ada yang sedang
kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang
ditugaskan
cari
nasabah
dipasar.
Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia
dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar.
Mau gak mau harus kembalikan dana para
nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah
ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh
dana cepat, tapi om juga gak beli semurahmurahnya. Malah om pikir kasih harga lebih
itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir
cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka,
Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi
pusat kota tanah yang om beli dulu karena
kabupaten pindah”

Sehingga diketahui bahwa cincai
merupakan salah satu pertimbangan dalam
melakukan
keputusan
investasi
selain
melihat cuan semata. Sikap saling membantu
dan toleransi terhadap sesama ini dipegang
teguh oleh KI 1 dengan alasan bahwa beliau
hidup sudah berumur dan selama ini sudah
terpenuhi semua kebutuhan yang ada tinggal
berdampak dan membantu sesama yang
perlu
ditingkatkan
sehingga
dalam
menjalankan aktifitasnya beliau tidak hanya
memikirkan cuan semata. Tetapi beliau
jelaskan juga perbedaan antara berinvestasi
atau memberikan bantuan. Jika berinvestasi
tetap pertimbangan cuan harus tetap ada,
baru cincai bisa dimasukkan kedalamnya.
Sedangkan kalau beramal atau memberi
bantuan murni harus cincai yang ada, jangan
ada unsur mencari cuan ada didalamnya.
Setelah diketahui bahwa filosofi bisnis
etnis Tionghoa ini digunakan sebagai
pertimbangan
keputusan
investasi,
selanjutnya peneliti ingin mengetahui antara
cuan, cincai dan cengli mana skala prioritas
40

yang
digunakan
pertama
kali
dalam
pengambilan keputusan investasi. Hasil skala
prioritas yang dipilih informan dapat dilihat
di tabel berikut :
Tabel 4.5
Tabel Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis
dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Kode

Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis
dalam Pengambilan Keputusan
Investasi
Pertama

Kedua

Ketiga

KI 1

Cuan

Cincai

Cengli

KI 2

Cuan

Cengli

Cincai

KI 3

Cuan

Cincai

Cengli

KI 4
Cuan
Cengli
Sumber: Data diolah, 2016

Cincai

Untuk prioritas pertama, keempat
informan sepakat bahwa cuan merupakan
pertimbangan prioritas yang digunakan
pertama kali dalam membuat keputusan
investasi. Hal ini dilakukan karena tidak
ada yang mau dalam melakukan investasi
tidak memperoleh keuntungan seperti yang
diutarakan oleh KI 2 berikut :
“Cuan sih yang pertama, cuan itu prinsip
utama kalau mau investasi. Mana ada mau
investasi atau yang jualan rugi. Ya harus
untung. Tapi ya jangan kejar untung terus.”

Tetapi terdapat hal yang menarik
setelah pemilihan cuan, untuk KI 2 dan KI
4 memilih cengli sedangkan KI 1 dan KI 3
memilih cincai. KI 2 dan KI 4 berpendapat
bahwa cengli ini merupakan upaya untuk
meyakinkan bahwa benar-benar cuan itu
bisa didapat nantinya. Upaya ini dilakukan
karena informan takut akan risiko dari
41

investasi tersebut dimana dilihat dari
ketidakyakinan informasi dari kondisi yang
berubah-ubah sehingga sangat perlu
informan diyakinkan dengan pihak-pihak
yang bisa dipercaya yaitu yang memiliki
sikap kejujuran, fair, integritas dan
kredibelitas. Seperti yang dikemukakan
oleh KI 2 berikut :
“Pertama kali aku buka server pulsa sendiri
itu kan dari rekomendasi temenku yang dari
Surabaya, sama-sama main di pulsa. Dia
kasih saran buka sendiri saja karena lebih
menguntungkan dan tidak seribet yang saya
pikirkan diawal, ya aku percaya saja karena
udah udah temen dari SMP. Jadi aku ikut
saja
dan
memang
bener
lebih
menguntungkan dan tidak ribet.”

Sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih
prioritas kedua adalah cincai. Cincai disini
dimaksud dengan kepedulian terhadap
sesama. Cincai dipilih setelah cuan karena
dalam
investasi
tidak
boleh
hanya
mementingkan harta semata, selain itu
harus juga memikirkan sekitarnya karena
orang hidup tidak hanya mencari materi
saja. Hal ini dijelaskan oleh KI 1 berikut :
“Kalau investas cari untung juga jangan
banyak-banyak, kalau bisa sekalian bantu
orang. Karena orang hidup kan mati juga gak
bawa harta.”

Selain itu, terdapat hal menarik yang
dikemukakan informan, bahwa meskipun
informan bisa memprioritaskan cuan,
cincai
maupun
cengli
sebagai
pertimbangan dalam membuat keputusan
investasi
tetapi
keempat
responden
berpendapat ketiga filosofi ini merupakan
satu kesatuan yang harus ada dalam
keputusan investasi dan tidak bisa
42

meniadakan salah satu diantara filosofi
tersebut.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
diuraikan diatas diketahui bahwa keempat
informan memiliki pemahaman yang sama
tentang investasi yaitu mengeluarkan sejumlah
dana dan akan mendapatkan keuntungan
dikemudian hari. Sehingga diketahui bahwa
investasi berhubungan dengan dua aspek yaitu
sumber dana yang dikeluarkan dan keuntungan
yang didapat. Pemahaman ini sama seperti yang
dikemukakan
menurut
Tandelilin
(2001)
investasi adalah komitmen atas sejumlah dana
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa
yang akan datang. Penerapan investasi yang
dilakukan pun beraneka ragam seperti dalam
bidang usaha terdapat persediaan barang
dagang, peralatan dan tempat usaha, selain itu
mereka juga berinvestasi jenis deposito, tanah
bahkan emas. Hal ini sesuai dengan Haming
dan Basalamah (2003) yang menjelaskan
investasi merupakan pengeluaran pada saat
sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah,
rumah, mobil dan sebagainya), pengadaan
barang modal atau aktiva keuangan dengan
tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang
lebih besar di masa yang akan datang. Dari
penjelasan apa dan bagaimana investasi yang
dilakukan etnis Tionghoa bisa diketahui bahwa
mereka paham tentang investasi.
Dilihat dari filosofi bisnis, bisa diketahui
bahwa informan memahami cuan hanya dilihat
sebagai keuntungan atau profit semata. Padahal
makna cuan menurut Thoe (2008) menjelaskan
bahwa dalam arti luas cuan jangan dipandang
sebagai uang saja, namun mengacu pada
43

kondisi yang bermanfaat, apapun itu bentuknya.
Cuan
merupakan
faktor
penting
dalam
pengambilan keputusan investasi, hal ini
dikarenakan tidak ada yang mau rugi dalam
melakukan investasi. Tetapi jika ada beberapa
alternatif investasi, cuan yang terbesar yang
dijadikan pertimbangn pertama dalam pemilihan
alternatif investasi tersebut. Setelah diketahui
keuntungan apa yang didapat, baru berfikir
tentang risiko, pendanaan dan bagaimana cara
menjalankan investasi tersebut.
Filosofi yang kedua adalah cengli. Cengli
disini dipahami dengan kepercayaan yang bisa
diketahui dari pengalaman akan sikap-sikap
yang terbentuk selama ini. Sikap ini meliputi
kejujuran dan sikap fair sehingga terbentuk
integritas dan kredibelitas. Hal ini serupa apa
yang dijelaskan oleh Seng (2013) yaitu sikap
cengli
menjadikan
dirinya
pribadi
yang
berkarakter yang memiliki integritas dan
kredibel. Cengli sendiri dalam keputusan
investasi tidak berdiri sendiri, cengli disini
berhubungan dengan filosofi lainnya yaitu
hopeng atau teman baik. Sehingga dalam
memilih teman baik pasti harus ada cengli agar
orang tersebut bisa dipercaya sehingga akhirnya
bisa meyakinkan dengan memberikan informasiinformasi yang relevan dalam pertimbangan
mengambil keputusan suatu investasi yang ada.
Filosofi cincai memiliki arti yang sangat
luas, hal ini bisa dilihat dari jawaban informan
yang beranekaragam tetapi peneliti menarik
kesimpulan yang sama yaitu cincai mengajarkan
agar tidak kaku, menjadi fleksibel dan bisa
kompromi (Thoe, 2008). Cincai sendiri bisa
diartikan dengan sikap dermawan, saling bantu
dan toleransi terhadap sesama. cincai disini
mengajarkan
kita
bahwa
memang
ada
pertimbangan formal yaitu cuan dan cengli
44

dalam keputusan investasi, tetapi selain itu juga
harus dijunjung nilai-nilai lain yang ada yaitu
cincai merupakan toleransi terhadap sesama.
Pertimbangan cincai sangat penting karena
orang hidup tidak hanya mengejar kekayaan
semata melainkan juga bisa berdampak dan
membantu sesama.
Ketiga filosofi bisnis yang dipegang teguh
oleh etnis Tionghoa yaitu cuan, cengli dan cincai
digunakana
sebagai
pertimbangan
dalam
membuat keputusan investasi. Filosofi ini tidak
bisa berdiri sendiri atau meniadakan filosofi
lainnya. Keseluruhan filosofi merupakan satu
kesatuan yang harus
digunakan secara
bersama-sama. Cincai dan cengli merupakan
pertimbangan formal dalam keputusan investasi
tetapi harus ada nilai-nilai cincai yang
mendasari
keputusan
investasi
sehingga
investasi yang dilakukan bisa berdampak luas
dan tidak merugikan orang lain.
Filosofi bisnis cuan, cincai, cengli
merupakan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Diantara ketiga filosofi ini diketahui
prioritas pertama dalam pengambilan keputusan
investasi adalah filosofi cuan. Cuan merupakan
pertimbangan pertama, hal ini dikarenakan
semua orang tidak mau rugi dalam berinvestasi.
Cuan juga digunakan sebagai pertimbangan
pertama apakah investasi itu diterima atau
tidak. Setelah cuan pertimbangan selanjutnya
sebagian informan ada yang memprioritaskan
cengli. Hal ini dikarenakan cengli yang
meyakinkan bahwa cuan yang nantinya didapat
itu benar adanya sehingga perlu informasiinformasi yang relevan yang bisa diketahui dari
hopeng atau teman baik yang cengli atau bisa
dipercaya. Tetapi sebagian informan juga ada
yang berpendapat prioritas kedua adalah cincai.
Pertimbangan formal cuan dan merupakan
45

pertimbangan wajib yang harus ada dalam
keputusan investasi tetapi perlu dilengkapi
dengan cincai atau toleransi sehingga investasi
yang diambil tidak hanya menjadi keserakahan
semata. Perbedaan prioritas kedua antara cengli
maupun cuan ini disebabkan pandangan
masing-masing individu, jika orang tersebut
lebih besar berjiwa sosial maka akan cenderung
memilih cincai dan sebaliknya. Tetapi hal ini
juga dilihat situasi kondisi saat kejadian
sebenarnya saat ingin melakukan investasi.

46

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa (Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010 Universitas Sumatera Utara).

5 75 211

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

29 227 96

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB II

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB V

0 2 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali

0 5 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Market Orientation dalam Manajemen dan Praktek Bisnis UMKM T2 912014029 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Dan Kekuasaan (Studi Analisis Wacana Kritis Metro Xin Wen terhadap Etnis Tionghoa) T1 362008017 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spending Habit Berdasarkan Power Prestige, Etnis, dan Derajat Extrovert T2 912012019 BAB IV

0 0 32