EKSPERIMENTASI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN CONCEPT MAPPING (TPS-CM) DAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI SE-KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan tentang aritmatika sosial merupakan pengetahuan yang sangat
penting untuk dipahami siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan kelak di
masyarakat. Substansi yang dipelajari dalam bab aritmatika sosial meliputi ukuran
berat barang, laba, rugi, harga jual, harga beli, bunga bank, besar tabungan, dan besar
pinjaman sangat bersinggungan dengan masalah sehari-hari. Jika siswa tidak
memahami materi aritmatika sosial dengan baik maka dimungkinkan siswa akan
kurang percaya diri ketika menghadapi permasalahan sehari-hari yang berkaitan
dengan ukuran berat barang, laba, rugi, harga jual, harga beli, bunga bank, besar
tabungan, dan besar pinjaman. Kekurangpercayadirian siswa dalam menyelesaikan
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan aritmatika sosial akan membuat
siswa kesulitan dalam menjalani kehidupan kelak di masyarakat.
Permasalahan yang menjadi perhatian oleh siswa, guru dan orang tua di
Kabupaten Magetan adalah rendahnya prestasi belajar siswa pada matapelajaran
matematika diantaranya pada materi aritmatika sosial. Hal ini dapat dilihat dari
Laporan Hasil Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Laporan
Hasil Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2013/2014 yang dikeluarkan oleh
Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Balitbang-Kemdikbud Republik Indonesia.

Hasil analisis UN 2013 dan UN 2014 memposisikan mata pelajaran matematika
khususnya materi aritmatika sosial sebagai pelajaran yang memiliki daya serap
rendah. Materi aritmatika sosial dipilih karena turunnya persentase penguasaan materi
aritmatika sosial pada UN 2014 dibandingkan UN 2013 sebesar 4,18%. Pada UN
2013 persentase penguasaan materi aritmatika sosial di Kabupaten Magetan sebesar
45,92% sedangkan pada UN 2014 persentase penguasaan materi aritmatika sosial di
Kabupaten Magetan sebesar 41,74%.

1

2

Kurang beragamnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi, seperti dominasi penggunaan model pembelajaran langsung
sangat mempengaruhi sikap dan motivasi belajar matematika siswa, sehingga
keaktifan, kreativitas dan prestasi belajar siswa tidak optimal. Model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru tidak bisa menyesuaikan karakter tiap siswa dalam satu
kelas secara bersamaan. Dengan karakter tiap siswa yang berbeda-beda (misalnya
perbedaan karakter sikap percaya diri) maka tidak dapat dipungkiri bahwa hanya
sedikit siswa yang mampu menangkap dengan baik materi pembelajaran yang telah

guru sampaikan. Dengan memperhatikan fakta-fakta prestasi belajar matematika
siswa yang belum sesuai harapan, maka diperlukan usaha-usaha yang lebih baik lagi
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Salah satu dari berbagai
upaya peningkatan prestasi belajar matematika siswa adalah dengan penerapan
model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran yang berorientasi pada
siswa. Dalam proses pembelajaran ini siswa tidak lagi menjadi seorang pendengar,
tetapi siswa dilatih mandiri memecahkan masalah sesuai dengan kecakapan yang
siswa miliki untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah pada pelajaran
matematika dan didukung dengan adanya tindakan diskusi berpasangan untuk
memupuk sikap saling menghargai antar teman serta presentasi hasil diskusi untuk
mengemukakan pendapat dan hasil pemikirannya. Dengan demikian, siswa akan
belajar secara aktif dan belajar lebih bermakna karena siswa mengkonstruksi sendiri
pengalaman belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya (2013: 243)
bahwa dampak pembelajaran yang diharapkan ada pada siswa yaitu tidak hanya
dampak peningkatan prestasi belajar siswa namun juga harus diiringi dampak
pengiring berupa relasi sosial, penerimaan terhadap siswa yang dianggap memiliki
kemampuan belajar rendah, kejujuran, menghargai waktu, dan suka memberi
pertolongan. Pembelajaran yang sesuai dengan yang dimaksud adalah Think Pair
Share (TPS).
TPS sebagai model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya

proses

pengelompokan

berpasangan

sehingga

siswa

tidak

terlalu

gaduh

3

dimungkinkan dapat membuat proses pembelajaran lebih efektif sehingga berdampak
pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

L.Surraya, dkk (2014) bahwa siswa yang dikenai model TPS memperoleh prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional. Sejalan
dengan itu, Rochmad dan Endang Sugiharti (2015) menyimpulkan bahwa model TPS
dengan media interaktif Mouse Mischief dapat meningkatkan kemampuan siswa
SMP dalam memecahkan permasalahan matematika dan meningkatkan aktivitas
belajarnya. Demikian juga dengan Satya Sri Handayani (2010) yang menyimpulkan
bahwa siswa yang dikenai model TPS memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
dari pada siswa yang dikenai model pembelajaran langsung. Selain itu, dari hasil
pemelitian Sampsel (2013) diperoleh kesimpulan bahwa TPS meningkatkan keaktifan
siswa dalam mengerjakan matematika dan keinginannya untuk berpartisipasi dalam
diskusi kelas. Di balik kelebihan model TPS, terdapat kelemahan-kelemahan model
ini yang harus di atasi karena penelitian penunjukkan bahwa model TPS tidak selalu
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitaian
Desi Gita Andriani, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa model Jigsaw II ternyata
membuat siswa memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada model TPS.
Demikian juga dengan hasil penelitian Ika Rahmawati (2010) yang menyimpulkan
bahwa siswa yang dikenai model NHT memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa yang dikenai model TPS.
Berawal dari penelitian-penelitian yang masih menunjukkan bahwa model
TPS ternyata tidak lebih baik dari model lainnya untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa maka peneliti tertarik untuk menambahkan Concept Mapping (CM) pada model
TPS. Flanagan (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa siswa dapat mengolah
dan mengemukakan sesuatu yang mereka ketahui dengan menggunakan CM. Selain
itu, CM juga melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi ketika diterapkan dalam
suasana pembelajaran kolaboratif. Penelitian Flanagan tersebut juga menunjukkan
bahwa CM membantu siswa mengembangkan kemampuan problem solving.
Johnstone dan Otis (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa “Students using

4

CMs for their study and revision would perform better on their assessment tasks, than
those who did not”. Siswa yang menggunakan CM-nya dalam belajar dan perbaikan
menunjukkan hasil lebih baik dalam nilai tugasnya daripada siswa yang tidak
memakai CM. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah TPS-CM dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa atau justru tidak lebih baik bila dibandingkan
TPS yang tidak ditambahi CM.
Tidak hanya model pembelajaran yang diduga menjadi penyebab rendahnya
prestasi belajar siswa namun juga sikap percaya diri siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Waini, et al. (2014) mengemukakan bahwa sikap percaya diri
merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan

siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Sejalan dengan Waini, et al,
Singh dan Kaur (2008) berpendapat bahwa “Effective classroom learning depends
upon mainly three C’s i.e. content mastery, communication effectiveness and
confidence on self”. Keberhasilan pengajaran di kelas tergantung pada penguasaan
materi, efektivitas komunikasi, dan sikap percaya diri. Kepercayaan diri dalam belajar
merupakan langkah awal dalam proses pembelajaran.
Sikap percaya diri sangat berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran
dengan model TPS-CM karena dalam model TPS-CM menekankan diskusi untuk
menyelesaikan permasalahan matematika maka sikap percaya diri sangat penting
dimiliki siswa untuk mencapai keberhasilan belajar. Hal ini sesuai dengan Hannula
(2004:1) yang mengemukakan “The learning of mathematics is influenced by a
pupil’s mathematics-related beliefs, especially self-confidence”. Pembelajaran
matematika dipengaruhi oleh keyakinan seorang siswa yang terkait matematika,
khususnya sikap percaya diri. Sejalan dengan itu Mettas, et al. (2005:41), “The
attitudes and self-beliefs revealed in science education can affect students'
achievements. Several studies have found that students' self-beliefs are significantly
associated with achievement outcomes”. Sikap dan keyakinan diri terungkap dalam
pendidikan sains dapat mempengaruhi prestasi siswa. Beberapa studi telah

5


menemukan bahwa keyakinan diri siswa secara signifikan berhubungan dengan hasil
prestasi.
Berangkat dari fakta-fakta rendahnya prestasi belalajar, permasalahan model
pembelajaran

dan

sikap

percaya

diri

maka

peneliti

tertarik


untuk

mengeksperimentasikan model pembelajaran TPS-CM terhadap prestasi belajar pada
materi aritmatika sosial ditinjau dari sikap percaya diri siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebutdapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Manakah prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang mendapat
pembelajaran model TPS-CM, TPS atau model pembelajaran langsung pada
materi aritmatika sosial?
2. Manakah prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa dengan sikap
percaya diri tinggi, sedang atau rendah pada materi aritmatika sosial?
3. Pada masing-masing tingkatan sikap percaya diri, manakah yang memberikan
prestasi lebih baik antara model pembelajaran TPS-CM, TPS atau model
pembelajaran langsung pada materi aritmatika sosial?
4. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi
lebih baik antara siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang, atau rendah pada
materi aritmatika sosial?


C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manakah prestasi belajar matematika yang lebih baik antara
siswa yang mendapat pembelajaran model TPS-CM, TPS atau model
pembelajaran langsung pada materi aritmatika sosial.

6

2. Untuk mengetahui manakah prestasi belajar matematika yang lebih baik antara
siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang atau rendah pada materi aritmatika
sosial.
3. Untuk mengetahui pada masing-masing tingkatan sikap percaya diri siswa,
manakah prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang mendapat
pembelajaran model TPS-CM, TPS atau model pembelajaran langsung pada
materi aritmatika sosial.
4. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran, manakah prestasi
belajar matematika yang lebih baik antara siswa dengan sikap percaya diri tinggi,
sedang atau rendah pada materi aritmatika sosial.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah
1. Bagi Siswa
Sebagai objek yang dikenai tindakan maka pada diri siswa diharapkan
memiliki kemampuan/kompetensi dari dimensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan, utamanya dalam menyelesaikan permasalahan aritmatika sosial
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru/Calon Guru
Sebagai referensi sehingga diharapkan bertambahnya wawasan tentang model
pembelajaran yang efektif serta dapat mengembangkan kreativitas guru/calon
guru dalam menciptakan variasi pembelajaran yang efektif di kelas.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya meningkatkan
kualitas belajar mengajar melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja
guru, khususnya dalam mata pelajaran matematika.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan dan bahan petimbangan ketika melakukan penelitian
sejenis.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25