Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB II

BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1

Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Menurut Haming dan Basalamah
(2003) investasi merupakan pengeluaran
pada saat sekarang untuk membeli aktiva
riil (tanah, rumah, mobil dan sebagainya)
atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar
di masa yang akan datang, selanjutnya
dikatakan investasi adalah aktivitas yang
berkaitan
dengan
usaha
penarikan
sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk
mengadakan barang modal pada saat

sekarang, dengan barang modal itu akan
dihasilkan aliran produk baru di masa
yang akan datang dan investasi jangka
panjang
adalah
komitmen
untuk
mengeluarkan dana sejumlah tertentu pada
saat sekarang untuk memungkinkan
perusahaan menerima manfaat di waktu
yang akan datang. Menurut Hasibuan
(2005) investasi adalah investasi keuangan
dimana seorang investor menanamkan
uangnya kedalam bentuk usaha dalam
waktu tertentu dari setiap orang yang ingin
memperoleh
laba
dari
keberhasilan
pekerjaannya. Menurut Tandelilin (2001)

investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana lainnya yang dilakukan pada saat ini
dengan
tujuan
untuk
memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang.
2.1.2 Penggolongan Investasi
Menurut Horngren, dkk (1998)
penggolongan investasi terdiri dari investasi
7

jangka pendek (Temporary Investment) yang
sifatnya likuid yaitu dapat dengan mudah
dicairkan menjadi bentuk kas. Penanaman
investasi jangka pendek adalah dalam
bentuk surat-surat berharga yang dimiliki
investor dalam jangka waktu yang relatif
pendek. Dan investasi jangka panjang (Long
Term Investment) yang sifatnya non likuid

yaitu tidak dapat dengan mudah dicairkan
menjadi bentuk kas. Penanaman investasi
jangka panjang adalah dalam bentuk
saham, obligasi, tanah dan bentuk lain
yang dimiliki investor dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun dan direncanakan
dimiliki bertahun-tahun.
2.1.3 Jenis Investasi
Menurut Mulyadi (1997) jenis-jenis
investasi terdiri dari empat yaitu pertama,
investasi yang tidak menghasilkan laba.
Investasi jenis ini timbul karena adanya
peraturan pemerintah atau karena syaratsyarat kontrak yang telah disetujui, yang
mewajibkan
perusahaan
untuk
melaksanakannya
tanpa
pertimbangan
laba atau rugi. Misalnya karena air limbah

yang telah digunakan dalam proses
produksi jika dialirkan keluar pabrik akan
mengakibatkan timbulnya pencemaran
lingkungan, maka pemerintah mewajibkan
perusahaan untuk memasang instalasi
pembersih air limbah, sebelum air tersebut
dibuang ke luar pabrik. Karena sifatnya
merupakan
kewajiban
yang
harus
dilaksanakan
maka
jenis
ini
tidak
memerlukan
pertimbangan
ekonomis
sebagai kriteria untuk mengukur perlu

tidaknya pengeluaran tersebut.

8

Kedua, investasi yang tidak dapat
diukur labanya. investasi ini dimaksudkan
untuk menaikkan laba, namun laba yang
diharapkan diperoleh perusahaan dengan
adanya investasi ini sulit untuk dihitung
secara teliti. Sebagai contoh adalah
pengeluaran biaya promosi untuk produk
jangka panjang, biaya penelitian dan
pengembangan. Biasanya yang dipakai
sebagai
pedoman
dalam
mempertimbangkan jenis investasi ini
adalah persentase tertentu dari hasil
penjualan (untuk biaya promosi produk),
persentase tertentu dari laba bersih

perusahaan (untuk biaya penelitian dan
pengembangan).
Ketiga, investasi dalam penggantian
mesin dan peralatan. Investasi meliputi
penggantian mesin dan peralatan yang ada.
Dalam pemakaian mesin dan peralatan
pada suatu saat akan terjadi biaya operasi
mesin dan peralatan menjadi lebih besar
dibandingkan biaya operasi jika mesin dan
peralatan tersebut diganti dengan yang
baru atau produktifitasnya tidak mampu
memenuhi kebutuhan.
Keempat, investasi dalam perluasan
usaha. Investasi jenis ini merupakan
pengeluaran untuk menambah kapasitas
produksi atau operasi menjadi lebih besar
dari sebelumnya. Untuk memutuskan jenis
investasi ini, yang perlu dipertimbangkan
adalah apakah aktiva yang diperlukan
untuk perluasan usaha diperkirakan akan

menghasilkan
laba
yang
jumlahnya
memadai.

9

2.1.4 Keputusan Investasi
Keputusan investasi yang dibuat oleh
manajemen
adalah
suatu
tindakan
manajemen
untuk
menentukan
penggunaan sumber dana di dalam
perusahaan untuk jangka waktu yang
dikehendaki

dengan
harapan
akan
memperoleh keuntungan selama jangka
waktu tersebut (Agunan, 2004). Menurut
Helfert
(1997)
keputusan
investasi
merupakan kekuatan penggerak utama
dari setiap sistem usaha. Ini mendukung
strategi persaingan yang dikembangkan
manajemen
berdasarkan
perencanaan
untuk menjalankan dana yang ada atau
yang baru diperoleh terhadap tiga bidang
utama yaitu modal kerja (saldo kas,
piutang yang jatuh tempo dari pelanggan
dan persediaan dikurangi kredit dagang

dari pemasok dan kewajiban lancar normal
lainnya), bangunan, mesin, peralatan,
perabotan
kantor
dan
program
pembelanjaan
utama
(penelitian
dan
pengembangan, pengembangan produk
atau jasa, program promosi dan lain-lain)
2.2

Filosofi Bisnis Etnis Tonghoa
Menurut Seng (2013), pada zaman dahulu
diketahui banyak kaum perantuan Tionghoa yang
datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang,
kaum ini lebih dikenal dengan sebutan kaum
Hok-kian. Kaum Hok-kian ini memiliki enam

filosofi yang dipegang teguh oleh etnis Tionghoa
terutama dibidang bisnis. Keenam filosofi ini
terbagi menjadi 3C yang harus dijadikan pilar
bisnis dan 3C yang dijadikan pantangan yang
harus dihindari. 3C pertama yang dijadikan pilar
bisnis yaitu, cengli, cincai dan cuan merupakan
rangkaian tidak dapat dipisahkan dan tidak
10

untuk diterapkan salah satunya. Ketiganya
merupakan filosofi yang saling mengikat dan
saling mendukung.
Menurut Thoe (2008), cengli mempunyai
makna yang sangat dalam dan luas, secara
harafiah dapat berarti adil. Dalam berbisnis
perilaku cengli harus diutamakan, karena
merupakan tolak ukur tingkat kepercayaan dan
integritas perusahaan. Cengli dapat juga
diartikan jujur, Jadi perilaku menjunjung sikap
cengli dapat diterjemahkan sebagai menjunjung

tinggi kejujuran dan keadilan. Dalam menyikapi
suatu masalah sikap cengli akan membawa
masalah menuju situasi win-win solution, di
mana segala sesuatu harus diputuskan secara
adil dan menguntungkan semua pihak dengan
memperhitungkan segala kondisi. Jadi cengli bisa
disimpulkan secara singkat berarti adil, jujur,
terpercaya, logis, benar, dll. Sehingga orang yang
menjunjung sikap cengli menjadikan dirinya
sebagai pribadi yang berkarakter memiliki
integritas dan kredibel.
Thoe (2008), cincai mempunyai makna
filosofis yang terkandung sangatlah dalam. Cincai
bisa diartikan dengan kata maklum, yang
mengajarkan untuk bersikap toleran, yakni dapat
memaklumi keadaan orang lain dan bertindak
sesuai keadaan tersebut. Secara umum di
masyarakat indonesia, istilah cincai kadang
dikaitkan dengan uang, sehingga bila dikatakan
orang yang cincai, dapat diartikan bahwa orang
tersebut dermawan, tidak pelit atau kikir. Pada
intinya filosofi cincai mengajarkan agar tidak
kaku dan menjadi fleksibel, layaknya pohon
bambu keliatan lembek namun sangatlah kuat
akibat
kelenturannya.
Fleksibel
disini
dimaksudkan sebagai sikap bisa kompromi, jadi
cincai mengajarkan sikap dapat mengiklaskan.

11

Thoe (2008), cuan memiliki arti untung.
Secara langsung selalu dikaitkan dengan dunia
bisnis, yakni keuntungan dalam berdagang atau
berbisnis, tetapi dilihat dari filosofinya cuan
memiliki arti untung yang merujuk pada kondisi
atau keadaan (berbeda dengan cengli dan cincai
yang lebih kepada kata sifat), bahwasanya segala
sesuatu
yang
dilakukan
harus
memiliki
keuntungan artinya prinsip cuan membawa kita
pada azas manfaat, segala sesuatu harus
dipertimbangkan, dan bila mana tidak membawa
manfaat, hendaknya tidak dilakukan. Dalam
berbisnis di kalangan pedagang Tionghoa,
sangatlah biasa terlihat pemilik bisnis sangat
mengutamakan
kesederhanaan,
dan
penghematan kesemuanya itu dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi cuan. Namun cuan di
sini hendaknya tidak dipandang sebagai uang
saja, namun mengacu pada kondisi yang
bermanfaat, apapun itu bentuknya.
Menurut Seng (2013), selain 3C sebagai
pilar bisnis terdapat juga 3C yang dijadikan
pantangan yang harus dihindari, C yang pertama
yaitu ciok atau berhutang. Ciok bukan berarti
tidak boleh berhutang, melainkan jangan asal
berhutang, karena hutang mempunyai dampak
yang
mendalam
sehingga
harus
berani
bertanggung jawab dan membayar dengan
disiplin, karena jika tidak bisa membayar maka
bisnis akan menjadi bangkrut dan apabila ini
terjadi maka akan terjadi C yang kedua yaitu ciak
yang diartikan dengan dimakan sendiri. Hutang
tersebut ternyata digunakan untuk dimakan
sendiri bukan untuk keberlangsungan usaha,
bahkan jika sudah tidak bisa menutup hutang
bahkan teman sendiri akan ditipu dan dimakan
juga. Akhirnya akan muncul tragedi yaitu cao
alias kabur atau pergi.

12

2.3

Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa dan Keputusan
Investasi
Menurut Seng (2013), Filosofi bisnis etnis
Tionghoa dikenal dengan istilah 3C yaitu cuan,
cincai dan cengli. Ketiga filosofi tersebut sering
digunakan oleh etnis Tionghoa dalam segala hal
yang
salah
satunya
dalam
pengambilan
keputusan investasi. C yang pertama adalah
cuan yang memiliki arti berupa keuntungan atau
laba dalam bentuk materiil. C yang kedua adalah
cincai yang memiliki arti fleksibel, toleran dan
tidak kaku. C yang ketiga adalah cengli yang
memiliki arti adil, jujur dan terpercaya. Selain itu
etnis Tionghoa juga mempunyai pantangan yang
disebut 3C juga yaitu C yang pertama adalah ciok
(hutang). C yang kedua yaitu ciak (dimakan saja).
Dan C yang ketiga yaitu cao (lari). Filosofi bisnis
etnis
Tionghoa
tersebut
akan
menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi.
Filosofi yang pertama adalah cuan. Thoe
(2008), cuan didalam bisnis memiliki arti
keuntungan tetapi dilihat dari filosofinya cuan
memiliki arti untung yang merujuk pada kondisi
atau keadaan. Sehingga cuan di sini hendaknya
tidak dipandang sebagai uang saja, namun
mengacu pada kondisi yang bermanfaat, apapun
itu
bentuknya.
Etnis
Tionghoa
dalam
menjalankan
investasinya
sangat
mempertimbangkan filosofi cuan. Bagi etnis
Tionghoa hal utama yang menjadi perhatian
adalah keuntungan dalam berinvestasi. Kalau
sudah cuan, baru berfikir risiko, sumber
pendanaan
darimana
dan
bagaimana
menjalankan investasinya.
Filosofi kedua adalah cengli. Cengli bisa
disimpulkan secara singkat berarti adil, jujur,
terpercaya sehingga orang yang menjunjung
sikap cengli menjadikan dirinya sebagai pribadi
13

yang berkarakter memiliki integritas dan kredibel
(Seng, 2013). Bagi etnis Tionghoa kepercayaan
merupakan hal utama yang harus dipenuhi
dalam
menjalankan
usaha.
Cengli
disini
berhubungan dengan pihak lain yang bisa
dipercaya
sehingga
orang
tersebut
bisa
memberikan masukan dan rekomendasi sebagai
pertimbangan keputusan investasi.
Filosofi yang ketiga adalah cincai yang pada
intinya mengajarkan agar tidak kaku, menjadi
fleksibel dan bisa kompromi (Thoe, 2008). Cincai
juga bisa diartikan dengan sikap dermawan dan
toleransi dengan sesama. Filosofi cincai sangat
penting dalam keputusan investasi, dengan
cincai maka etnis Tionghoa diajarkan agar tidak
hanya berfikir cuan semata melainkan ada sikap
toleran yang dipegan teguh dalam melakukan
investasi sehingga tidak timbul ketamakan dan
keserakahan.

14

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa (Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010 Universitas Sumatera Utara).

5 75 211

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

29 227 96

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB IV

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB V

0 2 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali

0 5 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Market Orientation dalam Manajemen dan Praktek Bisnis UMKM T2 912014029 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Dan Kekuasaan (Studi Analisis Wacana Kritis Metro Xin Wen terhadap Etnis Tionghoa) T1 362008017 BAB II

0 1 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spending Habit Berdasarkan Power Prestige, Etnis, dan Derajat Extrovert T2 912012019 BAB II

0 0 15